//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: tradisi pai cheng bu  (Read 52507 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
tradisi pai cheng bu
« on: 27 August 2011, 10:56:28 AM »
mohon bimbingan dari para senior.

saya seorang ayah, sekarang anak saya sudah genap berusia 1 tahun 1 bulan

menurut tradisi tionghoa, mama dan papa saya mengajarkan saya yang punya momongan untuk "pai cheng bu" pada setiap bulan tepat pada tanggal kelahiran anak saya.
menurut kepercayaan, "cheng bu" adalah pelindung, pembimbing yang menjaga bagi bayi kita. mungkin di dunia barat istilah "cheng bu" di namakan "ibu peri" (mohon koreksi bila salah)

jadi dimana pada tanggal kelahiran anak saya, maka saya akan "pai cheng bu"
tempat :
di kamar, tepatnya di kasur tempat biasa anak saya tidur.

1 lampu minyak (katanya ada yang pake lilin juga, tapi saya pake lampu minyak)
1 mangkuk nasi + telur
belasan lembar kimcoa + 3 batang hio
1 hiolo
1 kaleng tempat pembakaran kimcoa.

ucapannya kira2 gini :
cheng bu, ini hari 8 gwe 27, anak ini (nama anak saya) sudah berusia 1 tahun 1 bulan. sekarang ini anak semakin nakal, suka memanjat kursi, meja atau sesuatu yang tinggi. engkau harus lebih memperhatikan dan menjaga kala kami lengah.  jangan sampai ini anak jatuh dan terluka.
juga engkau harus jaga supaya ini anak bobo dengan nyenyak pada malam, dan bermain dengan gembira pada siang.
ini ada sedikit nasi, makan lah. juga ada sedikit kimcoa untuk engkau.

setelah itu bakar kimcoa, setelah kimcoa padam simpan nasi, lampu minyak dan hiolo.

dan sampai hari ini saya meyakininya, dan mempraktikkannya tanpa alpa.

sebagai informasi, dalam pai cheng bu kita tidak boleh meminta "po pi", lebih tepatnya kita menyuruh bukan memohon. konon katanya cheng bu adalah bertugas menjaga anak, jadi kita tidak memohon tapi mengingatkan. seperti ucapan saya diatas yang mengingatkan bahwa anak ini sudah pandai memanjat kursi, meja dan lainnya yang cukup berbahaya, jadi kita kudu ngingatkan pada cheng bu supaya lebih fokus buat jaga anaknya. anaknya? ya dalam pengertian disini anak kita juga adalah anaknya cheng bu. so kita tidak boleh memohon hanya mengingatkan.

mungkin bagi sebagian orang ini terdengar lucu, tapi jika anda tionghoa yang hidup di sekitar Provinsi Riau tentu sudah tidak asing lagi dengan ini. saya tidak tau kebiasaan atau kepercayaan atau tradisi ini ditempat lain apakah ada atau tidak?

pertanyaannya. bagaimanakah pandangan Buddhisme mengenai PAI CHENG BU ?
apakah dari para DC-ers pernah atau mengetahui mengenai tradisi ini? mohon sharenya.
lanjut, apa dengan tetap menjalankan tradisi pai cheng bu saya melenceng dari ajaran Buddha?

sekali lagi mohon bimbingan dari para senior
 _/\_ _/\_ _/\_ _/\_

Offline Sunce™

  • Sebelumnya: Nanda
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.350
  • Reputasi: 66
  • Gender: Male
  • Nibbana adalah yang Tertinggi
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #1 on: 27 August 2011, 11:17:05 AM »
tidak ada dalam ajaran buddha hal itu, lebih baik mengandalkan diri sendiri dengan berbuat baik daripada makhluk lain yang tidak kelihatan.

kalo melenceng, mungkin lebih tepat anda tidak sedang menjalankan ajaran buddha, tapi ajaran turun temurun.


Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #2 on: 27 August 2011, 11:32:19 AM »
tidak ada dalam ajaran buddha hal itu, lebih baik mengandalkan diri sendiri dengan berbuat baik daripada makhluk lain yang tidak kelihatan.

kalo melenceng, mungkin lebih tepat anda tidak sedang menjalankan ajaran buddha, tapi ajaran turun temurun.

terima kasih atas jawabannya.

jadi kesimpulannya itu adalah tradisi ajaran turun temurun dari leluhur, dan karena bukan bagian dari ajaran Buddha makanya tidak bisa disebut melenceng.
tapi jika itu dilakukan oleh saya yang juga berusaha menjalankan ajaran Buddha, apa saya masih bisa disebut sebagai murid dari guru besar Sidarta Gautama?

