//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka  (Read 76524 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #195 on: 13 April 2011, 01:23:57 PM »
Tidak bisa, itu merknya 'operasi' bukan melukai kepala orang. Lagipula, bukan Buddha yang melakukan atau membimbing operasi tersebut, tapi Jivaka. Jadi itu bukan ajaran Buddha.

[belut mode]Apakah dibilang pakai anesthesia atau tidak? Karena kalau pakai, berarti tidak termasuk menyakiti.[/belut mode]

 [at]  Bro Kaynin, ketentuan dari 1st post bukan menyakiti, tetapi melukai (lihat quote dibawah), kalo cuma menyakiti kisah raja naga yg dipecundangi Bhante Mogallana udah termasuk.

Teman-teman sekalian, saya ada usul bagaimana bila DC mengadakan sayembara yang terbuka untuk umum, terbuka untuk seluruh masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia.

Isi sayembaranya adalah sebagai berikut:

"Barang siapa yang bisa menemukan pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain atau membunuh mahluk lain secara fisik" akan diberi hadiah.

Saya bersedia menyumbang Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) bagi mereka yang berhasil menemukan pernyataan yang membenarkan hal itu dalam Tipitaka.

Bila ada teman-teman yang ingin urunan menambah besarnya hadiah, silahkan.... Bagaimana....?
yaa... gitu deh

Offline dhammasiri

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 465
  • Reputasi: 44
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #196 on: 13 April 2011, 01:43:39 PM »
Tidak bisa, itu merknya 'operasi' bukan melukai kepala orang. Lagipula, bukan Buddha yang melakukan atau membimbing operasi tersebut, tapi Jivaka. Jadi itu bukan ajaran Buddha.

[belut mode]Apakah dibilang pakai anesthesia atau tidak? Karena kalau pakai, berarti tidak termasuk menyakiti.[/belut mode]
Kalau definisinya seprti ini
Quote
"Barang siapa yang bisa menemukan pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain atau membunuh mahluk lain secara fisik" akan diberi hadiah.
tentu itu adalah syah karena pasien perlu diikat ditiang ketika operasi dilakukan.
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #197 on: 13 April 2011, 01:48:17 PM »
Kalau definisinya seprti ini tentu itu adalah syah karena pasien perlu diikat ditiang ketika operasi dilakukan.

begini Sam, untuk membuktikan bahwa suatu tindakan kriminal sudah terjadi, kami perlu membuktikan bahwa memang ada yg jadi korban, dan kami memerlukan identitas korban ini, nama korban, nama orang tua, golongan darah, dan alamat lengkap

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #198 on: 13 April 2011, 01:48:34 PM »

Itu pelajaran dari bodhisatta, bukan oleh Buddha. Dalam jataka juga bodhisatta bisa membunuh orang, tapi sekali lagi itu hanya cerita yang dikisahkan saja. Buddha sendiri tidak menyuruh orang melakukan hal tersebut.

[belut mode]Justru itu adalah ajaran bagi penjudi agar hati-hati dalam menelan dadu, harus dites dulu sebelum ditelan.[/belut mode]


Syair di atas diucapkan oleh Sang Buddha sendiri di Tipitaka. Syair tersebut kemudian diperjelas oleh Sang Buddha melalui ceritanya di masa lampau dan di cerita tersebut, Sang Buddha tidak memiliki objection bahwa perbuatan-Nya di masa lampaunya salah. Justru dalam ceritanya, tampak sekali Sang Buddha membenarkan perbuatannya di masa lampau. Bahkan di akhir khotbah Beliau mengklaim sendiri, "Saya adalah penjudi bijaksana pada masa itu (paṇḍitadhutto  ahameva  ahosiṃ). See.... bukan hanya membenarkan perbuatan-Nya di masa lampau, bahkan beliau mengatakan sebagai penjudi bijaksana. (Belut geliat mode on juga). hehehe....
« Last Edit: 13 April 2011, 01:52:13 PM by Peacemind »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #199 on: 13 April 2011, 01:57:37 PM »
[at]  Bro Kaynin, ketentuan dari 1st post bukan menyakiti, tetapi melukai (lihat quote dibawah), kalo cuma menyakiti kisah raja naga yg dipecundangi Bhante Mogallana udah termasuk.

[belut mode]Tetap saja melukai dan operasi itu berbeda, walaupun perbuatannya mungkin ada kesamaan. Misalnya seseorang mau basmi tikus dengan makanan yang diberi racun tikus, apakah orang itu dikatakan 'memberi makan tikus' ataukah 'meracuni tikus'? Padahal tikusnya sama-sama makan lho.

