//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II  (Read 62993 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #30 on: 19 October 2009, 10:24:25 AM »
saya setuju dg anda bro Change...+GRP deh..

Terima Kasih

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #31 on: 19 October 2009, 11:20:33 AM »
Thanks To All...

Saya sudah jelaskan di #2 thread ini, sepertinya kemacetan kita ada pada perbedaan definisi kita masing-masing atas makna : BUKTI dan DUGAAN.

Selanjutnya, saya akan renungkan lagi pelan2 semua postingan yang ada.

Sementara:
Saya coba teliti lagi:
Quote from: Change, Post #133
Seperti yang dikatakan Sang Buddha  di sebuah sutta (A.N.4.77) bahwa ada empat hal yang tidak boleh terlalu dipikirkan. Jika anda berpikir terlalu jauh tentang empat hal ini, anda akan menjadi gila. Yang pertama adalah kekuatan seorang Buddha; yang kedua adalah kedalaman dan kekuatan jhana (meditasi penyerapan); yang ketiga adalah kamma-vipaka; dan yang keempat adalah spekulasi tentang dunia.

Sudah diingatkan, jadi Pertama-tama: JANGAN TERLALU SERIUS dalam membahas ini, biar ngga sakit jiwa. ;-)

Pemahaman saya, Sang Buddha sudah mengingatkan, bahwa memikirkan Kamma-vipaka terlalu jauh saja kita (puthujjana) bisa gila. Apalagi sampai MEASTIKAN satu KAMMA dengan VIPAKAnya, dan menganggapnya sebagai BUKTI, mestinya jauh lebih sulit. karena untuk MEMASTIKAN bahwa Kamma ini yang mengakibatkan Vipaka itu, mestinya kita sudah melihat sendiri seluk beluknya. kalau kita tidak bisa MELIHAT SENDIRI seluk beluknya secara pasti, menurut saya ini lebih tepat disebut: DUGAAN.

Quote from: Upasaka
Jika masih ngotot bahwa Hukum Kamma sama sekali tidak bisa dibuktikan, maka saya pikir Anda semua juga melihat bahwa anicca, dukkha, anatta, paticcasamuppada, punabbhava, juga tidak bisa dibuktikan. Apalagi Nibbana.
mari kita renungkan, kenapa Tilakana, Punarbawa, Nibbana tidak dimasukkan dalam peringatan di sutta (A.N.4.77) ?

Quote from: Upasaka
Percaya pada Hukum Kamma, tapi menganggap bahwa Hukum Kamma sama sekali tidak bisa dibuktikan, adalah dua sikap yang tidak saling mendukung. Ibarat Anda percaya bahwa ada peraturan yang baik, tapi Anda tidak percaya bisa melihat kebaikan dari peraturan itu. Lalu percaya pada Hukum Kamma itu hanya sekadar pertimbangan rasional? Inilah yang sedikit saya tekankan, bahwa kita harus memiliki saddha (keyakinan setelah mempraktikkan).
Saya tegaskan, kita (Puthujjana) yang BELUM, TIDAK bisa membuktikan kebenaran Hukum Karma. Karena saya yakini Samma Sambuddha, bisa.
Saya belum, tidak bisa(saat ini) membuktikan kebenaran Hk Karma, tapi saya meyakininya.
Hk karma sudah ada sebelum Buddhisme muncul, dan saya, kita menjadi Buddhis bukan untuk membuktikan kebenaran Hk Karma. Yang Sang Buddha anjurkan adalah membuktikan Tilakana.

Kalau ada yang BENAR2 MAMPU membuktikan kebenaran Hk Karma, yah bagus, salut. Yang repot kan MERASA BISA, padahal sesunguhnya itu hanya DUGAAN nya saja.

Quote from: G. Citra
Sejauh yang saya tahu, ada banyak kondisi terbentuk tanpa kita ketahui sebabnya, tapi ada juga kondisi tertentu yang kita tau persis sebabnya ...

Nah dari yang telah kita ketahui inilah sebenarnya kita sudah membuktikan bahwa hukum kamma itu ada (bukan sebagai dugaan atau apapun yang masih bersifat spekulasi) ...
Bukan Hk Karmanya yang saya anggap DUGAAN. Please bedakan dan teliti tulisan saya. Yang saya sebut DUGAAN, adalah karma mana yang mengakibatkan satu vipaka.
Contohnya,Ketangkapnya seorang pencuri BELUM TENTU akibat buah pencurian terakhirnya. Yang bisa kita lakukan adalah PATUT DIDUGA, ketangkapnya ia karena KARMA mencurinya. Sebab, tidak semua pencurian berakhir dengan penangkapan.

