KESAKSIAN BUDDHIST (BUDHA) MASUK kr****n : “IBU YEH”
( Diceritakan oleh : Pdt. I.M. Nordmo, Pemberita Injil di Tiongkok Utara)
Ibu Yeh dan suaminya adalah tokoh pimpinan agama Budha. Keduanya sangat menguasai agama itu, bahkan belum ada duanya yang dapat menguasai agama semacam itu saat itu. Selain itu mereka juga sangat setia dan melaksanakan dengan benar ajaran agama itu. Agama Budha telah mereka jalani selama bertahun-tahun. Untuk keahlian mereka ini mereka lalu diangkat menjadi pimpinan agama dan berkedudukan sebagai pemuka bagian dalam (orang-orang yang penting). Keduanya bercita-cita ingin mencapai tingkat kebahagiaan dunia yang setinggi-tingginya, dan menurut janji agama untuk mencapai tujuan itu, mereka tidak boleh lalai menjalankan syarat agama yaitu dengan mantera dan sedekah.
Suatu ketika, masyarakat digemparkan oleh adanya sesuatu yang belum pernah mereka lihat. Sebuah kemah didirikan di depan sebuah Kelenteng. Orang-orang kampung segera meninggalkan pekerjannya dan menuju tempat itu. Mereka ingin tahu apa isi kemah itu. Biasanya kemah semacam itu berisi macam-macam binatang untuk pertunjukkkan sirkus. Namun kemah yang satu ini nampaknya lain sekali. Dalam kemah tidak ada binatangnya. Yang ada adalah gambar-gambar yang dipasang di dinding kemah. Diatas kemah ada bendera putih yang bertuliskan “ KEMAH KABAR KESUKAAN”. Pengunjung ingin mengetahui apa arti dari tulisan ini ? Pastilah ada arti yang sangat istimewa, mereka segera berjejal masuk mengamati lebih dekat poster bergambar yang tergantung di dinding itu. Orang yang dapat membaca menjelaskan kepada orang-orang yang tidak tahu membaca, bahwa gambar itu adalah lambang kuasa dosa dan kegelapan atas manusia. Gambar lain adalah lukisan orang yang disebut Yesus. Dan Yesus adalah satu-satunya orang yang dapat membebaskan manusia dari belenggu dosa. Yesus adalah anak Allah sedangkan orang yang mengajar di dalam kemah menjelaskan tentang kuasa Yesus yang agung dan besar. Orang yang memberi penjelasan ini disebut “ Pekabar Injil”.
Kini orang-orang yang berkerumun di depan kemah dipersilahkan masuk, mereka akan diberi penjelasan lebih lanjut tentang Yesus oleh si Pekabar Injil. Diantara orang-orang yang duduk di dalam kemah terdapat ibu Yeh. Ibu Yeh berusaha menyembunyikan dirinya agar tidak ketahuan orang-orang yang dikenalnya. Betapa malunya kalau ia sampai ketahuan, bukankah masyarakat selama ini mengenalnya sebagai pemimpin yang sangat dikagumi masyarakat ? Ia sengaja duduk diantara petani-petani yang miskin, karena mereka kebanyakan tidak mengenal siapa ibu Yeh itu. Dan ia akan merasa aman kalau orang-orang itu tidak mengenalnya. Selama satu jam ia duduk di bangku yang keras dan mendengarkan kotbah sang Penginjil, betapa ia merasa sangat bodoh, ketika ia mendengar sang Penginjil menjelaskan tentang kesia-siaan kalau mereka meneruskan penyembahan mereka kepada dewa-dewa. Dengan berani Penginjil menjelaskan bahwa dewa-dewa adalah buatan manusia, tidak dapat makan, minum dan bicara, karena ia cuma patung. Sedang para imam mencari kesempatan untuk menambunkan perut mereka melalui persembahan-persembahan rakyat.
“Bohong !” teriak hati ibu Yeh, ia marah sekali mendengar tuduhan Penginjil itu. Ibu Yeh berusaha menekan kemarahannya, bibirnya gemetar, tak tahan ia terlalu lama duduk di tempat itu. Heran, mengapa Penginjil itu berkata sebodoh itu, ia toh sama dengan dia satu bangsa yaitu ia seorang Tionghoa. Mengapa ia tak bisa menghargai hal-hal yang baik dari sang Budha ? Ah..biar saja Budha menghukum dia, kata ibu Yeh dalam hati. Selama kebaktian berlangsung ia terus berdoa kepada sang Budha, ia berdoa agar Penginjil yang sembrono itu mendapat kutukan dan hukuman dari sang Budha, juga para dewa. Pastilah Penginjil itu sedang mabuk oleh obat orang asing itu, oleh karena itu perkataannya bagai orang yang tengah kehilangan ingatan.
Tanpa memperdulikan perasaan ibu Yeh, Penginjil terus saja berkotbah : “ Saudara-saudara, kehidupan saya tidak kukuh sebelum bertemu dengan Tuhan Yesus, sama dengan saudara-saudara saat ini”. Agama Budha memberi pelajaran, bahwa hati manusia tidak seburuk yang sebenarnya, kehidupan ini dapat kita hias, sehingga di waktu mendatang dalam kehidupan lain kita akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan lebih baik. Namun saudara-saudara harus tahu semua pelajaran ini cuma semu dan tipuan, pelajaran ini membuat orang terlena dalam dosa-dosanya. Ketika saya percaya Yesus, kepercaaan saya yang lama habis terbakar bagai jerami kering yang dimakan habis oleh api cinta kasih Yesus. Ibu Yeh tahu benar apa arti dari kiasan yang dibawakan oleh pekabar Injil itu. Ia memakai jerami untuk memanaskan ruang tempat tidurnya apabila musim dingin tiba. Benarkah kepercayaannya dan agamanya dapat terbakar bagai jerami kering? Ia menjadi kecil hati, hal ini tak boleh jadi, kata ibu Yeh dalam hatinya.
