apakah ada penterjemahnya utk Sinhala ? apakah turis atau dari berbagai negara mengerti bhs tsb? nah kalau malam tidurnya cukup apa masih bakal ngantuk ?
Tidak ada penerjemahnya. Meski pun mereka dari berbagai negara, mereka bisa berbahasa Sinhala karena mereka adalah orang Sinhala yang telah menjadi warga negara asing. Apakah saya tidur cukup atau tidak, apabila saya tinggal di tempat yang udaranya kurang lancar atau sirkulasi udara kurang dan ruangan itu agak panas, saya akn mudah ngantuk. Saya tidak tahu sebabnya. Sampai saat ini saya tidak bisa mengatasi masalah ini. Saya juga alergi tinggal di ruang ber-AC. Yang sangat cocok buat saya adalah ruangan terbuka, di mana udara mengalir dengan bebas. Di tempat itu, saya akan sulit ngantuk.
klo komentar tentang samanera n bhikkhu, saceng lancar oi... kemarin di tawari ikut pabbaja, malah nolak2, seribu alasan... tiket pp udah disiapkan, akomodasi jg ada yg nalangi... panitia tinggal di telp, beres dah, eh dia nya kabur...
sekarang komentar nya jago banget... coba dulu ikut pabbaja, ga usa jd samanera tetap... hehehe...
Emang benar umat Indonesia lebih hebat dalam mengkritik tetapi ketika mereka diminta untuk terjun sendiri, mereka kabur, mereka tidak punya nyali untuk mencoba. Kalau mencoba juga tidak ada keseriusan. Karena itu, betapa pun jeleknya seorang samanera/bhikkhu, mereka tetap punya keberanian untuk mencoba. Saya sangat menghargai keberaniannya itu.
hahaha maklum kan di indonesia para bhikku nya cuma sedikit daripada disrilanka jadi wa rasa tanggapan umat awam indonesia seperti itu masih dalam kategori wajar wajar saja, justru bila mereka tidak menanyakan perihal tersebut tidak wajar kenapa karena artinya mereka tidak peduli terhadap perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia.
kalau di srilanka kan lain Bhikku nya sudah cukup banyak jadi mereka tidak menanyakan hanya memberi hormat saja cukup wajar menurut ku, dan hal ini bukan berarti mereka tidak memerhatikan para anggota sangha lohh.
Kalau memang itu adalah tanda bahwa mereka peduli terhadap perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia, berarti hanya para bhikkhu saja yang dapat berperan untuk perkembangan Buddha Dhamma. Kalau memang begitu, untuk apa pula para samanera terjun ke lapangan untuk membabarkan Dhamma, memberikan ceramah? Saya yakin, ini bukan karena jumlah bhikkhu yang menjadi alasan, tetapi inii adalah karena budaya. Buddhaya masyarakat Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh Thailand. Di Thailand menjadi bhikkhu snagat gampang, dan upasampada dapat dilakukan setiap saat sehingga samanera dianggap tidak ada harganya, samanera hanyalah anak bawang. Di Sri Lanka para samanera berperan aktif, bahkan beberapa abad silam, yang meneyelamatkan agama Buddha di Sri Lanka adalah para samanera, termasuk yang berdebat dengan agama kr****n dan memenangkan debat adalah para samanera. Peran nyata semacam itu, telah membuka mata umat Sri Lanka bahwa samanera dan bhikkhu berjalan bersama.
Meski pun kondisi di Indonesia seperti itu, apakah saya akan segera minta diupasampada setelah pulang ke Indonesia? Tidak. Saya tetap akan menikmati kehidupan saya sebagai samanera. Mungkin saya akan tetap menjadi samanera selama saya mengenakan jubah ini.