//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Boleh gak Oral Sex?  (Read 58305 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #45 on: 07 April 2008, 02:30:49 PM »
....kita berpegang pada Pancasila .

PANCASILA ( JAWA  NGOKO )
 
Siji    : GUSTI ALLAH IKU ORA ONO KONCONE
Loro  : DADI WONG MBOK OJO KEJEM-KEJEM
Telu  : INDONESIA APIK E SETUNGGAL KABEH
Papat: KARO TONGGO-TONGGO NEK ONO MASALAH YO DIOMONGNO WAE
Limo  : MANGAN ORA MANGAN, SING PENTING KUMPUL TO

Pancasila yg ini tah, bro nyanadhana?  ;D
m
By : Zen
« Last Edit: 07 April 2008, 02:47:30 PM by Hikoza83 »
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

nyanabhadra

  • Guest
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #46 on: 07 April 2008, 02:34:42 PM »
_/\_ apakah pada saat melakukan sex,seorang umat perumah tangga harus tiba2 teringat....eh ini bukan ajaran Dhamma.trus akhirnya merasa illfeel dan tidak ingin melakukan sex lagi karna berpikiran bahwa ada tembok pembatas sana sini....mungkin mengendalikan nafsu adalah iya,hal ini harus dikembalikan lagi kepada pasangan itu.

Dalam seluruh proses latihan tentu saja, ada efek-efeknya, karena belum sempurna dalam latihan...jadi wajar terjadi ilfeal saat ini, dan kemudian mengerti dengan baik, saya rasa semua proses belajar semakin murni, paham, dan semakin tulus, saya rasa ini intinya latihan.

jangan karena terjadi efek buruk, kemudian menyalahkan latihan, namun kita perlu mencoba lagi, dan konsultasi dgn orang yg kamu anggap cukup mahir dalam membantu dalam hal demikian.

tembok pembatas di buat bukan untuk membatasi anda, namun untuk menjaga anda agar tidak jatuh ke alam rendah. tinggal bagaimana kamu melihat pembatas itu, kalau merasa tembok itu sebagai penghalang, silakan gebukin sampai hancur dan lakukan sesuka hati :)

bow and respect,

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #47 on: 07 April 2008, 02:36:20 PM »
namun hubungan seksual antar suami istri sah yang merupakan kategori pemenuhan hasrat seksual (biologis), tentu saja sah, yang tidak tepat adalah pada lubang yang tidak semestinya.

++++

Monastik tentu saja boleh makan eskrim, namun seorang monastik yg berlatih akan selalu memeriksa batinnya, makan eskrim utk kesenangan doang? kesenangan lidah? untuk kenyang? menerima tawaran umat? memberi kesempatan kepada orang lain utk berbuat dana?
ini tugas wajib dari monstik utk selalu menge-cek batinnya......
kalau umat biasanya juga mau menge-cek batinnya setiap kali berkaitan dengan 5 Sila, tentu saja bagus, ini bisa jadi latihan spiritual yg bagus, kembali lagi, mau melakukannya atau tidak...itu tergantung umat tersebut.


Terima kasih atas penjelasannya.

Lanjut...

Saya sengaja mengutip dua hal diatas karena kedua inti permasalahan ada dipenjelasan tsb, yaitu:
~ sah atau tidak sahnya oral sex
~ Buddhism berpatokan pada 'reaksi batin'

Jadi,
apapun kegiatan yg kita lakukan, dasar penilaiannya adalah bagaimana batin kita bereaksi terhadap setiap kegiatan yg kita lakukan tsb. Tidak ada sah / tidak sah. Tidak ada juri yg menilai. Yg ada adalah: kamma (perbuatan) dan vipaka (hasil). Yg ada hanyalah aksi dan reaksi.

Kembali pada oral sex, patokannya tetap sama, yaitu:
Bagaimana batin kita bereaksi ketika melakukan hal tsb:
~ Apakah penuh hawa nafsu (lobha)
~ atau hanya sekedar ingin melayani suami,
~ atau melakukan rutinitas tanpa perasaan apapun (pikiran melayang ke hal lainnya saat melakukan oral tsb).
Ketiga hal yg berbeda ini akan memberikan reaksi vipaka yg berbeda pula, meskipun kegiatan secara fisik (kasat mata) adalah sama-sama melakukan oral.

