//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?  (Read 55512 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« on: 13 February 2013, 05:31:25 PM »
Buddha menegaskan bahwa:
"Niat adalah kamma, perbuatan yg didahului oleh niat, itulah kamma"

Pernyataan ini sesungguhnya cukup jelas, namun ternyata bisa menjadi ribet juga..

Bagaimana jika ada yg berpendapat "bisa saja niat baik, tapi belum tentu perbuatannya baik, namun tetap kamma baik loh..."

Dan diambil-lah contoh Boddhisatva yg berniat baik mengorbankan dirinya sendiri untuk makanan binatang kelaparan: ini kamma baik loh, lalu contoh niat mulia ingin pasien koma tidak menderita, lalu mencabut selang, dianggap juga kamma baik, krn motivasi yg bijaksana loh

Jika kemudian dikembangkan ke contoh ekstrim, ternyata jawabannya cukup unik:

:: Perbuatan ibu yg membakar dirinya dan anak2nya krn kesulitan ekonomi dan suaminya masuk penjara
Si ibu meninggalkan surat alasannya: tidak ingin anak2nya menderita malu dan kekurangan makan.
~ Hal ini juga dianggap kamma baik krn motivasinya mulia, sedangkan perbuatan membakar diri dan anak2nya tsb hanyalah perbuatan netral semata..  ::)

:: Lalu contoh lain: Hitler yg menghanguskan ratusan (ribuan?) yahudi, Motivasinya (kita anggaplah) mulia: ingin agar ras Arya dimurnikan. Tapi, apakah perbuatan Hitler tsb baik?
~ Jawabannya: Jika motivasi Hitler adalah benar begitu, maka bisa kamma baik, sedangkan perbuatan itu sendiri adalah netral

:: Perbuatan sy misalnya mencaci maki rekan diskusi saya, krn motivasi sy ingin teman diskusi sy sadar dan mengerti.
~ perbuatan mencaci-maki adalah netral, krn motivasi sy baik, maka saya sedang menimbun kamma-baik loh..

Inti pemikirannya bahwa: Semua perbuatan hanyalah 'tindakan lanjutan' sehingga semua perbuatan adalah netral, niatlah yg menentukan kamma baik/buruk. Perbuatan bisa saja buruk, namun jika niat mulia, maka hal tsb adalah kamma-baik

Bahkan bisa sampai ke kesimpulan: tindakan ibu membunuh anak dan Berdana ke pengemis, dianggap perbuatan yg memiliki nilai yg sama, sama2 bermotivasi baik, dan tindakannya sendiri adalah netral saja...

Sampai disini jadi kelihatan kusutnya, sy jadi berpikir:
- apakah 'niat' yg dimaksud diatas sama dengan cetana yg dimaksud oleh Buddha?
- bedakah 'motivasi' dengan 'niat yg mendahului suatu perbuatan'?

Meskipun ada yg berpendapat ini adalah pola pikir Mahayana, sy masih tetap beranggapan ini adalah konsep pemikiran pribadi, bukan konsep Mahayana


::
« Last Edit: 13 February 2013, 05:34:23 PM by williamhalim »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #1 on: 13 February 2013, 06:15:24 PM »
Membahas yang begini, cara berpikirnya harus runut (koheren), sehingga logika berpikir tidak terbolak-balik atau berputar-putar di silogisme yang keliru.

Buddha menegaskan bahwa:
"Niat adalah kamma, perbuatan yg didahului oleh niat, itulah kamma"

Menurut saya, langkah pertama pembahasan, harus didefinisikan dengan jelas dulu, apa itu 'niat' yang dimaksud dalam kalimat di atas.

Yang saya ketahui, ada dua pengertian (dari pembahasan yang sudah-sudah):
1. Niat dalam arti landasan pikiran yang mendahului sebuah perbuatan.
Contoh: Mengambil air di bak mandi, dimulai dari niat mengayunkan tangan menuju gayung untuk mengambil air dalam bak.
2. Niat dalam arti motivasi, maksud atau harapan dalam sebuah perbuatan.
Contoh: Mengambil air di bak mandi, niatnya adalah untuk mandi, membersihkan lantai, atau menyiram kecoak ke kloset, dsb.

Mempersingkat diskusi, dalam pendapat saya, karma vipaka (akibat/buah) sebuah perbuatan adalah kombinasi dari kedua poin tersebut; utamanya dalam Mahayana, kekuatan motivasi lebih mendominasi sebuah perbuatan. Misal: Ketika seorang teroris sedang mau menarik picu senjata atau bom, kita yang berada di dekatnya bisa menabraknya atau mungkin melukainya jika itu diperlukan (ada urgensinya). Tindakan ini (menurut hemat saya), ada dua kategori karma yang berbuah nantinya, yaitu melukai teroris, serta menyelamatkannya dari karma buruk meledakkan bom yang bisa melukai/membunuh puluhan hingga ratusan orang.

Nah, lebih spesifik, dalam upaya seorang bodhisattva, niat dan pikiran yang lurus bisa meminimalisir dampak dari sebuah perbuatan; sehingga karma vipaka dari perbuatannya, lebih dominan di niat dalam pengertian kedua (niat sebagai harapan, maksud, motivasi).

Hal yang lain; perbuatan buruk dan baik yang diketahui awam selama ini, berasal dari doktrin agama, sebagai perbuatan buruk, melanggar sila, berdosa/haram, dlsb.

Maka itu, dalam pengertian lebih luas, semua perbuatan itu cenderung netral, tergantung apa motivasi dibaliknya.

Ini akan menuai pro dan kontra, dipersilakan bagi yang ingin mengemukakan pendapat, malah sangat diharapkan agar mendapatkan pemahaman yang lebih baik untuk kita bersama.

Salam dharma. Semoga diskusi ini bisa berjalan dengan baik. Anumodana sebelumnya.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #2 on: 13 February 2013, 06:28:12 PM »
Dalam semua contoh kasus yang diberikan TS (Sdr. William), parameternya mudah saja. Niat bisa saja baik, tapi apa perbuatannya dilandasi dengan lobha, dosa, moha atau tidak? Dari sini bisa disimpulkan sendiri apakah perbuatan itu baik atau tidak baik (sesuai parameter agama Buddha). Di luar semua konsep (termasuk agama Buddha), tindakan itu sendiri netral (tergantung dilihat dari sudut pandang apa), dan dalam pengamatan momen ke momen, sebuah perbuatan itu bisa terjadi karena dasar/landasan/sebab. Tidak mungkin (mustahil) sebuah perbuatan hanya murni dari niat pelaku saat itu. Ini yang dimaksud (dalam Mahayana, jika boleh saya wakili/aspirasikan) semua perbuatan itu netral, sebab merupakan rentetan dari sebab-sebab lalu, tercipta karena ada landasannya (dalam bahasa lebih mudah, semua perbuatan ada alasannya).

Semoga rekan William bisa mengerti, silakan bertanya atau mengoreksi jika ada kekeliruan.

Salam bahagia dalam dharma.  _/\_

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #3 on: 13 February 2013, 06:43:29 PM »
Suatu perbuatan dinilai baik atau buruk, menurut pandangan Buddhisme secara umum, berdasarkan 3 faktor:
1. Apakah perbuatan tsb dilandasi dengan kehendak yg baik (alobha, adosa, amoha) atau buruk (lobha, moha, dosa).
2. Apakah perbuatan tsb bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Apakah perbuatan tsb membawa pada tujuan akhir Nibbana atau tidak (sesuai dg JMB8 atau tdk).

Kalo kasus yg diberikan TS baru memenuhi faktor pertama, tapi jika faktor kedua dan ketiga tdk terpenuhi, masih dinilai perbuatan yg buruk jika merugikan diri sendiri dan org lain serta tdk membawa pada Nibbana....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Top1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 429
  • Reputasi: 10
  • Hanya Sebuah Fenomena
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #4 on: 13 February 2013, 07:08:23 PM »
Ibu yang Membunuh anak bagaimana bisa dikatakan sebagai perbuatan baik.
Niat membunuh anak supaya anak-anaknya tidak malu dan kekurangan makan adalah perbuatan yang dilandasi Moha.

Hitler yang membunuh kaum Yahudi untuk memurnikan sebuah aras itu jelas Loba yaitu ingin menonjolkan kehebatan ras sendiri.

Menurut saya contoh2 di atas tidak masuk satu pun faktor perbuatan baik.


Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #5 on: 13 February 2013, 07:09:52 PM »
Suatu perbuatan dinilai baik atau buruk, menurut pandangan Buddhisme secara umum, berdasarkan 3 faktor:
1. Apakah perbuatan tsb dilandasi dengan kehendak yg baik (alobha, adosa, amoha) atau buruk (lobha, moha, dosa).
2. Apakah perbuatan tsb bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Apakah perbuatan tsb membawa pada tujuan akhir Nibbana atau tidak (sesuai dg JMB8 atau tdk).

Kalo kasus yg diberikan TS baru memenuhi faktor pertama, tapi jika faktor kedua dan ketiga tdk terpenuhi, masih dinilai perbuatan yg buruk jika merugikan diri sendiri dan org lain serta tdk membawa pada Nibbana....

Terlalu jauh. Bermanfaat atau tidak bermanfaat amat relatif; narkoba bermanfaat tidak, sunat bermanfaat tidak, mengeksekusi tahanan bermanfaat tidak. Ini sudah masuk dalam ranah doktrin (jika dalam agama Buddha sudah mengacu pada sila dan doktrin ajaran). Nibbana juga (dalam setiap aliran bisa beda definisi sejatinya), terlalu absurd untuk dibahas dalam pendahuluan sebuah diskusi. Jika mau runut, kita urutkan dulu satu-satu tema yang Sdr. William sampaikan. Kalau sudah masuk ranah doktrin, pembahasan bisa melebar pada doktrin dan ayat (sutta), yang secara prinsip sudah masuk area keimanan (kepercayaan), sulit didiskusikan dan ditolerir lagi.

Jika sepakat untuk keluar doktrin dan berpikir bebas, diskusi bisa dilanjutkan. Kalau memang ada koherensinya dengan doktrin, silakan dibawa dan dikutip sesuai urgensinya.

Salam bijak dalam dharma. Semoga berbahagia.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #6 on: 13 February 2013, 07:30:07 PM »
Ibu yang Membunuh anak bagaimana bisa dikatakan sebagai perbuatan baik.
Niat membunuh anak supaya anak-anaknya tidak malu dan kekurangan makan adalah perbuatan yang dilandasi Moha.

Hitler yang membunuh kaum Yahudi untuk memurnikan sebuah aras itu jelas Loba yaitu ingin menonjolkan kehebatan ras sendiri.

Menurut saya contoh2 di atas tidak masuk satu pun faktor perbuatan baik.

Niat ibu mungkin baik, tapi dilandasi kebodohan (kekurang-bijaksanaan). Kebodohan (kekurang-bijaksanaan/moha) ini dilandasi lagi oleh banyak sebab, baik duniawi maupun spiritual. Duniawi misalnya karena keterdesakan (dalam waktu terjepit, orang bisa saja berpikir pendek), kekurang-pendidikan, sifat obsesif dan protektif (ini juga ada pada singa, yang bisa memakan anaknya karena takut anaknya dimangsa predator lain), minder dan kurang percaya diri, serta sebab-sebab multi aspek lainnya (psikologis, sosial, ekonomi, dsb).

Sebab spiritual, bisa dari keekstriman yang sudah ada sebelumnya (sifat suka membunuh, mudah mengambil jalan pintas, mudah putus asa, dlsb), serta kekurangpahaman mengenai konsep sebuah kebaikan dan keburukan (secara nurani/hati, bukan dari dogma/ajaran). Semua faktor ini, umumnya dari kebiasaan dan pengalaman sebelumnya, yang pada akhirnya melandasi sebuah perbuatan, bukan hanya karena niat ataupun kesempatan yang ada ('keterdesakan' dalam kasus ibu membunuh anak).

Mengenai Hitler, selain karena faktor rasial, juga ada pengalaman traumatis masa kecil, karena merasa termarginalisasi oleh kaum Yahudi yang waktu itu hidup lebih mewah dan mapan. Sehingga selain lobha (keserakahan), saya kira juga ada faktor kebencian yang sudah mendalam.

Tentang baik-buruknya, tentu agak naif kalau kita langsung menjustifikasi satu cara pandang. Menurut saya ada kasus yang mudah diamati (daripada kasus Hitler di atas), yaitu kasus misalnya anak membunuh ayahnya. Biasanya, dalam surat kabar ataupun berita di televisi, sempat dijelaskan bahwa ayah tersebut agak-sangat kejam terhadap sang anak, atau sang ibu. Sehingga (tanpa menjustifikasi alasan pembunuhan itu) sang anak mengambil jalan pintar (dengan keterbatasan pemahamannya yang masih belia tentunya).

Makanya, dalam negara yang agak beradab (negara maju), anak-anak bermasalah cenderung direhabilitasi daripada dihukum. Narapidana juga lebih dimasyarakatkan (dididik agar lebih memasyarakat) daripada dianggap sebagai terhukum. Ini cara pandang yang minim-vonis (tidak menghakimi), tapi lebih pada mengerti bahwa sebuah peristiwa adalah rangkaian sebab dan akibat, bukan titik berat pada kesalahan pelaku.

Bila masih mau fokus pada Hitler (bahwa obsesi beliau yang terlampau besar dan tidak sebanding dengan alibi/alasan-nya), ada alasan lain yang lebih menarik (dari sudut pandang Mahayana tentunya). Akan dibahas bila pembahasan mengerucut pada Hitler sebagai pelaku kejahatan murni dan intoleran dari segi alibi/alasan.

Oke, semoga bisa berkembang jadi diskusi menarik.

Salam dharma dan MLFBYN.  _/\_

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #7 on: 13 February 2013, 08:21:10 PM »
Buddha menegaskan bahwa:
"Niat adalah kamma, perbuatan yg didahului oleh niat, itulah kamma"

Pernyataan ini sesungguhnya cukup jelas, namun ternyata bisa menjadi ribet juga..

Bagaimana jika ada yg berpendapat "bisa saja niat baik, tapi belum tentu perbuatannya baik, namun tetap kamma baik loh..."

Dan diambil-lah contoh Boddhisatva yg berniat baik mengorbankan dirinya sendiri untuk makanan binatang kelaparan: ini kamma baik loh, lalu contoh niat mulia ingin pasien koma tidak menderita, lalu mencabut selang, dianggap juga kamma baik, krn motivasi yg bijaksana loh

Jika kemudian dikembangkan ke contoh ekstrim, ternyata jawabannya cukup unik:

:: Perbuatan ibu yg membakar dirinya dan anak2nya krn kesulitan ekonomi dan suaminya masuk penjara
Si ibu meninggalkan surat alasannya: tidak ingin anak2nya menderita malu dan kekurangan makan.
~ Hal ini juga dianggap kamma baik krn motivasinya mulia, sedangkan perbuatan membakar diri dan anak2nya tsb hanyalah perbuatan netral semata..  ::)

:: Lalu contoh lain: Hitler yg menghanguskan ratusan (ribuan?) yahudi, Motivasinya (kita anggaplah) mulia: ingin agar ras Arya dimurnikan. Tapi, apakah perbuatan Hitler tsb baik?
~ Jawabannya: Jika motivasi Hitler adalah benar begitu, maka bisa kamma baik, sedangkan perbuatan itu sendiri adalah netral

:: Perbuatan sy misalnya mencaci maki rekan diskusi saya, krn motivasi sy ingin teman diskusi sy sadar dan mengerti.
~ perbuatan mencaci-maki adalah netral, krn motivasi sy baik, maka saya sedang menimbun kamma-baik loh..

Inti pemikirannya bahwa: Semua perbuatan hanyalah 'tindakan lanjutan' sehingga semua perbuatan adalah netral, niatlah yg menentukan kamma baik/buruk. Perbuatan bisa saja buruk, namun jika niat mulia, maka hal tsb adalah kamma-baik

Bahkan bisa sampai ke kesimpulan: tindakan ibu membunuh anak dan Berdana ke pengemis, dianggap perbuatan yg memiliki nilai yg sama, sama2 bermotivasi baik, dan tindakannya sendiri adalah netral saja...

Sampai disini jadi kelihatan kusutnya, sy jadi berpikir:
- apakah 'niat' yg dimaksud diatas sama dengan cetana yg dimaksud oleh Buddha?
- bedakah 'motivasi' dengan 'niat yg mendahului suatu perbuatan'?

Meskipun ada yg berpendapat ini adalah pola pikir Mahayana, sy masih tetap beranggapan ini adalah konsep pemikiran pribadi, bukan konsep Mahayana


::

Sdr. Williamhalim. bagaimana kita mengetahui secara benar bahwa pendapat seseorang itu adalah dari konsep Mahayana? Apakah dengan berdasarkan klaim seseorang semata yang mengatakan: “ …berdasarkan Mahayana” atau “…dalam Mahayana”?
Tanpa acuan yang benar, maka diskusi ini akan menjadi debat kusir, toh akhirnya kita tidak tahu pendapat seseorang itu Mahayana atau bukan, jangan-jangan malah ajaran agama tetangga, Zoroastrianism misalnya. Bagaimana menurut anda?
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #8 on: 13 February 2013, 09:46:45 PM »
Sdr. Williamhalim. bagaimana kita mengetahui secara benar bahwa pendapat seseorang itu adalah dari konsep Mahayana? Apakah dengan berdasarkan klaim seseorang semata yang mengatakan: “ …berdasarkan Mahayana” atau “…dalam Mahayana”?
Tanpa acuan yang benar, maka diskusi ini akan menjadi debat kusir, toh akhirnya kita tidak tahu pendapat seseorang itu Mahayana atau bukan, jangan-jangan malah ajaran agama tetangga, Zoroastrianism misalnya. Bagaimana menurut anda?
mungkin dalam konsep mahayana seperti upaya kausalya?

atau misalnya seperti contoh cerita zen yang memukul murid atau membunuh kucing?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #9 on: 14 February 2013, 05:41:54 AM »
Sdr. Williamhalim. bagaimana kita mengetahui secara benar bahwa pendapat seseorang itu adalah dari konsep Mahayana? Apakah dengan berdasarkan klaim seseorang semata yang mengatakan: “ …berdasarkan Mahayana” atau “…dalam Mahayana”?
Tanpa acuan yang benar, maka diskusi ini akan menjadi debat kusir, toh akhirnya kita tidak tahu pendapat seseorang itu Mahayana atau bukan, jangan-jangan malah ajaran agama tetangga, Zoroastrianism misalnya. Bagaimana menurut anda?

tidak usah sampai ajaran tetangga,
ada member DC juga klaim dirinya, 'bukan manusia biasa lagi' karena sudah mencapai spritual tinggi  ;D

pasti arah ke debat kusir
ntar ujung2nya upaya kausalya
« Last Edit: 14 February 2013, 05:44:56 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #10 on: 14 February 2013, 07:40:52 AM »
mungkin dalam konsep mahayana seperti upaya kausalya?

atau misalnya seperti contoh cerita zen yang memukul murid atau membunuh kucing?

tidak usah sampai ajaran tetangga,
ada member DC juga klaim dirinya, 'bukan manusia biasa lagi' karena sudah mencapai spritual tinggi  ;D

pasti arah ke debat kusir
ntar ujung2nya upaya kausalya


Baiklah, jika demikian mari kita lihat apakah yang mengaku Mahayanis akan menggunakan istilah Upaya Kausalya sebagai dasar pemikirannya mengenai “Niat” ini. Ini berarti kita akan kembali lagi ke pembahasan mengenai Upaya Kausalya yang menurut saya merupakan suatu bentuk kemampuan untuk melakukan kegiatan/perbuatan, bukan membahas mengenai Niat itu sendiri.

GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #11 on: 14 February 2013, 07:43:14 AM »
Sdr. Williamhalim. bagaimana kita mengetahui secara benar bahwa pendapat seseorang itu adalah dari konsep Mahayana? Apakah dengan berdasarkan klaim seseorang semata yang mengatakan: “ …berdasarkan Mahayana” atau “…dalam Mahayana”?
Tanpa acuan yang benar, maka diskusi ini akan menjadi debat kusir, toh akhirnya kita tidak tahu pendapat seseorang itu Mahayana atau bukan, jangan-jangan malah ajaran agama tetangga, Zoroastrianism misalnya. Bagaimana menurut anda?

Sudah saya tulis:

"Meskipun ada yg berpendapat ini adalah pola pikir Mahayana, sy masih tetap beranggapan ini adalah konsep pemikiran pribadi, bukan konsep Mahayana"

Artinya: Ia berpendapat ini adalah konsep pemikiran Mahayana, dan sy tidak setuju..

Untuk itu sy letakkan di board Mahayana agar bisa jelas benar/tidak konsep ini selaras dengan pemikiran Mahayana? Silahkan Bro Kelana menyumbang acuan yg benar

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #12 on: 14 February 2013, 07:45:17 AM »
Baiklah, jika demikian mari kita lihat apakah yang mengaku Mahayanis akan menggunakan istilah Upaya Kausalya sebagai dasar pemikirannya mengenai “Niat” ini. Ini berarti kita akan kembali lagi ke pembahasan mengenai Upaya Kausalya yang menurut saya merupakan suatu bentuk kemampuan untuk melakukan kegiatan/perbuatan, bukan membahas mengenai Niat itu sendiri.