Sebaliknya anak kecil yang senang sama tikus mau memberi makan tikus. Dengan polos dia berpikir, "kakak beri makan kucing dengan 'cereal' yang ada gambar kucingnya, maka saya beri tikus dengan 'cereal' yang ada gambar tikusnya" lalu diberikanlah 'cereal' yang adalah racun tikus itu dan akhirnya si tikus mati. Ini namanya memberi makan atau meracuni? Padahal tikusnya sama-sama modar lho.[/belut mode]

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #200 on: 13 April 2011, 02:07:08 PM »
Kalau definisinya seprti ini
Quote
"Barang siapa yang bisa menemukan pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain atau membunuh mahluk lain secara fisik" akan diberi hadiah.
tentu itu adalah syah karena pasien perlu diikat ditiang ketika operasi dilakukan.
Benar ada diceritakan harus diikat di tiang?




begini Sam, untuk membuktikan bahwa suatu tindakan kriminal sudah terjadi, kami perlu membuktikan bahwa memang ada yg jadi korban, dan kami memerlukan identitas korban ini, nama korban, nama orang tua, golongan darah, dan alamat lengkap
[belut mode]Jangan lupa NPWP-nya, takutnya menggelapkan pajak juga.[/belut mode]
« Last Edit: 13 April 2011, 02:13:28 PM by Kainyn_Kutho »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #201 on: 13 April 2011, 02:12:45 PM »
Syair di atas diucapkan oleh Sang Buddha sendiri di Tipitaka. Syair tersebut kemudian diperjelas oleh Sang Buddha melalui ceritanya di masa lampau dan di cerita tersebut, Sang Buddha tidak memiliki objection bahwa perbuatan-Nya di masa lampaunya salah. Justru dalam ceritanya, tampak sekali Sang Buddha membenarkan perbuatannya di masa lampau. Bahkan di akhir khotbah Beliau mengklaim sendiri, "Saya adalah penjudi bijaksana pada masa itu (paṇḍitadhutto  ahameva  ahosiṃ). See.... bukan hanya membenarkan perbuatan-Nya di masa lampau, bahkan beliau mengatakan sebagai penjudi bijaksana. (Belut geliat mode on juga). hehehe....

[belut kulit minyak kelapa mode]Buddha mengatakan penjudi tersebut bijaksana maksudnya karena tidak menelan dadu. Moral dari cerita: penjudi pinter: tidak telan dadu; penjudi bodoh: telan dadu. Penjelasan: karena dadunya selain tidak enak ditelan, berisiko:
1. tercemar kuman karena yang main itu belum tentu cuci tangan sebelum judi
2. dibuat oleh pabrik yang tidak higienis di mana tikus berkeliaran dan 'menyampah' di mana-mana
3. mengandung bahan tercemar radiasi dari kebocoran PLTN di Fukushima
4. diolesi racun oleh saingan
[/belut kulit minyak kelapa mode]

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #202 on: 13 April 2011, 02:15:50 PM »
[belut mode]Tetap saja melukai dan operasi itu berbeda, walaupun perbuatannya mungkin ada kesamaan. Misalnya seseorang mau basmi tikus dengan makanan yang diberi racun tikus, apakah orang itu dikatakan 'memberi makan tikus' ataukah 'meracuni tikus'? Padahal tikusnya sama-sama makan lho.

Sebaliknya anak kecil yang senang sama tikus mau memberi makan tikus. Dengan polos dia berpikir, "kakak beri makan kucing dengan 'cereal' yang ada gambar kucingnya, maka saya beri tikus dengan 'cereal' yang ada gambar tikusnya" lalu diberikanlah 'cereal' yang adalah racun tikus itu dan akhirnya si tikus mati. Ini namanya memberi makan atau meracuni? Padahal tikusnya sama-sama modar lho.[/belut mode]


Yang jelas sama2 memberi makan, baik dengan niat meracuni maupun hanya memberi makan.

Sama halnya dengan operasi dan orang yang menggunakan pisau bedah demi niat hanya untuk melukai. Kedua2nya sama2 melukai sama halnya dengan sama2 memberi makan.

Jadi dalam kedua kasus diatas, memberi makan = melukai.
yaa... gitu deh

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #203 on: 13 April 2011, 02:32:02 PM »
Yang jelas sama2 memberi makan, baik dengan niat meracuni maupun hanya memberi makan.

Sama halnya dengan operasi dan orang yang menggunakan pisau bedah demi niat hanya untuk melukai. Kedua2nya sama2 melukai sama halnya dengan sama2 memberi makan.

Jadi dalam kedua kasus diatas, memberi makan = melukai.