Offline Sunce™

  • Sebelumnya: Nanda
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.350
  • Reputasi: 66
  • Gender: Male
  • Nibbana adalah yang Tertinggi
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #3 on: 27 August 2011, 11:40:05 AM »
kalo sudah mengucapkan tisarana berati sudah menjadi upasaka.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #4 on: 27 August 2011, 11:48:13 AM »
itu melenceng dari ajaran Buddha, ajaran Buddha dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan mengajarkan pandangan benar, dan yg anda lakukan itu adalah praktik pandangan salah bahwa ada sosok pelindung yg melindungi anak anda.

Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #5 on: 27 August 2011, 11:56:43 AM »
kalau kata kakao yang dari Tridharma, gpp lakukan aja selama itu masih tidak memberatkan kamu, karena yang sayang itu nanti tradisinya hilang dengan sendiri kl tdk diteruskan,..lama-lama akan menjadi Budhhist yang exstreem,..melarang, tidak boleh, dan sebagainya, umat Buddha adalah umat pembelajar, sebagaimana tujuan anda, kalau itu bermanfaat, walaupun kecil, atau bisa membuat anggota keluarga berkumpul, lakukanlah, tapi liat makna setiap upacara itu, Nabi Khong Hu Cu berkata :"bukan mahal dan meriahnya yang didilihat, namun makna yang terkandung didalamnya, makna upacara dan tradisinya yang disayangkan !" ketika itu Nabi ditanya tentang boleh tidaknya kita melakukan suatu upacara tertentu. ;D
mungkin kakao kurang dalem memahami, tapi berusaha untuk menjawab
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #6 on: 27 August 2011, 12:09:58 PM »
kalau kata kakao yang dari Tridharma, gpp lakukan aja selama itu masih tidak memberatkan kamu, karena yang sayang itu nanti tradisinya hilang dengan sendiri kl tdk diteruskan,..lama-lama akan menjadi Budhhist yang exstreem,..melarang, tidak boleh, dan sebagainya, umat Buddha adalah umat pembelajar, sebagaimana tujuan anda, kalau itu bermanfaat, walaupun kecil, atau bisa membuat anggota keluarga berkumpul, lakukanlah, tapi liat makna setiap upacara itu, Nabi Khong Hu Cu berkata :"bukan mahal dan meriahnya yang didilihat, namun makna yang terkandung didalamnya, makna upacara dan tradisinya yang disayangkan !" ketika itu Nabi ditanya tentang boleh tidaknya kita melakukan suatu upacara tertentu. ;D
mungkin kakao kurang dalem memahami, tapi berusaha untuk menjawab

awalnya juga saya tidak ngerti apa2, saya menjalankannya juga karena di sarankan oleh para senior dalam keluarga termasuk papa dan mama.
tapi setelah menjalankannya saya jadi tentram lho... mungkin cuman sugesti bahwa dengan begitu anak saya juga dilindungi oleh sesuatu yang laen selain saya dan istri sebagai orang tua.
lagian dalam asumsi saya mungkin Chengbu disini berasal dari alam lain, mungkin karena jodoh atau karma baik saya bisa dibantu oleh sesuatu dari alam lain.
apa pengertian saya yang begini adalah salah?

mohon bimbingan  _/\_ _/\_ _/\_

Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #7 on: 27 August 2011, 12:34:00 PM »
awalnya juga saya tidak ngerti apa2, saya menjalankannya juga karena di sarankan oleh para senior dalam keluarga termasuk papa dan mama.
tapi setelah menjalankannya saya jadi tentram lho... mungkin cuman sugesti bahwa dengan begitu anak saya juga dilindungi oleh sesuatu yang laen selain saya dan istri sebagai orang tua.
lagian dalam asumsi saya mungkin Chengbu disini berasal dari alam lain, mungkin karena jodoh atau karma baik saya bisa dibantu oleh sesuatu dari alam lain.
apa pengertian saya yang begini adalah salah?

