//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"  (Read 196482 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #60 on: 08 December 2012, 07:05:08 AM »

Jika di lihat alur cerita, Yamaoka Tesshu membanggakan pencapaiannya dalam hal “sunyata”, kemudian mendapat cobaan dari Dokuon dengan pipa rokok, sehingga timbul kemarahan ( reaksi muncul ), kemudian Dokuon dengan sindiran  "Dari  manakah kemarahan ini bersumber?"

Apakah jawaban bro ingin menjelaskan marah = tidak marah hanya karena persepsi ?

Sehingga isi = kosong dan kosong = isi hanya karena persepsi ?

Benarkah demikian ?

 _/\_

Saya setuju dengan anda bahwa sang Murid benar. Yang jadi masalah adalah, si murid terikat dengan pandangannya, sehingga menjadi salah, yaitu terikat dan bahkan besar kepala sehingga ingin dipamerkan kepada gurunya. Pengetahuan tentang hal di atas tidak serta merta menjadikan orang menjadi suci, orang menjadi suci apabila dapat menjaga kesadarannya setiap saat. Pada saat si murid ingin pamer, tidak ada pengendalian di sana dan plaa...kkk. ;D

Entah kenapa saya tidak menilai/menyoroti sikap Yamaoka Tesshu.

Bagi saya justifikasi (menjatuhkan vonis, membenarkan, atau menyalahkan) justrYamaoka Tesshuu menunjukkan 2 hal:
1. Menguatkan pandangan 'Atta' (adanya sosok "diluar sana" yang sejati/hakiki berdiri sendiri, dalam hal ini Yamaoka Tesshu). Sebenarnya (secara hakiki) yang ada cuma amarah (tidak perlu disimpulkan bahwa itu adalah kesombongan, niat ingin pamer, dsb).
2. Membiasakan diri kita dalam mengatai/membicarakan (menilai/memvonis seseorang). Coba perhatikan secara seksama sikap dan ciri orang bijak/suci, jarang sekali mereka memvonis sesuatu (seseorang/kelompok) secara asumtif/prasangka dalam subyektifitas mereka. Cukup (seperti poin 1) kita menilai reaksi yang muncul (yaitu marah/bereaksi), tanpa perlu dilabeli bahwa si A itu "begini-begitu", si B "begitu-begini", dst.

Sungguh (secara jujur) saya benar-benar tidak memperhatikan "makna cerita" bahwa Yamaoka sombong, dsb. Bagaimana hal itu luput dari perhatian saya, saya benar-benar tidak paham/mengerti.

Ada indikasi ketiga (lanjutan poin 1 dan 2), dalam korelasi dengan Sunyata, tapi saya lewatkan dulu (mungkin terlalu dalam untuk disampaikan sekarang). Intinya, jika kita tidak memiliki karma "X", tidak mungkin kita bisa menilai/mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan karma "X" tersebut.

Untuk saudara CHANGE, apakah di dunia ini yang bukan persepsi?

Apa benar ada gempa bumi di luar sana? Apa benar presiden AS namanya Barack Obama?

Bagi Anda 'mungkin' itu bukan persepsi.

Mari kita dalami, shall we? :)

 _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #61 on: 08 December 2012, 07:27:11 AM »
"Adakah guru yang paling galak bagi Anda?"
tidak ada masalah guru galak atau tidak, yg penting apakah dia memiliki kemampuan tentang bidang yg diajarkan dan seberapa baik penyampainannya. secara pribadi, galak/jorok/emosian/gila guru sama sekali tidak berpengaruh pada saya...

apalagi kalau guru punya jurus BELUT, ya kita harus tabah dan sabar utk menangkapnya...


"Siapa orang paling baik dalam kehidupan Anda?"
sptnya ortu, adakah jawaban lain ?


Kita belajar lewat tanya jawab.
sy bertanya. bagaimana pengalaman pribadi bro sunyata mencapai SUNYA ?

Jawaban pertama tidak relevan (saya bertanya "adakah", bukan "masalah" atau "tidak masalah").

Untung ada pertanyaan kedua, jadi bisa kita olah jawabannya.

