//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Buddhapadana: Pengaruh dari Mahayanis kah???  (Read 13025 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Buddhapadana: Pengaruh dari Mahayanis kah???
« Reply #15 on: 01 February 2011, 10:17:34 PM »
 [at] Seniya

 Pernyataan saya bahwa wajar ada banyak Buddha karena dunia luas hanya berdasarkan opini sy saja. Dlm Apadana tidak dikatakan demikian. Tetapi dalam Anguttaranikāya, vol. 1, hal. 28 dikakatan bahwa kemunculan dua Sammasambuddha di satu sistem dunia (ekissa lokadhātuya) pada saat yang sama tidaklah mungkin. Kitab komentar mengatakan ekissa lokadhātuya sama dengan 10.000 tata surya (dasasahassilokadhātu). Logikanya, jika dalam 10 tata surya hanya muncul satu Buddha, berarti dalam 20.000 tata surya tidak mustahil muncul dua Buddha. Dn karena dunia ini tidak hanya 10.000 tata surya, ada kemungkinan Buddha-buddha lain juga.

 Sebenarnya dari awal, syair di atas merupakan ungkapan penhormatan untuk menghormati Buddha-Buddha yang telah lampau, dan istana yang dibuat juga bukan istana nyata melainkan istana imaginasi pikiran (lihat syair 3 dan 14). Dalam menghormati Buddha2 lampau, pacchekabuddha, dan para murid Buddhas, seseorang bisa berimaginasi seakan-akan ia menciptakan istana indah dan mengundang semua Buddha (imaginasi) untuk masuk ke istana dan duduk di tempat duduk indah yang telah dipersiapkan (melalui pikiran juga). Syair ini memiliki kemiripan dengan paritta Jinapanjara di mana seseorang berimaginasi seakan-akan Buddha dan para muridnya berada di tubuhnya dan melindunginya.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Buddhapadana: Pengaruh dari Mahayanis kah???
« Reply #16 on: 02 February 2011, 09:04:52 AM »
[at] Seniya

 Pernyataan saya bahwa wajar ada banyak Buddha karena dunia luas hanya berdasarkan opini sy saja. Dlm Apadana tidak dikatakan demikian. Tetapi dalam Anguttaranikāya, vol. 1, hal. 28 dikakatan bahwa kemunculan dua Sammasambuddha di satu sistem dunia (ekissa lokadhātuya) pada saat yang sama tidaklah mungkin. Kitab komentar mengatakan ekissa lokadhātuya sama dengan 10.000 tata surya (dasasahassilokadhātu). Logikanya, jika dalam 10 tata surya hanya muncul satu Buddha, berarti dalam 20.000 tata surya tidak mustahil muncul dua Buddha. Dn karena dunia ini tidak hanya 10.000 tata surya, ada kemungkinan Buddha-buddha lain juga.

Tentang ekissa lokadhātu yg sama dengan 10.000 tata surya, saya pernah baca di buku Dhamma Vibhanga (versi online-nya ada di http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/dhamma-vibhanga/) bahwa itu sama dengan Jatikkhetta (tempat kelahiran) seorang Samma Sambuddha:

Quote
Di antara sepuluh ribu cakkavala (tata surya) yang membentuk sebuah Jatikkhetta, Sang Buddha hanya lahir pada cakkavala ini seperti yang tersebut dalam Anguttara Nikaya Atthakatha i. 251 dan Digha Nikaya Atthakatha iii, 897. Menurut Ananda Vagga, Anguttara Nikaya, disebutkan bahwa dalam satu tisahassi mahasahassi lokadhatu terdapat satu milyar tata surya....dst. Alam semesta ini masih jauh lebih luas daripada tisahassi mahasahassi lokadhatu.

Berdasarkan uraian Ananda Vagga tersebut, berarti Jatikkhetta tempat kelahiran pada Buddha di alam semesta ini banyak sekali. Jadi ada kemungkinan pada satu masa terdapat banyak Buddha yang muncul bersama-sama di alam semesta ini pada Jatikkhetta mereka masing-masing. Atau dengan kata lain, pada saat sekarang ini ada kemungkinan ada banyak Samma Sambuddha yang muncul, walaupun bukan dalam Jatikkhetta (sepuluh ribu tata surya) kita ini.

