//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..  (Read 6733 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline DeNova

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.067
  • Reputasi: 106
  • Semoga semua mahluk berbahagia
bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« on: 03 December 2013, 06:09:40 PM »
Teman2... Maaf sebelumnya jika thread ini salah board tolong dipindah jika emg salah...
 ^:)^ ^:)^
Jadi begini, waktu baca KKSB ada terjemahan sutta dari SN 36:6; IV 207-10 dimana dikatakan dalam foot notenya bahwa jalan membebaskan diri dari kecenderungan terikat pada perasaan batin adalah konsentrasi, sang jalan Dan buah...

Pertanyaannya adalah kata2 konsentrasi, sang jalan Dan buah ini merujuk pada apa ya? Dan bagaimana ketiga Hal tersebut dikatakan sebagai jalan membebaskan diri dari keterikatan itu sendiri...

Trims seblmnya. Tlg dijawab yah..
Saya mau menggunakan thread ini buat sarana memperdalm pengetahuan tentang sutta Dan dhamma, saya harap senior2 and momod juga Tuhan mengijinkan thanks... ^:)^

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #1 on: 03 December 2013, 06:27:52 PM »
Konsentrasi = samadhi (meditasi)
Jalan = JMB8
Buah = pencapaian dari hasil mempraktekkan sang Jalan
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #2 on: 03 December 2013, 06:32:53 PM »
Konsentrasi = samadhi (meditasi)
Jalan = JMB8
Buah = pencapaian dari hasil mempraktekkan sang Jalan

mantep bro... tapi kan tidak semua buah, akan berbuah....(pd kehidupan ini)...
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #3 on: 03 December 2013, 08:57:19 PM »
samadhi, magga, phala
konsentrasi, jalan, buah

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #4 on: 04 December 2013, 06:05:05 AM »
mantep bro... tapi kan tidak semua buah, akan berbuah....(pd kehidupan ini)...

memang benar, sangat tergantung kondisi dan usaha.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #5 on: 04 December 2013, 07:16:00 AM »
samadhi, magga, phala
konsentrasi, jalan, buah

Yups, jalan (magga) menunjuk pada pengembangan jalan lokuttara di mana faktor-faktor JMB8 melenyapkan kekotoran batin dan buah (phala) merupakan pencapaian kesucian dari hasil pengembangan jalan tsb. Ada 4 pasang jalan dan buahnya dari Sotapatti-magga/phala s/d Arahatta-magga/phala :)

mantep bro... tapi kan tidak semua buah, akan berbuah....(pd kehidupan ini)...

Kalo sudah mencapai tingkat jalan lokuttara terendah (Sotapatti-magga), dikatakan bahwa seseorang pasti tidak akan jatuh dan mencapai buahnya pada kehidupan itu juga. Ref. SN 25 Okkanta Samyutta
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #6 on: 04 December 2013, 08:47:30 AM »
Kalau terjemahan2 Indo itu disertai kata Palinya, akan lebih mudah mencari definisi yang dimaksudkan dalam kalimat / sutta itu. IMHO. :-?
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #7 on: 04 December 2013, 10:23:34 AM »
^ ^ ^

Sangat setuju.

Walaupun perlu waktu ekstra untuk telusuri ke pali karena di versi inggris tidak dicantumkan. Kalau waktunya panjang, ya ga masalah.

Dan agak sulit kalau tidak ada pengetahuan dasar tentang pali. Misalnya ada kata yang ditulis samahito, kadang samahita (ragu, tepatnya yang mana). Entah ini semacam grammar atau kata sifat vs kata benda.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #8 on: 04 December 2013, 10:49:51 AM »
maka itu di dcpedia, sutta2nya dipasangkan sama palinya, yah perlu extra effort utk cari dalam sutta yg panjang. ada sih web yg side by side gitu tapi kan tidak mudah dan struktur bahasa terjemahan bisa aja beda
There is no place like 127.0.0.1

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #9 on: 04 December 2013, 11:41:43 AM »
Yang ditanyakan TS sebenarnya dari komentar SN (Spk: Sāratthappakāsinī)


Jadi begini, waktu baca KKSB ada terjemahan sutta dari SN 36:6; IV 207-10 dimana dikatakan dalam foot notenya bahwa jalan membebaskan diri dari kecenderungan terikat pada perasaan batin adalah konsentrasi, sang jalan Dan buah...


