//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan  (Read 23777 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« on: 10 January 2012, 11:23:47 AM »
Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan


Demikianlah telah kudengar:
Suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di taman milik Anathapindika, di Taman Jeta dekat Shravasti, diiringi dengan seribu orang bhikshu, sepuluh ribu Bodhisattva- Mahasattva, dan banyak dewa dari Alam Nafsu (Kamaloka) dan Alam Bentuk (Rupaloka).
Pada waktu itu, Manjusri Bodhisattva- Mahasattva dan dewa Suguna hadir di antara perkumpulan tersebut. Yang Dimuliakan berkata pada Manjusri, “Kamu harus menjelaskan keadaan Kebuddhaan yang mendalam untuk para dewa dan para Bodhisattva dalam perkumpulan ini.”
Manjusri berkata kepada Sang Buddha, “Baiklah, Yang Dimuliakan. Jika pria dan wanita yang baik hati ingin mengetahui keadaan Kebuddhaan, mereka harus mengetahui bahwa ini bukanlah keadaan dari mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, atau pikiran; bukan pula keadaan dari bentuk-bentuk, suara-suara, bebauan, rasa, sentuhan, atau objek pikiran. Yang Dimuliakan, tanpa keadaan adalah keadaan Kebuddhaan. Inilah yang menjadi masalahnya, apakah keadaan dari pencerahan sempurna seperti yang dicapai oleh Sang Buddha?”
Sang Buddha berkata, “Ini adalah keadaan dari kekosongan, karena semua pandangan adalah sama. Ini adalah keadaan dari tanpa tanda, karena semua tanda adalah sama. Ini adalah keadaan dari tanpa keinginan karena ketiga alam adalah sama. Ini adalah keadaan dari tanpa tindakan, karena semua tindakan adalah sama. Ini adalah keadaan dari yang tidak berkondisi, karena semua hal yang berkondisi adalah sama.”
Manjusri bertanya, “Yang Dimuliakan, apakah keadaan dari yang tidak berkondisi itu?”
Sang Buddha berkata, “Ketiadaan pikiran adalah keadaan dari yang tidak berkondisi.”
Manjusri berkata, “Yang Dimuliakan, jika keadaan yang tidak berkondisi dan seterusnya adalah keadaan Kebuddhaan, dan keadaan yang tidak berkondisi adalah ketiadaan pikiran, kemudian atas dasar apakah keadaan Kebuddhaan diungkapkan? Jika tidak ada dasar yang demikian, maka tidak ada yang dapat dikatakan; dan karena tidak ada yang dapat dikatakan, tidak ada yang dapat diungkapkan. Oleh karena itu, Yang Dimuliakan, keadaan Kebuddhaan tidak dapat diungkapkan dalam kata-kata.”
Sang Buddha bertanya, “Manjusri, di manakah keadaan Kebuddhaan seharusnya dicari?”
Manjusri menjawab, “Ia harus dicari tepat di dalam kekotoran batin makhluk-mahkluk. Mengapa, karena secara alami kekotoran batin makhluk-makhluk tidak dapat dipahami. Perwujudan dari hal ini melampaui pemahaman para Sravaka dan Pratyekabuddha; oleh sebab itu, ia disebut keadaan Kebuddhaan.”
Sang Buddha bertanya pada Manjusri, “Apakah keadaan Kebuddhaan bertambah atau berkurang?”
“Ia tidak bertambah ataupun berkurang.”
Sang Buddha bertanya, “Bagaimana seseorang memahami sifat dasar dari kekotoran batin semua mahkluk?”
“Sama seperti keadaan Kebuddhaan tidak bertambah ataupun berkurang, maka dengan sifat dasar mereka kekotoran batin tidak bertambah ataupun berkurang.”
Sang Buddha bertanya, “Apakah sifat dasar kekotoran batin?”
“Sifat dasar kekotoran batin adalah sifat dasar dari keadaan Kebuddhaan. Yang Dimuliakan, jika sifat dasar kekotoran batin berbeda dari sifat dasar keadaan Kebuddhaan, maka tidak dapat dikatakan bahwa Sang Buddha berdiam di dalam kesamaan dari semua benda. Ini karena sifat kekotoran batin adalah sifat sangat dasar dari keadaan Kebuddhaan sehingga Sang Tathágata dikatakan berdiam dalam kesamaan.”
Sang Buddha bertanya lebih lanjut, “Dalam kesamaan apakah kamu pikir Sang Tathágata berdiam?”
“Seperti yang aku pahami, Sang Tathágata berdiam dalam kesamaan yang benar-benar sama di mana makhluk-makhluk yang berbuat dengan keinginan, kebencian, dan kebodohan tinggal.”
Sang Buddha bertanya, “Dalam kesamaan apakah makhluk-makhluk yang bertindak dengan ketiga racun itu tinggal?”
“Mereka tinggal dalam kesamaan dari kekosongan, tanpa tanda, dan tanpa keinginan.”
Sang Buddha bertanya, “Manjusri, dalam kekosongan, bagaimana terdapat keinginan, kebencian, dan kebodohan?”
Manjusri menjawab, “Tepat di dalam yang ada terdapat kekosongan, di mana keinginan, kebencian, dan kebodohan juga ditemukan.”
Sang Buddha bertanya, “Dalam keberadaan apakah terdapat kekosongan?”
“Kekosongan dikatakan ada hanya dalam kata-kata dan bahasa. Karena terdapat kekosongan, terdapat keinginan, kebencian, dan kebodohan. Sang Buddha telah mengatakan, ‘Para bhikshu! Yang tidak muncul, tidak berkondisi, tanpa tindakan, dan tidak berasal mula semuanya ada. Jika semua ini tidak ada, maka seseorang tidak dapat berkata tentang yang muncul, yang berkondisi, tindakan, dan asal mula. Oleh sebab itu, para bhikshu, karena terdapat yang tidak muncul, tidak berkondisi, tanpa tindakan, tidak berasal mula, seseorang dapat berkata tentang keberadaan yang muncul, berkondisi, tindakan, dan asal mula.’ Sama halnya, Yang Dimuliakan, jika tidak ada kekosongan, tanpa tanda, atau tanpa keinginan, seseorang tidak dapat berkata tentang keinginan, kebencian, kebodohan, atau gagasan-gagasan lainnya.”
Sang Buddha berkata, “Manjusri, jika ini adalah masalahnya, maka pasti ada, seperti yang kamu katakan. Bahwa siapa yang berdiam dalam kekotoran batin tinggal dalam kekosongan.”
Manjusri berkata, “Yang Dimuliakan. Jika seorang meditator mencari kekosongan terpisah dari kekotoran batin, pencariannya akan sia-sia. Bagaimana terdapat kekosongan yang berbeda dari kekotoran? Jika ia merenungkan kekotoran batin sebagai kekosongan, ia dikatakan berlatih dalam praktek yang benar.”
Sang Buddha bertanya, “Manjusri, apakah kamu memisahkan diri dari kekotoran batin atau berdiam di dalamnya?”
Manjusri berkata, “Semua kekotoran batin adalah sama [dalam kenyataan]. Aku telah menyadari kesamaan itu melalui praktek yang benar. Oleh karena itu, aku tidak memisahkan diri dari kekotoran batin ataupun berdiam di dalamnya. Jika seorang sramana atau Brahmana mengaku bahwa ia telah mengatasi nafsu keinginan dan melihat makhluk-makhluk lain diliputi kekotoran batin, ia telah jatuh ke dalam dua pandangan ekstrem. Apakah keduanya itu? Yang satu adalah pandangan eternalisme, yang menyatakan bahwa kekotoran batin ada; yang lainnya adalah pandangan nihilisme, yang menyatakan bahwa kekotoran batin tidak ada.”
“Yang Dimuliakan, ia yang menjalankan praktek yang benar tidak melihat benda-benda sebagai diri sendiri atau orang lain, ada atau tidak ada. Mengapa? Karena ia dengan jelas memahami semua dharma.”
Sang Buddha bertanya, “Manjusri, bergantung pada apakah seharusnya seseorang untuk praktek yang benar?”
“Ia yang menjalankan praktek dengan benar tidak bergantung pada apa pun.”
Sang Buddha bertanya, “Apakah ia tidak menjalankan praktek berdasarkan pada sang jalan?”
“Jika ia menjalankan praktek sesuai dengan apa pun, prakteknya akan menjadi berkondisi. Praktek yang berkondisi bukanlah salah satu dari kesamaan. Mengapa? Karena ini tidak bebas dari kemunculan, kediaman, dan kemusnahan.”
Sang Buddha bertanya kepada Manjusri, “Adakah pengelompokan di dalam yang tidak berkondisi?”
Manjusri menjawab, “Yang Dimuliakan, jika terdapat pengelompokan dalam yang tidak berkondisi, maka yang tidak berkondisi akan menjadi berkondisi dan tidak lagi akan menjadi yang tidak berkondisi.”
Sang Buddha berkata, “Jika yang tidak berkondisi dapat direalisasi oleh para Arahat, maka terdapat hal yang seperti itu di dalam yang tidak berkondisi; bagaimana dapat kamu katakan tidak ada pengelompokan di dalamnya?”
“Benda-benda tidak memiliki pengelompokan, dan para Arahat telah melampaui pengelompokan. Itulah sebabnya mengapa Aku mengatakan tidak ada pengelompokan. “
Sang Buddha bertanya, “Manjusri, tidakkah kamu mengatakan kamu telah mencapai Kearahatan?”
Manjusri berbalik bertanya, “Yang Dimuliakan, andaikata seseorang bertanya pada seorang yang diciptakan secara sihir, ‘Tidakkah kamu mengatakan kamu telah mencapai Kearahatan?’ Apakah yang akan menjadi jawabannya?”
Sang Buddha menjawab Manjusri, “Seseorang tidak dapat mengatakan pencapaian atau bukan pencapaian dari seorang yang diciptakan secara sihir.”
Manjusri bertanya, “Tidakkah Sang Buddha telah mengatakan bahwa semua benda bagaikan khayalan?”
Sang Buddha menjawab, “Demikianlah telah Ku-katakan.”
“Jika semua benda bagaikan khayalan, mengapa Anda menanyakan apakah aku telah mencapai Kearahatan atau belum?”
Sang Buddha bertanya, “Manjusri, kesamaan apakah di dalam tiga kendaraan yang telah kamu realisasikan? “
“Aku telah merealisasi kesamaan dari keadaan Kebuddhaan?”
Sang Buddha bertanya, “Apakah kamu telah mencapai keadaan Kebuddhaan?”
“Jika Yang Dimuliakan telah mencapainya, maka aku juga telah mencapainya. “
Setelah itu, Yang Mulia Subhuti bertanya pada Manjusri, “Bukankah Sang Tathágata telah mencapai keadaan Kebuddhaan?”
Manjusri berbalik bertanya, “Apakah kamu telah mencapai sesuatu dalam keadaan Sravaka?”
Subhuti menjawab, “Pembebasan seorang Arahat bukanlah sebuah pencapaian ataupun bukan pencapaian.”
“Demikian pula, pembebasan Sang Tathágata bukanlah pencapaian ataupun bukan pencapaian.”
Subhuti berkata, “Manjusri, kamu tidak membimbing para Bodhisattva pemula dengan mengajarkan Dharma melalui cara ini.”
Manjusri bertanya, “Subhuti, bagaimana pendapatmu? Andaikan seorang tabib, dalam merawat pasien-pasiennya, tidak memberikan mereka obat-obatan yang pedas, asam, dan kecut. Apakah ia menolong mereka untuk sembuh atau menyebabkan mereka meninggal?”
Subhuti menjawab, “Ia menyebabkan mereka menderita dan meninggal dunia alih-alih memberikan mereka kedamaian dan kebahagian.”
Manjusri berkata, “Demikianlah halnya dengan seorang guru Dharma. Jika, dalam membimbing orang lain, ia khawatir mereka mungkin akan takut dan demikian menyembunyikan dari mereka makna Dharma yang mendalam dan sebagai gantinya, mengatakan pada mereka dalam kata-kata yang tidak sesuai dan ungkapan khayalan, maka ia menyebabkan makhluk-makhluk menanggung derita kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian, alih-alih memberikan mereka kemakmuran, kedamaian, kebahagiaan, dan Nirvana.”
Ketika Dharma ini dijelaskan, lima ratus bhikshu terbebaskan dari kemelekatan pada semua dharma, bersih dari kekotoran batin dan terbebaskan dalam pikiran; delapan puluh ribu dewa meninggalkan noda-noda alam keduniawian yang jauh di belakang dan mencapai mata Dharma yang murni yang melihat menembus semua dharma; tujuh ratus dewa bertekad untuk mencapai Pencerahan Sempurna dan berikrar: “Pada masa yang akan datang, kami akan mencapai kepandaian berbicara seperti yang dimiliki Manjusri.”
Kemudian Subhuti Thera bertanya kepada Manjusri, “Apakah kamu tidak menjelaskan Dharma dari kendaraan Sravaka (Sravaka-yana) kepada para Sravaka?”
“Aku mengikuti Dharma dari semua kendaraan.”