Dalam Digha Nikaya ii. 225 dan iii. 144, disebutkan bahwa "pada satu waktu hanya ada satu Buddha yang muncul di dunia". Dengan kata lain, tidak akan ada dua Samma Sambuddha yang muncul bersamaan di bumi ini pada satu masa yang sama. Mengapa dapat terjadi demikian? Pertanyaan yang sama seperti ini telah muncul sejak Raja Milinda bertanya kepada Bhikkhu Nagasena pada abad III SM (Milinda Panha 237). Jawaban Bhikkhu Nagasena antara lain (disingkat) adalah sebagai berikut:

"Sepuluh ribu tata surya ini penopang seorang Buddha, tata surya-tata surya itu menopang kualitas khusus dari satu Tathagata saja. Bilamana Buddha kedua muncul, maka sepuluh ribu tata surya ini tidak akan sanggup menopangnya, sepuluh ribu tata surya ini akan bergetar, bergoyang, membengkak, mengerut, pecah berhamburan dan lenyap. Pertengkaran akan muncul pada masing-masing kelompok dengan membanding-bandingkan kualitas masing-masing Buddha-nya."

Sumber: Buku Dhamma Vibhanga (Penggolongan Dhamma) Jilid 2 hal. 33-34.
Catatan: versi online buku ini di SP tidak memasukkan penjelasan tentang kemunculan lebih dari satu Buddha ini.

Penulis buku di atas menggunakan alasan yang sama yang diambil dari komentar bahwa tidak mungkin ada lebih dari satu Samma Sambuddha pada masa yang sama walaupun alam semesta jauh lebih luas daripada 10.000 tata surya tempat kelahiran seorang Samma Sambuddha. Anehnya, penulis mengutip Milinda Panha yang menyatakan alasan ketidakmungkinan munculnya Samma Sambuddha kedua pada 10.000 tata surya, bukan pada seluruh alam semesta.

Jadi, di sini ada 2 konsep mengenai hal ini:

1. Ada banyak Buddhakhetta/Jatikkhetta dengan masing-masing Buddha-nya sendiri pada masa yang sama, seperti pendapat Ven. Peacemind. Jadi bisa ada banyak Buddha dalam satu masa.
2. Ada banyak Buddhakhetta/Jatikhetta, tetapi hanya bisa muncul seorang Samma Sambuddha pada salah satu Jatikkhetta pada masa yang sama, seperti pendapat penulis Dhamma Vibhanga di atas. Jadi hanya ada satu Buddha dalam satu masa.

Quote
Sebenarnya dari awal, syair di atas merupakan ungkapan penhormatan untuk menghormati Buddha-Buddha yang telah lampau, dan istana yang dibuat juga bukan istana nyata melainkan istana imaginasi pikiran (lihat syair 3 dan 14). Dalam menghormati Buddha2 lampau, pacchekabuddha, dan para murid Buddhas, seseorang bisa berimaginasi seakan-akan ia menciptakan istana indah dan mengundang semua Buddha (imaginasi) untuk masuk ke istana dan duduk di tempat duduk indah yang telah dipersiapkan (melalui pikiran juga). Syair ini memiliki kemiripan dengan paritta Jinapanjara di mana seseorang berimaginasi seakan-akan Buddha dan para muridnya berada di tubuhnya dan melindunginya.

Kalau yang ini, saya setuju bahwa semua yg dikatakan dalam Buddhapadana tsb hanya terjadi dalam pikiran atau imajinasi saja. Mungkin hampir sama dengan kejadian Sang Buddha menciptakan tiruan diri-Nya dan mengadakan tanya jawab dengan tiruan tersebut ketika melakukan keajaiban kembar di Savatthi sebelum akhirnya mengajar Abhidhamma di surga Tavatimsa.

