//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Studi tentang Citta dan Viññaṇa  (Read 27863 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #15 on: 28 November 2017, 03:36:48 PM »
Semua orang tahu, otak yang berpikir, jika logika masuk, mengapa Ajaran Buddha tidak masuk? Jika logika tidak masuk, bagaimana mungkin itu disebut Ajaran Buddha?

Jelas saya katakan berbeda.
Kesadaran = batin
Citta = jasmani.

Anda tentu tidak menyuruh saya memisah-misahkan sesuatu bukan? Segala sesuatu adalah saling bergantungan, muncul bergantungan satu sama lain.

Dengan bergantung pada pikiran (mano) dan fenomena pikiran maka terjadilah "kesadaran pikiran". Dapatkan disamakan? Bukankah telah jelas berbeda? Namun muncul bergantungan.

orang zaman dulu tau ndak otak buat mikir?
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #16 on: 28 November 2017, 04:48:57 PM »
Semua orang tahu, otak yang berpikir, jika logika masuk, mengapa Ajaran Buddha tidak masuk? Jika logika tidak masuk, bagaimana mungkin itu disebut Ajaran Buddha?

Seperti yang dikatakan will_i_am, pada zaman dahulu ketika ajaran Buddha berkembang di India, apakah orang2 pada masa itu bisa mengetahui otak sebagai pusat pikiran/kesadaran, sedangkan pengetahuan medis tentang fungsi organ tubuh belum ditemukan?

Quote
Jelas saya katakan berbeda.
Kesadaran = batin
Citta = jasmani.

Anda tentu tidak menyuruh saya memisah-misahkan sesuatu bukan? Segala sesuatu adalah saling bergantungan, muncul bergantungan satu sama lain.

Dengan bergantung pada pikiran (mano) dan fenomena pikiran maka terjadilah "kesadaran pikiran". Dapatkan disamakan? Bukankah telah jelas berbeda? Namun muncul bergantungan.

Jadi, sekarang anda mengatakan citta itu jasmani dan sama dengan otak?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #17 on: 28 November 2017, 05:03:36 PM »
Seperti yang dikatakan will_i_am, pada zaman dahulu ketika ajaran Buddha berkembang di India, apakah orang2 pada masa itu bisa mengetahui otak sebagai pusat pikiran/kesadaran, sedangkan pengetahuan medis tentang fungsi organ tubuh belum ditemukan?

Jadi, sekarang anda mengatakan citta itu jasmani dan sama dengan otak?
Orang lain menganggap atta, pikirannya melenceng ke atta. Sekarang logikanya seperti ini. Bagaimana seseorang berpikir? Melalui apa? Tanpa otak bisakah seseorang berpikir? Mata untuk melihat, tetapi jika kornea atau apalah itu yang berfungsi untuk melihat, mengalami kerusakan, dapatkah ia melihat? Sementara matanya masih ada.

Pikiran muncul karena ada naungannya, otak. Komputer punya otak, gak ada listrik bisakah menyala? Otak tanpa pikiran ya gak bisa berfungsi. Pertanyaan Anda seolah-olah mengatakan saya mengatakan otak = pikiran.

Otak tempat naungan bagi pikiran. Seperti halnya jasmani tempat naungan batin, tanpa batin apalah gunanya atau apalah fungsi enam landasan indria? Gak berfungsi.

Apalah fungsi citta kalau tidak ada kesadaran? Kesadaran tanpa citta juga mau apa? Berdiam diri kayak makhluk arupa. Di sini kan sudah jelas berbeda.
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

Offline Alucard Lloyd

  • Sebelumnya: a.k.agus
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 529
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • buddho
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #18 on: 28 November 2017, 05:04:52 PM »
Entah saya lupa pernah dengar dari mana bahwa sesungguh nya kesadaran pikiran itu berasal dari jantung kalau ga salah di abhidamma saya lupa lupa ingat,... Karena udah lama ga belajar abhidamma lagi. Jadi kalau ga salah setiap proses semburan darah baru mengandung kesadaran pikiran yang bermiliyar miliar kali. Benar ga ya? Sampai sekarang sih masih ini yang saya buat acuan maka dari itu manusia bisa hidup tanpa otak tapi tidak bisa hidup tanpa jantung.
Maaf kalau salah ya nama juga masih belajar ,,😚😀😀😀
Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #19 on: 28 November 2017, 05:35:08 PM »
Entah saya lupa pernah dengar dari mana bahwa sesungguh nya kesadaran pikiran itu berasal dari jantung kalau ga salah di abhidamma saya lupa lupa ingat,... Karena udah lama ga belajar abhidamma lagi. Jadi kalau ga salah setiap proses semburan darah baru mengandung kesadaran pikiran yang bermiliyar miliar kali. Benar ga ya? Sampai sekarang sih masih ini yang saya buat acuan maka dari itu manusia bisa hidup tanpa otak tapi tidak bisa hidup tanpa jantung.
Maaf kalau salah ya nama juga masih belajar ,,😚😀😀😀
Ya, ini pandangan rupa kalapa yg berasal dari abhidhamma..
Tapi secara medis, orang dinyatakan mati kalau batang otaknya berhenti berfungsi, bukan ketila jantungnya berhenti
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #20 on: 28 November 2017, 05:35:57 PM »
Entah saya lupa pernah dengar dari mana bahwa sesungguh nya kesadaran pikiran itu berasal dari jantung kalau ga salah di abhidamma saya lupa lupa ingat,... Karena udah lama ga belajar abhidamma lagi. Jadi kalau ga salah setiap proses semburan darah baru mengandung kesadaran pikiran yang bermiliyar miliar kali. Benar ga ya? Sampai sekarang sih masih ini yang saya buat acuan maka dari itu manusia bisa hidup tanpa otak tapi tidak bisa hidup tanpa jantung.
Maaf kalau salah ya nama juga masih belajar ,,😚😀😀😀
Saya tidak mengatakan pikiran = otak, tetapi melalui otak, pikiran itu dapat berfungsi. Mata bisa melihat, tetapi bukan karena matalah seseorang bisa melihat, tetapi melalui mata, dimana pikiran yang memberinya penglihatan.

