//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"  (Read 196480 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #585 on: 29 December 2012, 06:07:42 PM »
Rekan Indra yang bijak, Anda kurang bisa membedakan analogi dan kenyataan/fakta. Saya memang tidak menuduh Anda memiliki Las Vegas, itu adalah contoh/analogi. Sudah saya berikan contoh yang demikian ekstrim, apa Anda juga masih mengira itu kenyataan?


dalam hal ini saya memang tidak bisa membaca pikiran anda, tapi saya menilai hanya dari apa yg anda tulis.

Quote
Ketika Anda menulis belut kosong, naga, dsb, sikap itulah yang saya sebut sudah 'seolah-olah' membaca pikiran orang lain. Makanya saya tulis, alangkah baiknya jika Anda tidak bisa membaca pikiran orang lain, janganlah berkomentar tentang pengakuan orang, sebab pengakuan tersebut bisa saja benar, bisa juga tidak benar. Sampai disini paham toh logika ini?

ketika saya menulis belut kosong, itu juga bukan hasil dari membaca pikiran, melainkan dari apa yg dengan jelas teramati oleh mata saya. dan bagaimana jika saya memang bisa membaca pikiran anda yg tercecer kemana2 itu?

Quote
Kalimat "Siapapun boleh mengaku apapun" yang Anda simpulkan jadi makna tertentu, sungguh menggelikan.


usaha mengklarifikasi terlambat dari seorang yg putus asa  :P

Quote
Itu adalah ungkapan serupa dengan "Jangan percaya sebelum membuktikan". Jika Anda menyimpulkan seperti di atas, berarti Anda juga bisa menyimpulkan Buddha tidak percaya diri, karena sering mengatakan ajarannya harus dibuktikan dulu, baru dianggap benar.


menggiring opini bahwa saya sedang menyimpulkan Sang Buddha sungguh suatu kesimpulan yg mengada2, seolah2 anda menyamakan diri anda dengan Sang Buddha. Saya menyimpulkan anda tidak bisa disimpulkan bahwa "berarti saya menyimpulkan Sang Buddha ..." karena anda bahkan tidak ada seper enam belas bagian dari ujung kuku Sang Buddha.

Quote
Aneh-aneh juga. Dari yang jarang meditasi tapi masih memaksakan diri bergabung ke diskusi, yang logikanya lemah juga mencoba tapi jadi semi lelucon, juga kemampuan berbahasa yang pas-pasan sehingga keliru menyimpulkan sesuatu.

mungkin ini adalah bentuk pengakuan anda bahwa anda seorang meditator yang berlogika kuat dan berkemampuan bahasa yang tinggi, tapi anda harus mengaplikasikan hukum KIIK dalam pengakuan anda itu.

Quote
Tapi tidak apa-apa. Saya yakin penghuni Dhammacitta juga banyak yang arif dan lebih santun dalam berkata-kata.

tentu saja ada, selama bergabung di sini, saya hanya melihat 2 makhluk sejenis anda di antara ribuan penghuni DC lainnya yang arif dan santun dalam berkata-kata.

Quote
Segmen sempit begini (topik sunyata), masih banyak yang mencoba-coba. Jika di Tibet saja, Anda akan sangat beruntung bila diijinkan mengintip kelasnya saja.
Semoga anda lebih beruntung di Tibet. dari penjelasan anda yg kacau balau, saya setuju bahwa topik Sunyata memang segmen sempit.

Quote
Kalimat di atas termasuk sombong? Saya tunggu saja bila komentarnya bernada begitu lagi. :)

kalimat tidak bisa sombong, kalimat hanyalah rangkaian kata2 yg dibentuk dari huruf2. tapi agak mengecewakan jika anda memutuskan untuk hanya menunggu saja, karena saya berharap anda bisa lebih baik dari sekedar menunggu.

Quote
Salam damai sentosa. Semoga berbahagia.  _/\_

returned

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #586 on: 29 December 2012, 08:22:18 PM »
Ga boleh didebat. Guru pasti benar. Kalo menganggap guru salah, berarti cangkir penuh.

ai udah capek, tidak ketemu jawaban, malah dibuat mutar2
memang ciri khas kale, para pengikut KIIK =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #587 on: 29 December 2012, 08:34:11 PM »
Ah kayaknya si om baru belajar abhidhamma nih, makanya pamer

saya yakin kalau belajar abhidhamma hasilnya tidak demikian.
tapi tahapnya memang sudah mencapai spiritual bodohsatwa  :))
« Last Edit: 29 December 2012, 08:40:19 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #588 on: 29 December 2012, 08:35:39 PM »
...
...
...

