Yang saya pernah baca, setelah Konsili I ada dibentuk semacam sistem kelompok bhikkhu/bhiksu yang bertugas melestarikan semua yang diulang di Konsili I. Sistem ini membagi berdasarkan format yang kita kenal sekarang: digha/dirgha, majjhima/madhyama, samyutta/samyukta, anguttara/ekottarika, dan khuddaka/ksudraka. Tapi walaupun sudah dibagi begitu, belum ada kesepakatan sutta mana masuk ke nikaya mana, maka bisa dilihat perbedaan komposisinya. Untuk vinaya, dugaan format awalnya adalah bhikkhuvibhanga, bhikkhunivibhanga, dan khandaka.
Sistem redaksi ini dalam tradisi Pali disebut bhanaka, jadi terdapat vinayabhanaka, dighabhanaka, dst. Abhidhamma, karena tahunnya yang sangat belakangan, tidak termasuk dalam sistem bhanaka awal. (Sistem bhanaka terus bertambah tahun demi tahun sampai akhirnya berjumlah 18, mencakup 6 kitab Abhidhamma.) Dighabhanaka memasukkan Abhidhamma ke dalam Khuddaka-PITAKA, dengan literatur lainnya, sementara Majjhimabhanaka menyusun format yang mirip kita kenal sekarang.
---
Dalam mengulang secara lisan, tidak semua bhikkhu seperti (legendanya) Ananda yang bisa mengulang semua persis. Jadi mereka mengingat secara berkelompok dan pakai cara-cara tertentu seperti standarisasi "demikian yang kudengar", diikuti format latar belakang tempat di mana Buddha berdiam, waktunya, siapa lawan bicaranya, dan topiknya apa. Tapi ini juga tidak bisa selalu konsisten sama persis antara satu kelompok dengan lainnya. Antara kelompok dalam tradisi yang sama seperti Dighabhanaka dan Majjhimabhanaka, bisa memiliki cerita yang jauh berbeda misalnya sewaktu konsili pertama, menurut Dighabhanaka Ananda datang terakhir saja, sementara menurut Majjhimabhanaka, tempat duduk Ananda kosong, dan ketika ditanyakan oleh bhikkhu lain, Ananda muncul, yang juga kemunculannya dalam berbeda versi: mendarat dari terbangnya atau membelah bumi dan keluar dari bawah.
Mengingat kondisi demikian, setelah ratusan generasi, adanya perbedaan antara Nikaya dan Agama adalah sangat lumrah.