//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: tradisi pai cheng bu  (Read 52509 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #75 on: 07 September 2011, 11:16:04 AM »
thanks. pada beberapa kasus memang benar seperti itu, om.

ada juga kasus gelas yg terlalu penuh, sehingga gak ada ruang untuk penjelasan baru bisa masuk.
mungkin kalo gelasnya dijungkirbalikkan, maka akan tercipta ruang untuk sesuatu yg baru.

yg juga perlu diingat di sini, pembaca thread tidak hanya satu orang. biarlah yg satu tidak bisa mengerti, namun disinformasi di dunia maya ini bisa menyebar dengan cepat & luas. disinformasi ini harus diimbangi dengan informasi yg benar dan berimbang.

menurut kamus om, penyeimbang informasi yang benar dan seimbang yaitu........ ?

apakah seperti memberikan gambar biku aliran tera yang memberikan jimat2?

apakah seperti memberikan manfaat metta yang katanya bisa membuat kebal dari api?

itukah yang dimaksud penyeimbang informasi?

mantap deh kalau gitu, jadi kalau ada tai di sini, eh tau ga loh di sebelah juga ada tai, jangan liat tainya ambil telurnya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #76 on: 07 September 2011, 11:22:33 AM »
wow...
sori, ini TS baru bisa nongol...  ^:)^

baru saya tinggalin beberapa hari, udah banyak post yang bertebaran nih...  :-? :-?

banyak yang OOT juga hmmmmmm  :o

but, tengkiu para senior mau memberikan tanggapan.
saya jadi bingung menjawab 1 per 1

hakikatnya menurut rangkuman saya dari banyak komentar yang ada, bahwa tradisi ini cukup layak di pertahankan.
anggap lah tiada bermanfaat bagi menjalankan dhamma dan seperti beberapa post tidak akan membawa kita pada pembebasan, tapi adalah perbuatan bijak untuk melestarikan budaya dan tradisi turun temurun nenek moyang.

lagian logikanya gini, saat kita mempunyai seorang anak. apa lagi anak pertama, berjuta rasanya lhoooo...
terus terang rasa cemas dalam perlindungan pada anak menjadi point yang cukup penting disini.
awalnya jika anak rewel ato bahkan sakit hal tersebut akan membuat orang tua menjadi panik, saya tidak tau yang lain tapi saya panik.
dalam kepanikan mungkin saja saya akan memutuskan mengambil tindakan terburu2 tanpa mempertimbangkan efek lanjutannya. nah dengan adanya tradisi ini ternyata cukup bermanfaat juga membuat saya tenang. dan dapat berpikir rasional. saya jadi mempunyai waktu untuk menganalisa secara kritis atas kondisi anak.
rewel, kenapa ya?
cek popok, basah gak?
cek bedong, terlalu ketat gak?
cek tali pusar, apa terluka?
cek suhu tubuh bayi, apa panas? sakitkah?
cek asupan susu, apa sudah pas? (kadang susu formula yang salah penyajian akan membuat perut bayi tidak nyaman)
cek suhu ruangan, terlalu dingin kah? terlalu panas kah?
cek kondisi psikologi bayi, rewel karena merasa tidak aman kah? (bayi cendrung merasa tidak aman, takut, dan gelisah makanya tangan bayi akan selalu terkepal. kehadiran orang tua dengan sentuhan, suara, dan rasa kasih sayang akan membuat bayi nyaman dan aman - CMIIW)
dan lainnya....

nah dengan tenang saya bisa mempelajari kondisi bayi saya, kenapa?
karena saya merasa nyaman, tidak dibebani rasa  takut dan bersalah dan gelisah karena tidak mengamalkan saran orang tua.
tidak secara signifikan, namun cukup membantu.

intinya rasa nyaman telah melakukan sesuatu kewajiban yang lazim, yang berefek pada ketenangan hati.
disebut kewajiban, ya karena disini melakukan Pai Cheng Bu dalam pandangan masyarakat luas (masy tionghoa, tentunya) sudah merupakan hal yang wajib hukumnya. seorang ayah, ibu atau para elder sudah secara turun temurun dibebankan kewajiban ini. jika tidak melaksanakan akan dianggap lalai terhadap anak.
ini serius lhoooo... (yang tentu merupakan pandangan masyarakat disini)

begitu menurut saya.