Demikian juga ketika melakukan hubungan suami istri biasa (tidak oral), yg sering dianggap lebih 'sah' ketimbang oral. Kita kembali menilainya dari reaksi batin ketika melakukan hubungan yg 'sah' tsb, yaitu:
~ Apakah melakukannya dengan nafsu yg sangat menggebu2?
~ Atau membayangkan berhubungan dengan orang lain? (ini lobha-nya sangat berat )
~ Atau pikiran penuh kebencian ketika melayani suami melakukan hal tsb? (dosa)
Ketiga variasi batin diatas akan memberikan dampak hasil yg berbeda pula.

Jadi, secara hukum alam (dhamma): tidak ada 'sah atau tidak sah' dalam melakukan suatu hal. Yang ada hanyalah sebab dan akibat tergantung dorongan batin ketika melakukan / menanggapi suatu hal.

Satisampajanna,
Willibordus

::
 
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

nyanabhadra

  • Guest
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #48 on: 07 April 2008, 02:39:39 PM »
Quote
kalau pemenuhan hasrat seksual (biologis) pada lubang yg tidah tepat, tentu saja saya secara pribadi tidak setuju (sudah jelas dalam sutta mahayana maupun theravada.

Mohon disebutkan. Jangan yang berasal dari Tibetan Abidharma. Jangan yang berasal dari interpretasi masa kini, tetapi berdasarkan kitab komentar.


Kitab akar, "Dulwai gyatso nyingpo" (Intisari Samudra Vinaya), disitu ada penjelasan tentang upasaka-upasika (genyen dan genyenma), samanera-samaneri (getsul dan getsulma), bhiksu dalam masa latihan khusus (gelobma) sebelum menerima upasampada bhiksuni, bhiksuni (gelongma), dan bhiksu (gelong).

Kitab komentar "namse deng ma" (The Summit of the Sky Above) oleh Jey Tshongkhapa, disitu jelas untuk semua kategori sesksual yang tidak tepat, yaitu pada lubang yang tidak tepat, anus dan mulut dalam lubang yang tidak tepat.

di sutta theravada, lihat posting sebelumnya, ada teman lain yg copy pate tentang lubang yang tidak tepat.

bow and respect,

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #49 on: 07 April 2008, 02:44:59 PM »
http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/walshe/wheel225.html

ini topik berkenaan dengan Buddhism dan Sex
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

nyanabhadra

  • Guest
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #50 on: 07 April 2008, 02:49:23 PM »
em...

saya ganti cara bertanya saja agar tidak vulgar...

dari oral-sex saya turunkan ke ciuman & belaian...

apakah menurut samanera, ciuman & belaian (foreplay) tidak dibutuhkan? cukup langsung tancap & injeksi, mission complete...

oral seks VS ciuman dan belaian...
oral seks berkaitan dengan alat kelamin pria atau wanita, sedankan ciuman dan belaian umumnya pakai tangan [kecuali mau pakai cara lain :) ]

hubungan seksual kita selalu patokan pada penggunaan alat kelamin dalam penetrasi, dan di Vinaya yg boleh saya pelajari, begitu juga komentar The Summit of Sky above, juga menjelaskan dengan cukup detail.

yang mau foreplay silakan, mau gaya apapun juga silakan, tidak ada unsur paksaan, mau berlatih silakan, tidak mau berlatih juga silakan....
kalau sudah komit dengan pancasila, silakan lakukan sesuai dengan versi penjelasan yg bisa anda terima.

dan juga tergantung siapa guru yg memberikan pancasila itu kepada anda.

bown and respect,

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #51 on: 07 April 2008, 02:52:01 PM »
Quote
Sang Buddha dalam vinayanya menyarankan kepada bhikkhu bahwa ada 3 jenis lubang yang tidak boleh dimasukkan yaitu mulut,anus,dan kelamin...ini khusus untuk bhikkhu.

Mungkin pertanyaan saya kurang tepat.

Adakah oral sex dianggap sebagai pelanggaran sila ketiga (kamesumicchacara veramani sikkhapadang samadiyami) pancasila dalam konteks upasaka / upasika sebagai pasangan yang sah dan patut, sebagaimana dijelaskan dalam Sutta, kitab rujukan atau komentar (Suttanumola dan Tika) yang diakui Theravada? Kalau ada mohon rujukannya.