Baik, ortu (orang tua) jawaban Anda.

Selanjutnya/sebenarnya saya akan bertanya, "Apa pekerjaan orang tua Anda?" dan seterusnya... tapi kita persingkat saja (agar Anda cepat memetik manfaat).

Jadi kita analogikan/umpamakan saja pekerjaan Ayah Anda adalah bos di sebuah usaha. Dia punya karyawan, dan ada seseorang yang memang mentalnya pemalas, sering bolos, dsb.

Apakah sikap Ayah Anda bersahabat kepada karyawan ini? Besar kemungkinan jawabannya tidak, karena manusia seramah (maaf) Jokowi (Gub. Jakarta sekarang) saja bila bertemu pegawai di instansi/dinas di bawahnya bila pegawainya bermalas-malasan, tentu pimpinan/bos tidak akan senang.

Dan demikian sejauh ini asumsi kita terhadap sikap Ayah Anda.

Jadi, bagi karyawan Ayah Anda (sebut saja Udang), Ayah Anda (sebut saja Ayah Cumi) seorang yang (misalnya): Tidak toleran, sering marah, tidak punya belas kasihan, dsb.

Betul?

Tapi bagi Anda (Cumi)?

Tentu (sudah Anda sebutkan di atas), ortu (termasuk Ayah) adalah seorang yang baik terhadap Anda (dengan segala kekurangan dan kelebihannya).

Dalam kasus di atas, ini menjelaskan bahwa Ayah Anda SUNYA, tergantung karma siapa yang berbuah.

Anda memiliki karma untuk terlahir dari sepasang orang tua yang baik, menyayangi Anda, pengertian dengan Anda, maka "lahirlah" Ayah Cumi untuk Anda.

Karyawan Ayah Anda (Udang) punya karma memiliki banyak kesulitan hidup; dari tabiat yang sukar diubah, memiliki banyak masalah di rumah (menyebabkan dia/Udang tidak fokus bekerja), sering terlambat karena kantor jauh, dsb... maka "lahirlah" sosok Bos (Ayah Cumi) sebagai pimpinannya dia yang 'kurang baik' menurut dia.

Jadi bisa dipahami sampai disini ya?

Kasus ini lumrah dan umum kok, sering kita lihat seorang residivis atau terpidana yang benar-benar jahat/kejam (membunuh tanpa belas kasihan dalam jumlah tidak sedikit), tapi orang tuanya tetap berkomentar bahwa anaknya ramah, baik terhadap orang tua, sayang kepada adik-adiknya, dsb.

Biasa dalam wawancara, mimik muka orang tua tersebut seolah keheranan (tidak bisa menerima kenyataan) kenapa/bagaimana mungkin anaknya bisa tersangkut kasus (pembunuhan) sedemikian rupa.

Oke, saya akhiri dulu. Nanti dilanjutkan. Salam.
« Last Edit: 08 December 2012, 07:33:12 AM by Sunya »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #62 on: 08 December 2012, 08:44:45 AM »
Maaf, lama menanggapinya karena saya beberapa hari terakhir bekerja di luar kota....

Pertama, defnisi kosong yang sering salah diinterpretasi menjadi: tidak ada. Ini adalah pemahaman yang salah.

Saya tidak menyatakan bahwa kosong (sunya) itu sama dengan tidak ada (nihilisme). Silahkan cek tulisan saya di atas dan pada thread lain apakah saya pernah menyatakan hal tsb....

Quote
Kosong merupakan sebuah fenomena negatif (terselubung) yang didapati/diperoleh setelah mengamati semua fenomena keber-ADA-an (termasuk rupa, segala faktor mental, serta hukum-hukum niyama yang ada, termasuk Kebuddhaan dan Nirwana itu sendiri).

Setahu saya, kekosongan itu bukan sesuatu yang negatif maupun positif karena melampaui dualisme positif dan negatif. Cmiiw.

Quote
Pada dasarnya, segala sesuatu yang 'ada' (dapat diamati oleh batin, bahkan termasuk batin itu sendiri) ada/muncul/tercipta karena ditunjang faktor-faktor (Paticcassamuppada), dan karena semua yang 'ada' ditunjang oleh 'yang lain' (sebab-sebab), berarti 'aku' yang ada pun juga ditunjang oleh 'yang lain' (sebab-sebab).