Demikian.

Quote from: G. Citra
Saya setuju untuk menyebutnya masih merupakan DUGAAN/HIPOTESA ... dan sepanjang itu bisa memberikan/menimbulkan rasa nyaman, rasa tentram dsb bagi orang itu, sepanjang itu pula akan memberikan peluang baginya untuk berpetualangan di dunia ini dengan kelegaan (walaupun secara Buddhism masih bergulat dalam dukkha) ...
Point saya,
DUGAAN, sebut saja DUGAAN. Jangan memaksakan diri untuk menyebutnya sebagai KEPASTIAN, BUKTI.
Apa bisa bikin resah atau menyamankan, pahit, mengecewakan, kejujuran mesti kita praktekkan! Kalau mampu.... :-)

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #32 on: 19 October 2009, 11:21:42 AM »
Quote from: Dhanuttono, post #5
seorang anak SD bertanya kepada seorang profesor, bagaimana cara membuktikan konsep tenaga nuklir, sang profesor menjelaskan dengan menguraikan teori kimia yg komplek dan menjelimet...

anak SD bingung karena pengetahuan nya tidak dapat menjangkau dan memahami ulasan sang profesor, kemudian berstatment, ah profesor anda tidak benar2 dapat menjelaskan pembuktian atas konsep tenaga nuklir, kenapa ? karena sy tidak dapat menalarnya, itu menyatakan bahwa tenaga nuklir itu tidak lah benar adanya, teori yg ada hanya bersifat hal ilmiah yg tidak dapat dibuktikan dan hanya bisa di pahami sebagai teori...

mungkin itu gambaran yg sy dapat dalam diskusi panjang ini tanpa ada hasil dan kejelasan, sesama anak SD ngotot, yg membedakan : anak SD pertama tidak memahami konsep kimia dasar, sedangkan anak SD yg lain memahami sedikit konsep dasar kimia sehingga bs menjelaskan "sedikit" konsep tenaga nuklir yg akhirnya membuat bingung anak SD yg pertama... namun tetap saja hal itu tidak membuat suatu kesimpulan nyata bahwa tenaga nuklir itu tidak ada...

nah anak SD ga mungkin bs memahami ilmu kimia dasar, apalagi mau memahami hukum kimia pembentuk tenaga nuklir... sangat jauh sekali kemampuan tuk menalar ilmu tenaga nuklir bagi anak SD yg baru belajar berhitung dan matematika dasar... jd ia hanya bermain2 di level pengetahuan ia sendiri, yaitu dunia matematika dasar... yg cilaka nya anak SD tersebut berani menjangkau pemahaman tinggi tenaga nuklir tanpa harus mempelajari teknik kimia dasar di tingkat SMA... yg ada cm kengototan atas pemahaman pribadi dia...
Thanks atas dukungannya, Bro Dhanu. he he he he he

Posisi saya, meyakini kebenaran konsep Bom Nuklirnya Sang Prof. Tapi saya tidak merasa malu mengakui: Saya belum, tidak mampu membuktikan kebenaran Bom Nuklir.

nah, kalau ada murid SD yang MENGAKU, MERASA BISA membuktikan sebagian kebenaran Bom Nuklir tersebut, gimana cara jelasin pada mereka2 ini, ya?

Quote from: Dhanuttono, post #11
<del....>
ini menurut logika bodoh sy, syangnya dalam dunia pendidikan anak SD tidak mungkin sekali tuk berdoa (mie instant) tiba2 ia dapat memahami ilmu kimia tingkat tinggi tanpa ia harus belajar dan melewati tahap2 pendidikan (proses) itu gambaran atas diskusi ini.
Nah, itulah,
ketika seorang anak SD, membungkus pentol korek api dalam kertas timah, dipukul dan meledak, lalu ia merasa sudah mampu menunjukkan kebenaran Bom--micro--Nuklir.

Menurut saya, kita anak SD, Puthujjana, TIDAK PUNYA KEMAMPUAN MEMASTIKAN ITU BENAR2 LEDAKAN NUKLIR ATAU BUKAN. ITU BELUM TENTU BOM NUKLIR dalam bentuk micro; yang kita (anak SD, Puthujjana) bisa lakukan demi kejujuran adalah menyatakan: MUNGKIN ledakan itu memang micro nuklir.
Jangan PASTIKAN ledakan kecil itu sebagai ledakan nuklir, apalagi PEMBUKTIAN Bom Nuklir.

Demikian juga ketika satu vipaka muncul, kita TIDAK TAHU DENGAN PASTI Karma mana yang sedang masak, berbuah. Kita HANYA BISA MENDUGA, mungkin ini, kemungkinan besar ini. untuk MEMASTIKAN KARMA mana, itu di luar kemampuan kita puthujjana.