 _/\_ _/\_ _/\_

Jika itu sudah menjadi keputusan anda, Sdr. Rico, maka tidak ada yang bisa menahannya. Namun anda pun perlu berusaha bisa menerima resiko / dampak apapun yang akan muncul, apakah baik maupun buruk. Dengan mau menerima resiko (terutama yang buruk) dari apa yang ia lakukan, maka seseorang telah meredam sebuah penderitaan hidupnya.

Saya juga memahami pengalaman Sdr. Rico dengan masalah anak, namun sepemahaman saya itu hanyalah masalah psikologi semata, dimana sebenarnya ada cara lain dimana kita bisa menjadi lebih tenang dalam menghadapi masalah anak. Cara Buddhis-nya adalah bermeditasi.

Terakhir, bagi saya pribadi, saya tidak akan melestarikan suatu tradisi yang nantinya justru memberikan warisan berupa rasa cemas dan takut bagi generasi saya berikutnya. Mungkin terdengar tidak bijak karena tidak melestarikan budaya dan tradisi nenek-moyang, tapi saya lebih memikirkan pembentukan mental yang lebih baik pada generasi berikut yang bebas dari rasa cemas dan takut tak berdasar agar nantinya dapat melihat, memahami sesuatu dengan jernih. Jadi, jika saya harus menjalankan tradisi tersebut, maka biarkanlah saya yang menjalaninya sebagai yang terakhir.

evam
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #77 on: 07 September 2011, 11:40:00 AM »
Jika kita berbicara di area kemungkinan, maka akan ada kemungkinan:
mungkin saja sudah ada makhluk halus yang menjaga bayi tersebut sejak lahir karena karma baik, jadi buat apa melakukan pai cheng bu lagi?

mungkin saja...who knows?
jadi kita tidak boleh menjudge sesuatu itu baik atau nggak sebelum kita bener2 mengetahui apakah tradisi tersebut membawa manfaat atau tidak.
jangan karena melakukan offering terhdap "sesuatu" trus dijudge yang aneh2..kan belum tentu sesuai dengan pemikiran/logika anda..

yang penting sekarang di sini butuh pemahaman yang bener terlebih dahulu..bahwa kegiatan semcam ini sebaiknya jangan dijadikan sebagai "sandaran" atau kemelekatan baru,
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #78 on: 07 September 2011, 01:27:27 PM »
mungkin saja...who knows?
Benar, who knows. Dengan pemikiran awal adanya kemungkinan itu maka tidak perlu lagi pai cheng bu, cukup menunggu karma baik. Jadi, kenapa tidak kemungkinan ini saja yang dikedepankan sebelum melakukan dan melanjutkan tradisi tersebut, daripada mengedepankan kemungkinan ada atau tidaknya makhluk halus pada saat melakukannya?

Quote
jadi kita tidak boleh menjudge sesuatu itu baik atau nggak sebelum kita bener2 mengetahui apakah tradisi tersebut membawa manfaat atau tidak.
jangan karena melakukan offering terhdap "sesuatu" trus dijudge yang aneh2..kan belum tentu sesuai dengan pemikiran/logika anda..

yang penting sekarang di sini butuh pemahaman yang bener terlebih dahulu..bahwa kegiatan semcam ini sebaiknya jangan dijadikan sebagai "sandaran" atau kemelekatan baru,
Saya rasa “nasihat” ini hanya berlaku bagi mereka yang hanya melakukan penilaian baik – buruk semata, bukan untuk mereka yang telah memaparkan dampak yang akan dihasilkan.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #79 on: 07 September 2011, 01:41:38 PM »
barangkali ia belum haus....
barangkali ia tidak mempermasalahkan kotornya air tersebut
betul, mungkin dia belum haus.
seperti yg saya tulis sebelumnya, kebanyakan reply saya tujukan untuk pembaca lain juga.

menurut kamus om, penyeimbang informasi yang benar dan seimbang yaitu........ ?

apakah seperti memberikan gambar biku aliran tera yang memberikan jimat2?

apakah seperti memberikan manfaat metta yang katanya bisa membuat kebal dari api?

itukah yang dimaksud penyeimbang informasi?
betul.
setiap orang mempunyai cara belajar yg berbeda2. ada yg langsung bisa menerima penjelasan yg abstrak, ada yg harus dicontohkan.

ada juga orang mentertawakan tai nempel di muka orang lain.
setelah disadarkan ada tai di mukanya sendiri, dia mungkin mau bercermin.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #80 on: 07 September 2011, 01:46:46 PM »
seperti yg saya tulis sebelumnya, kebanyakan reply saya tujukan untuk pembaca lain juga.