Saya rasa Buddhapadana tidak harus diartikan secara harfiah (karena hanya imajinasi pikiran seperti dalam Jinapanjara), ia mungkin hanya karya prosa yang mengagungkan kemuliaan seorang Samma Sambuddha (DPPN menyebutnya lebih sebagai Udana daripada Apadana). Lagipula, mengimajinasikan kemunculan banyak Buddha dalam satu Buddhakhetta sekali pun tidak masalah karena hanya imajinasi yang tidak akan terjadi dalam kenyataan, bukankah begitu?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Buddhapadana: Pengaruh dari Mahayanis kah???
« Reply #17 on: 02 February 2011, 12:22:26 PM »
 [at] Seniya:

Saya melihat bahwa kutipan yang anda cantumkan di atas tidak memberikan indikasi bahwa meskipn banyak jatikhetta tidak akan muncul lebih dari satu Buddha di satu masa. Btw, saya tidak mendapatkan penjelasan tentang Jatikhetta di Anguttaranikaya atthakatha, i, 251, dan Dighanikaya, iii, 897. Saya mencarinya di Chatthasangayana sehingga mungkin tidak sama dengan yang anda maksud.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Buddhapadana: Pengaruh dari Mahayanis kah???
« Reply #18 on: 02 February 2011, 03:44:29 PM »
Oh ya,saya baca lg ternyata saya salah mengartikan kutipan tsb,berarti memang ada kemungkinan terdapat Buddha lain di luar 10.000 tata surya kita pd masa sekarang.

Tentang tdk ditemukan penjelasan Jatikkhetta tsb,apakah tdk salah,Samanera? Mgkn penomoran teksnya berbeda saja (misalnya setahu saya ada sistem penomoran dr Pali Text Society dst),jd sam tdk menemukannya. Saya sendiri gak punya akses pd komentar Pali,jd percaya saja apa yg tertulis di sana.

Penjelasan Buddhakhetta sbg Jatikkheta jg ada dlm Visudhimagga,di bgn yg membahas kehancuran semesta. Saya pernah baca teks Inggrisnya bhw Buddhakhetta ada 3 pengertian:
1. Field of birth (jatikkhetta),yaitu 10 ribu tata surya yg berguncang ketika kelahiran Bodhisatta.
2. Field of authority (saya lupa istilah Palinya),yaitu 1 milyar tata surya yg msh dijangkau oleh kekuatan paritta/perlindungan dr Sang Buddha,misalnya Ratana Sutta,Atanatiya Paritta,dst.
3. Field of omniscience,yaitu  jangkauan pengetahuan/kemahatahuan Sang Buddha yg tdk terbatas dan tdk terpikirkan (acinteyya).

Teks2 awal Pali tdk menyebutkan adanya Buddhakhetta lain baik dlm pengertian 1 sd 3,hanya dlm Buddhapadana yg dianggap later canonical text. Dlm Mahavastu, teks dr Lokottaravada sub Mahasanghika, Buddhaksetra dikatakan meliputi 1 milyar tata surya dan dlm 10 penjuru arah ada banyak Buddhaksetra lain walaupun beberapa diantaranya kosong alias gak ada Buddha-nya. Ini kemudian berkembang dlm teks2 Mahayana. Lihat jg http://mbuddha.com.ne.kr/200012/2012-31.htm tentang Buddhakhetta ini.

Agaknya dlm Buddhisme awal (dan Theravada saat ini) konsep Buddhakhetta belum begitu berkembang spt dlm Mahayana yg muncul kemudian. Walaupun tdk menampik kemungkinan adanya Buddha lain pd masa yg sama di Buddhakhetta lain,umumnya Theravadin hanya mengakui Buddha2 yg ada di cakkavala kita ini sesuai dg apa yg ada dlm teks2 Pali awal.

Btw Chatthasangayana itu apa y?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Buddhapadana: Pengaruh dari Mahayanis kah???
« Reply #19 on: 02 February 2011, 10:05:39 PM »
Meskipun kitab komentar dan juga Apādana tidak menjelaskan apakah ada Buddha-buddha lain selain di jatikhetta ini, karena luasnya alam semesta ini, memang ada kemungkinan adanya Buddha-buddha lain. Tetapi ini hanya sekedar logika semata. :D.

Sebenarnya secara sepintas saya juga melihat bahwa konsep Buddhakhetta tampak merupakan later Buddhism meskipun di Apādana dan Theragāthā sebagai dua di antara teks Pali Kanon konsep ini disebutkan. Vinayapitaka, Empat nikaya pertama dan bahkan Abhidhammapitaka tidak menyebutkan konsep ini.

Sekarang pada umumnya konsep ini dianggap sebagai pengaruh Mahayana, tetapi juga bisa sebaliknya: Mahayana terpengaruh konsep ini dan mengembangkannya.