Sedangkan sutta-nya sendiri berbunyi (KKSB hal. 36-37):

“Para bhikkhu, ketika kaum duniawi yang tidak terlatih tersentuh oleh perasaan jasmani yang menyakitkan, ia bersedih, berduka, dan meratap; ia menangis dan memukul dadanya dan menjadi kebingungan. Ia merasakan dua perasaan – perasaan jasmani dan perasaan batin. Misalkan mereka menambaknya dengan sebatang anak panah, dan kemudian mereka menembaknya lagi dengan anak panah ke dua, sehingga orang itu akan merasakan perasaan yang ditimbulkan oleh dua anak panah itu. Demikian pula, ketika kaum duniawi yang tidak terlatih tersentuh oleh perasaan jasmani yang menyakitkan ... perasaan jasmani dan perasaan batin.

“Ketika tersentuh oleh perasaan menyakitkan yang sama itu, ia memendam keengganan terhadapnya. Ketika ia memendam keengganan terhadap perasaan menyakitkan, kecenderungan tersembunyi keengganan bersembunyi di balik ini. Karena tersentuh oleh perasaan menyakitkan, ia mencari kesenangan di dalam kenikmatan indria. Karena alasan apakah? Karena kaum duniawi yang tidak terlatih tidak mengetahui jalan membebaskan diri dari perasaan menyakitkan selain kenikmatan indria. Ketika ia mencari kesenangan di dalam kenikmatan indria, kecenderungan tersembunyi nafsu terhadap perasaan menyenangkan bersembunyi di balik ini. Ia tidak memahami sebagaimana adanya asal-mula dan lenyapnya, kepuasan, bahaya, dan jalan membebaskan diri sehubungan dengan tiga perasaan ini. Ketika ia tidak memahami hal-hal ini, kecenderungan tersembunyi kebodohan sehubungan dengan perasaan bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan bersembunyi di balik ini.


Link sutta ini beserta Pali-nya ada di http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_36.6:_Salla_Sutta

Kata-kata yang di-bold dari sutta tsb itulah yang dijelaskan dalam komentar sebagai samadhi, magga, dan phala (I guess so karena gak ada akses ke komentar apalagi dalam bahasa Pali-nya ;D ).

Just for info: ShowHide
Menurut MN 13, jalan membebaskan diri sehubungan dengan perasaan adalah melalui pelenyapan keinginan dan nafsu, sedangkan menurut MN 9, jalan menuju lenyapnya perasaan adalah melalui JMB8.
« Last Edit: 04 December 2013, 11:43:15 AM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #10 on: 04 December 2013, 01:18:44 PM »
http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_9:_Sammādiṭṭhi_Sutta#Perasaan

40. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhikkhu gembira mendengarkan kata-kata Yang Mulia Sāriputta. Kemudian mereka mengajukan pertanyaan lebih lanjut: “Tetapi, teman, adakah cara lain yang mana seorang siswa mulia menjadi berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini?” – “Ada, teman-teman.

41. “Ketika, teman-teman, seorang siswa mulia memahami perasaan, asal-mula perasaan, lenyapnya perasaan, dan jalan menuju lenyapnya perasaan, dengan cara itulah ia menjadi seorang yang berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini.

42. “Dan apakah perasaan, apakah asal-mula perasaan, apakah lenyapnya perasaan, apakah jalan menuju lenyapnya perasaan? Terdapat enam kelompok perasaan ini: perasaan yang muncul dari kontak-mata, perasaan yang muncul dari kontak-telinga, perasaan yang muncul dari kontak-hidung, perasaan yang muncul dari kontak-lidah, perasaan yang muncul dari kontak-badan, perasaan yang muncul dari kontak-pikiran. Dengan munculnya kontak maka muncul pula perasaan. Dengan lenyapnya kontak maka lenyap pula perasaan. Jalan menuju lenyapnya perasaan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar. [52]

43. “Ketika seorang siswa mulia memahami perasaan, asal-mula perasaan, lenyapnya perasaan, dan jalan menuju lenyapnya perasaan … ia di sini dan saat ini mengakhiri penderitaan. Dengan cara itu juga seorang siswa mulia menjadi berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini.”

http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_13:_Mahādukkhakkhandha_Sutta#Perasaan

32. (i) “Dan apakah, para bhikkhu, kepuasan sehubungan dengan perasaan? Di sini, para bhikkhu, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan.[5] Pada saat itu ia tidak menghendaki penderitaannya sendiri, atau penderitaan orang lain, atau penderitaan keduanya. [90] pada saat itu ia hanya merasakan perasaan yang bebas dari penderitaan. Kepuasan tertinggi sehubungan dengan perasaan adalah kebebasan dari penderitaan, Aku katakan.