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #33 on: 19 October 2009, 11:23:45 AM »
Bro Ryu,

just saran aja, ya kalau boleh.
Kalau kuatir dg junk, jangan threadnya dong yang di locked.
Mekanisme delete posting, BRP, banned buat yang ngejunk, sepertinya lebih tepat.

Di satu sisi Umat Buddha mau menunjukkan bukti kebenaran Hukum Karma yang adil, tapi kalau akhirnya thread saya yang kena locked akibat karmanya Bro Coe-coe, kan bener2 jadi paradox.
Yang dikuatirkan Bro Coecoe, kok thread saya jadi korban? he he he

Thanks
 _/\_
Sedari pertama anda selalu menyatakan bahwa Hukum kamma tidak bisa dibuktikan dan anda tetap mengukuhkan pandangan anda seperti itu. jadi sebenarnya thread ini sudah tidak perlu dong karena anda sudah yakin 100% khan, dan apabila ada bukti2 pun anda tidak akan menerima karena kebenaran versi anda sudah berbeda jadi sebaiknya hal itu di simpan saja untuk diri sendiri sebagai iman anda juga bagi yang meyakini bahwa kamma bisa di buktikan itu juga disimpan untuk diri sendiri lah.
Forum gunanya buat tukar pikiran.
saling mengenal pendapat teman lain yang mungkin berbeda.
Tidak harus salah satu mengubah pendapatnya. Tidak harus disimpulkan.
kalau kita sama-sama tidak mampu mematahkan arguemn teman, biarkan tetap berbeda pendapat. Mungkin lain kali ada yang lebih mampu, menjabarkan.

Quote from: Ryu
sebenarnya anda ingin bukti seperti apa, dan yang bagaimana? anda telanjang itu adalah hal yang pasti karena anda tidak memakai baju bukankah itu hal yang pasti?
Rasanya cukup jelas, kemacetan thread ini pada definisi BUKTI dan DUGAAN yang kta gunakan. Ini ngga ada kaitan dengan baju, atau celana. :-)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #34 on: 19 October 2009, 11:30:37 AM »
Bro Ryu,

just saran aja, ya kalau boleh.
Kalau kuatir dg junk, jangan threadnya dong yang di locked.
Mekanisme delete posting, BRP, banned buat yang ngejunk, sepertinya lebih tepat.

Di satu sisi Umat Buddha mau menunjukkan bukti kebenaran Hukum Karma yang adil, tapi kalau akhirnya thread saya yang kena locked akibat karmanya Bro Coe-coe, kan bener2 jadi paradox.
Yang dikuatirkan Bro Coecoe, kok thread saya jadi korban? he he he

Thanks
 _/\_
Sedari pertama anda selalu menyatakan bahwa Hukum kamma tidak bisa dibuktikan dan anda tetap mengukuhkan pandangan anda seperti itu. jadi sebenarnya thread ini sudah tidak perlu dong karena anda sudah yakin 100% khan, dan apabila ada bukti2 pun anda tidak akan menerima karena kebenaran versi anda sudah berbeda jadi sebaiknya hal itu di simpan saja untuk diri sendiri sebagai iman anda juga bagi yang meyakini bahwa kamma bisa di buktikan itu juga disimpan untuk diri sendiri lah.
Forum gunanya buat tukar pikiran.
saling mengenal pendapat teman lain yang mungkin berbeda.
Tidak harus salah satu mengubah pendapatnya. Tidak harus disimpulkan.
kalau kita sama-sama tidak mampu mematahkan arguemn teman, biarkan tetap berbeda pendapat. Mungkin lain kali ada yang lebih mampu, menjabarkan.

Quote from: Ryu
sebenarnya anda ingin bukti seperti apa, dan yang bagaimana? anda telanjang itu adalah hal yang pasti karena anda tidak memakai baju bukankah itu hal yang pasti?
Rasanya cukup jelas, kemacetan thread ini pada definisi BUKTI dan DUGAAN yang kta gunakan. Ini ngga ada kaitan dengan baju, atau celana. :-)

bukti sih gampang coba anda gampar si coecoe, tar anda tau kok kamma apa yang akan anda dapatkan ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #35 on: 19 October 2009, 11:32:34 AM »
ugh, orang sakti begitu sih gaswat. bisa pecah tujuh kepala orang yang menggamparnya =))
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #36 on: 19 October 2009, 01:08:20 PM »
Itu kan menurut Anda yg ingin mengeneralisasi pandangan anda seakan-akan hukum kamma pada orang biasa hanya dugaan karena keinginan anda melihat detil tidak bisa... ^-^

Perhatikan tulisan yg saya bold, manusia biasa sulit membuktikan karena bodoh, tapi bukan berarti hukum karma tidak terbukti bukan , Tulisan anda sendiri menyiratkan itu terbukti, hanya manusianya bisa atau tidak bisa :)
Bila saya tulis, "Hanya Samma Sambuddha yang bisa buktikan, telusuri Kamma-vipaka" artinya saya setuju bahwa: Hk Karma bisa dibuktikan. OK?