Subhuti bertanya, “Apakah kamu seorang Sravaka, seorang Pratyekabuddha, atau seorang Yang Berharga, seorang Samyaksambuddha? “
“Aku adalah seorang Sravaka, tetapi pemahamanku tidak datang melalui perkataan orang lain. Aku seorang Pratyekabuddha, tetapi aku tidak melepaskan belas kasihan ataupun takut dengan apa pun. Aku seorang Yang Berharga, seorang Samyaksambuddha, tetapi aku masih belum meninggalkan ikrar-ikrarku yang semula.”
Subhuti bertanya, “Mengapa kamu adalah seorang Sravaka?”
“Karena aku menyebabkan makhluk-makhluk mendengarkan Dharma yang belum pernah mereka dengar.”
“Mengapa kamu adalah seorang Pratyekabuddha? “
“Karena aku sepenuhnya memahami sebab akibat yang saling bergantungan dari semua dharma.”
“Mengapa kamu adalah seorang Yang Berharga, seorang Samyaksambuddha? “
“Karena aku menyadari bahwa semua benda adalah sama di dalam Dharmadhatu. “
Subhuti bertanya, “Manjusri, dalam tingkat apakah kamu sebenarnya berdiam?”
“Aku berdiam dalam setiap tingkat.”
Subhuti bertanya, “Mungkinkah bahwa kamu juga berdiam dalam tingkat orang biasa?”
Manjusri berkata, “Aku tentu saja berdiam dalam tingkat orang biasa.”
Subhuti bertanya, “Dengan sebab mendalam apakah kamu berkata demikian?”
“Aku berkata demikian karena semua dharma adalah sama secara alamiah.”
Subhuti bertanya, “Jika semua dharma adalah sama, di manakah dharma seperti tingkat dari para Sravaka, para Pratyekabuddha, para Bodhisattva, dan para Buddha dikembangkan? “
Manjusri menjawab, “Sebagai gambaran, pikirkanlah tentang angkasa kosong di sepuluh arah. Orang-orang mengatakan angkasa sebelah timur, angkasa sebelah selatan, angkasa sebelah barat, angkasa sebelah utara, empat angkasa di antaranya, angkasa sebelah atas, angkasa sebelah bawah, dan seterusnya. Perbedaan ini diucapkan, walaupun angkasa kosong itu sendiri tanpa perbedaan-perbedaan . Dengan cara yang sama, Yang Mulia, tingkat-tingkat yang berbeda dikembangkan di dalam kekosongan dari semua benda, walaupun kekosongan itu sendiri tanpa perbedaan.”
Subhuti bertanya, “Apakah kamu telah memasuki realisasi Kearahatan dan selamanya terbebas dari samsara?”
“Aku telah memasukinya dan keluar darinya.”
Subhuti bertanya, “Mengapa kamu keluar darinya setelah kamu memasukinya? “
Manjusri menjawab, “Yang Mulia, anda harus mengetahui bahwa ini adalah perwujudan dari kebijaksanaan dan kearifan seorang Bodhisattva. Ia sesungguhnya memasuki realisasi Kearahatan dan terbebas dari samsara; kemudian, sebagai cara untuk menyelamatkan makhluk-makhluk, ia keluar dari realisasi itu. Subhuti, misalkan seorang pemanah yang ahli merencanakan untuk melukai musuh bebuyutannya, tetapi, karena salah menyangka putra kesayangannya di dalam hutan sebagai musuh, ia menembakkan panah padanya. Putranya berkata, ‘Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Mengapa ayah ingin melukaiku?’ Seketika itu juga, sang pemanah, yang berlari dengan cepat, mendorong putranya dan menangkap panah itu sebelum ia melukai seseorang. Seorang Bodhisattva adalah seperti ini: untuk melatih dan membimbing para Sravaka dan para Pratyekabuddha, ia memasuki Nirvana; tetapi, ia keluar darinya dan tidak jatuh ke tingkat Sravaka dan Pratyekabuddha. Itulah mengapa tingkat Bodhisattva disebut tingkat Buddha.”
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #1 on: 10 January 2012, 11:24:10 AM »
Subhuti bertanya, “Bagaimana seorang Bodhisattva mencapai tingkat ini?”
Manjusri menjawab, “Jika para Bodhisattva berdiam dalam semua tingkat dan juga tidak berdiam di mana-mana, mereka dapat mencapai tingkat ini.”
“Jika mereka dapat mengajar pada semua tingkat tetapi tidak berdiam di tingkat yang lebih rendah, mereka dapat mencapai tingkat Buddha ini.”
“Jika mereka menjalankan praktek dengan tujuan mengakhiri penderitaan semua makhluk, tetapi menyadari tidak ada akhir di dalam Dharmadhatu; jika mereka berdiam di dalam yang tidak berkondisi, tetapi melakukan perbuatan-perbuatan yang berkondisi; jika mereka tetap berada dalam samsara, tetapi menganggapnya sebagai sebuah taman dan tidak mencari Nirvana sebelum semua ikrar mereka terpenuhi – maka mereka dapat mencapai tingkat ini.”
“Jika mereka menyadari ketanpa-akuan, tetapi membawa makhluk-makhluk pada kedewasaan, mereka dapat mencapai tingkat ini.”
“Jika mereka mencapai kebijaksanaan Buddha tetapi tidak membangkitkan kemarahan atau kebencian terhadap mereka yang kurang bijaksana, mereka dapat mencapai tingkat ini.”
“Jika mereka menjalankan praktek dengan memutar roda Dharma bagi mereka yang mencari Dharma tetapi tidak membuat perbedaan di antara benda-benda, mereka dapat mencapai tingkat ini.”
“Lebih lanjut, jika para Bodhisattva menaklukkan para setan tetapi mengambil bentuk sebagai empat setan, mereka dapat mencapai tingkat ini.”
Subhuti berkata, “Manjusri, praktek-praktek seorang Bodhisattva seperti ini adalah sangat sulit bagi makhluk duniawi mana pun untuk dipercaya.”
Manjusri berkata, “Demikianlah, demikianlah, seperti yang kamu katakan. Para Bodhisattva melakukan perbuatan-perbuatan di dalam dunia fana tetapi melebihi dharma-dharma duniawi.”
Subhuti berkata, “Manjusri, mohon katakan padaku bagaimana mereka melebihi dunia fana.”
Manjusri berkata, “Lima kelompok kehidupan (pancaskhanda) menyusun apa yang kita sebut dunia fana. Dari kelima kelompok ini, kelompok bentuk (rupaskhanda) memiliki sifat seperti busa yang berkumpul, kelompok perasaan (vedanaskhanda) memiliki sifat seperti sebuah gelembung, kelompok pencerapan (samjnaskhanda) memiliki sifat seperti sebuah fatamorgana, kelompok bentuk-bentuk pikiran (samkharaskhanda) memiliki sifat seperti sebuah rumput layu, dan kelompok kesadaran (vijnanaskhanda) memiliki sifat seperti sebuah khayalan. Demikianlah, seseorang harus mengetahui bahwa sifat pokok dari dunia fana tidak lain dari sifat dari busa, gelembung, fatamorgana, rumput, dan khayalan; sehingga tidak ada kelompok kehidupan ataupun nama-nama kelompok kehidupan, tidak ada makhluk-makhluk ataupun nama-nama makhluk, tidak ada dunia fana ataupun dunia di atas fana. Pemahaman terhadap kelompok kehidupan yang benar seperti ini disebut pemahaman tertinggi. Jika seseorang mencapai pemahaman tertinggi ini, maka ia terbebaskan. Jika ia tidak melekat pada benda-benda duniawi, ia melebihi dunia fana.”
“Lebih lanjut, Subhuti, sifat dasar dari lima kelompok kehidupan adalah kekosongan. Jika sifat itu adalah kekosongan, tidak ada ‘aku’ ataupun ‘milikku’. Jika tidak ada ‘aku’ ataupun ‘milikku’, tidak ada dualitas. Jika tidak ada dualitas, tidak ada ketamakan ataupun keinginan. Jika tidak ada ketamakan ataupun keinginan, tidak ada kemelekatan. Demikianlah, dengan bebas dari kemelekatan, seseorang melebihi dunia fana.”
“Lebih lanjut, Subhuti, lima kelompok kehidupan tunduk pada sebab-akibat dan kondisi-kondisi. Jika mereka tunduk pada sebab-akibat dan kondisi-kondisi, mereka bukan milik seseorang atau orang lain. Jika mereka bukan milik seseorang atau orang lain, mereka bukan milik siapa-siapa.
Jika mereka bukan milik siapa-siapa, tidak ada orang yang menggenggam mereka. Jika tidak ada genggaman, tidak ada kesenangan, dan tanpa kesenangan adalah praktek para umat beragama. Sama seperti sebuah tangan yang bergerak dalam ruang kosong tidak menyentuh objek dan tidak menemui hambatan, demikian para Bodhisattva yang menjalankan praktek kesamaan dari kekosongan melebihi dunia fana.”
“Lebih lanjut, Subhuti, karena semua unsur dari lima kelompok kehidupan menyatu di dalam Dharmadhatu, tidak ada alam-alam kehidupan. Jika tidak ada alam-alam kehidupan, tidak ada unsur tanah, air, api, atau udara; tidak ada keakuan, makhluk hidup, atau kehidupan; tidak ada Alam Nafsu (Kamaloka), Alam Bentuk (Rupaloka), atau Alam Tanpa Bentuk (Arupaloka); tidak ada alam yang berkondisi atau alam yang tidak berkondisi; tidak ada samsara atau Nirvana. Ketika para Bodhisattva memasuki daerah yang demikian bebas dari perbedaan, mereka tidak berdiam di mana pun, walaupun mereka tetap berada di tengah-tengah makhluk-makhluk duniawi.”
Ketika Dharma yang melebihi duniawi ini dijelaskan, dua ratus bhikshu terlepas dari semua dharma, mengakhiri semua kekotoran batin mereka, dan terbebas dalam pikiran. Satu per satu mereka melepaskan jubah bagian atas mereka untuk dipersembahkan kepada Manjusri, dengan berkata, “Siapa pun yang tidak memiliki keyakinan atau pemahaman dalam ajaran ini tidak akan mencapai apa pun dan tidak merealisasi apa pun.”
Kemudian Subhuti bertanya pada para bhikshu ini, “Para tetua, apakah kalian pernah mencapai atau merealisasi sesuatu?”
Para bhikshu menjawab, “Hanya orang-orang yang terlalu yakin yang akan mengaku mereka telah mencapai dan merealisasi sesuatu. Bagi seorang umat beragama yang sederhana, tidak ada yang dicapai atau direalisasikan. Lalu, bagaimana seseorang yang seperti ini berpikir untuk mengatakan dirinya sendiri, ‘Inilah yang telah kucapai; inilah yang telah kurealisasikan’ ? Jika gagasan seperti ini muncul dalam dirinya, maka ini adalah perbuatan setan.”
Subhuti bertanya, “Para tetua, berdasarkan pemahaman kalian, pencapaian dan realisasi apakah yang menyebabkan kalian berkata demikian?”
Para bhikshu menjawab, “Hanya Sang Buddha, Yang Dimuliakan, dan Manjusri yang mengetahui pencapaian dan realisasi kami. Yang Mulia, pemahaman kami adalah: mereka yang tidak sepenuhnya mengetahui sifat penderitaan tetapi mengaku bahwa penderitaan harus dipahami adalah orang-orang yang terlalu yakin. Demikian juga, jika mereka mengaku bahwa sebab penderitaan harus dimusnahkan, bahwa penghentian penderitaan harus direalisasikan dan bahwa jalan menuju penghentian penderitaan harus diikuti, mereka adalah orang-orang yang terlalu yakin. Orang-orang yang terlalu yakin juga adalah mereka yang tidak benar-benar mengetahui sifat penderitaan, sebab penderitaan, penghentian penderitaan, atau jalan menuju penghentian penderitaan, tetapi mengaku bahwa mereka mengetahui penderitaan, telah memusnahkan sebab penderitaan, telah merealisasi penghentian penderitaan, dan telah mengikuti jalan menuju penghentian penderitaan. “
“Apakah sifat penderitaan itu? Ini adalah sifat paling dasar dari yang tidak muncul. Hal yang sama juga berlaku untuk karakteristik dari sebab penderitaan, penghentian penderitaan, dan jalan menuju penghentian penderitaan. Sifat dasar dari yang tidak muncul adalah tanpa tanda dan tidak dapat dicapai. Di dalamnya, tidak ada penderitaan untuk diketahui, tidak ada sebab penderitaan untuk dimusnahkan, tidak ada penghentian penderitaan untuk direalisasi, dan tidak ada jalan menuju penghentian penderitaan untuk diikuti. Mereka yang tidak takut, khawatir, atau terkejut ketika mendengar Kebenaran Mulia ini bukanlah orang-orang yang terlalu yakin. Mereka yang takut dan khawatir adalah orang-orang yang terlalu yakin.”
Setelah itu, Yang Dimuliakan memuji para bhikshu itu, dengan berkata, “Benar sekali yang mereka katakan!”

