//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sekilas tentang Aliran-Aliran Buddhisme Awal  (Read 13007 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Sekilas tentang Aliran-Aliran Buddhisme Awal
« on: 13 November 2013, 07:06:40 PM »
Sekilas Tentang Aliran-Aliran Buddhisme Awal

Tak lengkap rasanya, jika kita membahas tentang Buddhisme awal tanpa mengetahui aliran-aliran awal yang muncul pada masa tersebut. Walaupun Buddhisme awal menunjuk pada masa pra-sektarian, namun pemahaman akan aliran-aliran Buddhisme awal ini akan membantu mempelajari Buddhisme awal yang sumber-sumbernya berasal dari aliran-aliran awal ini.
 
 Secara tradisional, dikatakan terdapat 18 aliran yang muncul akibat perpecahan pada komunitas Buddhis awal. Mulanya komunitas Buddhis awal terpecah menjadi 2 golongan besar: Mahasanghika dan Sthaviravada. Kemudian Mahasanghika terpecah menjadi 10 aliran, sedangkan Sthaviravada terpecah menjadi 8 aliran; ini terjadi sekitar 300 tahun setelah Parinibbana Sang Buddha. Pada tulisan ini kita akan membahas beberapa aliran awal yang penting.
 
 1. Mahasanghika
 
 Membicarakan asal-usul aliran Mahasanghika berarti kita harus melihat bagaimana perpecahan Buddhisme awal terjadi. Setidaknya ada 3 versi kisah perpecahan yang umum dalam teks-teks Buddhis:
 
 1. Versi Theravada (dalam komentar Vinaya Pitaka, Dipavamsa, dst):
 * Pelaku: Para bhikkhu Vajjiputtaka (suku Vajji)
 * Sebab: 10 aturan yang melanggar Vinaya (di antaranya penggunaan emas dan perak) [perbedaan Vinaya]
 * Tempat: Vesali
 * Waktu: 100 tahun setelah Parinibbana (masa pemerintahan Raja Kalasoka)
 * Keterangan: Para bhikkhu Vajjiputtaka dianggap melanggar dalam Konsili Kedua yang diadakan para Arahat. Kelompok Vajjiputtaka memisahkan diri dan membentuk konsili sendiri (Mahasanghiti) dan disebut Mahasanghika (komunitas/perkumpulan besar).
 
 2. Versi Sarvastivada (komentar Abhidharma Mahavibhasa, dst)
 * Pelaku : Bhikkhu Mahadeva
 * Sebab : 5 poin yang merendahkan Arahat [perbedaan Dhamma]
 * Tempat : Pataliputta
 * Waktu : masa pemerintahan Raja Asoka (100 tahun setelah Parinibbana menurut kronologi Sarvastivada atau 200 tahun setelah Parinibbana menurut kronologi Theravada)
 * Keterangan : Tidak disebutkan adanya konsili Buddhis, namun para Arahat (Sthavira) memisahkan diri dari kelompok Mahadeva (Mahasanghika) yang didukung raja dan melarikan diri ke daerah Mathura tempat berkembangnya aliran Sarvastivada.
 
 3. Versi Mahasanghika (dalam Sariputrapariprccha)
 * Pelaku : Bhikkhu sesepuh yang tidak disebutkan namanya
 * Sebab : Penambahan Vinaya [perbedaan tekstual]
 * Tempat : tidak disebutkan
 * Waktu : jauh setelah masa raja Asoka (tidak ada angka tahun yang disebutkan)
 * Keterangan: Para bhikkhu sesepuh (Sthavira) menambah Vinaya, sedangkan para bhikkhu lain yang berjumlah besar (Mahasanghika) mempertahankan Vinaya. (Menurut Dipavamsa dan komentar Pali, aliran Mahasanghika menganggap Parivara dari Vinaya Pitaka Pali, Abhidhamma Pitaka, Patisambhidamagga, Niddesa, dan beberapa Jataka adalah penambahan dan tidak diakui oleh mereka sebagai Buddhavacana)
 
 Para ahli umumnya lebih cenderung menerima kisah perpecahan versi Mahasanghika karena Vinaya Mahasanghika yang berjumlah lebih sedikit memang lebih tua usianya daripada Vinaya Sthaviravada. Namun kesimpulan ini masih banyak membutuhkan penelitian lebih lanjut.
 
 Beberapa ajaran Mahasanghika:
 
 1. Lima poin Mahadeva:
 * Seorang Arahat masih memiliki kekotoran batin yang bersifat fisik/kasar
 * Seorang Arahat masih memiliki ketidaktahuan yang menyangkut pengetahuan sehari-hari
 * Seorang Arahat masih memiliki keraguan tentang kemungkinan dan ketidakmungkinan
 * Realisasi seorang Arahat diperoleh dari orang lain.
 * Realisasi kebenaran mulia tentang dukkha dapat dicapai dengan menyerukan: "Oh, betapa menderitanya."
 
