//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka  (Read 77072 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #180 on: 13 April 2011, 09:07:42 AM »
Bila luka diteruskan, bila tidak luka juga diteruskan bro... Tak ada pilihan....


nah itu dia yg "sudah diantisipasi", dan luka itu dibisa dibenarkan, bukan?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #181 on: 13 April 2011, 09:26:09 AM »
Intinya sih melukai itu boleh kalau untuk kebaikan yang lebih besar (greater good). Masalahnya, pandangan orang tentang 'greater good' ini 'kan beda-beda. Misalnya kalau di Zeuism, mesti mengorbankan Andromeda agar Kraken tidak menghancurkan kerajaan. Korban satu perawan, selamat satu kerajaan & rakyatnya.

Berarti sama saja, korban tenggorokan & mulut berdarah, nyawa selamat. Rusak dikit, menyelamatkan banyak. Jadi intinya memang boleh melukai secara fisik, untuk 'greater good'. Para teroris juga sama, membunuh sedikit orang jahat (versi mereka), untuk menyelamatkan dunia (menyelamatkan dari amukan sosok adikuasa. Merugikan dikit, untuk 'greater good'.

« Last Edit: 13 April 2011, 09:28:01 AM by Kainyn_Kutho »

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #182 on: 13 April 2011, 09:35:52 AM »
Bro Fabian yg baik,
Saya tergerak ingin ikutan, tp krn sy sdg sibuk ujian, sy blm sempat mencari di Tipitakanya, maka sy hanya ikutan utk meramaikan aja sayembara ini sbg penggembira tp ga berani ikutan memperebutkan hadiah (butuh wkt utk mencari data di Tipitaka).

1.   Dlm Samanera sikkhapada yg diterbitkan oleh Mahasangharaja Thailand dikisahkan Samanera Rahula sbg anak yg berbakti kpd orang tua, beliau sll merawat Ibunya (Putri Yasodhara/Ven.Bhaddakaccana). suatu hari Putri Yasodhara sakit keras, beliau melaporkan kpd sang Buddha, setelah sang Buddha diberitahu ttg sakit Putri Yasodhara, beliau memberitahu “obatnya”, nah ini yg mungkin adalah termasuk kategori “menyetujui melukai/membunuh mahluk hidup” karena obat tsb adalah “bubur ikan merah”. Setelah Rahula mendptkan resep obat ini, maka beliau meminta kpd siapa saja yg dpt mencarikan, stlh raja mendengar lalu mempersembahkan obat tsb dan Putri Yasodhara sembuh. Sekali lagi maafkan sy, krn ujian sy ga punya wkt yg cukup buat bongkar2 vinayapitaka, utk mencari kisah dlm samanerasikkhapada ini. Tp kisah ini sy rasa memenuhi criteria menyetujui melukai/membunuh mahluk hidup.
2.   Dlm Godhikasutta (Majjhimanikaya, lupa nomor berapa) beliau bunuh diri krn merasa kesal sll terjatuh dari konsentrasi beliau stlh masuk jhana, dimana beliau bertekad tidak ingin terjatuh lagi dan lagi, sehingga beliau memutuskan memotong lehernya ketika mencapai jhana, dan itu dilakukan beliau, stlh itu dg konsentrasi rasa sakit dileher yg terpotong, beliau mencapai arahat.  Mara melaporkan kpd sang Buddha bhw murid beliau bunuh diri, tetapi sang Buddha memuji bhikkhu Godhika yg berhasil menjadi arahat. Dengan kata lain sang Buddha menyetujui cara bunuh diri yang penting “mencapai arahat”. Apakah ini bukan kategori menyetujui melukai/membunuh mahluk hidup, krn syarat2 terjadinya melukai/membunuh dg sengaja terpenuhi.
3.   Ada kisah lain, sy lupa di sutta mana, ada seorang wanita memasak obat utk bhikkhu yg sedang sakit, serta menyiapkan makanannya. Utk membantu segera sembuh dari sakit bhikkhu tsb, Ibu ini memotong daging pahanya, dimasak menjadi makanan lezat dan dipersembahkan kpd bhikkhu yg sedang sakit ini. Shg dg demikian kesehatan bhikkhu ini segera pulih. Bukankah ini masuk kategori melukai mahluk hidup, walau diri sendiri.
4.   Ada kisah Jataka, sedang Jataka adl termasuk dlm suttapitaka, ketika sang Buddha menjadi Bodhisatta, beliau mengorbankan diri utk seekor harimau yg kelaparan stlh beberapa hari tidak makan, sehingga lemas tidak mampu mendaki bukit utk mencari makan, padahal barusan melahirkan, sehingga Bodhisatta mengorbankan dirinya dg memotong lehernya dan mengikat dirinya diatas harimau tsb, darah beliau menetes dg maksud agar harimau tsb bisa minum darahnya, dan memberi makan anak2nya. Raja mencari putranya tp tdk diketemui, hanya tinggal pakaian kebesaran dan mahkota yg diikat di pohon (mgk tubuh beliau jg dimakan harimau). Ditempat beliau mengorbankan diri ini lalu raja membangun stupa (tentu stupanya sudah tidak ada, krn sdh tdk terhitung lamanya jaman berlalu).

