//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tripitaka - Tipitaka  (Read 10923 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Tripitaka - Tipitaka
« Reply #15 on: 28 April 2014, 11:28:14 AM »
Tentu saja sutra-sutra Mahayana mengatakan Sang Buddha tidak makan daging sama sekali dan menetapkan tiga syarat itu sebagai upaya kausalya bagi mereka yang masih berlatih pada jalan Sravaka (Kearahatan), sedangkan para praktisi jalan Bodhisattva diwajibkan vegetarian untuk mengembangkan Bodhicitta.

apakah mahayana mengakui agama sutra sebagai bagian koleksi mereka?
jika iya.. mahaparinibanna sutta..menurut agama sutra (maha parinirvana sutra)  bukan versi yg lain.. disana konsumsi terakhir Buddha apa?
...

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tripitaka - Tipitaka
« Reply #16 on: 28 April 2014, 12:07:41 PM »
apakah mahayana mengakui agama sutra sebagai bagian koleksi mereka?

Iya, tetapi Mahayana lebih mengutamakan ajaran dalam Vaipulya Sutra (Bodhisattvapitaka) daripada Agama Sutra (Sravakapitaka).

Quote
jika iya.. mahaparinibanna sutta..menurut agama sutra (maha parinirvana sutra)  bukan versi yg lain.. disana konsumsi terakhir Buddha apa?

Salah satu versi yang kita ketahui, terjemahan Mahaparinirvana Sutra dalam bahasa Tibet (kemungkinan dari aliran Mulasarvastivada) yang disebut Dulva tidak menyebutkan adanya santapan terakhir tsb. Di sana dikisahkan Cunda mempersiapkan semangkuk makanan di hadapan Sang Buddha, tetapi seorang bhikkhu jahat mengambilnya untuk dirinya sendiri. Cunda kemudian mempersembahkan semangkuk makanan lain (tidak disebutkan apa kedua mangkuk makanan tsb). Setelah menerima dana makanan, Sang Buddha mengucapkan beberapa syair (sebagai tanda terima kasih/penghargaaan/anumodana) dan berangkat melanjutkan perjalanannya menuju Kusinara.

Btw, tidak semua aliran Mahayana mengajarkan agar bervegetarian, misalnya Bhavaviveka hanya menganjurkan tiga syarat seperti dalam Jivaka Sutta: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=5550.0
« Last Edit: 28 April 2014, 12:11:20 PM by Shinichi »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tripitaka - Tipitaka
« Reply #17 on: 28 April 2014, 02:26:40 PM »
Maaf ko mau tanya apakah ga terlalu naif kita mengatakan tidak boleh membunuh namun kita memakan hasil pembunuhan?

menurut kelvin, bisa aja naif.
tapi kalau sesuai sutta Tipitaka, tidak naif.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline sl99

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 409
  • Reputasi: 33
  • Gender: Male
Re: Tripitaka - Tipitaka
« Reply #18 on: 28 April 2014, 06:58:35 PM »
Maaf mau tanya ko? bagaimana seseorang bisa tidak tahu bahwa daging itu dibuat untuknya? kan kita punya logika
terus sy pernah mendengar seorang pandita mengatakan kita boleh makan daging asalkan kita beli yang udah mati, bukankah dengan membeli yang mati sama aja dengan memancing pembunuhan?

Kita ke sembarang rumah makan, trus beli ayam goreng, trus kita makan(nyam nyam nyam), berarti logikanya ayam itu dibunuh utk kita?

Membeli yang mati memancing pembunuhan? Hm.. sekarang trend nya bnyk yang mengkonsumsi daging, kita makan gak
makan tetep banyak hewan yg dibunuh. Lebih masuk logika kalo kita kampanye anti membunuh hewan untuk dimakan,
daripada gak beli daging.

Dan terakhir, makan daging atau tidak itu pilihan anda :)

Silahkan di pikir-pikir.

btw:anda makan daging gak?
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

Offline kelvin19041996

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 35
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tripitaka - Tipitaka
« Reply #19 on: 28 April 2014, 08:34:55 PM »
Kita ke sembarang rumah makan, trus beli ayam goreng, trus kita makan(nyam nyam nyam), berarti logikanya ayam itu dibunuh utk kita?