Saya pernah baca di google sebelumnya, memang dibuktikan ketika kepala dipenggal, seseorang masih dapat hidup, jantungnya masih berfungsi, ia masih hidup, tetapi ketika jantungnya diserang, kematian segera menyusul.

Thanks infonya, selama ini saya meditasi malah menjaga otak saya, pernah Tuan, ketika saya mengalami kemajuan, jantung saya berdebar kuat dan kemudian perlahan begitu tenang, dan nafas begitu nyaman, tetapi saya malah pindah ke kepala. Jadinya hancurlah, kembali down.

Jadi, pikiran itu letaknya di (melalui) jantung bedasarkan penelitian yang telah dibuktikan.

Aduh sedih, 2 tahun meditasi, tetapi pikiran diarahkan ke kepala :'(

Sekali lagi, saya tidak pernah menganggap pikiran = otak yang bentuknya kayak usus itu, saya mengatakan melalui.

Berarti yang benar, pikiran muncul melalui jantung. Jantung bukan pikiran, seperti halnya yang saya katakan pikiran bukan otak, tetapi melalui.

Thanks ya, Tuan Alucard.
« Last Edit: 28 November 2017, 05:47:01 PM by Gwi Cool »
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #21 on: 28 November 2017, 06:11:02 PM »
Saya tidak mengatakan pikiran = otak, tetapi melalui otak, pikiran itu dapat berfungsi. Mata bisa melihat, tetapi bukan karena matalah seseorang bisa melihat, tetapi melalui mata, dimana pikiran yang memberinya penglihatan.

Saya pernah baca di google sebelumnya, memang dibuktikan ketika kepala dipenggal, seseorang masih dapat hidup, jantungnya masih berfungsi, ia masih hidup, tetapi ketika jantungnya diserang, kematian segera menyusul.

Thanks infonya, selama ini saya meditasi malah menjaga otak saya, pernah Tuan, ketika saya mengalami kemajuan, jantung saya berdebar kuat dan kemudian perlahan begitu tenang, dan nafas begitu nyaman, tetapi saya malah pindah ke kepala. Jadinya hancurlah, kembali down.

Jadi, pikiran itu letaknya di (melalui) jantung bedasarkan penelitian yang telah dibuktikan.

Aduh sedih, 2 tahun meditasi, tetapi pikiran diarahkan ke kepala :'(

Sekali lagi, saya tidak pernah menganggap pikiran = otak yang bentuknya kayak usus itu, saya mengatakan melalui.

Berarti yang benar, pikiran muncul melalui jantung. Jantung bukan pikiran, seperti halnya yang saya katakan pikiran bukan otak, tetapi melalui.

Thanks ya, Tuan Alucard.
nah gimana kalo misal kepala seorang arahant ditransplantasi ke kepala pembunuh? apakah si pembunuh dapet jackpot nibbana gratis? dimana letak si arahant? kepala ato tubuh?
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline DeNova

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.067
  • Reputasi: 106
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #22 on: 28 November 2017, 06:53:46 PM »
Ya, ini pandangan rupa kalapa yg berasal dari abhidhamma..
Tapi secara medis, orang dinyatakan mati kalau batang otaknya berhenti berfungsi, bukan ketika jantungnya berhenti

 orang dinyatakan mati kalau batang otaknya berhenti berfungsi;) ;)

Saya tidak mengatakan pikiran = otak, tetapi melalui otak, pikiran itu dapat berfungsi. Mata bisa melihat, tetapi bukan karena matalah seseorang bisa melihat, tetapi melalui mata, dimana pikiran yang memberinya penglihatan.

Saya pernah baca di google sebelumnya, memang dibuktikan ketika kepala dipenggal, seseorang masih dapat hidup, jantungnya masih berfungsi, ia masih hidup, tetapi ketika jantungnya diserang, kematian segera menyusul.
Referensi jurnal penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa kepala dipenggal seseorg bisa hidup,  plz....
Barangkali anda bisa menghebohkan dunia kedokteran modern daripada cuma komen disini _/\_


Thanks infonya, selama ini saya meditasi malah menjaga otak saya, pernah Tuan, ketika saya mengalami kemajuan, jantung saya berdebar kuat dan kemudian perlahan begitu tenang, dan nafas begitu nyaman, tetapi saya malah pindah ke kepala. Jadinya hancurlah, kembali down.