33-35. “Kemudian lagi, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua ... dengan meluruhnya sukacita ... ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga ... dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat ... Pada saat itu ia tidak menghendaki penderitaannya sendiri, atau penderitaan orang lain, atau penderitaan keduanya. Pada saat itu ia hanya merasakan perasaan yang bebas dari penderitaan. Kepuasan tertinggi sehubungan dengan perasaan adalah kebebasan dari penderitaan, Aku katakan.

36. (ii) “Dan apakah, para bhikkhu, bahaya sehubungan dengan perasaan? Perasaan adalah tidak kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan. Ini adalah bahaya sehubungan dengan perasaan.

37. (iii) “Dan apakah, para bhikkhu, jalan membebaskan diri sehubungan dengan perasaan? Yaitu pelenyapan keinginan dan nafsu, ditinggalkannya keinginan dan nafsu akan perasaan. Ini adalah jalan membebaskan diri sehubungan dengan perasaan.
38. “Bahwa para petapa dan brahmana yang tidak memahami sebagaimana adanya kepuasan sebagai kepuasan, bahaya sebagai bahaya, dan jalan membebaskan diri sebagai jalan membebaskan diri sehubungan dengan perasaan, dapat memahami sepenuhnya perasaan oleh mereka sendiri atau mengajarkan kepada orang lain sehingga orang itu dapat memahami sepenuhnya perasaan – itu adalah tidak mungkin. Bahwa para petapa dan brahmana yang memahami sebagaimana adanya kepuasan sebagai kepuasan, bahaya sebagai bahaya, dan jalan membebaskan diri sebagai jalan membebaskan diri sehubungan dengan perasaan, dapat memahami sepenuhnya perasaan oleh mereka sendiri atau mengajarkan kepada orang lain sehingga orang itu dapat memahami sepenuhnya perasaan – itu adalah mungkin.”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.
There is no place like 127.0.0.1

Offline DeNova

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.067
  • Reputasi: 106
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #11 on: 04 December 2013, 03:03:39 PM »
Yang ditanyakan TS sebenarnya dari komentar SN (Spk: Sāratthappakāsinī)

Sedangkan sutta-nya sendiri berbunyi (KKSB hal. 36-37):

“Para bhikkhu, ketika kaum duniawi yang tidak terlatih tersentuh oleh perasaan jasmani yang menyakitkan, ia bersedih, berduka, dan meratap; ia menangis dan memukul dadanya dan menjadi kebingungan. Ia merasakan dua perasaan – perasaan jasmani dan perasaan batin. Misalkan mereka menambaknya dengan sebatang anak panah, dan kemudian mereka menembaknya lagi dengan anak panah ke dua, sehingga orang itu akan merasakan perasaan yang ditimbulkan oleh dua anak panah itu. Demikian pula, ketika kaum duniawi yang tidak terlatih tersentuh oleh perasaan jasmani yang menyakitkan ... perasaan jasmani dan perasaan batin.

“Ketika tersentuh oleh perasaan menyakitkan yang sama itu, ia memendam keengganan terhadapnya. Ketika ia memendam keengganan terhadap perasaan menyakitkan, kecenderungan tersembunyi keengganan bersembunyi di balik ini. Karena tersentuh oleh perasaan menyakitkan, ia mencari kesenangan di dalam kenikmatan indria. Karena alasan apakah? Karena kaum duniawi yang tidak terlatih tidak mengetahui jalan membebaskan diri dari perasaan menyakitkan selain kenikmatan indria. Ketika ia mencari kesenangan di dalam kenikmatan indria, kecenderungan tersembunyi nafsu terhadap perasaan menyenangkan bersembunyi di balik ini. Ia tidak memahami sebagaimana adanya asal-mula dan lenyapnya, kepuasan, bahaya, dan jalan membebaskan diri sehubungan dengan tiga perasaan ini. Ketika ia tidak memahami hal-hal ini, kecenderungan tersembunyi kebodohan sehubungan dengan perasaan bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan bersembunyi di balik ini.