mohon bimbingan  _/\_ _/\_ _/\_
nggak nggak ada yang salah, Buddha mengetahui adanya 31 alam kehidupan dan kadang masih bersinggungan dengan alam manusia, jadi kalau anda melihat sisi Buddhisme, bukan tidak mungkin adanya makhluk alam lain yang ikut membantu menjaga anak anda, bisa saja leluhur atau sebagainya, kalau anda sdh tentram melakukan itu, ya teruskan saja, dan yakini, karena kekuatan keyakinan anda itu akan menimbulkan Kamma anda dan kamma leluhur2 anda untuk selalu bisa menjaga anda dan keluarga anda, juga apakah jika anda menentang papa dan mama anda anda pasti akan menerima kekecewaankan? ada pepatah dan nasehat dari orang tua terdahulu "melakukan kebaikan apapun kalau nggak "Hom mia"(melakukan bakti termasuk mendengarkan perkataannya) sama Orang tua nggak akan munggah(mencapai tujuan) karena kakao cina benteng taunya pepatah cina benteng ;D anda termasuk orang yang membahagikan orangtua ;D
yang salah itu kalau kita menyembahyangi, terus,memohon orang lain celaka, trus adanya tumbal makhluk lain, itu baru dikatakan salah pandangan, kl cuma semacam sugesti dan kepercayaan, itu tidak salah, kalau nggak percaya, tanyalah orang2tua dulu atau ahli2 hong sui, karena memang mereka khusus melakukan itu, tapi kl anak2 muda jaman sekarang jarang sekali yang tau tradisi-tradisi yang ada, kadang demi ringkasnya sering di skip, misalnya persembahyangan saja, kl adat tionghoa itu ada bandeng, ayam, dll, itu sebenarnya hanyalah simbol dan penuh makna, jadi orang sdh tau yng meninggal siapa? orang tua atau anak muda, jd nggak perlu tanya2 lagi, bukannya diganti dengan fred chicken yang lebih praktis dll,.waduh salah kaprah
udah ah,.wwkkwkkwk kayak engkong2 kakao menjelaskannya terlalu kolot, ;D :whistle:
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline Pikochan_chan

  • Sebelumnya: Good Listener
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 232
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
  • Welcome at Jungle
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #8 on: 27 August 2011, 12:56:16 PM »
nggak nggak ada yang salah, Buddha mengetahui adanya 31 alam kehidupan dan kadang masih bersinggungan dengan alam manusia, jadi kalau anda melihat sisi Buddhisme, bukan tidak mungkin adanya makhluk alam lain yang ikut membantu menjaga anak anda, bisa saja leluhur atau sebagainya, kalau anda sdh tentram melakukan itu, ya teruskan saja, dan yakini, karena kekuatan keyakinan anda itu akan menimbulkan Kamma anda dan kamma leluhur2 anda untuk selalu bisa menjaga anda dan keluarga anda, juga apakah jika anda menentang papa dan mama anda anda pasti akan menerima kekecewaankan? ada pepatah dan nasehat dari orang tua terdahulu "melakukan kebaikan apapun kalau nggak "Hom mia"(melakukan bakti termasuk mendengarkan perkataannya) sama Orang tua nggak akan munggah(mencapai tujuan) karena kakao cina benteng taunya pepatah cina benteng ;D anda termasuk orang yang membahagikan orangtua ;D
yang salah itu kalau kita menyembahyangi, terus,memohon orang lain celaka, trus adanya tumbal makhluk lain, itu baru dikatakan salah pandangan, kl cuma semacam sugesti dan kepercayaan, itu tidak salah, kalau nggak percaya, tanyalah orang2tua dulu atau ahli2 hong sui, karena memang mereka khusus melakukan itu, tapi kl anak2 muda jaman sekarang jarang sekali yang tau tradisi-tradisi yang ada, kadang demi ringkasnya sering di skip, misalnya persembahyangan saja, kl adat tionghoa itu ada bandeng, ayam, dll, itu sebenarnya hanyalah simbol dan penuh makna, jadi orang sdh tau yng meninggal siapa? orang tua atau anak muda, jd nggak perlu tanya2 lagi, bukannya diganti dengan fred chicken yang lebih praktis dll,.waduh salah kaprah
udah ah,.wwkkwkkwk kayak engkong2 kakao menjelaskannya terlalu kolot, ;D :whistle:

Betul….betul….betul anjuran Shifu Cacao ;)
:) Selama Koko Rico merasa bahwa tradisi pai cheng bu member sugesti yg positif & tdk merugikan makhluk lain, lakukanlah sebagai tradisi dalam Keluarga Koko Rico…..(tp jgn sampai meninmbulkan kemelekatan yg blind ;) )
:) Selain itu ada baiknnya jika Koko melakukan pelimpahan jasa atas nama Putra Koko(hny saran) dgn mekakukan kebajikan yg buah kamma baiknya dilimpahkan kpd Anak Koko Rico ;)
:) Dengan melakukan hal tersebut, sdh sewajarnnya jika Makhluk lain akan membantu melindungi Putra Koko (Ex: Para Dewa)
:) Semoga berkenaan & bermanfaat
;) Siyuegen Shifu Cacao & Koko Rico

_/\_ SSBS


Offline Dhammapada

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 142
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
  • Semangat Dalam Dhamma
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #9 on: 27 August 2011, 10:20:36 PM »
menurut saya , tidak salah , dlm buddhis tdk ad dikatakan setelah kt mengikuti buddhis kt membuang semua tradis-tradisi kt. namun kt boleh menjalankan tradisi-tradisi kt yg baik.dlm buddhis ad namnya alam dewa, dan dalam banyak cerita buddhis dewa juga dapat membantu manusia :), namun kt ttp ingat hukum karma, apa yg kt perbuat baik tentu hasilnya baik.
“Jikalau Tuhan adalah penyebab dari semua yang terjadi, apalah gunanya usaha keras/pengorbanan manusia?”

[Asvaghosa, Buddha-carita 9, 53]

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #10 on: 27 August 2011, 10:23:59 PM »
'umat tetangga' juga sama asal tidak merugikan pihak ke 3. Semua tidak masalah

yang bermasalah adalah anda2 menjalankan praktek pandangan salah terus menerus.
kalau pandangan salah terus dilakoni.
kapan maju akan pandangan benar ?
sekarang ini ajaran Buddha Gotama masih eksis lho, kapan lagi kalau tidak sekarang praktek 'benar'
 _/\_

arigato
« Last Edit: 27 August 2011, 10:31:55 PM by sukuhong »

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #11 on: 27 August 2011, 10:30:56 PM »
salah ucap jadi 'pai tu bo' (sembahyang babi betina)  =)) =)) =))

Offline JackDaniel

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 824
  • Reputasi: 24
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #12 on: 27 August 2011, 11:09:31 PM »
kalo bagi ane sih ga masalah kalo ikut tradisi, secara ane sih lebih ke pandangan Theravada tp ane sih keturunan tionghoa,
dan saya juga menghormati tradisi yg di temurunkan leluhur saya. karena saya pkir sayang sekali kalo tradisi2 yg di jalankan leluhur saya sampai orang tua saya lenyap begitu saja. jd ya tetap jalankan aja, asal jgn merugikan org lain :)
"Karena pandangan yang salah orang bodoh menghina ajaran mulia, orang suci dan orang bijak. Ia akan menerima akibatnya yang buruk, seperti rumput kastha yang berbuah hanya untuk menghancurkan dirinya sendiri".

DHAMMAPADA, syair 164

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #13 on: 27 August 2011, 11:13:55 PM »
Kalau pertanyaannya adalah apakah melenceng dari ajaran Buddha, saya pribadi mengatakan ya.

Sang Buddha jelas menyampaikan dalam Tipitaka:
“Semua mahluk hidup mempunyai kamma sebagai milik mereka, mewarisi kammanya sendiri, lahir dari kammanya sendiri, berhubungan dengan kammanya sendiri, dilindungi oleh kammanya sendiri. Kamma itulah yang membedakan makhluk hidup dalam keadaan rendah atau tinggi." (Majjhima Nikaya 135)

Dan maaf bagi mereka penghayat tradisi ini, dengan mengucapkan kalimat pada tradisi pai cheng bu seperti tersebut di atas:
“cheng bu, ini hari 8 gwe 27, anak ini (nama anak saya)……”

Maka seseorang akan cenderung menyalahkan pihak lain atas apa yang terjadi pada dirinya / si anak. Saat si anak jatuh dari tempat tidur, orang tua akan cenderung menyalahkan “ibu peri” karena dianggap lalai. Padahal orang tuanya sendiri yang lupa untuk menutup pagar tempat tidur bayinya. Hal ini tidaklah mendidik bagi orang tua itu sendiri karena berusaha menghindar dari tanggung jawab dan menurunkan kewaspadaan.