Membeli yang mati memancing pembunuhan? Hm.. sekarang trend nya bnyk yang mengkonsumsi daging, kita makan gak
makan tetep banyak hewan yg dibunuh. Lebih masuk logika kalo kita kampanye anti membunuh hewan untuk dimakan,
daripada gak beli daging.

Dan terakhir, makan daging atau tidak itu pilihan anda :)

Silahkan di pikir-pikir.

saya masih mengkonsumsi daging ko  :)
dalam benak saya kan agak "aneh" dalam tanda kutip kalau ajaran kita melarang membunuh tapi boleh menikmati hasil pembunuhan, hehehe... jd sy lg cari banyak referensi untuk penjelasan ini ko, kita umat Buddha kan harus makin cerdas, kalau engga bisa ngejelasin ntar byk dr Buddhis yg pindah ke tetangga, soalnya sy miris bgt liat keadaan Buddhisme di Indonesia skrg, dan sy rasa ini karena kurangnya pengetahuan umat Buddha akan Dharma :)

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
There is no place like 127.0.0.1

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tripitaka - Tipitaka
« Reply #21 on: 29 April 2014, 05:48:23 AM »
saya masih mengkonsumsi daging ko  :)
baguslah

Quote
dalam benak saya kan agak "aneh" dalam tanda kutip kalau ajaran kita melarang membunuh tapi boleh menikmati hasil pembunuhan, hehehe...
menghindari pembunuhan adalah sila 1 yang wajib dijalankan umat awam sesuai Buddha Dhamma, karena Buddha Dhamma adalah kebenaran Universal berlaku utk semua manusia (termasuk non buddhis), hal ini kita ketahui dan tidak bisa di paksakan kepada semua orang utk mematuhinya dan mempraktekkan Buddha Dhamma, karena setiap manusia memiliki kondisi, kamma dan batin yang berbeda, buktinya anda melihat banyak agama dan ajaran2 didunia ini.

harusnya anda juga paham., untuk membedakan mahluk hidup dan bangkai mahluk hidup

Quote
jd sy lg cari banyak referensi untuk penjelasan ini ko,
beberapa referensi sudah 'dibabarkan' oleh teman DC, dan sudah bagus kok.
yang paling benar anda harus mengerti dulu.

Quote
kita umat Buddha kan harus makin cerdas
cerdas belum tentu paham Dhamma
cerdas belum tentu mau praktek Dhamma
anda bisa melihat kondisi sekarang, banyak orang pintar dan cerdas, belum tentu buddhis
umat Buddha yang cerdas juga tidak bisa memaksakan orang lain pindah keyakinan
umat Buddha yang cerdas juga tidak bisa mengubah penghuni dunia ini jadi buddhis (bahkan Buddha Gotama sendiri aja tidak mengubah penghuni dunia jadi pengikut ajaran Beliau sendiri)
Buddha membabarkan Kebenaran, selanjutnya terserah individu utk praktek.

Quote
kalau engga bisa ngejelasin ntar byk dr Buddhis yg pindah ke tetangga,
jika niat mau jelasin, silahkan aja.
harusnya patokan anda sebagai umat Buddhis, dijelaskan sesuai yang diajarkan Buddha Gotama.
jika umat Buddhis mau pindah ke tetangga, itu bukan kewajiban dan tanggung jawab kamu menahannya jangan pindah.

Quote
soalnya sy miris bgt liat keadaan Buddhisme di Indonesia skrg, dan sy rasa ini karena kurangnya pengetahuan umat Buddha akan Dharma :)
memang Buddhisme di Indonesia seberapa parah ?
dengan kemampuan apa supaya menambah pengetahuan umat Buddha akan Dhamma ?
« Last Edit: 29 April 2014, 05:53:07 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline sl99

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 409
  • Reputasi: 33
  • Gender: Male
Re: Tripitaka - Tipitaka
« Reply #22 on: 29 April 2014, 10:44:38 AM »
Betul, harus dibedakan antara membunuh, dan makan hasil pembunuhan.

Apakah kalau makan hasil pembunuhan berarti membunuh?