Apakah arti Upaya Kausalya yg sebenarnya?

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #13 on: 14 February 2013, 07:49:01 AM »
baik buruk subjektif :P
sesuatu yg kita anggap baik belum tentu baik bagi orang lain (atau mahkluk lain)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #14 on: 14 February 2013, 08:26:41 AM »
Sebelum terlalu jauh masuk dalam konsep sekte, ada baiknya kita mengkaji secara mendasar (ajaran Buddha secara umum), yakni dalam hal ini yang terkait adalah konsep anatta.

Jika benar konsep ini merupakan salah satu corak/ciri kehidupan, apakah benar ada Hitler yang sadis dan obsesif?

Apakah benar ada Hitler sebagai sosok (individu) yang berdiri sendiri, independen, lepas dari yang lain dan dapat didikotomikan?

Atau, apakah Hitler lahir sebagai terusan (lanjutan) dari rentetan sebab-sebab lampau yang saling terkait (Paticcasamuppada)?

Beramai-ramai Buddhis sering kali menggadang konsep anatta, bahwa semua diri kosong dari sifat hakiki, tanpa kecuali Hitler dan diri kita masing-masing.

Tapi dalam melihat kasus khusus (tertentu), rupanya banyak perasaan subyektif yang bermain, dan menyimpulkan bahwa ada sosok hakiki (atta) yang berada dibalik suatu peristiwa atau fenomena.

Saran dari saya, jika agak sukar melihat sisi netral suatu fenomena, coba kita tempatkan diri kita dalam sudut pandang yang lain; misalnya kekejaman dan arogansi suku tertentu pada masa lalu, walaupun bukan itu alasan pembenaran untuk genosida dan tindak non-humanis lainnya. Segala sesuatu memiliki sebab, dan dalam kombinasi yang kompleks dengan sebab-sebab (pendukung) lain, maka akan melahirkan sebuah tindakan/perbuatan (action), yang sering kita nilai secara sepihak (tanpa melihat secara keseluruhan). Bisa diibaratkan; ada seorang bapak menabrak seorang anak muda dengan sepeda, malah memaki dan mau memukul anak muda tersebut. Ketika anak muda tersebut mau mencoba membela diri, saat itulah kita (pengamat parsial dan subyektif) muncul, dan kesimpulan kita: Anak muda ini kurang ajar sekali, mau memukul bapak-bapak. Seperti itulah pandangan moha dan avijja seorang makhluk... melihat tidak secara lengkap.

 _/\_

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #15 on: 14 February 2013, 10:23:13 AM »
Membahas yang begini, cara berpikirnya harus runut (koheren), sehingga logika berpikir tidak terbolak-balik atau berputar-putar di silogisme yang keliru.

Menurut saya, langkah pertama pembahasan, harus didefinisikan dengan jelas dulu, apa itu 'niat' yang dimaksud dalam kalimat di atas.

Yang saya ketahui, ada dua pengertian (dari pembahasan yang sudah-sudah):
1. Niat dalam arti landasan pikiran yang mendahului sebuah perbuatan.
Contoh: Mengambil air di bak mandi, dimulai dari niat mengayunkan tangan menuju gayung untuk mengambil air dalam bak.
2. Niat dalam arti motivasi, maksud atau harapan dalam sebuah perbuatan.
Contoh: Mengambil air di bak mandi, niatnya adalah untuk mandi, membersihkan lantai, atau menyiram kecoak ke kloset, dsb.

Mempersingkat diskusi, dalam pendapat saya, karma vipaka (akibat/buah) sebuah perbuatan adalah kombinasi dari kedua poin tersebut; utamanya dalam Mahayana, kekuatan motivasi lebih mendominasi sebuah perbuatan. Misal: Ketika seorang teroris sedang mau menarik picu senjata atau bom, kita yang berada di dekatnya bisa menabraknya atau mungkin melukainya jika itu diperlukan (ada urgensinya). Tindakan ini (menurut hemat saya), ada dua kategori karma yang berbuah nantinya, yaitu melukai teroris, serta menyelamatkannya dari karma buruk meledakkan bom yang bisa melukai/membunuh puluhan hingga ratusan orang.

Pernyataan anda tidak konsisten Bro.
- Pertama anda menulis: karma vipaka (akibat/buah) sebuah perbuatan adalah kombinasi dari kedua poin tersebut
lalu anda menulis:
- Tindakan ini (menurut hemat saya), ada dua kategori karma yang berbuah nantinya, yaitu melukai teroris, serta menyelamatkannya dari karma buruk meledakkan bom yang bisa melukai/membunuh puluhan hingga ratusan orang.
Nah, lebih spesifik, dalam upaya seorang bodhisattva, niat dan pikiran yang lurus bisa meminimalisir dampak dari sebuah perbuatan; sehingga karma vipaka dari perbuatannya, lebih dominan di niat dalam pengertian kedua (niat sebagai harapan, maksud, motivasi).

"Kombinasi" bisa sy artikan dua hal yg berbeda namun menanam satu kamma..
Mis: Membakar anak
- motivasi mulia: ingin anak tidak malu dan kelaparan
- tindakan buruk: membakar dan membunuh
~ kamma dan vipakanya hanya satu (kombinasi-kan?): yakni kamma-vipaka baik

Sedangkan "dua kategori kamma yg berbuah" merujuk kepada dua perbuatan, dua moment yg berbeda menghasilkan kamma yg berbeda, tidak dapat disebut kombinasi.
Mis: Membakar anak
- motivasi mulia: ingin anak tidak malu dan kelaparan
- tindakan buruk: membakar dan membunuh
~ kamma-vipakanya ada dua, masing2 moment menghasilkan kamma masing2: motivasi agar anak tidak malu dan kelaparan adalah kamma baik dalam bentuk pikiran dan perbuatan membunuh akan membentuk kamma buruk tersendiri pula

Jadi, dua pernyataan anda ini sy nilai tidak konsisten. Mana pernyataan yg benar menurut anda?

Quote
Hal yang lain; perbuatan buruk dan baik yang diketahui awam selama ini, berasal dari doktrin agama, sebagai perbuatan buruk, melanggar sila, berdosa/haram, dlsb.

Iya dan Tidak
Orang beragama mungkin mengetahui baik dan buruk dari ajaran agamanya
Sedangkan orang yg tidak beragama mengetahui baik dan buruk juga, namun tidak dari ajaran agama.

Quote
Maka itu, dalam pengertian lebih luas, semua perbuatan itu cenderung netral, tergantung apa motivasi dibaliknya.

Misalkan: motivasi si Ibu yg ingin agar anaknya tidak malu dan kelaparan (krn sang ayah masuk penjara), akhirnya membakar diri sendiri dan anak2nya... perbuatan ini netral, namun krn motivasinya baik, maka perbuatan ini menjadi baik?

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #16 on: 14 February 2013, 10:33:12 AM »
Apakah arti Upaya Kausalya yg sebenarnya?

::

Jika mengacu pada sutra maka kita mungkin tidak akan menemukan arti dari Upaya Kausalya, tetapi hanya contoh ataupun perumpamaan dari Upaya Kausalya, dapat kita temukan di Saddharmapundarika Sutra. Jadi agak sulit menentukan istilah sebenarnya.

Satu-satunya cara adalah mengartikannya secara etimologi (asal kata). Upaya Kausalya dalam bahasa Sanskerta sama dengan Upaya Kusala dalam bahasa Pali.

Upaya, kata ini disadari atau tidak, terdapat dalam bahasa Indonesia, yaitu berarti usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb). Usaha berarti kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud.

Kausalya/Kusala/Kosala, bisa berarti baik, terampil, atau cerdas.

Jadi, Upaya Kausalya berarti usaha yang baik, terampil atau cerdas untuk memecahkan persoalan.

Dalam Saddharmapundarika Sutra, perumpamaan dari usaha yang baik, terampil, cerdas, adalah usaha seorang ayah yang dapat mengeluarkan 3 anaknya dari dalam rumah dengan cara membujuk mereka. 

Kemudian Avalokitesvara yang dapat merubah dirinya menjadi berbagai rupa sebagai usaha menyelamatkan makhluk.

Kemudian di literatur Pali,  kisah Kisa Gotami, ketika Sang Buddha menyuruhnya mencari biji lada dari rumah yang belum pernah ada yang meninggal di dalamnya.

Ketiga contoh Upaya Kausalya ini tidak mengindikasikan adanya pelegalan perbuatan jahat/buruk demi menyelamatkan makhluk lain.

Kemungkinan pengertian Upaya Kausalya kemudian menjadi bias dan dipahami secara tidak benar saat diterjemahkan ke bahasa lain khususnya di Tibet. Saya memperkirakan hanya ada dalam literatur Tibet yang melegalkan perbuatan buruk untuk melakukan perbuatan baik.

Bagaimana mungkin suatu usaha dikatakan baik jika melakukan hal yang tidak baik? Bagaimana mungkin dikatakan usaha yang terampil dan cerdas jika solusinya adalah harus merugikan salah satu pihak?

Demikian.
« Last Edit: 14 February 2013, 10:34:53 AM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #17 on: 14 February 2013, 10:34:34 AM »
Dalam semua contoh kasus yang diberikan TS (Sdr. William), parameternya mudah saja. Niat bisa saja baik, tapi apa perbuatannya dilandasi dengan lobha, dosa, moha atau tidak? Dari sini bisa disimpulkan sendiri apakah perbuatan itu baik atau tidak baik (sesuai parameter agama Buddha).

- Niat (maksud anda motivasi seseorang kali yah?)= baik... ok jelas
- Perbuatan menjadi baik/tidak baik, tergantung LDM = ok jelas

Nah, disini kembali anda memisahkan motivasi seseorang dan perbuatannya untuk menindaklanjuti motivasi tsb.
Kembali ke contoh: si Ibu yg membakar anaknya, dimotivasi tidak ingin anaknya menahan malu dan kelaparan.
Berarti anda telah setuju bahwa:
- motivasi si Ibu adalah: baik (kamma baik dalam bentuk pikiran)
- perbuatan membakar anak = dilandasi moha dan dosa, adalah buruk (kamma buruk dalam bentuk perbautan)

Nah, menghasilkan dua kamma yg berbeda
 kalo ini kita klop

dimana perbuatan = NETRAL seperti yg anda jelaskan? Ujung2nya semuanya cocok dengan yg Buddha ajarkan kan?


Quote
Di luar semua konsep (termasuk agama Buddha), tindakan itu sendiri netral (tergantung dilihat dari sudut pandang apa), dan dalam pengamatan momen ke momen, sebuah perbuatan itu bisa terjadi karena dasar/landasan/sebab. Tidak mungkin (mustahil) sebuah perbuatan hanya murni dari niat pelaku saat itu. Ini yang dimaksud (dalam Mahayana, jika boleh saya wakili/aspirasikan) semua perbuatan itu netral, sebab merupakan rentetan dari sebab-sebab lalu, tercipta karena ada landasannya (dalam bahasa lebih mudah, semua perbuatan ada alasannya).

 [at] Bro Kelana: dapat anda lihat, bukan sy yg mengatakan bahwa ini adalah Ajaran Mahayana, tapi lawan diskusi sy dan krn sy tdk mendalami Mahayana, silahkan Bro Kelana yg lebih memahami Ajaran Mahayana melontarkan argumen atas pendapat Bro Sunya ini.. Bahwa semua tindakan adalah netral

Yg sy pahami bahwa semua OBJEK lah yg netral dan akan menjadi menyenangkan/tidak tergantung bagaimana kita mempersepsikannya
Sedangkan tindakan tidaklah netral krn semua tindakan ada cetana nya (lobha, dosa, moha, alobha, adosa, amoha)

::
« Last Edit: 14 February 2013, 10:47:11 AM by williamhalim »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #18 on: 14 February 2013, 10:38:50 AM »
yah, didalam dunia ini kadang masih banyak yang mempunyai kegelapan bathin/ kebodohan bathin, karena nya kadang manusia menjadi rancu antara mana yang bijaksana dan tidak bijaksana, jadi tidak sekedar baik dan benar saja secara pemikiran.

kadang kadang kita juga masih terkelabui oleh bermacam macam pemikiran di luar sana
« Last Edit: 14 February 2013, 10:41:22 AM by kullatiro »

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #19 on: 14 February 2013, 10:46:01 AM »
Jika mengacu pada sutra maka kita mungkin tidak akan menemukan arti dari Upaya Kausalya, tetapi hanya contoh ataupun perumpamaan dari Upaya Kausalya, dapat kita temukan di Saddharmapundarika Sutra. Jadi agak sulit menentukan istilah sebenarnya.

Satu-satunya cara adalah mengartikannya secara etimologi (asal kata). Upaya Kausalya dalam bahasa Sanskerta sama dengan Upaya Kusala dalam bahasa Pali.

Upaya, kata ini disadari atau tidak, terdapat dalam bahasa Indonesia, yaitu berarti usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb). Usaha berarti kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud.

Kausalya/Kusala/Kosala, bisa berarti baik, terampil, atau cerdas.

Jadi, Upaya Kausalya berarti usaha yang baik, terampil atau cerdas untuk memecahkan persoalan.

Kalo pengartian Upaya Kausalya adalah seperti yg Bro jabarkan, sy sangat setuju.
Pengertian ini mirip dengan Sati Sampajanna yg sering dibabarkan oleh Bhante Pannavaro: yakni perbuatan yg baik dan benar yg dilandasi oleh kebijaksanaan... Bahwa perbautan baik dan benar saja tidak cukup, namun tetap perlu kebijaksaan agar tidak merugikan makhluk lain dan diri sendiri.. saya setuju

Quote
Dalam Saddharmapundarika Sutra, perumpamaan dari usaha yang baik, terampil, cerdas, adalah usaha seorang ayah yang dapat mengeluarkan 3 anaknya dari dalam rumah dengan cara membujuk mereka. 

Kemudian Avalokitesvara yang dapat merubah dirinya menjadi berbagai rupa sebagai usaha menyelamatkan makhluk.

Kemudian di literatur Pali,  kisah Kisa Gotami, ketika Sang Buddha menyuruhnya mencari biji lada dari rumah yang belum pernah ada yang meninggal di dalamnya.

Ketiga contoh Upaya Kausalya ini tidak mengindikasikan adanya pelegalan perbuatan jahat/buruk demi menyelamatkan makhluk lain.

cocok dan setuju

Quote
Kemungkinan pengertian Upaya Kausalya kemudian menjadi bias dan dipahami secara tidak benar saat diterjemahkan ke bahasa lain khususnya di Tibet. Saya memperkirakan hanya ada dalam literatur Tibet yang melegalkan perbuatan buruk untuk melakukan perbuatan baik.

Bagaimana mungkin suatu usaha dikatakan baik jika melakukan hal yang tidak baik? Bagaimana mungkin dikatakan usaha yang terampil dan cerdas jika solusinya adalah harus merugikan salah satu pihak?

Sy sepaham dengan pandangan anda.

Dan sy melihat pendapat yg berbeda dari Bro Sunya..
Ini yg masih perlu sy diskusikan dengan rekan tsb, bahwa semua motivasi mulia harus juga dilakukan dengan perbuatan yg benar dan baik. Bahwa motivasi mulia saja, namun jika disusul dengan perbuatan yg salah, tetap saja perbautan itu salah, tidak peduli motivasinya mulia/tidak...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #20 on: 14 February 2013, 10:54:58 AM »
Buddha mengajarkan kita untuk menjadi  bijaksana tidak hanya sekedar memupuk kamma baik saja.

Bila perbuatan tersebut kental dari noda bathin, seperti hitler dan ibu yang membakar anak anak nya itu karena perbuatan mereka di lingkupi oleh noda tersebut hingga tidak mampu melihat dan menghalangi  mereka mengambil tindakan yang bijaksana.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #21 on: 14 February 2013, 10:56:54 AM »
Sebelum terlalu jauh masuk dalam konsep sekte, ada baiknya kita mengkaji secara mendasar (ajaran Buddha secara umum), yakni dalam hal ini yang terkait adalah konsep anatta.

Jika benar konsep ini merupakan salah satu corak/ciri kehidupan, apakah benar ada Hitler yang sadis dan obsesif?

Apakah benar ada Hitler sebagai sosok (individu) yang berdiri sendiri, independen, lepas dari yang lain dan dapat didikotomikan?

Atau, apakah Hitler lahir sebagai terusan (lanjutan) dari rentetan sebab-sebab lampau yang saling terkait (Paticcasamuppada)?

Beramai-ramai Buddhis sering kali menggadang konsep anatta, bahwa semua diri kosong dari sifat hakiki, tanpa kecuali Hitler dan diri kita masing-masing.

Tapi dalam melihat kasus khusus (tertentu), rupanya banyak perasaan subyektif yang bermain, dan menyimpulkan bahwa ada sosok hakiki (atta) yang berada dibalik suatu peristiwa atau fenomena.

Saran dari saya, jika agak sukar melihat sisi netral suatu fenomena, coba kita tempatkan diri kita dalam sudut pandang yang lain; misalnya kekejaman dan arogansi suku tertentu pada masa lalu, walaupun bukan itu alasan pembenaran untuk genosida dan tindak non-humanis lainnya. Segala sesuatu memiliki sebab, dan dalam kombinasi yang kompleks dengan sebab-sebab (pendukung) lain, maka akan melahirkan sebuah tindakan/perbuatan (action), yang sering kita nilai secara sepihak (tanpa melihat secara keseluruhan). Bisa diibaratkan; ada seorang bapak menabrak seorang anak muda dengan sepeda, malah memaki dan mau memukul anak muda tersebut. Ketika anak muda tersebut mau mencoba membela diri, saat itulah kita (pengamat parsial dan subyektif) muncul, dan kesimpulan kita: Anak muda ini kurang ajar sekali, mau memukul bapak-bapak. Seperti itulah pandangan moha dan avijja seorang makhluk... melihat tidak secara lengkap.

 _/\_

Sy agak takut melihat cara anda memahami konsep Anatta

Sy teringat cerita Zen mengenai seorang murid yg menjawab bahwa segala sesuatu adalah kosong dan saat si guru memukul kepalanya, si murid berteriak kesakitan, dan si guru mengatakan kalau segala sesuatu adalah kosong, mengapa kau berteriak kesakitan saat kupukul kepalamu?

Anatta mengajarkan kita untuk tidak melekati segala sesuatu krn sifat tanpa intinya, tanpa kepemilikan, sehingga kita tidak menderita.. bukannya mengajarkan kita untuk bisa berbuat apa saja karena segala sesuatu adalah kosong...

::
« Last Edit: 14 February 2013, 11:00:03 AM by williamhalim »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #22 on: 14 February 2013, 11:28:41 AM »
Terlalu jauh. Bermanfaat atau tidak bermanfaat amat relatif; narkoba bermanfaat tidak, sunat bermanfaat tidak, mengeksekusi tahanan bermanfaat tidak. Ini sudah masuk dalam ranah doktrin (jika dalam agama Buddha sudah mengacu pada sila dan doktrin ajaran). Nibbana juga (dalam setiap aliran bisa beda definisi sejatinya), terlalu absurd untuk dibahas dalam pendahuluan sebuah diskusi. Jika mau runut, kita urutkan dulu satu-satu tema yang Sdr. William sampaikan. Kalau sudah masuk ranah doktrin, pembahasan bisa melebar pada doktrin dan ayat (sutta), yang secara prinsip sudah masuk area keimanan (kepercayaan), sulit didiskusikan dan ditolerir lagi.

Jika sepakat untuk keluar doktrin dan berpikir bebas, diskusi bisa dilanjutkan. Kalau memang ada koherensinya dengan doktrin, silakan dibawa dan dikutip sesuai urgensinya.

Salam bijak dalam dharma. Semoga berbahagia.  _/\_

Maaf, kemarin pakai HP jadi gak bisa ketik yang panjang2. Berikut penjelasannya yg pernah saya post di forum tetangga:

Menurut ajaran Buddha, suatu perbuatan dapat dikategorikan baik (kusala) atau buruk (akusala) bergantung pada 3 faktor:

1. Motivasi atau dorongan yang melandasi perbuatan tersebut, yang dikenal sebagai akar kejahatan atau kebaikan. Jika akar kejahatan (akusala-mula) yang terdiri dari keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha) yang melandasi perbuatan tersebut, maka perbuatan itu dikatakan perbuatan buruk (akusala kamma). Jika yang melandasi adalah akar kebajikan (kusala-mula) yang terdiri dari tanpa keserakahan (alobha), tanpa kebencian (adosa), dan tanpa kebodohan batin (amoha), maka dikatakan sebagai perbuatan baik (kusala kamma). Pedoman untuk menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk berdasarkan motivasi ini dapat kita temukan dalam Kalama Sutta:

4. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Kalau keserakahan (lobha) timbul dalam diri seorang manusia, apakah itu membawa keuntungan atau kerugian?"
"Akan membawa kerugian, Yang Mulia."
"Sekarang, warga suku Kalama, seseorang yang serakah dicengkeram oleh keserakahan dan tidak dapat mengendalikan dirinya lagi; apakah orang itu tidak mungkin akan membunuh makhluk hidup, mengambil sesuatu yang tidak diberikan, melakukan perzinahan, mengucapkan kata-kata yang tidak benar, dan juga menyebabkan orang lain berbuat demikian; bukankah hal itu akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan baginya untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian, Yang Mulia."

5. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Kalau kebencian (dosa) timbul dalam diri seorang manusia, apakah itu akan membawa keuntungan atau kerugian?"
"Akan membawa kerugian, Yang Mulia."
"Sekarang, warga suku Kalama, seseorang yang membenci, dicengkeram oleh kebencian dan tidak dapat mengendalikan dirinya lagi; apakah orang itu tidak mungkin akan membunuh makhluk hidup, mengambil sesuatu yang tidak diberikan, melakukan perzinahan, mengucapkan kata-kata yang tidak benar, dan juga menyebabkan orang lain berbuat demikian; bukankah hal itu akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan baginya untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian, Yang Mulia."

6. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Kalau kegelapan batin (moha) timbul dalam diri seorang manusia, apakah itu akan membawa keuntungan atau kerugian?"
"Akan membawa kerugian, Yang Mulia."
"Sekarang, warga suku Kalama, seseorang yang diliputi kegelapan batin (moha), dicengkeram oleh kegelapan batin dan tidak dapat mengendalikan dirinya lagi; apakah orang itu tidak mungkin akan membunuh makhluk hidup, mengambil sesuatu yang tidak diberikan, melakukan perzinahan, mengucapkan kata-kata yang tidak benar, dan juga menyebabkan orang lain berbuat demikian; bukankah hal itu akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan baginya untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian, Yang Mulia."

7. "Kalau begitu, warga suku Kalama, bagaimana pendapatmu? Apakah hal-hal tersebut baik atau tidak baik?"
"Tidak baik, Yang Mulia."
"Apakah hal-hal tersebut tercela atau tidak tercela?"
"Tercela, Yang Mulia."
"Apakah hal-hal tersebut dibenarkan atau tidak dibenarkan oleh para Bijaksana?"
"Tidak dibenarkan, Yang Mulia."
"Kalau terus dilakukan, apakah itu akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan?"
"Akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan, Yang Mulia. Demikianlah pendapat kami."

8. "Karena itu, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu; atau oleh karena sesuatu yang merupakan tradisi; atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang dikatakan di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang katanya sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya merupakan hasil dari suatu penelitian; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang terlihat cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.'
Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, 'Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,' maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut."

..... [omitted]

10. "Bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Apabila seseorang telah terbebas dari keserakahan (lobha), apakah hal ini merupakan keuntungan atau kerugian?"
"Keuntungan, Yang Mulia."
"Bukankah orang ini, yang telah terbebas dari keserakahan dan tidak lagi dicengkeram oleh keserakahan, dan oleh karena ia dapat mengendalikan dirinya dengan baik, akan berhenti membunuh makhluk hidup, berhenti mengambil sesuatu yang tidak diberikan (mencuri), berhenti melakukan perzinahan berhenti mengucapkan kata-kata yang tidak benar, berhenti menjadi penyebab yang menyesatkan orang lain, tidak akan mendapatkan kerugian dan penderitaan untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian halnya, Yang Mulia."

11. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Apabila seseorang telah terbebas dari kebencian (dosa), apakah hal ini merupakan keuntungan atau kerugian?"
"Keuntungan, Yang Mulia."
"Bukankah orang ini, yang telah terbebas dari kebencian tidak lagi dicengkeram oleh kebencian….., berhenti menjadi penyebab yang menyesatkan orang lain, tidak akan mendapatkan kerugian dan penderitaan untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian halnya, Yang Mulia."

12. "Sekarang, bagaimana pendapatmu, warga suku Kalama? Apabila seseorang telah terbebas dari kegelapan batin (moha), apakah hal ini merupakan keuntungan atau kerugian?"
"Keuntungan, Yang Mulia."
"Bukankah orang ini, yang telah terbebas dari kegelapan batin dan tidak lagi dicengkeram oleh kegelapan batin ….., berhenti menjadi penyebab yang menyesatkan orang lain, tidak akan mendapat kerugian dan penderitaan untuk waktu yang lama?"
"Memang demikian halnya, Yang Mulia."

13. "Kalau begitu, warga suku Kalama, bagaimana pendapatmu? Apakah hal-hal tersebut menguntungkan atau tidak menguntungkan?"
"Menguntungkan, Yang Mulia."
"Apakah hal-hal tersebut tercela atau tidak tercela?"
"Tidak tercela, Yang Mulia."
"Apakah hal-hal tersebut dibenarkan atau tidak dibenarkan oleh para Bijaksana?"
"Dibenarkan, Yang Mulia."
"Kalau terus dilakukan, apakah akan membawa kebahagiaan atau tidak?"
"Tentu akan membawa kebahagiaan. Demikianlah pendapat kami."

14. "Demikianlah, warga suku Kalama, itulah yang Kumaksud dengan mengatakan, 'Janganlah percaya begitu saja….., Tetapi apabila setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui hal ini berguna; hal ini tidak tercela; hal ini dibenarkan oleh para Bijaksana; hal ini kalau terus dilakukan akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan, maka sudah selayaknya kamu menerima dan hidup sesuai dengan hal-hal tersebut.' Itulah sebabnya, mengapa Aku mengucapkan kata-kata tersebut."

Sumber: Kalama Sutta (SAMAGGI-PHALA :: Buddhist Information Network)

2. Akibat langsung dari perbuatan tersebut terhadap diri sendiri dan orang lain apakah menyebabkan kebahagiaan atau penderitaan. Hal ini dijelaskan dalam Cula-rahulovada Sutta sebagai berikut:

“Kapan pun kamu ingin melakukan perbuatan melalui jasmani, kamu harus bercermin: ‘Perbuatan melalui jasmani yang ingin kulakukan ini – akankah ia membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya? Apakah ia suatu perbuatan jasmani yang tidak baik, dengan akibat yang menyedihkan, hasil yang menyakitkan?’ Jika, dalam bercermin, kamu mengetahui bahwa ia akan membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya; ia adalah perbuatan jasmani yang tidak baik dengan akibat yang menyedihkan, hasil yang menyakitkan, maka segala perbuatan jasmani yang semacam itu sesungguhnya tidak pantas kamu lakukan. Namun jika dalam bercermin kamu mengetahui bahwa ia tidak akan mengakibatkan penderitaan… ia adalah perbuatan jasmani yang baik dengan akibat yang membahagiakan, hasil yang menyenangkan, maka segala perbuatan jasmani yang semacam itu pantas kamu lakukan.”

“Saat kamu melakukan suatu perbuatan jasmani, kamu harus bercermin: ‘Perbuatan jasmani yang kulakukan ini – apakah membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya? Apakah ia suatu perbuatan jasmani yang tidak baik, dengan akibat yang menyedihkan, hasil yang menyakitkan?’ Jika, dalam bercermin, kamu mengetahui bahwa ia membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya… kamu harus menghentikannya. Namun jika dalam bercermin kamu mengetahui bahwa ia bukan… kamu dapat melanjutkannya.”

“Setelah melakukan suatu perbuatan jasmani, kamu harus bercermin padanya…. Jika, dalam bercermin, kamu mengetahui bahwa ia membawa pada penderitaan bagi diri sendiri, orang lain, atau keduanya; ia adalah perbuatan jasmani yang tidak baik dengan akibat yang menyakitkan, hasil yang menyedihkan, maka kamu harus mengakuinya, mengungkapkannya, mengatakannya secara terbuka kepada Sang Guru atau kepada seorang sahabat yang berpengetahuan dalam kehidupan suci. Setelah mengakuinya… kamu harus berlatih mengendalikan diri pada masa yang akan datang. Namun jika dalam bercermin kamu mengetahui bahwa ia tidak membawa pada penderitaan… ia adalah perbuatan jasmani yang baik dengan akibat yang menyenangkan, hasil yang membahagiakan, maka kamu harus tetap tersegarkan secara mental dan bergembira, dengan berlatih siang dan malam dalam kualitas mental yang baik.”

..... [dst berlaku juga untuk perbuatan melalui ucapan dan pikiran]

Sumber: Cula-rahulovada Sutta dalam Riwayat Hidup Raja Asoka

3. Kontribusi atau pengaruh perbuatan tersebut pada kemajuan batin, yaitu apakah perbuatan tsb bisa membawa pada pelenyapan dukkha, Pencerahan, dan Nibbana atau tidak. Perbuatan yang bermanfaat (kusala) adalah perbuatan yang dapat membawa pada kemajuan batin, yaitu sesuai dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan; perbuatan yang tidak bermanfaat adalah kebalikannya.

Berdasarkan ketiga faktor di atas, suatu perbuatan dikatakan benar-benar perbuatan baik jika dilandasi oleh alobha, adosa, dan amoha, menyebabkan kebahagiaan orang lain dan diri sendiri, serta membawa kemajuan batin hingga tercapainya Nibbana.

Jika mengacu pada sutra maka kita mungkin tidak akan menemukan arti dari Upaya Kausalya, tetapi hanya contoh ataupun perumpamaan dari Upaya Kausalya, dapat kita temukan di Saddharmapundarika Sutra. Jadi agak sulit menentukan istilah sebenarnya.

Satu-satunya cara adalah mengartikannya secara etimologi (asal kata). Upaya Kausalya dalam bahasa Sanskerta sama dengan Upaya Kusala dalam bahasa Pali.

Upaya, kata ini disadari atau tidak, terdapat dalam bahasa Indonesia, yaitu berarti usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb). Usaha berarti kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud.

Kausalya/Kusala/Kosala, bisa berarti baik, terampil, atau cerdas.

Jadi, Upaya Kausalya berarti usaha yang baik, terampil atau cerdas untuk memecahkan persoalan.

Dalam Saddharmapundarika Sutra, perumpamaan dari usaha yang baik, terampil, cerdas, adalah usaha seorang ayah yang dapat mengeluarkan 3 anaknya dari dalam rumah dengan cara membujuk mereka. 

Kemudian Avalokitesvara yang dapat merubah dirinya menjadi berbagai rupa sebagai usaha menyelamatkan makhluk.

Kemudian di literatur Pali,  kisah Kisa Gotami, ketika Sang Buddha menyuruhnya mencari biji lada dari rumah yang belum pernah ada yang meninggal di dalamnya.

Ketiga contoh Upaya Kausalya ini tidak mengindikasikan adanya pelegalan perbuatan jahat/buruk demi menyelamatkan makhluk lain.

Kemungkinan pengertian Upaya Kausalya kemudian menjadi bias dan dipahami secara tidak benar saat diterjemahkan ke bahasa lain khususnya di Tibet. Saya memperkirakan hanya ada dalam literatur Tibet yang melegalkan perbuatan buruk untuk melakukan perbuatan baik.

Bagaimana mungkin suatu usaha dikatakan baik jika melakukan hal yang tidak baik? Bagaimana mungkin dikatakan usaha yang terampil dan cerdas jika solusinya adalah harus merugikan salah satu pihak?

Demikian.


Ada satu sutra Mahayana yang disebut Upaya Kausalya Sutra, mengatakan Upaya Kausalya juga termasuk perbuatan buruk yang dilegalkan untuk menyelamatkan makhluk2 lain... ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #23 on: 14 February 2013, 12:53:44 PM »

 [at] Bro Kelana: dapat anda lihat, bukan sy yg mengatakan bahwa ini adalah Ajaran Mahayana, tapi lawan diskusi sy dan krn sy tdk mendalami Mahayana, silahkan Bro Kelana yg lebih memahami Ajaran Mahayana melontarkan argumen atas pendapat Bro Sunya ini.. Bahwa semua tindakan adalah netral


Benar saya melihatnya, dan memang bukan anda yang mengatakannya, untuk itu saya bertanya kepada anda sebagai TS agar tergerak untuk memberikan batasan-batasan, ketentuan-ketentuan yang perlu diterapkan dalam diskusi ini, misalnya yang berargumen perlu menyantumkan dasar sutranya, sehingga klaim seperti itu dapat diminimalkan. 
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #24 on: 14 February 2013, 12:54:12 PM »
Ada satu sutra Mahayana yang disebut Upaya Kausalya Sutra, mengatakan Upaya Kausalya juga termasuk perbuatan buruk yang dilegalkan untuk menyelamatkan makhluk2 lain... ;D

Dalam Bodhisattvapitaka Sutra tidak memberi peluang seorang bodhisattva untuk melanggar sila.  ;D

Saya pribadi dalam hal Upaya Kausalya lebih mengacu pada etimologi daripada akhirnya membahas sutra Mahayana yang saling bertentangan.
« Last Edit: 14 February 2013, 01:01:37 PM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #25 on: 14 February 2013, 02:27:41 PM »
Pernyataan anda tidak konsisten Bro.
- Pertama anda menulis: karma vipaka (akibat/buah) sebuah perbuatan adalah kombinasi dari kedua poin tersebut
lalu anda menulis:
- Tindakan ini (menurut hemat saya), ada dua kategori karma yang berbuah nantinya, yaitu melukai teroris, serta menyelamatkannya dari karma buruk meledakkan bom yang bisa melukai/membunuh puluhan hingga ratusan orang.
Nah, lebih spesifik, dalam upaya seorang bodhisattva, niat dan pikiran yang lurus bisa meminimalisir dampak dari sebuah perbuatan; sehingga karma vipaka dari perbuatannya, lebih dominan di niat dalam pengertian kedua (niat sebagai harapan, maksud, motivasi).

"Kombinasi" bisa sy artikan dua hal yg berbeda namun menanam satu kamma..
Mis: Membakar anak
- motivasi mulia: ingin anak tidak malu dan kelaparan
- tindakan buruk: membakar dan membunuh
~ kamma dan vipakanya hanya satu (kombinasi-kan?): yakni kamma-vipaka baik

Sedangkan "dua kategori kamma yg berbuah" merujuk kepada dua perbuatan, dua moment yg berbeda menghasilkan kamma yg berbeda, tidak dapat disebut kombinasi.
Mis: Membakar anak
- motivasi mulia: ingin anak tidak malu dan kelaparan
- tindakan buruk: membakar dan membunuh
~ kamma-vipakanya ada dua, masing2 moment menghasilkan kamma masing2: motivasi agar anak tidak malu dan kelaparan adalah kamma baik dalam bentuk pikiran dan perbuatan membunuh akan membentuk kamma buruk tersendiri pula

Jadi, dua pernyataan anda ini sy nilai tidak konsisten. Mana pernyataan yg benar menurut anda?

Iya dan Tidak
Orang beragama mungkin mengetahui baik dan buruk dari ajaran agamanya
Sedangkan orang yg tidak beragama mengetahui baik dan buruk juga, namun tidak dari ajaran agama.

Misalkan: motivasi si Ibu yg ingin agar anaknya tidak malu dan kelaparan (krn sang ayah masuk penjara), akhirnya membakar diri sendiri dan anak2nya... perbuatan ini netral, namun krn motivasinya baik, maka perbuatan ini menjadi baik?

::

Baik, ini penjelasan saya:
1. Tentang kombinasi.
Penjaga toko itu dengan terpaksa memberikan 4 angka kombinasi untuk membuka brankas kepada perampok yang menodongkan senjata api padanya.
Kue lapis yang dibuat Ibu, terdiri dari kombinasi tiga warna; merah, kuning dan putih.

Nah, sampai disini jelas pendapat saya tentang karma vipaka?
Masing-masing karma memiliki hasilnya, namun bisa saja yang satu lebih kuat dari yang lain tergantung niat/motivasi yang mendasari perbuatan tersebut.
2. Tentang awam.
Maksud saya puthujjana, bukan orang tidak beragama. Benar salah memang bisa darimana saja: Tradisi, kebudayaan, aturan keluarga, konstitusi, dlsb.
3. Tentang netral.
Saya ingin bertanya dulu, "Apakah Anda setuju jika ada ungkapan bahwa Buddha melihat sesuatu apa adanya, atau jika seseorang telah mencapai kesempurnaan maka Ia melihat melampaui dualitas yang dilihat makhluk belum tercerahkan?"
Karena Anda terus membagi perbuatan berdasarkan buruk dan baik, yang telah saya sebutkan dan asumsikan Anda setuju bahwa tolok ukur baik dan buruk adalah dari doktrin agama (selama pembahasan kita), maka amat sulit melihat kemuliaan ajaran Buddha; tidak menghakimi, bersifat analistis, non-dualitas (mutlak), serta melihat sesuatu secara lebih obyektif bukan parsial (sebagian). Jika ini dipahami, niscaya pembahasan atau perdebatan mengenai dualitas dan hakikat ini akan sirna. Karma itu bekerja apa adanya, jika melakukan ini maka hasilnya itu. Jika melakukan yang lain, hasilnya akan lain juga. Cuma sesederhana itu 'kan? Tanpa perlu labelisasi perbuatan buruk maupun baik, karma toh tetap bekerja. Benar?

Salam. Semoga dipahami dan bermanfaat.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #26 on: 14 February 2013, 02:42:23 PM »
Kemungkinan pengertian Upaya Kausalya kemudian menjadi bias dan dipahami secara tidak benar saat diterjemahkan ke bahasa lain khususnya di Tibet. Saya memperkirakan hanya ada dalam literatur Tibet yang melegalkan perbuatan buruk untuk melakukan perbuatan baik.

Bagaimana mungkin suatu usaha dikatakan baik jika melakukan hal yang tidak baik? Bagaimana mungkin dikatakan usaha yang terampil dan cerdas jika solusinya adalah harus merugikan salah satu pihak?

Demikian.

Hm, sebenarnya ini masih terlalu jauh untuk dikaitkan dengan upaya kausalya. Tapi berhubung terus disinggung-singgung dari awal, baiklah saya beri tanggapan (pandangan saya) sedikit.

Perbuatan buruk itu apa? Boleh didefinisikan? Nanti akan dibahas dahulu sebelum jauh ke upaya kausalya.

Kalau yang saya tahu tentang pandangan Anda terhadap Upaya Kausalya (yang saya beri warna merah), setahu saya upaya seorang Bodhisattva harus menguntungkan makhluk manapun. Kalau merugikan satu pihak, tentu bukan upaya cerdas namanya (bukan Upaya Kausalya lagi namanya).

Yang dipermasalahkan (Anda dan William mungkin) cenderung pada justifikasi perbuatan sesuai atau tidak dengan sila. Ini masalah dogma, bukan substansial menurut saya. Misalnya membunuh disebut perbuatan buruk. Jika seorang Bodhisattva membunuh demi menyelamatkan yang dibunuh maka upaya-Nya termasuk perbuatan buruk, sebab membunuh itu salah, tidak sesuai sila, melanggar ajaran, dsb. Jika hanya ini tolok ukurnya, tentu saja terlalu sempit cara pandangnya. :)

Non dualitas, lihat sesuatu apa adanya. Cuma itu kata kuncinya.  _/\_

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #27 on: 14 February 2013, 02:57:11 PM »
Baik, ini penjelasan saya:
1. Tentang kombinasi.
Penjaga toko itu dengan terpaksa memberikan 4 angka kombinasi untuk membuka brankas kepada perampok yang menodongkan senjata api padanya.
Kue lapis yang dibuat Ibu, terdiri dari kombinasi tiga warna; merah, kuning dan putih.

Nah, sampai disini jelas pendapat saya tentang karma vipaka?
Masing-masing karma memiliki hasilnya, namun bisa saja yang satu lebih kuat dari yang lain tergantung niat/motivasi yang mendasari perbuatan tersebut.

Pernyataan Bro Sunya: Masing2 kamma memiliki hasil

Bisa saya artikan bahwa masing2 perbuatan adalah kamma masing2, memiliki motivasi yg mulia adalah kamma-baik dalam bentuk pikiran dan membakar anak adalah kamma-buruk dalam bentuk pikiran dan perbuatan.

Mana yg dominan, kita nggak tau, tapi logikanya 'pikiran yg diikuti dengan perbuatan' mempunyai kamma yg lebih kuat ketimbang hanya berpikir2 saja, sehingganya perlakuan si Ibu yg membakar anaknya menelorkan kamma-buruk yg lebih dominan ketimbang motivasi mulianya.

Benar begitu?

Quote
2. Tentang awam.
Maksud saya puthujjana, bukan orang tidak beragama. Benar salah memang bisa darimana saja: Tradisi, kebudayaan, aturan keluarga, konstitusi, dlsb.

Puthujjana adalah orang yg belum mencapai tingkat kesucian, termasuk di dalamnya umat beragama dan atheist.
Sehingga Bro tidak bisa menggeneralisasi semua puthujjana mendapatkan moralitas mereka dari dogma agama.

Sy pikir tidak ada bedanya puthujjana dan Bro Sunya... kita semua belajar dari buku2, belajar dari pengalaman dan bisa memisahkan mana yg baik dan mana yg buruk... tidak melulu dogmatis kan?

Quote
3. Tentang netral.
Saya ingin bertanya dulu, "Apakah Anda setuju jika ada ungkapan bahwa Buddha melihat sesuatu apa adanya, atau jika seseorang telah mencapai kesempurnaan maka Ia melihat melampaui dualitas yang dilihat makhluk belum tercerahkan?"