Yang kita bahas adalah apakah KITA, PUTHUJJANA PUNYA KEMAMPUAN UNTUK MEMBUKTIKANNYA?
Agak kritis sedikit, Bro.


Quote
Dan kenapa kita, Umat Buddha kebanyakan ngotot hendak menunjukkan, bahwa Hk Karma bisa dibuktikan? Ini karena persaingan Konsep TUHAN Pencipta dengan Konsep Non Theis (Hk karma & Kelahiran kembali). dalam artian, bila tidak ada persaingan itu, Umat Buddha tidak akan berusaha keras  menunjukkan kebenaran Hk Karma.
Siapa yg ngotot dan yg jadi TS? Anda terlalu banyak dugaan akhirnya membandingkan dan menuding sebagai suatu persaingan.  ^-^  Orang bisa membuktikan lalu percaya atau tidak, itu terserah saja toh..sekali lagi anda mengeneralisasi tentang umat Buddha. Padahal agama lain banyak juga yang melakukan NISASI bahkan lebih NGOTOT dan menjelekan agama lainya tetapi hanya sebatas OKNUM bukan agamanya.
Saya bold kalimat saya biar ngga salah persepsi. ;-)

Saya bold kalimat Bro, sebagai bukti dugaan saya soal persaingan itu. he he he


Jangan2 Anda merasa tersaingi ya , Wah saya sih ngak merasa sedang bersaing.:))
Pertanyaan Anda ini spekulasi atau kepastian?


Lagi2 membandingkan dengan konsep Tuhan. Apakah Anda tidak bisa melihat korelasi  sebab akibat dan hukum kamma.? koq jadi OOT  :P
Demi kejujuran, saya hanya mampu MENDUGA HK Karma benar. Korelasinya , jujur belum saya tahu.


Quote from: Bond
Quote
Benar, Dhamma bukan HANYA Tipitaka, tapi kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)
Orang yg menggunakan panna dalam kehidupan dan mengerti Dhamma tentunya ia dapat mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma.
Coba teliti Bro, respon Anda 100% benar, tapi TIDAK mengena, mematahkan argumentasi saya tersebut.

Thanks Bro.
Mengena atau tidak mengena adalah tergantung bagaimana Anda memandang seperti yg pernah anda katakan sendiri sebelumnya. Bagi saya tidak ada masalah.

Mettacitena.
Saya ulangi: "kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)"
Jawaban Anda 'YA" atau 'TIDAK"?
Anda kan tidak mengiyakan atau menidakkan pertanyaan saya, tapi ngeles dengan membuat statement baru yang sama sekali tidak berkaitan dg pertanyaan saya, gitu Bro Bond.


Quote from: Bond
Coba pukul kepala Anda dengan botol sekeras-kerasnya. Apakah sebab dan akibatnya adalah dugaan?
Menarik!
Contoh ini kurang mendukung terbukti tidaknya Hk Karma.
Tapi, Kalao Anda meminta saya memukul kepala Anda sekeras mungkin, rasanya bisa lebih jelas. (please jangan ketawa dulu, ini serius)
Apakah dengan memukul kepala Anda,
== saya yang akan dapat benjol atau,
== Anda yang akan dapat benjol.
mari kita buktikan.


















[mode joke: off]
he he he


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #37 on: 19 October 2009, 01:44:01 PM »
ugh, orang sakti begitu sih gaswat. bisa pecah tujuh kepala orang yang menggamparnya =))
=)) ga ada yang berani yak =)) takut kena hukum karma :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #38 on: 19 October 2009, 01:46:55 PM »
Itu kan menurut Anda yg ingin mengeneralisasi pandangan anda seakan-akan hukum kamma pada orang biasa hanya dugaan karena keinginan anda melihat detil tidak bisa... ^-^

Perhatikan tulisan yg saya bold, manusia biasa sulit membuktikan karena bodoh, tapi bukan berarti hukum karma tidak terbukti bukan , Tulisan anda sendiri menyiratkan itu terbukti, hanya manusianya bisa atau tidak bisa :)
Bila saya tulis, "Hanya Samma Sambuddha yang bisa buktikan, telusuri Kamma-vipaka" artinya saya setuju bahwa: Hk Karma bisa dibuktikan. OK?