 2. Sang Buddha adalah makhluk yang melampaui duniawi, tidak hanya dalam hal pencapaian, tetapi juga segala aspek kehidupannya. Semua yang dilakukan Pangeran Siddhattha hanyalah "penampakan luar" saja. Beliau selalu dalam keadaan meditasi, mengajarkan Dharma hanya dalam satu kata, tubuhnya tidak pernah kotor (bahkan debu pun tidak bisa lengket pada tubuh Beliau), kehidupannya tidak terbatas, kekuatannya tidak terbatas.
 
 3. Terdapat banyak Buddha lain di sepuluh penjuru arah (8 arah mata angin + arah atas dan bawah). Dengan demikian terdapat banyak tanah Buddha di alam semesta ini selain tanah Buddha kita tempat Buddha Gotama muncul. [Poin 2 dan 3 ini juga dianut dalam ajaran Mahayana].
 
 4. Walaupun dikatakan dalam sumber Theravada bahwa Mahasanghika tidak menerima Abhidhamma sebagai ajaran Buddha, namun beberapa subalirannya memiliki Abhidhamma Pitaka masing-masing.
 
 Pusat Mahasanghika mulanya di Magadha, kemudian mereka berkembang di India utara dan barat laut. Beberapa subalirannya di antaranya:
 1. Gokulika berpusat di Varanasi dan Pataliputra.
 2. Ekavyaharaka dan Lokottaravada di Peshawar
 3. Bahusrutiya di Kosala.
 4. Caitika di Andhra, khususnya di Amaravati dan Nagarjunakonda
 5. Prajnaptivada di Madhyadesa.
 
 Umumnya para ahli menganggap Mahasanghika sebagai cikal-bakal Mahayana saat ini karena ada kesamaan ajaran. Namun demikian, kemunculan sutra-sutra Mahayana terjadi lama setelah perpecahan Buddhisme awal (yaitu sekitar 500 tahun setelah Parinibbana Sang Buddha) dan tidak semua subaliran Mahasanghika menerima sutra-sutra Mahayana sebagai ajaran Buddha. Vinaya yang digunakan dalam aliran Mahayana saat ini pun bukan berasal dari Mahasanghika.
 
 Vinaya Mahasanghika diterjemahkan ke bahasa Mandarin oleh Faxian pada abad ke-5 M. Beberapa manuskrip kuno yang berisi Vinaya Lokottaravada dan Mahaparinirvana Sutra versi Mahasanghika ditemukan di peninggalan reruntuhan vihara kuno di Bamiyan, Afghanistan. Melalui literatur kuno ini para ahli berusaha mempelajari seluk beluk aliran ini.
 
 Pada abad ke-7 M aliran Mahasanghika perlahan-lahan lenyap di India. Pada masa yang sama di Cina Vinaya Mahasanghika digunakan di Guanzhong (dekat Chang'an) dan Vinaya Sarvastivada digunakan di daerah sungai Yangzi dan daerah selatan, tetapi mayoritas bhikkhu Cina menggunakan Vinaya Dharmaguptaka. Akhirnya pada awal abad ke-8 atas perintah kaisar Zhongzong dari Dinasti Tang seluruh anggota Sangha Cina memakai Vinaya Dharmaguptaka. Di Tibet silsilah terakhir Mahasanghika adalah Atisha yang terkenal dan pernah berguru kepada Dharmakirti di Sumatera pada masa kerajaan Sriwijaya. Ketika Raja Tibet Ralpacan memerintahkan hanya Mulasarvastivada yang diperbolehkan di Tibet, Atisha tidak menahbiskan siapa pun lagi.
 
 Lihat juga Mahāsāṃghika dan Asal Mula Aliran Mahasangika Menurut Teks Sarvastivada
 
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Sekilas tentang Aliran-Aliran Buddhisme Awal
« Reply #1 on: 13 November 2013, 07:10:36 PM »
Sthaviravada
 
 Selanjutnya kita akan membahas aliran-aliran yang berkembang dari golongan Sthaviravada. Sthaviravada (ajaran para sesepuh) adalah golongan yang memisahkan diri dari Mahasanghika pada perpecahan awal dan berpedoman pada pandangan/pendapat para bhikkhu senior yang dianggap lebih tinggi otoritasnya, terutama para bhikkhu siswa langsung Sang Buddha yang terlibat dalam Konsili Pertama Buddhis tak lama setelah Parinibbana Sang Buddha. Dengan demikian mereka merasa lebih ortodoks daripada golongan Mahasanghika yang dianggap telah mengubah Dhamma dan Vinaya. Pada umumnya semua subaliran Sthaviravada memiliki Vinaya yang hampir sama/seragam, tetapi berbeda dalam penafsiran terhadap Dhamma. Beberapa subaliran Sthaviravada yang penting di antaranya Sarvastivada, Vibhajjavada, Dharmaguptaka, dan Puggalavada.
 