Link sutta ini beserta Pali-nya ada di http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_36.6:_Salla_Sutta

Kata-kata yang di-bold dari sutta tsb itulah yang dijelaskan dalam komentar sebagai samadhi, magga, dan phala (I guess so karena gak ada akses ke komentar apalagi dalam bahasa Pali-nya ;D ).

Just for info: ShowHide
Menurut MN 13, jalan membebaskan diri sehubungan dengan perasaan adalah melalui pelenyapan keinginan dan nafsu, sedangkan menurut MN 9, jalan menuju lenyapnya perasaan adalah melalui JMB8.


berdasarkan spoiler om ariyakumara, berarti JMB8 adalah sama dengan pelenyapan nafsu secara tak langsung??? mohon pencerahannya?? ^:)^

Yups, jalan (magga) menunjuk pada pengembangan jalan lokuttara di mana faktor-faktor JMB8 melenyapkan kekotoran batin dan buah (phala) merupakan pencapaian kesucian dari hasil pengembangan jalan tsb. Ada 4 pasang jalan dan buahnya dari Sotapatti-magga/phala s/d Arahatta-magga/phala :)

Kalo sudah mencapai tingkat jalan lokuttara terendah (Sotapatti-magga), dikatakan bahwa seseorang pasti tidak akan jatuh dan mencapai buahnya pada kehidupan itu juga. Ref. SN 25 Okkanta Samyutta

lokuttara? apa yang dimaksud kata ini?
trus menurut  SN 25 ada beda mencolok anatara penganut keyakinan dan penganut dhamma? sebenernya beda konkritnya itu dimana sih? udah saya baca tapi tetep gag ngerti maksudnya
Penganut-keyakinan mengandalkan keyakinan sebagai kendaraan untuk maju, Pengikut-Dhamma mengandalkan kebijaksanaan. Ketika mereka mencapai buah Memasuki-arus, Penganut-keyakinan menjadi “seorang yang terbebaskan melalui keyakinan”, dan Pengikut-Dhamma menjadi “yang tercapai melalui pandangan”

"terbebaskan melalui keyakinan?" tercapai melalui pandangan"? ^:)^ ^:)^ ^:)^ beneran gag ngerti dengan terjemahan itu... keyakinan yang dimaksud disini yang gimana dan pandangan itu yang seperti apa?

tolong bantuannya buat memahami kata2 diatas,  ^:)^ ^:)^ ^:)^ maaf kalau tanyanya berkali2 soalnya kalau gag paham diawal takutnya semakin kedalam semakin bingung  :'(

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #12 on: 04 December 2013, 04:54:33 PM »
berdasarkan spoiler om ariyakumara, berarti JMB8 adalah sama dengan pelenyapan nafsu secara tak langsung??? mohon pencerahannya?? ^:)^

Ya, bahkan secara langsung JMB8 membawa pada pelenyapan nafsu:

“Para bhikkhu, jika para pengembara sekte lain bertanya kepada kalian: ‘Untuk tujuan apakah, sahabat-sahabat, maka kehidupan spiritual dijalankan di bawah Petapa Gotama?’ – ditanya demikian, kalian harus menjawab: ‘Adalah, sahabat-sahabat, untuk Meluruhnya nafsu maka kehidupan spiritual ini dijalankan di bawah Sang Bhagavā.’

“Kemudian, para bhikkhu, jika para pengembara sekte lain bertanya kepada kalian: ‘Tetapi, sahabat-sahabat, adakah jalan, adakah cara untuk peluruhan nafsu?’ - ditanya demikian, kalian harus menjawab: ‘Ada jalan, sahabat-sahabat, ada cara untuk peluruhan nafsu.’

“Dan apakah, para bhikkhu, jalan itu, apakah cara untuk peluruhan nafsu? Adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu: pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, konsentrasi benar. Ini adalah jalan, ini adalah cara untuk peluruhan nafsu.

“Ditanya demikian, para bhikkhu, kalian harus menjawab para pengembara itu seperti itu.

“[Atau kalian juga dapat menjawab mereka:] ‘Adalah, sahabat-sahabat, untuk meninggalkan belenggu-belenggu … untuk mencabut kecenderungan-kecenderungan tersembunyi … untuk memahami sepenuhnya perjalanan [saṃsāra] … demi hancurnya noda-noda … untuk mencapai buah pengetahuan dan kebebasan sejati … demi pengetahuan dan penglihatan … untuk mencapai Nibbāna akhir tanpa kemelekatan maka kehidupan spiritual dijalani di bawah Sang Bhagaavā.