Jadi, pikiran itu letaknya di (melalui) jantung bedasarkan penelitian yang telah dibuktikan.

Aduh sedih, 2 tahun meditasi, tetapi pikiran diarahkan ke kepala :'(

Sekali lagi, saya tidak pernah menganggap pikiran = otak yang bentuknya kayak usus itu, saya mengatakan melalui.

tolong bedakan anatomis otak dan usus,  agar tidak menyesatkan pembaca karena letaknya yg berbeda

Berarti yang benar, pikiran muncul melalui jantung. Jantung bukan pikiran, seperti halnya yang saya katakan pikiran bukan otak, tetapi melalui.

Thanks ya, Tuan Alucard.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #23 on: 28 November 2017, 07:07:07 PM »
Orang lain menganggap atta, pikirannya melenceng ke atta. Sekarang logikanya seperti ini. Bagaimana seseorang berpikir? Melalui apa? Tanpa otak bisakah seseorang berpikir? Mata untuk melihat, tetapi jika kornea atau apalah itu yang berfungsi untuk melihat, mengalami kerusakan, dapatkah ia melihat? Sementara matanya masih ada.

Pikiran muncul karena ada naungannya, otak. Komputer punya otak, gak ada listrik bisakah menyala? Otak tanpa pikiran ya gak bisa berfungsi. Pertanyaan Anda seolah-olah mengatakan saya mengatakan otak = pikiran.

Otak tempat naungan bagi pikiran. Seperti halnya jasmani tempat naungan batin, tanpa batin apalah gunanya atau apalah fungsi enam landasan indria? Gak berfungsi.

Apalah fungsi citta kalau tidak ada kesadaran? Kesadaran tanpa citta juga mau apa? Berdiam diri kayak makhluk arupa. Di sini kan sudah jelas berbeda.

Saya tidak mengatakan pikiran = otak, tetapi melalui otak, pikiran itu dapat berfungsi. Mata bisa melihat, tetapi bukan karena matalah seseorang bisa melihat, tetapi melalui mata, dimana pikiran yang memberinya penglihatan.

Saya pernah baca di google sebelumnya, memang dibuktikan ketika kepala dipenggal, seseorang masih dapat hidup, jantungnya masih berfungsi, ia masih hidup, tetapi ketika jantungnya diserang, kematian segera menyusul.

Thanks infonya, selama ini saya meditasi malah menjaga otak saya, pernah Tuan, ketika saya mengalami kemajuan, jantung saya berdebar kuat dan kemudian perlahan begitu tenang, dan nafas begitu nyaman, tetapi saya malah pindah ke kepala. Jadinya hancurlah, kembali down.

Jadi, pikiran itu letaknya di (melalui) jantung bedasarkan penelitian yang telah dibuktikan.

Aduh sedih, 2 tahun meditasi, tetapi pikiran diarahkan ke kepala :'(

Sekali lagi, saya tidak pernah menganggap pikiran = otak yang bentuknya kayak usus itu, saya mengatakan melalui.

Berarti yang benar, pikiran muncul melalui jantung. Jantung bukan pikiran, seperti halnya yang saya katakan pikiran bukan otak, tetapi melalui.

Thanks ya, Tuan Alucard.

Sebelumnya mengatakan pikiran ada di otak, kemudian berubah mengatakan pikiran ada di jantung. Tampaknya anda masih bingung dengan teori anda sendiri....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #24 on: 28 November 2017, 07:16:48 PM »
otak
jantung
usus

Pokoknya intinya di situ pikiran berfungsi (3), memang sebelumnya saya bilang melalui otak, kan saya da bilang saya salah, da saya perbaiki. Apa perlu saya bilang maaf? Ya sudah maaf. Tetap saja saya tidak mengatakan pikiran = otak.

Pindah kepala jadi Arahat, nice.

Maksudnya kepala dipenggal, ia masih bisa idup bentar, ya pasti matilah, cuman jantung masih bisa hidup sejenak, pasti KO juga.
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #25 on: 28 November 2017, 09:27:53 PM »
otak
jantung
usus

Pokoknya intinya di situ pikiran berfungsi (3), memang sebelumnya saya bilang melalui otak, kan saya da bilang saya salah, da saya perbaiki. Apa perlu saya bilang maaf? Ya sudah maaf. Tetap saja saya tidak mengatakan pikiran = otak.


Ok gpp, wajar bisa salah krn anda tidak merujuk pada referensi yang valid. Namun perlu diketahui bahwa dalam sutta2 awal tidak pernah dikatakan kesadaran bergantung pada suatu organ fisik apakah jantung atau otak (apalagi usus), namun dalam komentar seperti Visudhimagga dikatakan kesadaran bergantung pada suatu organ khusus yang disebut hadayavatthu (landasan jantung) yang berada di dekat jantung (tapi bukan jantung).
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #26 on: 28 November 2017, 09:40:21 PM »
Ananda, beberapa saat yang lalu Kamu mengatakan bahwa Kamu melihat genggaman tangan Saya bersinar. katakan pada Saya, bagaimana kecerahannya terjadi, apa yang menyebabkannya menjadi bentuk genggaman tangan dan dengan apa Kamu melihatnya?'