“Seperti halnya seekor serigala tua di dalam hutan belantara mungkin berpikir: ‘Aku akan mengaumkan auman singa,’ namun hanya mampu melolong dan menggonggong seperti seekor serigala, demikian pula, teman Sarabha, di belakang Petapa Gotama mengaku: ‘Aku akan mengaumkan auman singa,’ [188] namun engkau hanya melolong dan menggonggong seperti seekor serigala. Seperti halnya, teman Sarabha, seekor ayam betina mungkin berpikir: ‘Aku akan bernyanyi seperti seekor ayam jantan,’ namun engkau hanya bernyanyi seperti seekor ayam betina ...
...
...
...

kutipan dari AN 3:64

Offline sl99

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 409
  • Reputasi: 33
  • Gender: Male
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #589 on: 30 December 2012, 03:41:17 AM »
Kok tidak dijawab? Kalau praktek dulu baru mengerti, nanti saya cebur di kolam dulu baru otomatis bisa berenang?

Salam. _/\_

Saya punya hak untuk tidak menjawab kan?

 ;D :P

BTW banyak tuh anak2 yang tenggelam dulu baru bisa berenang  :whistle:
« Last Edit: 30 December 2012, 04:04:47 AM by sl99 »
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #590 on: 30 December 2012, 03:47:42 AM »
dalam hal ini saya memang tidak bisa membaca pikiran anda, tapi saya menilai hanya dari apa yg anda tulis.

ketika saya menulis belut kosong, itu juga bukan hasil dari membaca pikiran, melainkan dari apa yg dengan jelas teramati oleh mata saya. dan bagaimana jika saya memang bisa membaca pikiran anda yg tercecer kemana2 itu?

usaha mengklarifikasi terlambat dari seorang yg putus asa  :P

menggiring opini bahwa saya sedang menyimpulkan Sang Buddha sungguh suatu kesimpulan yg mengada2, seolah2 anda menyamakan diri anda dengan Sang Buddha. Saya menyimpulkan anda tidak bisa disimpulkan bahwa "berarti saya menyimpulkan Sang Buddha ..." karena anda bahkan tidak ada seper enam belas bagian dari ujung kuku Sang Buddha.

mungkin ini adalah bentuk pengakuan anda bahwa anda seorang meditator yang berlogika kuat dan berkemampuan bahasa yang tinggi, tapi anda harus mengaplikasikan hukum KIIK dalam pengakuan anda itu.

tentu saja ada, selama bergabung di sini, saya hanya melihat 2 makhluk sejenis anda di antara ribuan penghuni DC lainnya yang arif dan santun dalam berkata-kata.
Semoga anda lebih beruntung di Tibet. dari penjelasan anda yg kacau balau, saya setuju bahwa topik Sunyata memang segmen sempit.

kalimat tidak bisa sombong, kalimat hanyalah rangkaian kata2 yg dibentuk dari huruf2. tapi agak mengecewakan jika anda memutuskan untuk hanya menunggu saja, karena saya berharap anda bisa lebih baik dari sekedar menunggu.

returned

Rekan Indra yang budiman, sebenarnya sulit jika kita masih melekat pada pengkultusan individu, dan merendahkan yang lain.
Kalau bagi saya pribadi, tidak ada makhluk yang lebih tinggi atau pun lebih rendah dari yang lain, yang ada hanyalah perbedaan cara pandang.

Bila kita bisa menyadari bahwa cara pandang yang diliputi LDM masih bisa keliru, maka sebaiknya kita tidak terburu-buru menyimpulkan apalagi memvonis sesuatu.

Tentang aplikasi KIIK, saya sedang menerapkannya disini, tapi banyak yang tidak siap menerima, dan yang muncul adalah refleksi dari fanatisme mereka terhadap yang mereka anut (marah, jengkel, kesal, karena merasa junjungan dan panutannya diremehkan, padahal belum tentu ada niat meremehkan di balik itu).

Tentu saya menunggu komentar Anda, apa yang lebih baik dari memberikan Anda kesempatan berpendapat?