Ini saya pahami sebagai penjelasan mengapa pancakkhanda adalah kosong dari "aku, milikku, diriku" (anatta).

Quote
Maka ini menjelaskan (dengan sangat terperinci, akurat, detil sekali) darimana saya berasal. "Saya" dalam hal ini adalah batin tanpa kilesa (LDM), yaitu yang mengamati fenomena (keberadaan).

Apakah anda menyatakan bahwa "aku" yang sejati adalah batin yang tanpa kilesa? Ini malah bertentangan dengan ajaran anatta bahwa segala sesuatu adalah bukan aku, tidak dapat ditemukan aku baik di antara pancakkhanda (salah satu unsur khanda bukan aku), di dalamnya (pancakkhanda bukan aku), dan di luarnya (tidak ada aku di luar pancakkhanda, bahkan Nibbana pun bukan aku).

Quote
Jadi anatta berlaku relevan untuk 2 hal:
1. Bahwa semua skhanda yang kita kira/anggap diri (sejati), pada hakikatnya kosong (hanya gabungan/akibat karma sebelumnya).

Ini penjelasan dari ajaran anatta bahwa pancakkhanda adalah kosong, bukan penjelasan dari ajaran kekosongan kenapa kosong bisa bersifat pancakkhanda.....

Quote
2. Batin yang menjalani keterbebasan (pencerahan), yang mana sering diperdebatkan apakah ada yang mencapai nirwana, atau tiada (nihil/musnah), kini dapat disimpulkan 'ada', namun keberadaannya ditunjang faktor-faktor (penyebab).

Kiranya ini sudah OOT karena kita tidak bermaksud untuk membahas bagaimana keadaan batin yang telah tercerahkan setelah mencapai Nibbana. Sama seperti penjelasan di atas tentang "saya adalah batin yang tanpa kilesa". Sebaiknya tidak membahas ini dulu karena bisa melebar ke mana-mana

Quote
Dan karena itu dikatakan 'kosong', yakni semua saling berkaitan. Jika tidak ada ini, tidak ada itu, jika tidak ada itu, tidak ada yang lain.

Ya, ini konsep kekosongan yang dijabarkan dari sudut pandang paticcasamuppada/saling kebergantungan.

Quote
Seperti itu. Semoga menjawab. :)

Menurut saya, dari penjelasan di atas anda hanya membahas pancakkhanda adalah kosong, tetapi belum menyentuh kosong adalah pancakkhanda.....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #63 on: 08 December 2012, 08:49:35 AM »
Jawaban pertama tidak relevan (saya bertanya "adakah", bukan "masalah" atau "tidak masalah").

pernah dengar kalimat...
  tidak ada masalah kucing itu putih atau hitam, selama dpt menangkap TIKUS..


Untung ada pertanyaan kedua, jadi bisa kita olah jawabannya.

Baik, ortu (orang tua) jawaban Anda.

Selanjutnya/sebenarnya saya akan bertanya, "Apa pekerjaan orang tua Anda?" dan seterusnya... tapi kita persingkat saja (agar Anda cepat memetik manfaat).

Jadi kita analogikan/umpamakan saja pekerjaan Ayah Anda adalah bos di sebuah usaha. Dia punya karyawan, dan ada seseorang yang memang mentalnya pemalas, sering bolos, dsb.

Apakah sikap Ayah Anda bersahabat kepada karyawan ini? Besar kemungkinan jawabannya tidak, karena manusia seramah (maaf) Jokowi (Gub. Jakarta sekarang) saja bila bertemu pegawai di instansi/dinas di bawahnya bila pegawainya bermalas-malasan, tentu pimpinan/bos tidak akan senang.

Dan demikian sejauh ini asumsi kita terhadap sikap Ayah Anda.

Jadi, bagi karyawan Ayah Anda (sebut saja Udang), Ayah Anda (sebut saja Ayah Cumi) seorang yang (misalnya): Tidak toleran, sering marah, tidak punya belas kasihan, dsb.