Mohon penjelasannya.
« Last Edit: 07 April 2008, 02:54:27 PM by karuna_murti »
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

nyanabhadra

  • Guest
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #52 on: 07 April 2008, 02:53:16 PM »
_/\_ ehm...sodara-sodara, Samanera Nyanabhadra sudah menjelaskan dengan baik dari segi pandangan Buddhism dan juga logsinya yah bener kita melakukan sex untuk meneruskan keturunan. Penjelasan dia akan sampai disitu saja karena Samanera bukanlah praktisi rumah tangga. Jadi apa yang dia pelajari memang seperti itu.

Saya juga mantan praktisi rumah tangga sebelumnya, cuman saya belum sempat menikah saja.

Sila yg dipelajari oleh seorang samanera termasuk belajar tentang upasaka-upasika, kemudian samanera dan samaneri...stop sampai di sini, karena kita tidak boleh mempelajari bagian yang gelobma, gelongma, dan gelong.

berdasarkan penjelasan yg saya dapat, yg saya pelajari, dan sumber yang saya dapat, itu yg bisa saya kasih tau. sekarang terserah masing-masing mau pakai standar yg mana.

bow and respect,

nyanabhadra

  • Guest
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #53 on: 07 April 2008, 02:59:57 PM »
Maksud saya bukan sektarian, tapi menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dan saya tidak bermaksud "mengencerkan" sesuatu. Gak tahu kekotoran batin atau apa, tetapi saya tidak suka menempatkan sesuatu hanya dari satu sisi.

Pertanyaan asli :
Quote
Dalam Agama Buddha diperbolehkan atau tidak Oral Sex walaupun antara Suami Istri?

Ini definisi dari Theravada :
http://www.yellowrobe.com/five_precepts
Quote
The commentaries to the Brahmajala-sutta and the Kangkha-vitarani cite two factors for the third precept:

    * sevanacittam -- the intention to have sexual intercourse.
    * maggena maggap-pati-padanam -- sexual contact through any one of the 'paths' (i.e., genitals, anus or mouth).

The commentary to the Khuddakapatha gives four factors for the third precept:

    * ajjha-caraniya-vatthu -- the bases or paths for wrong conduct.
    * tattha sevanacittam -- the intention to have sexual intercourse through any of the above ajjha-caraniya-vatthu.
    * sevanap-payogo -- the effort at sexual intercourse.
    * sadiyanam -- being pleased .

Alasan saya bilang Theravada dan Mahayana boleh, karena saya tidak pernah menemui hal tersebut dilarang dalam konteks lima sila dan perumah tangga. Tetapi saya juga tahu HH Dalai Lama menyatakan sesuatu pasti berdasarkan teks-teks juga, kalau gak salah berhubungan dengan Pandaka. Dan saya menghormati semua pihak, karena itu saya sebutkan sebagian Tantrayana bukan hanya satu sisi saja.

saya rasa, perlu cari lebih dalam tentang "Khuddakapatha", sebagaimana dikutip dari atas * ajjha-caraniya-vatthu -- the bases or paths for wrong conduct.
bases adalah manusia, paths (saluran atau yg kita diskusikan sekarang ini, yaitu lubang yg sebagaimana mestinya).

Saya tidak familiar dgn "Khuddakapatha", barangkali ini dari Sutta Theravada.

kalau ada penjelasannya bagus juga, saya juga ingin tahu.

Saya harus pegi untuk sekarang ini, dan mohon maaf ga bisa balas lagi.

Saya hanya menuliskan sesuai pemahaman saya, tak berani bilang 100% betul, karena saya juga dalam tahap mencari tahu, belajar, berlatih, dan meditasi.

bow and respect,

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #54 on: 07 April 2008, 03:00:28 PM »
 ^:)^ ^:)^ ^:)^
mohon maaf kepada Yang Luhur Nyanabhadra, atas posting saya sebelumnya krn salah ketik. telah diedit.  :)
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #55 on: 07 April 2008, 03:04:28 PM »
 _/\_ well,i mean thread ini sudah muncul jawabannya dari tadi,kenapa kita ga puas2 juga.silahkan pelajari semua tulisan di thread ini dengan bijaksana. kesimpulan nya bukan dijawab dengan Ya ataupun Tidak,namun semua kebali lagi kepada batin masing-masing.
Mau melakukan yo wes,inget jaga kebersihan,mau ga melakukan yo wes tak masalah. pertanyaan terakhir hanyalah kembali pada kamesumichacara.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #56 on: 07 April 2008, 03:09:21 PM »
kalau sudah komit dengan pancasila, silakan lakukan sesuai dengan versi penjelasan yg bisa anda terima.
yup :)