“Kemudian, para bhikkhu, jika para pengembara sekte lain bertanya kepada kalian: ‘Tetapi, sahabat-sahabat, adakah jalan, adakah cara untuk mencapai Nibbāna akhir tanpa kemelekatan?’ - ditanya demikian, kalian harus menjawab: ‘Ada jalan, sahabat-sahabat, ada cara untuk mencapai Nibbāna akhir tanpa kemelekatan.’

“Dan apakah, para bhikkhu, jalan itu, apakah cara untuk mencapai Nibbāna akhir tanpa kemelekatan? Adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu: pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, konsentrasi benar. Ini adalah jalan, ini adalah cara untuk mencapai Nibbāna akhir tanpa kemelekatan.

“Ditanya demikian, para bhikkhu, kalian harus menjawab para pengembara itu seperti itu.”


(SN 45:41-48, digabungkan; V 27-29) [KKSB hal. 311-313]

Quote
lokuttara? apa yang dimaksud kata ini?

lokuttara = loka (dunia) + uttara (melampaui) = melampaui duniawi (adiduniawi). Pengembangan JMB8 sampai faktor-faktornya cukup kuat untuk menghancurkan belenggu-belenggu kekotoran batin disebut pengembangan jalan lokuttara karena praktisi minimal telah memasuki arus menuju kesucian (sotapanna).

Quote
trus menurut  SN 25 ada beda mencolok anatara penganut keyakinan dan penganut dhamma? sebenernya beda konkritnya itu dimana sih? udah saya baca tapi tetep gag ngerti maksudnya
Penganut-keyakinan mengandalkan keyakinan sebagai kendaraan untuk maju, Pengikut-Dhamma mengandalkan kebijaksanaan. Ketika mereka mencapai buah Memasuki-arus, Penganut-keyakinan menjadi “seorang yang terbebaskan melalui keyakinan”, dan Pengikut-Dhamma menjadi “yang tercapai melalui pandangan”

"terbebaskan melalui keyakinan?" tercapai melalui pandangan"? ^:)^ ^:)^ ^:)^ beneran gag ngerti dengan terjemahan itu... keyakinan yang dimaksud disini yang gimana dan pandangan itu yang seperti apa?

tolong bantuannya buat memahami kata2 diatas,  ^:)^ ^:)^ ^:)^ maaf kalau tanyanya berkali2 soalnya kalau gag paham diawal takutnya semakin kedalam semakin bingung  :'(

Penganut-keyakinan (saddhanussari) adalah orang yang mencapai Sotapatti-magga dengan faktor indria keyakinan yang kuat, sedangkan pengikut-pandangan (dhammanussari) mencapai Sotapatti-magga dengan faktor indria pandangan yang kuat.

Lihat KKSB hal. 511-512:

20. “Orang jenis apakah pengikut-Dhamma? Di sini seseorang tidak menyentuh dengan tubuhnya dan tidak berdiam dalam kebebasan-kebebasan yang damai dan tanpa-materi, melampaui bentuk-bentuk, dan noda-nodanya belum dihancurkan melalui penglihatannya dengan kebijaksanaan, tetapi ajaran-ajaran itu yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata diterima olehnya setelah merenungkannya dengan kebijaksanaan hingga tingkat yang mencukupi. Lebih jauh lagi, ia memiliki kualitas-kualitas ini: indria keyakinan, indria kegigihan, indria perhatian, Indria konsentrasi, dan indria kebijaksanaan. Orang jenis ini disebut seorang pengikut-Dhamma.  Aku mengatakan tentang bhikkhu demikian bahwa ia masih harus melakukan tugas dengan tekun. Mengapakah? Karena ketika Yang Mulia itu ... menuju kehidupan tanpa rumah. Karena melihat buah ketekunan bagi seorang bhikkhu demikian, Aku katakan bahwa ia masih harus melakukan tugas dengan tekun.

