Jangan begitu... Hargailah usaha gagak yang mau tampil jadi merak.
NIVĀTO CA (Rendah Hati)
Rendah hati atau sikap tidak sombong atau tidak menyombongkan diri. Kesombongan dan keangkuhan dapat menyebabkan tidak disenangi orang lain, sikap sombong sukar dinasehati, sukar diajak bicara atau rembugan (kerja sama) karena mementingkan sikap sombong dan keakuan. sikap kesombongan dan keangkuhan akan menimbulkan emosional dengan marah, benci dan kecewa karena menggangap yang benar dan hanya mementingkan kepentingan dan kemauannya. Kesombongan dan keangkuhan menimbulkan sikap yang tidak sebenarnya dapat memutarbalikkan fakta dan kata-kata sendiri yang hanya membenarkan sikap dan prinsipnya, tidak mau kalah dengan orang lain. Perasaan senang jika orang lain kalah karena pendapatnya yang diterima dan sebaliknya akan timbul kekecewaan jika prinsipnya ditolak orang lain, orang yang bersikap hal tersebut sukar dinasihati dan diperingatkan.
Orang yang kaya, memiliki jabatan dan sukses yang memiliki sikap rendah hati merupakan Berkah Utama, dalam Maha Mangala Sutta sikap rendah hati merupakan sikap yang tidak menyombongkan diri, mudah untuk dinasihati dan kerja sama, mau mendengar kata-kata orang lain tidak bersikap kaku dan ketika kritik dan saran muncul tidak bersikap emosional dengan senyum menerima setiap tanggapan dari orang lain. Sikap rendah hati dan menyadari kelemahan-kelemahan dengan menyadarinya yang membuat terus belajar dari kelemahan serta kesalahan.
Ada cerita rakyat mengenai seekor gagak yang ingin mengetahui cara membuat sarang. Gagak tidak mempunyai sarang, gagak bertanya kepada seekor burung yang pintar membuat sarang. Burung tersebut memberitahunya “pertama ambil ranting”, gagak menjawab “ya, saya sudah tahu”, kemudian burung tersebut berkata “kamu letakkan ranting-ranting tersebut”, gagak membalas “ya, saya tahu itu juga”, tanpa kehilangan kesabaran burung itu melanjutkan “kamu ambil ranting yang lain”, gagak menjawab “saya tahu itu juga”. Burung tersebut kehilangan kesabarannya akhirnya pergi. Akhirnya gagak tidak pernah dapat membuat sarang. Sikap burung gagak menggambarkan sikap tidak rendah hati untuk belajar. Sikap yang rendah hati tidak mengagungkan, membanggakan diri sendiri karena penuh pengendalian diri. Orang yang memiliki sikap rendah hati mau mendengarkan orang lain, memperhatikan orang lain yang berbicara dan mau belajar dari orang lain yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Cerita burung gagak yang tidak mau mendengarkan dan memperhatikan dari burung lain menyebabkan dirinya rugi karena tidak dapat mengetahui cara membuat sarang yang bermanfaat dan memberi pengetahuan yang baru.
Memiliki sikap rendah hati selalu terkendali dan terkontrol dari dirinya, dengan mengembangkan sikap kebijaksanaan dan spiritual kesombongan akan terkikis, sikap Bhikkhu Sariputta merupakan contoh rendah hati. “Suatu ketika Bhikkhu Sariputta sedang berjalan, bagian dari lipatan jubahnya menyentuh tanah, kemudian samanera yang berusia tujuh tahu melihat dan memberitahu Bhikkhu Sariputta, dengan sikap rendah hati beliau memperbaiki jubahnya dan memberi hormat pada samanera kecil” (Sarada, 23), contoh tersebut menggambarkan sikap rendah hati berkembang seiring dengan kemajuan dalam spiritual.
Umat Buddha atau non buddhis dengan melatih rendah hati akan terkendali dan mau menghargai orang lain, mudah untuk dinasehati dan bekerjasama tidak emosional, menghadapi tanpa marah dengan berpikiran positif dan mengambil sikap yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain, sikap rendah hati mengikis kesombongan dan keangkuhan mau menerima kelebihan dan kekurangan orang lain ataupun diri sendiri.