Oke, salam cinta kasih dan semoga berbahagia.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #591 on: 30 December 2012, 04:05:39 AM »
Jadi Anda lebih hebat dari Buddha, karena bisa memberikan jaminan? Buddha saja tidak mengatakan pernah menjamin apapun.
me: Semua toh anicca, euforia anda tidak akan selamanya seperti itu, nanti setelah semua berlalu, anda pasti mengerti apa yang saya maksud

Pencapaian apa? Apakah Anda merasa sudah mencapai sesuatu?
me: Seperti yang anda bilang, anda mengaku mencapai sesuatu kemudian mengharapkan orang lain mengerti pengalaman anda cukup dengan membahas teori. Demikian juga saya, tidak akan bisa menjelaskan tanpa anda mempraktekkan, makanya praktekkanlah

Bahkan Buddha saja tidak merasa mencapai apa-apa (tiada yang mencapai, tiada yang dicapai).
me: coba jelaskan lebih lanjut

Jadi Anda belajar dari konsep apa, sehingga bisa mencapai sesuatu?
me: Belajar dari konsep apa? Jelas-jelas konsep yang anda anggap sampah itu.

Meditasi apa? Bukankah sekarang sedang meditasi?
me: maksudnya apa?

Salam hormat saya untuk Anda. Selamat berakhir pekan.

me: gak perlu hormat-hormat, karena gak ada yang dihormat=ada yang dihormat, ada yang dihormat=tidak ada yang dihormat

Anicca saya sependapat. Tapi kata-kata yang saya cetak tebal ini bermakna:
1. Ambigu, karena seolah-olah mengesankan Anda sudah menjalani lebih dari yang lain, dan saya pun pasti akan seperti Anda nantinya.
2. Absurd, karena bagaimana bisa mengerti yang Anda maksud bila tidak ada penjelasan?

Praktekkan apa?
Tentang teori, saya tidak mengatakan bahwa seseorang akan paham dengan teori, coba baca lagi halaman pertama, sudah jelas saya tulis harus diimbangi dengan meditasi.

Sutra Intan, nanti saya berikan di bawah. Tapi Anda tidak membatasi belajar dari aliran tertentu 'kan? Karena ini sutra Mahayana.

Sampah itu relatif (nanti baca juga di sutra Intan).

Meditasi, maksudnya sekarang pun kita semua sedang memusatkan perhatian dan 'mengamati'.

Tentu saja perlu hormat, manusia rata-rata punya ego, dan ego itu "minumnya" penghormatan. Bukan begitu? Kalau di Tantrayana, malah pengajaran bisa lebih ekstrim, dan itu tentu saja bukan untuk konsumsi umum (sebab hasilnya bisa dilihat di thread ini, banyak yang "terguncang").

Oke, salam bahagia untuk Anda.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Kutipan Sutra Intan
« Reply #592 on: 30 December 2012, 04:08:08 AM »
"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah seorang yang telah mencapai tingkat Arhat boleh mempunyai pikiran "Aku telah memperoleh Ke-arhat-an?"

Subhuti menjawab : "Tidak boleh, Yang Dijunjungi! Karena sebenarnya tidak ada Dharma yang dinamakan Arhat. Yang Dijunjungi, apabila seorang Arhat mempunyai pikiran bahwa "Aku telah mencapai Ke-arhat-an" itu berarti masih ada kemelekatan pada diri, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan. Yang Dijunjungi, dengan berhasilnya aku menjalankan Samadhi "Tanpa Pertentangan", Hyang Buddha mengatakan bahwa aku adalah yang terunggul di antara manusia, bahwa aku adalah Arhat yang terunggul dalam membebaskan diri dari segala nafsu keinginan. Yang Dijunjungi, aku tak pernah berpikir "Aku adalah seorang Arhat yang terbebas dari nafsu keinginan". Jika aku mempunyai pikiran "Aku telah mencapai Ke-arhat-an", Yang Dijunjungi tidak akan berkata bahwa Subhuti adalah orang yang paling berhasil menjalankan ketenangan. Karena Subhuti justru tidak merasa menjalankan kehidupan pertapaan, Ia telah diberi nama Subhuti, yang gemar menjalankan ketenangan."

Hyang Buddha berkata kepada Subhuti : "Bagaimana pendapatmu, apakah ada Dharma apapun yang diperoleh Tathagatha sewaktu berada bersama Buddha Dipankara?"