Yang kita bahas adalah apakah KITA, PUTHUJJANA PUNYA KEMAMPUAN UNTUK MEMBUKTIKANNYA?
Agak kritis sedikit, Bro.

mending disamakan suara dulu, hukum karma yang gimana yang mau di buktikan biar dah berhalaman2 ga sia2 kalo ga cape deeeeh
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #39 on: 19 October 2009, 01:51:53 PM »
Quote from: G. Citra
Sejauh yang saya tahu, ada banyak kondisi terbentuk tanpa kita ketahui sebabnya, tapi ada juga kondisi tertentu yang kita tau persis sebabnya ...

Nah dari yang telah kita ketahui inilah sebenarnya kita sudah membuktikan bahwa hukum kamma itu ada (bukan sebagai dugaan atau apapun yang masih bersifat spekulasi) ...

Bukan Hk Karmanya yang saya anggap DUGAAN. Please bedakan dan teliti tulisan saya. Yang saya sebut DUGAAN, adalah karma mana yang mengakibatkan satu vipaka.
Contohnya,Ketangkapnya seorang pencuri BELUM TENTU akibat buah pencurian terakhirnya. Yang bisa kita lakukan adalah PATUT DIDUGA, ketangkapnya ia karena KARMA mencurinya. Sebab, tidak semua pencurian berakhir dengan penangkapan.

Demikian.

inJulia ...
Lihat lagi tulisan saya diatas! :))
Yang anda permasalahkan kan kalau ada vipaka, kamma mana yang mengekibatkan itu terjadi, begitu bukan ?

contoh gampangnya:
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...:))

Urusan kalo saja seandainya anda terlahir MISKIN/CACAT/dsb, SEBABNYA adalah KETIDAK TAHUAN ANDA! Cukup ... Mau cari tau sebab sebenarnya ? Anda harus TAU! ... gak pake alasan lain!  
Kalo gak tau, maksain tau, yah itulah yang saya sebut nantinya jadi muter-muter ... :))

Quote from: G. Citra
Saya setuju untuk menyebutnya masih merupakan DUGAAN/HIPOTESA ... dan sepanjang itu bisa memberikan/menimbulkan rasa nyaman, rasa tentram dsb bagi orang itu, sepanjang itu pula akan memberikan peluang baginya untuk berpetualangan di dunia ini dengan kelegaan (walaupun secara Buddhism masih bergulat dalam dukkha) ...

Point saya,
DUGAAN, sebut saja DUGAAN. Jangan memaksakan diri untuk menyebutnya sebagai KEPASTIAN, BUKTI.
Apa bisa bikin resah atau menyamankan, pahit, mengecewakan, kejujuran mesti kita praktekkan! Kalau mampu.... :-)

Saya bertanya:
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?

Saya tunggu jawabannya!

 _/\_

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #40 on: 19 October 2009, 02:13:49 PM »
 [at]  Injulia

Banyak orang suka membicarakan perbuatan baik atau seakan-akan sebagai perbuatan baik, tetapi tidak dan enggan  melakukan apapun , dan menjadikan wacana untuk didiskusikan, apakah ini termasuk orang yang menpunyai keyakinan terhadap Hukum Kamma ? Tentu sangat sukar untuk menjawabnya. Tetapi reaksi social bereaksi negatif terhadapnya, mungkin ditinjau dari segi manfaat, ini dapat dikatakan sebagai kamma yang berbuah.  

Kadang keputusan selalu berada ditangan kita mendapatkan hasil yang baik ( kusala kamma ) atau hasil yang buruk ( akusala kamma ). Sama seperti kisah nyata dibawah ini. Kalau dilihat dan dievaluasi,  kamma baik atau kamma buruk yang berbuah hanya beda waktu beberapa detik atau menit. Karena pembuat keputusan yang menentukannya hasil akhir.

Maka saya punya ungkapan :

LUPAKAN KEBAIKAN YANG PERNAH DILAKUKAN, TETAPI SELALU INGAT BAHWA KITA BELUM MELAKUKAN KEBAIKAN MELALUI PIKIRAN, UCAPAN DAN PERBUATAN SAAT  INI.

IMO, ini ajaran Buddha yang harus diingat selalu.

Saya sajikan 2 artikel yang hampir sama.  