21. “Orang jenis apakah pengikut-keyakinan? Di sini seseorang tidak menyentuh dengan tubuhnya dan tidak berdiam dalam kebebasan-kebebasan yang damai dan tanpa-materi, melampaui bentuk-bentuk, dan noda-nodanya belum dihancurkan melalui penglihatannya dengan kebijaksanaan, namun ia memiliki keyakinan yang mencukupi dan cinta kasih kepada Sang Tathāgata. Lebih jauh lagi, ia memiliki kualitas-kualitas ini: indria keyakinan, indria kegigihan, indria perhatian, indria konsentrasi, dan indria kebijaksanaan. Orang jenis ini disebut seorang pengikut-keyakinan. Aku mengatakan tentang bhikkhu demikian bahwa ia masih harus melakukan tugas dengan tekun. Mengapakah? Karena ketika Yang Mulia itu menggunakan tempat-tempat tinggal yang selayaknya dan bergaul dengan teman-teman baik dan memelihara indria-indria spiritual mereka, maka ia dapat, dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, dalam kehidupan ini masuk dan berdiam dalam tujuan tertinggi kehidupan suci yang karenanya para anggota keluarga meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah. Karena melihat buah ketekunan bagi seorang bhikkhu demikian, Aku katakan bahwa ia masih harus melakukan tugas dengan tekun.”


(dari MN 70: Kīṭāgiri Sutta; I 477-79)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline DeNova

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.067
  • Reputasi: 106
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #13 on: 09 December 2013, 07:09:03 PM »
Kembali bertanya....

Ketagihan, keangkuhan Dan pandangan2 adalah 3 Hal yang bertanggungjawab pd penjelasan konseptual...
Apa yang dimaksud penjelasan konseptual? Tolong kasih contohnya juga biar lebih mudah dimengerti...

Trims b4...

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #14 on: 09 December 2013, 07:55:52 PM »
Kembali bertanya....

Ketagihan, keangkuhan Dan pandangan2 adalah 3 Hal yang bertanggungjawab pd penjelasan konseptual...
Apa yang dimaksud penjelasan konseptual? Tolong kasih contohnya juga biar lebih mudah dimengerti...

Trims b4...

Bahasa Pali-nya "papañca", tetapi maknanya sulit dijelaskan karena tidak banyak dijelaskan detil dalam sutta-sutta. Bhikkhu Bodhi dalam terjemahan MN menerjemahkan sbg "proliferasi". Dlm pemahaman saya, ini adalah konseptualisasi dunia berdasarkan berbagai pemikiran, konsep dan pandangan yang mengaburkan kenyataan/realita yang sebenarnya. Ketagihan (tanha), keangkuhan (mana), dan pandangan [salah] (ditthi) adalah penyebab konseptualisasi yang salah ini.

Selengkapnya pernah dibahas di http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17307.msg422347.html#msg422347
« Last Edit: 09 December 2013, 07:57:58 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Anshi

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 41
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #15 on: 11 December 2013, 10:58:48 PM »
Buddhist Dictionary by NYANATILOKA MAHATHERA
papañca
: (Sanskrit prapañca): In doctrinal usage, it signifies the expansion, differentiation, 'diffuseness' or 'manifoldness' of the world; and it may also refer to the 'phenomenal world' in general, and to the mental attitude of 'worldliness'. In A. IV, 173, it is said: "As far as the field of sixfold sense-impression extends, so far reaches the world of diffuseness (or the phenomenal world; papañcassa gati); as far as the world of diffuseness extends, so far extends the field of sixfold sense-impression. Through the complete fading away and cessation of the field of sixfold sense-impression, there comes about the cessation and the coming-to-rest of the world of diffuseness (papañca-nirodho papañca-vupasamo)." The opposite term nippapañca is a name for Nibbāna (S. LIII), in the sense of 'freedom from samsaric diffuseness'. - Dhp. 254: "Mankind delights in the diffuseness of the world, the Perfect Ones are free from such diffuseness" (papañcābhiratā pajā, nippapañca tathāgatā). - The 8th of the 'thoughts of a great man' (mahā-purisa-vitakka; A. VIII, 30) has: "This Dhamma is for one who delights in non-diffuseness (the unworldly, Nibbāna); it is not for him who delights in worldliness (papañca)." - For the psychological sense of 'differentiation', see M. 18 (Madhupiṇḍika Sutta): "Whatever man conceives (vitakketi) that he differentiates (papañceti); and what he differentiates, by reason thereof ideas and considerations of differentiation (Papañca-saññā-saṅkhā) arise in him." On this text and the term papañca, see Dr. Kurt Schmidt in German Buddhist Writers (WHEEL 74/75) p. 61ff. - See D. 21 (Sakka's Quest; WHEEL 10, p.