Si edison bikin lampu pijar, dan akhirnya dunia malam menjadi terang, kita menikmati
terangnya dunia malam. Apakah berarti kita yang menemukan lampu pijar?
Apakah kemudian menjadi gak "etis" buat kita untuk menikmati terangnya malam?
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: Tripitaka - Tipitaka
« Reply #23 on: 29 April 2014, 11:23:34 AM »
saya masih mengkonsumsi daging ko  :)
dalam benak saya kan agak "aneh" dalam tanda kutip kalau ajaran kita melarang membunuh tapi boleh menikmati hasil pembunuhan, hehehe... jd sy lg cari banyak referensi untuk penjelasan ini ko, kita umat Buddha kan harus makin cerdas, kalau engga bisa ngejelasin ntar byk dr Buddhis yg pindah ke tetangga, soalnya sy miris bgt liat keadaan Buddhisme di Indonesia skrg, dan sy rasa ini karena kurangnya pengetahuan umat Buddha akan Dharma :)

Membunuh dan "menikmati hasil pembunuhan", kl mnrt saya adalah 2 hal yang berbeda....

Sebelum masuk ke pembunuhan, kita harus tau dulu apa itu makhluk hidup.... makhluk yg masih hidup mempunyai 5 kelompok kehidupan.... kalo membunuh berarti menghancurkan 5 kelompok kehidupan tsb, sehingga 5 kelompok kehidupan ini tercerai-berai, yang tinggal cuma jasmani...

Ketika daging di jual dipasar, itu hanyalah seonggok daging (jasmani) tidak ada komponen lagi lagi disana. Daging ini dimanfaatkan atau tidak pasti juga akan mengalami pembusukan.... jd apakah kalo kita makan daging tersebut kita melakukan pembunuhan?....

Nah, analogi yg agak extereme, misalkan ada anggota keluarga yg meninggal, trs jasmani di kremasi, nah apakah kita membunuh anggota keluarga krn kremasi tsb?.


Offline bobobio

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 1
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tripitaka - Tipitaka
« Reply #24 on: 14 June 2014, 10:02:04 PM »
teman-teman tlg dong penjelasannya, apa perbedaan antara Tipitaka dan Tripitaka?
kenapa bisa berbeda?
dan mengapa isi Tripitaka ada yang berbeda, misalnya dalam hal makan dalam Tripitaka sangat dianjurkan untuk vegetarian seperti dalam Bhaisajyaguru Sutra, namun dalam Tipitaka hal ini tidak dianjurkan ::)
terimakasih  :)

sebenarnya pertanyaan sepotong2 begini agatk sulit dijawab. tipitaka dan tripitaka beda bahasa, yang pertama pali dan yang kedua sanskrit. dan keduanya berujung pada sekte yang berbeda di agama buddha, theravada dan mahayanana. kalau untuk perbedaan detailnya, bisa dilihat secara historis tapi jangan jadi fanatik, karena sumber sejarah bs saja salah dalam proses kita mempelajarinya.
praktik makan daging atau tidak harus dilihat dari konteks kehidupan dulu dan sekarang atau sebenarnya adalah pilihan (ibarat ada dua gang kecil untuk menuju satu jalan besar). kehidupan pindapatta (meminta makanan dari umat) di jaman Buddha pasti sangat sulit memungkinkan orang untuk memilih makanan yang hanya vegetarian (dengan logika hanya vegetarian yang suci, maka jaman itu pasti tidak ada orang suci). namun, di zaman sekarang, harga daging jauh lebih mahal daripada sayur. mungkin bisa jadi argumen bahwa "vegetarian akan lebih ekonomis/ sederhana". tentu kehidupan sederhana mendukung perkembangan spiritual kan?. dan lagi, di zaman skrg, kehidupan pindapatta sulit diterapkan, apalagi jika di negara buddhis. Jadi, coba dilihat konteksnya kembali. kalau menurut saya, keduanya adalah jalan yang masih bisa dilakukan sekarang, bergantung pada situasi..intinya adalah praktik kesederhanaan, welas asih, yang dilandasi kebijkasanaan. jadi kita harus berhenti berpikir bahwa hanya ada satu cara menjadi suci.
di zaman buddha masih hidup, beliau dapat mengajar dengan berbagai jalan agar orang mencapai kesucian. menurut saya pribadi, berbagai aliran dan praktik yang ada sekarang adalah jelmaan cara2 buddha dulu mengajar. salah seorang dari kita tidak akan mampu menggantikan kebijaksaan seorang samyaksambuddha..namun ketika semua sekte buddhisme menghilangkan egonya untuk memperkaya buddhisme itu sendiri maka kebijaksanaan buddha akan tetap hidup sampai sekarang (maaf kepanjangan dan OOT) #pemula _/\_

 

anything