Menolong Dari Pemerkosa

Pada suatu larut malam, aku melewati sebuah jalan remang-remang, ketika mendadak terdengar jeritan-jeritan tertahan dari balik segerumbulan semak. Aku berhenti dengan terkejut dan memasang telinga. Rasa panikku timbul ketika menyadari bahwa yang kudengar itu adalah suara orang yang sedang bergumul: geraman berat, gerakan meronta yang panik, dan bunyi pakaian yang dirobek. Seorang wanita sedang diserang, hanya beberapa meter dari tempatku berdiri.

Mestikah aku melibatkan diri? Aku takut memikirkan keselamatanku sendiri. Dalam hati aku menyumpah-nyumpah, kenapa memilih rute lain untuk pulang kali ini. Bagaimana kalau aku menjadi korban? Apakah sebaiknya aku mencari telepon terdekat dan menghubungi polisi?

Meski kelihatannya sangat lama, pergulatan batinku sebenarnya hanya berlangsung beberapa detik, tapi teriakan-teriakan wanita itu sudah semakin lemah. Aku tahu aku mesti cepat bertindak. Bagaimana mungkin aku pergi begitu saja? Tidak. Akhirnya aku membulatkan tekad. Aku tak bisa begitu saja meninggalkan wanita tak dikenal ini, meski itu berarti aku mempertaruhkan hidupku sendiri.

Aku bukan laki-laki pemberani, juga tidak atletis. Entah dari mana aku memperoleh semangat dan kekuatan fisik itu - tapi begitu aku membulatkan tekad untuk membantu wanita tersebut, mendadak aku merasakan perubahan. Aku lari ke balik semak-semak itu dan menarik si penyerang dari atas tubuh si wanita. Kami berguling-guling di tanah dan bergumul selama beberapa menit, sampai kemudian si penyerang melompat bangkit dan melarikan diri. Sambil terengah-engah aku berdiri dan mendekat si wanita yang bersembunyi di balik pohon sambil menangis. Dalam kegelapan, aku hampir-hampir tak bisa melihat sosoknya, tapi aku bisa merasakan shock yang dialamainya.

Karena tak ingin membuat ia semakin ketakutan, semula aku hanya berbicara dari jauh padanya.

"Tak apa," kataku, berusaha menenangkannya. "Orang itu sudah pergi. Kau aman sekarang."

Lama suasana hening, kemudian kudengar wanita itu berkata dengan terheran-heran dan tak percaya.

"Dad, kaukah itu?"

Lalu dari balik pohon itu melangkah putri bungsuku, Katherine.

Banyak orang takut kalau-kalau perbuatan baik yang mereka lakukan justru membawa bencana. Bukankah sering kita mendengar pepatah sinis ini: "Perbuatan baik akan membawa celaka?" Namun kisah diatas merupakan contoh jelas bahwa yang terjadi sering kali berlawanan sepenuhnya. Dengan memutuskan untuk mempertaruhkan hidupnya demi seorang wanita tak dikenal, si ayah akhirnya malah menyelamatkan putrinya sendiri. Dan dalam tekadnya untuk menolong sesama, si ayah mendadak memperoleh kekuatan dan semangat yang menakjubkan. Dalam keadaan biasa, ia takkan sanggup mengumpulkan kekuatan fisik untuk melawan si pemerkosa. Tapi karena tekadnya yang begitu besar, ia bisa menarik kekuatan entah dari mana. Kita mempunyai berbagai kemampuan yang tidak kita sadari. Karena bertekad untuk berbuat baik pada sesamanya, pria ini jadi melakukan hal yang luar biasa bagi dirinya sendiri!




Penyelamatan di Laut

Beberapa tahun lalu, di sebuah desa nelayan kecil di Belanda, seorang pemuda mengajarkan kepada dunia, tentang hadiah yang diperoleh dari sikap tidak mementingkan diri sendiri.

Karena seluruh desa bergerak dalam industri perikanan, sukarelawan untuk regu penyelamat dibutuhkan dalam keadaan darurat.

Suatu malam angin mengamuk, awan-awan bergerak cepat dan badai besar mengancam sebuah perahu penangkap ikan tenggelam di laut. Dalam kepanikan dan ketakutan, awak kapal mengirimkan sinyal bahaya, S.O.S.

Kapten kapal regu penyelamat membunyikan alarm dan penduduk desa berkumpul memandang ke pelabuhan. Ketika regu penyelamat meluncurkan perahu mereka dan berjuang menembus gelombang liar, penduduk desa menanti dengan gelisah ditepi pantai, dengan lentera di tangan untuk menerangi jalan kembali. Satu jam berikut, kapal penyelamat muncul kembali dan penduduk desa bersorak menyambut mereka.