In the commentaries, we often find a threefold classification taṇhā-, diṭṭhi-, māna-papañca, which probably means the world's diffuseness created hy craving, false views and conceit. - See M. 123; A. IV, 173; A. VI, 14, Sn. 530, 874, 916.

Ñāṇananda Bhikkhu, in Concept and Reality: An Essay on Papañca and Papañca-saññā-saṅkhā (Kandy 1971, Buddhist Publication Society), suggests that the term refers to man's "tendency towards proliferation in the realm of concepts" and proposes a rendering by "conceptual proliferation," which appears convincing in psychological context, e.g. in two of the texts quoted above, A. IV, 173 and M. 18. - The threefold classification of papañca, by way of craving, false views and conceit, is explained by the author as three aspects, or instances, of the foremost of delusive conceptualisations, the ego-concept.。



PTS Pali-English dictionary
Papañca
,[in its P. meaning uncertain whether identical with Sk. prapañca (pra+pañc to spread out; meaning “expansion, diffuseness, manifoldedness”; cp. papañceti & papañca 3) more likely, as suggested by etym. & meaning of Lat. im-ped-iment-um, connected with pada, thus perhaps originally “pa-pad-ya,” i. e. what is in front of (i. e. in the way of) the feet (as an obstacle)] 1. obstacle, impediment, a burden which causes delay, hindrance, delay DhA.I,18; II,91 (kathā°). °ṁ karoti to delay, to tarry J.IV,145; °ṁ akatvā without delay J.I,260; VI,392. -- ati° too great a delay J.I,64; II,92. -- 2. illusion, obsession, hindrance to spiritual progress M.I,65; S.I,100; IV,52, 71; A.II,161 sq.; III,393 sq.; Sn.530 (=taṇhā-diṭṭhi-mānabheda-p. SnA 431; and generally in Commentaries so resolved, without verbal analysis); Ud.77 (as f. papañcā); Th.1, 519, 902, 989 (cp. Brethren 344, 345 & J.R.A.S. 1906, 246 sq.; Neumann trsls “Sonderheit,” see Lieder p. 210, 211 & Mittlere Sammlung I.119 in trsl. of M.I,65 nippapañca); Dh.195, 254 (°âbhiratā pajā, nippapañcā Tathāgatā; =taṇhādisu p° esu abhiratā DhA.III,378); J.I,9; Pv IV.134 (=taṇh’--ādi-p. PvA.230); Nett 37, 38; SnA 495 (gihi). -- nippapañca (q. v.) without obsession. ‹-› 3. diffuseness, copiousness SnA 40.

--saṅkhā sign or characteristic of obsession Sn.874 (cp. SnA 553; =taṇhā° diṭṭhi° and māna° Nd1 280), 916 (=avijjādayo kilesā mūlaṁ SnA 562). --saññā (°saṅkhā) idea of obsession, idée fixe, illusion D.II,277 (cp. Dial II.312); M.I,109, 112, 271, 383; S.IV,71. (Page 412)。



Concise Pali-English Dictionary
papañca
: [m.] an obstacle; impediment; delay; illusion; hindrance to spiritual progress.。



《巴汉词典》明法比丘增订中...
Papañca
,【阳】障碍(an obstacle),妨碍(impediment),延迟(delay),错觉(illusion),修行的妨害(hindrance to spiritual progress)。

papañcasaññā﹐妄想。


巴汉辞典 编者:(台湾斗六)廖文灿
papañca
: m. 虚妄。


Offline Anshi

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 41
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: bantuannya untuk memahami kalimat sutta..
« Reply #16 on: 11 December 2013, 11:29:19 PM »
 Dukkhāya vedanāya nissaraṇanti dukkhāya vedanāya hi samādhimaggaphalāni nissaraṇaṃ, taṃ so na jānāti, kāmasukhameva nissaraṇanti jānāti. [S.A. iii. 76]
Pembebasan dari perasaan dukkha : Samādhi, magga, dan phala-lah merupakan pembebasan dari perasaan dukkha; itu tidak diketahuinya. Ia hanya mengetahui kenikmatan indriawi sebagai pembebasan.
 

 

anything