Intisari dari kata-kata yang diucapkan dengan baik adalah pemahaman.

Intisari belajar dan memahami adalah konsentrasi.

Kebijaksanaan dan pengetahuan orang yang terburu-buru dan sembrono tidak akan bertambah




Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #81 on: 07 September 2011, 01:49:13 PM »
betul, mungkin dia belum haus.
seperti yg saya tulis sebelumnya, kebanyakan reply saya tujukan untuk pembaca lain juga.
betul.
setiap orang mempunyai cara belajar yg berbeda2. ada yg langsung bisa menerima penjelasan yg abstrak, ada yg harus dicontohkan.

ada juga orang mentertawakan tai nempel di muka orang lain.
setelah disadarkan ada tai di mukanya sendiri, dia mungkin mau bercermin.

hehehehe ....

ini sama seperti anak kecil ngomong, "temenku nyolong mainan, jadi kenapa saya gak boleh nyolong permen?".
salah dibalas dengan salah, tidak menjadikan sang pembalas benar. tetap aja dua2nya salah.

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #82 on: 07 September 2011, 01:57:55 PM »
tentu pembaca yg cerdas bisa membedakan analogi cermin dan analogi anak kecil di atas.

si anak kecil melakukan hal yg jelek karena... yg lain juga melakukan kejelekan.
orang tadi disadarkan mukanya juga kotor dengan motivasi ...?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #83 on: 07 September 2011, 02:02:23 PM »
Benar, who knows. Dengan pemikiran awal adanya kemungkinan itu maka tidak perlu lagi pai cheng bu, cukup menunggu karma baik. Jadi, kenapa tidak kemungkinan ini saja yang dikedepankan sebelum melakukan dan melanjutkan tradisi tersebut, daripada mengedepankan kemungkinan ada atau tidaknya makhluk halus pada saat melakukannya?
Saya rasa “nasihat” ini hanya berlaku bagi mereka yang hanya melakukan penilaian baik – buruk semata, bukan untuk mereka yang telah memaparkan dampak yang akan dihasilkan.

kamma baik itu bth kondisi yang tepat supaya bisa berbuah..jadi tidak serta merta hanya berpangku tangan.. :)
kalo boleh tau apa dampak yang ditimbulkan dr tradisi ini?
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #84 on: 07 September 2011, 02:07:43 PM »
tentu pembaca yg cerdas bisa membedakan analogi cermin dan analogi anak kecil di atas.

si anak kecil melakukan hal yg jelek karena... yg lain juga melakukan kejelekan.


bisa iya bisa tidak
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #85 on: 07 September 2011, 02:14:07 PM »
kalau mau menyeimbangkan, sebaiknya dicarikan sutta yang sebanding dengan sutra tersebut, bukannya oknumnya.
sudah jelas dalam mahayana, buda yang mengajarkan penebusan dosa, silahkan anda berikan penyeimbang dengan memberikan sutta yang sejenis.

dapat tantangan nih kaum Mahayanis, atau pahlawan Mahayanis !!
ditunggu jawabannya.

tapi kayaknya cuma dapat 'kaset pemutar'   ^-^
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #86 on: 07 September 2011, 02:21:50 PM »
soal penebusan dosa, itu adalah disinformasi yg disebarkan orang yg tidak (mau?) mengerti.
tidak perlu penyeimbang. obat disinformasi ini adalah informasi yg benar, yg sudah dipostingkan berulang2 di thread2 yg sesuai...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #87 on: 07 September 2011, 02:35:27 PM »
soal penebusan dosa, itu adalah disinformasi yg disebarkan orang yg tidak (mau?) mengerti.
tidak perlu penyeimbang. obat disinformasi ini adalah informasi yg benar, yg sudah dipostingkan berulang2 di thread2 yg sesuai...