 2. Sarvastivada
 
 Seperti dari namanya, Sarvastivada menganut ajaran "semuanya ada" (sarvam asti) bahwa semua fenomena ada/eksis dalam tiga periode waktu (masa lampau, masa sekarang, dan masa depan). Mereka mengembangkan sistem filosofis yang lengkap dalam bentuk Abhidharma yang rumit dan terkemuka di seluruh India pada masa Buddhis kuno.
 
 Aliran ini berkembang di daerah Mathura dan Kashmir. Menurut teks Sarvastivada sendiri, mereka muncul sebagai aliran tersendiri 300 tahun setelah Parinibbana Sang Buddha: "Sthaviravada tetap bersatu selama jangka waktu tertentu. Pada awal abad ke-3 [setelah Parinibbana Sang Buddha], muncullah beberapa perselisihan, dan Sthaviravada terpecah menjadi dua aliran: Sarvastivada, yang juga disebut Hetuvada, dan Sthaviravada awal mula yang [kemudian] mengubah namanya menjadi Haimavada." (Samayabhedoparacanacakra oleh Vasumitra)
 
 Menurut para ahli, setidaknya ada 3 pendapat tentang kemunculan aliran Sarvastivada:
 
 1. Setelah konsili Buddhis pada masa Raja Asoka, sekelompok Sangha memisahkan diri dari ibukota Pataliputra, berpindah ke India barat laut, dan berkembang menjadi Sarvastivada. Ini bersumber dari salah satu versi perpecahan awal Sthaviravada-Mahasanghika (lihat pembahasan tentang Mahasanghika di atas).
 
 2. Salah satu misi Dhammaduta yang dikirim pada masa Raja Asoka yang dipimpin oleh Bhikkhu Majjhantika ke daerah Gandhara, salah satu pusat Sarvastivada awal. Ini sesuai dengan salah satu tradisi Sarvastivada yang menyebutkan silsilah penahbisan mereka dari Majjhantika yang mengajar di Kashmir.
 
 3. Komunitas Buddhis awal sudah ada sejak masa Sang Buddha di Mathura (Pali: Madhura), salah satu pusat Sarvastivada, karena salah satu siswa langsung Sang Buddha, Bhikkhu Mahakaccana pernah mengajar di daerah tersebut. Ini tercatat dalam Madhura Sutta dari Majjhima Nikaya Pali. Beberapa abad kemudian muncul Bhikkhu Upagupta di daerah tsb dan mendirikan aliran Sarvastivada (oleh sebab itu walaupun diyakini Upagupta adalah seorang Arahat cucu murid dari Bhikkhu Ananda, namun namanya tidak disebutkan dalam teks Theravada, tetapi hanya ditemukan dalam teks Mahayana).
 
 Pada perkembangannya aliran Sarvastivada terpecah menjadi 2 subaliran: Vaibhasika yang menitikberatkan pada Abhidharma (yang disebut juga Vibhasa atau ulasan dari sutra) dan Sautrantika yang menitikberatkan pada ajaran-ajaran yang terdapat dalam Sutra dan menolak Abhidharma sbg ajaran Buddha. Dari Vaibhsika inilah Abhidharma Sarvastivada berkembang.
 
 Sarvastivada berkembang pesat pada masa pemerintahan Raja Kanishka (78-151 M) yang mendukung ajaran Buddha. Pada masa inilah Konsili Buddhis yang dihadiri 500 orang bhikkhu aliran Sarvastivada dipimpin oleh Vasumitra diadakan. Hasilnya adalah teks-teks Abhidharma yang ditulisa dalam bahasa Sanskrit. Berkat dukungan dari raja ini aliran Sarvastivada dapat bertahan ribuan tahun di India sebelum akhirnya lenyap seiring dengan kemunduran agama Buddha di India.
 
 Kumpulan teks Sarvastivada terdiri dari tiga kumpulan (Tripitaka), yaitu:
 
 1. Vinaya, yang telah diterjemahkan dalam bahasa Mandarin dan pernah digunakan pada abad ke-7 di Cina sebelum akhirnya digantikan dengan Vinaya Dharmaguptaka.
 