Ananda menjawab : 'Tubuh Buddha berwarna emas adalah seperti bukit indah berharga dan menunjukkan kemurnian dan kebersihan, sehingga genggaman tangan bersinar. Itu benar-benar mata Saya yang melihat Dia membungkukan jari-jari dan membentuk sebuah genggaman yang diperlihatkan untuk Kami semua.'

Sang Buddha berkata: "Sesungguhnya orang-orang bijak harus dibangunkan oleh contoh dan persamaan (analogi). Ananda, jika Saya tidak memiliki tangan, Saya tidak akan memiliki genggaman dan jika Kamu tidak memiliki mata, Kamu tidak akan memiliki penglihatan. Apakah ada hubungan antara organ alat tubuh penglihatan Kamu dan genggaman Saya?"

Ananda menjawab : 'Ya, Yang Dimuliakan Dunia. Jika Saya tidak memiliki mata, Saya tidak akan memiliki penglihatan, jadi ada persamaan dasar antara organ alat tubuh penglihatan dan genggaman Sang Buddha.'

Sang Buddha berkata: 'Penalaran Kamu tidak benar. Misalnya, seorang laki-laki yang tidak memiliki tangan tidak memiliki genggaman, tapi seorang laki-laki tanpa mata masih memiliki (kemampuan) penglihatannya. Ketika Kamu bertemu dengan laki-laki yang buta dan bertanya kepadanya apa yang dilihatnya, dia akan memberitahu Kamu tidak ada apapun tapi kegelapan yang ada dihadapannya. Oleh karena itu, meskipun hal-hal mungkin ditutupi dari (kemampuan) penglihatan, penglihatan terus berlanjut.'

Ananda berkata : 'Jika seorang laki-kali buta yang melihat tiada apapun tapi kegelapan dihadapannya, bagaimana dapat ini disebut penglihatan?

Sang Buddha bertanya : 'Apakah ada perbedaan apa saja antara kegelapan yang dilihat lelaki buta dihadapannya dan yang dilihat oleh lelaki yang tidak buta ketika dia di dalam sebuah ruangan gelap?'

(Ananda menjawab) : 'Yang Dimuliakan Dunia, tidak ada perbedaan.'

Sang Buddha berkata: 'Ananda, ketika lelaki buta yang biasanya melihat hanya kegelapan tiba-tiba sembuh memperoleh kembali penglihatannya dan melihat segala sesuatu dengan jelas, Jika Kamu mengatakan bahwa itu adalah mata dia yang melihat, lalu ketika seorang laki-laki yang melihat kegelapan didalam sebuah ruangan gelap tiba-tiba menyalakan lampu yang memungkinkan dia untuk melihat apa yang ada disana, Kamu akan mengatakan bahwa itu adalah lampu yang melihat. Jika lampu dapat melihat
sesuatu, dia seharusnya memiliki organ penglihatan dan seharusnya tidak dinamakan sebuah lampu; Jika dia sungguh melihat, dia tidak memiliki hubungan dengan Kamu. Oleh karena itu, Kamu seharusnya tahu bahwa saat lampu dapat menampakkan wujud, penglihatan berasal dari mata tapi bukan dari lampu.

Demikian juga, saat mata Kamu dapat menampakkan wujud, sifat alami dari penglihatan berasal dari pikiran tapi bukan dari mata.'

Surangama Sutra
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #27 on: 28 November 2017, 09:41:24 PM »
Sang Buddha melanjutkan : 'Seperti yang baru saja Kamu katakan, cinta Kamu disebabkan oleh pikiran dan mata Kamu tapi jika Kamu tidak tahu dimana pikiran dan mata Kamu sebenarnya, Kamu tidak akan pernah mampu menghancurkan angan-angan. Sebagai contoh, ketika negara itu dijajah oleh penjahat, sang Raja, sebelum mengirim tentaranya untuk menghancurkan mereka, pertama-tama harus tahu dimana mereka berada. Itu yang menyebabkan Kamu berpindah tanpa gangguan, datang dari cela cacat didalam pikiran dan mata Kamu. Sekarang beritahukan Saya dimana pikiran dan mata Kamu berada.'

Ananda menjawab : 'Yang dimuliakan dunia, semua mahluk hidup terlahir dalam dunia melalui sepuluh jenis kelahiran berpendapat bahwa pikiran yang mengetahui ini ada didalam tubuh. Saat Saya melihat mata berwarna teratai biru dari Sang Buddha, Saya melihat bahwa Mereka (Mata Sang Buddha) ada di Wajah-Nya (ada di Wajah Sang Buddha). Oleh karena itu, pemahaman Saya bahwa mata Saya ada di wajah Saya sementara pikiran saya yang mengetahui ada didalam tubuh Saya.'

Sang Buddha bertanya : 'Sekarang Kamu duduk didalam ruangan ini, dimana Kamu melihat taman Jetavana?'

Ananda menjawab : 'Yang dimuliakan dunia, ruangan besar ini ada didalam taman Jetavana yang, oleh karena itu, diluar ruangan.'

Sang Buddha bertanya : 'Apa yang pertama Kamu lihat didalam ruangan ini?'

Ananda menjawab : 'Yang dimuliakan dunia, dalam ruangan ini,  Saya pertama melihat Sang Tathagata, lalu Perkumpulan, dan hanya ketika melihat luar Saya melihat taman itu.'

Sang Buddha bertanya : 'Ketika Kamu melihat Taman itu, apa yang menyebabkan Kamu untuk melakukannya?'

Ananda menjawab : 'Itu karena pintu dan jendela terbuka bahwa Saya, meskipun duduk didalam ruangan ini, lihat taman itu diluar.'

Sang Buddha lalu membentangkan Lengan Emas Warna-Warni-Nya dan menyentuh Kepala Ananda dengan Tangan-Nya, berkata : 'Ada sebuah samadhi (ketenangan dalam yang terbebas dari semua perasaan luar yang merupakan pendahuluan pencapaian Ke-Buddhaan.) yang bernama "Semua Yang Mencakup Surangama (Yang tahan lama dan tidak dapat dihancurkan) ", sebuah pintu gerbang melalui yang Semua Buddha didalam sepuluh penjuru capai ke Jalan Agung Yang Menakjubkan. Ananda, dengarkan dengan penuh perhatian sekarang.'

Ananda mensujudkan diri-Nya di Kaki Sang Buddha dan berlutut untuk menerima Pengajaran Suci.

Sang Buddha berkata : 'Jika Kamu benar bahwa, sambil duduk dalam ruangan ini, Kamu melihat taman diluar melalui pintu dan jendela yang terbuka akan mungkin bagi seseorang yang sedang duduk disini untuk hanya melihat hal-hal diluar tanpa melihat Sang Buddha didalam.'

Ananda menjawab : 'Orang tidak dapat melihat hutan belukar kecil dan sungai diluar tanpa melihat Sang Buddha disini.'

Sang Buddha berkata : 'Ananda, itu sama dengan Kamu (Jika pikiran Kamu tidak tertipu) Maka akan menjadi jelas tentang semua ini. Namun, jika pikiran berpengetahuan Kamu sungguh didalam tubuh Kamu, Kamu pertama harus jelas tentang segala sesuatu di dalamnya. Kamu harus, oleh karena itu, melihat segala sesuatu di dalam tubuh Kamu sebelum hal-hal diluar dari itu. Bahkan jika Kamu tidak dapat melihat jantung, hati, limpa, dan perut Kamu, setidaknya Kamu harus jelas tentang kuku dan rambut Kamu yang bertumbuh, tentang itu yang bergerak sepanjang syaraf-syaraf Anda dan denyutan dari pembuluh darah Anda. Mengapa Kamu tidak jelas tentang semua ini? Jika Kamu tidak melihat hal-hal yang di dalam, bagaimana Kamu dapat melihat itu diluar? Oleh karena itu, pendapat Anda bahwa pikiran berpengetahuan Kamu ada didalam tubuh Kamu adalah tak beralasan.'

Ananda membungkuk dan berkata : 'Setelah mendengar Suara Dharma Buddha, Saya sekarang mengerti bahwa pikiran Saya adalah sungguh diluar dari tubuh Saya. Misalnya, sebuah lampu harusnya menyala menerangi segala sesuatu didalam ruangan sebelum halaman luar melalui pintu yang terbuka. Jika Saya tidak melihat apa yang ada didalam tubuh Saya tapi melihat hal-hal diluarnya, ini seperti sebuah lampu yang diletakkan diluar ruangan yang tidak dapat menerangi apa yang ada didalamnya. Hal ini menjadi begitu jelas bahwa tidak mungkin diragukan lagi, apakah Saya masih salah tentang apa yang Sang Buddha maksudkan?'

Sang Buddha berkata : 'Semua Bhikkhu yang mengikuti Saya ke Sravasti untuk mengumpulkan makanan dan sekarang telah kembali ke taman Jetavana. Saya telah mengambil makanan Saya, tapi sebagaimana seorang Bhikkhu masih sedang makan, apakah semua himpunan masyarakat cukup makan?'

Ananda menjawab : 'Tidak, Yang dimuliakan dunia, meskipun Mereka Arhat, Mereka tidak memiliki tubuh yang sama atau rentang kehidupan yang sama maka bagaimana bisa seorang yang dengan makan menyebabkan semua yang lainnya memuaskan rasa lapar mereka?'

Sang Buddha berkata : 'Jika pikiran berpengetahuan milik Kamu adalah diluar dari tubuh Kamu, keduanya terpisah. Jadi ketika pikiran Kamu mengetahui sesuatu, tubuh Kamu tidak seharusnya merasakannya dan ketika tubuh Kamu merasakan sesuatu, pikiran Kamu seharusnya tidak menyadarinya. Sekarang saat Saya memperlihatkan Tangan Saya kepada Kamu, ketika mata Kamu melihat-Nya (Tangan Sang Buddha), apakah pikiran Anda memahami-Nya (memahami Tangan Sang Buddha) ?'

Ananda menjawab : 'Ya, Yang dimuliakan dunia, pikiran Saya memahami-Nya.'

Sang Buddha berkata : 'Jika demikian, bagaimana bisa pikiran Kamu diluar dari tubuh? Oleh karena itu, pendapat Kamu bahwa pikiran yang berpengetahuan dan yang memahami milik kamu berada diluar tubuh Kamu adalah tak beralasan.'

Ananda berkata : 'Yang dimuliakan dunia, seperti yang Anda telah katakan, Jika pikiran Saya tidak melihat apa yang ada didalam tubuh Saya, itu tidak ada didalamnya, dan jika tubuh dan pikiran Saya saling mengenal, mereka tidak terpisah dan pikiran Saya adalah, oleh karena itu, tidak diluar dari tubuh Saya. Sekarang setelah berpikir tentang ini, Saya tahu dimana pikiran Saya berada.'

Sang Buddha bertanya : 'Dimana itu?'

Ananda menjawab : 'Karena pikiran berpengetahuan dari Saya tidak melihat apa yang ada didalam tubuh Saya tetapi dapat melihat hal-hal diluar, Saya pikir itu tersembunyi didalam organ indera perasaan Saya. Misalnya, Jika seseorang menutup matanya dengan sebuah mangkok kristal, yang terakhir itu tidak menghalangi organ indera perasaan ini, yang hanya mengikuti indera penglihatan untuk membedakan semua hal yang terlihat. Jadi jika pikiran berpengetahuan Saya tidak melihat apa yang ada didalam tubuh, itu karena itu ada didalam organ indera perasaan dan jika itu melihat dengan jelas apa yang ada diluar tanpa terhalangi,
itu karena dia tersembunyi didalam organ tersebut.'

Sang Buddha bertanya : 'Seperti yang baru Kamu katakan, pikiran tersembunyi dalam cara yang sama dengan mata yang tertutup oleh mangkok kristal : sekarang ketika seorang menutup matanya demikian dan melihat gunung dan sungai, apakah orang juga melihat mangkok itu?'

Ananda menjawab : 'Ya, Yang dimuliakan dunia, orang juga melihat mangkok itu.'

Sang Buddha berkata : 'Jika pikiran Kamu seperti mangkok Kristal itu, ketika Kamu melihat gunung dan sungai, mengapa Kamu tidak melihat mata Kamu sendiri? Jika Kamu tahu mereka seharusnya ada diluar dan tidak seharusnya mengikuti indera penglihatan Kamu. Jika mereka tidak bisa dilihat, bagaimana bisa Kamu katakan bahwa pikiran yang berpengetahuan ini tersembunyi di dalam organ indera perasaan, seperti mata yang ditutupi mangkok kristal? Oleh karena itu, pendapat Kamu bahwa pikiran berpengetahuan milik kamu berada tersembunyi didalam organ indera perasaan adalah tak beralasan.'

Ananda bertanya : 'Yang dimuliakan dunia, Saya sekarang berpikir tentang isi perut yang tersembunyi di dalam tubuh dan tentang lubang-lubang di atas permukaannya. Oleh karena itu, dimana ada persembunyian disana ada kegelapan dan dimana ada pembukaan disana ada cahaya. Karena Saya sekarang dihadapan Sang Buddha, Saya membuka mata Saya dan melihat dengan jelas dan ini dinamakan penglihatan luar, dan ketika Saya menutup mata, Saya hanya melihat kegelapan, dan ini dinamakan penglihatan dalam. Apa yang Sang Buddha pikirkan tentang hal ini?'

Sang Buddha berkata : 'Ketika Kamu menutup mata Kamu dan melihat kegelapan, apakah kegelapan ini berhadapan dengan mata Kamu atau tidak? Jika iya, itu adalah didepan mereka, maka bagaimana bisa ini menjadi penglihatan dalam? Bahkan jika sungguh ada penglihatan dalam seperti itu, ketika Kamu duduk di ruangan yang gelap tanpa cahaya dari matahari, bulan, atau lampu, kegelapan ini harusnya juga ada didalam isi perut Kamu. jika itu tidak berhadapan dengan mata Kamu, bagaimana bisa ada penglihatan? Sekarang mari Kita lupakan yang Kamu sebut penglihatan luar dan menganggap bahwa ada penglihatan dalam, maka ketika Kamu menutup mata Kamu dan hanya melihat kegelapan, yang Kamu sebut melihat apa yang ada di dalam tubuh Kamu, mengapa ketika Kamu membuka mata dan melihat dengan jelas, Kamu tidak melihat wajah Kamu? Jika Kamu tidak, tidak ada penglihatan dalam itu. Sekarang anggaplah bahwa Kamu dapat melihat wajah Kamu, pikiran berpengetahuan dan organ penglihatan Kamu seharusnya ada didalam udara, maka bagaimana bisa ada penglihatan dalam? Jika mereka berada di udara, mereka seharusnya bukan milik tubuh Kamu, dan Sang Buddha yang sekarang melihat wajah Kamu, seharusnya adalah tubuh Kamu juga. Jadi ketika mata Kamu melihat sesuatu, tubuh Kamu seharusnya tidak memiliki perasaan lagi,  Jika Kamu bersikeras bahwa baik tubuh dan pikiran Kamu memiliki perasaan yang terpisah, harusnya ada dua tanggapan terpisah dan kemudian tubuh Kamu harusnya menjadi dua Buddha. Oleh karena itu, pendapat Kamu bahwa melihat kegelapan adalah penglihatan dalam adalah tak beralasan.'

Ananda berkata : 'Saya selalu mendengar Sang Buddha saat sedang mengajar biarawan, biarawati, dan umat pemuja laki-laki dan perempuan berkata : "Ketika pikiran membangkitkan semua macam hal diciptakan, dan kemudian semua jenis dari pikiran muncul." Saya sekarang berpikir bahwa zat dari pikiran Saya adalah sifat alami dari pikiran yang muncul ketika itu bersatu dengan luar dan yang bukan didalam atau bukan diluar atau bukan juga diantara.'

Sang Buddha berkata : 'Kamu baru saja mengatakan bahwa karena rangkaian peristiwa yang dapat diamati (fenomena) tercipta, semua jenis dari pikiran muncul ketika bersatu dengan mereka (bersatu dengan fenomena). Jadi pikiran ini tidak memiliki zat dan tidak dapat bersatu dengan apapun. Jika itu yang tidak memiliki zat dapat bersatu dengan luar, ini adalah persatuan dari dunia ke 19 dari indera dengan fakta indera ke 7. Ini adalah omong kosong belaka. Jika pikiran memiliki zat, ketika tangan Kamu menggenggam tubuh Kamu, apakah pikiran Kamu merasakan (sentuhan) ini datang dari dalam atau luar? Jika dari dalam, Kamu harusnya melihat apa yang ada didalam tubuh Kamu dan jika itu dari luar, kamu harusnya melihat wajah Kamu.'

Ananda berkata : 'Itu adalah mata yang melihat dan pikiran yang mengetahui bukan mata: mengatakan bahwa itu melihat adalah salah.'

Sang Buddha berkata : 'Jika mata dapat melihat, ketika Kamu berada didalam ruangan, apakah Kamu melihat pintu itu (diluar)? Mereka yang telah meninggal dan masih memiliki mata, seharusnya melihat benda-benda jika mereka masih melihat, bagaimana bisa mereka mati? Ananda, jika pikiran berpengetahuan milik Kamu memiliki zat, apakah zat tersebut tunggal atau bermacam-macam? Seperti itu ada didalam tubuh Kamu, apakah itu menyebar ke setiap bagian dari itu atau tidak? Jika itu adalah satu zat, ketika Kamu memegang anggota tubuh, semua empat harusnya merasakan bahwa mereka dipegang. Jika demikian, tidak akan ada genggaman (di setaip anggota tubuh tertentu). Jika ada, pendapat tentang zat tunggal tidak bertahan baik. Jika itu adalah  bermacam-macam zat harusnya ada banyak orang; maka zat manakah milikmu jika itu menyebar ke setiap bagian dari tubuh Kamu, ini sama seperti kasus genggaman sebelumnya. Jika itu tidak menyebar, maka ketika Kamu menyentuh kepala Kamu dan kaki Kamu di saat yang bersamaan, sementara kepala Kamu merasakan dipegang, Kaki kamu harusnya tidak, tapi ini tidak begitu. Oleh karena itu, pendapat Kamu bahwa pikiran muncul dimana ada persatuan dengan luar adalah tak beralasan.'

Ananda berkata : 'Yang dimuliakan dunia, Saya telah mendengar Sang Buddha membicarakan kenyataan dengan Anak-Anak lain dari Raja Hukum (dalam kata lain: Para Bodhisattva); Dia juga mengatakan bahwa pikiran adalah bukan didalam juga bukan diluar. Saya sekarang menarik kesimpulan bahwa jika pikiran ada didalam tubuh, ia (pikiran) tidak melihat apapun yang didalam, dan jika ia (pikiran) ada diluar, mereka (tubuh dan pikiran) berdua berhenti saling merasakan. Mengatakan bahwa ia ada didalam adalah salah sebab ia tidak mengetahui apapun didalam tubuh. Mengatakan bahwa ia ada diluar juga salah karena tubuh dan pikiran dapat saling merasakan,.Seperti mereka (tubuh dan pikiran) demikian dan karena tidak ada yang terlihat didalam tubuh, pikiran harusnya berada diantara dua itu (antara didalam dan diluar).'

Sang Buddha berkata : 'Jika pendapat Kamu tentang pikiran "berada diantara" adalah benar, itu berarti sebuah posisi untuknya (untuk pikiran). Sekarang menurut kesimpulan Kamu, dimanakah posisi menengah ini? Apakah maksud Kamu itu adalah (dalam atau luar) tubuh? Jika ia ada di atas permukaan tubuh, ia tidak dapat berada di pusat tengah, dan pendapat tentang pikiran berada di pusat tengah tidaklah berbeda dengan pikiran didalam tubuh (yang ditolak sebelumnya). (Selain itu), apakah posisinya nyata atau tidak? Jika tidak, ia tidak ada. Jika iya, ia tidak tetap. Mengapa? Sebagai contoh, Jika sebuah tiang ditancapkan kedalam tanah untuk menandai pusat tengah, ketika terlihat dari timur itu ada di barat dan ketika terlihat dari selatan itu ada di utara. Seperti tiang ini yang hanya dapat mengakibatkan kebingungan, jadi apakah (pemahaman kamu tentang) pikiran berada diantara benar-benar kacau-balau?'