Jatuh kelelahan di atas pasir, para sukarelawan itu melaporkan bahwa kapal penyelamat tidak sanggup menampung penumpang tambahan dan mereka meninggalkan seseorang di belakang. Meskipun hanya satu orang penumpang tapi jika dipaksakan pasti akan akan menenggelamkan kapal penyelamat dan semuanya akan meninggal. Sang kapten meminta satu regu sukarelawan lagi untuk pergi menyelamatkan orang yang tertinggal itu.

Hans, pemuda berumur 16 tahun maju kedepan.

Ibunya memegang lengannya, memohon, "Jangan pergi. Ayahmu meninggal dalam kecelakaan kapal 10 tahun lalu dan kakakmu, Paul, telah hilang di lautan selama 3 minggu. Hans, kamu satu-satunya yang masih saya miliki."

Hans menjawab, "Ibu, saya harus pergi. Apa yang terjadi kalau semua orang berkata, 'Saya tidak dapat pergi, biarkan orang lain yang melakukannya?' Ibu, kali ini, saya harus melakukan tugas saya. Ketika ada panggilan untuk melayani, kita semua perlu mengambil giliran dan melakukan bagian kita."

Hans mencium ibunya, bergabung dengan regu penyelamat dan menghilang dalam kegelapan malam.

Beberapa jam berlalu, bagi ibu Hans itu terasa selamanya. Akhirnya, kapal penyelamat kembali dengan Hans berdiri di ujung kapal.

Dengan mengatupkan kedua belah telapak tangan, kapten berteriak, "Apakah kamu menemukan orang yang tertinggal itu?"

Hampir-hampir tidak dapat menguasai diri, Hans berteriak balik dengan kegirangan, "Ya, kami menemukannya. Beritahu ibu saya itu adalah kakak saya, Paul !"

Semoga Bermanfaat

 _/\_
« Last Edit: 19 October 2009, 02:15:56 PM by CHANGE »

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #41 on: 19 October 2009, 02:14:47 PM »
Terima kasih atas sharingnya Samaneri.
Sangat bagus kandungan moralnya.

tapi, maaf ya,
Selama kita masih puthujjana, maka seluk beluk Vipaka dari satu  Karma, hanya bisa kita sebut sebagai DUGAAN.

Kalau Samaneri ANGGAP itu sebagai BUKTI, KEPASTIAN, silahkan saja.

DIJAMIN pasti dia akan melakukan aksi perampokan di kantor kami, tapi karena dia merasakan metta dari saya, dengan tetap baik dg dia dan dia masih ingat sy dlu sll bantu buat PR, maka dia tidak mengganggu kami, buah METTA yang saya tanam berbuah keselamatan saya dan kantor saya dimana saya bekerja.
MUNGKIN saja PRADUGA Anda benar.

Mungkin ngga berkelebat dibenaknya,"Gara2 Anda buatin PR2ku, saya jadi bodoh, tidak punya keahlian. maka sekarang saya jadi perampok."?

Hidup ini TIDAK PASTI, kematian yang pasti.
Sebab terlalu banyak ketergantungan dalam satu vipaka.

Terima kasih dan Anumodana
Semoga cita-cita luhur Anda segera tercapai.
 _/\_

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #42 on: 19 October 2009, 02:16:54 PM »
^^ ya dan Kalau inJulia ANGGAP itu bukan sebagai BUKTI, KEPASTIAN, silahkan saja. case closed? mau di lock?


apa anda sudah baca sutta ini :
MAHATANHASANKHAYA SUTTA
« Last Edit: 19 October 2009, 02:20:02 PM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #43 on: 19 October 2009, 02:20:30 PM »
Quote
by inJulia
Bila saya tulis, "Hanya Samma Sambuddha yang bisa buktikan, telusuri Kamma-vipaka" artinya saya setuju bahwa: Hk Karma bisa dibuktikan. OK?
Ok dalam arti anda setuju bahwa hukum karma bisa dibuktikan.
Ok dalam arti Hanya Samma Sambuddha yg bisa menelusuri kamma vipaka secara lengkap.
Ok melihat hukum kamma adalah esensinya untuk membawa pada pembebasan
Tidak ok dalam arti hanya Samma Sambuddha yg bisa menelusuri kamma vipaka.
Tidak ok bahwa pembuktian hukum kamma harus lengkap seperti SB. Kecuali mau jadi SB.



Quote
in julia
Yang kita bahas adalah apakah KITA, PUTHUJJANA PUNYA KEMAMPUAN UNTUK MEMBUKTIKANNYA?
Agak kritis sedikit, Bro.