"Tidak, Yang Dijunjungi! Sebenarnya tidak ada Dharma apapun yang diperoleh Tathagatha sewaktu berada bersama Buddha Dipankara."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah para Bodhisattva memperindah tanah suci?"

"Tidak, Yang Dijunjungi, apakah sebabnya? Karena alam Buddha itu hakekatnya tidak perlu diperindah lagi, hanya dalam penjelasan digunakan kata memperindah."

"Oleh karena itu, Subhuti, para Bodhisattva, Mahasattva harus menumbuhkan pikiran suci dan jangan menumpukan hati pada segala wujud. Dia tidak boleh menumpukan hatinya pada suara, bau, rasa, objek sentuhan, dan objek mental. Dia tidak boleh menumpukan hatinya pada apapun dan dimanapun."

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=11960.0

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Kutipan Sutra Intan
« Reply #593 on: 30 December 2012, 04:18:54 AM »
"Mengapa begitu? Tathagatha berarti hakiki dari semua Dharma. Jika seseorang mengatakan Tathagatha memperoleh Anuttara-samyak-sambodhi, Subhuti, sebenarnya tidak ada Dharma demikian yang diperoleh Hyang Buddha. Subhuti, Anuttara-samyak-sambodhi yang dicapai Tathagatha, di dalamnya, bukanlah nyata atau tidak nyata. Oleh karena itu, Tathagatha mengatakan semua Dharma sebagai Buddhadharma. Subhuti, semua Dharma dikatakan sebagai bukan Dharma sejati. Oleh sebab itu disebut Dharma."

http://www.oocities.org/sutra_online/sutra_intan.htm

Tambahan I:


Para bhikshu menjawab, “Hanya orang-orang yang terlalu yakin yang akan mengaku mereka telah mencapai dan merealisasi sesuatu. Bagi seorang umat beragama yang sederhana, tidak ada yang dicapai atau direalisasikan. Lalu, bagaimana seseorang yang seperti ini berpikir untuk mengatakan dirinya sendiri, ‘Inilah yang telah kucapai; inilah yang telah kurealisasikan’ ? Jika gagasan seperti ini muncul dalam dirinya, maka ini adalah perbuatan setan.”

http://www.w****a.com/forum/mahayana/13417-sutra-penjelasan-keadaan-kebuddhaan-yang-tak-terbayangkan.html

Tambahan II:

Sang Buddha berkata, “Jika yang tidak berkondisi dapat direalisasi oleh para Arahat, maka terdapat hal yang seperti itu di dalam yang tidak berkondisi; bagaimana dapat kamu katakan tidak ada pengelompokan di dalamnya?”
“Benda-benda tidak memiliki pengelompokan, dan para Arahat telah melampaui pengelompokan. Itulah sebabnya mengapa Aku mengatakan tidak ada pengelompokan. “
Sang Buddha bertanya, “Manjusri, tidakkah kamu mengatakan kamu telah mencapai Kearahatan?”
Manjusri berbalik bertanya, “Yang Dimuliakan, andaikata seseorang bertanya pada seorang yang diciptakan secara sihir, ‘Tidakkah kamu mengatakan kamu telah mencapai Kearahatan?’ Apakah yang akan menjadi jawabannya?”
Sang Buddha menjawab Manjusri, “Seseorang tidak dapat mengatakan pencapaian atau bukan pencapaian dari seorang yang diciptakan secara sihir.”
Manjusri bertanya, “Tidakkah Sang Buddha telah mengatakan bahwa semua benda bagaikan khayalan?”
Sang Buddha menjawab, “Demikianlah telah Ku-katakan.”
“Jika semua benda bagaikan khayalan, mengapa Anda menanyakan apakah aku telah mencapai Kearahatan atau belum?”
Sang Buddha bertanya, “Manjusri, kesamaan apakah di dalam tiga kendaraan yang telah kamu realisasikan? “
“Aku telah merealisasi kesamaan dari keadaan Kebuddhaan?”
Sang Buddha bertanya, “Apakah kamu telah mencapai keadaan Kebuddhaan?”
“Jika Yang Dimuliakan telah mencapainya, maka aku juga telah mencapainya. “
Setelah itu, Yang Mulia Subhuti bertanya pada Manjusri, “Bukankah Sang Tathágata telah mencapai keadaan Kebuddhaan?”
Manjusri berbalik bertanya, “Apakah kamu telah mencapai sesuatu dalam keadaan Sravaka?”
Subhuti menjawab, “Pembebasan seorang Arahat bukanlah sebuah pencapaian ataupun bukan pencapaian.”
“Demikian pula, pembebasan Sang Tathágata bukanlah pencapaian ataupun bukan pencapaian.”
Subhuti berkata, “Manjusri, kamu tidak membimbing para Bodhisattva pemula dengan mengajarkan Dharma melalui cara ini.”
Manjusri bertanya, “Subhuti, bagaimana pendapatmu? Andaikan seorang tabib, dalam merawat pasien-pasiennya, tidak memberikan mereka obat-obatan yang pedas, asam, dan kecut. Apakah ia menolong mereka untuk sembuh atau menyebabkan mereka meninggal?”
Subhuti menjawab, “Ia menyebabkan mereka menderita dan meninggal dunia alih-alih memberikan mereka kedamaian dan kebahagian.”
Manjusri berkata, “Demikianlah halnya dengan seorang guru Dharma. Jika, dalam membimbing orang lain, ia khawatir mereka mungkin akan takut dan demikian menyembunyikan dari mereka makna Dharma yang mendalam dan sebagai gantinya, mengatakan pada mereka dalam kata-kata yang tidak sesuai dan ungkapan khayalan, maka ia menyebabkan makhluk-makhluk menanggung derita kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian, alih-alih memberikan mereka kemakmuran, kedamaian, kebahagiaan, dan Nirvana.”
Ketika Dharma ini dijelaskan, lima ratus bhikshu terbebaskan dari kemelekatan pada semua dharma, bersih dari kekotoran batin dan terbebaskan dalam pikiran; delapan puluh ribu dewa meninggalkan noda-noda alam keduniawian yang jauh di belakang dan mencapai mata Dharma yang murni yang melihat menembus semua dharma; tujuh ratus dewa bertekad untuk mencapai Pencerahan Sempurna dan berikrar: “Pada masa yang akan datang, kami akan mencapai kepandaian berbicara seperti yang dimiliki Manjusri.”