Betul?

Tapi bagi Anda (Cumi)?

Tentu (sudah Anda sebutkan di atas), ortu (termasuk Ayah) adalah seorang yang baik terhadap Anda (dengan segala kekurangan dan kelebihannya).

Dalam kasus di atas, ini menjelaskan bahwa Ayah Anda SUNYA, tergantung karma siapa yang berbuah.

Anda memiliki karma untuk terlahir dari sepasang orang tua yang baik, menyayangi Anda, pengertian dengan Anda, maka "lahirlah" Ayah Cumi untuk Anda.

Karyawan Ayah Anda (Udang) punya karma memiliki banyak kesulitan hidup; dari tabiat yang sukar diubah, memiliki banyak masalah di rumah (menyebabkan dia/Udang tidak fokus bekerja), sering terlambat karena kantor jauh, dsb... maka "lahirlah" sosok Bos (Ayah Cumi) sebagai pimpinannya dia yang 'kurang baik' menurut dia.

Jadi bisa dipahami sampai disini ya?

Kasus ini lumrah dan umum kok, sering kita lihat seorang residivis atau terpidana yang benar-benar jahat/kejam (membunuh tanpa belas kasihan dalam jumlah tidak sedikit), tapi orang tuanya tetap berkomentar bahwa anaknya ramah, baik terhadap orang tua, sayang kepada adik-adiknya, dsb.

Biasa dalam wawancara, mimik muka orang tua tersebut seolah keheranan (tidak bisa menerima kenyataan) kenapa/bagaimana mungkin anaknya bisa tersangkut kasus (pembunuhan) sedemikian rupa.

Oke, saya akhiri dulu. Nanti dilanjutkan. Salam.

kalau bro sunya mau bahas tentang gimana menjalankan business (area business coach), bisa dgn suhu Mokau di DC yg lebih kompetent....

kalau saran cumi sih lebih baik back to topik atau ceritakan bagaimana pengalaman bro mendptkan sunyata...
   dari pada panjang lebar bahas antara bos dan karyawan....

menurut pengamatan sy.. ilmu belut bro sunya mulai KELUAR...hahahaa.... _/\_
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #64 on: 08 December 2012, 12:27:00 PM »
Entah kenapa saya tidak menilai/menyoroti sikap Yamaoka Tesshu.

Bagi saya justifikasi (menjatuhkan vonis, membenarkan, atau menyalahkan) justrYamaoka Tesshuu menunjukkan 2 hal:
1. Menguatkan pandangan 'Atta' (adanya sosok "diluar sana" yang sejati/hakiki berdiri sendiri, dalam hal ini Yamaoka Tesshu). Sebenarnya (secara hakiki) yang ada cuma amarah (tidak perlu disimpulkan bahwa itu adalah kesombongan, niat ingin pamer, dsb).
2. Membiasakan diri kita dalam mengatai/membicarakan (menilai/memvonis seseorang). Coba perhatikan secara seksama sikap dan ciri orang bijak/suci, jarang sekali mereka memvonis sesuatu (seseorang/kelompok) secara asumtif/prasangka dalam subyektifitas mereka. Cukup (seperti poin 1) kita menilai reaksi yang muncul (yaitu marah/bereaksi), tanpa perlu dilabeli bahwa si A itu "begini-begitu", si B "begitu-begini", dst.

Sungguh (secara jujur) saya benar-benar tidak memperhatikan "makna cerita" bahwa Yamaoka sombong, dsb. Bagaimana hal itu luput dari perhatian saya, saya benar-benar tidak paham/mengerti.

Ada indikasi ketiga (lanjutan poin 1 dan 2), dalam korelasi dengan Sunyata, tapi saya lewatkan dulu (mungkin terlalu dalam untuk disampaikan sekarang). Intinya, jika kita tidak memiliki karma "X", tidak mungkin kita bisa menilai/mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan karma "X" tersebut.

Untuk saudara CHANGE, apakah di dunia ini yang bukan persepsi?

Apa benar ada gempa bumi di luar sana? Apa benar presiden AS namanya Barack Obama?

