//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [share] suka-duka jadi bhikku  (Read 14478 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dhammasiri

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 465
  • Reputasi: 44
  • Gender: Male
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #15 on: 07 April 2011, 08:19:01 PM »
Saya ngantuk setiap malam selama retreat ketika bhante sedang ceramah. Saya merasa tidak perlu menghindari rasa ngantuk itu. Saya ngantuk karena saya tidak mengerti apa yang bhante ceramahkan. Ceramah itu dalam bahasa Sinhala meski pesertanya dari berbagai negara.
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #16 on: 07 April 2011, 08:39:22 PM »
apakah ada penterjemahnya utk Sinhala ? apakah turis atau dari berbagai negara mengerti bhs tsb? nah kalau malam tidurnya cukup apa masih bakal ngantuk ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #17 on: 07 April 2011, 09:10:43 PM »
suka-dukha itu masih tingkat pemikiran umat awam...

jadi jadi samanera/bhiku adalah melatih pikiran ini

bila latihan pikiran ini maju (pesat) maka org tsb akan merasakan "kebahagiaan" sedangkan kalau tidak maju ataupun berjalan ditempat, maka pikiran ini membandingkan ini dan itu, orang bilang ini dan itu... yg akhirnya menjadi "menderita".

kalau jadi samanera ya... pass lagi terik matahari, nah kepalanya terasa panas banget... soalnya kan TIDAK ADA PENANGKIS.... ada KUCING MULUS lewat...arahan mata udah gak boleh MENGIKUTIN....

lagi mau ngantuk..... wiukkks ada umat memantau... wahhh gak jadi tidur dehhhh

enaknya masih bisa online....hahahahaa

IMHO, jadi samanera/bhiku, coba pikiran apa yg anda lakukan akan memberikan dampak paling besar atas penyebaran dhamma.

shadu 3X

klo komentar tentang samanera n bhikkhu, saceng lancar oi... kemarin di tawari ikut pabbaja, malah nolak2, seribu alasan... tiket pp udah disiapkan, akomodasi jg ada yg nalangi... panitia tinggal di telp, beres dah, eh dia nya kabur...

sekarang komentar nya jago banget... coba dulu ikut pabbaja, ga usa jd samanera tetap... hehehe... ;D

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #18 on: 07 April 2011, 09:24:37 PM »
Mungkin saya sedikit kualified hahaha
Saya telah menjadi samanera sejak 26 November 2000. Itu berarti sudah lebih dari 10 tahun. Tiga tahun saya lewati di Indonesia dan selebihnya berada di Sri Lanka. Kalau ditanya suka-dukkha menjadi bhikkhu tentu saya juga tidak bisa menjawab tetapi kalau suka-duka menjadi samanera tentu saya mengerti. Karena itu, ini mungkin OOT tetapi saya ingin sharing bagaimana suka-duka menjadi samanera.
Di Indonenesia, tidaklah begitu dihormati karena umat selalu mengharapkan seorang samanera segera mendapatkan upasampada. Karena itu, setiap bertemu samanera, tipikal pertanyaan yang diajukan adalah "Kapan diupasampada?" "Kapan menjadi bhikkhu?" "Mengapa tidak menjadi bhikkhu?" Selama 3 tahun berada di Indonesia, bahkan ketika pulang, saya sering mendapatkan pertanyaan semacam itu. Selama ini umat tidak mengerti dampak psikologis yang dialami oleh samanera. Apa yang diketahui oleh umat hanyalah samanera itu perlu segera mendapatkan upasampada dan menjadi bhikkhu. Dampaknya fatal. Para samanera ingin sesegera mungkin mendapatkan upasampada; kalau STI dianggap lamban untuk memberikan upasampada, mereka tidak segan-segan lari ke luar negeri untuk mendapatkan upasampada. Saya rasa umat juga perlu memikirkan implikasi semacam ini.
Selain dihujani dengan pertanyaan yang tanpa disadari oleh umat mendesak samanera untuk segera mendapatkan upasampada, samanera juga harus turut berperan aktif dalam membina umat. Samanera harus terjun ke daerah-daerah untuk memberikan ceramah. Ketika sedang memberikan ceramah, belum tentu umat memberikan rasa hormat yang sama seperti saat seorang bhikkhu memberikan ceramah. Sering kali saya menemukan, umat merasa ada sesuatu yang kurang apabila seorang samanera yang memberikan ceramah. Ada baiknya pola pikir semacam ini perlu diubah. Saat seseorang sedang memberikan ceramah, janganlah respect kepada orangnya, entah itu bhikkhu, samanera atau romo atau umat biasa. Tetapi, respectlah kepada Dhamma. Saya masih ingat, suatu ketika Pandita Sayadaw dikritik karena vihara beliau sangat mewah. Ruangan Dhammasala kedap suara, didindingi dengan kaca import yang sangat mewah dari  luar negeri. Apa komentar beliau? "Kemewahan itu bukan untuk saya, tetapi untuk Dhamma."
Sikap umat Buddha Indonesia sangat berbeda dengan di Sri Lanka. Selama tujuh tahun lebih berada di Sri Lanka, tidak ada satu pun umat yang pernah bertanya kepada saya apakah saya bhikkhu atau samanera. Para profesor dan pembimbing private yang sangat dekat tidak pernah menanyakan hal itu. Apa yang mereka ketahui saya mengenakan jubah. Itu sudah lebih dari cukup untuk mereka. Lalu bagaimana mereka memanggil saya? Bagi mereka yang berbahasa Inggris, mereka memanggil saya "Reverend" atau "Venerable". Bagi yang berbahasa Sinhala, mereka memanggil saya "Sadhu" atau "hamdruwo" atau Swamivahanse". Panggilan semacam ini adalah umum untuk semuanya, baik para bhikkhu maupun samanera. Tidak ada yang dibedakan.
Para Samanera di Sri Lanka, tidak dituntuk untuk segera mendapatkan upasampada. Ada salah seorang samanera di hutan yang telah menjadi samanera sejak tahun 1975. Hingga beberapa tahun lalu, dia tetap menjadi samanera, dan dia sangat menikmati kehidupan menjadi samanera. Dengan menjadi samanera, dia dapat mengembara dengan bebas dari satu hutan ke hutan yang lain. Untuk mendaptkan upasampada juga tidak mudah. Biasanya, di setiap group, upasampada hanya dilakukan sekali dalam setahun. Dan sebelum upasampada, setiap samanera yang ingin mendapatkan upasampada perlu menjalani test. Bagi para samanera yang tinggal di kota, dia perlu hafal seluruh syair dalam Dhammapada beserta artinya. Tidak hanya itu, dia juga harus mampu menggunakan setiap syair untuk bahan ceramah. Apabila mereka lulus tes ini, barulah mereka bisa mendapatkan upasampada. Bagi para samanera di hutan, mereka harus lulus tes meditasi secara praktik dan vinaya secara tertulis. Untuk tes meditasi, mereka harus bermeditasi minimal 6 bulan saat menjadi pandupalasa dan dilanjutkan saat setelah menjadi samanera. Setelah para bhikkhu puas, mereka harus diberi pelajaran vinaya baik vinaya para bhikkhu maupun bhikkhuni. Untuk bisa lulus tes, mereka harus menguasai minimal 35% vinaya para bhikkhu dan bhikkhuni.
Saya sangat menikmati kehidupan saya di Sri Lanka. Saya tidak perlu ceramah. Tugas utama saya, hanya mendampingi para bhikkhu untuk menghadiri undangan makan, baca paritta dan menghadiri acara funeral. Kalau saya tidak bisa membaca paritta, ya saya cukup diam. Tidak masalah. Kalau di hutan justru jauh lebih baik. Saya tidak perlu membaca paritta, saya tidak perlu ikut acara undangan makan, juga tidak perlu menghadiri funeral. Tugas utama saya, cukup menjadi asisten guru meditasi, membantu beliau membersihkan kamarnya, menata buku di perpustakaan atau melakukan sesuatu yang lain bila ada yang perlu dilakukan. Selebihnya, waktu adalah milik saya. Saya boleh bermeditasi dan wajib bermeditasi. Oleh karena itu, saya tidak suka tinggal di Indonesia. Saya lebih senang tinggal di Sri Lanka, tetapi sayang STI tidak mengizinkan saya untuk tinggal di Sri Lanka selamanya.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang para samanera juga diminta untuk memberikan ceramah. Namun, orang Sri Lanka sangat respect saat mereka mendengarkan ceramah. Prof. A.A. Jayasuriya adalah seorang profesor yang telah membuat banyak muridnya menjadi guru besar di universitas terkenal, nama mereka bahkan terkenal di dunia. Namun, setiap hari uposatha dia duduk dengan tenang dari pagi jam 6 hingga sore jam 6. Selama 12 jam, dia akan mendengarkan ceramah siapa pun yang berceramah. Dia tidak pernah mengkritik siapa pun penceramahnya. Banyak juga profesor lain yang juga sangat hebat dalam menguasai agama Buddha mendengarkan ceramah dengan penuh ketulusan dan rasa respect. Mungkin di sinilah perbedaan antara orang yang telah mengerti banyak tentang Dhamma dan mana yang belum.

hahaha maklum kan di indonesia para bhikku nya cuma sedikit daripada disrilanka jadi wa rasa tanggapan umat awam indonesia seperti itu  masih dalam kategori wajar wajar saja, justru bila mereka tidak menanyakan perihal tersebut tidak wajar kenapa karena artinya mereka tidak peduli terhadap perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia.

kalau di srilanka kan lain Bhikku nya sudah cukup banyak jadi mereka tidak menanyakan hanya memberi hormat saja cukup wajar menurut ku, dan hal ini bukan berarti mereka tidak memerhatikan para anggota sangha lohh.   

Offline dhammasiri

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 465
  • Reputasi: 44
  • Gender: Male
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #19 on: 08 April 2011, 06:55:49 AM »
Quote
apakah ada penterjemahnya utk Sinhala ? apakah turis atau dari berbagai negara mengerti bhs tsb? nah kalau malam tidurnya cukup apa masih bakal ngantuk ?
Tidak ada penerjemahnya. Meski pun mereka dari berbagai negara, mereka bisa berbahasa Sinhala karena mereka adalah orang Sinhala yang telah menjadi warga negara asing. Apakah saya tidur cukup atau tidak, apabila saya tinggal di tempat yang udaranya kurang lancar atau sirkulasi udara kurang dan ruangan itu agak panas, saya akn mudah ngantuk. Saya tidak tahu sebabnya. Sampai saat ini saya tidak bisa mengatasi masalah ini. Saya juga alergi tinggal di ruang ber-AC. Yang sangat cocok buat saya adalah ruangan terbuka, di mana udara mengalir dengan bebas. Di tempat itu, saya akan sulit ngantuk.
Quote
klo komentar tentang samanera n bhikkhu, saceng lancar oi... kemarin di tawari ikut pabbaja, malah nolak2, seribu alasan... tiket pp udah disiapkan, akomodasi jg ada yg nalangi... panitia tinggal di telp, beres dah, eh dia nya kabur...

sekarang komentar nya jago banget... coba dulu ikut pabbaja, ga usa jd samanera tetap... hehehe... ;D
Emang benar umat Indonesia lebih hebat dalam mengkritik tetapi ketika mereka diminta untuk terjun sendiri, mereka kabur, mereka tidak punya nyali untuk mencoba. Kalau mencoba juga tidak ada keseriusan. Karena itu, betapa pun jeleknya seorang samanera/bhikkhu, mereka tetap punya keberanian untuk mencoba. Saya sangat menghargai keberaniannya itu.
Quote
hahaha maklum kan di indonesia para bhikku nya cuma sedikit daripada disrilanka jadi wa rasa tanggapan umat awam indonesia seperti itu  masih dalam kategori wajar wajar saja, justru bila mereka tidak menanyakan perihal tersebut tidak wajar kenapa karena artinya mereka tidak peduli terhadap perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia.

kalau di srilanka kan lain Bhikku nya sudah cukup banyak jadi mereka tidak menanyakan hanya memberi hormat saja cukup wajar menurut ku, dan hal ini bukan berarti mereka tidak memerhatikan para anggota sangha lohh.   
Kalau memang itu adalah tanda bahwa mereka peduli terhadap perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia, berarti hanya para bhikkhu saja yang dapat berperan untuk perkembangan Buddha Dhamma. Kalau memang begitu, untuk apa pula para samanera terjun ke lapangan untuk membabarkan Dhamma, memberikan ceramah? Saya yakin, ini bukan karena jumlah bhikkhu yang menjadi alasan, tetapi inii adalah karena budaya. Buddhaya masyarakat Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh Thailand. Di Thailand menjadi bhikkhu snagat gampang, dan upasampada dapat dilakukan setiap saat sehingga samanera dianggap tidak ada harganya, samanera hanyalah anak bawang. Di Sri Lanka para samanera berperan aktif, bahkan beberapa abad silam, yang meneyelamatkan agama Buddha di Sri Lanka adalah para samanera, termasuk yang berdebat dengan agama kr****n dan memenangkan debat adalah para samanera. Peran nyata semacam itu, telah membuka mata umat Sri Lanka bahwa samanera dan bhikkhu berjalan bersama.
Meski pun kondisi di Indonesia seperti itu, apakah saya akan segera minta diupasampada setelah pulang ke Indonesia? Tidak. Saya tetap akan menikmati kehidupan saya sebagai samanera. Mungkin saya akan tetap menjadi samanera selama saya mengenakan jubah ini.
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #20 on: 08 April 2011, 11:37:53 AM »
dari sejauh cerita Sami ceritakan tampaknya Sri Langka merupakan tempat yang cocok unt menjalankan vinaya dengan baik.
boleh PM saya alamat vihara-nya ?




Anumodana  _/|\_
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline dhammasiri

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 465
  • Reputasi: 44
  • Gender: Male
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #21 on: 08 April 2011, 11:46:33 AM »
Quote
dari sejauh cerita Sami ceritakan tampaknya Sri Langka merupakan tempat yang cocok unt menjalankan vinaya dengan baik.
boleh PM saya alamat vihara-nya ?


Anumodana  _/|\_
Jangan beranggapan bahwa semua vihara di Sri Lanka baik. Kalau di kota ya, mungkin Indonesia lebih dalam menjalankan vinaya. Tetapi, ingat tidak semua vihara kota itu jelek. Ada yang baik. Ada yang menjalankan vinaya dengan sangat baik meski di kota. Kalau ingin benar-benar yang strik dalam menjalankan vinaya, saya lebih menyarankan ke hutan. Masih banyak sekali vihara hutan yang sangat bagus di Sri Lanka. Sebenarnya saya tidak suka tinggal di kota tetapi karena saya harus melakukan sesuatu, saya harus tinggal di kota. Tidak perlu di PM alamat saya karena beberapa waktu yang lalu juga telah saya publikasikan alamat vihara saya. Ini adalah alamat lengkap saya:
S. Dhammasiri of Indonesia
c/o: Bellanwila Rajamaha Vihara
Boralesgamuwa,
Sri Lanka 10290
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #22 on: 08 April 2011, 12:05:12 PM »
Di Sri Lanka para samanera berperan aktif, bahkan beberapa abad silam, yang meneyelamatkan agama Buddha di Sri Lanka adalah para samanera, termasuk yang berdebat dengan agama kr****n dan memenangkan debat adalah para samanera. Peran nyata semacam itu, telah membuka mata umat Sri Lanka bahwa samanera dan bhikkhu berjalan bersama.

Bukannya yang debat itu bhikku ya ? Migettuwatte Gunananda Thero itu samanera atau bhikku ?

Offline dhammasiri

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 465
  • Reputasi: 44
  • Gender: Male
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #23 on: 08 April 2011, 06:21:04 PM »
Quote
Bukannya yang debat itu bhikku ya ? Migettuwatte Gunananda Thero itu samanera atau bhikku ?
Waktu berdebat masih samanera.
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #24 on: 08 April 2011, 06:28:11 PM »
Waktu berdebat masih samanera.

WOW, hebat ya masih samanera sudah sangat mahir dalam literatur Buddhis...

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #25 on: 15 April 2011, 02:09:24 PM »
saya cari kok tidak ada transkrip debatnya? seru ya katanya? ada yang tau teks debatnya? thx

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #26 on: 15 April 2011, 02:21:50 PM »
Jangan beranggapan bahwa semua vihara di Sri Lanka baik. Kalau di kota ya, mungkin Indonesia lebih dalam menjalankan vinaya. Tetapi, ingat tidak semua vihara kota itu jelek. Ada yang baik. Ada yang menjalankan vinaya dengan sangat baik meski di kota. Kalau ingin benar-benar yang strik dalam menjalankan vinaya, saya lebih menyarankan ke hutan. Masih banyak sekali vihara hutan yang sangat bagus di Sri Lanka. Sebenarnya saya tidak suka tinggal di kota tetapi karena saya harus melakukan sesuatu, saya harus tinggal di kota. Tidak perlu di PM alamat saya karena beberapa waktu yang lalu juga telah saya publikasikan alamat vihara saya. Ini adalah alamat lengkap saya:
S. Dhammasiri of Indonesia
c/o: Bellanwila Rajamaha Vihara
Boralesgamuwa,
Sri Lanka 10290

mau tanya samanera...

1. Di Srilanka terjadi perang antara tamil dan pemerintah. Bagaimana posisi para Bhikkhu dengan kenyataan ini? Apakah para pejuang Tamil mengganggu para Bhikkhu atau kah tidak? Dan Bagaimana posisi Bhikkhu terhadap peperangan dua kelompok ini? Bisa bantu di sharing, terutama posisi Bhikkhu hutan yg mungkin saja sering ketemu dengan para pejuang Tamil.

2. apakah perbedaan paling nyata antara Bhikkhu kota dan Bhikkhu hutan? Karena begini, saya membayangkan seandainya saya menjadi Bhikkhu, saya akan memilih untuk menjadi Bhikkhu hutan, yg jauh dari hiruk pikuk kota dan hidup lebih sederhana (meski pasti lebih keras). Dan apakah Bhikkhu hutan masih wajib berkeliling sibuk berceramah ke umat awam?

anumodana

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #27 on: 15 April 2011, 02:35:42 PM »
saya cari kok tidak ada transkrip debatnya? seru ya katanya? ada yang tau teks debatnya? thx

Iya, saya juga cari transkripnya tapi ga dapet... 

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #28 on: 15 April 2011, 02:45:22 PM »
Iya, saya juga cari transkripnya tapi ga dapet... 

ni saya barusan ketemu, lumayan biarpun dirangkum....tapi di amazon ada bukunya kok...

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=7062.0

Offline dhammasiri

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 465
  • Reputasi: 44
  • Gender: Male
Re: [share] suka-duka jadi bhikku
« Reply #29 on: 18 April 2011, 09:11:34 PM »
Quote
1. Di Srilanka terjadi perang antara tamil dan pemerintah. Bagaimana posisi para Bhikkhu dengan kenyataan ini? Apakah para pejuang Tamil mengganggu para Bhikkhu atau kah tidak? Dan Bagaimana posisi Bhikkhu terhadap peperangan dua kelompok ini? Bisa bantu di sharing, terutama posisi Bhikkhu hutan yg mungkin saja sering ketemu dengan para pejuang Tamil.
Ada bhikkhu yang mendukung pemerintah dan ada bhikkhu yang bersikap netral. Mereka mendukung pemerintah karena mereka merasa capek melihat bom yang selalu menghantui kehidupan masyarakat. Sikap LTTE terhadap para bhikkhu sebenarnya tergantung sikap bhikkhu itu sendiri. Kalau para bhikkhu tersebut bertindak membantu pemerintah, LTTE akan membunuh dan menyakiti mereka. Pernah juga ada satu bus bhikkhu dan samanera yang dihabisi dan hanya satu yang bertahan hidup. Untuk bhikkhu-bhikkhu hutan, mereka bersikap netral sehingga tidak menjadi target LTTE.

Quote
2. apakah perbedaan paling nyata antara Bhikkhu kota dan Bhikkhu hutan? Karena begini, saya membayangkan seandainya saya menjadi Bhikkhu, saya akan memilih untuk menjadi Bhikkhu hutan, yg jauh dari hiruk pikuk kota dan hidup lebih sederhana (meski pasti lebih keras). Dan apakah Bhikkhu hutan masih wajib berkeliling sibuk berceramah ke umat awam?
Yang paling nyata adalah bhikkhu kota sibuk melayani umat dan bhikkhu hutan lebih fokus ke praktik. Untuk bhikkhu hutan, yang sibuk hanya kepala vihara dan guru meditasi. Yang lainnya, ceramah hanya saat dibutuhkan, juga bukan kewajiban.
Kedamaian dunia tidak akan tercapai bila batin kita tidak damai

 

anything