Beliau berkata pada Subhuti, “Para bhikshu ini mendengarkan Manjusri menjelaskan Dharma yang mendalam ini pada masa Kasyapa Buddha. Karena mereka telah menjalankan Dharma yang mendalam ini sebelumnya, mereka sekarang dapat mengikutinya dan memahaminya dengan cepat. Hal yang sama, semua orang yang mendengar, meyakini, dan memahami ajaran yang mendalam ini dalam masa-Ku akan berada di antara perkumpulan dari Maitreya Buddha pada masa yang akan datang.”
Kemudian dewa Suguna berkata kepada Manjusri, “Yang Mulia, anda telah berulang kali mengajarkan Dharma ini hingga ke dunia ini. Sekarang kami memohon anda untuk pergi ke Surga Tushita. Selama waktu yang lama, para dewa di sana telah juga menanam akar-akar kebajikan. Mereka akan dapat memahami Dharma jika mereka mendengarnya. Tetapi, karena mereka melekat pada kesenangan surgawi mereka, mereka tidak dapat meninggalkan surga mereka dan datang kepada Sang Buddha untuk mendengarkan Dharma, dan akibatnya mereka menderita kerugian besar.”
Manjusri dengan cepat melakukan sebuah keajaiban yang menyebabkan dewa Suguna dan semua makhluk lain dalam perkumpulan itu percaya bahwa mereka telah tiba di Surga Tushita. Mereka melihat taman-taman, hutan-hutan, istana-istana dan bangunan yang mengagumkan dengan pagar-pagar terali dan jendela-jendela yang mewah, menara bertingkat dua puluh yang luas dan tinggi dengan jaring dan tirai yang berhiaskan permata, bunga-bunga surgawi yang menutupi tanah, burung-burung yang bermacam-macam dan menakjubkan terbang melayang secara berkelompok dan berkicauan, dewi-dewi di udara menaburkan bunga dari pohon erythrina, menyanyikan syair-syair dalam paduan suara, dan bermain dengan riang gembira.
Melihat semua ini, dewa Suguna berkata kepada Manjusri, “Ini luar biasa, Manjusri! Bagaimana kita dapat tiba dengan sangat cepat di istana Surga Tushita untuk melihat taman-taman dan para dewa di sini? Manjusri, sudikah kamu mengajarkan kami Dharma ini?”
Subhuti Thera berkata pada Suguna, “Putra surga, kamu tidak meninggalkan perkumpulan atau pergi ke mana pun. Ini adalah keajaiban Manjusri yang menyebabkan kamu melihat diri kamu sendiri di istana Surga Tushita.”
Dewa Suguna berkata kepada Sang Buddha, “Betapa langkahnya, Yang Dimuliakan! Manjusri memiliki kekuatan samádhi dan kekuatan batin sehingga dalam sekejab ia menyebabkan seluruh perkumpulan ini muncul di istana Surga Tushita.”
Sang Buddha berkata, “Putra surga, apakah ini pemahamanmu atas kekuatan batin Manjusri?
Seperti yang Ku-pahami, jika Manjusri menginginkannya, ia dapat mengumpulkan semua jasa dan sifat yang mengagumkan dari tanah-tanah Buddha sebanyak pasir di sungai Gangga dan menyebabkan mereka muncul dalam satu tanah Buddha. Ia dapat dengan satu ujung jari mengangkat tanah-tanah Buddha di bawah tanah Buddha kita, yang sebanyak pasir di sungai Gangga, dan menaruh mereka di ruang angkasa kosong di puncak tanah-tanah Buddha di atas kita, yang juga sebanyak pasir di sungai Gangga. Ia dapat menaruh semua air dari empat samudera besar dari semua tanah Buddha ke dalam sebuah pori-pori tanpa membuat makhluk-makhluk air di dalamnya merasa sesak atau memindahkan mereka dari lautan. Ia dapat menaruh semua Gunung Sumeru dari semua dunia ke dalam sebiji sesawi, namun para dewa di gunung-gunung ini akan merasa bahwa mereka masih tinggal di tempat mereka masing-masing. Ia dapat menempatkan semua makhluk dari lima alam kehidupan dari semua tanah Buddha pada telapak tangannya, dan menyebabkan mereka melihat semua jenis benda yang indah seperti yang terdapat di negeri-negeri yang menyenangkan dan menakjubkan. Ia dapat mengumpulkan semua api dari semua dunia ke dalam sehelai katun. Ia dapat menggunakan sebuah tempat sekecil pori-pori untuk gerhana penuh setiap matahari dan bulan di setiap tanah Buddha. Singkatnya, ia dapat menyelesaikan apa pun yang ia ingin lakukan.”
Pada waktu itu, Papiyan, Si Jahat, mengubah dirinya menjadi seorang bhikshu dan berkata pada Sang Buddha, “Yang Dimuliakan, kami berharap melihat Manjusri melakukan keajaiban seperti itu sekarang juga. Apa gunanya mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal, yang tidak ada orang di dunia ini dapat percaya?”
Yang Dimuliakan berkata pada Manjusri, “Kamu harus mewujudkan kekuatan batinmu tepat di hadapan perkumpulan ini.” Setelah itu, tanpa bangkit dari tempat duduknya, Manjusri memasuki Samadhi Kebebasan Batin Sempurna dalam Memuliakan Semua Dharma, dan mempertunjukkan semua keajaiban yang dijelaskan Sang Buddha.
Melihat hal ini, Si Jahat, para anggota perkumpulan, dan dewa Suguna semuanya bertepuk tangan pada kejadian yang tak pernah terjadi ini, dengan berkata. “Menakjubkan, menakjubkan! Karena kemunculan Sang Buddha di dunia ini, kita sekarang memiliki Bodhisattva ini yang dapat melakukan keajaiban seperti ini dan membukakan pintu Dharma untuk dunia.”
Setelah itu, Si Jahat, yang terinspirasi oleh kekuatan Manjusri yang mengagumkan, berkata, “Yang Dimuliakan, betapa menakjubkan bahwa Manjusri memiliki kekuatan batin yang demikian besar! Dan para anggota perkumpulan ini, yang sekarang memahami dan memiliki keyakinan di dalam Dharma melalui pertunjukan keajaiban ini, juga mengagumkan. Yang Dimuliakan, bahkan jika terdapat setan-setan sebanyak pasir di sungai Gangga, mereka tidak akan dapat merintangi pria dan wanita yang baik hati ini, yang memahami dan meyakini Dharma.”
“Aku, Papiyan Si Jahat, selalu mencari kesempatan untuk menentang Sang Buddha dan membuat kekacauan di antara makhluk-makhluk. Sekarang aku berikrar bahwa, sejak hari ini, aku tidak akan pernah pergi lebih dekat dari seratus league dari tempat di mana ajaran ini dijalankan, atau di mana orang-orang memiliki keyakinan, memahami, mencintai, menerima, membacakan, mengulangi, dan mengajarkan ajaran ini.”
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #2 on: 10 January 2012, 11:39:14 AM »
jadi kayak cerita 'khayalan seseorang'
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Jhohsun

  • Teman
  • **
  • Posts: 51
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua makhluk berbahagia,
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #3 on: 10 January 2012, 11:52:42 AM »
-Harap tidak bermain2
-harap tidak jadikan itu sebagah bahan ejekan, soha...
CMIIW&FMIIW

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #4 on: 10 January 2012, 11:52:52 AM »
ada bagian yg dihilangkan, ayo munculkan lagi
yang mana? dah semua kok.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #5 on: 10 January 2012, 11:53:16 AM »
? ym ryu, mengacu pada apakah yg di bold? pada ucapan SB ttg 4KM?
Samma Vayama

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #6 on: 10 January 2012, 11:56:08 AM »
-Harap tidak bermain2
-harap tidak jadikan itu sebagah bahan ejekan, soha...
siapa yg bermain2
apa yg dimainkan
bahan mana yg akan di jadikan ejekan?

bila ini semua terbukti, sungguh sakti sekali anda...
Samma Vayama

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #7 on: 10 January 2012, 02:41:08 PM »
? ym ryu, mengacu pada apakah yg di bold? pada ucapan SB ttg 4KM?
kurang tahu juga, sepertinya mengarah pada sunyata (CMIIW), mending tanya pada mahayanis
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Jhohsun

  • Teman
  • **
  • Posts: 51
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua makhluk berbahagia,
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #8 on: 10 January 2012, 03:02:58 PM »
siapa yg bermain2
apa yg dimainkan
bahan mana yg akan di jadikan ejekan?

bila ini semua terbukti, sungguh sakti sekali anda...
cerewet ni cowok
CMIIW&FMIIW

Offline Jhohsun

  • Teman
  • **
  • Posts: 51
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua makhluk berbahagia,
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #9 on: 10 January 2012, 06:08:26 PM »
cerewet ni cowok
sori bro cannda :-D
CMIIW&FMIIW

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #11 on: 10 January 2012, 06:18:52 PM »
Baca ini jadi ingat koan

"Mohon bebaskan pikiranku"
"Siapa yang mengikatmu?"
"Tidak ada yg mengikatku"
"Nah karena tidak ada yg mengikatmu, engkau sudah bebas!"
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #12 on: 17 November 2012, 09:37:52 AM »
Demikian juga samsara adalah nibbana, dan nibbana adalah samsara, tanpa samsara tidak ada nibbana dan tanpa nibbana tidak ada samsara. Karena ke duanya adalah satu hal. Samsara tepat berada di nibbana, nibbana berada di samsara.
Hanya orang yg terdelusi melihatnya sebagai beda

Kepada orang yang melekat pada gelas setengah berisi, buddha mengajarkan gelas itu setengah kosong untuk melepaskan kemelekatan
Kepada orang yang melekat pada gelas setengah kosong, bddha mengajarkan gelas itu setengah berisi untuk melepaskan kemelekatan
Intinya adalah agar seseorang tidak melekat pada suatu pandangan.
Berhenti dari kebiasaan kita mengejar satu sisi dgn menolak sisi yang lain. Pada dasarnya tidak ada dua sisi. Ke dua sisi adalah ilusi/manifestasi dari koin itu sendiri

Sutra yang indah hanya bagi mereka yang melihatnya
« Last Edit: 17 November 2012, 09:48:13 AM by djoe »

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #13 on: 17 November 2012, 09:51:44 AM »
Adakah kekosongan tanpa wujud , wujud tanpa kekosongan?
Berusaha memisahkan ke duanya hanyalah tindakan orang ilusi yang jatuh pada ekstrem

Adakah kesucian tanpa kekotoran, kekotoran tanpa kesucian?
Kesucian tepat berada di kekotoran, Kekotoran tepat berada di kesucian, saling menunjang kemunculan masing masing

Kesucian tanpa kekotoran
Kekotoran tanpa kesucian
Hanyalah pandangan yang terjebak pada nihilisme dan eternal
« Last Edit: 17 November 2012, 09:54:17 AM by djoe »

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #14 on: 17 November 2012, 10:07:11 AM »
Baca ini jadi ingat koan

"Mohon bebaskan pikiranku"
"Siapa yang mengikatmu?"
"Tidak ada yg mengikatku"
"Nah karena tidak ada yg mengikatmu, engkau sudah bebas!"