Dari apa yg saya baca, benar begitu

Quote
Karena Anda terus membagi perbuatan berdasarkan buruk dan baik, yang telah saya sebutkan dan asumsikan Anda setuju bahwa tolok ukur baik dan buruk adalah dari doktrin agama (selama pembahasan kita), maka amat sulit melihat kemuliaan ajaran Buddha; tidak menghakimi, bersifat analistis, non-dualitas (mutlak), serta melihat sesuatu secara lebih obyektif bukan parsial (sebagian). Jika ini dipahami, niscaya pembahasan atau perdebatan mengenai dualitas dan hakikat ini akan sirna. Karma itu bekerja apa adanya, jika melakukan ini maka hasilnya itu. Jika melakukan yang lain, hasilnya akan lain juga. Cuma sesederhana itu 'kan? Tanpa perlu labelisasi perbuatan buruk maupun baik, karma toh tetap bekerja. Benar?

Awalnya diskusi, materinya adalah: apakah kamma baik/buruk tergantung motivasi saja (perbuatan dianggap netral) ataukah motivasi dan perbuatan sama2 melahirkan kamma masing2...

Bukan hanya saya yg berbicara baik-buruk, bro dan saya, awalnya kita sama2 tidak mempermasalahkan baik-buruk, yg kita bahas adalah dimana peranan kamma: apakah di motivasi doang ataukah motivasi dan perbuatan dua2nya berperan.

Sebaiknya kita fokus soal itu dulu

Mengenai dualitas dan non-dualitas, itu cerita lain dan bisa dibuka thread tersendiri

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #28 on: 14 February 2013, 02:58:29 PM »
Ini yg masih perlu sy diskusikan dengan rekan tsb, bahwa semua motivasi mulia harus juga dilakukan dengan perbuatan yg benar dan baik. Bahwa motivasi mulia saja, namun jika disusul dengan perbuatan yg salah, tetap saja perbautan itu salah, tidak peduli motivasinya mulia/tidak...

::

Jika Anda ingat, saya pernah menulis lewat PM bahwa perbuatan salah dan benar ini bersifat dogma, atau kebenaran konvensional, bukan absolut (mutlak). Jika bicara dalam tahap lebih tinggi (seperti Anda sebut, bahwa melihat sesuatu harus momen ke momen, bukan parsial ataupun dicampur aduk), maka sebenarnya suatu saat Anda akan paham, maksud dari netral itu adalah non-justifikasi, tidak terikat dualitas konvensional. Ini semua nanti mengerucut pada ajaran Buddha, Anda jangan khawatir (seolah saya mau membawa Anda jauh ke pemahaman Non-Buddhisme). Semua ini kaitannya dengan perbuatan dan cara pandang Buddha dan Arahat, melihat sesuatu apa adanya, netral, dan melakukan perbuatan tanpa tendensi apa-apa (hanya perbuatan saja; kiriya), serta juga kondisi spiritual saat Vipassana-Bhavana, yakni: Hanya mengamati (tidak menghakimi, tidak terikat, tidak memberi nama). Semua hanya proses dari saling-keterkaitan. Apa yang mau dilabeli sebagai jahat dan baik? :)

Sesungguhnya saya (maaf) agak prihatin.

Di forum kepercayaan (agama) lain, istilah non-dualitas ini cukup sering digunakan, dan cukup populer di kalangan para spiritualis yang sudah menempuh perjalanan spiritual taraf tertentu (jika tidak ingin disebut tinggi, khawatir disebut penilaian saya belaka). Mereka yang disegani dalam forum agama lain ini, banyak bicara cara pandang netral dan tidak terikat konsep konvensional ini. Saya tadinya berpikir, jika agama Buddha mengajarkan Kemutlakan, dan ini satu-satunya keunggulan ajaran Buddha, idealnya tentu penganutnya sangat memperhatikan cara pandang spiritual Non-Duality View ini. Terlebih di agama Buddha sudah jelas ada Vipassana. Kalau ini masih juga luput dari perhatian, sungguh disayangkan.

Semoga semua makhluk berbahagia.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #29 on: 14 February 2013, 03:07:01 PM »
Sy agak takut melihat cara anda memahami konsep Anatta

Sy teringat cerita Zen mengenai seorang murid yg menjawab bahwa segala sesuatu adalah kosong dan saat si guru memukul kepalanya, si murid berteriak kesakitan, dan si guru mengatakan kalau segala sesuatu adalah kosong, mengapa kau berteriak kesakitan saat kupukul kepalamu?

Anatta mengajarkan kita untuk tidak melekati segala sesuatu krn sifat tanpa intinya, tanpa kepemilikan, sehingga kita tidak menderita.. bukannya mengajarkan kita untuk bisa berbuat apa saja karena segala sesuatu adalah kosong...

::

Anda keliru (2 hal):
1. Saya justru yang sering mengingatkan murid-murid saya untuk bisa membedakan antara kebenaran mutlak dan kondisional. Sebagai informasi, saya masih beraktivitas seperti manusia lain dan saya juga mengalami kurang lebih apa yang Anda dan manusia lain alami (masalah kehidupan, ekonomi, sosial, keluarga, dsb).
2. Anda keliru memahami konsep kosong. Ini sudah sering diajarkan dalam Buddhisme Mahayana, bahwa kosong itu berpotensi salah pengertian, bahwa kita bebas berbuat apa saja. Ini semacam peringatan yang sering dilontarkan di buku-buku maupun ceramah-ceramah dan diskusi. Mirip seperti konsep nibbana yang sering disalahpahami sebagai ketiadaan (nihilisme), konsep kosong ini juga sering disosialisasikan karena rawan salah pengertian.

Tentang netral yang saya jelaskan sudah Anda pahami atau belum? Kalau sepertinya sulit diterima (bukan sulit paham, saya yakin itu) akan lebih sulit mengerti konsep kosong dalam pandangan Mahayana (Emptiness/Kekosongan/Sunyata).

Oke, selamat belajar dan semoga mencapai apa yang dicita-citakan. Salam.  _/\_

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #30 on: 14 February 2013, 03:14:29 PM »

Yang dipermasalahkan (Anda dan William mungkin) cenderung pada justifikasi perbuatan sesuai atau tidak dengan sila. Ini masalah dogma, bukan substansial menurut saya. Misalnya membunuh disebut perbuatan buruk. Jika seorang Bodhisattva membunuh demi menyelamatkan yang dibunuh maka upaya-Nya termasuk perbuatan buruk, sebab membunuh itu salah, tidak sesuai sila, melanggar ajaran, dsb. Jika hanya ini tolok ukurnya, tentu saja terlalu sempit cara pandangnya. :)

Non dualitas, lihat sesuatu apa adanya. Cuma itu kata kuncinya.  _/\_

agak kacau pembahasan nih, sebentar bicara sammuti-sacca (kebenaran konvensional), sebentar lagi pindah ke paramatha-sacca (kebenaran absolut)

Back to topik, Bro:
~ Apakah perbuatan seorang ibu yg membakar diri sendiri dan anak2nya, yg dimotivasi agar anak2nya tidak kelaparan dan menanggung malu adalah kusala kamma ataukah akusala kamma

Ini aj dulu, baru kita melebar ke non-dualitas

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #31 on: 14 February 2013, 03:28:29 PM »
Jika Anda ingat, saya pernah menulis lewat PM bahwa perbuatan salah dan benar ini bersifat dogma, atau kebenaran konvensional, bukan absolut (mutlak).

Sejak awal kita memang membahas secara kebenaran konseptual.
Jangan dicampur adukkan diskusi sammuti sacca dan diskusi paramatha sacca
Bahasanya berbeda

Quote
Jika bicara dalam tahap lebih tinggi (seperti Anda sebut, bahwa melihat sesuatu harus momen ke momen, bukan parsial ataupun dicampur aduk), maka sebenarnya suatu saat Anda akan paham, maksud dari netral itu adalah non-justifikasi, tidak terikat dualitas konvensional. Ini semua nanti mengerucut pada ajaran Buddha, Anda jangan khawatir (seolah saya mau membawa Anda jauh ke pemahaman Non-Buddhisme). Semua ini kaitannya dengan perbuatan dan cara pandang Buddha dan Arahat, melihat sesuatu apa adanya, netral, dan melakukan perbuatan tanpa tendensi apa-apa (hanya perbuatan saja; kiriya), serta juga kondisi spiritual saat Vipassana-Bhavana, yakni: Hanya mengamati (tidak menghakimi, tidak terikat, tidak memberi nama). Semua hanya proses dari saling-keterkaitan. Apa yang mau dilabeli sebagai jahat dan baik? :)

Untuk membahas kebenaran absolut, melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, kekosongan, tiada penilaian mungkin lebih baik di thread lain

Bahasanya beda Bro, kita sedang membahas hal2 yg konvensional

Quote
Sesungguhnya saya (maaf) agak prihatin.

ya, sebentar bahas kamma, sebentar bahas non-dualitas.. tentu saja bingung dan jadi prihatin

Quote
Di forum kepercayaan (agama) lain, istilah non-dualitas ini cukup sering digunakan, dan cukup populer di kalangan para spiritualis yang sudah menempuh perjalanan spiritual taraf tertentu (jika tidak ingin disebut tinggi, khawatir disebut penilaian saya belaka). Mereka yang disegani dalam forum agama lain ini, banyak bicara cara pandang netral dan tidak terikat konsep konvensional ini.

Banyak orang yg paham konsep non-dualitas, tapi mereka paham juga mana yg benar dan mana yg salah.. jangan tercampur aduk

Quote
Saya tadinya berpikir, jika agama Buddha mengajarkan Kemutlakan, dan ini satu-satunya keunggulan ajaran Buddha, idealnya tentu penganutnya sangat memperhatikan cara pandang spiritual Non-Duality View ini. Terlebih di agama Buddha sudah jelas ada Vipassana. Kalau ini masih juga luput dari perhatian, sungguh disayangkan.

Jadi, hasil Vipassana adalah melihat bahwa perbuatan ibu membakar anak2nya adalah kosong belaka, perbuatan yg netral?


::
« Last Edit: 14 February 2013, 03:31:13 PM by williamhalim »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #32 on: 14 February 2013, 03:38:10 PM »
Anda keliru (2 hal):
1. Saya justru yang sering mengingatkan murid-murid saya untuk bisa membedakan antara kebenaran mutlak dan kondisional. Sebagai informasi, saya masih beraktivitas seperti manusia lain dan saya juga mengalami kurang lebih apa yang Anda dan manusia lain alami (masalah kehidupan, ekonomi, sosial, keluarga, dsb).

Kalau boleh tau, Bro Sunya membuka pendidikan apakah?
Apakah Guru meditasi atau apa?

Quote
2. Anda keliru memahami konsep kosong. Ini sudah sering diajarkan dalam Buddhisme Mahayana, bahwa kosong itu berpotensi salah pengertian, bahwa kita bebas berbuat apa saja. Ini semacam peringatan yang sering dilontarkan di buku-buku maupun ceramah-ceramah dan diskusi. Mirip seperti konsep nibbana yang sering disalahpahami sebagai ketiadaan (nihilisme), konsep kosong ini juga sering disosialisasikan karena rawan salah pengertian.

Bro Sunya sendiri yg menulis bahwa perbuatan2 adalah netral, termasuk perbuatan ibu yg membakar anaknya... alasannya: sunyata

(Oh ya, bukankah Sunyata tertulis juga di kitab2? berarti Bro sendiri dogmatis juga?)

Quote
Tentang netral yang saya jelaskan sudah Anda pahami atau belum? Kalau sepertinya sulit diterima (bukan sulit paham, saya yakin itu) akan lebih sulit mengerti konsep kosong dalam pandangan Mahayana (Emptiness/Kekosongan/Sunyata).

Oke, selamat belajar dan semoga mencapai apa yang dicita-citakan. Salam.  _/\_

Perbuatan Netral yg saya pahami adalah perbuatan yg tidak dilandasi cetana LDM sehingga tidak berakibat apapun, benar?

Atau adakah penjelasan lain: 'Perbuatan Netral'?

::
« Last Edit: 14 February 2013, 03:45:09 PM by williamhalim »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #33 on: 14 February 2013, 04:04:23 PM »
Pernyataan Bro Sunya: Masing2 kamma memiliki hasil

Bisa saya artikan bahwa masing2 perbuatan adalah kamma masing2, memiliki motivasi yg mulia adalah kamma-baik dalam bentuk pikiran dan membakar anak adalah kamma-buruk dalam bentuk pikiran dan perbuatan.

Mana yg dominan, kita nggak tau, tapi logikanya 'pikiran yg diikuti dengan perbuatan' mempunyai kamma yg lebih kuat ketimbang hanya berpikir2 saja, sehingganya perlakuan si Ibu yg membakar anaknya menelorkan kamma-buruk yg lebih dominan ketimbang motivasi mulianya.

Benar begitu?

Puthujjana adalah orang yg belum mencapai tingkat kesucian, termasuk di dalamnya umat beragama dan atheist.
Sehingga Bro tidak bisa menggeneralisasi semua puthujjana mendapatkan moralitas mereka dari dogma agama.

Sy pikir tidak ada bedanya puthujjana dan Bro Sunya... kita semua belajar dari buku2, belajar dari pengalaman dan bisa memisahkan mana yg baik dan mana yg buruk... tidak melulu dogmatis kan?

Dari apa yg saya baca, benar begitu

Awalnya diskusi, materinya adalah: apakah kamma baik/buruk tergantung motivasi saja (perbuatan dianggap netral) ataukah motivasi dan perbuatan sama2 melahirkan kamma masing2...

Bukan hanya saya yg berbicara baik-buruk, bro dan saya, awalnya kita sama2 tidak mempermasalahkan baik-buruk, yg kita bahas adalah dimana peranan kamma: apakah di motivasi doang ataukah motivasi dan perbuatan dua2nya berperan.

Sebaiknya kita fokus soal itu dulu

Mengenai dualitas dan non-dualitas, itu cerita lain dan bisa dibuka thread tersendiri

::

Saya sudah menjelaskan, konsep karma yang sesungguhnya hanya rangkaian sebab akibat. Jika Anda memberi label baik dan buruk (dari referensi manapun) itu adalah hak Anda.

Untuk koreksi definisi Puthujjana terima kasih. Tapi untuk mengeneralisasi bahwa saya dan Anda sama-sama Puthujjana, belajar dari buku, pengalaman, dsb... mungkin saya kira agak terburu-buru (kalau tidak mau disebut lancang). Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilan, apalagi hanya kata-kata di dunia maya. Saya (khususnya yang saya tulis disini) tidak belajar dari buku, pengalaman hidup, dsb... saya lebih cenderung menggunakan pendekatan spiritual (praktek). Kalau hanya teoritis (maaf kalau menyindir), di forum ini banyak, ahli kitab dan sutta banyak, tapi minim penembusan langsung (praktek).

Tentang peranan motivasi dan perbuatan, tentu keduanya berperan. Sudah saya jelaskan di halaman pertama, bahwa dalam aktivitas bodhisattva, niat yang kuat itu diperlukan, untuk memaksimalkan hasil dan mengurangi dampak. Contohnya: Seorang Bodhisattva membunuh perampok yang akan menghabisi korbannya, tentu niat/motivasi Bodhisattva harus bersih, lurus dan kuat. Jika salah sedikit, tentu neraka adalah konsekuensinya. Maka itu di aliran lebih spesifik lagi (Tantrayana) disebutkan bila seorang praktisi Tantra salah melangkah, neraka avicci taruhannya. Ini adalah ungkapan singkat untuk niat yang kurang lurus tersebut. High risk high gain, low risk low gain - ini istilah lebih membumi dan dipahami banyak orang. Nah, bila belum sanggup paham maupun belum lurus dalam niat, tentu jalan teraman ikuti aliran paling dasar, yakni yang sifatnya masih konvensional dan cenderung dualitas (baik-buruk, benar-salah, melanggar tidak melanggar, dst). Ini tidak salah, hanya beda jalur saja.

Motivasi dominan berperan, sebab pikiran adalah pelopor. Andai orang kurang waras membunuh, dengan pembunuh dengan dendam yang membara... walau tindakannya sama-sama membunuh menggunakan pisau dapur, dengan 20 tusukan, dengan gaya membunuh serta tempat dan waktu yang hampir persis sama... tentu lebih berat karma vipaka pembunuh(an) dengan dendam membara.

Saya kira sudah jelas.

Mengenai dualitas dan non-dualitas, ini adalah jawaban saya atas sumber/referensi perbuatan buruk dan baik yang bersumber dari doktrin/dogma. Saya mengatakan itu pandangan dualitas, dan ada tahapan lebih tinggi yakni non-dualitas, itu saja.

Semoga bisa memberi manfaat. Salam dan semoga berbahagia.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #34 on: 14 February 2013, 04:13:17 PM »
agak kacau pembahasan nih, sebentar bicara sammuti-sacca (kebenaran konvensional), sebentar lagi pindah ke paramatha-sacca (kebenaran absolut)

Back to topik, Bro:
~ Apakah perbuatan seorang ibu yg membakar diri sendiri dan anak2nya, yg dimotivasi agar anak2nya tidak kelaparan dan menanggung malu adalah kusala kamma ataukah akusala kamma

Ini aj dulu, baru kita melebar ke non-dualitas

::

Sudut pandang. Anda bertanya, saya mengajukan pilihan: Anda mau melihat secara konvensional atau mutlak (hakiki)?

Kalau konvensional, jawabannya sudah Anda miliki. Di agama lain juga seperti ini (saya mantan penganut monoteistik), di taraf umat awam mereka selalu bertanya ini salah atau benar, melanggar hukum agama atau tidak, dsb. Pada taraf mulai mahir (advanced), mereka menyadari bahwa tiada segala sesuatu yang mutlak, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Di ajaran Buddha sendiri, ada 4 hal yang tidak terpikirkan oleh pikiran makhluk awam, diantaranya: Akibat/buah dari sebuah perbuatan (sebab banyak kompleksitas yang terjadi, ada akumulasi, ada ahosi, pupus habis, dsb).

Oke, semoga dimengerti. Salam.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #35 on: 14 February 2013, 04:38:06 PM »
Sejak awal kita memang membahas secara kebenaran konseptual.
Jangan dicampur adukkan diskusi sammuti sacca dan diskusi paramatha sacca
Bahasanya berbeda

Untuk membahas kebenaran absolut, melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, kekosongan, tiada penilaian mungkin lebih baik di thread lain

Bahasanya beda Bro, kita sedang membahas hal2 yg konvensional

ya, sebentar bahas kamma, sebentar bahas non-dualitas.. tentu saja bingung dan jadi prihatin

Banyak orang yg paham konsep non-dualitas, tapi mereka paham juga mana yg benar dan mana yg salah.. jangan tercampur aduk

Jadi, hasil Vipassana adalah melihat bahwa perbuatan ibu membakar anak2nya adalah kosong belaka, perbuatan yg netral?


::

Saya prihatin karena banyak umat Buddha tidak mampu melihat secara non-dualitas. Itu saja.

Kalau berputar di perbuatan salah dan benar itu orang awam juga sangat mudah tahu dan mempelajarinya (tinggal buka kitab, hafalkan mana yang baik dan buruk, lalu lakukan/praktekkan). Tapi jika bicara pandangan yang lebih tinggi (bersifat mutlak/hakiki), semua itu akan jadi kebenaran konvensional saja. Mungkin Anda sulit terima, tidak apa-apa. Saya sulit menjelaskan sesuatu yang tidak dialami sendiri oleh orang yang bersangkutan, kecuali ada jalan/usaha yang ditempuh untuk mencapai pemahaman tersebut.

Semua perbuatan itu dinilai dari situasi dan kondisi, bukan langsung vonis perbuatan ini salah atau benar. Konsep kosong dan pengertian netral juga sudah saya berikan penjelasannya. Jika masih diterjemahkan sebagai "bebas berbuat apa saja", "semua tidak ada artinya", "absurd", itu adalah pengertian/pemahaman Anda sendiri. Semoga terhindar dari pengertian yang salah.

Mohon koreksi dan petunjuknya. Salam.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #36 on: 14 February 2013, 05:03:04 PM »
Kalau boleh tau, Bro Sunya membuka pendidikan apakah?
Apakah Guru meditasi atau apa?

Bro Sunya sendiri yg menulis bahwa perbuatan2 adalah netral, termasuk perbuatan ibu yg membakar anaknya... alasannya: sunyata

(Oh ya, bukankah Sunyata tertulis juga di kitab2? berarti Bro sendiri dogmatis juga?)

Perbuatan Netral yg saya pahami adalah perbuatan yg tidak dilandasi cetana LDM sehingga tidak berakibat apapun, benar?

Atau adakah penjelasan lain: 'Perbuatan Netral'?

::

Saya tidak membuka pendidikan apa-apa, hanya sekumpulan orang yang ingin belajar dari saya dan menyatakan ingin menjadi murid saya.
Meditasi salah satu pelajaran yang saya berikan juga, intinya pengembangan spiritual ke arah yang lebih baik.

Netral itu Anda artikan sebagai apa? Sudah saya jelaskan pengertiannya, tapi Anda tetap menggenggam pandangan Anda sendiri. Yang Anda yakini di atas itu keliru, sudah saya tulis bahwa ini sering dijadikan peringatan kepada para pembelajar Mahayana, tapi Anda tetap mengasosiasikan netral dan kosong seperti itu (seolah bebas berbuat apa saja, tak ada dampak lanjutannya). Ini seperti orang baru belajar spiritual, mana benar dan salah saja masih sulit membedakan, bagaimana mau meningkat ke tahap yang lebih tinggi (hakikat/mutlak)?