 2. Agama, yaitu kumpulan sutra yang hampir lengkap: Dirgha Agama (kumpulan kotbah panjang, sejajar dengan Digha Nikaya Pali dari Theravada) telah ditemukan di reruntuhan peninggalan situs kuno Buddhis di Afghanistan, Madhyama Agama (kumpulan kotbah menengah, sejajar dengan Majjhima Nikaya Pali) dan Samyukta Agama (kumpulan kotbah berkelompok, sejajar dengan Samyutta Nikaya Pali) yang terdapat dalam terjemahan Mandarin.
 
 3. Abhidharma, yang terdiri dari 7 kitab yang diyakin dalam tradisi Sarvastivada ditulis oleh para siswa langsung ataupun tidak langsung Sang Buddha:
 * Dharmaskandha (Kumpulan Dharma) ditulis oleh Mahamaudgalyayana (Mahamoggallana) [atau Sariputra menurut tradisi Tibet].
 * Sangitiparyaya (Uraian Sangiti Sutta dari Dirgha Agama) ditulis oleh Sariputra (atau Mahakausthila menurut tradisi Tibet).
 * Prajnaptisastra (Ulasan tentang Penyebutan) ditulis oleh Mahakatyayana (Mahakaccana) [atau Mahamaudgalyayana menurut tradisi Tibet]. Tiga teks pertama ini diyakini ditulis pada masa hidup Sang Buddha.
 * Vijnanakaya (Tubuh Kesadaran) ditulis oleh Devasarman 100 tahun setelah Parinibbana Sang Buddha.
 * Jnanaprasthana (Landasan Pengetahuan) ditulis oleh Katyayanaputra 300 tahun setelah Parinibbana Sang Buddha.
 * Papakarana-sastra (Ulasan Penjelasan) ditulis oleh Vasumitra.
 * Dhatukaya (Tubuh Unsur) ditulis oleh Vasumitra (atau Purna menurut tradisi Tibet).
 Terdapat juga kitab komentar/ulasan Abhidharma yang berjudul Abhidharma-mahavibhasa (Ulasan Besar Abhidharma) yang digunakan aliran Vaibhasika di Kashmir.
 Adapun ajaran Abhidharma Sarvastivada ini menjadi dasar filosofi Mahayana yang muncul kemudian.
 
 Menurut sumber Theravada dalam Kathavatthu, Sarvastivada bersepaham dengan Vajjiputtiya bahwa seorang Arahat dapat mengalami kemerosotan.
 
 Sekitar 500-1000 tahun setelah Parinibbana Sang Buddha muncul aliran Mulasarvastivada (Sarvastivada akar) dan Vinaya-nya digunakan dalam aliran Mahayana Tibet saat ini. Menurut catatan Yijing, Mulasarvastivada juga berkembang di kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 M. Namun demikian, asal-usul aliran ini dan hubungannya dengan aliran Sarvastivada masih belum terungkap oleh para ahli. Menurut Bhikkhu Sujato dalam Sects and Sectarianism:

Ketidakpastian mengenai aliran ini telah membawa pada sejumlah hipotesis. Teori Frauwallner menyatakan bahwa Vinaya Mūlasarvāstivāda adalah aturan disiplin dari komunitas Buddhis awal yang berbasis di Mathura, yang sangat independen dalam perkembangannya sebagai komunitas monastik dari Sarvāstivādin dari Kaśmir (walaupun tentu saja ini tidak berarti mereka berbeda dalam hal ajaran). Lamotte, berlawanan dengan Frauwallner, menyatakan bahwa Vinaya Mūlasarvāstivāda adalah penyusunan Kaśmīr yang belakangan untuk melengkapi Vinaya Sarvāstivāda. Warder menyatakan bahwa Mūlasarvāstivādin adalah perkembangan belakangan dari Sarvāstivāda, yang inovasi utamanya adalah tulisan, penyusunan Vinaya yang besar dan Saddharmasmṛtyupasthāna Sūtra, yang mengandung ajaran-ajaran awal tetapi membawa gaya tetap up to date pada masa perkembangan tulisan yang sezaman. Enomoto menarik kesimpulan dari semua teori ini dengan menyatakan bahwa Sarvāstivādin dan Mūlasarvāstivādin sebenarnya adalah sama. Sementara itu, Willemen, Dessein, dan Cox telah mengembangkan teori bahwa Sautrantika, suatu cabang atau kecenderungan dalam kelompok aliran Sarvāstivādin, muncul di Gandhāra dan Bactria sekitar tahun 200 M. Walaupun mereka adalah kelompok yang paling awal, mereka secara sementara kehilangan tanah pada aliran Kaśmīr Vaibhāśika disebabkan oleh pengaruh politik Kaṇiṣka. Dalam tahun-tahun belakangan Sautrantika menjadi dikenal sebagai Mūlasarvāstivādin dan mendapatkan kembali pengaruhnya.[254] Saya telah di tempat lain memberikan alasan saya untuk tidak setuju dengan teori dari Enomoto dan Willemen dkk. Baik Warder ataupun Lamotte tidak memberikan cukup bukti untuk mendukung teori mereka. Kita disisakan dengan teori Frauwallner, yang dalam hal ini bertahan dalam uji waktu.
« Last Edit: 13 November 2013, 07:12:10 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Sekilas tentang Aliran-Aliran Buddhisme Awal
« Reply #2 on: 13 November 2013, 07:14:07 PM »
3. Vibhajjavada