"penebusan dosa" itu didapatkan dengan PENAFSIRAN yang sangat rumit dan berat atau secara tersurat terdapat di dalam kitab M ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #88 on: 07 September 2011, 02:37:11 PM »
Jika itu sudah menjadi keputusan anda, Sdr. Rico, maka tidak ada yang bisa menahannya. Namun anda pun perlu berusaha bisa menerima resiko / dampak apapun yang akan muncul, apakah baik maupun buruk. Dengan mau menerima resiko (terutama yang buruk) dari apa yang ia lakukan, maka seseorang telah meredam sebuah penderitaan hidupnya.

Saya juga memahami pengalaman Sdr. Rico dengan masalah anak, namun sepemahaman saya itu hanyalah masalah psikologi semata, dimana sebenarnya ada cara lain dimana kita bisa menjadi lebih tenang dalam menghadapi masalah anak. Cara Buddhis-nya adalah bermeditasi.

Terakhir, bagi saya pribadi, saya tidak akan melestarikan suatu tradisi yang nantinya justru memberikan warisan berupa rasa cemas dan takut bagi generasi saya berikutnya. Mungkin terdengar tidak bijak karena tidak melestarikan budaya dan tradisi nenek-moyang, tapi saya lebih memikirkan pembentukan mental yang lebih baik pada generasi berikut yang bebas dari rasa cemas dan takut tak berdasar agar nantinya dapat melihat, memahami sesuatu dengan jernih. Jadi, jika saya harus menjalankan tradisi tersebut, maka biarkanlah saya yang menjalaninya sebagai yang terakhir.

evam
Jika anda meresap dharma, budaya hanyalah budaya, tradisi hanyalah tradisi. Apa yang menjadi rasa cemas dan ketakutan anda merupakan kotoran batin anda sendiri.
Dari statement anda, sepertinya dharma yang anda pelajari tidak memberi manfaat bagi batin anda atau batin anda tidak mampu meresap dharma.
Jika hanya melihat tinta diatas kertas, maka tinta yang diserap bukan dharma. Sibuk pada hal luar lupa pada batin sendiri. Seharusnya yang anda perhatikan rasa cemas dan ketakutan anda dan bukan pada budaya atau tradisi.
Cari sumber cemas dan ketakutan anda sendiri yaitu pada batin anda sendiri. Karena sumber cemas dan ketakutan berada disitu bukan pada hal luar . Atasi cemas dan takut itu pada sumber nya bukan pada hal luar.

« Last Edit: 07 September 2011, 02:41:12 PM by djoe »

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #89 on: 07 September 2011, 02:47:11 PM »
Jika itu sudah menjadi keputusan anda, Sdr. Rico, maka tidak ada yang bisa menahannya. Namun anda pun perlu berusaha bisa menerima resiko / dampak apapun yang akan muncul, apakah baik maupun buruk. Dengan mau menerima resiko (terutama yang buruk) dari apa yang ia lakukan, maka seseorang telah meredam sebuah penderitaan hidupnya.

Saya juga memahami pengalaman Sdr. Rico dengan masalah anak, namun sepemahaman saya itu hanyalah masalah psikologi semata, dimana sebenarnya ada cara lain dimana kita bisa menjadi lebih tenang dalam menghadapi masalah anak. Cara Buddhis-nya adalah bermeditasi.

Terakhir, bagi saya pribadi, saya tidak akan melestarikan suatu tradisi yang nantinya justru memberikan warisan berupa rasa cemas dan takut bagi generasi saya berikutnya. Mungkin terdengar tidak bijak karena tidak melestarikan budaya dan tradisi nenek-moyang, tapi saya lebih memikirkan pembentukan mental yang lebih baik pada generasi berikut yang bebas dari rasa cemas dan takut tak berdasar agar nantinya dapat melihat, memahami sesuatu dengan jernih. Jadi, jika saya harus menjalankan tradisi tersebut, maka biarkanlah saya yang menjalaninya sebagai yang terakhir.

evam
Ajaran Buddha bukan tentang merubah orang lain atau agama orang lain tetapi merubah diri sendiri. Jika anda sibuk pada dunia luar, maka penderitaanlah yang anda rasakan. Sibuk mencela. Manusia cenderung menyalahkan dunia luar sebagai sumber kegagalannya, ketidak bahagiannya. Jika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendaknya, maka rasa kecewa yang akan diperolehnya. Jika ia tidak memahami bahwa itu adalah kenyataan bahwa segala sesuatu memang tidak tetap dan tidap pasti, maka penderitaan yang akan dirasakannya.