“Kita harus diperbaharui oleh kuasa Roh Allah”. Tsao nama penginjil itu memperhatikan semua yang hadir lalu ia meneruskan khotbahnya, “ Jangan saudara-saudara membiarkan kehidupan yang lama berkembang tanpa tujuan “.“ Uh..apa itu hati yang baru ?” tanya ibu Yeh dalam hati. Barangkali benar kata pimpinan agama Budha, orang kulit putih itu telah membujuk orang-orang supaya masuk ke dalam bilik orang kulit putih, lalu hati mereka diambil dan diganti dengan hati si kulit putih. Orang kulit putih itu telah mengambil hati orang-orang Tionghoa untuk obat. Mereka pandai menyihir orang sehingga banyak orang Tionghoa mengikuti kemauan orang kulit putih, meraka diajak masuk bilik orang kulit putih kemudian disihirnya mereka, tanpa sadar mereka dijadikan umpan pembedahan agar hati mereka bisa diambil dan diganti dengan hati yang baru yaitu hati sikulit putih. Dan ketika mereka sadar kembali, mereka telah mempunyai hati yang baru, lalu mereka menjadi penganut agama asing. Ini tidak mengherankan, karena hati mereka telah diganti tanpa sadar.
Selesai kebaktian orang banyakpun pulang ke rumah mereka masing-masing. Keadaan mereka tidak menentu. Ada yang kurang bereaksi, ada yang marah-marah. Namun tak sedikit juga yang lalu memberikan respon secara positif, mereka lalu menghubungi Penginjil minta penjelasan lebih lanjut tentang khotbah pak Penginjil. Lalu orang-orang yang tak senang mendengarkan uraian si Penginjil bermusyawarah akan mencegah kebaktian secara bersama-sama.
Sikap ibu Yeh juga sama dengan penentang-penentang lainnya. Ibu Yeh merasa dewa-dewa mereka telah dihina secara terang-terangan oleh si Penginjil.Namun juga tak bisa disembunyikan ada peperangan kini dalam hatinya, seolah-olah suatu kebenaran telah menyelinap dalam sanubarinya. Perkataan Penginjil itu terus terngiang-ngiang di telingannya. Apa sebenarnya yang tengah terjadi ? Kekuasaan sang Budha yang terpukul atau kenangan itu memberi peringatan pada dirinya ? Ia tak boleh lemah dan menyerah pada pencobaan. Kalau ia menyerah, nama yang selama ini dikagumi masyarakat, akan musnah. Bahkan untuk masa mendatang ia tak akan lagi punya nama besar di mata masyarakat.
Ibu Yeh tidak mempunyai anak, bertahun-tahun ia dan suaminya berdoa kepada dewa-dewa agar dikaruniai seorang anak lelaki, namun doanya tidak pernah dijawab. Bahkan bertahun-tahun suaminya bertapa minta kepada dewa kemakmuran, seorang anak lelaki, namun dewa kemakmuran juga agaknya kurang mendengar permintaan kedua suami istri.
Salahkah doa mereka ataukah kurang persembahan yang disajikan pada dewa-dewa itu, sehingga dewa-dewa tetap membisu dan tidak memberikan jawaban atas doa-doa mereka ? Kalau begitu betulkah kata sang Penginjil dalam renungannya kemarin, bahwa dewa-dewa itu buatan manusia, terbuat dari batu atau kayu dan tak akan mungkin mereka bisa menjawab persoalan mereka ?.
Ibu Yeh mulai ragu-ragu, ia merasa benar-benar sial, mana yang harus dipercaya sekarang? Malam itu ibu Yeh tak bisa tidur, berkali-kali ia membolak-balikkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan secara terus bergantian, ia nampak sangat gelisah. Kata-kata si Pengkhotbah terus mendengung dan tak mau berakhir. Suami ibu Yeh masih terus mendengkur tak tahu akan pergumulan istrinya. Dan ketika suaminya menarik nafas tinggi, ia tak tahan lagi, ia tak mau membiarkan pikirannya terus kacau. Ia bangun dan mengguncang tubuh suaminya sambil terus membaca mantera untuk melenyapkan kegelisahan hatinya, ia menunggu sampai suaminya terbangun.
“Tadi siang aku pergi ke kemah. Disana diceritakan tentang Yesus yang katanya Anak Allah. Dia katanya satu-satunya jalan keselamatan yang dapat menyelamatkan manusia dari segala dosa. Kalau kita tidak berhenti menyembah berhala serta tidak menerima Yesus sebagai Juru Selamat, maka kita akan masuk neraka selama-lamanya dan berkumpul dengan Iblis, kata-kata ini tidak dapat kuenyahkan dari pikiranku, selalu saja mendengung di telingaku, aku tak bisa tidur, kalau…..”
“Tidak ! Suaminya tersentak dari tidurnya dan merasa terganggu ocehan istrinya, matanya menyala-nyala dan wajahnya merah, kata-kata yang kasar menluncur dari mulutnya, sehingga ibu Yeh merasa takut kepada suaminya “. Hem..jadi kau telah mendengar banyak pelajaran orang asing terkutuk itu ya, itu pelajaran palsu dan penuh tipu muslihat, pelajaran menghina dewa-dewa keluarga kita. Ini sangat merusak bangsa Tionghoa , membunuh iman anak-anak. Orang dewasa terjebak dengan jerat orang putih, mereka akan diperbudak dan harus mematuhi semua perintah orang putih. Awas jangan kau ke sana lagi, Allah yang mereka ajarkan tidak sesuai dengan kebudayaan kita bangsa Tionghoa”.
bersambung......