Bagi Anda 'mungkin' itu bukan persepsi.

Mari kita dalami, shall we? :)

 _/\_

Cerita Zen adalah netral, tujuan disajikan cerita adalah untuk meminta pandangan Bro yang telah menyelami secara bathin “ apa itu kosong = isi dan isi = kosong.” Dan secara jujur saya belum menyelami bahkan tidak mengerti, dan menurut saya sangat susah. Dan topic ini diangkat oleh Bro, sekarang Bro mengatakan bahwa indikasi ketiga ini terlalu dalam untuk dibahas dan di skip dulu.

Jadi apa lagi yang mau dbahas, karena memang inti cerita yang mau dibahas adalah :

1.   Yang mengaku telah menyelami sunyata ternyata masih bisa sombong (Yamaoka Tesshu), dan kesombongan inilah yang selalu menjadi biang untuk menjustifikasi pandangan orang lain contohnya timbul kemarahan karena merasa “AKU” nya direndahkan, memamerkan kemampuannya, dsb

2.   Sedangkan yang bertanya “"Dari  manakah kemarahan ini bersumber?" apakah termasuk orang yang lebih menyelami “ apa itu kosong = isi dan isi = kosong” (Dokuon). Apakah Dokuon berpikir bahwa marah = tidak marah dan tidak marah = marah atau tidak berpikir demikian. Apakah AKU si Dokuon sedang bereaksi atau sebaliknya AKU si Yamoka yang bereaksi ?

Apakah tulisan Bro diatas ( bold merah ), tidak termasuk menjustifikasi ?

Jawaban sederhana saya mungkin hanya “ BEDA PERSEPSI “

OK, saya tidak melanjutkan diskusi yang menarik ini, karena hasil akhirnya HANYA PERSEPSI

 _/\_

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #65 on: 08 December 2012, 01:06:16 PM »
bisa juga dimulai apa yg bukan SUNYATA,
atau apa yg bukan "KOSONG" !

nahhh jangan merambat sampai kemana-mana ya... pls pls pls  :P
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #66 on: 08 December 2012, 02:09:52 PM »
2. Batin yang menjalani keterbebasan (pencerahan), yang mana sering diperdebatkan apakah ada yang mencapai nirwana, atau tiada (nihil/musnah), kini dapat disimpulkan 'ada', namun keberadaannya ditunjang faktor-faktor (penyebab).
dan apakah faktor-faktor (penyebab) Nibbana itu??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #67 on: 08 December 2012, 02:18:56 PM »
dan apakah faktor-faktor (penyebab) Nibbana itu??

Please deh, will woll, jgn OOT ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #68 on: 08 December 2012, 02:24:31 PM »
Please deh, will woll, jgn OOT ;D
yah, penonton kecewa... :(
di split aja deh,, ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #69 on: 08 December 2012, 09:15:28 PM »
bro sunya, ditunggu jawabannya disini..  :x :x

hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #70 on: 08 December 2012, 09:46:12 PM »
apakah dari posting demi posting bisa taoo kalau bro Sunya itu sebenarnya


berisi atao kosong ?

maksud saya

tidak berisi atau berisi ?

 :P :-[
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #71 on: 08 December 2012, 10:07:14 PM »
apakah dari posting demi posting bisa taoo kalau bro Sunya itu sebenarnya


berisi atao kosong ?

maksud saya

tidak berisi atau berisi ?

 :P :-[
berisi atau tidak berisi sama saja..

harap diperhatikan bro cumi...

 :)) :))
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #72 on: 09 December 2012, 10:05:07 PM »
Maaf, lama menanggapinya karena saya beberapa hari terakhir bekerja di luar kota....

Saya tidak menyatakan bahwa kosong (sunya) itu sama dengan tidak ada (nihilisme). Silahkan cek tulisan saya di atas dan pada thread lain apakah saya pernah menyatakan hal tsb....

Setahu saya, kekosongan itu bukan sesuatu yang negatif maupun positif karena melampaui dualisme positif dan negatif. Cmiiw.

Ini saya pahami sebagai penjelasan mengapa pancakkhanda adalah kosong dari "aku, milikku, diriku" (anatta).