Tambahan III:

Subhuti bertanya, “Apakah kamu telah memasuki realisasi Kearahatan dan selamanya terbebas dari samsara?”
“Aku telah memasukinya dan keluar darinya.”
Subhuti bertanya, “Mengapa kamu keluar darinya setelah kamu memasukinya? “
Manjusri menjawab, “Yang Mulia, anda harus mengetahui bahwa ini adalah perwujudan dari kebijaksanaan dan kearifan seorang Bodhisattva. Ia sesungguhnya memasuki realisasi Kearahatan dan terbebas dari samsara; kemudian, sebagai cara untuk menyelamatkan makhluk-makhluk, ia keluar dari realisasi itu. Subhuti, misalkan seorang pemanah yang ahli merencanakan untuk melukai musuh bebuyutannya, tetapi, karena salah menyangka putra kesayangannya di dalam hutan sebagai musuh, ia menembakkan panah padanya. Putranya berkata, ‘Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Mengapa ayah ingin melukaiku?’ Seketika itu juga, sang pemanah, yang berlari dengan cepat, mendorong putranya dan menangkap panah itu sebelum ia melukai seseorang. Seorang Bodhisattva adalah seperti ini: untuk melatih dan membimbing para Sravaka dan para Pratyekabuddha, ia memasuki Nirvana; tetapi, ia keluar darinya dan tidak jatuh ke tingkat Sravaka dan Pratyekabuddha. Itulah mengapa tingkat Bodhisattva disebut tingkat Buddha.”

Offline learner

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 225
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • ^^ ada yang baca buku, ada yang sibuk lepas ikatan
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #594 on: 30 December 2012, 04:30:45 AM »
menurut analisa saya,

kondisi kosong = isi, isi=kosong dapat juga tercapai dalam kondisi ekstrim berikut,

ketika seseorang sedang dalam kondisi ego tinggi karena mempertahankan pendapat dalam pertengkaran,
ketika terlibat dalam pertengkaran,
secara otomatis pikirannya akan terpusat pada topik pertengkaran (pengaruh emosi/ego),
pada tingkat konsentrasi yang tinggi pikiran akan berusaha mencari cara untuk mempertahankan pendapat yang dianggapnya benar,
meskipun pendapat tersebut belum tentu kebenarannya,
pikiran akan menjadi defensive,
pikiran akan berusaha memblock informasi yang sifatnya menyerang pendirian si pemberi pendapat,
pikiran akan mengabaikan kebenaran dari pendapat lawan bertengkar yang melemahkan pendirian pendapatnya,
pikiran akan mencari alasan apapun untuk memperkuat pendapatnya meskipun dengan cara2 yang tidak masuk akal.