Ananda berkata : 'Posisi menengah yang saya sebutkan bukanlah dua ini. Seperti Yang dimuliakan dunia telah katakan, mata dan bentuk adalah penyebab dari gagasan muncul. Sementara mata dapat membedakan, bentuk tidak mengikuti apapun dan gagasan terletak diantara mereka (mata dan bentuk); maka pikiran muncul.'

Sang Buddha berkata : 'Jika pikiran terletak diantara organ indera dan data keterangan indera, apakah ia termasuk keduanya atau tidak? Jika ia demikian, zatnya dan apa yang ada diluar akan bercampur bersama-sama, dan karena pikiran merasakan sementara objeknya (benda tujuannya) tidak, dua yang berlawanan akan dibentuk; maka bagaimana bisa ada (posisi) menengah? Jika ia tidak inklusif, (yaitu jika ia bebas tidak tergantung kepada organ indera dan data keterangan indera),  dengan menjadi bukan sebagai yang tahu (subjek) dan bukan juga sebagai yang diketahui (objek), ia tidak memiliki zat, lalu apa itu menengah? Oleh karena itu, pendapat Kamu bahwa ia berada diantara adalah tak beralasan.'

Ananda berkata : 'Yang dimuliakan dunia, sebelumnya ketika Saya melihat Sang Buddha, dengan Empat Murid Utama-Nya, Maha-Maudgalyayana, Subhuti, Purnamaitrayaniputra dan Sariputra, memutar Roda Hukum Kesunyataan, Dia selalu bilang bahwa sifat alami dari pikiran yang mengetahui dan membedakan adalah bukan didalam bukan diluar bukan juga diantara keduanya (bukan diantara luar dan dalam), tidak ada dimanapun juga, tidak menempel pada apapun, karena itu dinamakan pikiran. Apakah yang tidak menempel pada wujud disebut pikiran?'

Sang Buddha menjawab : 'Kamu baru saja berkata bahwa sifat alami dari pikiran yang mengetahui dan membedakan tidak ada dimanapun juga. Sekarang dalam dunia ini, segala sesuatu yang di udara, didalam air, dan di tanah, termasuk mereka yang terbang dan berjalan, membuat seluruhnya ada. Oleh yang tidak menempel (melekat) ke apapun, apakah maksud Kamu ia ada atau tidak? Jika ia tidak, itu hanya rambut seekor kura-kura atau tanduk dari seekor kelinci, maka bagaimana bisa ada tidak melekat? Jika tidak dapat dikatakan tidak ada bahwa yang tidak hanya tidak ada dan bahwa yang harus memiliki posisi; maka bagaimana bisa tidak ada kemelekatan? Oleh karena itu, pendapat Kamu bahwa yang tidak menempel pada apapun adalah pikiran berpengetahuan adalah tak beralasan.'

Surangama Sutra
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline Gwi Cool

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -2
  • Terpujilah Sang Buddha
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #28 on: 29 November 2017, 08:33:03 AM »
Jadi,
mata + bentuk = pikiran muncul (kesadaran mata)
telinga + suara-suara = pikiran muncul (kesadaran telinga)
hidung + bau-bauan= pikiran muncul (kesadaran hidung)
lidah + rasa kecapan= pikiran muncul (kesadaran lidah)
badan + objek sentuhan= pikiran muncul (kesadaran badan )
Karena ini disebut 5 utas kenikmatan.

Lalu, bagaimana dengan landasan indria ke enam?
Pikiran + fenomena pikiran = pikiran muncul (kesadaran pikiran).

Kalau begitu,
Kesadaran membentuk (memunculkan) batin jasmani = 5 landasan indria + pikiran (kesadaran itu??)
« Last Edit: 29 November 2017, 08:38:51 AM by Gwi Cool »
Yang mau debat, saya diam, dan mengaku kalah karena saya hanyalah makhluk lemah, debat sama yang lain saja.
Mari berbicara Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir. Indah dengan pikiran penuh cinta kasih. Hobiku menggubah syair.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Studi tentang Citta dan Viññaṇa
« Reply #29 on: 29 November 2017, 09:08:02 AM »
Jadi,
mata + bentuk = pikiran muncul (kesadaran mata)
telinga + suara-suara = pikiran muncul (kesadaran telinga)
hidung + bau-bauan= pikiran muncul (kesadaran hidung)
lidah + rasa kecapan= pikiran muncul (kesadaran lidah)
badan + objek sentuhan= pikiran muncul (kesadaran badan )
Karena ini disebut 5 utas kenikmatan.

Lalu, bagaimana dengan landasan indria ke enam?
Pikiran + fenomena pikiran = pikiran muncul (kesadaran pikiran).

Kalau begitu,
Kesadaran membentuk (memunculkan) batin jasmani = 5 landasan indria + pikiran (kesadaran itu??)
kesadaran dan pikiran itu sama ya?
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_