Netral itu adalah kesimpulan yang kita dapat setelah mengamati secara keseluruhan, bahwa sebuah tindakan itu lahir dari sebab-sebab yang lalu, bukan semata karena keputusan salah (sang Ibu) dalam hal ini. Kalau kita sebut Ibu itu tidak bijaksana, lebih tidak bijaksana lagi kita, sebab tidak melihat (mengabaikan) sebab-sebab lalu yang mengkondisikan peristiwa tersebut.

Kita sebagai manusia yang berakal-budi, tentu mengharapkan sosok Ibu itu ideal; sayang anak, penuh pengertian, penuh kebijaksanaan dan pengetahuan, dsb.

Celakanya, standar tersebut kita sematkan juga pada sang Ibu dalam kasus bakar anak tersebut. Kita tidak mempertimbangkan bagaimana pendidikan dan masa kecil sang Ibu, apakah memungkinkan beliau untuk mengerti dan memahami konsekuensi perbuatannya atau tidak, punya karakter cukup kuat untuk menghadapi masalah hidup atau tidak, dsb...

Terus terang saya pernah bahkan beberapa kali menghadapi kasus sulit seperti ini, walau tidak seekstrim kasus di atas. Kesimpulan saya, banyak hal yang kita kira bisa kita ubah jika saja "begini begitu" (jika ia paham dharma, jika dia berpengetahuan, jika dia... dlsb), tapi kembali lagi itu cuma harapan saja. Kenyataannya, kondisi keluarganya tidak memungkinkan ia untuk bahkan mengerti apa yang dia perbuat.

Mungkin penjelasan di atas terlalu rumit dan sulit Anda pahami. Coba ambil contoh kecil saja:
Jika Anda melihat sebuah batu melayang ke arah sebuah kaca mobil, apa reaksi Anda pertama?

Reaksi yang sangat mungkin: "Wah, siapa yang begitu kurang berpengetahuan melempar batu sebesar bola golf ini ke arah kaca mobil?"

Namun, setelah Anda memutar kepala dan melihat darimana arah batu tersebut, yang ternyata berasal dari seorang anak balita (kebetulan keponakan saya juga cukup hiperaktif dan bisa melakukan perbuatan seperti ini) maka perasaan kaget campur jengkel Anda seketika itu juga sirna... "Oh, hanya anak kecil... Wajar..."

Begitu juga, dalam kasus Ibu atau Hitler tersebut, yang kita lihat hanyalah kondisi yang tidak memungkinkan ia untuk berpikir lebih dalam... dan hasil dari akumulasi semua kondisi tersebut, adalah "bakar anak". Maka secara matematis, jika memang elemennya ada 1+2-1+5, maka secara pasti hasilnya sudah tentu 7. Ini yang saya sebut netral, setelah mengamati semua kondisi pendukung, maka perbuatan itu sendiri tidak merupakan kesalahan siapa-siapa (apalagi kesalahan si Ibu belaka), melainkan akumulasi dari semua sebab-sebab lalu dan kondisi pendukung. Jangan lupa, tetangga dan keluarga yang apatis juga turut menyumbang peran atas peristiwa itu untuk terjadi (ini banyak saya lihat di forum-forum berita, sifat introspektif dari elemen masyarakat, daripada sekedar menjatuhkan vonis bahwa ini salah mutlak Ibunya, sebab kurang bijaksana, dlsb).

Sudah jelas?

Ini penjelasan terakhir saya (terkait topik netral dan Ibu bakar anak). Jika masih belum mengerti juga, mungkin memang saya kurang mahir menjelaskan (untuk ini mohon dimaafkan sebesar-besarnya).

Salam sukses dalam dharma, semoga berbahagia. _/\_

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #37 on: 14 February 2013, 05:03:47 PM »
Saya sudah menjelaskan, konsep karma yang sesungguhnya hanya rangkaian sebab akibat. Jika Anda memberi label baik dan buruk (dari referensi manapun) itu adalah hak Anda.

Oh, ada defenisi koreksi baru untuk  kamma: "hanya rangkaian sebab-akibat, tidak ada kusala dan akusala kamma"
Anda menerima konsep kamma, konsep sebab-akibat, namun tidak menerima konsep ada kamma yg bermanfaat dan ada kamma yg merugikan

Quote
Untuk koreksi definisi Puthujjana terima kasih. Tapi untuk mengeneralisasi bahwa saya dan Anda sama-sama Puthujjana, belajar dari buku, pengalaman, dsb... mungkin saya kira agak terburu-buru (kalau tidak mau disebut lancang).

Anda kan yg pertama menulis bahwa para puthujjana hanya mengetahui baik-buruk secara dogmatis semata, sementara anda 'beda'.. anda melihat segala sesuatu sebagaimana adanya

Reply #27
Quote
Yang dipermasalahkan (Anda dan William mungkin) cenderung pada justifikasi perbuatan sesuai atau tidak dengan sila. Ini masalah dogma ..cut...
....Non dualitas, lihat sesuatu apa adanya. Cuma itu kata kuncinya.

Saya hanya mencoba mengemukakan bahwa prasangka anda bisa saja salah, bahwa pandangan mereka ternyata cocok dengan kitab, bukan berarti mereka dogmatis.. juga mencoba menyadarkan anda dengan kemungkinan bisa saja anda masih puthujjana seperti yg lain disini... coba renungkan baik2 dulu..

Quote
Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilan, apalagi hanya kata-kata di dunia maya.

Dan kenapa anda bisa menilai saya (dan yg lainnya) sebagai orang dogmatis, kan anda dan sy hanya terkoneksi dengan kata2 di dunia maya saja?

Quote
Saya (khususnya yang saya tulis disini) tidak belajar dari buku, pengalaman hidup, dsb... saya lebih cenderung menggunakan pendekatan spiritual (praktek). Kalau hanya teoritis (maaf kalau menyindir), di forum ini banyak, ahli kitab dan sutta banyak, tapi minim penembusan langsung (praktek).

Dari mana anda bisa menilai bahwa yg lain2 disini hanya teoritis?
Apakah krn kata2 mereka sesuai dengan kitab, sehingga dijustifikasi sebagai teoritis?

Dan untuk tampil non-teoritis harus berbeda dari kitab, begitu?

Ukuran penilaian anda sangat lucu

Quote
Tentang peranan motivasi dan perbuatan, tentu keduanya berperan. Sudah saya jelaskan di halaman pertama, bahwa dalam aktivitas bodhisattva, niat yang kuat itu diperlukan, untuk memaksimalkan hasil dan mengurangi dampak. Contohnya: Seorang Bodhisattva membunuh perampok yang akan menghabisi korbannya, tentu niat/motivasi Bodhisattva harus bersih, lurus dan kuat. Jika salah sedikit, tentu neraka adalah konsekuensinya. Maka itu di aliran lebih spesifik lagi (Tantrayana) disebutkan bila seorang praktisi Tantra salah melangkah, neraka avicci taruhannya. Ini adalah ungkapan singkat untuk niat yang kurang lurus tersebut. High risk high gain, low risk low gain - ini istilah lebih membumi dan dipahami banyak orang. Nah, bila belum sanggup paham maupun belum lurus dalam niat, tentu jalan teraman ikuti aliran paling dasar, yakni yang sifatnya masih konvensional dan cenderung dualitas (baik-buruk, benar-salah, melanggar tidak melanggar, dst). Ini tidak salah, hanya beda jalur saja.

Tidak hanya boddhisatva, manusia biasa juga harus mempunyai niat yg lurus dan kuat <--- anda kelihatan menghindari menggunakan kata baik-buruk, anda menggantikan dengan kata lurus/tidak lurus  :))

Gpp Bro, yg sy maksud dengan baik-buruk itu sama dengan yg anda maksud lurus/tidak lurus
Hanya beda kata2 diranah konsep, samalah kita bro: anda ternyata juga masih dualitas: lurus-tidak lurus  ;D

Quote
Motivasi dominan berperan, sebab pikiran adalah pelopor. Andai orang kurang waras membunuh, dengan pembunuh dengan dendam yang membara... walau tindakannya sama-sama membunuh menggunakan pisau dapur, dengan 20 tusukan, dengan gaya membunuh serta tempat dan waktu yang hampir persis sama... tentu lebih berat karma vipaka pembunuh(an) dengan dendam membara.

Betul..
Dan si Dendam-Membara melakukan pembunuhan ini, menimbulkan kamma apa Bro?
Kamma tidak-lurus 'kan?  :P

Quote
Saya kira sudah jelas.

Mengenai dualitas dan non-dualitas, ini adalah jawaban saya atas sumber/referensi perbuatan buruk dan baik yang bersumber dari doktrin/dogma. Saya mengatakan itu pandangan dualitas, dan ada tahapan lebih tinggi yakni non-dualitas, itu saja.

Ok, setuju
Baik-Buruk: adalah dualitas
Bagaimana dengan istilah anda: lurus-tidak lurus? Dualitas juga bukan?
Sama dong kita

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #38 on: 14 February 2013, 05:07:11 PM »
Sudut pandang. Anda bertanya, saya mengajukan pilihan: Anda mau melihat secara konvensional atau mutlak (hakiki)?

Kalau konvensional, jawabannya sudah Anda miliki. Di agama lain juga seperti ini (saya mantan penganut monoteistik), di taraf umat awam mereka selalu bertanya ini salah atau benar, melanggar hukum agama atau tidak, dsb. Pada taraf mulai mahir (advanced), mereka menyadari bahwa tiada segala sesuatu yang mutlak, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Di ajaran Buddha sendiri, ada 4 hal yang tidak terpikirkan oleh pikiran makhluk awam, diantaranya: Akibat/buah dari sebuah perbuatan (sebab banyak kompleksitas yang terjadi, ada akumulasi, ada ahosi, pupus habis, dsb).

Oke, semoga dimengerti. Salam.  _/\_

Semua yg anda tulis itu, saya mengerti, ada di kitab dan dogmatis juga tentunya menurut anda.. gpp

Yg tidak sy mengerti bagaimana anda menilai perbuatan ibu yg membakar anaknya adalah perbuatan netral? BAhkan jika motivasi si Ibu mulia, maka akan menjadi perbuatan yg mulia?  :hammer:



::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #39 on: 14 February 2013, 05:12:39 PM »
pertunjukan komedi terbaru =)) =)) =))

dualitas vs non dualitas =)) =)) =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #40 on: 14 February 2013, 07:13:55 PM »
niat, persiapan, pengetahuan, keahlian...


niat saja belum cukup... :'( :'( :'(
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #41 on: 14 February 2013, 07:14:54 PM »
Hm, sebenarnya ini masih terlalu jauh untuk dikaitkan dengan upaya kausalya. Tapi berhubung terus disinggung-singgung dari awal, baiklah saya beri tanggapan (pandangan saya) sedikit.

Itu pendapat anda, Sdr. Sunya. Pendapat anda ini tidak memiliki dasar yang kuat karena tidak memiliki patokan yang jelas dalam mengukur jauh atau dekat pengertian Upaya Kausalya. Sedangkan saya bertolak ukur pada etimologi yang bersifat netral, tidak memihak aliran atau agama manapun karena sifat bahasa adalah umum untuk siapa saja yang menggunakannya. Saya tidak bisa menanggapi anda mengenai hal Upaya Kausalya lebih lanjut selama anda tidak memiliki tolak ukur.


Quote
Perbuatan buruk itu apa? Boleh didefinisikan? Nanti akan dibahas dahulu sebelum jauh ke upaya kausalya.

Secara panjang mungkin sudah disampaikan oleh Sdr. Ariyakumara. Singkatnya (inti sari dari sutta dan sutra yang pernah saya baca). Perbuatan buruk adalah perbuatan yang berdasarkan pada Niat yang bersekutu dengan salah satu /dua/ ketiganya dari 3 akar kejahatan (lobha, dosa, moha), yang sekarang/nantinya tidak bemanfaat (dalam makna luas, khususnya spiritual), yang sekarang/nantinya merugikan (dalam makna luas, khususnya spiritual), yang sekarang/nanti tidak membahagiakan, untuk diri sendiri, pihak lain, maupun keduanya. Pengertian ini tidak bisa dipisahkan sendiri-sendiri.

Saya tidak bisa menanggapi anda mengenai hal Upaya Kausalya lebih lanjut selama anda tidak memiliki tolak ukur.

Quote
Kalau yang saya tahu tentang pandangan Anda terhadap Upaya Kausalya (yang saya beri warna merah), setahu saya upaya seorang Bodhisattva harus menguntungkan makhluk manapun. Kalau merugikan satu pihak, tentu bukan upaya cerdas namanya (bukan Upaya Kausalya lagi namanya).

Yang dipermasalahkan (Anda dan William mungkin) cenderung pada justifikasi perbuatan sesuai atau tidak dengan sila. Ini masalah dogma, bukan substansial menurut saya. Misalnya membunuh disebut perbuatan buruk. Jika seorang Bodhisattva membunuh demi menyelamatkan yang dibunuh maka upaya-Nya termasuk perbuatan buruk, sebab membunuh itu salah, tidak sesuai sila, melanggar ajaran, dsb. Jika hanya ini tolok ukurnya, tentu saja terlalu sempit cara pandangnya. :)

Non dualitas, lihat sesuatu apa adanya. Cuma itu kata kuncinya.  _/\_

Adalah keliru jika kita meremehkan Sila dengan menganggapnya hanya sebatas dogma. Sila adalah bagian kecil dari Dharma, Kebenaran. Sila adalah perbuatan yang sepantasnya memang dilakukan dalam kehidupan jika menginginkan kehidupan yang baik. Jika tidak dilakukan konsekuensinya adalah kehidupan yang tidak baik. Ini sudah hukumnya, aturan mainnya. Sangat disayangkan jika kita mengaku sebagai umat Buddha ternyata menganggap Sila hanya sebagai dogma yang berkesan ajaran yang dapat dibuat-buat, bisa di on-off- kan.

Kesempitan berpikir terjadi ketika kita tidak bisa membedakan mana yang merupakan bentuk Pelatihan Sila dengan Sila itu sendiri. Pelatihan Sila memungkinkan seseorang alfa melakukannya dengan berbagai alasan, namun Sila sebagai Hukum Dharma tidak berhenti karenanya. Sila akan tetap berjalan/berlaku dan menimbulkan dampak.

Dalam Maha Upaya Kausalya Sutra dikisahkan Bodhisattva membunuh 500 orang (jelas Ia mendahuluinya dengan NIAT membunuh), ini penyimpangan dari Sila dan tetap akhirnya Ia dilahirkan di neraka. Namun karena ada niat lain yaitu niat baik untuk menolong, maka Ia mendapatkan diskon masa waktu beberapa kalpa. Jadi masing-masing Niat akan memunculkan dampaknya, tidak peduli Niat mana yang muncul duluan.

Dengan ketebatasan pengetahuan saya, setahu saya, semua “Upaya Kausalya” yang dikaitkan dengan membunuh karena belas kasihan hanya ada dalam masa Pelatihan seorang Bodhisattva. Ini berarti “Upaya Kausalya” yang dimaksud di sini adalah hanya usaha terampil (bukan usaha yang baik) menyelesaikan masalah sesuai dengan keterampilan seorang Bodhisattva yang belum untuk sempurna. Seorang Buddha tidak akan melakukan pembunuhan dengan alasan belas kasih, karena Ia sudah tidak lagi dalam Pelatihan Sila bahkan Ia sendiri bisa dikatakan sebagai “Sila Yang Hidup”. 

Kuncinya adalah melihat apa adanya Hukum Karma sebagaimana mestinya, Niat buruk akan mengakibatkan keburukan, niat baik akan mengakibatkan kebaikan. Pahami hal ini dengan jelas dan benar tanpa didasari oleh kekhawatiran, ketakutan akan menerima hal yang buruk, sehingga justru memunculkan sikap pembenaran sesuatu yang tidak benar.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #42 on: 14 February 2013, 07:58:03 PM »
Oh, ada defenisi koreksi baru untuk  kamma: "hanya rangkaian sebab-akibat, tidak ada kusala dan akusala kamma"
Anda menerima konsep kamma, konsep sebab-akibat, namun tidak menerima konsep ada kamma yg bermanfaat dan ada kamma yg merugikan

Anda kan yg pertama menulis bahwa para puthujjana hanya mengetahui baik-buruk secara dogmatis semata, sementara anda 'beda'.. anda melihat segala sesuatu sebagaimana adanya

Reply #27
Saya hanya mencoba mengemukakan bahwa prasangka anda bisa saja salah, bahwa pandangan mereka ternyata cocok dengan kitab, bukan berarti mereka dogmatis.. juga mencoba menyadarkan anda dengan kemungkinan bisa saja anda masih puthujjana seperti yg lain disini... coba renungkan baik2 dulu..

Dan kenapa anda bisa menilai saya (dan yg lainnya) sebagai orang dogmatis, kan anda dan sy hanya terkoneksi dengan kata2 di dunia maya saja?

Dari mana anda bisa menilai bahwa yg lain2 disini hanya teoritis?
Apakah krn kata2 mereka sesuai dengan kitab, sehingga dijustifikasi sebagai teoritis?

Dan untuk tampil non-teoritis harus berbeda dari kitab, begitu?

Ukuran penilaian anda sangat lucu

Tidak hanya boddhisatva, manusia biasa juga harus mempunyai niat yg lurus dan kuat <--- anda kelihatan menghindari menggunakan kata baik-buruk, anda menggantikan dengan kata lurus/tidak lurus  :))

Gpp Bro, yg sy maksud dengan baik-buruk itu sama dengan yg anda maksud lurus/tidak lurus
Hanya beda kata2 diranah konsep, samalah kita bro: anda ternyata juga masih dualitas: lurus-tidak lurus  ;D

Betul..
Dan si Dendam-Membara melakukan pembunuhan ini, menimbulkan kamma apa Bro?
Kamma tidak-lurus 'kan?  :P

Ok, setuju
Baik-Buruk: adalah dualitas
Bagaimana dengan istilah anda: lurus-tidak lurus? Dualitas juga bukan?
Sama dong kita

::

Rekan William yang budiman, dalam dunia ini tidak selamanya sesuatu hal itu mutlak, karena banyak faktor yang terkait satu dengan lainnya.
Ambil contoh, ketika menjelaskan suatu hal kepada anak sekolah TK, dimana usia mereka masih terlalu dini untuk mengerti. Maka kita bisa menjelaskan; racun, api, kaca, dlsb sebagai benda berbahaya, jangan dimainkan. Beda halnya jika bicara dengan orang yang sudah mengerti, dewasa atau memang bergerak di bidang yang terkait dengan hal-hal tersebut; racun bisa jadi obat, api bisa jadi teman ketika kecil, api bisa jadi pertunjukan bagus (kembang api), dst... Beda tingkat pemahaman, bisa beda isi dialog.

Sama halnya dengan karma, dalam tingkatan awam masih melihatnya sebagai dualitas (baik dan buruk, bermanfaat tidak bermanfaat), sedang dalam tahap hakiki hanya melihat sebagai rentetan sebab dan akibat yang saling berkaitan dan berkesinambungan. :)

Dogmatis bukan karena cocok dengan kitab, tapi dicocok-cocokkan. Kesimpulan saya juga banyak yang sesuai dengan kitab, tapi bukan berarti saya dogmatis, sebab saya menelaah dan meneliti dulu, baru melihat apakah memang benar seperti ini yang diajarkan dalam kitab. Membuktikan dan melihat dulu, bukan sebaliknya membaca kitab dulu baru dijadikan pedoman dan acuan, ini akan menjadi semacam sugesti-keimanan (yang mana tidak sesuai lagi dengan prinsip ehipassiko yang diajaran Buddha Gautama).

Bila Anda tidak merasa dogmatis, maka Anda bisa menjelaskan bagaimana selama ini Anda mengetahui suatu konsep dalam ajaran Buddha, dan meyakininya, tanpa pernah (mungkin) membuktikannya. Saya dan rekan-rekan lain tentu ingin mengetahuinya; dari Anda membuktikannya dulu, baru menemukannya sesuai dengan yang diajarkan Buddha (bukan sebaliknya; membaca/mendengar dulu baru berusaha membuktikan atau mencocokkan).

Niat lurus Bodhisattva dalam hal ini harus bebas LDM lho, apa ini dimiliki manusia biasa (awam)? :)

Anda yang menyamakan lurus tidak lurus dengan baik dan buruk, bukan saya.

Lurus disini artinya niatnya murni hanya untuk perbuatan, bukan soal baik atau buruk. Jika ini Anda artikan lain, tentu saja maksud dari kata tersebut jadi tidak terakomodir dengan baik.

Dendam membara tentu menimbulkan karma yang lebih kuat dari pembunuhan tanpa direncanakan, apalagi tidak diniatkan atau tidak disengaja. Kalau Anda mau melabeli ini sebagai karma buruk, itu boleh-boleh saja, itu hak Anda.

Saya sendiri tetap pada penilaian dan pandangan saya, bahwa karma hanya konsekuensi dari sebuah perbuatan. Mau dinamakan buruk atau baik, tidak pengaruh. Yang jelas berbuat ini dapat ini, berbuat itu dapat itu (yang tahu tepatnya adalah seorang Buddha). Semua perbuatan menuai hasilnya, tanpa perlu dilabeli ini karma baik atau buruk.