Sekali lagi, ini hanya meramaikan aja, krn sayembara TS cukup seru, saya baru baca, jadi tertarik, padahal sdh lama sekali sy tdk buka2 DC.

Mettacittena,
« Last Edit: 13 April 2011, 09:40:03 AM by pannadevi »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #183 on: 13 April 2011, 09:41:22 AM »
saya ikutan menjawab, walaupun bukan mewakili mbah fabian

Bro Fabian yg baik,
Saya tergerak ingin ikutan, tp krn sy sdg sibuk ujian, sy blm sempat mencari di Tipitakanya, maka sy hanya ikutan utk meramaikan aja sayembara ini sbg penggembira tp ga berani ikutan memperebutkan hadiah (data butuh wkt utk mencari di Tipitaka).

1.   Dlm Samanera sikkhapada yg diterbitkan oleh Mahasangharaja Thailand dikisahkan Samanera Rahula sbg anak yg berbaikti kpd orang tua, beliau sll merawat Ibunya (Putri Yasodhara/Ven.Bhaddakaccana). suatu hari Putri Yasodhara sakit keras, beliau melaporkan kpd sang Buddha, setelah sang Buddha diberitahu ttg sakit Putri Yasodhara, beliau memberitahu “obatnya”, nah ini yg mk termasuk kategori “menyetujui melukai/membunuh mahluk hidup” karena obat tsb adalah “bubur ikan merah”. Setelah Rahula mendptkan resep obat ini, maka beliau meminta kpd siapa saja yg dpt mencarikan, stlh raja mendengar lalu mempersembahkan obat tsb dan Putri Yasodhara sembuh. Sekali lagi maafkan sy, krn ujian sy ga punya wkt yg cukup buat bongkar2 vinayapitaka, utk mencari kisah dlm samanerasikkhapada ini. Tp kisah ini sy rasa memenuhi criteria menyetujui melukai/membunuh mahluk hidup.
sumber bukan dari Tipitakam jadi tidak berlaku.

Quote
2.   Dlm Godhikasutta (Majjhimanikaya, lupa nomor berapa) beliau bunuh diri krn merasa kesal sll terjatuh dari konsentrasi beliau stlh masuk jhana, dimana beliau bertekad tidak ingin terjatuh lagi dan lagi, sehingga beliau memutuskan memotong lehernya ketika mencapai jhana, dan itu dilakukan beliau, stlh itu dg konsentrasi rasa sakit dileher yg terpotong, beliau mencapai arahat.  Mara melaporkan kpd sang Buddha bhw murid beliau bunuh diri, tetapi sang Buddha memuji bhikkhu Godhika yg berhasil menjadi arahat. Dengan kata lain sang Buddha menyetujui cara bunuh diri yang penting “mencapai arahat”. Apakah ini bukan kategori menyetujui melukai/membunuh mahluk hidup, krn syarat2 terjadinya melukai/membunuh dg sengaja terpenuhi.
sepertinya Sang Buddha memang memuji pencapaian Kearahatan, tapi bukan bagian "bunuh-diri"nya.