Nama Vibhajjavada (Skt: Vibhajyavada) [ajaran analisis] pertama kali digunakan Sang Buddha dalam beberapa sutta awal. Dalam MN 99 Subha Sutta Sang Buddha mengatakan bahwa Beliau mengatakan sesuatu setelah menganalisis (Vibhajjavādo kho ahamettha māṇava). Dalam AN 10.2.5.4 Vajjiyamahita Sutta disebutkan "Gārayhaṃ kho pana, bhante, bhagavā garahanto pasaṃsitabbaṃ pasaṃsanto vibhajjavādo bhagavā" (Sesungguhnya terhadap yang tercela, Bhante, Sang Bhagava mencela, terhadap yang terpuji, dipuji, [demikianlah] pengajaran melalui analisis oleh Sang Bhagava).

Tampaknya pada masa kehidupan Sang Buddha, istilah Vibhajjavada digunakan untuk menunjuk pada ajaran Beliau yang berusaha menjelaskan segala fenomena setelah menganalisisnya secara mendalam. Sama sekali tidak ada unsur sektarian dalam istilah ini pada mulanya.

Sekitar 200 tahun setelah Parinibbana Sang Buddha pada masa Raja Asoka seorang bhikkhu sesepuh bernama Mogaliputta Tissa menyatakan bahwa Sang Buddha mengajarkan Vibhajjavada untuk meyakinkan Raja Asoka akan keaslian ajaran mereka. Kemudian di bawah pimpinan Moggaliputta Tissa, 1000 bhikkhu Arahat mengumpulkan dan menyusun Tipitaka yang terdiri dari Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka dan Abhidhamma Pitaka yang digunakan dalam aliran ini.

Menurut sumber Mahasanghika, Vibhajjavada adalah salah satu golongan yang memisahkan diri sejak perpecahan awal yang menghasilkan 3 aliran: Mahasanghika, Sthaviravada, dan Vibhajjavada. Vibhajjavada kemudian menurunkan aliran Mahisasaka, Dharmaguptaka, Kasyapiya, dan Tamraparniya (silsilah Tamraparni/Tamrapanni [nama kuno Sri Lanka], yang menurunkan aliran Theravada saat ini). Menurut sumber aliran Sammatiya, Vibhajjavada berkembang dan memisahkan diri dari Sarvastivada. Menurut sumber Sarvastivada, Vibhajjavada adalah mereka yang menyanggah ajaran "semuanya ada" dengan menyatakan hanya fenomena masa lampau yang belum memberikan akibatnya dan fenomena masa sekarang yang ada/eksis. Mengenai hal ini, Bhavaviveka, seorang filsuf Mahayana Madhyamaka, menulis sbb:

"Mereka yang mengatakan bahwa semuanya ada – masa lampau, masa yang akan datang, dan masa kini – oleh karenanya disebut ‘Mereka yang mengatakan bahwa semuanya ada’ atau Sarvāstivādin.
Mereka yang mengatakan bahwa beberapa hal ada, (seperti) perbuatan-perbuatan lampau di mana akibatnya belum masak, dan bahwa beberapa tidak ada, (seperti) perbuatan-perbuatan yang akibatnya telah terjadi dan hal-hal dari masa yang akan datang; membuat kategori-kategori (atau pembagian-pembagian), karenanya mereka disebut ‘Mereka yang mengatakan tentang pembagian-pembagian’ atau Vibhajjavādin."


Menurut beberapa sarjana, sebenarnya tidak ada aliran khusus yang disebut Vibhajjavada, tetapi istilah ini kadangkala diberikan pada aliran lain yang berbeda pandangan dengan aliran tertentu. Oleh sebab itu, Sarvastivada menganggap mereka yang tidak setuju dengan pandangannya disebut Vibhajjavada, yang tidak secara khusus menunjuk pada aliran tertentu, melainkan semua aliran Sthaviravada yang berbeda pandangan dengan mereka.

Selain bersifat analisis yang berhati-hati terhadap suatu pokok permasalahan, ciri khas ajaran Vibhajjavada lainnya dapat dilihat pada ajaran Theravada saat ini, yaitu perhatian pada ketepatan, keteraturan, dan batasan yang bersih. Misalnya sementara aliran-aliran lain menyatakan bahwa kelahiran kembali terjadi melalui suatu tahap transisional yang perlahan-lahan yang disebut “keadaan antara” (antarabhava), Theravada tidak, dengan menyatakan bahwa satu kehidupan berakhir dan kehidupan berikutnya berawal pada momen berikutnya tanpa suatu jeda.

