kadang aq bingung aq mengikuti latihan meditasi disebuah Vihara(tdk disebutkan namanya) tiap hari senin, dulu sangat rajin, sampai aq mencoba pergi melatih vipasana ke suatu daerah.tersebutlah si A, dia adalah senior, sering retret, berceramah tentang meditasi, menciptakan lagu tentang meditasi, dll, sekilas memang terlihat baik...
suatu ketika ia ingin membuat sebuah keseragaman dlm bentuk kaos utk peserta retret, aq yang kebetulan design grafis dan jg mempunyai kenalan banyak orang2 promosi kaos dan percetakan mencoba membantu, aq designkan dan sdh ok, dan aku pertemukan dia dg orang yang mengurus promosi kaos dllnya.aq sdh tdk tau lagi karena aq jg sdh kerja dan sibuk, namun suatu ketika org promosi bilang sama aq, bahwa kerjasama dg org pengajar meditasi itu batal/mengalami pembatalan sepihak dan membuat kaos di tempat lain dg design itu dan sample kaos dari org promosi. , dan dia menuntut kerugian yg sdh dikeluarkan karena dia sdh bikin sample, film sablon, beli materi kaos, dan beberapa sample tp blm dikembalikan. aq coba menelpon org pengajar itu dan menanyakan, dia malah menyalahkan aq dan seakan berkomplot dg orang promosi itu, sampai aq bilang sama dia ya sdh kl tdk mau dibayar,..biar saya yang akan mencicil biayanya sampai sekarang, namun hendaknya si org promosi meminta sample kaosnya dan yg lain2nya, namun tak juga dikembalikan.dia bahkan sampai memusuhi ku, sampai sekarang aq jd malas mengikuti kelas meditasinya,..ah,..org yg melatih meditasi ternyata belm lebih baik dari ku yang masih mau mendamaikan konflik mereka, walau aq harus keluar duit sekitar ******* utk mengganti org promosi itu.... bagaimana pendapat saudara2,..padahal aq sih masih nggak rela, soalnya aq yang nggak ikut2an jd harus membayar,...terus terang aq msh belum rela,..soalnya uang itu bagi ku tdk sedikit mana kala itu masa2 sulit .gimana pendapat rekan-rekan ?
Kalau di agama tetangga, ada umat yang 'sering ke Rumah Tuhan', ada yang memang 'tinggal di Rumah Tuhan'. Yang 'sering ke Rumah Tuhan' itu yang rutin ibadah atau mungkin membimbing umat, bertindak sesuai tata cara & ketentuan, meluangkan waktu itu untuk hal-hal yang berhubungan dengan spiritual. Tapi di luar waktu itu, orang itu tetap licik, kejam, dan jahat. Yang 'tinggal di Rumah Tuhan' itu adalah yang setiap saat perbuatannya terkendali, baik dan membahagiakan orang lain, terlepas apakah itu di rumah ibadah ataupun di luar rumah ibadah; sebab bathinnya memang selalu berada di rumah Tuhan.
Begitu juga di kalangan umat Buddha ada yang 'sering meditasi', ada juga yang 'senantiasa meditasi'. Yang 'sering meditasi' itu adalah yang sering retreat, mungkin mengajar, dalam suasana meditasi mahir mengikuti aturan dan tata cara yang berlaku. Ia adalah baik pada waktu-waktu tersebut, tapi di waktu lain, perbuatannya tetap licik, kejam, dan jahat. Sementara orang yang 'senantiasa meditasi' itu, walaupun pikiran buruk masih muncul, tapi berusaha menyadari, tidak membiarkan diri dikuasai pikiran buruk tersebut. Ia juga berusaha mengembangkan kebaikan dan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain,
bukan hanya pada kelas meditasi/retreat saja, tetapi dalam kehidupan seluruhnya. Baginya, hidup ini sendiri adalah sesi meditasi.
Sayangnya, entah bagaimana, jenis 'sering ke Rumah Tuhan' ini jumlahnya memang jauh lebih banyak daripada yang 'tinggal di Rumah Tuhan'. Jadi tidak perlu heran kalau yang anda temui itu adalah jenis mayoritas tersebut.