Melihat ada sesuatu yang mengikatmu dan berusaha melepaskannya hanyalah orang ilusi. Jatuh pada ekstrem
Koan yang bagus

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #15 on: 17 November 2012, 10:11:48 AM »
Quote from: Indra on 10 January 2012, 12:47:23 PM

    ada bagian yg dihilangkan, ayo munculkan lagi
--------------------------------

Silahkan dewa membabarkannya kalau berkenan, agar kita2 mendapatkan pencerahan.
 ::)
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #16 on: 18 November 2012, 07:09:28 PM »
Demikian juga samsara adalah nibbana, dan nibbana adalah samsara, tanpa samsara tidak ada nibbana dan tanpa nibbana tidak ada samsara. Karena ke duanya adalah satu hal. Samsara tepat berada di nibbana, nibbana berada di samsara.
Hanya orang yg terdelusi melihatnya sebagai beda

=))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #17 on: 19 November 2012, 05:07:05 PM »
Koq ketawa sih? kosong adalah isi, isi adalah kosong.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #18 on: 19 November 2012, 09:17:33 PM »
Koq ketawa sih? kosong adalah isi, isi adalah kosong.
ketawa adalah tidak ketawa, tidak ketawa adalah ketawa...
sama aja koq... ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #19 on: 20 November 2012, 07:27:25 AM »
ketawa adalah tidak ketawa, tidak ketawa adalah ketawa...
sama aja koq... ;D

Lucu tapi tidak lucu,  tidak lucu tetapi lucu.  :-?
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #20 on: 20 November 2012, 09:51:36 AM »
buddha adalah mara, mara adalah buddha
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #21 on: 20 November 2012, 03:50:05 PM »
Sepertinya thread ini perlu di-lock.

Namun perlu adalah tidak perlu, tidak perlu adalah perlu; lock adalah unlock, unlock adalah lock. Jadi bingung, yang juga berarti yakin.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #22 on: 20 November 2012, 04:10:22 PM »
Sepertinya thread ini perlu di-lock.

Namun perlu adalah tidak perlu, tidak perlu adalah perlu; lock adalah unlock, unlock adalah lock. Jadi bingung, yang juga berarti yakin.
bingung, tapi paham,  paham tapi bingung
makin paham, makin bingung... ::)
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #23 on: 20 November 2012, 04:29:17 PM »
Adakah wujud tanpa kosong, kosong tanpa wujud?

Jika ada, maka seseorang bisa memisahkan antara wujud dan kosong.
Bisakah seseorang memisahkan wujud dan kosong.?

Wujud tanpa kosong dan
kosong tanpa wujud

Seseorang yg terdelusi berusaha memisahkan wujud dan kosong. Tidak menyadari itu hanyahlah persepsi dari pikiran yang membeda bedakan dan terjebak pada dualisme.

Orang yang terdelusi terjebak pada pandangan gelas itu setengah berisi dan yang lain mengatakan gelas itu setengah kosong.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #24 on: 20 November 2012, 04:51:14 PM »
Adakah wujud tanpa kosong, kosong tanpa wujud?


wujud adalah kosong, kosong adalah wujud =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #25 on: 21 November 2012, 08:14:59 AM »
Mengerti tapi tak mengerti, tak mengerti tapi mengerti kah semua?  :whistle:
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #26 on: 21 November 2012, 10:47:36 AM »
Adakah wujud tanpa kosong, kosong tanpa wujud?

Jika ada, maka seseorang bisa memisahkan antara wujud dan kosong.
Bisakah seseorang memisahkan wujud dan kosong.?

Wujud tanpa kosong dan
kosong tanpa wujud

Seseorang yg terdelusi berusaha memisahkan wujud dan kosong. Tidak menyadari itu hanyahlah persepsi dari pikiran yang membeda bedakan dan terjebak pada dualisme.

Orang yang terdelusi terjebak pada pandangan gelas itu setengah berisi dan yang lain mengatakan gelas itu setengah kosong.

Adakah pria tanpa wanita, wanita tanpa pria?

Jika ada, maka seseorang bisa memisahkan antara pria dan wanita.
Bisakah seseorang memisahkan pria dan wanita?

prita tanpa wanita dan
wanita tanpa pria

Seseorang yg terdelusi berusaha memisahkan pria dan wanita. Tidak menyadari itu hanyahlah persepsi dari pikiran yang membeda bedakan dan terjebak pada dualisme.

Orang yang terdelusi terjebak pada pandangan gelas itu setengah berisi dan yang lain mengatakan gelas itu setengah kosong.
------

hm...

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #27 on: 21 November 2012, 02:47:59 PM »
Adakah pria tanpa wanita, wanita tanpa pria?

Jika ada, maka seseorang bisa memisahkan antara pria dan wanita.
Bisakah seseorang memisahkan pria dan wanita?

prita tanpa wanita dan
wanita tanpa pria

Seseorang yg terdelusi berusaha memisahkan pria dan wanita. Tidak menyadari itu hanyahlah persepsi dari pikiran yang membeda bedakan dan terjebak pada dualisme.

Orang yang terdelusi terjebak pada pandangan gelas itu setengah berisi dan yang lain mengatakan gelas itu setengah kosong.
------

hm...

Apakah yang disebut Pria?
Apakah yang disebut Wanita?

Jika berdasarkan pisik, seseorang bisa mengatakan pria dan wanita
Demikian juga Patung bisa dikatakan Pria dan Wanita

Jika berdasarkan pisik, maka seorang pria bisa dikatakan wanita dan seorang wanita bisa dikatakan pria
Karena pisik tidaklah tetap

Tutuplah mata anda dan lihatlah ke dalam batin, adakah pria dan wanita?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #28 on: 21 November 2012, 03:19:51 PM »
Apakah yang disebut Pria?
Apakah yang disebut Wanita?

Jika berdasarkan pisik, seseorang bisa mengatakan pria dan wanita
Demikian juga Patung bisa dikatakan Pria dan Wanita

Jika berdasarkan pisik, maka seorang pria bisa dikatakan wanita dan seorang wanita bisa dikatakan pria
Karena pisik tidaklah tetap

Tutuplah mata anda dan lihatlah ke dalam batin, adakah pria dan wanita?
Kalau tutup mata sih emang ndak kelihatan pria ato wanita. Sama juga kalo tutup telinga, ga ada yang namanya cempreng ato merdu. Tapi masa' itu sih arti kosong = isi?

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #29 on: 21 November 2012, 03:41:23 PM »
Apakah yang disebut Pria?
Apakah yang disebut Wanita?

Jika berdasarkan pisik, seseorang bisa mengatakan pria dan wanita
Demikian juga Patung bisa dikatakan Pria dan Wanita

Jika berdasarkan pisik, maka seorang pria bisa dikatakan wanita dan seorang wanita bisa dikatakan pria
Karena pisik tidaklah tetap

Tutuplah mata anda dan lihatlah ke dalam batin, adakah pria dan wanita?


Jika berdasarkan pisik pria dan wanita ada, maka berdasarkan pisik tutup mata , pria dan wanita dipatahkan. Itulah pointnya. Kenapa masih melihat dengan cara yg sama

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #30 on: 21 November 2012, 03:59:37 PM »
ada yang bisa membantu saya menjadi penerjemah???
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #31 on: 21 November 2012, 04:00:33 PM »

Jika berdasarkan pisik pria dan wanita ada, maka berdasarkan pisik tutup mata , pria dan wanita dipatahkan. Itulah pointnya. Kenapa masih melihat dengan cara yg sama

Setahu gw dan sepengalaman gw, biar tutup mata tapi pria dan wanita tetap kerasa bedanya  :whistle: ^-^
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #32 on: 21 November 2012, 04:19:01 PM »
;D

Masih ga ngerti sih... Kalo misalnya kita beli tahu isi dikasih tahu pong, komplain, lalu dibilang 'kosong = isi' dan penjelasannya 'kalau tutup mata, tidak lihat pisik, tidak ada lagi perbedaan,' mendingan saya relakan saja deh makan tahu pong, daripada bingung.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #33 on: 21 November 2012, 04:32:27 PM »
Apakah yang disebut Pria?
Apakah yang disebut Wanita?

Jika berdasarkan pisik, seseorang bisa mengatakan pria dan wanita
Demikian juga Patung bisa dikatakan Pria dan Wanita

Jika berdasarkan pisik, maka seorang pria bisa dikatakan wanita dan seorang wanita bisa dikatakan pria
Karena pisik tidaklah tetap

Tutuplah mata anda dan lihatlah ke dalam batin, adakah pria dan wanita?




Jika berdasarkan pisik, maka ada patung ada yang berjenis kelamin pria dan wanita
Tetapi adakah patung yang dikatakan sebagai Pria dan Wanita?
Jika berdasarkan pisik, maka pria bisa menjadi wanita dan wanita menjadi pria.

Sepertinya masih tidak melihat intinya  dan ngelantur ke mana mana
Makanya dikatakan terpaku pada pisik dan cara pandang / berpikir juga pada pisik.
« Last Edit: 21 November 2012, 04:35:15 PM by djoe »

Offline juli wu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 217
  • Reputasi: 23
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia,pintar,bikja
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #34 on: 21 November 2012, 04:35:04 PM »

Jika berdasarkan pisik pria dan wanita ada, maka berdasarkan pisik tutup mata , pria dan wanita dipatahkan. Itulah pointnya. Kenapa masih melihat dengan cara yg sama
berlaku tuk orang buta sejak lahir n tuli dong,baru sama  :-?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #35 on: 21 November 2012, 04:39:08 PM »



Jika berdasarkan pisik, maka ada patung ada yang berjenis kelamin pria dan wanita
Tetapi adakah patung yang dikatakan sebagai Pria dan Wanita?
Jika berdasarkan pisik, maka pria bisa menjadi wanita dan wanita menjadi pria.

Sepertinya masih tidak melihat intinya  dan ngelantur ke mana mana
Makanya dikatakan terpaku pada pisik dan cara pandang / berpikir juga pada pisik.
Bisa dijelaskan apa itu yang tidak terpaku pada pisik? Bagaimanakah caranya berpikir tidak pada pisik? Coba beri contoh, tapi yang nyata, bukan khayalan, bukan di awang-awang, bukan spekulasi, bukan imajinasi, namun masuk akal dan logis. Silahkan.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #36 on: 22 November 2012, 05:52:22 AM »
Jika berdasarkan pisik, maka ada patung ada yang berjenis kelamin pria dan wanita
Tetapi adakah patung yang dikatakan sebagai Pria dan Wanita?
patung adalah pria dan wanita
pria dan wanita adalah patung

Quote
Jika berdasarkan pisik, maka pria bisa menjadi wanita dan wanita menjadi pria.

sebentar lagi jalan sendiri, bicara 2 orang
=)) =))
« Last Edit: 22 November 2012, 05:54:19 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #37 on: 22 November 2012, 08:51:49 AM »
 _/\_

Cukup sampai disini saja dari saya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #38 on: 22 November 2012, 10:08:10 AM »
Karena yang tingkat tinggi sudah tidak komentar, maka saya mau coba berikan pendapat tingkat rendah. Dalam pemahaman dasar, shunyata tidak berbeda antara pemahaman Theravada maupun Mahayana, yaitu berasal dari kanon Pali Culasuññatasutta yang menjelaskan bahwa segala fenomena adalah kosong dari diri.