Perilaku menyalahkan pihak lain yang dilakukan orang tua cepat atau lambat akan ditiru oleh anaknya khususnya ketika sudah beranjak balita. Salah satu contoh kasus adalah saat si anak tersandung kaki kursi dan menangis, orang tua menyalahkan kursi dengan memukul kursi tersebut. Ini adalah pendidikan yang buruk bagi anak-anak yang kelak nantinya mereka tidak mau menerima kesalahan yang telah mereka perbuat, justru cenderung menyalahkan orang lain atas perbuatan salah yang mereka lakukan.

Jika ditanya apakah boleh melakukan tradisi tersebut? Tidak ada larangan maupun anjuran dalam ajaran Buddha mengenai tradisi tersebut. Tapi sebagai Buddhis yang dikatakan sebagai umat yang pembelajar maka perlu menelaah kemanfaatan tradisi tersebut bukan hanya sekedar makna yang terkandung di dalamnya. Jika dikira tidak bermanfaat dan perlu ditinggalkan , ya tinggalkan, dan kita tidaklah akan menjadi orang yang ekstrem saat meninggalkan sesuatu yang memang tidak bermanfaat.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #14 on: 28 August 2011, 09:23:47 AM »
Kalau pertanyaannya adalah apakah melenceng dari ajaran Buddha, saya pribadi mengatakan ya.

Sang Buddha jelas menyampaikan dalam Tipitaka:
“Semua mahluk hidup mempunyai kamma sebagai milik mereka, mewarisi kammanya sendiri, lahir dari kammanya sendiri, berhubungan dengan kammanya sendiri, dilindungi oleh kammanya sendiri. Kamma itulah yang membedakan makhluk hidup dalam keadaan rendah atau tinggi." (Majjhima Nikaya 135)

Dan maaf bagi mereka penghayat tradisi ini, dengan mengucapkan kalimat pada tradisi pai cheng bu seperti tersebut di atas:
“cheng bu, ini hari 8 gwe 27, anak ini (nama anak saya)……”

Maka seseorang akan cenderung menyalahkan pihak lain atas apa yang terjadi pada dirinya / si anak. Saat si anak jatuh dari tempat tidur, orang tua akan cenderung menyalahkan “ibu peri” karena dianggap lalai. Padahal orang tuanya sendiri yang lupa untuk menutup pagar tempat tidur bayinya. Hal ini tidaklah mendidik bagi orang tua itu sendiri karena berusaha menghindar dari tanggung jawab dan menurunkan kewaspadaan.

Perilaku menyalahkan pihak lain yang dilakukan orang tua cepat atau lambat akan ditiru oleh anaknya khususnya ketika sudah beranjak balita. Salah satu contoh kasus adalah saat si anak tersandung kaki kursi dan menangis, orang tua menyalahkan kursi dengan memukul kursi tersebut. Ini adalah pendidikan yang buruk bagi anak-anak yang kelak nantinya mereka tidak mau menerima kesalahan yang telah mereka perbuat, justru cenderung menyalahkan orang lain atas perbuatan salah yang mereka lakukan.

Jika ditanya apakah boleh melakukan tradisi tersebut? Tidak ada larangan maupun anjuran dalam ajaran Buddha mengenai tradisi tersebut. Tapi sebagai Buddhis yang dikatakan sebagai umat yang pembelajar maka perlu menelaah kemanfaatan tradisi tersebut bukan hanya sekedar makna yang terkandung di dalamnya. Jika dikira tidak bermanfaat dan perlu ditinggalkan , ya tinggalkan, dan kita tidaklah akan menjadi orang yang ekstrem saat meninggalkan sesuatu yang memang tidak bermanfaat.


saya kira penjelasan sdr Kelana cukup bagus  :jempol:
jadi bagi yang sudah baca harusnya mengerti
kalau tidak mengerti ya udah lanjut terus namanya juga 'moha'

 

anything