Tidak seperti aliran Buddhis awal lainnya yang telah lenyap di India, aliran Vibhajjavada dapat berkembang sampai saat ini berkat dukungan Raja Asoka yang mengirimkan putra-putrinya Bhikkhu Mahinda dan Bhikkhuni Sanghamitta untuk menyebarkan Dhamma ke Sri Lanka. Beberapa abad kemudian Vibhajjavada di Sri Lanka terpecah menjadi 2 kelompok: Abhayagirivasin yang bersifat terbuka dan menerima ajaran-ajaran Mahayana dari luar dan Mahaviharavasin yang lebih konservatif dan tertutup terhadap perubahan. Persaingan keduanya yang juga diwarnai kekerasan fisik karena melibatkan pihak yang berkuasa berakhir dengan keunggulan Mahaviharavasin yang merupakan aliran Theravada saat ini, satu-satunya keturunan yang tersisa dari aliran-aliran Buddhisme awal.
« Last Edit: 13 November 2013, 07:16:46 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Sekilas tentang Aliran-Aliran Buddhisme Awal
« Reply #3 on: 13 November 2013, 07:15:01 PM »
4. Dharmaguptaka

Dharmaguptaka (Pali: Dhammaguttika) dinamakan demikian menurut nama pendirinya, yaitu Dharmagupta (Pali: Dhammagutta). Asal-usul aliran ini menurut Vasumitra:

"Dalam abad ketiga [setelah Parinibbana Sang Buddha] ini dari Sarvāstivādin muncul aliran yang disebut Mahīśāsaka. Dalam abad ketiga ini dari Mahīśāsaka muncul aliran lain yang disebut Dharmaguptaka. Aliran ini menyatakan bahwa Moggallāna adalah guru utama mereka."

Menurut Sariputrapariprccha dari Mahasanghika:

“Aliran Sarvāstivāda kemudian memunculkan aliran Mahīśāsaka. Mu-qian-luo you-po-ti-she (Moggallana-upatissa) memulai aliran Dharmaguptaka...”

Menurut Bhikkhu Sujato, Moggallana atau Moggallana-upatissa ini tak lain adalah Moggaliputta Tissa, sesepuh dalam aliran Vibhajjhavada yang memimpin Konsili Ketiga pada masa Raja Asoka. Setelah Konsili selesai, Moggaliputta Tissa mengirimkan berbagai misi Dhammaduta ke luar India. Salah satunya adalah Bhikkhu Yonaka Dhammarakkhita (Dhammarakkhita orang Yunani) yang memimpin misi penyebaran Dhamma ke Aparantaka, daerah India yang saat itu banyak ditinggali orang Yunani sejak penyerangan Alexander Agung ke India. Di sana ia mengajarkan Aggikkhandopama Sutta dan menyebabkan 37.000 orang menembus Dhamma dan 1.000 orang laki-laki dan perempuan masuk Sangha.

Dalam teks Dharmaguptaka yang diterjemahkan ke bahasa Mandarin, Dhammarakkhita diterjemahkan sebagai Dharmagupta. Ini juga dikuatkan oleh penemuan manuskrip kuno dari aliran ini di Gandhara. Oleh sebab itu, aliran Dharmaguptaka merupakan saudara jauh aliran Theravada saat ini yang terpisahkan oleh perbedaan geografis.

Beberapa ajaran aliran Dharmaguptaka antara lain:

* Sang Buddha, ketika masih hidup, termasuk dalam Sangha.
* Pemberian yang diberikan kepada Sang Buddha lebih berjasa daripada pemberian yang diberikan kepada Sangha.
* Pemberian yang dibuat pada sebuah stupa adalah berjasa.
* Pembebasan dari para Buddha dan dua kendaraan (= sāvaka dan paccekabuddha) adalah sama, walaupun jalannya berbeda.
* Mereka yang berada di luar ajaran Buddha tidak dapat mencapai lima pengetahuan mendalam (abhiññā).
* Tubuh seorang Arahat adalah tanpa āsava (kekotoran).

Beberapa ajaran ini tidak bertentangan dengan ajaran Vibhajjavada/Theravada, yaitu poin pertama s/d keempat. Poin kelima jelas tidak bersesuaian dengan pandangan Theravada, sedangkan poin terakhir hanya akan jelas bagi mereka yang mempelajari Abhidhamma bahwa ini bertentangan dengan penafsiran Theravada yang menganggap bahwa tubuh seorang Arahat dapat menjadi objek kekotoran bagi orang lain; tetapi mungkin ini dimaksudkan lebih sebagai suatu koreksi atas poin pertama dari "5 poin Mahadeva" dari Mahasanghika.