Belakangan di satu hari yang indah, sekonyong-konyong ada yang merumuskan kitab dari Tavatimsa yang mengategorikan nibbana sebagai satu elemen yang terpisah, maka sekonyong-konyong pula ada yang ke alam naga sebagai tandingan dan menyatakan nibbana bukan elemen yang terpisah (nibbana=samsara; samsara=nibbana). Bagaimana kekosongan itu ada/tidak ada adalah sebab kita masih terkondisi dalam kekotoran bathin, maka pada hakekatnya, kekosongan tidak terpisahkan dari fenomena, hanya bagaimana kita memahami 'kekosongan vs fenomena' yang membedakan orang yang telah merealisasi dengan orang biasa.

Jadi dari sutra ini, sebetulnya kita diajak untuk tidak 'mencari' satu elemen pembebasan yang seperti 'eksis di luar samsara', namun dengan cara memahami samsara itu sendiri yang adalah shunya.


Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #39 on: 22 November 2012, 02:06:53 PM »
Jika memang secara real (tidak dalam tafsiran apapun) kosong = isi dan isi = kosong, maka silahkan membuka seluruh pakaian jika ingin pergi kerja, sekolah atau ke mall, tidak perlu berpakaian, karena tidak berpakaian = berpakaian. Lakukanlah perbuatan buruk karena perbuatan buruk = perbuatan tidak buruk.

Saya merasa istilah kosong = isi dan isi = kosong karena kurang sempurnanya penerjemahan teks sutra, khususnya teks Prajnamapramita (Sutra Hati) saat diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin.
Saya coba mengartikan teks Sanskerta Prajnaparamita secara bodoh, dan saya mendapatkan pengertian yang agak berbeda. Berikut sedikit cuplikannya.

1.
arayāvalokiteshvaro bodhisattvo
Bodhisattva Arya Avalokitesvara

2.
gambhīram prajñaparamitā caryam caramano vyavalokāyati
secara mendalam/serius (gambhīram) [dengan] kebijaksanaan sempurna (prajnaparamita) memperhatikan (caryam) melihat jelas/menelaah (vyavalokāyati)

3.
sma panca skandhas tams ca sva bhāva sunyam
bahwa jati diri (sva bhava) panca skandha adalah sunya

4.
pasyati sma iha sariputra
Perhatikan hal ini O, Sariputra:

5.
rūpam sunyatā vā rūpam rūpan na prthak
wujud dari sunyata ternyata tidak terpisahkan dengan wujud dari rupa

6.
sūnyatā sūnyatāya na prthak rūpam
kekosongan dari sunyata tidak terpisahkan dari rupa

7.
yad rūpam sa sūnyatā ya sūnyatā sa rūpam
wujud dari (sa)  sunyata itu adalah sunyata/kekosongan dari (sa) rupa
dst.

Mulai dari bait ke-3, jelas di sini prajnaparamita diawali dengan menjelaskan mengenai panca skanda. Bahwa jati diri atau ciri dari panca skanda adalah sunya/kosong. Dengan kata lain tidak ada jati diri/atma.

Bait ke-5 & 6 memberikan sebuah kasus yaitu pada rupa/jasmani (bagian dari panca skanda). Wujud dari sunyata tidak lain adalah kekosongan itu sendiri, yang ternyata tidak terpisahkan (na prthak) dengan wujud dari rupa/jasmani (wujud dari rupa adalah rupa/jasmani itu sendiri). Singkatnya kesunyataan tidak bisa terlepas dari rupa/jasmani.

Orang-orang sering mengatakan kosong sama dengan isi karena kemungkinan menerjemahkan kata “na prthak” sebagai “tidak berbeda/sama” padahal berarti “tidak terpisahkan”. Dua hal yang tidak terpisahkan bukan berarti kedua hal tersebut sama. Bukit dan lembah adalah hal yang tidak terpisahkan, jika ada bukit pasti ada lembah, namun keduanya tetap berbeda.

Jadi, dimana ada kekosongan , maka ada rupa/wujud, dimana ada rupa/wujud maka ada kekosongan. Hal yang berbeda dengan pengertian kekosongan = rupa/wujud atau rupa/wujud = kekosongan.

Bait ke-7 menjelaskan bahwa wujud/rupa dari kekosongan / sunyata itu (yaitu kekosongan itu sendiri) adalah kekosongan /sunyata yang ada pada  rupa/jasmani. Jika menggunakan persamaan, maka :

sunyata/kekosongan = kekosongan pada rupa/jasmani,

Ini berarti yang dipersamakan adalah kekosongan/sunyata dengan kekosongan yang ada pada rupa/jasmani, bukan mempersamakan kekosongan dengan rupa/jasmani.

Kalau diganti dengan istilah lain menjadi anatta-nya sunyata adalah sama dengan anatta-nya rupa/jasmani.

Itu saja, cmiiw.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #40 on: 22 November 2012, 03:01:07 PM »
Jika memang secara real (tidak dalam tafsiran apapun) kosong = isi dan isi = kosong, maka silahkan membuka seluruh pakaian jika ingin pergi kerja, sekolah atau ke mall, tidak perlu berpakaian, karena tidak berpakaian = berpakaian. Lakukanlah perbuatan buruk karena perbuatan buruk = perbuatan tidak buruk.

Saya merasa istilah kosong = isi dan isi = kosong karena kurang sempurnanya penerjemahan teks sutra, khususnya teks Prajnamapramita (Sutra Hati) saat diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin.
Saya coba mengartikan teks Sanskerta Prajnaparamita secara bodoh, dan saya mendapatkan pengertian yang agak berbeda. Berikut sedikit cuplikannya.

Spoiler: ShowHide
1.
arayāvalokiteshvaro bodhisattvo
Bodhisattva Arya Avalokitesvara

2.
gambhīram prajñaparamitā caryam caramano vyavalokāyati
secara mendalam/serius (gambhīram) [dengan] kebijaksanaan sempurna (prajnaparamita) memperhatikan (caryam) melihat jelas/menelaah (vyavalokāyati)

3.
sma panca skandhas tams ca sva bhāva sunyam
bahwa jati diri (sva bhava) panca skandha adalah sunya

4.
pasyati sma iha sariputra
Perhatikan hal ini O, Sariputra:

5.
rūpam sunyatā vā rūpam rūpan na prthak
wujud dari sunyata ternyata tidak terpisahkan dengan wujud dari rupa

6.
sūnyatā sūnyatāya na prthak rūpam
kekosongan dari sunyata tidak terpisahkan dari rupa

7.
yad rūpam sa sūnyatā ya sūnyatā sa rūpam
wujud dari (sa)  sunyata itu adalah sunyata/kekosongan dari (sa) rupa
dst.

Mulai dari bait ke-3, jelas di sini prajnaparamita diawali dengan menjelaskan mengenai panca skanda. Bahwa jati diri atau ciri dari panca skanda adalah sunya/kosong. Dengan kata lain tidak ada jati diri/atma.

Bait ke-5 & 6 memberikan sebuah kasus yaitu pada rupa/jasmani (bagian dari panca skanda). Wujud dari sunyata tidak lain adalah kekosongan itu sendiri, yang ternyata tidak terpisahkan (na prthak) dengan wujud dari rupa/jasmani (wujud dari rupa adalah rupa/jasmani itu sendiri). Singkatnya kesunyataan tidak bisa terlepas dari rupa/jasmani.

Orang-orang sering mengatakan kosong sama dengan isi karena kemungkinan menerjemahkan kata “na prthak” sebagai “tidak berbeda/sama” padahal berarti “tidak terpisahkan”. Dua hal yang tidak terpisahkan bukan berarti kedua hal tersebut sama. Bukit dan lembah adalah hal yang tidak terpisahkan, jika ada bukit pasti ada lembah, namun keduanya tetap berbeda.

Jadi, dimana ada kekosongan , maka ada rupa/wujud, dimana ada rupa/wujud maka ada kekosongan. Hal yang berbeda dengan pengertian kekosongan = rupa/wujud atau rupa/wujud = kekosongan.

Bait ke-7 menjelaskan bahwa wujud/rupa dari kekosongan / sunyata itu (yaitu kekosongan itu sendiri) adalah kekosongan /sunyata yang ada pada  rupa/jasmani. Jika menggunakan persamaan, maka :

sunyata/kekosongan = kekosongan pada rupa/jasmani,

Ini berarti yang dipersamakan adalah kekosongan/sunyata dengan kekosongan yang ada pada rupa/jasmani, bukan mempersamakan kekosongan dengan rupa/jasmani.

Kalau diganti dengan istilah lain menjadi anatta-nya sunyata adalah sama dengan anatta-nya rupa/jasmani.

Itu saja, cmiiw.

Ya, ini saya setuju. Kekosongan di sini adalah sunya yang merujuk pada hakikat skandha, bukan seperti kosong dalam konteks "akincannayatana", apalagi konteks 'gelas kosong/isi; tahu pong/isi'.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #41 on: 22 November 2012, 03:49:09 PM »
Kosong itu sunya.
Nibbana itu kosong.
Dunia ini kosong
Aku itu kosong
Makhluk itu kosong.

KesimpulanSemua adalah omong kosong. Titik.   :)) :))
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #42 on: 22 November 2012, 03:50:52 PM »
Kosong itu sunya.
Nibbana itu kosong.
Dunia ini kosong
Aku itu kosong
Makhluk itu kosong.

KesimpulanSemua adalah omong kosong. Titik.   :)) :))

maka disebut kesunyataan mulia aka omong kosong mulia

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #43 on: 22 November 2012, 03:54:05 PM »
 :-$ tar kedengaran kk sunyata.... :P

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #44 on: 22 November 2012, 04:02:41 PM »
:-$ tar kedengaran kk sunyata.... :P

pssssttt.... jangan kasih tau dia

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #45 on: 22 November 2012, 04:55:46 PM »

orang-orang sering mengatakan kosong sama dengan isi karena kemungkinan menerjemahkan kata “na prthak” sebagai “tidak berbeda/sama” padahal berarti “tidak terpisahkan”. Dua hal yang tidak terpisahkan bukan berarti kedua hal tersebut sama. Bukit dan lembah adalah hal yang tidak terpisahkan, jika ada bukit pasti ada lembah, namun keduanya tetap berbeda.

Jadi, dimana ada kekosongan , maka ada rupa/wujud, dimana ada rupa/wujud maka ada kekosongan. Hal yang berbeda dengan pengertian kekosongan = rupa/wujud atau rupa/wujud = kekosongan.



Tanpa lembah adakah bukit?
Tanpa Bukit adakah lembah?

Dapatkah muncul lembah tanpa bukit dan bukit tanpa lembah

Jika tidak sama seharusnya berhentinya bukit seharusnya lembah tetap ada
dan berhentinya lembah seharusnya Bukit tetap ada

sama seperti berhentinya wujud anda, maka saya tetap ada dan berhentinya wujud saya anda tetap ada.

Karena mereka adalah manifestasi dari satu hal dan bukan dua hal yang terpisah maka berhentinya bukit juga berhentinya lembah
dan berhentinya lembah juga berhentinya bukit

Berhentinya ruang maka tidak ada wujud dan berhentinya wujud tidak ada ruang.

sama seperti koin, tanpa satu sisi maka tidak ada sisi yang lain.
Karena sisi koin merupakan manifestasi daru satu hal dan bukan hal yang terpisah

Demikian juga dualisme

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #46 on: 22 November 2012, 06:55:51 PM »
Tanpa lembah adakah bukit?
Tanpa Bukit adakah lembah?