Ada sebuah cerita asal Tiongkok. Seorang petani membeli seekor kuda. Suatu hari kuda tersebut lepas dan lari ke hutan. Petani ini sedih. Dia menganggap ini sebuah ketidak-beruntungan. Tak berapa lama, ternyata kuda ini kembali, dan bersamanya datang sekawanan kuda liar. Petani ini senang dan menganggap ini rejekinya.
Suatu hari anaknya menunggang salah satu kuda liar, dan terjatuh hingga kakinya patah. Petani ini langsung berkata, bahwa kuda ini membawa petaka/sial bagi keluarganya.
Tidak berapa lama kemudian, ada pengumuman kerajaan bahwa pemuda seusia anaknya diwajibkan ikut perang, dan setiap orang tua merasa sedih dan khawatir sebab rata-rata yang pergi berperang pulang tinggal nama (meninggal/gugur).
Tentu saja petani ini gembira, sebab dalam peraturan kerajaan pemuda cacat dan tidak mampu secara fisik tidak diwajibkan ikut ke medan perang.

Cerita ini berlanjut dan temanya masih sama; setiap kejadian selalu dipandang sebuah kesialan atau sebuah keberuntungan.
Sama seperti karma, baik ataupun buruk adalah persepsi manusia (makhluk) belaka, yang sejati dan nyata adalah kita menjalani setiap pengalaman hidup berdasarkan perbuatan-perbuatan kita sebelumnya. Baik-buruk hanya labelisasi, bukan substansi inti dari fenomena ini.

Amati dan jalani saja kehidupan Anda, semua yang kita alami persis seperti makna dari cerita petani dan kuda tersebut; ada kalanya beruntung, lalu kita sebut karma baik. Ada kalanya keberuntungan ini membuahkan ketidak-beruntungan, maka pikiran kita lalu menyesali keberuntungan yang kita dapat sebelumnya, dan seterusnya akan begitu. Hidup sejatinya hanya sebuah pengalaman yang berlalu, sedang kita jalani satu persatu sekarang. Ada yang bisa bantah ini?

Salam damai sejahtera dalam dharma.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #43 on: 14 February 2013, 08:11:11 PM »
Itu pendapat anda, Sdr. Sunya. Pendapat anda ini tidak memiliki dasar yang kuat karena tidak memiliki patokan yang jelas dalam mengukur jauh atau dekat pengertian Upaya Kausalya. Sedangkan saya bertolak ukur pada etimologi yang bersifat netral, tidak memihak aliran atau agama manapun karena sifat bahasa adalah umum untuk siapa saja yang menggunakannya. Saya tidak bisa menanggapi anda mengenai hal Upaya Kausalya lebih lanjut selama anda tidak memiliki tolak ukur.


Secara panjang mungkin sudah disampaikan oleh Sdr. Ariyakumara. Singkatnya (inti sari dari sutta dan sutra yang pernah saya baca). Perbuatan buruk adalah perbuatan yang berdasarkan pada Niat yang bersekutu dengan salah satu /dua/ ketiganya dari 3 akar kejahatan (lobha, dosa, moha), yang sekarang/nantinya tidak bemanfaat (dalam makna luas, khususnya spiritual), yang sekarang/nantinya merugikan (dalam makna luas, khususnya spiritual), yang sekarang/nanti tidak membahagiakan, untuk diri sendiri, pihak lain, maupun keduanya. Pengertian ini tidak bisa dipisahkan sendiri-sendiri.

Saya tidak bisa menanggapi anda mengenai hal Upaya Kausalya lebih lanjut selama anda tidak memiliki tolak ukur.

Adalah keliru jika kita meremehkan Sila dengan menganggapnya hanya sebatas dogma. Sila adalah bagian kecil dari Dharma, Kebenaran. Sila adalah perbuatan yang sepantasnya memang dilakukan dalam kehidupan jika menginginkan kehidupan yang baik. Jika tidak dilakukan konsekuensinya adalah kehidupan yang tidak baik. Ini sudah hukumnya, aturan mainnya. Sangat disayangkan jika kita mengaku sebagai umat Buddha ternyata menganggap Sila hanya sebagai dogma yang berkesan ajaran yang dapat dibuat-buat, bisa di on-off- kan.

Kesempitan berpikir terjadi ketika kita tidak bisa membedakan mana yang merupakan bentuk Pelatihan Sila dengan Sila itu sendiri. Pelatihan Sila memungkinkan seseorang alfa melakukannya dengan berbagai alasan, namun Sila sebagai Hukum Dharma tidak berhenti karenanya. Sila akan tetap berjalan/berlaku dan menimbulkan dampak.

Dalam Maha Upaya Kausalya Sutra dikisahkan Bodhisattva membunuh 500 orang (jelas Ia mendahuluinya dengan NIAT membunuh), ini penyimpangan dari Sila dan tetap akhirnya Ia dilahirkan di neraka. Namun karena ada niat lain yaitu niat baik untuk menolong, maka Ia mendapatkan diskon masa waktu beberapa kalpa. Jadi masing-masing Niat akan memunculkan dampaknya, tidak peduli Niat mana yang muncul duluan.

Dengan ketebatasan pengetahuan saya, setahu saya, semua “Upaya Kausalya” yang dikaitkan dengan membunuh karena belas kasihan hanya ada dalam masa Pelatihan seorang Bodhisattva. Ini berarti “Upaya Kausalya” yang dimaksud di sini adalah hanya usaha terampil (bukan usaha yang baik) menyelesaikan masalah sesuai dengan keterampilan seorang Bodhisattva yang belum untuk sempurna. Seorang Buddha tidak akan melakukan pembunuhan dengan alasan belas kasih, karena Ia sudah tidak lagi dalam Pelatihan Sila bahkan Ia sendiri bisa dikatakan sebagai “Sila Yang Hidup”. 

Kuncinya adalah melihat apa adanya Hukum Karma sebagaimana mestinya, Niat buruk akan mengakibatkan keburukan, niat baik akan mengakibatkan kebaikan. Pahami hal ini dengan jelas dan benar tanpa didasari oleh kekhawatiran, ketakutan akan menerima hal yang buruk, sehingga justru memunculkan sikap pembenaran sesuatu yang tidak benar.

Tolok ukurnya sangat jelas, judul maupun postingan pembuka dari rekan William tidak menyinggung sama sekali tentang Upaya Kausalya. Kalau mau tetap dihubung-hubungkan, bagi saya hanya memperlebar fokus diskusi saja. :)

Dogma itu bukan bisa di on-off-kan, tapi bersifat ajaran, didikan. Kebenaran dari sebuah doktrin/dogma tentu harus dibuktikan. Kalau Anda menolak mentah sila dikatakan dogma, boleh tahu apa landasan Anda? Jika hanya keimanan belaka, maka ini sudah masuk dalam (maaf) kategori keyakinan/kepercayaan pribadi, dan ini tidak bisa diganggu gugat. Bukan begitu?

Fenomena ini tidak hanya di agama Buddha, agama lain juga berkata bahwa kitab dan akidahnya bukan sekedar dogma, tapi merupakan hukum mutlak yang harus dijalankan agar bisa selamat. Kalau hanya begini, tidak banyak perbedaan agama Buddha dengan ajaran yang lain.

Tulisan lain Anda tidak saya tanggapi, belum cukup berkaitan dengan yang dibahas. Pesan saya: Lihat sesuatu apa adanya, bukan membenarkan atau menyalahkan, apalagi pembenaran dan penyalahan. Itu saja komentar saya.

Salam bahagia dalam dharma.  _/\_

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #44 on: 14 February 2013, 08:21:19 PM »
izin copas thread na,,

buat tanya di group fb


hampir sama dgn pertnyaan gryn di group fb kemarin..



gx diizinin jg uda di copas,, hehee, cpddd
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #45 on: 14 February 2013, 08:47:39 PM »

Sy pikir tidak ada bedanya puthujjana dan Bro Sunya... kita semua belajar dari buku2, belajar dari pengalaman dan bisa memisahkan mana yg baik dan mana yg buruk... tidak melulu dogmatis kan?


Bang William, jangan keliru, anda harus bisa membedakan antara seorang puthujjana dan bukan puthujjana, dalam hal ini anda telah menyamakan seorang mulia dengan puthujjana.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #46 on: 14 February 2013, 08:51:44 PM »
Wa, rasa upayakusalaya tidak perlu di ribut kan lebih jauh.

Tingkat persepsi/ consius yang kita miliki sekarang tampak nya tidak cukup untuk membahas hal ini dengan cukup baik; di banding tingkat persepsi yang di miliki Bodhisatva.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #47 on: 14 February 2013, 09:04:38 PM »
Bang William, jangan keliru, anda harus bisa membedakan antara seorang puthujjana dan bukan puthujjana, dalam hal ini anda telah menyamakan seorang mulia dengan puthujjana.

Sudahlah, itu 'kan istilah dalam doktrin saja. Pada dasarnya setiap makhluk itu sama, yakni sama-sama ingin bahagia. Dari seekor semut hingga Buddha juga aspirasinya sama dalam hal ini (ingin bahagia). Sebutan keagamaan hanya menimbulkan salah persepsi dan diskriminasi saja.

Semua sama, semua ingin bahagia. Salam kebahagiaan. :)

 _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #48 on: 14 February 2013, 09:08:49 PM »
Sudahlah, itu 'kan istilah dalam doktrin saja. Pada dasarnya setiap makhluk itu sama, yakni sama-sama ingin bahagia. Dari seekor semut hingga Buddha juga aspirasinya sama dalam hal ini (ingin bahagia). Sebutan keagamaan hanya menimbulkan salah persepsi dan diskriminasi saja.

Semua sama, semua ingin bahagia. Salam kebahagiaan. :)

 _/\_

setidaknya seorang ariya pun harus punya etika dan sopan santun, sadarkah anda bahwa komentar saya tu ditujukan kepada Bro Williamhalim? ataukah melihat-apa-adanya anda itu membuat mata anda jadi juling?

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #49 on: 14 February 2013, 09:09:10 PM »
Wa, rasa upayakusalaya tidak perlu di ribut kan lebih jauh.

Tingkat persepsi/ consius yang kita miliki sekarang tampak nya tidak cukup untuk membahas hal ini dengan cukup baik; di banding tingkat persepsi yang di miliki Bodhisatva.

Maka dari itu, sejak awal saya sudah tulis bahwa ini terlalu jauh dibahas, tapi beberapa anggota forum seperti menggiring pembahasan ke arah ini, padahal belum ada sangkut pautnya (sejauh yang saya tangkap) dari topik yang dibawakan Sdr. William.

Kalau mau sedikit menggunakan nalar, sebenarnya yang dibahas akan bermanfaat bila sama-sama bisa dibuktikan, bisa diamati bersama. Kalau sebatas teori dan ajaran belaka, hanya akan berakhir debat keyakinan bila sama-sama kukuh walau belum mampu membuktikan.

Oke, salam bahagia selalu untuk Anda.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #50 on: 14 February 2013, 09:11:48 PM »
setidaknya seorang ariya pun harus punya etika dan sopan santun, sadarkah anda bahwa komentar saya tu ditujukan kepada Bro Williamhalim? ataukah melihat-apa-adanya anda itu membuat mata anda jadi juling?

Maaf kalau begitu.  Semoga rekan Indra selalu berbahagia. _/\_

Offline Sunyata

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.082
  • Reputasi: 52
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #51 on: 14 February 2013, 11:26:02 PM »
Yang barusan itu ego, ya? Persepsi... persepsi...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #52 on: 15 February 2013, 04:20:46 AM »
AN 4:180  Mahāpadesa Sutta (Rujukan Agung)

Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Bhoganagara di dekat altar Ānanda. Di sana Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu!”

“Yang Mulia!” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

“Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang empat rujukan agung ini.  [168] Dengarkan dan perhatikanlah; Aku akan berbicara.”

“Baik, Bhante,” para bhikkhu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

“Apakah, para bhikkhu, empat rujukan agung itu?

(1) “Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mungkin mengatakan: ‘Di hadapan Sang Bhagavā aku mendengar hal ini; di hadapan Beliau aku mempelajari hal ini: “Ini adalah Dhamma; ini adalah disiplin; ini adalah ajaran Sang Guru!”’ Pernyataan bhikkhu itu tidak boleh diterima atau ditolak. Dengan tidak menerima atau menolaknya, kalian harus secara seksama mempelajari kata-kata dan frasa-frasa itu dan kemudian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin.  Jika, ketika kalian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin, [kalian menemukan bahwa] kata-kata dan frasa-frasa itu tidak termasuk di antara khotbah-khotbah dan tidak terlihat di dalam disiplin, maka kalian harus menarik kesimpulan: ‘Tentu saja, ini bukan kata-kata Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna. Ini telah dengan keliru dipelajari oleh bhikkhu ini.’ Dengan demikian kalian harus membuangnya.

“Tetapi seorang bhikkhu mungkin mengatakan: ‘Di hadapan Sang Bhagavā aku mendengar hal ini; di hadapan Beliau aku mempelajari hal ini: “Ini adalah Dhamma; ini adalah disiplin; ini adalah ajaran Sang Guru!”’ Pernyataan bhikkhu itu tidak boleh diterima atau ditolak. Dengan tidak menerima atau menolaknya, kalian harus secara seksama mempelajari kata-kata dan frasa-frasa itu dan kemudian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin. Jika, ketika kalian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin, [kalian menemukan bahwa] kata-kata dan frasa-frasa itu termasuk di antara khotbah-khotbah dan terlihat di dalam disiplin, maka kalian harus menarik kesimpulan: ‘Tentu saja, ini adalah kata-kata Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna. Ini telah dengan baik dipelajari oleh bhikkhu ini.’ Kalian harus mengingat rujukan agung pertama ini.

(2) “Kemudian seorang bhikkhu mungkin mengatakan: ‘Di suatu kediaman di sana suatu Saṅgha menetap bersama dengan para sesepuh dan para bhikkhu terkemuka. Di hadapan Saṅgha itu aku mendengar hal ini; di hadapan Saṅgha itu aku mempelajari hal ini: “Ini adalah Dhamma; ini adalah disiplin; ini adalah ajaran Sang Guru!”’ Pernyataan bhikkhu itu tidak boleh diterima atau ditolak. Dengan tidak menerima atau menolaknya, kalian harus secara seksama mempelajari kata-kata dan frasa-frasa itu dan kemudian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin. Jika, ketika kalian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin, [kalian menemukan bahwa] kata-kata dan frasa-frasa itu tidak termasuk di antara khotbah-khotbah dan tidak terlihat di dalam disiplin, maka kalian harus menarik kesimpulan: ‘Tentu saja, ini bukan kata-kata Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna. [169] Ini telah dengan keliru dipelajari oleh bhikkhu ini.’ Dengan demikian kalian harus membuangnya.

“Tetapi … Jika, ketika kalian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin, [kalian menemukan bahwa] kata-kata dan frasa-frasa itu termasuk di antara khotbah-khotbah dan terlihat di dalam disiplin, maka kalian harus menarik kesimpulan: ‘Tentu saja, ini adalah kata-kata Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna. Ini telah dengan baik dipelajari oleh bhikkhu ini.’ Kalian harus mengingat rujukan agung ke dua ini.

(3) “Kemudian seorang bhikkhu mungkin mengatakan: ‘Di kediaman Saṅgha di sana menetap beberapa bhikkhu sepuh yang terpelajar, mewarisi warisan, ahli Dhamma, ahli disiplin, ahli dalam kerangka. Di hadapan para sesepuh itu aku mendengar hal ini; di hadapan mereka aku mempelajari hal ini: “Ini adalah Dhamma; ini adalah disiplin; ini adalah ajaran Sang Guru!”’ Pernyataan bhikkhu itu tidak boleh diterima atau ditolak. Dengan tidak menerima atau menolaknya, kalian harus secara seksama mempelajari kata-kata dan frasa-frasa itu dan kemudian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin. Jika, ketika kalian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin, [kalian menemukan bahwa] kata-kata dan frasa-frasa itu tidak termasuk di antara khotbah-khotbah dan tidak terlihat di dalam disiplin, maka kalian harus menarik kesimpulan: ‘Tentu saja, ini bukan kata-kata Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna. Ini telah dengan keliru dipelajari oleh bhikkhu ini.’ Dengan demikian kalian harus membuangnya.

“Tetapi … Jika, ketika kalian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin, [kalian menemukan bahwa] kata-kata dan frasa-frasa itu termasuk di antara khotbah-khotbah dan terlihat di dalam disiplin, maka kalian harus menarik kesimpulan: ‘Tentu saja, ini adalah kata-kata Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna. Ini telah dengan baik dipelajari oleh bhikkhu ini.’ Kalian harus mengingat rujukan agung ke tiga ini.

(4) “Kemudian seorang bhikkhu mungkin mengatakan: ‘Di kediaman Saṅgha di sana menetap seorang bhikkhu sepuh [170] yang terpelajar, mewarisi warisan, ahli Dhamma, ahli disiplin, ahli dalam kerangka. Di hadapan sesepuh itu aku mendengar hal ini; di hadapannya aku mempelajari hal ini: “Ini adalah Dhamma; ini adalah disiplin; ini adalah ajaran Sang Guru!”’ Pernyataan bhikkhu itu tidak boleh diterima atau ditolak. Dengan tidak menerima atau menolaknya, kalian harus secara seksama mempelajari kata-kata dan frasa-frasa itu dan kemudian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin. Jika, ketika kalian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin, [kalian menemukan bahwa] kata-kata dan frasa-frasa itu tidak termasuk di antara khotbah-khotbah dan tidak terlihat di dalam disiplin, maka kalian harus menarik kesimpulan: ‘Tentu saja, ini bukan kata-kata Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna. Ini telah dengan keliru dipelajari oleh bhikkhu ini.’ Dengan demikian kalian harus membuangnya.

“Tetapi Kemudian seorang bhikkhu mungkin mengatakan: ‘Di kediaman Saṅgha di sana menetap seorang bhikkhu sepuh yang terpelajar, mewarisi warisan, ahli Dhamma, ahli disiplin, ahli dalam kerangka. Di hadapan sesepuh itu aku mendengar hal ini; di hadapannya aku mempelajari hal ini: “Ini adalah Dhamma; ini adalah disiplin; ini adalah ajaran Sang Guru!”’ Pernyataan bhikkhu itu tidak boleh diterima atau ditolak. Dengan tidak menerima atau menolaknya, kalian harus secara seksama mempelajari kata-kata dan frasa-frasa itu dan kemudian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin. Jika, ketika kalian memeriksanya dalam khotbah-khotbah dan mencarinya dalam disiplin, [kalian menemukan bahwa] kata-kata dan frasa-frasa itu termasuk di antara khotbah-khotbah dan terlihat di dalam disiplin, maka kalian harus menarik kesimpulan: ‘Tentu saja, ini adalah kata-kata Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna. Ini telah dengan baik dipelajari oleh bhikkhu ini.’ Kalian harus mengingat rujukan agung ke empat ini.

“Ini, para bhikkhu, adalah keempat rujukan agung itu.”

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #53 on: 15 February 2013, 06:02:08 AM »
Wa, rasa upayakusalaya tidak perlu di ribut kan lebih jauh.

Tingkat persepsi/ consius yang kita miliki sekarang tampak nya tidak cukup untuk membahas hal ini dengan cukup baik; di banding tingkat persepsi yang di miliki Bodhisatva.

bodosatwa kale !
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #54 on: 15 February 2013, 07:23:40 AM »
Saya prihatin karena banyak umat Buddha tidak mampu melihat secara non-dualitas. Itu saja.

Yang benar adalah: mereka tau kapan mesti bicara secara bahasa sehari2 dan kapan bicara kebenaran-hakiki

[/quote]
Kalau berputar di perbuatan salah dan benar itu orang awam juga sangat mudah tahu dan mempelajarinya (tinggal buka kitab, hafalkan mana yang baik dan buruk, lalu lakukan/praktekkan). Tapi jika bicara pandangan yang lebih tinggi (bersifat mutlak/hakiki), semua itu akan jadi kebenaran konvensional saja. Mungkin Anda sulit terima, tidak apa-apa. Saya sulit menjelaskan sesuatu yang tidak dialami sendiri oleh orang yang bersangkutan, kecuali ada jalan/usaha yang ditempuh untuk mencapai pemahaman tersebut.

Semua perbuatan itu dinilai dari situasi dan kondisi, bukan langsung vonis perbuatan ini salah atau benar. Konsep kosong dan pengertian netral juga sudah saya berikan penjelasannya. Jika masih diterjemahkan sebagai "bebas berbuat apa saja", "semua tidak ada artinya", "absurd", itu adalah pengertian/pemahaman Anda sendiri. Semoga terhindar dari pengertian yang salah.
[/quote]

Saya belum melihat anda memberikan defenisi apa itu "perbuatan netral"

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #55 on: 15 February 2013, 07:25:51 AM »
Bang William, jangan keliru, anda harus bisa membedakan antara seorang puthujjana dan bukan puthujjana, dalam hal ini anda telah menyamakan seorang mulia dengan puthujjana.

Tadinya sy pikir sy aj yg menduga Bro Surya berpikir dirinya bukan puthujjana, ternyata Bro Indra menduga demikian juga

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #56 on: 15 February 2013, 07:38:41 AM »
Maka dari itu, sejak awal saya sudah tulis bahwa ini terlalu jauh dibahas, tapi beberapa anggota forum seperti menggiring pembahasan ke arah ini, padahal belum ada sangkut pautnya (sejauh yang saya tangkap) dari topik yang dibawakan Sdr. William.