Btw, Chaṭṭhasangayana adalah the sixth Buddhist council di Myanmar. Namun yang saya maksud adalah Kitab Tipitaka dan Aṭṭhakathā yang disusun di konsili ke enam ini. Saya mengacu kutipan yang ada sebutkan dari kitab ini.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Buddhapadana: Pengaruh dari Mahayanis kah???
« Reply #20 on: 03 February 2011, 05:10:20 AM »
 [at] peacemind:

Terima kasih atas komentar dan penjelasannya atas topik ini....

Quote
Sekarang pada umumnya konsep ini dianggap sebagai pengaruh Mahayana, tetapi juga bisa sebaliknya: Mahayana terpengaruh konsep ini dan mengembangkannya.

Hal yg senada juga diutarakan Ven. Pannasikhara di forum Dhammawheel. Sepertinya lebih mungkin kalau konsep Buddhakhetta dan banyak Buddha ini mulai tampak bibitnya di later Pali canonical works (pre-Mahayanist) yg kemudian dikembangkan oleh tradisi Buddhis yg cenderung mengagungkan sisi adi-duniawi Sang Buddha seperti Mahasanghika dan Mahayana.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Buddhapadana: Pengaruh dari Mahayanis kah???
« Reply #21 on: 03 February 2011, 08:27:37 AM »
O ya, dua pertanyaan terakhir lagi,Samanera: Mengapa para Dighabhanaka menolak memasukkan Apadana khususnya Buddhapadana ini dlm Sutta Pitaka? Bagian mana yg menjd poin2 kontroversial bg mereka?

Dari hsl diskusi ini,saya melihat gak ada masalah bg para komentar & Theravadin modern utk menerima Buddhapadana ini.

Trus apakah dlm Kathavatthu gak ada disinggung ttg konsep Buddhakhetta & banyak Buddha dlm satu masa ini? Thx
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Buddhapadana: Pengaruh dari Mahayanis kah???
« Reply #22 on: 03 February 2011, 10:59:55 AM »
O ya, dua pertanyaan terakhir lagi,Samanera: Mengapa para Dighabhanaka menolak memasukkan Apadana khususnya Buddhapadana ini dlm Sutta Pitaka? Bagian mana yg menjd poin2 kontroversial bg mereka?

Dari hsl diskusi ini,saya melihat gak ada masalah bg para komentar & Theravadin modern utk menerima Buddhapadana ini.

Trus apakah dlm Kathavatthu gak ada disinggung ttg konsep Buddhakhetta & banyak Buddha dlm satu masa ini? Thx

Sebenarnya, pertanyaan yang pertama kurang tepat karena bukan hanya Apādana saja yang tidak dimasukkan ke dalam sutta pitaka, tetapi juga seluruh buku Khuddhakanikāya. Menurut Dighabhānāka seperti yang anda cantumkan di atas (terutama di ambil dari PTS tradition), seluruh buku khuddhakanikāya kecuali empat buku lain yakni Cariyapitaka, Buddhavamsa, Apadana dan Khuddhakapatha dimasukkan ke dalam Abhidhamma. Data ini sebenarnya agak berbeda dari apa yang terkutip dalam kitab komentar dalam Chaṭṭhasangayana di Burma. Dalam Sumangalavilasini menurut Chaṭṭhasangayana, terkutip sebagai berikut:


Tato paraṃ jātakaṃ, niddeso, paṭisambhidāmaggo, apadānaṃ, suttanipāto, khuddakapāṭho, dhammapadaṃ, udānaṃ, itivuttakaṃ, vimānavatthu, petavatthu, theragāthā, therīgāthāti imaṃ tantiṃ saṅgāyitvā ‘‘khuddakagantho nāmāya’’nti ca vatvā ‘‘abhidhammapiṭakasmiṃyeva saṅgahaṃ āropayiṃsū’’ti dīghabhāṇakā vadanti. Majjhimabhāṇakā pana ‘‘cariyāpiṭakabuddhavaṃsehi saddhiṃ sabbampetaṃ khuddakaganthaṃ nāma suttantapiṭake pariyāpanna’’nti vadanti.