Dapatkah muncul lembah tanpa bukit dan bukit tanpa lembah

Jika tidak sama seharusnya berhentinya bukit seharusnya lembah tetap ada
dan berhentinya lembah seharusnya Bukit tetap ada

sama seperti berhentinya wujud anda, maka saya tetap ada dan berhentinya wujud saya anda tetap ada.

Karena mereka adalah manifestasi dari satu hal dan bukan dua hal yang terpisah maka berhentinya bukit juga berhentinya lembah
dan berhentinya lembah juga berhentinya bukit

Berhentinya ruang maka tidak ada wujud dan berhentinya wujud tidak ada ruang.

sama seperti koin, tanpa satu sisi maka tidak ada sisi yang lain.
Karena sisi koin merupakan manifestasi daru satu hal dan bukan hal yang terpisah

Demikian juga dualisme

Anda memperseterukan ekistensi 2 hal yang muncul bersamaan dan selalu berdampingan dengan karakteristik dari 2 hal tersebut. Jelas tidak nyambung dan tidak dapat dibenarkan.

Eksistensi/keberadaan bukit dan lembah muncul bersamaan dan selalu berdampingan tetapi mereka memiliki karakter yang berbeda. Dan anda menyamakan antara eksistensi selalu berdampingan dengan karakter, anda menganggap eksistensi berdampingan = karakter/sifat. Oleh karena itulah muncul pernyataan anda:

Jika tidak sama seharusnya berhentinya bukit seharusnya lembah tetap ada
dan berhentinya lembah seharusnya bukit tetap ada


Maka saya akan menjawab:

Jika sama seharusnya bukit tidak menjulang ke atas dan lembah tidak berada di dasar/bawah.

Hal lainnya yang anda sampaikan tidaklah penting, yang terpenting adalah apakah anda tetap mengenakan pakaian atau tidak saat berpergian? Jika ya maka anda masih berpikiran diskriminasi, dualisme.
« Last Edit: 22 November 2012, 07:12:56 PM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #47 on: 22 November 2012, 08:26:29 PM »
Jika memang secara real (tidak dalam tafsiran apapun) kosong = isi dan isi = kosong, maka silahkan membuka seluruh pakaian jika ingin pergi kerja, sekolah atau ke mall, tidak perlu berpakaian, karena tidak berpakaian = berpakaian. Lakukanlah perbuatan buruk karena perbuatan buruk = perbuatan tidak buruk.

Saya merasa istilah kosong = isi dan isi = kosong karena kurang sempurnanya penerjemahan teks sutra, khususnya teks Prajnamapramita (Sutra Hati) saat diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin.
Saya coba mengartikan teks Sanskerta Prajnaparamita secara bodoh, dan saya mendapatkan pengertian yang agak berbeda. Berikut sedikit cuplikannya.

1.
arayāvalokiteshvaro bodhisattvo
Bodhisattva Arya Avalokitesvara

2.
gambhīram prajñaparamitā caryam caramano vyavalokāyati
secara mendalam/serius (gambhīram) [dengan] kebijaksanaan sempurna (prajnaparamita) memperhatikan (caryam) melihat jelas/menelaah (vyavalokāyati)

3.
sma panca skandhas tams ca sva bhāva sunyam
bahwa jati diri (sva bhava) panca skandha adalah sunya

4.
pasyati sma iha sariputra
Perhatikan hal ini O, Sariputra:

5.
rūpam sunyatā vā rūpam rūpan na prthak
wujud dari sunyata ternyata tidak terpisahkan dengan wujud dari rupa

6.
sūnyatā sūnyatāya na prthak rūpam
kekosongan dari sunyata tidak terpisahkan dari rupa

7.
yad rūpam sa sūnyatā ya sūnyatā sa rūpam
wujud dari (sa)  sunyata itu adalah sunyata/kekosongan dari (sa) rupa
dst.

Mulai dari bait ke-3, jelas di sini prajnaparamita diawali dengan menjelaskan mengenai panca skanda. Bahwa jati diri atau ciri dari panca skanda adalah sunya/kosong. Dengan kata lain tidak ada jati diri/atma.

Bait ke-5 & 6 memberikan sebuah kasus yaitu pada rupa/jasmani (bagian dari panca skanda). Wujud dari sunyata tidak lain adalah kekosongan itu sendiri, yang ternyata tidak terpisahkan (na prthak) dengan wujud dari rupa/jasmani (wujud dari rupa adalah rupa/jasmani itu sendiri). Singkatnya kesunyataan tidak bisa terlepas dari rupa/jasmani.

Orang-orang sering mengatakan kosong sama dengan isi karena kemungkinan menerjemahkan kata “na prthak” sebagai “tidak berbeda/sama” padahal berarti “tidak terpisahkan”. Dua hal yang tidak terpisahkan bukan berarti kedua hal tersebut sama. Bukit dan lembah adalah hal yang tidak terpisahkan, jika ada bukit pasti ada lembah, namun keduanya tetap berbeda.

Jadi, dimana ada kekosongan , maka ada rupa/wujud, dimana ada rupa/wujud maka ada kekosongan. Hal yang berbeda dengan pengertian kekosongan = rupa/wujud atau rupa/wujud = kekosongan.

Bait ke-7 menjelaskan bahwa wujud/rupa dari kekosongan / sunyata itu (yaitu kekosongan itu sendiri) adalah kekosongan /sunyata yang ada pada  rupa/jasmani. Jika menggunakan persamaan, maka :

sunyata/kekosongan = kekosongan pada rupa/jasmani,

Ini berarti yang dipersamakan adalah kekosongan/sunyata dengan kekosongan yang ada pada rupa/jasmani, bukan mempersamakan kekosongan dengan rupa/jasmani.

Kalau diganti dengan istilah lain menjadi anatta-nya sunyata adalah sama dengan anatta-nya rupa/jasmani.

Itu saja, cmiiw.


Menarik sekali, baru tahu kalo ada terjemahan lain dari Prajna Paramita Hrdaya Sutra ini....

Bisa diberikan terjemahan isi sutra ini secara lengkap dari awal sampai akhir sesuai dengan versi terjemahan yang berbeda dari terjemahan yg umumnya ini?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #48 on: 22 November 2012, 09:30:24 PM »
Ya, ini saya setuju. Kekosongan di sini adalah sunya yang merujuk pada hakikat skandha, bukan seperti kosong dalam konteks "akincannayatana", apalagi konteks 'gelas kosong/isi; tahu pong/isi'.

Yup.
Munculnya istilah kosong=isi, isi=kosong bagi saya karena salah menerjemahkan dan ini telah digaungkan selama berabad-abad. Banyak orang menganggap istilah ini dalam level teori saja sudah membingungkan karena adanya pembolak-balikkan kata, oleh karena itu dianggap sebagai ajaran kelas tinggi, bahkan dijadikan pondasi berdirinya aliran tertentu.

Bagi kita yang suka menelaah, maka kita bisa melihat bahwa istilah ini adalah berkaitan dengan terjemahan dan dalam bentuk terjemahan lainnya ternyata ajaran ini mengandung ajaran standar. Apalagi saat kita membandingkan dengan litetur lain seperti Kanon Pali, dalam Sunya Sutta contohnya, maka kita bisa mengerti dengan jelas apa maksud dari sunyata/kosong.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #49 on: 22 November 2012, 09:31:02 PM »
Menarik sekali, baru tahu kalo ada terjemahan lain dari Prajna Paramita Hrdaya Sutra ini....

Bisa diberikan terjemahan isi sutra ini secara lengkap dari awal sampai akhir sesuai dengan versi terjemahan yang berbeda dari terjemahan yg umumnya ini?

Tentu saja anda baru tahu Sdr. Ariyakumara, karena baru tadi siang saya terjemahkan  ;D. Seperti yang saya sampaikan di awal saya menerjemahkannya secara bodoh (pakai kamus), khususnya hanya pada bait yang berkaitan dengan yang di permasalahkan yaitu kosong=isi, isi=kosong. Jadi saya tidak menerjemahkan bait lainnya. Dan saya lihat bait lainnya tidak banyak berbeda artinya dengan terjemahan lain yaitu mengenai keadaan dari Sunyata.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #50 on: 22 November 2012, 11:04:37 PM »
Tentu saja anda baru tahu Sdr. Ariyakumara, karena baru tadi siang saya terjemahkan  ;D. Seperti yang saya sampaikan di awal saya menerjemahkannya secara bodoh (pakai kamus), khususnya hanya pada bait yang berkaitan dengan yang di permasalahkan yaitu kosong=isi, isi=kosong. Jadi saya tidak menerjemahkan bait lainnya. Dan saya lihat bait lainnya tidak banyak berbeda artinya dengan terjemahan lain yaitu mengenai keadaan dari Sunyata.

 :))
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #51 on: 23 November 2012, 02:02:32 PM »
Dua hal yang tidak terpisahkan bukan berarti kedua hal tersebut sama. Bukit dan lembah adalah hal yang tidak terpisahkan, jika ada bukit pasti ada lembah, namun keduanya tetap berbeda.


Apakah bro pernah melihatnya terpisah /keadaan terpisahkan, maka bro mengatakan tidak terpisahkan? dalam pengertian seperti seseorang mengatakan ini bukan air tawar dengan menunjukkan pada susu karena ia pernah melihat air tawar. Jika ia tidak pernah melihat air tawan, dapatkan ia mengatakan itu bukan air tawar?
Hanya dalam/melalui pengertian/penalaran suatu keadaan yang terpisah, maka sesuatu dapat dikatakan tidak terpisahkan. Jika begitu apakah bro pernah melihatnya terpisah?

Ibarat seperti sepotong kayu yang panjang, bro membuat garis pada tengah tengah kayu tersebut. Sehingga seseorang mempersepsikan sisi kiri dan kanan. Seperti yang bro katakan wujud dan kosong tidak terpisah, dapatkah kita mengatakan ke dua sisi kayu tersebut tidak terpisahkan? Apakah bro pernah melihat mereka terpisah sehingga dapat dikatakan tidak terpisah? Apakah mereka bersatu sehingga dikatakan tidak terpisah? Kalau mereka menyatu bukankah itu hal yang sama?
Kecuali bro mempersepsikan dalam pandangan sempit yg hanya melihat karakteristik rupa, maka kita melihat ke 2 ujung tersebut terpisah, tetapi benarkan terpisah? Kita bahkan tidak bisa mengatakan ke 2 ujung kayu tersebut terpisah atau tidak terpisah, karena esensi mreka adalah kayu yang memproyeksikan ke dua sisi yang dicerapi oleh kita. Hanya yg terdelusi mengatakan ke 2 ujung terpisah atau tidak terpisah, bahwa ada 2 sisi tersebut, sama seperti seseorang yang mengatakan gelas itu sentengah berisi dan yg laian mengatakan gelas itu setengah kosong tidak menyadari substansi dari yang dilihatnya.

Dapatkah kita mengatakan ia muncul bersama sama? Atau persepsi kita yang hanya melihat karakteristik/rupa dan membeda bedakan karakteristik tersebut dan mengatakan berbeda atau sama dan melihat kemunculan dan menganggap adanya kemunculan dan melihat ketidak terpisahan dan keterpisahan berdasarkan karakteristik tersebut?

Benarkah ke dua sisi tersebut muncul? Apakah sebelumnya ke 2 sisi tersebut tidak ada sehingga dikatakan ke 2 sisi tersebut muncul?

Sama seperti kita berada dalam satu ruang, kemudian kita memaku papan dengan memberi sekat atas dan bawah, tadinya yang tidak ada atas dan bawah sekarang muncul atas dan bawah, Apakah atas dan bawah tersebut muncul bersama sama? Benarkah atas dan bawah muncul dari kekosongan? Benarkah atas dan bawah tidak terpisahkan dalam pengertian bro pernah melihat atas dan bawah terpisah sama seperti analogi air tawar dan susu?