Kan anda sudah menjelaskan hukum sebab-akibat.
IMO, tiak salah orang2 berpikiran begitu (termasuk saya) krn anda sendiri yg mulai menulis: "puthujjana hanya tau baik-buruk secara dogma, cobalah untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya"

Kalimat ini jelas menunjukkan dimana posisi anda dan dimana posisi saya (dan yg lain)..
Sy pun segera menanggapi pemikiran anda ini, krn dalam diskusi yg kita fokuskan adalah materi, bukan kamu puthujjana dan saya bukan

Quote
Kalau mau sedikit menggunakan nalar, sebenarnya yang dibahas akan bermanfaat bila sama-sama bisa dibuktikan, bisa diamati bersama. Kalau sebatas teori dan ajaran belaka, hanya akan berakhir debat keyakinan bila sama-sama kukuh walau belum mampu membuktikan.


Sudah brp kali sy tulis, bahwa pendapat sy juga menggunakan nalar dan sudah dibuktikan, sudah diamati.. Sy justru belum jawaban yg tegas:

"apakah perbuatan seorang ibu yg membakar diri dan anak2nya, krn motivasi ingin mulia ingin anak2nya tidak menanggung malu dan kelaparan, termasuk kamma baik, kamma netral, atau kamma buruk?"

(jika keberatan dengan kata "baik-buruk" -krn dualitas menurut anggapan anda- maka tukar saja dengan kata "lurus-tidak lurus)

Untuk pertanyaan yg mudah ini, pertanyaan yg mendasar -tidak usah orang beragamapun- mudah menjawabnya, anda belum menjawab secara tegas

Ditunggu jawabannya Bro

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #57 on: 15 February 2013, 08:17:12 AM »
Yang benar adalah: mereka tau kapan mesti bicara secara bahasa sehari2 dan kapan bicara kebenaran-hakiki

Saya belum melihat anda memberikan defenisi apa itu "perbuatan netral"

::

Jadi kapan bicara kebenaran hakiki? Setahu saya dari diskusi kita, belum sedikit pun bahkan mendekati makna hakiki, hanya berputar di perbuatan salah dan benar secara dogma.

Netral adalah perbuatan yang tidak memiliki landasan sejati, timbul dan menghilang karena ada sebab-sebab pendukung. Jika ini kurang jelas, buktikanlah (dengan pengamatan dalam Vipassana-Bhavana).

Jika orang belum merealisasi anatta secara langsung, memang sulit mengerti. Berharap mengerti ajaran Buddha hanya dari teori dan penjelasan, sama seperti orang ingin mahir berenang hanya dari membaca dan mendengar teori/konsep.

Semoga bisa direnungkan, kurangi ego dan belajar melihat dari sisi netral. Salam pencerahan.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #58 on: 15 February 2013, 08:19:39 AM »
Tadinya sy pikir sy aj yg menduga Bro Surya berpikir dirinya bukan puthujjana, ternyata Bro Indra menduga demikian juga

::

Saya sudah pernah mengingatkan di pesan pribadi (PM), bahwa Anda sebagai TS harus bisa menjaga alur diskusi. Bila Anda sendiri mulai mengubah fokus pembahasan pada diskusi personal, bukan substansi, maka saya akan undur diri dari pembahasan ini (Anda yang mulai, semoga bukan Anda yang merusak diskusi Anda sendiri).

Salam.  _/\_

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #59 on: 15 February 2013, 08:23:26 AM »
Interupsi!
Jenis karma :
Karma lurus
 berbuah lurus
Karma tdk lurus berbuah tdk lurus
Karma lurus dan tdk lurus berbuah lurus dan tdk lurus
Karma bukan lurus dan bukan tdk lurus berbuah bukan lurus dan tidak lurus.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #60 on: 15 February 2013, 08:34:16 AM »

Kan anda sudah menjelaskan hukum sebab-akibat.
IMO, tiak salah orang2 berpikiran begitu (termasuk saya) krn anda sendiri yg mulai menulis: "puthujjana hanya tau baik-buruk secara dogma, cobalah untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya"

Kalimat ini jelas menunjukkan dimana posisi anda dan dimana posisi saya (dan yg lain)..
Sy pun segera menanggapi pemikiran anda ini, krn dalam diskusi yg kita fokuskan adalah materi, bukan kamu puthujjana dan saya bukan

Sudah brp kali sy tulis, bahwa pendapat sy juga menggunakan nalar dan sudah dibuktikan, sudah diamati.. Sy justru belum jawaban yg tegas:

"apakah perbuatan seorang ibu yg membakar diri dan anak2nya, krn motivasi ingin mulia ingin anak2nya tidak menanggung malu dan kelaparan, termasuk kamma baik, kamma netral, atau kamma buruk?"

(jika keberatan dengan kata "baik-buruk" -krn dualitas menurut anggapan anda- maka tukar saja dengan kata "lurus-tidak lurus)

Untuk pertanyaan yg mudah ini, pertanyaan yg mendasar -tidak usah orang beragamapun- mudah menjawabnya, anda belum menjawab secara tegas

Ditunggu jawabannya Bro

::

Sdr. William yang berbahagia, sekali lagi cobalah untuk melihat secara lebih netral. :) Kalimat di atas, Anda interpretasikan sendiri sebagai bentuk diskriminasi kesucian, padahal sudah saya nyatakan, "Sebutan keagamaan hanya menimbulkan salah persepsi dan diskriminasi saja."
Kita cukup bicara secara umum, dari pengetahuan dan pengalaman pribadi (baik duniawi maupun spiritual), tidak perlu terlalu jauh mengutip doktrin (kecuali sudah dibuktikan, maka statusnya bukan lagi doktrin tapi testimonial).
Jika pesan dari saya belum Anda terima dan mengerti juga, bagaimana diskusi bisa berjalan dengan baik, bukan begitu?

Nah, bagus jika Anda bisa menegaskan bahwa Anda sudah menggunakan nalar dan juga sudah membuktikan.
Sekarang saya mau tanya, darimana Anda bisa berkata bahwa perbuatan si Ibu itu salah, apa acuannya?

Anda juga kurang bisa memahami kalimat. Baik buruk dan lurus tidak lurus adalah hal berbeda, sudah saya klarifikasi juga, tapi masih tetap diasosiasikan (cenderung dibuat seolah sama). Apa ini upaya untuk mengaburkan pengertian? Semoga bukan, saya yakin Anda seorang pribadi yang baik dan luhur.

Jika Anda minta jawaban dari saya, komentar saya terhadap perbuatan Ibu bakar anak tersebut:
Ibu tersebut akan menuai karma sesuai perbuatannya, yang persisnya hanya seorang Buddha yang mengetahuinya.

Nah, bila dilihat dari jawaban saya maupun Anda, mana yang lebih bersifat asumtif dan agak tendensius, melabeli suatu tindakan sebagai pencetus karma baik maupun karma buruk.

Sampai disini paham kenapa saya tidak mau menghakimi dan memvonis?

Anda dan anggota forum lain mungkin rajin mengkritik pemuka agama lain, yang sebentar mengharamkan sesuatu, sebentar memfatwakan sesuatu sebagai baik ataupun buruk. Tapi Anda sendiri dan mungkin anggota forum Buddhis lain, sering (acap) memberi labelisasi atau tuduhan tertentu kepada sebuah perbuatan, yang bahkan menurut Buddha semua makhluk itu anatta (sunya) dari sifat hakiki.

Bagaimana? Sudah paham atau belum bisa terima?

Kurangi ego, jika kita sama-sama dalam posisi belajar. Kalau berdiri di belakang doktrin dan merasa paling benar, niscaya diskusi akan berakhir dengan kebuntuan.

Salam persahabatan dari saya, semoga berbahagia.  _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #61 on: 15 February 2013, 09:01:57 AM »
Interupsi!
Jenis karma :
Karma lurus
 berbuah lurus
Karma tdk lurus berbuah tdk lurus
Karma lurus dan tdk lurus berbuah lurus dan tdk lurus
Karma bukan lurus dan bukan tdk lurus berbuah bukan lurus dan tidak lurus.

kesimpulan: karma=garis

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #62 on: 15 February 2013, 09:11:38 AM »
Saya tidak membuka pendidikan apa-apa, hanya sekumpulan orang yang ingin belajar dari saya dan menyatakan ingin menjadi murid saya.
Meditasi salah satu pelajaran yang saya berikan juga, intinya pengembangan spiritual ke arah yang lebih baik.

Terima kasih penjelasannya..

Quote
Netral itu Anda artikan sebagai apa? Sudah saya jelaskan pengertiannya, tapi Anda tetap menggenggam pandangan Anda sendiri. Yang Anda yakini di atas itu keliru, sudah saya tulis bahwa ini sering dijadikan peringatan kepada para pembelajar Mahayana, tapi Anda tetap mengasosiasikan netral dan kosong seperti itu (seolah bebas berbuat apa saja, tak ada dampak lanjutannya). Ini seperti orang baru belajar spiritual, mana benar dan salah saja masih sulit membedakan, bagaimana mau meningkat ke tahap yang lebih tinggi (hakikat/mutlak)?

Tolong bongkar semua tulisan saya dan copaskan jika saya berpendapat bahwa Perbuatan Netral adalah bebas berbuat apa saja..

Quote
Netral itu adalah kesimpulan yang kita dapat setelah mengamati secara keseluruhan, bahwa sebuah tindakan itu lahir dari sebab-sebab yang lalu, bukan semata karena keputusan salah (sang Ibu) dalam hal ini. Kalau kita sebut Ibu itu tidak bijaksana, lebih tidak bijaksana lagi kita, sebab tidak melihat (mengabaikan) sebab-sebab lalu yang mengkondisikan peristiwa tersebut.

Kita sebagai manusia yang berakal-budi, tentu mengharapkan sosok Ibu itu ideal; sayang anak, penuh pengertian, penuh kebijaksanaan dan pengetahuan, dsb.

Celakanya, standar tersebut kita sematkan juga pada sang Ibu dalam kasus bakar anak tersebut. Kita tidak mempertimbangkan bagaimana pendidikan dan masa kecil sang Ibu, apakah memungkinkan beliau untuk mengerti dan memahami konsekuensi perbuatannya atau tidak, punya karakter cukup kuat untuk menghadapi masalah hidup atau tidak, dsb...

Terus terang saya pernah bahkan beberapa kali menghadapi kasus sulit seperti ini, walau tidak seekstrim kasus di atas. Kesimpulan saya, banyak hal yang kita kira bisa kita ubah jika saja "begini begitu" (jika ia paham dharma, jika dia berpengetahuan, jika dia... dlsb), tapi kembali lagi itu cuma harapan saja. Kenyataannya, kondisi keluarganya tidak memungkinkan ia untuk bahkan mengerti apa yang dia perbuat.

Anda sudah menjawab pengertian Perbuatan Netral versi anda. Terima kasih.

Sekarang giliran sy mendidik anda, mohon perhatikan baik2, krn hal ini sangat penting.

1.
- Anda menilai suatu perbuatan dari kacamata anda, dari kacamata pihak ke 2 atau pihak ke 3.
- Anda menilai suatu perbuatan dari sisi si penilai: apa yg mereka lakukan, salah-benar, apa sebabnya, dstnya
- Anda menilai suatu perbuatan dari faktor2 luar

2.
- Umat Buddha diajarkan untuk selalu menilai suatu perbuatan dari sisi batin si pelaku sendiri.
- Apa itu? Yaitu: faktor mental apa yg mendorong ia melakukan perbuatan itu. Apakah krn kemarahan, krn putus-asa, krn mengambil jalan pintas, krn malu, krn kekejaman, krn ketamakan? dstnya..
- Kenapa batinnya dalah penentu? Karena batin2 yg mendorong perbuatan ini yg akan membentuk karakternya yg baru, yg akan berakibat pada batinnya juga, akan berbuah dalam bentuk bahagia-derita, akan membentuk batinnya mengarah ke akhir dukkha atau sebaliknya.
- Menilai suatu perbuatan dari sebab2 lampaunya, kondisi2 yg menunjangnya, kenapa ia bisa melakukan hal tsb, latar belakangnya, hanya berguna dari kacamata si penilai. Tidak lebih.
- dari sisi si pelaku, KEPUTUSAN yg ia ambillah yg menjadi kamma nya dan akan berbuah nantinya

Kita umat Buddha, selalu melatih diri untuk memperhatikan batin kita sewaktu melakukan suatu perbuatan, kita melatih diri untuk INSIDE-OUT (bagaimana reaksi gw? gw marah ni.. oh, gw nafsu nih..)

Kebalikannya, umat agama lain, dan kita  sendiri sebenarnya terbiasa menilai segala sesuatu dari OUTSIDE-IN, yakni: apa yg mereka lakukan padaku? Siapa yg  melakukannya? Apa sebabnya? Kenapa mereka melakukannya padaku? Ia menggodaku..

Quote

Mungkin penjelasan di atas terlalu rumit dan sulit Anda pahami. Coba ambil contoh kecil saja:
Jika Anda melihat sebuah batu melayang ke arah sebuah kaca mobil, apa reaksi Anda pertama?

Reaksi yang sangat mungkin: "Wah, siapa yang begitu kurang berpengetahuan melempar batu sebesar bola golf ini ke arah kaca mobil?"

Namun, setelah Anda memutar kepala dan melihat darimana arah batu tersebut, yang ternyata berasal dari seorang anak balita (kebetulan keponakan saya juga cukup hiperaktif dan bisa melakukan perbuatan seperti ini) maka perasaan kaget campur jengkel Anda seketika itu juga sirna... "Oh, hanya anak kecil... Wajar..."

Contoh ini tidak relevan dengan pembahasan kita soal kamma-aktif, kamma dalam bentuk perbuatan
Di contoh ini yg aktif melakukan perbuatan adalah si anak kecil yg melempar batu.

Contoh Hitler dibawah ini masih relevan dengan pembahasan kita...

Quote
Begitu juga, dalam kasus Ibu atau Hitler tersebut, yang kita lihat hanyalah kondisi yang tidak memungkinkan ia untuk berpikir lebih dalam... dan hasil dari akumulasi semua kondisi tersebut, adalah "bakar anak". Maka secara matematis, jika memang elemennya ada 1+2-1+5, maka secara pasti hasilnya sudah tentu 7. Ini yang saya sebut netral, setelah mengamati semua kondisi pendukung, maka perbuatan itu sendiri tidak merupakan kesalahan siapa-siapa (apalagi kesalahan si Ibu belaka), melainkan akumulasi dari semua sebab-sebab lalu dan kondisi pendukung.

IMO, anda salah memahami hukum sebab-akibat.
Pemikiran anda -bahwa semua perbuatan kita sekarang adalah hasil kamma lampau kita- similar dengan konsep bahwa hidup ini sudah takdir, nasib, diatur oleh tuhan/diatur oleh kamma lampau kita. ini konsep FATALISM.

Logikanya, kalau semua keputusan dan perbuatan kita sekarang diakibatkan kamma lampau kita, sehingga semua perbuatan kita sekarang adalah netral, tidak berimbas apapun, bagaimana perbuatan ini akan menjadi penentu masa depan kita?

Motivasi kita, cetana kita sewaktu melakukan suatu perbuatan, Tidaklah Netral, kita mempunyai PILIHAN dan KEPUTUSAN.

Kondisi pendukung -seperti yg anda tulis- memang berpengaruh bagi kita dalam mengambil keputusan, tapi KEPUTUSAN yg kita ambil atas pilihan2 yg ada, tetap menjadi kamma kita. Apapun kondisi pendukungnya, tidak akan menjadikan perbuatan kita netral.

Misalkan kasus si Ibu: Ia membakar diri dan anak2nya krn niat mulia, krn latar belakangnya tidak berpendidikan, krn faktor ekonomi, krn lecehan masyarakat sekitar, dsbnya... semua faktor pendukung yg bisa dimaklumi ini, tidak lantas membuat perbuatan yg diambil si ibu tsb menjadi netral (atau bahkan perbuatan mulia/baik).

Quote
Jangan lupa, tetangga dan keluarga yang apatis juga turut menyumbang peran atas peristiwa itu untuk terjadi (ini banyak saya lihat di forum-forum berita, sifat introspektif dari elemen masyarakat, daripada sekedar menjatuhkan vonis bahwa ini salah mutlak Ibunya, sebab kurang bijaksana, dlsb).

Sudah jelas?

Ini penjelasan terakhir saya (terkait topik netral dan Ibu bakar anak). Jika masih belum mengerti juga, mungkin memang saya kurang mahir menjelaskan (untuk ini mohon dimaafkan sebesar-besarnya).

Cukup jelas bagi saya,
- Anda berpandangan bahwa suatu perbuatan dikarenakan sebab2 lampau dan kondisi2 pendukung lain, sehingga perbuatan tsb adalah NETRAL
- Saya berpandangan bahwa suatu perbuatan adalah KEPUTUSAN si pelaku, sehingga perbuatan TIDAK lah netral.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #63 on: 15 February 2013, 09:13:28 AM »
 [at]  williamhalim

Menurut saya, ini hanyalah perpanjangan dari topik sebelah yang membahas kamma, namun ada pihak tertentu yang telah gagal sepenuhnya dalam mempertahankan argumennya namun tetap melekati pandangan salahnya erat-erat, sehingga melakukan pembenaran dengan cara menyatakan pandangannya adalah dari Mahayana, padahal Mahayana dan Theravada tidak berbeda paham dalam hal ini.

Jadi mau dibahas panjang bagaimanapun, hanya akan melihat argumen-argumen lucu saja dan memuaskan ego si penggenggam pandangan salah tersebut.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #64 on: 15 February 2013, 09:14:29 AM »
Bagaimana coba kita memperbaiki apa yang hitler dan ibu itu lakukan.

Bila Hitler menganggap orang yahudi kaya raya daripada di lenyapkan mending di ajak kerjasama dan di kenakan spesial tax pada titik tertentu misal nya jumlah kekayaan sekian terkena tax 25%- 30%.


Coba untuk si ibu yang mendadak menjadi kepala keluarga karena suami nya di penjara, ada solusi?

kalau wa mengusulkan buka stand gado gado di depan rumah nya/ pasar ( selain itu juga bisa nasi uduk dll) utk orang pergi kerja pada pagi hari.

di pasar kopro misal nya yang jualan nasi uduk dan gado gado yang wa tahu cuma ada masing masing satu saja, bahkan tidak ada yang jual nasi ulam di pasar kopro tanjung duren.
« Last Edit: 15 February 2013, 09:36:29 AM by kullatiro »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #65 on: 15 February 2013, 09:26:17 AM »
[at]  williamhalim

Menurut saya, ini hanyalah perpanjangan dari topik sebelah yang membahas kamma, namun ada pihak tertentu yang telah gagal sepenuhnya dalam mempertahankan argumennya namun tetap melekati pandangan salahnya erat-erat, sehingga melakukan pembenaran dengan cara menyatakan pandangannya adalah dari Mahayana, padahal Mahayana dan Theravada tidak berbeda paham dalam hal ini.

Jadi mau dibahas panjang bagaimanapun, hanya akan melihat argumen-argumen lucu saja dan memuaskan ego si penggenggam pandangan salah tersebut.
kok bisa yau pandangan salah om? anda belajar teori atau praktek? tolong dibedakan dong.

orang yang kutu buku, tau teori saja mana bisa tau tanpa praktek.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #66 on: 15 February 2013, 09:29:26 AM »
kok bisa yau pandangan salah om? anda belajar teori atau praktek? tolong dibedakan dong.

orang yang kutu buku, tau teori saja mana bisa tau tanpa praktek.
Adalah susah menyelidiki kebenaran pendapat satu praktisi dengan praktisi lainnya, namun tidak sulit membedakan opini seorang pembual delusional. Contoh gampangnya, para psikolog tidak perlu memiliki abhinna untuk mengenali orang sableng. 

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #67 on: 15 February 2013, 09:45:04 AM »
Adalah susah menyelidiki kebenaran pendapat satu praktisi dengan praktisi lainnya, namun tidak sulit membedakan opini seorang pembual delusional. Contoh gampangnya, para psikolog tidak perlu memiliki abhinna untuk mengenali orang sableng. 

maksud anda apa om? orang sableng dengan orang suci batasannya tipis ya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #68 on: 15 February 2013, 10:11:56 AM »
Sdr. William yang berbahagia, sekali lagi cobalah untuk melihat secara lebih netral. :) Kalimat di atas, Anda interpretasikan sendiri sebagai bentuk diskriminasi kesucian, padahal sudah saya nyatakan, "Sebutan keagamaan hanya menimbulkan salah persepsi dan diskriminasi saja."
Kita cukup bicara secara umum, dari pengetahuan dan pengalaman pribadi (baik duniawi maupun spiritual), tidak perlu terlalu jauh mengutip doktrin (kecuali sudah dibuktikan, maka statusnya bukan lagi doktrin tapi testimonial).

Kalimat yg sy pakai menurut sy sudah umum Bro.. celakanya kalimat sy tsb cocok pulak dengan yg ada di Kitab.
Lantas, apakah sy tidak boleh menggunakan kalimat yg ada di kitab, hanya demi penampilan 'tidak-dogmatis'?

Dan, apakah semua yg menggunakan kata2 di kitab atau mengutip kitab anda anggap dogmatis?