Quote
dan juga tergantung siapa guru yg memberikan pancasila itu kepada anda.
no...

saya mundur dari diskusi ini...

bow and respect
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #57 on: 07 April 2008, 03:14:43 PM »
Pertama, saya tidak punya umat di forum ini, dan sama sekali tak berniat mengumpulkan umat, ini serius...kalau mau mengumpulkan umat, lebih baik jadi anggota partai :)
saya tahu niat anda tulus, samanera :)
bagaimanapun juga, apa yg anda tulis di sini memiliki otoritas yg lebih tinggi dari tulisan orang biasa. bobot ucapan dan tulisan anda tentu lebih berat di mata umat awam yg membacanya. demikian maksud saya...

Jangan memandang Sila itu suppresion, menjalankan Sila melihat intinya, ketika tidak mengerti Sila dan kita meng-encerkan Dharma yang diturunkan sejak ribuan tahun yang lalu.
saya tidak bermaksud mengatakan bahwa "sila adalah suppresion", samanera...
tampaknya samanera salah mengerti maksud saya...

yg saya maksudkan, kata2 anda "hubungan intim intinya untuk meneruskan generasi, bukan untuk kenikmatan" bisa menjadi beban tersendiri bagi umat awam yg membacanya. saya hanya kebayang mungkin di kalangan pembaca ada seorang istri / suami yg taat beragama, maka membaca tulisan samanera di atas mungkin dia menjadi menjauhi seks, men-suppress segala desire untuk melakukan hubungan seksual karena merasa hubungan seksual untuk kenimatan itu tidak pantas. ini tentunya akan mempengaruhi rumah tangganya dan bahkan bisa membawa ketegangan dan keretakan dengan pasangannya...

dan melihat komentar samanera di atas, mungkin yg perlu dijernihkan adalah: apakah oral seks melanggar sila ketiga dari pancasila? tampaknya menurut anda, oral seks melanggar sila ketiga pancasila...

Berhubungan seksual utk pemenuhan kebutuhan biologis, tentu saja silakan, ini alami bagi perumah tangga, yang kurang pantas menurut saya adalah pada "lubang" yang tidak tepat, yaitu "oral seks".
ini klarifikasi yg saya harapkan, samanera, walaupun saya masih tidak setuju.
terima kasih...

harmonisasi keluarga jangan diletakkan pada proses hubungan seksual, namun lebih tepat pada faktor2 lain, tentu saja lebih spiritual dan buddhistik, ini saran saja. karena kita berpatokan pada buddhis, tentu saja sebisa mungkin mengikuti jalur-jalur buddhis.
definisi "buddhistik" ini perlu diperjelas, samanera...
tampaknya "buddhistik" bagi saya, blom tentu "buddhistik" bagi anda... demikian juga sebaliknya...

kalo buddhistik di sini adalah otoritas kitab suci, tiap2 aliran sepertinya memiliki definisi masing2... bahkan tiap2 pribadi (contohnya: dalai lama dengan ajahn brahm) memiliki definisi "buddhistik" yg berbeda...

* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #58 on: 07 April 2008, 03:16:30 PM »
http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/nanavara/uposatha.html

Quote
Q. This Sutta does indeed deal with the Uposatha sila (the Eight Precepts), but what about the third precept in the pañca sila (the Five Precepts)? How many and what are the factors of this precept?
    A. There are four factors of the third precept (kamesu micchacara):

        * agamaniya vatthu — that which should not be visited (the 20 groups of women).
        * tasmim sevana-cittam — the intention to have intercourse with anyone included in the above-mentioned groups.
        * sevanap-payogo — the effort at sexual intercourse.
        * maggena maggappatipatti — sexual contact through that adhivasanam effort.