Bisa diartikan sbb:

Dīghabhāṇakā mengatakan bahwa setelah mengumpulkan beberapa teks yakni jātakaṃ, niddeso, paṭisambhidāmaggo, apadānaṃ, suttanipāto, khuddakapāṭho, dhammapadaṃ, udānaṃ, itivuttakaṃ, vimānavatthu, petavatthu, theragāthā, therīgāthā, teks-teks ini dimasukkan ke dalam Abhidhammapitaka dan menamakannya sebagai Khuddakagantha. Sementara itu, Majjhimabhāṇakā berpendapat bahwa semua buku ini termasuk cariyāpitaka dan buddhavamsa harus dimasukkan ke dalam Suttapitaka dan menamakannya sebagai Khuddhakagantha.

Dari kutipan di atas, Dighabhāṇaka memasukkan Apādana ke dalam Abhidhamma dan bukan Suttapiṭaka, namun Majjhimabhāṇaka memasukkan semua buku yang saat ini tergabung ke dalam Khuddhakanikāya ke dalam Suttapitaka. Anehnya, kedua grup bhāṇakā ini tidak menyebut buku2 ini sebagai khuddhakanikāya,melainkan menyebutnya sebagai Khuddhakagantha. Sayangnya, di kitab komentar ini tidak disebutkan alasan mengapa Dīghabhāṇakā tidak memasukkan buku2 tersebut ke dalam Suttapitaka. Jadi pertanyaan anda tidak bisa dijawab. Karena kontroversi yang termuat dalam kitab komentar ini, banyak para sarjana Buddhis berpendapat bahwa buku-buku Khuddhakanikāya disusun belakangan.

Untuk pertanyaan kedua, saya melihat bahwa diskusi mengenai Buddhakhetta tidak disebutkan dalam Kathavatthu. Ada pernyataan mengenai Buddhavisaya, namun ini hanya untuk menunjukkan bahwa arahat tidak mengetahui semua pengetahuan Sang Buddha.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Buddhapadana: Pengaruh dari Mahayanis kah???
« Reply #23 on: 13 August 2016, 06:22:36 PM »
Diskusi di sini sepertinya beberapa kali menekankan bahwa masalah Buddhaketa/Buddha masa lampau ini dihubungkan dengan ranah imajinas/pikiran saja.
Padahal dalam Mahayana juga tidak sepenuhyna menganggapnya real.

Berikut kutipan dari Avatamsaka Sutra bagian Gandavyuha:

  “Putra bajik! Aku [telah] melihat para Tathagata sebanyak jumlah debu di sepuluh penjuru tanah Buddha. [Walaupun demikian] para Tathagata tersebut tidak datang ke sini, begitu juga aku tidak menuju ke sana. Bila aku hendak melihat Amitabha Tathagata di alam Sukhavati, maka aku akan dapat melihatnya dengan batinku. Bila aku hendak melihat Vajraprabha Tathagata di alam Candana, Ratnaprabha Tathagata di alam Keharuman Menakjubkan, Tathagata Cahaya Keheningan di alam Keemasan Menakjubkan, Aksobya Tathagata di alam Abhirati, Simha Tathagata di alam Kediaman Bajik, Chandrabodhi Tathagata di alam Cahaya Cermin, Vairocana Tathagata di alam Hiasan Singa Permata, demikian semuanya dapat terlihat. Lantas para Tathagata tersebut tidaklah datang menuju ke sini, dan tubuhku juga tidak pergi menuju ke sana. [Karena] dipahami bahwa semua Buddha dan batinku adalah bagaikan mimpi, dipahami bahwa semua Buddha ibarat wujud bayangan dan batin seperti air; dipahami bahwa semua wujud rupa Buddha dan batin diri itu bagaikan ilusi; dipahami bahwa semua Buddha dan batin sendiri bagaikan pantulan suara. Demikianlah aku memahami dan memikirkannya, bahwa para Buddha yang terlihat itu semua berasal dari batin sendiri." 

"Putra bajik! Ketahuilah bahwa bodhisattva dalam mempraktikkan Buddha Dharma, dalam memurnikan tanah Buddha, dalam mengumpulkan praktik menakjubkan, dalam mengendalikan makhluk hidup, dalam membangkitkan ikrar agung, dalam memasuki pintu segala kebijaksanaan lakon leluasa pembebasan tak terbayangkan, mencapai kebuddhaan, memperlihatkan kekuatan batin agung, menuju ke sepuluh penjuru semesta, dengan kebijaksanaan yang sangat halus memasuki berbagai kalpa. Semua ini berasal dari batin sendiri."   
 

 

anything