Quote
Jika pesan dari saya belum Anda terima dan mengerti juga, bagaimana diskusi bisa berjalan dengan baik, bukan begitu?

Nah, bagus jika Anda bisa menegaskan bahwa Anda sudah menggunakan nalar dan juga sudah membuktikan.
Sekarang saya mau tanya, darimana Anda bisa berkata bahwa perbuatan si Ibu itu salah, apa acuannya?

Quote
Anda juga kurang bisa memahami kalimat. Baik buruk dan lurus tidak lurus adalah hal berbeda, sudah saya klarifikasi juga, tapi masih tetap diasosiasikan (cenderung dibuat seolah sama). Apa ini upaya untuk mengaburkan pengertian? Semoga bukan, saya yakin Anda seorang pribadi yang baik dan luhur.

Jika Anda minta jawaban dari saya, komentar saya terhadap perbuatan Ibu bakar anak tersebut:
Ibu tersebut akan menuai karma sesuai perbuatannya, yang persisnya hanya seorang Buddha yang mengetahuinya.

Nah, bila dilihat dari jawaban saya maupun Anda, mana yang lebih bersifat asumtif dan agak tendensius, melabeli suatu tindakan sebagai pencetus karma baik maupun karma buruk.

Anda menghindar untuk melabeli suatu perbuatan, tapi berani melabeli suatu motivasi.
Contoh:
- boddhisatva mengorbankan tubuhnya untuk binatang, perbuatatan mengorbankan diri menurut anda netral dan motivasi boddisatva baik
- ibu membakar anak, dengan motivasi ingin menghindari anaknya dari malu dan lapar: perbuatan membakar adalah netral, namun motivasi baik

Apa dasarnya penilaian anda motivasi baik/buruk, sedangkan perbuatan anda anggap netral?

Quote
Sampai disini paham kenapa saya tidak mau menghakimi dan memvonis?

Anda menghindar berpendapat soal 'perbuatan' tapi bisa berpendapat soal 'motivasi'

Quote
Anda dan anggota forum lain mungkin rajin mengkritik pemuka agama lain, yang sebentar mengharamkan sesuatu, sebentar memfatwakan sesuatu sebagai baik ataupun buruk. Tapi Anda sendiri dan mungkin anggota forum Buddhis lain, sering (acap) memberi labelisasi atau tuduhan tertentu kepada sebuah perbuatan, yang bahkan menurut Buddha semua makhluk itu anatta (sunya) dari sifat hakiki.

Jika memakai perspektif anda, kenapa anda berkeberatan orang2 mengkritik pemuka agama lain? Bukankah sesuai dgn yg anda bilang hanyalah sebab akibat, perbuatan tsb adalah netral? Juga, sesuai yg anda bilang kan hanya Buddha yg bisa menilai tindakan kritikan ini.

Quote
Bagaimana? Sudah paham atau belum bisa terima?

Kurangi ego, jika kita sama-sama dalam posisi belajar. Kalau berdiri di belakang doktrin dan merasa paling benar, niscaya diskusi akan berakhir dengan kebuntuan.

Sy paham pemikiran anda
Yg sy tidak paham, bagaimana anda bisa menilai orang lain dan tidak anda terapkan hal yg sama ke diri sendiri

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #69 on: 15 February 2013, 10:20:56 AM »
Tolok ukurnya sangat jelas, judul maupun postingan pembuka dari rekan William tidak menyinggung sama sekali tentang Upaya Kausalya. Kalau mau tetap dihubung-hubungkan, bagi saya hanya memperlebar fokus diskusi saja. :)

Masalah Upaya Kausalya adalah ujung yang ditawarkan beberapa rekan akan dasar dari topik ini dan ada pertanyaan apa itu Upaya Kausalya. Tetapi anda, Sdr. Sunya, tolak ukur yang mana yang telah anda sajikan mengenai ukuran jauh atau dekatnya penjelasan saya mengenai Upaya Kausalya? dari Sutra? Sutra mana yang anda ajukan? Tidak ada!

Argumen yang anda berikan atas topik Sdr. Williamhalim juga tidak ada tolak ukurnya. Yang ada adalah pendapat anda semata yang entah berdasarkan apa. Di akhir topik dari Sdr. Williamhalim jelas menyatakan keraguannya apakah yang dibahas adalah ajaran Mahayana atau bukan, hal ini wajar karena apa yang disampaikan tidak memiliki tolak ukur sehingga suatu argumen layak disebut sebagai berdasarkan ajaran Mahayana.


Quote
Dogma itu bukan bisa di on-off-kan, tapi bersifat ajaran, didikan. Kebenaran dari sebuah doktrin/dogma tentu harus dibuktikan. Kalau Anda menolak mentah sila dikatakan dogma, boleh tahu apa landasan Anda? Jika hanya keimanan belaka, maka ini sudah masuk dalam (maaf) kategori keyakinan/kepercayaan pribadi, dan ini tidak bisa diganggu gugat. Bukan begitu?

Nah itu dia pemahaman sempit mengenai Sila (Kemoralan, Kebajikan) hanya dipandang sebagai dogma yang berarti ajaran (ajaran dapat ditinggalkan atau direvisi sewaktu-waktu jika tidak diperlukan lagi, istilahnya on-off) yang harus dilakukan. Kemungkinan pemahaman yang sempit ini berasal dari hanya melihat formula Pancasila, Atthasila, Bodhisattva Sila yang pada dasarnya adalah Pelatihan Sila, bukan Sila itu sendiri. Oleh karena itu saya mengatakan: Adalah keliru jika kita meremehkan Sila dengan menganggapnya hanya sebatas dogma. (perhatikan pernyataan saya tersebut  apakah saya menolak sebagai dogma atau menolak dikatakan sebatas dogma)

Seperti yang saya sampaikan bahwa Sila itu adalah bagian kecil dari Dharma. Sang Buddha menemukan, melihat Dharma bahwa ketika seseorang melakukan perbuatan hal ini maka akan terjadi hal begini, melakukan perbuatan hal itu akan terjadi hal begitu. Akhirnya terlihat bahwa ada kelompok-kelompok perbuatan tertentu yang mengarah pada kondisi ini dan yang lain mengarah pada kondisi yang lain. Perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada kemanfaatan, kebahagiaan, dan akhirnya membantu dalam Pelepasan disebut dengan Sila. Karena manusia cenderung melakukan perbuatan yang berbeda dengan perbuatan yang disebut Sila maka perlu ada pelatihan, maka muncullah Pelatihan Sila. Jadi bedakan mana Pelatihan Sila mana Sila itu sendiri.

Inilah alasan mengapa Sila bukan sekedar dogma. Sekali lagi saya tekankan: bukan sekedar dogma. Saya harap anda memahami maksud pernyataan saya ini.

Jika ingin mengetahui apa yang saya sampaikan ini (mengenai Sila adalah Dharma) merupakan iman atau bukan silahkan anda buka 4 Kebenaran Arya, di sana ada Sila, Samadhi dan Prajna. Dan karena Sila adalah Dharma, maka kita bisa menemukan beberapa ajaran mengenai Sila dalam ajaran agama lain dalam beragam tingkat dan pemahaman terlepas dari mana sumbernya. Sayang sekali jika ada seorang yang berusaha mengajar agama Buddha tapi baru tahu Sila adalah bagian dari Dharma.

Quote
Fenomena ini tidak hanya di agama Buddha, agama lain juga berkata bahwa kitab dan akidahnya bukan sekedar dogma, tapi merupakan hukum mutlak yang harus dijalankan agar bisa selamat. Kalau hanya begini, tidak banyak perbedaan agama Buddha dengan ajaran yang lain.

Sdr. Sunya, agama lain berhak mengklaim bahwa ajarannya bukan dogma, tapi kita berada dalam forum Buddhis, bukan di forum bebas, kita tidak berbicara agama lain, berarti kita lebih berhak mengatakan: “tidak hanya sebatas dogma” tapi tentu dengan alasan-alasan dan bukti yang terkait. Jadi keluhan anda ini tidak berdasar sama sekali.

Quote
Tulisan lain Anda tidak saya tanggapi, belum cukup berkaitan dengan yang dibahas. Pesan saya: Lihat sesuatu apa adanya, bukan membenarkan atau menyalahkan, apalagi pembenaran dan penyalahan. Itu saja komentar saya.
Salam bahagia dalam dharma.  _/\_

Saya bersyukur anda tidak menanggapinya toh sejak awal anda memang tidak memiliki dasar untuk apa yang akan anda ungkapkan. Bagi saya tetap relevan karena terdapat contoh yang membuktikan bahwa sekaliber Bodhisattva saja bisa juga masuk ke neraka akibat melanggar Sila, ini berarti Ia melakukan perbuatan buruk yang di dahului oleh NIAT Buruk yang berakhir keburukan dan ada NIAT Baik yang mengakibatkan diskon masa waktu di neraka. Ini juga membuktikan  cara kerja pikiran termasuk Niat. Sayang sekali anda tidak melihatnya. Sekali lagi saya bersyukur sehingga saya tidak perlu memamparkan sesuatu yang mendasar mengenai karma dan niat.

Demikian.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #70 on: 15 February 2013, 12:04:02 PM »
sudah banyak putjujjana mengaku bodhisatwa
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #71 on: 15 February 2013, 12:18:05 PM »
 [at] om kelana, perbedaannya adalah tolak ukur sunya adalah berdasarkan praktek yang notabene meremehkan orang2 yang cuma berdasarkan kitab2 dan buku yang sepertinya bagi orang yang sudah praktek ini adalah dasar2 dari buku tidak ada yang benar, walaupun benar mungkin hanya tisutta saja yang benar sedangkan yang lain salah.

Intinya adalah ada perbedaan seorang puthujana (orang yang berdasarkan kitab) dengan seorang ariya, (sudah menembus, sudah praktek)

Jadi mungkin kita tidak sekelas lah kalau membahas beginian dengan yang sudah praktek karena tidak akan nyambung, karena bagi yang praktek semua kitab dll itu hanyalah kebohongan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Top1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 429
  • Reputasi: 10
  • Hanya Sebuah Fenomena
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #72 on: 15 February 2013, 12:34:24 PM »
Puthujana dengan Arya sudah jelas berbeda, dari tulisan saja gak mirip sama sekali
Kalau Puthujana dan Terajana masih ada Persamaan di Jana-nya.

Bedanya Puthujana dan Terajana apa yah? Ada yang tahu  ;D

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #73 on: 15 February 2013, 12:48:55 PM »

Bahkan bisa sampai ke kesimpulan: tindakan ibu membunuh anak dan Berdana ke pengemis, dianggap perbuatan yg memiliki nilai yg sama, sama2 bermotivasi baik, dan tindakannya sendiri adalah netral saja...

Sampai disini jadi kelihatan kusutnya, sy jadi berpikir:
- apakah 'niat' yg dimaksud diatas sama dengan cetana yg dimaksud oleh Buddha?
- bedakah 'motivasi' dengan 'niat yg mendahului suatu perbuatan'?

::

Menurutku sepertinya beda....

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #74 on: 15 February 2013, 01:00:55 PM »
Puthujana dengan Arya sudah jelas berbeda, dari tulisan saja gak mirip sama sekali
Kalau Puthujana dan Terajana masih ada Persamaan di Jana-nya.

Bedanya Puthujana dan Terajana apa yah? Ada yang tahu  ;D

tulisan
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #75 on: 15 February 2013, 04:19:17 PM »
[at] om kelana, perbedaannya adalah tolak ukur sunya adalah berdasarkan praktek yang notabene meremehkan orang2 yang cuma berdasarkan kitab2 dan buku yang sepertinya bagi orang yang sudah praktek ini adalah dasar2 dari buku tidak ada yang benar, walaupun benar mungkin hanya tisutta saja yang benar sedangkan yang lain salah.

Intinya adalah ada perbedaan seorang puthujana (orang yang berdasarkan kitab) dengan seorang ariya, (sudah menembus, sudah praktek)

Jadi mungkin kita tidak sekelas lah kalau membahas beginian dengan yang sudah praktek karena tidak akan nyambung, karena bagi yang praktek semua kitab dll itu hanyalah kebohongan.

Itulah Sdr. Ryu, di awal saya mempertanyakan batasan, patokannya apa yang digunakan dalam pembahasan ini, jika ternyata patokannya adalah pengalaman pribadi ya cukup selesai sampai di situ, tidak bisa dibahas lagi.

Seseorang bisa mengklaim dirinya mencapai tingkat arya dan mengatakan orang lain tidak selevel dengannya.Tapi orang lain pun bisa mengklaim kriteria apa saja dalam diri seseorang sehingga pantas disebut arya. Contoh kriterianya misalnya harus hidup dalam Sila. Berdasarkan kriteria ini maka mana mungkin seseorang yang meremehkan Sila bisa hidup dalam Sila dan bisa disebut sebagai seorang Arya?

Itu saja Sdr. Ryu.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #76 on: 16 February 2013, 05:02:22 AM »
Itulah Sdr. Ryu, di awal saya mempertanyakan batasan, patokannya apa yang digunakan dalam pembahasan ini, jika ternyata patokannya adalah pengalaman pribadi ya cukup selesai sampai di situ, tidak bisa dibahas lagi.

Seseorang bisa mengklaim dirinya mencapai tingkat arya dan mengatakan orang lain tidak selevel dengannya.Tapi orang lain pun bisa mengklaim kriteria apa saja dalam diri seseorang sehingga pantas disebut arya. Contoh kriterianya misalnya harus hidup dalam Sila. Berdasarkan kriteria ini maka mana mungkin seseorang yang meremehkan Sila bisa hidup dalam Sila dan bisa disebut sebagai seorang Arya?
Itu saja Sdr. Ryu.


bold, saya yakin bukan Arya tapi mas Aryo   ;D
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #77 on: 23 February 2013, 11:08:52 AM »
Nah, disini kembali anda memisahkan motivasi seseorang dan perbuatannya untuk menindaklanjuti motivasi tsb.
Kembali ke contoh: si Ibu yg membakar anaknya, dimotivasi tidak ingin anaknya menahan malu dan kelaparan.
Berarti anda telah setuju bahwa:
- motivasi si Ibu adalah: baik (kamma baik dalam bentuk pikiran)
- perbuatan membakar anak = dilandasi moha dan dosa, adalah buruk (kamma buruk dalam bentuk perbautan)

Nah, menghasilkan dua kamma yg berbeda
 kalo ini kita klop

pertama saya akan menggunakan landasan pikiran utk menggantikan kata motivasi supaya tidak bingung dengan niat itu sendiri.

landasan pikiran adalah hasil analisa / olah pikiran yang dipicu secara internal maupun external yang nantinya akan melahirkan suatu niat.
Sedangkan niat adalah yang melahirkan / merealisasikan perbuatan

Jadi landasan pikiran yang dipengaruhi LDM akan menghasilkan niat/kamma.

Perbuatan adalah netral, karena perbuatan adalah alat untuk mengekpresikan niat kita

Ibu yang membakar anak dikarenakan supaya anaknya tidak menahan malu dan kelaparan adalah suatu bentuk kemohaan yang mempengaruhi seseorang dalam berpikir. Pikiran yang diliputi LDM senantiasa akan melahirkan niat yang jahat maupun baik, bukan cuma niat yg jahat.

Niat adalah hasil, respon kita menerima hasil olah pikiran. Karena itu landasan pikiran melahirkan niat/kamma.
Jadi praktek menentukan bagaimana kita merespon hasil olah pikiran.

Jadi dari hasil analisa pikiran keadaan si ibu yang terpicu secara ekternal dan internal muncul suatu kesimpulan / pandangan akhir, dan kemudian melahirkan niat/kamma untuk membakar anaknya. Jadi niat adalah kamma tidak peduli baik dan buruk. Baik dan buruk hanyalah peniliaian subjektif yang dilandasi LDM, yaitu hasil olah pikiran (landasan pikiran) yang berakhir pada pandangan/kesimpulan

Sedangkan perbuatan hanyalah ekpressi dari niat, seperti ekpressi gerakan pohon yang di tiup angin, tetapi ekpressi perbuatan ini digerakkan oleh niat.
Niat adalah sesuatu yang hidup sedangkan perbuatan adalah sesuatu yang mati, tidak berarti apa apa

jadi perbuatan tidak bisa dilandasi LDM, tetapi landasan pikiran senantiasa melandasi LDM sampai kesadaran terbebaskan.

Perbuatan hanyalah fungsi dan tubuh kita hanyalah alat.

niat senantiasa berkolaborasi dengan landasan pikiran, karena niat dihidupi oleh landasan pikiran. niat mendapatkan energinya dari landasan pikiran.

seperti tanah yang memberi giji pada tumbuhan

niat adalah semacam bentuk kelahiran dan mengalami lahir dan mati.  niat adalah benih
niat adalah terkondisi, hasil pertemuan berbagai kondisi.
niat dilahirkan dari kondisi
niat adalah diri yang terkondsi, diri yg malu, yg melihat baik dan buruk.
« Last Edit: 23 February 2013, 11:25:34 AM by djoe »

Offline tanpawujud

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 14
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #78 on: 08 June 2015, 02:14:18 AM »
mao nanya dikit nih masih brhubungan dgn topic:

mis bgini: si a mengendarai mobil yg emisi gas pembuangannya mengenai pengguna jalan disekitarnya, si a tidak ada niat utk membahayakan kesehatan pengguna jalan lain dgn asap buangan mobilnya, tapi dia mengetahui bahwa asap emisi tersebut dpt membahayakan kesehatan orng2 diskitarnya, yg jadi pertanyaaan adalah apakah si a berpeluang memunculkan cetana negative karena dia telah mengetahui efek negatif dr emisi gas buangan tersebut walaupun dia tdk memiliki niat utk membahayakan orng2 diskitarnya?  :D

ato contoh kasus begini deh si budi memberi dana makanan pd si amir, stlah memberi dana tersebut, si budi baru menyadari bahwa makanan yg diberikan tersebut berbahaya utk kesehatan, intinya krn dilandasi ketidaktahuan moha dia memberi dana tersebut tanpa ada niat membahayakan amir, apakah tdk berpeluang menimbulkan kamma buruk?
« Last Edit: 08 June 2015, 02:18:11 AM by tanpawujud »
cita2 minimal dalam kehidupan sekarang: merealisasikan tingkat kesucian sotapanna

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #79 on: 08 June 2015, 07:59:33 AM »
mao nanya dikit nih masih brhubungan dgn topic:

mis bgini: si a mengendarai mobil yg emisi gas pembuangannya mengenai pengguna jalan disekitarnya, si a tidak ada niat utk membahayakan kesehatan pengguna jalan lain dgn asap buangan mobilnya, tapi dia mengetahui bahwa asap emisi tersebut dpt membahayakan kesehatan orng2 diskitarnya, yg jadi pertanyaaan adalah apakah si a berpeluang memunculkan cetana negative karena dia telah mengetahui efek negatif dr emisi gas buangan tersebut walaupun dia tdk memiliki niat utk membahayakan orng2 diskitarnya?  :D

ato contoh kasus begini deh si budi memberi dana makanan pd si amir, stlah memberi dana tersebut, si budi baru menyadari bahwa makanan yg diberikan tersebut berbahaya utk kesehatan, intinya krn dilandasi ketidaktahuan moha dia memberi dana tersebut tanpa ada niat membahayakan amir, apakah tdk berpeluang menimbulkan kamma buruk?

buddha mengatakan 2 danaan makanan yg sangat tinggi pahalanya...(klo gka salah kira2 gitu)....
1. dana dekat sungai - pencerahan
2. dana buat sakit perut - parinibanna

nahhh! (walaupun yg no.2 konon ber RACUN) !
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline lautan

  • Betet Resurrected
  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 41
  • Reputasi: -6
  • Gender: Male
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #80 on: 08 June 2015, 10:50:08 AM »
mao nanya dikit nih masih brhubungan dgn topic:

mis bgini: si a mengendarai mobil yg emisi gas pembuangannya mengenai pengguna jalan disekitarnya, si a tidak ada niat utk membahayakan kesehatan pengguna jalan lain dgn asap buangan mobilnya, tapi dia mengetahui bahwa asap emisi tersebut dpt membahayakan kesehatan orng2 diskitarnya, yg jadi pertanyaaan adalah apakah si a berpeluang memunculkan cetana negative karena dia telah mengetahui efek negatif dr emisi gas buangan tersebut walaupun dia tdk memiliki niat utk membahayakan orng2 diskitarnya?  :D

ato contoh kasus begini deh si budi memberi dana makanan pd si amir, stlah memberi dana tersebut, si budi baru menyadari bahwa makanan yg diberikan tersebut berbahaya utk kesehatan, intinya krn dilandasi ketidaktahuan moha dia memberi dana tersebut tanpa ada niat membahayakan amir, apakah tdk berpeluang menimbulkan kamma buruk?

keputusan yg menentukan, bukan niat.
jangan hidup dibawah bayang bayang sutta.

Offline adampribadi16

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 39
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Semua Perbuatan adalah Netral, Niatlah yg menentukan. Benarkah?
« Reply #81 on: 09 June 2015, 04:10:48 AM »
keputusan yg menentukan, bukan niat.
jangan hidup dibawah bayang bayang sutta.

 _/\_ _/\_ _/\_  keputusan yg menentukan   ^:)^
Karma - berbuat baik, menuai hal yg baik juga.

 

anything