demikianlah kondisi kosong = isi, isi = kosong dapat juga berwujud
karena pikiran dapat mengabaikan informasi pada kondisi ekstrim tsb,
kebenaran menjadi bukan kebenaran,
dan yang bukan kebenaran menjadi kebenaran,

semua itu terjadi karena tingkat konsentrasi yang terlalu tinggi terhadap objek.

senar yang ditarik terlalu kencang akan putus,
senar yang kurang ditarik tidak dapat berbunyi.

hahaha.............
« Last Edit: 30 December 2012, 04:35:28 AM by learner »
tidak perlu mencoba melakukan hal besar yang sangat rumit, lakukan saja hal sederhana dengan teliti dan benar

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #595 on: 30 December 2012, 04:35:06 AM »
menurut analisa saya,

kondisi kosong = isi, isi=kosong dapat juga tercapai dalam kondisi ekstrim berikut,

ketika seseorang sedang dalam kondisi ego tinggi karena mempertahankan pendapat dalam pertengkaran,
ketika terlibat dalam pertengkaran,
secara otomatis pikirannya akan terpusat pada topik pertengkaran (pengaruh emosi/ego),
pada tingkat konsentrasi yang tinggi pikiran akan berusaha mencari cara untuk mempertahankan pendapat yang dianggapnya benar,
meskipun pendapat tersebut belum tentu kebenarannya,
pikiran akan menjadi defensive,
pikiran akan berusaha memblock informasi yang sifatnya menyerang pendirian si pemberi pendapat,
pikiran akan mengabaikan kebenaran dari pendapat lawan bertengkar yang melemahkan pendirian pendapatnya,
pikiran akan mencari alasan apapun untuk memperkuat pendapatnya meskipun dengan cara2 yang tidak masuk akal.

demikianlah kondisi kosong = isi, isi = kosong dapat berwujud
karena pikiran dapat mengabaikan informasi pada kondisi ekstrim tsb,
kebenaran menjadi bukan kebenaran,
dan yang bukan kebenaran menjadi kebenaran,

semua itu terjadi karena tingkat konsentrasi yang terlalu tinggi terhadap objek.

senar yang ditarik terlalu kencang akan putus,
senar yang kurang ditarik tidak dapat berbunyi.

hahaha.............

Betul, betul. Analisa yang bagus.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #596 on: 30 December 2012, 04:37:32 AM »
"Ada yang baca buku, ada yang sibuk lepas ikatan."

Kata-kata yang bermakna. :)

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #597 on: 30 December 2012, 06:02:43 AM »

untung yang berkuasa atas alam DC, cepat tanggap untuk memindahkan topik ini ke topik pribadi =))
« Last Edit: 30 December 2012, 06:05:50 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #598 on: 30 December 2012, 06:09:19 AM »
Saya punya hak untuk tidak menjawab kan?

[sunya] terlalu polos,
[sunya ] harusnya anda punya hak untuk memutar jawaban dengan beberapa kalimat yang panjang dengan beberapa argumen, seperti yang saya lakukan selama ini dan ternyata membawa manfaat sehingga topik ini mencapi 40 page, walaupun saya sadari atau tidak sadari apakah benar atau tidak benar karena prinsipnya semua adalah sama sesuai topik KIIK  :))

=)) =)) =))
« Last Edit: 30 December 2012, 06:14:44 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #599 on: 31 December 2012, 07:13:49 AM »
Pikiran yang terbelenggu tidak dapat melihat kebenaran. Kejernihan pikiran tertutupi oleh ego dan fanatisme kepercayaan.

Kalama sutta jadi pajangan, praktek lebih condong pada keimanan daripada saddha yang benar.

Selamat tinggal sutta, apakah kau memang lebih baik jadi pajangan dan bahan studi akademis saja?

Keimanan pada Tiratana lebih penting dan esensial, daripada ehipassiko terhadap Kebenaran Tiratana itu sendiri. Benarkah demikian?

Mari kita renungkan bersama, saya beriman atau ber-ehipassiko?

Salam Buddhist, semoga semua makhluk berbahagia.  _/\_

 

anything