Apakah anda menyatakan bahwa "aku" yang sejati adalah batin yang tanpa kilesa? Ini malah bertentangan dengan ajaran anatta bahwa segala sesuatu adalah bukan aku, tidak dapat ditemukan aku baik di antara pancakkhanda (salah satu unsur khanda bukan aku), di dalamnya (pancakkhanda bukan aku), dan di luarnya (tidak ada aku di luar pancakkhanda, bahkan Nibbana pun bukan aku).

Ini penjelasan dari ajaran anatta bahwa pancakkhanda adalah kosong, bukan penjelasan dari ajaran kekosongan kenapa kosong bisa bersifat pancakkhanda.....

Kiranya ini sudah OOT karena kita tidak bermaksud untuk membahas bagaimana keadaan batin yang telah tercerahkan setelah mencapai Nibbana. Sama seperti penjelasan di atas tentang "saya adalah batin yang tanpa kilesa". Sebaiknya tidak membahas ini dulu karena bisa melebar ke mana-mana

Ya, ini konsep kekosongan yang dijabarkan dari sudut pandang paticcasamuppada/saling kebergantungan.

Menurut saya, dari penjelasan di atas anda hanya membahas pancakkhanda adalah kosong, tetapi belum menyentuh kosong adalah pancakkhanda.....

Saya tidak menyatakan bahwa Anda menyatakan kosong = tidak ada, saya hanya memberi penjelasan umum.

Negatif bukan seperti negatif dan positif dualisme; seperti jahat=negatif, baik=positif. Bukan itu maksud negatif disini. Maksud dari negatif disini adalah terselubung, seperti nilai nominal -1 tidak dapat Anda lihat, yang bisa Anda lihat adalah nilai satu (misalnya Anda punya sebuah apel, lebih mudah dimengerti daripada jika Anda memiliki -1 apel, karena 1 bisa dilihat, dan -1 tidak).

Saya memberi penjelasan yang cukup populer (bisa dimengerti), jawaban dari siapa yang mencapai nibbana, ya tentu 'sesuatu', tapi sesuatu itu tentu tidak (dan bukan) bagian dari panca khanda. Ketika banyak bahasa 'absurd' mencoba mendefinisikan nibbana dan pencapaiannya, banyak istilah/ungkapan seperti "yang mencapai nibbana bukan aku", "aku bukan ada dan juga bukan tak ada", dsb... saya mencoba mendefinisikannya dalam ungkapan yang lebih mudah dipahami. Mudah-mudahan bisa benar-benar dipahami secara mudah.

Pertanyaan terakhir Anda, sebenarnya sudah saya jawab. Coba cermati lagi, dari baris pertama saya sudah menulis definisi kosong disini bukan tiada apa-apa (tidak ada, nihil). Sedangkan Anda masih berpikir kosong seperti tidak ada, lalu kenapa ada rupa dan nama, bukan begitu?

Penjelasan kosong (saya ulangi lagi): Dalam setiap fenomena yang terjadi, semua saling berkaitan. Jadi karena semua saling berkaitan, berarti semua kondisi 'ada' ini (termasuk panca khanda tentunya) adalah sebuah rangkaian sebab-akibat. Karena hanya sebab-akibat, tentu keberadaan ini sesungguhnya kosong 'kan?

Kosong bukan tiada (tidak ada) lho, tapi semua yang terjadi sekarang tidak ada prima causa-nya (tidak ada sebab inti, bahkan "aku" itu pun ada karena ditunjang faktor-faktor/agregat 'kan?).

Sejauh ini paham?

Nanti saya beri contoh sehari-hari yang mudah dipahami.

Boleh tanya, Anda sudah pernah mengamati faktor-faktor mental dalam meditasi?

Oke, semoga berbahagia.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #73 on: 09 December 2012, 10:15:39 PM »
kalau bro sunya mau bahas tentang gimana menjalankan business (area business coach), bisa dgn suhu Mokau di DC yg lebih kompetent....

kalau saran cumi sih lebih baik back to topik atau ceritakan bagaimana pengalaman bro mendptkan sunyata...
   dari pada panjang lebar bahas antara bos dan karyawan....

menurut pengamatan sy.. ilmu belut bro sunya mulai KELUAR...hahahaa.... _/\_

Kok lari ke bisnis?