Quote
3.   Ada kisah lain, sy lupa di sutta mana, ada seorang wanita memasak obat utk bhikkhu yg sedang sakit, serta menyiapkan makanannya. Utk membantu segera sembuh dari sakit bhikkhu tsb, Ibu ini memotong daging pahanya, dimasak menjadi makanan lezat dan dipersembahkan kpd bhikkhu yg sedang sakit ini. Shg dg demikian kesehatan bhikkhu ini segera pulih. Bukankah ini masuk kategori melukai mahluk hidup, walau diri sendiri.
dan kisah ini kalo gak salah juga melatar-belakangi munculnya vinaya tidak boleh makan daging manusia. jadi jelas Sang Buddha tidak menyetujui hal ini.

Quote
4.   Ada kisah Jataka, sedang Jataka adl termasuk dlm suttapitaka, ketika sang Buddha menjadi Bodhisatta, beliau mengorbankan diri utk seekor harimau yg kelaparan stlh beberapa hari tidak makan, sehingga lemas tidak mampu mendaki bukit utk mencari makan, padahal barusan melahirkan, sehingga Bodhisatta mengorbankan dirinya dg memotong lehernya dan mengikat dirinya diatas harimau tsb, darah beliau menetes dg maksud agar harimau tsb bisa minum darahnya, dan memberi makan anak2nya. Raja mencari putranya tp tdk diketemui, hanya tinggal pakaian kebesaran dan mahkota yg diikat di pohon (mgk tubuh beliau jg dimakan harimau). Ditempat beliau mengorbankan diri ini lalu raja membangun stupa (tentu stupanya sudah tidak ada, krn sdh tdk terhitung lamanya jaman berlalu).
seperti penjelasan dari Sam Peacemind, Jakata hanya berisi syair2, sedangkan kisah2nya semua adalah wilayah Atthakatha, jadi tidak berlaku juga.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #184 on: 13 April 2011, 09:42:32 AM »
nah itu dia yg "sudah diantisipasi", dan luka itu dibisa dibenarkan, bukan?

Bro Indra yang baik, ada perbedaan antara kata "melukai" dengan kata "terluka".

mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #185 on: 13 April 2011, 09:52:47 AM »
saya ikutan menjawab, walaupun bukan mewakili mbah fabian
sumber bukan dari Tipitakam jadi tidak berlaku.
sepertinya Sang Buddha memang memuji pencapaian Kearahatan, tapi bukan bagian "bunuh-diri"nya.
dan kisah ini kalo gak salah juga melatar-belakangi munculnya vinaya tidak boleh makan daging manusia. jadi jelas Sang Buddha tidak menyetujui hal ini.
seperti penjelasan dari Sam Peacemind, Jakata hanya berisi syair2, sedangkan kisah2nya semua adalah wilayah Atthakatha, jadi tidak berlaku juga.


Mau nambahin bro... lihat term and condition:

"Perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain atau membunuh mahluk lain secara fisik"

Mettacittena,

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #186 on: 13 April 2011, 09:54:22 AM »
saya ikutan menjawab, walaupun bukan mewakili mbah fabian
sumber bukan dari Tipitakam jadi tidak berlaku.

yahh...udah dibilang khan, klo sy sdg ujian, jadi blm bongkar2 Vinayapitaka, krn butuh wkt dlm menelusuri Samanerasikkhapada di vinayapitaka, harus ngecek langsung ke palinya, dan quote disini, jadi sy kemukakan bhw sy hanya meramaikan saja, sy kira ttg kriteria melukai/membunuh masuk kok.

sy bukan mo nyari hadiah, krn sy tahu data sy lemah (ga bisa quotekan, keterbatasan wkt), sy kemukakan ini hanya utk wacana kriteria melukai/membunuh mahluk lain ada dlm Tipitaka.

Quote
sepertinya Sang Buddha memang memuji pencapaian Kearahatan, tapi bukan bagian "bunuh-diri"nya.

khan sama aja dg kata lain, "ahh ga apa, yang penting ARAHAT, mo pake jalan bunuh diri juga boleh"

sorry batara Indra, ini bukan mo debat, ini hanya menyampaikan aja.