Jika berdasarkan pandangan sempit, hanya melihat karakteristik wujud, pandangan itu hanya menipu diri sehingga muncul ilusinya yang namanya atas dan bawah, muncul bersama dan tidak terpisahkan tanpa melihat yang dilihatnya adalah substansi ruangan tetapi terpesona oleh manifestasi yg muncul dari atas dan bawah sehingga mengenalnya seperti itu  dan mengatakan muncul bersama sama

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #52 on: 23 November 2012, 02:11:08 PM »
Dua hal yang tidak terpisahkan bukan berarti kedua hal tersebut sama. Bukit dan lembah adalah hal yang tidak terpisahkan, jika ada bukit pasti ada lembah, namun keduanya tetap berbeda.


Anggaplah misalnya kita katakan kepala , tubuh dan kaki tangan anda tidak terpisahkan, apakah kelana bukan orang yang sama?

Janganlah anda membawa analogi ini melenceng dan mengatakan benar setiap saat kelana bukan orang yang sama karena adanya perubahan dalam diri kita. Analogi disini bukan untuk melihat dari sisi ketidak kekalan dan perubahan tetapi dalam pengertian sama dan tidak sama kaitannya dengan keterpisahan.

Jika ada kepala maka ada kelana, jika ada kelana maka ada kepala
Jika ada kaki maka ada kelana, jika ada kelana maka ada kaki.

Sama seperti terdelusi mengatakan sisi koin tidak terpisahkan, tetapi mereka bukanlah hal yang sama, tetapi hal yang berbeda.

Sama seperti contoh analogi ruangan yang disekat dengan papan atas dan bawah, berdasarkan opini pengertian bro, atas dan bawah tidak terpisahkan, tetapi atas dan bwah bukanlah hal yang sama.

Ini dikarenakan bro melihat karakteristik wujud , adanya papan dan ke dua sisi yang terpisah oleh papan tanpa melihat substansi yang bro lihat yaitu ruangan sehingga terdelusi melihatnya sebagai sama atau beda.

Seseorang mengatakan itu hanyalah ruang, dan bro mengenalnya sebagai atas dan bawah
« Last Edit: 23 November 2012, 02:14:51 PM by djoe »

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #53 on: 23 November 2012, 02:21:06 PM »
yang terpenting adalah apakah anda tetap mengenakan pakaian atau tidak saat berpergian? Jika ya maka anda masih berpikiran diskriminasi, dualisme.

Jadi menurut anda seseorang yang tidak berpakaian saat bepergian sudah terbebaskan dari diskriminasi, dualisme?

Bukannya tidak berpakaian sendiri adalah dualisme dan diskriminasi?

Jika sudah terbebaskan dari diskriminasi, kenapa masih tidak berpakaian?

 :))

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #54 on: 23 November 2012, 02:33:40 PM »
Bro Djoe...

Argumen 'kosong adalah isi dan isi adalah kosong' anda pada akhirnya terhubung ke Kebenaran Absolut (di Abhidhamma disebut 'Paramattha Sacca').

Paramattha-sacca seyogyanya digunakan dalam pembahasan Abhdidhamma (absolut/hakiki) saja, jadi apa yg dibahas sesuai dengan yg dijelaskan.. satu bahasa

Jika mencomot penjelasan Paramattha-sacca untuk menjelaskan sesuatu yg konvensional (Sammuti-sacca) maka tentu saja kacau balau.. Dua2nya benar, tapi kacamata nya berbeda...

Anda dapat membaca bahwa Sang Buddha menjelaskan tentang Anatta, tapi dipihak lain Sang Budhha juga mengatakan saya.., kalian... dalam pembicaraan sehari2...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #55 on: 23 November 2012, 02:52:43 PM »
Bang Willi belum mengerti. Pria dan wanita itu sama, karena kita melihat pisik [sic] maka menjadi berbeda. Jadi orang yang sudah mengerti, sudah tidak dualisme, masuk toilet ga lihat-lihat dulu WC cewek/cowok.

Terlebih lagi, WC cewek/cowok itu sebenarnya satu, hanya karena disekat, dan berdasarkan persepsi orang, maka terjadilah "WC cewek" dan "WC cowok". Dan kalau tidak ada "WC cowok", maka "WC cewek" ga ada. Itulah sebabnya kalo "WC cowok" tutup, lagi dibersihin OB, cewek2 yang tercerahkan juga tidak pipis, sebab mereka tahu "WC cewek" tidak available tanpa "WC cowok" available, sebab kedua itu muncul bergantungan dan bersamaan.

Sudah paham blom? Paling gampang adalah kita tidak melihat pisik [sic], dan tidak perlu melihat gender lah, ruang lah, atau apa lah. Pejamkan mata, dan pipislah di manapun anda berdiri.

See? Kosong = isi; isi = kosong. Cewek = cowok; cowok = cewek (kalo ga liat pisik [sic]).

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #56 on: 23 November 2012, 02:54:33 PM »
Bang Willi belum mengerti. Pria dan wanita itu sama, karena kita melihat pisik [sic] maka menjadi berbeda. Jadi orang yang sudah mengerti, sudah tidak dualisme, masuk toilet ga lihat-lihat dulu WC cewek/cowok.

Terlebih lagi, WC cewek/cowok itu sebenarnya satu, hanya karena disekat, dan berdasarkan persepsi orang, maka terjadilah "WC cewek" dan "WC cowok". Dan kalau tidak ada "WC cowok", maka "WC cewek" ga ada. Itulah sebabnya kalo "WC cowok" tutup, lagi dibersihin OB, cewek2 yang tercerahkan juga tidak pipis, sebab mereka tahu "WC cewek" tidak available tanpa "WC cowok" available, sebab kedua itu muncul bergantungan dan bersamaan.

Sudah paham blom? Paling gampang adalah kita tidak melihat pisik [sic], dan tidak perlu melihat gender lah, ruang lah, atau apa lah. Pejamkan mata, dan pipislah di manapun anda berdiri.

See? Kosong = isi; isi = kosong. Cewek = cowok; cowok = cewek (kalo ga liat pisik [sic]).


 :)) :)) :))
 :'( :'( :'(

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #57 on: 23 November 2012, 05:38:21 PM »
Apakah bro pernah melihatnya terpisah /keadaan terpisahkan, maka bro mengatakan tidak terpisahkan? dalam pengertian seperti seseorang mengatakan ini bukan air tawar dengan menunjukkan pada susu karena ia pernah melihat air tawar. Jika ia tidak pernah melihat air tawan, dapatkan ia mengatakan itu bukan air tawar?
Spoiler: ShowHide
Hanya dalam/melalui pengertian/penalaran suatu keadaan yang terpisah, maka sesuatu dapat dikatakan tidak terpisahkan. Jika begitu apakah bro pernah melihatnya terpisah?
Ibarat seperti sepotong kayu yang panjang, bro membuat garis pada tengah tengah kayu tersebut. Sehingga seseorang mempersepsikan sisi kiri dan kanan. Seperti yang bro katakan wujud dan kosong tidak terpisah, dapatkah kita mengatakan ke dua sisi kayu tersebut tidak terpisahkan? Apakah bro pernah melihat mereka terpisah sehingga dapat dikatakan tidak terpisah? Apakah mereka bersatu sehingga dikatakan tidak terpisah? Kalau mereka menyatu bukankah itu hal yang sama?
Kecuali bro mempersepsikan dalam pandangan sempit yg hanya melihat karakteristik rupa, maka kita melihat ke 2 ujung tersebut terpisah, tetapi benarkan terpisah? Kita bahkan tidak bisa mengatakan ke 2 ujung kayu tersebut terpisah atau tidak terpisah, karena esensi mreka adalah kayu yang memproyeksikan ke dua sisi yang dicerapi oleh kita. Hanya yg terdelusi mengatakan ke 2 ujung terpisah atau tidak terpisah, bahwa ada 2 sisi tersebut, sama seperti seseorang yang mengatakan gelas itu sentengah berisi dan yg laian mengatakan gelas itu setengah kosong tidak menyadari substansi dari yang dilihatnya.
Dapatkah kita mengatakan ia muncul bersama sama? Atau persepsi kita yang hanya melihat karakteristik/rupa dan membeda bedakan karakteristik tersebut dan mengatakan berbeda atau sama dan melihat kemunculan dan menganggap adanya kemunculan dan melihat ketidak terpisahan dan keterpisahan berdasarkan karakteristik tersebut?
Benarkah ke dua sisi tersebut muncul? Apakah sebelumnya ke 2 sisi tersebut tidak ada sehingga dikatakan ke 2 sisi tersebut muncul?
Sama seperti kita berada dalam satu ruang, kemudian kita memaku papan dengan memberi sekat atas dan bawah, tadinya yang tidak ada atas dan bawah sekarang muncul atas dan bawah, Apakah atas dan bawah tersebut muncul bersama sama? Benarkah atas dan bawah muncul dari kekosongan? Benarkah atas dan bawah tidak terpisahkan dalam pengertian bro pernah melihat atas dan bawah terpisah sama seperti analogi air tawar dan susu?

Jika berdasarkan pandangan sempit, hanya melihat karakteristik wujud, pandangan itu hanya menipu diri sehingga muncul ilusinya yang namanya atas dan bawah, muncul bersama dan tidak terpisahkan tanpa melihat yang dilihatnya adalah substansi ruangan tetapi terpesona oleh manifestasi yg muncul dari atas dan bawah sehingga mengenalnya seperti itu  dan mengatakan muncul bersama sama

Bukit dan lembah tak terpisahkan sejak awal mereka eksis. Saat bukit ada maka lembah ada. Saat bukit tidak ada maka lembah tidak ada.  Ketika pada awal eksisnya saja keduanya sudah tak terpisahkan , bagaimana saya harus mengatakan bahwa saya pernah melihat keduanya terpisahkan?

Jika yang anda inginkan adalah bukti perkataan saya bahwa bukit dan lembah tak terpisahkan sejak awal mereka eksis, silahkan anda pergi ke pantai dan galilah pasir di sana dan tumpuk hingga membentuk sebuah bukit setinggi yang anda suka, maka anda akan lihat bukit dengan lembahnya, keduanya ada berdampingan sejak anda mulai membuatnya.


Quote
Anggaplah misalnya kita katakan kepala , tubuh dan kaki tangan anda tidak terpisahkan, apakah kelana bukan orang yang sama?

Spoiler: ShowHide
Janganlah anda membawa analogi ini melenceng dan mengatakan benar setiap saat kelana bukan orang yang sama karena adanya perubahan dalam diri kita. Analogi disini bukan untuk melihat dari sisi ketidak kekalan dan perubahan tetapi dalam pengertian sama dan tidak sama kaitannya dengan keterpisahan.

Jika ada kepala maka ada kelana, jika ada kelana maka ada kepala
Jika ada kaki maka ada kelana, jika ada kelana maka ada kaki.

Sama seperti terdelusi mengatakan sisi koin tidak terpisahkan, tetapi mereka bukanlah hal yang sama, tetapi hal yang berbeda.

Sama seperti contoh analogi ruangan yang disekat dengan papan atas dan bawah, berdasarkan opini pengertian bro, atas dan bawah tidak terpisahkan, tetapi atas dan bwah bukanlah hal yang sama.

Ini dikarenakan bro melihat karakteristik wujud , adanya papan dan ke dua sisi yang terpisah oleh papan tanpa melihat substansi yang bro lihat yaitu ruangan sehingga terdelusi melihatnya sebagai sama atau beda.

Seseorang mengatakan itu hanyalah ruang, dan bro mengenalnya sebagai atas dan bawah

Maaf anda salah, saya tidak akan mengatakan analogi anda melenceng tapi saya katakan analogi anda salah. Mengapa salah? Karena sejak lahir kepala, tubuh dan kaki, tangan saya memang tidak terpisahkan (jika terpisahkan maka saya sudah lama mati), dan anda katakan “anggaplah misalnya …tidak terpisahkan”? (ini berarti anda berpikir bahwa  kepala  tubuh dan kaki tangan saya terpisah).
Silahkan cari di google gambar tubuh manusia umumnya yang memang tidak terpisahkan, yang dijalin oleh tulang, sendi, otot, darah dll.