Secara Vinaya, Dharmaguptaka memiliki aturan Vinaya yang hampir sama dengan Vinaya Theravada, kecuali penambahan 26 aturan tambahan (sekhiya) yang mengatur perilaku di sekitar stupa. Vinaya Dharmaguptaka diterjemahkan ke bahasa Mandarin pada abad ke-5 M dan kemudian dipakai oleh aliran Mahayana di Cina, Taiwan, dan Korea saat ini. [Namun bhikkhu Mahayana Cina juga menjalankan Bodhisattva Sila sehingga jumlah Vinaya yang dijalankannya jauh lebih banyak daripada Vinaya Theravada]

Dharmaguptaka juga memiliki kumpulan sutra (Agama) yang hampir sama dengan kumpulan sutta Pali (sejauh penelitian yang telah dilakukan), di antaranya Dirgha Agama yang terdapat dalam terjemahan Mandarin yang isinya lebih mendekati isi Digha Nikaya Pali daripada Dirgha Agama aliran lainnya.

Sedangkan dalam hal Abhidharma, satu-satunya peninggalan Dharmaguptaka adalah Sariputra-Abhidharma yang terdapat dalam terjemahan Mandarin dan penggalan manuskrip kunonya yang ditemukan di Bamiyan, Afghanistan. Menurut Frauwallner yang meneliti teks Abhidharma dari berbagai aliran: "Sementara terutama berdasarkan suatu bahan kuno yang diturunkan, bahkan ini diatur dalam cara yang berbeda seperti yang dibandingkan dengan aliran-aliran lain yang telah kita bahas [Mahāvihāravāsin and Sarvāstivāda]. Ini [Abhidharma Dharmaguptaka] mengandung sedikit dalam cara inovasi atau evolusi ajaran."

Dharmaguptaka berkembang pada abad pertama M di India barat laut dengan Gandhara sebagai pusatnya. Mereka menggunakan bahasa Gandhari sebagai bahasa kanonik yang digunakan dalam literatur mereka. Pada sekitar abad ke-3 M Dharmaguptaka mengalami kemunduran di India karena perkembangan Sarvastivada yang mendapat dukungan kerajaan Kusana. Namun karena berkembangnya jalur perdagangan dari Aparantaka ke Iran dan Oddiyana (lembah Suvastu di utara Gandhara), Dharmaguptaka menyebar ke Persia dan mengikuti jalur sutra mereka masuk ke Asia Tengah dan Cina. Ini diikuti oleh aliran Mahisasaka dan Kasyapiya yang juga berkembang di Asia Tengah. Pada abad ke-7 M Xuanzang dan Yijing mencatat bahwa Dharmaguptaka hanya dijumpai di Oddiyana dan Asia Tengah, tetapi tidak ditemukan di India.

Pada pertengahan abad ke-3 M Dharmaguptaka masuk ke Cina setelah diadakan penahbisan bhikkhu Cina dengan bantuan para bhikkhu dari India. Pada abad ke-7 mayoritas bhikkhu Cina menggunakan Vinaya Dharmaguptaka, namun Vinaya Sarvastivada dan Mahasanghika masih digunakan. Pada abad ke-8 M atas perintah kaisar Tang saat itu seluruh Sangha Cina hanya menggunakan Vinaya Dharmaguptaka sampai saat ini.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Sekilas tentang Aliran-Aliran Buddhisme Awal
« Reply #4 on: 13 November 2013, 07:18:20 PM »
5. Pudgalavada
 
 Pudgalavada (Pali: Puggalavada = ajaran tentang diri/pribadi) adalah aliran yang mengajarkan bahwa ada "diri/pribadi" (pudgala/puggala) di luar pancakkhanda (lima kelompok unsur kehidupan) yang berperan dalam proses karma dan kelahiran kembali serta mencapai Nibbana. Aliran ini mendapat kecaman dari aliran-aliran Sthaviravada lainnya, terutama Vibhajjavada/Theravada dan Sarvastivada, yang menyatakan bahwa "diri/pribadi" hanyalah sebutan konvensional untuk pancakkhanda, di luar ini tidak ada suatu "diri/pribadi" sejati.
 