Q. What are the twenty types of women?
    A. By group name they are:

        * matu-rakkhita — A woman who is kept by her mother is called matu-rakkhita.
        * pitu-rakkhita — A woman who is kept by her father is called pitu-rakkhita.
        * mata-pitu-rakkhita — A woman who is kept by both her mother and father is called mata-pitu-rakkhita.
        * bhatu-rakkhita — A woman who is kept by her older or younger brother is called bhatu-rakkhita.
        * bhagini-rakkhita — A woman who is kept by her older or younger sister is called bhagini-rakkhita.
        * nati-rakkhita — A woman who is kept by her relatives is called nati-rakkhita.
        * gotta-rakkhita — A woman who is kept by her clansmen is called gotta-rakkhita.
        * dhamma-rakkhita — A woman who is kept by people who practice Dhamma under the same teacher is called dhamma-rakkhita.
        * sarakkha — A woman who is kept by her husband is called sarakkha.
        * sapari-danda — A woman of such and such name and address, for misbehaving with whom a king levies a fine against a man, is called sapari-danda.
        * dhanak-kita — A woman whose indentureship was bought by a man intending to make her his wife is called dhanak-kita.
        * chanda-vasini — A woman who lives with a man of her own free will is called chanda-vasini.
        * bhoga-vasini — A woman who becomes the wife of a man because of his wealth is called bhoga-vasini.
        * pata-vasini — A destitute woman who becomes the wife of a man out of hope for things such as clothes is called pata- vasini.
        * oda-patta-kini — A woman whom a man has asked for in marriage, during the solemnization of which the elders of the family take hold of the bride and groom's hands, plunge the hands into a tray of water and give the blessing, "May both of you love each other and live happily together; do not break apart, just as the water in this tray does not break apart," is called oda-patta-kini.
        * obhata-cumbata — A woman who, being released from a heavy burden by a man, then becomes his wife is called obhata-cumbata.
        * dasi ca bhariya ca — A slave woman whom a man marries is called dasi-bhariya.
        * kamma-karini ca bhariya ca — A workwoman whom a man marries is called kamma-karini-bhariya.
        * dhaja-hata — A woman whom a man wins in battle and then makes his wife is called dhaja-hata.
        * muhut-tika — A woman living with a man for a certain period of time understanding that she is his wife is called muhut-tika.

    Any man who encroaches on any one of these twenty groups of women, along with the factors mentioned above, breaks the third precept, kamesu micchacara. 3
Q. What about the woman's role here, and how is it considered in the third precept?
    A. If a man and a woman have feelings for each other but the man is not suited to her, then he becomes her agamaniya vatthu.

3. The third precept is usually translated into English as "to refrain from committing adultery," but, while the translation is correct, this precept involves much more than that. The third precept considers social stability, diseases, other people's (relatives', etc.) rights, etc. —translator.

Maksud saya membahas ini bukan bertujuan membahas yang tidak jelas. Setahu saya tidak pernah disebutkan oral sex antara pasangan yang sah dan patut melanggar sila ketiga dalam Sutta, Suttanumola dan Tika Theravada. Bahkan penjelasan bahwa hal itu tidak melanggar tersebut pernah saya temukan di tulisan Mahayana.

Sekali lagi, saya hanya bermaksud menempatkan masing-masing pada posisinya yang sesuai. Saya berusaha mencegah pandangan sektarian. Jangan sampai ada yang salah mengira Samanera Tantrayana "mengatur" Sutta dan Vinaya yang dipegang Theravada. Kalau ada yang salah tangkap bisa ribut besar sekali. Saya yakin Samanera tidak bermaksud demikian. Hanya tidak mengetahui. _/\_
« Last Edit: 07 April 2008, 03:20:19 PM by karuna_murti »
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Boleh gak Oral Sex?
« Reply #59 on: 07 April 2008, 03:29:20 PM »
Seingat saya, diskusi topik ini pernah terjadi di milis lain, bareng sama samanera juga,hmmm mungkin sebelum jadi samanera waktu itu kalau nga salah.

nah, sepertinya point pentingnya disini

Quote
Berhubungan seksual utk pemenuhan kebutuhan biologis, tentu saja silakan, ini alami bagi perumah tangga, yang kurang pantas menurut saya adalah pada "lubang" yang tidak tepat, yaitu "oral seks".
Bukan begitu samanera ?

Nah kita fokuskan pada yang ini bagaimana ?
There is no place like 127.0.0.1