Kalau seperti yang anda maksud seperti kemampuan Samma sammbuddha tentu tidak. Ini sama saja Anda membandingkan orang yang hanya melihat bulan dan orang yg telah menginjakan kaki dibulan dan berkeliling disana. Tetapi tetap bulan telah terbukti keberadaannya.

Bagaimana Putthujana yang arahat dengan abinna bisa melihat 2,3,4 bahkan 1000 kelahiran beserta kamma vipakanya , apakah itu bukan juga kemampuan untuk membuktikan?

Sama halnya akan selalu dijadikan alasan HK tidak terbukti jika dijadikan acuan SB. Padahal bukti itu tidak selalu mengacu pada kemampuan lengkap  tetapi pemahaman akan inti dari realitas HK.

Ibaratnya bro, bila kita ingin mengatakan terbukti atau tidak adalah melihat dari realitas sederhana sampai realitas tertinggi. Jika kalau saja langsung tertinggi apakah mungkin mampu tanpa dasar realitas yang sederhana. ?

Bila bro masih berpikir terbalik , tidak masalah...silakan simpulkan berdasarkan selera anda.. ^-^

Quote
injulia
Quote
bond
Siapa yg ngotot dan yg jadi TS? Anda terlalu banyak dugaan akhirnya membandingkan dan menuding sebagai suatu persaingan.  chuckle  Orang bisa membuktikan lalu percaya atau tidak, itu terserah saja toh..sekali lagi anda mengeneralisasi tentang umat Buddha. Padahal agama lain banyak juga yang melakukan NISASI bahkan lebih NGOTOT dan menjelekan agama lainya tetapi hanya sebatas OKNUM bukan agamanya.
Saya bold kalimat saya biar ngga salah persepsi. ;-)

Saya bold kalimat Bro, sebagai bukti dugaan saya soal persaingan itu. he he he

Ah... itukan pembenaran diri anda saja.. ^-^ Baca yg jelas...cape deh...
Seorang Buddha mengajarkan hukum kamma untuk dilihat apakah itu ngotot karena persaingan?
Seorang Dhammadutta mengajarkan Hukum Kamma agar bisa dipahami apakah itu ngotot karena persaingan?
Benarkah kebanyakan umat Buddha ngotot untuk membuktikan?-->data dari mana bisa ditunjukan?


Yg anda katakan, "Dan kenapa kita, Umat Buddha kebanyakan ngotot hendak menunjukkan, bahwa Hk Karma bisa dibuktikan? Ini karena persaingan Konsep TUHAN Pencipta dengan Konsep Non Theis (Hk karma & Kelahiran kembali). dalam artian, bila tidak ada persaingan itu, Umat Buddha tidak akan berusaha keras  menunjukkan kebenaran Hk Karma."---> silakan baca tulisan anda. Dan benarkah demikian?

OOT bos

Quote
in julia
Quote
bondJangan2 Anda merasa tersaingi ya , Wah saya sih ngak merasa sedang bersaing.laugh
Pertanyaan Anda ini spekulasi atau kepastian?

Penasaran...?  :))
Pertanyaan yg aneh...dan tidak perlu saya jawab.

Quote
in JuliaSaya ulangi: "kalau yang di luar Tipitaka BERTENTANGAN, apa kita bisa terima sebagai Dhamma? ;-)"
Jawaban Anda 'YA" atau 'TIDAK"?


Pertanyaan anda yg pertama adalah yg dibold, dan saya sudah menjawabnya.

Kalau anda mengharapkan saya menjawab ya atau tidak .....jawabannya I just keep silent  :-$ ( Buddha way , mode on. ).




Quote
Anda kan tidak mengiyakan atau menidakkan pertanyaan saya, tapi ngeles dengan membuat statement baru yang sama sekali tidak berkaitan dg pertanyaan saya, gitu Bro Bond.

Coba belajar bagaimana Buddha menjawab. Buddha pernah ditanya apakah Nibbana ada atau tidak ada. Dia hanya diam. Apakah itu ngeles?
Dan salah satu cara yg ada juga dalam sutta tentang menjawab suatu pertanyaan bisa dijawab dengan tidak langsung. Apakah itu ngeles.?.

Jika Anda masih mengharapkan, maka jawaban saya sama...Orang yg memiliki panna dalam memahami Dhamma akan mengerti apa yg Dhamma dan bukan Dhamma. Silakan direnungkan. Sekali lagi saya berdiskusi disini bukan untuk plintar-plintir kata. :). Simpanlah maksudmu itu bro.  :)







« Last Edit: 19 October 2009, 02:32:03 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #44 on: 19 October 2009, 02:22:05 PM »
jangan buru-buru bro Ryu ... :))

Lagi nunggu jawaban nih ... :))