Apa jika saya memberi ungkapan "Jika mau menolong orang, berilah kail, jangan ikannya", lalu kita berarti sedang bicara tentang memancing ikan?

Anda sepertinya tidak menyimak, saya sedang memberi contoh tentang sunya, Anda berpikir saya benar-benar bicara bisnis.  :-?

Sekarang begini, Anda terus-terusan bertanya pengalaman spiritual (dalam hal ini sunyata), sedangkan Anda mungkin tahu, pengalaman spiritual bukan pengalaman yang bersifat bisa dicerna dengan panca indera. Nah, bagaimana saya menjelaskan kalau bukan dengan contoh-contoh sehari-hari?

Anda mau mudah, sudah saya bantu dengan contoh sederhana.

Jadi maunya bagaimana, apa sunyata itu seperti menjelaskan saya baru saja ke Hawaii atau baru bertemu Shahrukh Khan? Anda kira sunyata benar-benar seperti pengalaman panca indera dan bisa diceritakan (ada nyiur melambai di pantai, hidung mancung orang India, dsb)?

Boleh dijelaskan seperti apa harapan Anda kepada saya? Saya akan berusaha memenuhi bila memang bisa.

Terima kasih.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #74 on: 09 December 2012, 10:26:46 PM »
Saya tidak menyatakan bahwa Anda menyatakan kosong = tidak ada, saya hanya memberi penjelasan umum.

Negatif bukan seperti negatif dan positif dualisme; seperti jahat=negatif, baik=positif. Bukan itu maksud negatif disini. Maksud dari negatif disini adalah terselubung, seperti nilai nominal -1 tidak dapat Anda lihat, yang bisa Anda lihat adalah nilai satu (misalnya Anda punya sebuah apel, lebih mudah dimengerti daripada jika Anda memiliki -1 apel, karena 1 bisa dilihat, dan -1 tidak).

Saya memberi penjelasan yang cukup populer (bisa dimengerti), jawaban dari siapa yang mencapai nibbana, ya tentu 'sesuatu', tapi sesuatu itu tentu tidak (dan bukan) bagian dari panca khanda. Ketika banyak bahasa 'absurd' mencoba mendefinisikan nibbana dan pencapaiannya, banyak istilah/ungkapan seperti "yang mencapai nibbana bukan aku", "aku bukan ada dan juga bukan tak ada", dsb... saya mencoba mendefinisikannya dalam ungkapan yang lebih mudah dipahami. Mudah-mudahan bisa benar-benar dipahami secara mudah.

Pertanyaan terakhir Anda, sebenarnya sudah saya jawab. Coba cermati lagi, dari baris pertama saya sudah menulis definisi kosong disini bukan tiada apa-apa (tidak ada, nihil). Sedangkan Anda masih berpikir kosong seperti tidak ada, lalu kenapa ada rupa dan nama, bukan begitu?

Penjelasan kosong (saya ulangi lagi): Dalam setiap fenomena yang terjadi, semua saling berkaitan. Jadi karena semua saling berkaitan, berarti semua kondisi 'ada' ini (termasuk panca khanda tentunya) adalah sebuah rangkaian sebab-akibat. Karena hanya sebab-akibat, tentu keberadaan ini sesungguhnya kosong 'kan?

Kosong bukan tiada (tidak ada) lho, tapi semua yang terjadi sekarang tidak ada prima causa-nya (tidak ada sebab inti, bahkan "aku" itu pun ada karena ditunjang faktor-faktor/agregat 'kan?).

Sejauh ini paham?

Nanti saya beri contoh sehari-hari yang mudah dipahami.

Boleh tanya, Anda sudah pernah mengamati faktor-faktor mental dalam meditasi?

Oke, semoga berbahagia.  _/\_

Semakin tidak paham  :|

Mungkin karena saya bukan seorang meditator.... :)

Kalo gitu, gak usah dilanjutkan lagi.... Nanti semakin bingung saya....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

 

anything