Quote
dan kisah ini kalo gak salah juga melatar-belakangi munculnya vinaya tidak boleh makan daging manusia. jadi jelas Sang Buddha tidak menyetujui hal ini.

ok, memang kalo ga salah ini adalah yg menjadikan larangan memakan daging manusia. thanks batara Indra.

Quote
seperti penjelasan dari Sam Peacemind, Jakata hanya berisi syair2, sedangkan kisah2nya semua adalah wilayah Atthakatha, jadi tidak berlaku juga.
wlu syair, tp didlm syair tsb dikatakan klo beliau mengorbankan diri lo. (hehe...sy angkat tangan klo diminta quote]

mettacittena,

« Last Edit: 13 April 2011, 09:58:52 AM by pannadevi »

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #187 on: 13 April 2011, 10:13:06 AM »
Teman-teman yang ingin berargumen harap baca dengan seksama dan teliti tujuan, harapan dan ketentuan TS (term and condition) yang ada dalam thread awal pada waktu memposting argumen.

Terima kasih.

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #188 on: 13 April 2011, 12:31:00 PM »
Saya dapat jawaban lain. Kutipan di bawah ini saya ambil dari Littajātaka, Jātaka. Di sutta ini, ada syair sebagai berikut:

"Littaṃ paramena tejasā, gilamakkhaṃ puriso na bujjhati;
gila re gila pāpadhuttaka, pacchā te kaṭukaṃ bhavissatīti.".

Yang bisa diartikan sebagai berikut:

Ia tidak mengetahui dadu yang ditelannya diolesi dengan racun yang panas;
Telan, telanlah penjudi jahat! Setelah itu anda akan terbakar di dalam!".

Syair di atas diucapkan oleh Bodhisatta dan diulangi oleh Sang Buddha ketika Beliau menceritakan kepada muridnya. Dalam Jātaka Aṭṭhakathā, diceritakan bahwa suatu saat Bodhisatta berjudi dengan dadu dengan seorang penjudi. Namun tiap kali si penjudi terdesak kalah, ia selalu menelan dadu dan berpura-pura dadu hilang. Bodhisatta tahu bahwa dadu tersebut ditelan. Kemudian, ia mengolesi dadu tersebut dengan racun untuk memberikan pelajaran. So.... 7 jutakah ini? hehehe.....

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #189 on: 13 April 2011, 12:43:53 PM »
Saya dapat jawaban lain. Kutipan di bawah ini saya ambil dari Littajātaka, Jātaka. Di sutta ini, ada syair sebagai berikut:

"Littaṃ paramena tejasā, gilamakkhaṃ puriso na bujjhati;
gila re gila pāpadhuttaka, pacchā te kaṭukaṃ bhavissatīti.".

Yang bisa diartikan sebagai berikut:

Ia tidak mengetahui dadu yang ditelannya diolesi dengan racun yang panas;
Telan, telanlah penjudi jahat! Setelah itu anda akan terbakar di dalam!".

Syair di atas diucapkan oleh Bodhisatta dan diulangi oleh Sang Buddha ketika Beliau menceritakan kepada muridnya. Dalam Jātaka Aṭṭhakathā, diceritakan bahwa suatu saat Bodhisatta berjudi dengan dadu dengan seorang penjudi. Namun tiap kali si penjudi terdesak kalah, ia selalu menelan dadu dan berpura-pura dadu hilang. Bodhisatta tahu bahwa dadu tersebut ditelan. Kemudian, ia mengolesi dadu tersebut dengan racun untuk memberikan pelajaran. So.... 7 jutakah ini? hehehe.....
7jt + 20jt dari kumis dan kutu jadi 27 jt =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #190 on: 13 April 2011, 12:49:45 PM »
7jt + 20jt dari kumis dan kutu jadi 27 jt =))

Wah.. bisa bikin party besar-besaran nih....  :)) :)) :))

Offline dhammasiri

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 465
  • Reputasi: 44
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #191 on: 13 April 2011, 12:52:46 PM »
Saya mau ikutan sayembara. Dalam Vinaya Pitaka I, 273, dikatakan bahwa Jivaka Komarabaccha melakukan operasi dibagian kepala seorang pasien. Dia harus memotong tengkorak kepada untuk mengeluarkan 2 makhluk yang menyebabkan pasien menderita selama 7 tahun. Dia juga telah membedah perut seorang pasien untuk menyembuhkan system pencernaan seorang pasien (Vin. I, 275). Akankah ini juga berlalu untuk memenangkan hadia atau akan dijadikan dasar untuk berbelit?
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #192 on: 13 April 2011, 01:06:54 PM »
Saya mau ikutan sayembara. Dalam Vinaya Pitaka I, 273, dikatakan bahwa Jivaka Komarabaccha melakukan operasi dibagian kepala seorang pasien. Dia harus memotong tengkorak kepada untuk mengeluarkan 2 makhluk yang menyebabkan pasien menderita selama 7 tahun. Dia juga telah membedah perut seorang pasien untuk menyembuhkan system pencernaan seorang pasien (Vin. I, 275). Akankah ini juga berlalu untuk memenangkan hadia atau akan dijadikan dasar untuk berbelit?

apakah disebutkan siapa nama pasien itu dan nama orang tuanya? kalau tidak nama maka tidak sah

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #193 on: 13 April 2011, 01:15:14 PM »
Wah.. bisa bikin party besar-besaran nih....  :)) :)) :))
Sabar, Samanera. Belutnya belum keluar.


Saya dapat jawaban lain. Kutipan di bawah ini saya ambil dari Littajātaka, Jātaka. Di sutta ini, ada syair sebagai berikut:

"Littaṃ paramena tejasā, gilamakkhaṃ puriso na bujjhati;
gila re gila pāpadhuttaka, pacchā te kaṭukaṃ bhavissatīti.".

Yang bisa diartikan sebagai berikut:

Ia tidak mengetahui dadu yang ditelannya diolesi dengan racun yang panas;
Telan, telanlah penjudi jahat! Setelah itu anda akan terbakar di dalam!".

Syair di atas diucapkan oleh Bodhisatta dan diulangi oleh Sang Buddha ketika Beliau menceritakan kepada muridnya. Dalam Jātaka Aṭṭhakathā, diceritakan bahwa suatu saat Bodhisatta berjudi dengan dadu dengan seorang penjudi. Namun tiap kali si penjudi terdesak kalah, ia selalu menelan dadu dan berpura-pura dadu hilang. Bodhisatta tahu bahwa dadu tersebut ditelan. Kemudian, ia mengolesi dadu tersebut dengan racun untuk memberikan pelajaran. So.... 7 jutakah ini? hehehe.....
Itu pelajaran dari bodhisatta, bukan oleh Buddha. Dalam jataka juga bodhisatta bisa membunuh orang, tapi sekali lagi itu hanya cerita yang dikisahkan saja. Buddha sendiri tidak menyuruh orang melakukan hal tersebut.

[belut mode]Justru itu adalah ajaran bagi penjudi agar hati-hati dalam menelan dadu, harus dites dulu sebelum ditelan.[/belut mode]

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #194 on: 13 April 2011, 01:19:24 PM »
Saya mau ikutan sayembara. Dalam Vinaya Pitaka I, 273, dikatakan bahwa Jivaka Komarabaccha melakukan operasi dibagian kepala seorang pasien. Dia harus memotong tengkorak kepada untuk mengeluarkan 2 makhluk yang menyebabkan pasien menderita selama 7 tahun. Dia juga telah membedah perut seorang pasien untuk menyembuhkan system pencernaan seorang pasien (Vin. I, 275). Akankah ini juga berlalu untuk memenangkan hadia atau akan dijadikan dasar untuk berbelit?
Tidak bisa, itu merknya 'operasi' bukan melukai kepala orang. Lagipula, bukan Buddha yang melakukan atau membimbing operasi tersebut, tapi Jivaka. Jadi itu bukan ajaran Buddha.

[belut mode]Apakah dibilang pakai anesthesia atau tidak? Karena kalau pakai, berarti tidak termasuk menyakiti.[/belut mode]