 Pudgalavada adalah nama kelompok yang terdiri dari 5 aliran utama, yaitu Vatsiputriya yang kemudian menurunkan 4 aliran lainnya (Dharmottariya, Bhadrayaniya, Sammitiya dan Shannagarika). Vatsiputriya muncul sekitar 200 tahun setelah Parinibbana Sang Buddha. Menurut peziarah Cina bernama Xuan Zang yang berkelana di India pada abad ke-2 M, aliran Sammatiya merupakan aliran Shravakayana (sebutan bagi Buddhisme awal yang bercita-cita pada Kearahatan) yang terbesar di India pada saat ini dengan jumlah populasi setara dengan jumlah seluruh populasi semua aliran Shravakayana dan jumlah populasi aliran Mahayana saat itu setara dengan jumlah populasi aliran Shravakayana seluruhnya. Jadi, Sammatiya saat itu mewakili seperempat populasi Buddhis pada masa itu. Vatsiputriya dan cabang dari Sammatiya bertahan di India sampai abad ke-10 M, tetapi karena Pudgalavada tidak menyebar ke luar India, ketika Buddhisme lenyap di India aliran ini pun ikut punah.
 
 Tidak banyak teks dari aliran ini yang diwariskan kepada kita, hanya sedikit dalam terjemahan Mandarin dan Tibet dan sumber dari aliran lain yang menyanggah ajaran mereka. Namun demikian, karena aliran ini sangat banyak mendapatkan pengikut pada masa India kuno, kita akan membahas sedikit tentang ajarannnya:
 
 1. Pudgalavada mengajatkan bahwa pudgala/puggala adalah diri sejati yang "tidak terungkapkan" karena tidak dapat diidentifikasi dengan lima kelompok unsur kehidupan dan tidak dapat ditemukan terpisah dari kelimanya: Puggala dan pancakkhanda adalah bukan sama dan bukan tidak sama. Puggala inilah yang melakukan perbuatan, menerima akibat perbuatan dan mencapai Nibbana.
 
 2. Seperti kebanyakan aliran Buddhisme awal lainnya, Pudgalavada mengajarkan Nibbana adalah sesuatu yang nyata, yang berbeda dengan samsara (namun tidak terpisahkan dari samsara), dan tidak terhancurkan. Oleh sebab itu, Nibbana bukanlah sesuatu yang dibuat menjadi ada ketika mencapai Pencerahan, tetapi realitas kekal yang sudah ada yang dicapai saat pencerahan. Karena pudgala tidak terdefinisikan maka Nibbana juga tidak terdefinisikan (bukan ada juga bukan tidak ada). Jadi pudgala dan Nibbana bukan sama juga bukan tidak sama.
 
 3. Fenomena, menurut aliran ini, dibedakan menjadi 5 kelompok: fenomena masa lampau, fenomena masa sekarang, fenomena masa depan, Nibbana (yang tidak berkondisi), dan pudgala (yang bukan sama dan bukan tidak sama dengan fenomena berkondisi).
 
 4. Sementara aliran-aliran lainnya mengajarkan terdapat 2 jenis kebenaran: kebenaran relatif/konvensional (sammuti sacca/samvriti satya) dan kebenaran mutlak/tertinggi (paramattha sacca/paramartha satya) di mana istilah "diri", "pribadi", "aku", "milikku" semuanya termasuk kebenaran relatif dan dalam kebenaran mutlak tidak ada "diri", "pribadi", "aku", "milikku", melainkan hanya pancakkhanda; Puggalavada mengajarkan ada 3 jenis kebenaran: kebenaran tertinggi, kebenaran karakteristik, dan kebenaran praktis:
 a. Kebenaran tertinggi adalah Kebenaran Mulia tentang lenyapnya dukkha (Nibbana).
 b. Kebenaran karakteristik adalah Kebenaran Mulia tentang dukkha, sebab dukkha, dan jalan menuju lenyapnya dukkha.
 c. Kebenaran praktis menyatakan berbagai bentuk ucapan dan perilaku yang diperoleh dari tradisi keluarga dan setempat serta pelatihan monastik.
 Dalam hal ini, pudgala mencakup ketiga kebenaran tersebut karena inilah yang mengalami akhir dukkha, yang mengalami dukkha sebagai akibat dari keinginan dan mengikuti jalan menuju lenyapnya dukkha, serta yang melakukan ucapan dan tindakan sesuai norma kebiasaan masyarakat dan pelatihan monastik.
 
 Selengkapnya bisa dibaca di Pudgalavada Buddhist Philosophy
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Sekilas tentang Aliran-Aliran Buddhisme Awal
« Reply #5 on: 13 November 2013, 07:28:23 PM »
Selengkapnya tentang beberapa sejarah maupun hipotesis kemunculan aliran-aliran dalam Buddhisme awal dapat dibaca dalam Sects and Sectarianism oleh Bhikkhu Sujato.

Bagi yang memiliki info atau sumber lain tentang aliran-aliran awal ini, silahkan menambahkan atau mengoreksi jika ada kesalahan.

Terima kasih
« Last Edit: 29 January 2018, 10:26:18 AM by seniya »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

 

anything