Jadi karena analogi anda salah maka penjelasan anda berdasarkan analogi juga salah, dengan demikian tidak perlu saya tanggapi. Benar tidak? Tentu saja benar.

Quote
Jadi menurut anda seseorang yang tidak berpakaian saat bepergian sudah terbebaskan dari diskriminasi, dualisme?

Bukannya tidak berpakaian sendiri adalah dualisme dan diskriminasi?

Jika sudah terbebaskan dari diskriminasi, kenapa masih tidak berpakaian?

 8) Jawabannya mudah, karena secara alami saat lahir anda tidak berpakaian, maka anda yang tidak berpikiran diskriminasi seharusnya kembali ke posisi alami di saat pikiran anda belum ternoda atau terpolusi dengan konsep kegunaan dari pakaian yang penuh dengan dualitas dan diskriminasi.

Nah, sekarang, bagaimana? Anda mau tanpa pakaian ketika pergi? Jika tidak berarti anda masih berpikir diskriminasi.  ^-^

Bahkan tulisan anda selama ini penuh dengan pikiran diskriminasi, dualisme.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #58 on: 24 November 2012, 05:37:05 AM »

Bahkan tulisan anda selama ini penuh dengan pikiran diskriminasi, dualisme.

mungkin aja sudah melampui, triasisme   ;D
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #59 on: 24 November 2012, 10:09:23 AM »
Bukit dan lembah tak terpisahkan sejak awal mereka eksis. Saat bukit ada maka lembah ada. Saat bukit tidak ada maka lembah tidak ada.  Ketika pada awal eksisnya saja keduanya sudah tak terpisahkan , bagaimana saya harus mengatakan bahwa saya pernah melihat keduanya terpisahkan?

Jika yang anda inginkan adalah bukti perkataan saya bahwa bukit dan lembah tak terpisahkan sejak awal mereka eksis, silahkan anda pergi ke pantai dan galilah pasir di sana dan tumpuk hingga membentuk sebuah bukit setinggi yang anda suka, maka anda akan lihat bukit dengan lembahnya, keduanya ada berdampingan sejak anda mulai membuatnya.


Bagaimana kita bisa mengatakan susu bukanlah air tawar jika kita belum pernah mengenal air tawar?
Bagaimana kita bisa mengatakan bukit dan lembah tidak terpisahkan jika kita belum mengenal yang terpisahkan?

kita  tidak menyadari telah mengambil kesimpulan tak terpisahkan hanya berdasarkan persepsi dan karakteristik wujud
kita  tidak menyadari hanya bergerak di dalam persepsinya, melekat pada kata kata, mendiskriminasikan dengan melihat karakteristik dari segala sesuatu.

8) Jawabannya mudah, karena secara alami saat lahir anda tidak berpakaian, maka anda yang tidak berpikiran diskriminasi seharusnya kembali ke posisi alami di saat pikiran anda belum ternoda atau terpolusi dengan konsep kegunaan dari pakaian yang penuh dengan dualitas dan diskriminasi.

Saya baru tahu yang namanya keadaan terbebaskan dari dualitas berdasarkan kondisi dan kesimpulan"karena secara alami saat lahir anda tidak berpakaian,.............. " dan diikuti dengan kata seharusnya
 :)) :)) :))

Dikarenakan pandangan kita  yang masih diskriminasi dan terkondisi sehingga hanya bergerak di dalamnya.
Mensyaratkan sesuatu harus seperti itu agar terbebaskan dari dualitas tidak menyadari kita hanya bergerak berputar putar didalamnya.

Jadi dengan kondisi pikiran seperti ini, bagaimana mungkin kita mengenali keadaan terbebaskan dari dualitas?

.. di saat pikiran anda belum ternoda atau terpolusi dengan konsep kegunaan dari pakaian yang penuh dengan dualitas dan diskriminasi.

lalu kenapa bro menangis ketika bro ngompol. Maksud saya sewaktu bayi loh bukan sekarang
 :)) :)) :))


Jadi cukup sampai disini saja sebelum terjadi debat kusir hanya untuk menunjukkan ego.
Mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan.
 _/\_
« Last Edit: 24 November 2012, 10:32:17 AM by djoe »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #60 on: 24 November 2012, 10:15:36 AM »
Bagaimana bisa melihat kepala/tangan/kaki kelana terpisahkan kalau belum pernah lihat mutilasi?
Bagaimana bisa bilang monyet bukan dinosaurus kalau belum pernah lihat T-Rex?

Orang tersebut  menyadari telah mengambil kesimpulan tak terpisahkan hanya berdasarkan persepsi dan karakteristik wujud
Orang tersebut tidak menyadari ia hanya bergerak di dalam persepsinya, melekat pada kata kata, mendiskriminasikan dengan melihat karakteristik dari segala sesuatu.

 :|

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #61 on: 24 November 2012, 10:36:45 AM »
Masturbasi kata-kata ?    ;D
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #62 on: 24 November 2012, 12:01:11 PM »
Bagaimana kita bisa mengatakan susu bukanlah air tawar jika kita belum pernah mengenal air tawar?
Bagaimana kita bisa mengatakan bukit dan lembah tidak terpisahkan jika kita belum mengenal yang terpisahkan?

kita  tidak menyadari telah mengambil kesimpulan tak terpisahkan hanya berdasarkan persepsi dan karakteristik wujud
kita  tidak menyadari hanya bergerak di dalam persepsinya, melekat pada kata kata, mendiskriminasikan dengan melihat karakteristik dari segala sesuatu.

Jawabannya sama, bukit dan lembah tak terpisahkan sejak awal mereka eksis, bagaimana saya harus mengatakan bahwa saya pernah melihat keduanya terpisahkan? Ini sama seperti meminta saya  membuktikan bumi itu datar. Ini adalah pertanyaan/permintaan yang salah dan bodoh.

Contoh dan bukti bahwa bukit dan lembah tidak terpisahkan telah saya berikan. Bukti sudah di depan mata, selanjutnya terserah anda.

Upaya anda untuk memisahkan bukit dan lembah justru merupakan bukti bahwa pikiran anda dalam keadaan diskiminatif. Dan semuanya ini terjadi karena anda belum bisa menerima sanggahan bahwa konsep isi=kosong, kosong= isi adalah suatu kesalahan. Itulah ego anda!


Quote
Saya baru tahu yang namanya keadaan terbebaskan dari dualitas berdasarkan kondisi dan kesimpulan"karena secara alami saat lahir anda tidak berpakaian,.............. " dan diikuti dengan kata seharusnya
 :)) :)) :))

Dikarenakan pandangan kita  yang masih diskriminasi dan terkondisi sehingga hanya bergerak di dalamnya.
Mensyaratkan sesuatu harus seperti itu agar terbebaskan dari dualitas tidak menyadari kita hanya bergerak berputar putar didalamnya.

Jadi dengan kondisi pikiran seperti ini, bagaimana mungkin kita mengenali keadaan terbebaskan dari dualitas?

Itu bukan keadaan terbebaskan tetapi keadaan pure/alami pikiran sebelum memiliki konsep dualitas kegunaan pakaian. Jadi, kita tidak membahas keadaan terbebaskan tetapi membahas mengenai munculnya konsep dualitas kegunaan pakaian.

Quote
lalu kenapa bro menangis ketika bro ngompol. Maksud saya sewaktu bayi loh bukan sekarang
 :)) :)) :))


Jadi cukup sampai disini saja sebelum terjadi debat kusir hanya untuk menunjukkan ego.
Mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan.
 _/\_


Ketika bayi, saya menangis waktu ngompol? Jawababnya mudah  8) : Saya tidak ingat. Jika yang ingin anda sampaikan adalah adanya pikiran diskriminasi pada bayi, jelas ada, tapi kita sedang membicarakan mengenai konsep diskriminas/dualitas  kegunaan pakaian, bukan  konsep dualitas nyaman dan tidak nyaman pada bayi yang ngompol. Jadi jangan berusaha mengaburkan permasalahan, ini ciri khas licik orang yang sudah tidak mempu menjawab. Debat kusir?? Ini hanya alasan anda karena tidak bisa menjawab atau menepis argumen, itu saja.

So, anda tidak berpakaian hari ini? Saya yakin masih karena pikiran anda penuh dengan diskriminatif.  Bahkan karena sangat hebatnya diskriminasi yang ada pada anda, maka anda berusaha memisahkan 2 hal yang tidak bisa dipisahkan, ini namanya usaha diskriminasi dan anda justru terjebak di dalamnya. ^-^

Jadi terakhir, jelas bahwa:
- konsep isi = kosong, kosong = isi adalah suatu kesalahan.
- dua hal yang muncul tidak terpisahkan bukan berarti dua hal tersebut adalah sama

Selanjutnya saya rasa tidak perlu menanggapi komentar anda berkaitan dengan hal ini.

BTW: Anda menggunakan icon _/\_  , saya tidak tahu anda sedang memberi hormat pada saya atau.... Kalau berdasarkan konsep isi=kosong, kosong= isi berarti anda sedang........ isi sendiri. Ini bukti lagi anda masih dalam pikiran diskriminatif  :))

Spoiler: ShowHide
(Sayang sekali para wartawan  dan penjual koran menjadi kecewa karena tidak bisa melihat seseorang berjalan-jalan tanpa pakaian dengan alasan isi=kosong, kosong=isi  :)) )

GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #63 on: 24 November 2012, 12:04:10 PM »
Bagaimana bisa melihat kepala/tangan/kaki kelana terpisahkan kalau belum pernah lihat mutilasi?
Bagaimana bisa bilang monyet bukan dinosaurus kalau belum pernah lihat T-Rex?

Orang tersebut  menyadari telah mengambil kesimpulan tak terpisahkan hanya berdasarkan persepsi dan karakteristik wujud
Orang tersebut tidak menyadari ia hanya bergerak di dalam persepsinya, melekat pada kata kata, mendiskriminasikan dengan melihat karakteristik dari segala sesuatu.

 :|

Yup itulah ke-error-an ybs, orang lain tidak boleh melakukan sesuatu tetapi ia boleh. Sangat lucu hasil dari kosong=isi, isi=kosong menjadikan pikiran seseorang error
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #64 on: 24 November 2012, 12:25:37 PM »
Udah dijelasin dari awal sama bang kelana kalo sutra itu mengatakan panca skandha -termasuk persepsi- adalah shunya. Sama sekali tidak menyinggung "berdasarkan persepsi, ada yang kosong ada yang tidak kosong." Masih saja dengan susah payah mempertahankan pendapat pribadi.

-------

Yup itulah ke-error-an ybs, orang lain tidak boleh melakukan sesuatu tetapi ia boleh. Sangat lucu hasil dari kosong=isi, isi=kosong menjadikan pikiran seseorang error
Iya, karena membingungkan orang yang mendengar, kesannya seolah-olah 'filosofi tingkat tinggi yang hanya bisa dimengerti orang level tertentu', padahal memang terjemahan sembarangan aja. Juga penggunaannya tidak konsisten, misalnya:

Dalam kasus gelas setengah kosong = setengah isi, ini adalah 2 hal yang muncul bersamaan, sama seperti koin dan lembah. Apakah mau lihat sisi setengah penuh/kosong, koin kepala/ekor, gunung/lembah, memang tergantung persepsi.

Dalam kasus cewek = cowok, ini adalah 2 hal yang tidak saling bergantungan dan bukan tak terpisahkan. Cewek yah cewek, keberadaannya ga harus tergantung keberadaan cowok. Malah dibilang itu karena lihat pisik [sic], kalau merem, maka sama aja.

Nyerah deh...


Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #65 on: 24 November 2012, 04:09:39 PM »
pisik [sic] maksudnya apa yah?? :|
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #66 on: 24 November 2012, 04:13:08 PM »
pisik [sic] maksudnya apa yah?? :|

Thus; so. Used to indicate that a quoted passage, especially one containing an error or unconventional spelling, has been retained in its original form or written intentionally.

http://www.thefreedictionary.com/sic

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Sutra Penjelasan Keadaan Kebuddhaan yang Tak Terbayangkan
« Reply #67 on: 24 November 2012, 04:19:12 PM »
ohhh.... ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_