[belut mode]Masa' dianggap sama tanpa membedakan niatnya, bro? Berarti Buddha Gotama waktu ajak Nanda ke Tavatimsa lihat bidadari kaki pink, disamakan dengan hidung belang pergi ajep-ajep lihat cewek sexy?[/belut mode]

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #204 on: 13 April 2011, 02:40:35 PM »
[belut mode]Masa' dianggap sama tanpa membedakan niatnya, bro? Berarti Buddha Gotama waktu ajak Nanda ke Tavatimsa lihat bidadari kaki pink, disamakan dengan hidung belang pergi ajep-ajep lihat cewek sexy?[/belut mode]

Buddha dan Nanda sama2 melihat bidadari, bedanya Buddha tenang (tapi tetap tahu bahwa obyeknya secara konvensi cantik dan sexy) dan yang satunya (pada saat itu kemungkinan) mupeng.  =P~

 :))
yaa... gitu deh

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #205 on: 13 April 2011, 02:51:28 PM »
Buddha dan Nanda sama2 melihat bidadari, bedanya Buddha tenang (tapi tetap tahu bahwa obyeknya secara konvensi cantik dan sexy) dan yang satunya (pada saat itu kemungkinan) mupeng.  =P~

 :))

[belut mode]Wah, ga bisa gitu, bro... Tadi yang dokter bedah sama pembunuh pakai pisau bedah dipukul rata sama, sekarang masa' yang Buddha sama hidung belang dibedain??  ;D [/belut mode]

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #206 on: 13 April 2011, 03:40:55 PM »
Sudah 14 halaman... dan belum ada satupun barang seseorang yg berhasil.

Sepertinya uang 5.000.000 ko Fabian sudah bisa kita bawa makan bareng atau diinvestasikan ke Melindada dege saja?

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #207 on: 13 April 2011, 07:27:02 PM »
Saya dapat jawaban lain. Kutipan di bawah ini saya ambil dari Littajātaka, Jātaka. Di sutta ini, ada syair sebagai berikut:

"Littaṃ paramena tejasā, gilamakkhaṃ puriso na bujjhati;
gila re gila pāpadhuttaka, pacchā te kaṭukaṃ bhavissatīti.".

Yang bisa diartikan sebagai berikut:

Ia tidak mengetahui dadu yang ditelannya diolesi dengan racun yang panas;
Telan, telanlah penjudi jahat! Setelah itu anda akan terbakar di dalam!".

Syair di atas diucapkan oleh Bodhisatta dan diulangi oleh Sang Buddha ketika Beliau menceritakan kepada muridnya. Dalam Jātaka Aṭṭhakathā, diceritakan bahwa suatu saat Bodhisatta berjudi dengan dadu dengan seorang penjudi. Namun tiap kali si penjudi terdesak kalah, ia selalu menelan dadu dan berpura-pura dadu hilang. Bodhisatta tahu bahwa dadu tersebut ditelan. Kemudian, ia mengolesi dadu tersebut dengan racun untuk memberikan pelajaran. So.... 7 jutakah ini? hehehe.....

Samanera yang saya hormati,   ^:)^ Bila cerita Jataka ini boleh dijadikan pembenaran maka saya juga mau menuntut bro Kainyn dan  bro Indra:

"Di masa lampau suatu ketika ada seorang ahli gulat datang ke kota tempat Bodhisatta berada, karena ia merasa hebat lalu ia menantang seisi kota, tak ada yang sanggup mengalahkannya. Kemudian teman-teman meminta Bodhisatta untuk bertanding melawan ahli gulat tersebut (karena beliau adalah yang terkuat di kota tersebut). Bodhisatta dalam pergulatan tersebut kemudian mematahkan punggung pegulat tersebut untuk memberi pelajaran. So.... 20 jutakah ini? hehehe....

Mettacittena,   _/\_
« Last Edit: 13 April 2011, 07:37:10 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #208 on: 13 April 2011, 07:32:34 PM »
Saya mau ikutan sayembara. Dalam Vinaya Pitaka I, 273, dikatakan bahwa Jivaka Komarabaccha melakukan operasi dibagian kepala seorang pasien. Dia harus memotong tengkorak kepada untuk mengeluarkan 2 makhluk yang menyebabkan pasien menderita selama 7 tahun. Dia juga telah membedah perut seorang pasien untuk menyembuhkan system pencernaan seorang pasien (Vin. I, 275). Akankah ini juga berlalu untuk memenangkan hadia atau akan dijadikan dasar untuk berbelit?

Samanera Dhammasiri yang saya hormati,  ^:)^  Contoh yang paling jelas adalah Jivaka Komarabacca melukai kaki Sang Buddha untuk membuat agar darah mengalir supaya sembuh. Akankah ini juga berlalu untuk memenangkan hadiah ini dari bro kaynin dan bro Indra atau akan dijadikan dasar untuk berbelit...?

Mettacittena,   _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #209 on: 13 April 2011, 07:36:26 PM »
Sudah 14 halaman... dan belum ada satupun barang seseorang yg berhasil.

Sepertinya uang 5.000.000 ko Fabian sudah bisa kita bawa makan bareng atau diinvestasikan ke Melindada dege saja?

::

Sabar bro... Saya menunggu pembayaran 20 Juta.... hehehe.....
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata