Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Pengalaman Pribadi => Topic started by: Sunya on 04 December 2012, 09:18:27 PM

Title: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 04 December 2012, 09:18:27 PM
Topik ini saya buat untuk menyoroti kalimat "kosong = isi, isi = kosong", yang menjadi perdebatan di thread sebelumnya: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23460.new.html#new

Sekedar saran dari saya sebagai pembuat topik, ada baiknya bila ingin memberikan pendapat/pandangan, sanggahan, dlsb, agar ditunjang/dilandasi dengan pengetahuan (prajna/wisdom) dari meditasi (khususnya vipassana). Karena bila membahas sesuatu berkenaan dengan kebenaran, terutama yang sulit dijangkau oleh intelektual, maka samadhi menjadi jalan keluar yang baik (menurut saya).

Bila hanya menggunakan intelektual, dikhawatirkan terdapat banyak batasan; dari pengalaman tiap makhluk yang subyektif, tingkat kemampuan berpikir yang berbeda-beda, ego (LDM) yang setiap saat bisa mempengaruhi pandangan (delusi), dan banyak faktor-faktor mental non-konstruktif lainnya yang berpengaruh terhadap pencarian dari kebenaran itu sendiri.

Baiklah, tanpa panjang lebar lagi, mari langsung masuk pada pembahasan, "kosong = isi, isi = kosong".

Terlepas apakah kalimat ini valid atau tidak, secara historis diakui/tidak, kejelasan sumber literatur, dsb...

Saya hanya akan membahas dari perspektif Sunyata (dalam korelasinya dengan thread sebelumnya).

Jadi topik ini fokus pada esensi kalimat "kosong = isi, isi = kosong", bukan kevalidan secara konvensional, historis literatur, dsb.

Mari langsung pada makna tulisan ini: "kosong = isi, isi = kosong". Apakah maksud tulisan itu ditinjau dari pemahaman (khususnya penembusan/realisasi) Sunyata?

Saya akan lanjutkan di postingan berikutnya.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 04 December 2012, 09:27:38 PM
sebelum lebih jauh.. coba jelaskan dgn detail apa itu :

1 Sunyata
2 Realisasi
3 Realisasi Sunyata
4 Kosong
5 Isi

trims sebelumnya...  _/\_

6 kalau ada kosong dan isi, apakah ada 1/2 kosong dan 1/2 isi ?
7 kalau kosong = isi, isi = kosong, bagaimana mengetahui mana yg kosong, mana yg isi ?

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 04 December 2012, 09:59:26 PM
Dalam hakikat Sunyata (dapat diselami via meditasi vipassana), sebenarnya semua fenomena tanpa kecuali adalah muncul dari saya, termasuk keberadaan saya sekarang (dalam kesadaran ini, berkarakter tertentu, punya pengalaman yang sudah lewat tertentu, menyadari keberadaan saya sekarang, serta juga punya impian/cita-cita untuk di masa depan saya).

Jadi keberadaan saya sekarang (kesadaran + faktor mental lainnya + fisik/rupa/bentuk saya), bahkan juga makhluk-makhluk di sekeliling saya (yang mana ada dalam persepsi saya), adalah hasil/akibat perbuatan saya sendiri (lewat pikiran, ucapan, maupun tindakan).

Saya persingkat, langsung ke korelasinya dengan "kosong=isi, isi=kosong", bahwa setiap fenomena ada karena sebab, bahkan saya (dalam kesadaran ini), ada juga karena sebab yang lain (ini yang tidak dijelaskan secara terperinci oleh Buddha Gautama, dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman makhluk yang masih terlalu jauh untuk mengerti).

Karena saya ada akibat/hasil dari sebab yang lain, atau segala tentang Anda saat ini adalah hasil karma Anda di masa lalu, maka Anda yang sekarang sebenarnya "tiada".

Memang mirip nihilisme (anihilasi), tapi bukan ini yang saya maksud.

Bila seseorang telah terbebas (dari ketidaktahuan/avidya), maka Ia (huruf kapital) sesungguhnya akan menyaksikan dirinya sendiri, berkutat (interaksi) dengan unsur-unsur lain (skhandas), dalam sebuah permainan "tidak-menguntungkan" (makanya disebut Dukkha).

Dan potensi (tidak saya bahas di thread ini) Dia ternyata jauh lebih besar dari yang dapat dibayangkan dan diketahui oleh Ia sebelumnya.

Karena itu, Kosong = Isi, berarti:

Dalam ketiadaan (Tiada Aku, tapi bukan kemusnahan/nihilisme), ada fenomena (yaitu kehidupan ini beserta makhluknya, termasuk "saya" dalam gabungan skhandas/agregat).

Isi = Kosong, artinya:

Dalam kewujudan ini (keberadaan/kehidupan yang seolah tanpa akhir ini), sesungguhnya mereka bukan (tiada) apa-apa, atau (kita kenal dengan) Anatta.

Makhluk-makhluk itu semua sunya (kosong), karena jika mereka mencapai Kebuddhaan (Ia/Mereka dengan huruf kapital), maka identitas yang Mereka kenai (pakai) saat ini adalah tidak "valid" (mungkin ada kata yang lebih tepat, saya tidak menemukannya saat mengetikkan ini).

Mengapa?

Karena identitas yang Mereka kenakan saat ini, adalah: Karma (Proyeksi) dari diri Anda (masing-masing) sendiri.

Tanpa karma yang tepat, dalam kehidupan Anda tidak akan pernah ada sosok pemuda yang meninggalkan istana demi bertapa, lalu (disebut-sebut) mencapai kesempurnaan, dst...

Tidak akan ada itu. Bahkan, bila Anda lahir sejaman dengan Beliau (mengesampingkan faktor bahwa Anda terlahir sebagai seekor lalat atau kucing), Anda tidak akan pernah dengar, atau dengar tapi tak signifikan bagi Anda, atau bahkan dengar tapi berujung petaka bagi Anda (seperti kasus Cinca-manavika dan Devadatta).

Jadi, apakah Buddha itu mutlak adalah Guru bagi setiap insan (makhluk)?

Jawabannya, tergantung (tergantung apa karma Anda, memungkinkan atau tidak meresapi dharma dari Guru Agung Buddha Gautama).

Jadi (maka disebut/dikatakan) Buddha itu pun, Sunya dari sifat hakiki, atau, (apapun itu) tergantung siapa subyek yang mencerap/memproyeksikannya.

Sampai disini, semoga tidak terlalu melelahkan.

Besok saya lanjutkan. Silakan komentari dengan arif.


Terima kasih.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 04 December 2012, 10:07:35 PM
sambil menunggu 7 jawaban yg singkat, jelas, dan padat... ;D

jangan panjang2, capek bacanya... brooo :-[
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 05 December 2012, 05:27:32 AM
Saya persingkat, langsung ke korelasinya dengan "kosong=isi, isi=kosong", bahwa setiap fenomena ada karena sebab, bahkan saya (dalam kesadaran ini), ada juga karena sebab yang lain (ini yang tidak dijelaskan secara terperinci oleh Buddha Gautama, dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman makhluk yang masih terlalu jauh untuk mengerti).


bro Sunya, Tipitaka sudah baca semua ! :o,
kok tahu Buddha Gotama tidak menjelaskan secara terperinci !  ???
walaupun Tipitaka tidak wajib untuk dibaca dan dihafal keseluruhannya ataupun sebagian saja.  :)

menurut saya tidak mungkin juga dijelaskan semua fenomena yang ada disetiap mahluk manusia
karna memang tidak akan membawa manfaat bagi pembebasan.

Dhamma Vinaya yang di 'patenkan' para Arahant pada Konsili Pertama yang dipimpin Bhikkhu Mahakassapa, sudah lebih dari cukup sebagai pedoman bagi mahluk manusia untuk pembebasan dari penderitaan.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: ryu on 05 December 2012, 06:02:37 AM
Wah sayang hanya khusus para bijaksana dan meditator thread ini, ya sudahlah,
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 05 December 2012, 06:30:40 AM
sebelum lebih jauh.. coba jelaskan dgn detail apa itu :

1 Sunyata
2 Realisasi
3 Realisasi Sunyata
4 Kosong
5 Isi

trims sebelumnya...  _/\_

6 kalau ada kosong dan isi, apakah ada 1/2 kosong dan 1/2 isi ?
7 kalau kosong = isi, isi = kosong, bagaimana mengetahui mana yg kosong, mana yg isi ?

1. en.wikipedia.org/wiki/Śūnyatā
2. Mewujudkan, membuat menjadi nyata.
3. Menyadari / mengalami Sunyata secara nyata (praktek, non teori).

4 dan  5 sudah terjawab dalam postingan http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23523.msg426770.html#msg426770.

Adapun kebenaran mutlak, paling ideal dirasakan sendiri lewat praktek, bukan sekedar teori dan penjelasan bahasa/verbal. Sehebat dan sesempurna apapun suatu istilah dan bahasa, tetap tidak bisa mendefiniskan "manisnya gula" seperti ketika Anda merasakan sendiri gula tersebut.

Demikian, semoga memuaskan Anda. Salam damai dan sejahtera.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 05 December 2012, 06:43:07 AM
bro Sunya, Tipitaka sudah baca semua ! :o,
kok tahu Buddha Gotama tidak menjelaskan secara terperinci !  ???
walaupun Tipitaka tidak wajib untuk dibaca dan dihafal keseluruhannya ataupun sebagian saja.  :)

menurut saya tidak mungkin juga dijelaskan semua fenomena yang ada disetiap mahluk manusia
karna memang tidak akan membawa manfaat bagi pembebasan.

Dhamma Vinaya yang di 'patenkan' para Arahant pada Konsili Pertama yang dipimpin Bhikkhu Mahakassapa, sudah lebih dari cukup sebagai pedoman bagi mahluk manusia untuk pembebasan dari penderitaan.

Apakah "mengetahui" harus lewat Tripitaka?

Dalam konteks ini (bahwa segala sesuatu sunya/kosong), cukup dan tidak cukup sangatlah relatif.

Ada yang belajar agama Buddha dapat menjadi lebih arif dan bijak, ada yang semakin belajar semakin bingung dan terjerat dalam pandangan salah. Semua tergantung "sebab" dari setiap makhluk, karena pengumpulan karma positif tiap makhluk untuk belajar dharma adalah berbeda.

Jika ada jaminan buku/kitab apapun yang bisa membawa pada pencerahan, maka teori (sementara ini katakanlah begitu) Sunyata ini sebut saja teori kosong (seperti makna/artinya). Tapi kalau memang Dharma dan Buddha itu pun sunya (tak lepas dari kebenaran mutlak; paramattha sacca) maka kata cukup atau tidak cukup, sebenarnya relatif.

Semoga memberi terang. Salam kebahagiaan.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 05 December 2012, 06:49:18 AM
kalo kata om Indra:
teori sunya=teori omong kosong :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 05 December 2012, 06:49:34 AM
Berikutnya saya akan bahas tentang perumpamaan dari thread sebelumnya, yang menyamakan antara konsep kosong/isi dengan dualitas dunia (kebenaran kondisional), seperti apakah bata=emas, Buddha=Mara, dingin=panas, dsb.

Singkatnya (nanti kita jabarkan bila perlu), Anda-Anda yang membuat perumpamaan seperti di atas, keliru mengerti dan mendefinisikan sunyata itu sendiri.

Sunyata adalah kebenaran mutlak, sedangkan contoh di atas (bahkan termasuk Buddha, dalam manifestasi-Nya sebagai 'Makhluk') adalah keadaan berkondisi (yang mana masuk dalam konteks samutti-sacca / kebenaran relatif/berkondisi).

Detilnya nanti saya jabarkan, sementara pahami dulu yang di atas.

Semoga membawa manfaat. Salam cinta kasih. Semoga berbahagia. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 06:51:05 AM
1. en.wikipedia.org/wiki/Śūnyatā
2. Mewujudkan, membuat menjadi nyata.
3. Menyadari / mengalami Sunyata secara nyata (praktek, non teori).

4 dan  5 sudah terjawab dalam postingan http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23523.msg426770.html#msg426770.

Adapun kebenaran mutlak, paling ideal dirasakan sendiri lewat praktek, bukan sekedar teori dan penjelasan bahasa/verbal. Sehebat dan sesempurna apapun suatu istilah dan bahasa, tetap tidak bisa mendefiniskan "manisnya gula" seperti ketika Anda merasakan sendiri gula tersebut.

Demikian, semoga memuaskan Anda. Salam damai dan sejahtera.

sebaiknya bro menjelasan point no.1 dgn kalimat sendiri, tidak merujuk pada wikipedia... sebab bro yg telah mengalamin...

marilah menjawab dgn singkat, jelas, padat dan mudah dimengerti sehingga utk org awam mendptkan manfaatnya..

 _/\_ ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 06:52:18 AM
kalo kata om Indra:
teori sunya=teori omong kosong :))

omong kosong = omong tidak kosong

mohon perhatiannya bro william
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 05 December 2012, 06:53:26 AM
omong kosong = omong tidak kosong

mohon perhatiannya bro william
^:)^ ^:)^

 :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 05 December 2012, 06:53:44 AM
kalo kata om Indra:
teori sunya=teori omong kosong :))

Mungkin betul.

Bahkan perkataan di atas pun memverifikasi kebenaran sunyata itu sendiri 'kan? "Bahwa konsep sunyata bagi yang tidak paham pun, tidak lebih dari seonggok (maaf) sampah."

Jadi pengingkaran atas Sunyata itu sendiri, otomatis memverifikasi kebenarannya.

Salam. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 06:55:41 AM
Wah sayang hanya khusus para bijaksana dan meditator thread ini, ya sudahlah,
lebih mudah menjelaskan sesuatu yg rumit menjadi panjang dan tambah rumit..

tapi adalah sangat sulit menjelaskan sesuatu yg rumit menjadi simple dan sederhana...

Honda : we make it simple
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: ryu on 05 December 2012, 06:56:23 AM
sebaiknya bro menjelasan point no.1 dgn kalimat sendiri, tidak merujuk pada wikipedia... sebab bro yg telah mengalamin...

marilah menjawab dgn singkat, jelas, padat dan mudah dimengerti sehingga utk org awam mendptkan manfaatnya..

 _/\_ ;D
betul nih, coba om sunya detailkan dengan penembusan sunya anda melalui prajna.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 06:58:26 AM
betul nih, coba om sunya detailkan dengan penembusan sunya anda melalui prajna.

sekalian menjelaskan

8. apakah itu prajna
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 05 December 2012, 07:10:41 AM
sebaiknya bro menjelasan point no.1 dgn kalimat sendiri, tidak merujuk pada wikipedia... sebab bro yg telah mengalamin...

marilah menjawab dgn singkat, jelas, padat dan mudah dimengerti sehingga utk org awam mendptkan manfaatnya..

 _/\_ ;D

Anda mungkin melewatkan ungkapan "gula".

Baiklah, tanpa mencicipi Anda mau membayangkan, boleh-boleh saja.

Sunyata adalah fenomena yang dapat diambil/disimpulkan, setelah mengamati semua keberadaan hukum alam, atau sebab-akibat, atau wujud/keberadaan itu sendiri.

Apa yang 'ada' karena 'disebabkan', apa yang 'disebabkan', lahir karena sebab yang lain lagi, dst...

Ujung-ujungnya, kehidupan (keberadaan kita di alam semesta), terjadi/tercipta/lahir karena disebabkan oleh maha gaib dari Adi Buddha itu sendiri, atau sebagian menyebutnya dalam literatur sebagai Dharmakaya (Tubuh Kebenaran, Tubuh Agung/Sempurna).

Karena potensi kita yang "Maha Bisa", karena itulah Buddha (tidak hanya Siddharta Gautama / Sakyamuni Buddha) mengatakan hidup (yang seperti ini, atau samsara) adalah Dukkha. Kenapa Dukkha? Karena diri kita lebih dari yang kita ketahui atau dapat dibayangkan oleh setiap makhluk.

Kita tidak harus terjerat dalam kelahiran dan kematian. Kita tidak harus sakit dan tua. Bukankah ini sangat menakjubkan?

Kita juga tidak harus terpaku dalam satu wujud (wajah/fisik/karakteristik emosi). Kita bebas. Kita bebas menjadi apapun yang kita mau.

Kita ada dalam semua (seperti konsep panteistik), semua ada dalam kita (alam semesta ada dalam proyeksi-Ku, sebagai Yang Maha Tahu, Yang Tercerahkan).

Demikian. Semoga menambah daya/upaya untuk mencapai keterbebasan. Salam kesempurnaan (dalam wujud/kondisi), semoga berbahagia.

sekalian menjelaskan

8. apakah itu prajna

Kebijaksanaan (pengetahuan).
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 07:14:37 AM
Anda mungkin melewatkan ungkapan "gula".

Baiklah, tanpa mencicipi Anda mau membayangkan, boleh-boleh saja.

Sunyata adalah fenomena yang dapat diambil/disimpulkan, setelah mengamati semua keberadaan hukum alam, atau sebab-akibat, atau wujud/keberadaan itu sendiri.

Apa yang 'ada' karena 'disebabkan', apa yang 'disebabkan', lahir karena sebab yang lain lagi, dst.

Ujung-ujungnya, kehidupan (keberadaan kita di alam semesta), terjadi/tercipta/lahir karena disebabkan oleh maha gaib dari Adi Buddha itu sendiri, atau sebagian menyebutnya dalam literatur sebagai Dharmakaya (Tubuh Kebenaran, Tubuh Agung/Sempurna).

Karena potensi kita yang "Maha Bisa", karena itulah Buddha (tidak hanya Siddharta Gautama / Sakyamuni Buddha) mengatakan hidup (yang seperti ini, atau samsara) adalah Dukkha. Kenapa Dukkha? Karena diri kita lebih dari yang kita ketahui atau dapat dibayangkan oleh setiap makhluk.

Kita tidak harus terjerat dalam kelahiran dan kematian. Kita tidak harus sakit dan tua. Bukankah ini sangat luar biasa?

Kita juga tidak harus terpaku dalam satu wujud (wajah/fisik/karakteristik emosi). Kita bebas. Kita bebas menjadi apapun yang kita mau.

Kita ada dalam semua (seperti konsep panteistik), semua ada dalam kita (alam semesta ada dalam proyeksi-Ku, sebagai Yang Maha Tahu, Yang Tercerahkan).

Demikian. Semoga menambah daya/upaya untuk mencapai keterbebasan. Salam kesempurnaan (dalam wujud/kondisi), semoga berbahagia.

penjelasan panjang ini serasa....

sangat berisi... tapi juga SANGAT TIDAK BERISI...

itu yg aku tangkap... _/\_

keep it simple... (let the stupid understand)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 07:15:45 AM
9 syarat bagi manusia utk mengerti sunya (mencapai, merasakan sunya) ?

 :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 05 December 2012, 07:19:51 AM
penjelasan panjang ini serasa....

sangat berisi... tapi juga SANGAT TIDAK BERISI...

itu yg aku tangkap... _/\_

keep it simple... (let the stupid understand)

Praktekkanlah, cicipilah... it's easiest way to understand (like I said, taste the sugar, instead to assuming or guessing about it).

Masih terasa susah?

Jalani saja hidup dengan baik, be a good person. That's enough. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 07:23:19 AM
Praktekkanlah, cicipilah... it's easiest way to understand (like I said, taste the sugar, just don't try to think about it, no more).

Masih terasa susah?

Jalani saja hidup dengan baik, be a good person. That's enough. :)

kalau bro Sunya bisa menjelaskan lebih rinci n detail adalah lebih baik, dari pada motto : PRAKTEK LAH...

sebab di forum, otomatis tulisan dan penjelasan lah yg bisa banyak membantu sesama member utk mengerti....
bukan.....


x : apakah itu Khong ?
z : prakteklah

x : apakah itu reincarnasi ?
z : prakteklah...
 :o
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 07:24:58 AM
salah satu cara termudah adalah menceritakan pengalaman bro Sunya sendiri,
bagaimana bisa mengerti dan berkenalan dgn sesuatu yg disebut : SUNYA

nahh... silahkan... ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: seniya on 05 December 2012, 07:28:35 AM
Jadi, bagaimana sunyata (kekosongan) bisa dikatakan bersifat rupa, vedana, sanna, sankhara dan vinnana? Mohon jelaskan secara logika saja krn saya bukan praktisi meditasi apalagi vipassana....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 07:30:43 AM
Jadi, bagaimana sunyata (kekosongan) bisa dikatakan bersifat rupa, vedana, sanna, sankhara dan vinnana? Mohon jelaskan secara logika saja krn saya bukan praktisi meditasi apalagi vipassana....

duhh ini pertanyaan tambah jelimet... menambahkan dan memperkenalkan kata2 sulit....

jangan bro ari...

keep it simple...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: seniya on 05 December 2012, 07:34:26 AM
 [at] cumi:
Justru membahas isi = kosong dan kosong = isi lbh rumit drpd membahas pancakkhanda = kosong dan kosong = pancakkhanda.....

:)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 07:44:51 AM
[at] cumi:
Justru membahas isi = kosong dan kosong = isi lbh rumit drpd membahas pancakkhanda = kosong dan kosong = pancakkhanda.....

:)

ya tergantung seleranya TS mau bahas apa tohh.... cumi kan hanya mengikutin aja...

atau bro yg mau bahas topik lain ? silahkan....


teringat CAHAYA itu partikel atau gelombang ya... atau Kedua2nya
. hahahaha
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: kullatiro on 05 December 2012, 08:14:54 AM
[at] cumi:
Justru membahas isi = kosong dan kosong = isi lbh rumit drpd membahas pancakkhanda = kosong dan kosong = pancakkhanda.....

:)

wa ada mendengar dhamma desana dari suatu tokoh di ekayana membahas prajna paramita hydra sutra, karena penjelasan nya wa setidak nya jadi mengerti kekosongan yang di maksud adalah anicca.

karena kekosongan yang sesungguh nya kita amati sejati nya hanya di batasi oleh pandangan jadi sesungguh nya tidak kosong, bila kita mengatakan gelas itu kosong di bumi ini. menjadi pertanyaan bukan nya gelas tersebut ada dan bukan nya tidak ada, juga ruang kosong tersebut sesungguh nya berisi udara (ingat di bumi) setidak nya harus di buat hampa udara akan tetapi tetap ruang ini di batasi dinding gelas jadi apakah benar benar kosong karena tetap ada materi gelas tersebut.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 08:21:53 AM
wa ada mendengar dhamma desana dari suatu tokoh di ekayana membahas prajna paramita hydra sutra, karena penjelasan nya wa setidak nya jadi mengerti kekosongan yang di maksud adalah anicca.

karena kekosongan yang sesungguh nya kita amati sejati nya hanya di batasi oleh pandangan jadi sesungguh nya tidak kosong, bila kita mengatakan gelas itu kosong di bumi ini. menjadi pertanyaan bukan nya gelas tersebut ada dan bukan nya tidak ada, juga ruang kosong tersebut sesungguh nya berisi udara (ingat di bumi).

duhh bro mungkin mencampur adukan KOSONG... yg disepakatin orang umum dgn KOSONG yg dimaksud TS....

x : pak kapal ini pulang kosong, mohon diganti ongkos pulangnya...
c : ahhh kapten ini bisa2 aja... gw yakin kapal itu BERISI udara koq....

q : sebelum arus dialirkan kedalam bola yg berisi ........ harus di kosongkan...
h : pak ini udah kelihatan kosong, mau dikosongkan dgn apa lagi ?

q : ya dgn vacum pump sampai -5 bar....

 _/\_ :P

Taukah anda :
bila memasang AC baru, AC tsb akan lebih awet dan efficient, bila sebelum pemasangan udara dlm pipa2, evaoprator, condensor tsb semua di hampain dgn vacum pump ?..........

biasanya itu tidak dilakukan.. mengingat tukang2 di Indonesia umumnya.... quick n dirty... (baca :ngawur)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: kullatiro on 05 December 2012, 08:29:43 AM
loh kita bukan nya sedang membahas sebuah gelas kosong yang di pahami umum, sebuah gelas tanpa penutup dan tidak di pompa untuk di keluarkan udaranya (lain dengan botol dan lain nya yang memang khusus di buat untuk dapat di keluarkan udaranya sepert ac yang bro maksud).

karena banyak yang menggunakan perumpamaan menggunakan gelas kosong dan gelas 1/2 kosong dll.

Jadi mari kita melihat kenyataan sebuah gelas kosong itu sesungguhnya apa? bukan berdasarkan sejenis persepi sebuah pandangan manusia.

karena gelas kosong tentu nya bisa di lihat secara ilmiah.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: waliagung on 05 December 2012, 09:34:38 AM
isi = objek terbentuk,terasa,terlihat,terbau,ter sebagainya,,,,,,,,,,,
kosong = tak terbentuk,takterasa,takterbau, dan sebagainya,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

setiap ada isi takmungkin tak ada yg kosong
setiap yg kosong belum tentu ada isinya,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

isi =(ada) kosong =(ruang)               namaste    _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 11:36:48 AM
isi = objek terbentuk,terasa,terlihat,terbau,ter sebagainya,,,,,,,,,,,
kosong = tak terbentuk,takterasa,takterbau, dan sebagainya,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

setiap ada isi takmungkin tak ada yg kosong
setiap yg kosong belum tentu ada isinya,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

isi =(ada) kosong =(ruang)               namaste    _/\_

kalau begitu bagaimana dgn 1/2 isi dan 1/2 kosong ?
apakah realitas 1/2 isi dan 1/2 kosong dpt terjadi ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 11:39:33 AM
loh kita bukan nya sedang membahas sebuah gelas kosong yang di pahami umum, sebuah gelas tanpa penutup dan tidak di pompa untuk di keluarkan udaranya (lain dengan botol dan lain nya yang memang khusus di buat untuk dapat di keluarkan udaranya sepert ac yang bro maksud).

karena banyak yang menggunakan perumpamaan menggunakan gelas kosong dan gelas 1/2 kosong dll.

Jadi mari kita melihat kenyataan sebuah gelas kosong itu sesungguhnya apa? bukan berdasarkan sejenis persepi sebuah pandangan manusia.

karena gelas kosong tentu nya bisa di lihat secara ilmiah.

repotnya membicarakan sesuatu yg BUKAN MANUSIA dan cara MANUSIA....

anda bilang perumapaan gelas kosong, sedangkan yg dibahaS bukan "GELAS KOSONG" yg diketahui manusia umum...

kah lebih membingungkan lagi...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: kullatiro on 05 December 2012, 11:53:17 AM
repotnya membicarakan sesuatu yg BUKAN MANUSIA dan cara MANUSIA....

anda bilang perumapaan gelas kosong, sedangkan yg dibahan bukan "GELAS KOSONG" yg diketahui manusia umum...

kah lebih membingungkan lagi...

hm wa ada salah kalimat kali yah dari sudut pandang manusia umumnya dan sudut pandang ilmiah

dalam hal ini persepsi atau konsep yang biasa di pakai masyarakat saat ini.

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 05 December 2012, 12:11:45 PM


apakah monk ini menjelaskan dgn baik tentang KOSONG ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 05 December 2012, 02:20:22 PM
Mungkin betul.

Bahkan perkataan di atas pun memverifikasi kebenaran sunyata itu sendiri 'kan? "Bahwa konsep sunyata bagi yang tidak paham pun, tidak lebih dari seonggok (maaf) sampah."

Jadi pengingkaran atas Sunyata itu sendiri, otomatis memverifikasi kebenarannya.

Salam. :)
hayo ngaku siapa aja yang udah paham sunyata disini?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Indra on 05 December 2012, 02:26:39 PM
hayo ngaku siapa aja yang udah paham sunyata disini?

paham=tidak paham, tidak paham=paham, beruntunglah oarng2 yg tidak paham, dan siallah orang2 yg paham, tapi beruntung=sial, sial=beruntung, so?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 05 December 2012, 02:47:44 PM
paham=tidak paham, tidak paham=paham, beruntunglah oarng2 yg tidak paham, dan siallah orang2 yg paham, tapi beruntung=sial, sial=beruntung, so?
jadi bingung... :hammer:
tapi bingung=tidak bingung, tidak bingung=bingung...

so, sebenarnya saya beruntung atau sial???
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: kullatiro on 05 December 2012, 02:56:26 PM
yah, semuanya sesuai dengan kemajuan pemahaman dhamma nya masing masing, kadang kadang susah untuk menjelaskan kembali meskipun kita telah berusaha (bahkan bahasa nya jadi kacau wakaka beneran deh bisa sampai seperti itu, yah hitung hitung belajar untuk menyampaikan konsep buddhisme dengan pengertian sendiri; harus di akui memang masih kacau balau sih  penyampaian nya)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 05 December 2012, 05:09:43 PM
Apakah "mengetahui" harus lewat Tripitaka?

jadi anda 'mengetahui' bukan dari Tripitaka ( Pali, Sankrit )
boleh tahu dari mana ?

Quote
Dalam konteks ini (bahwa segala sesuatu sunya/kosong), cukup dan tidak cukup sangatlah relatif.

yang pasti manusia awam susah cukupnya
ndak tahu kalau anda memang sudah cukup atau cukup sudahlah

Quote
Ada yang belajar agama Buddha dapat menjadi lebih arif dan bijak, ada yang semakin belajar semakin bingung dan terjerat dalam pandangan salah.

betul

Quote
Semua tergantung "sebab" dari setiap makhluk, karena pengumpulan karma positif tiap makhluk untuk belajar dharma adalah berbeda.

sebab apa ?

Quote
Jika ada jaminan buku/kitab apapun yang bisa membawa pada pencerahan, maka teori (sementara ini katakanlah begitu) Sunyata ini sebut saja teori kosong (seperti makna/artinya). Tapi kalau memang Dharma dan Buddha itu pun sunya (tak lepas dari kebenaran mutlak; paramattha sacca) maka kata cukup atau tidak cukup, sebenarnya relatif.

Semoga memberi terang. Salam kebahagiaan.  _/\_

emang tidak ada jaminan buku/kitab bisa memberikan pencerahan.

tapi dikitab ada tertulis sutta, bahwa Buddha Gotama meyakinkan kepada siswa2-inya, bila serius mempraktekkan Dhamma Vinaya bisa membebaskan penderitaan,
ternyata murid2 sang Buddha banyak yang berhasil, bagaimana pula itu !
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 06 December 2012, 05:48:17 AM
Jadi, bagaimana sunyata (kekosongan) bisa dikatakan bersifat rupa, vedana, sanna, sankhara dan vinnana? Mohon jelaskan secara logika saja krn saya bukan praktisi meditasi apalagi vipassana....

Pertama, defnisi kosong yang sering salah diinterpretasi menjadi: tidak ada. Ini adalah pemahaman yang salah.
Kosong merupakan sebuah fenomena negatif (terselubung) yang didapati/diperoleh setelah mengamati semua fenomena keber-ADA-an (termasuk rupa, segala faktor mental, serta hukum-hukum niyama yang ada, termasuk Kebuddhaan dan Nirwana itu sendiri). Pada dasarnya, segala sesuatu yang 'ada' (dapat diamati oleh batin, bahkan termasuk batin itu sendiri) ada/muncul/tercipta karena ditunjang faktor-faktor (Paticcassamuppada), dan karena semua yang 'ada' ditunjang oleh 'yang lain' (sebab-sebab), berarti 'aku' yang ada pun juga ditunjang oleh 'yang lain' (sebab-sebab). Maka ini menjelaskan (dengan sangat terperinci, akurat, detil sekali) darimana saya berasal. "Saya" dalam hal ini adalah batin tanpa kilesa (LDM), yaitu yang mengamati fenomena (keberadaan).

Jadi anatta berlaku relevan untuk 2 hal:
1. Bahwa semua skhanda yang kita kira/anggap diri (sejati), pada hakikatnya kosong (hanya gabungan/akibat karma sebelumnya).
2. Batin yang menjalani keterbebasan (pencerahan), yang mana sering diperdebatkan apakah ada yang mencapai nirwana, atau tiada (nihil/musnah), kini dapat disimpulkan 'ada', namun keberadaannya ditunjang faktor-faktor (penyebab).

Dan karena itu dikatakan 'kosong', yakni semua saling berkaitan. Jika tidak ada ini, tidak ada itu, jika tidak ada itu, tidak ada yang lain.

Seperti itu. Semoga menjawab. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 06 December 2012, 06:35:44 AM
loh kita bukan nya sedang membahas sebuah gelas kosong yang di pahami umum, sebuah gelas tanpa penutup dan tidak di pompa untuk di keluarkan udaranya (lain dengan botol dan lain nya yang memang khusus di buat untuk dapat di keluarkan udaranya sepert ac yang bro maksud).

karena banyak yang menggunakan perumpamaan menggunakan gelas kosong dan gelas 1/2 kosong dll.

Jadi mari kita melihat kenyataan sebuah gelas kosong itu sesungguhnya apa? bukan berdasarkan sejenis persepi sebuah pandangan manusia.

karena gelas kosong tentu nya bisa di lihat secara ilmiah.

Secara saintifik mungkin dapat diumpamakan seperti sifat partikel sub atomik yang relatif kosong, sifat ketidakpastian partikel (Heisenberg (http://simple.wikipedia.org/wiki/Uncertainty_principle)) yang prinsipnya pengamat (subyek) mempengaruhi partikel (obyek) observasi, serta sifat infiniti dari alam semesta (dimana ruang ada karena materi yang dapat kita indera dengan skala maupun kondisi kita saat ini).
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 06 December 2012, 06:42:01 AM
paham=tidak paham, tidak paham=paham, beruntunglah oarng2 yg tidak paham, dan siallah orang2 yg paham, tapi beruntung=sial, sial=beruntung, so?

jadi bingung... :hammer:
tapi bingung=tidak bingung, tidak bingung=bingung...

so, sebenarnya saya beruntung atau sial???

Membandingkan dua kutub ekstrim sebagai suatu yang identik/sama adalah misinterpretasi dalam pemahaman "Kosong = Isi, Isi = Kosong".
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Indra on 06 December 2012, 06:48:12 AM
Membandingkan dua kutub ekstrim sebagai suatu yang identik/sama adalah misinterpretasi dalam pemahaman "Kosong = Isi, Isi = Kosong".

anda benar2 berisi
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 06 December 2012, 06:50:22 AM
yah, semuanya sesuai dengan kemajuan pemahaman dhamma nya masing masing, kadang kadang susah untuk menjelaskan kembali meskipun kita telah berusaha (bahkan bahasa nya jadi kacau wakaka beneran deh bisa sampai seperti itu, yah hitung hitung belajar untuk menyampaikan konsep buddhisme dengan pengertian sendiri; harus di akui memang masih kacau balau sih  penyampaian nya)

Bahasa punya keterbatasan. Dalam hal ini, sebutan "kosong" saja sudah secara otomatis membuat rata-rata orang berpikir bahwa kosong berarti tiada (apa-apa), nihil, melompong, dsb, padahal bukan itu yang dimaksudkan dalam sutra sebagai kosong. Paling baik memang mengamati dan menjalani secara langsung, karena bahasa sering menjadi sandungan dalam mendalami spiritualisme.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 06 December 2012, 06:51:42 AM
Pertama, defnisi kosong yang sering salah diinterpretasi menjadi: tidak ada. Ini adalah pemahaman yang salah.
Kosong merupakan sebuah fenomena negatif (terselubung) yang didapati/diperoleh setelah mengamati semua fenomena keber-ADA-an (termasuk rupa, segala faktor mental, serta hukum-hukum niyama yang ada, termasuk Kebuddhaan dan Nirwana itu sendiri). Pada dasarnya, segala sesuatu yang 'ada' (dapat diamati oleh batin, bahkan termasuk batin itu sendiri) ada/muncul/tercipta karena ditunjang faktor-faktor (Paticcassamuppada), dan karena semua yang 'ada' ditunjang oleh 'yang lain' (sebab-sebab), berarti 'aku' yang ada pun juga ditunjang oleh 'yang lain' (sebab-sebab). Maka ini menjelaskan (dengan sangat terperinci, akurat, detil sekali) darimana saya berasal. "Saya" dalam hal ini adalah batin tanpa kilesa (LDM), yaitu yang mengamati fenomena (keberadaan).

Jadi anatta berlaku relevan untuk 2 hal:
1. Bahwa semua skhanda yang kita kira/anggap diri (sejati), pada hakikatnya kosong (hanya gabungan/akibat karma sebelumnya).
2. Batin yang menjalani keterbebasan (pencerahan), yang mana sering diperdebatkan apakah ada yang mencapai nirwana, atau tiada (nihil/musnah), kini dapat disimpulkan 'ada', namun keberadaannya ditunjang faktor-faktor (penyebab).

Dan karena itu dikatakan 'kosong', yakni semua saling berkaitan. Jika tidak ada ini, tidak ada itu, jika tidak ada itu, tidak ada yang lain.

Seperti itu. Semoga menjawab. :)

terima kasih bro telah menjawab....

tetapi menjelaskan sesuatu, kita hrs perhatikan siapa pemirsa kita, dimana pengetahuan dan pengalamannya, seberapa besar kosa katanya, dst, dst....

Jelaskanlah dgn hal2 yg telah dia ketahui, jangan terlalu banyak memasukan kosa kata baru/banyak... sehingga pengajaran dan penyampaian tsb dpt efektif.

apakah bro udah nonton youtube yg sy posting, bagaimana tanggapan bro tentang penjelasan bhiku tsb ?

tolong coba ditulis ulang lagi bro....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 06 December 2012, 06:52:49 AM
Bahasa punya keterbatasan. Dalam hal ini, sebutan "kosong" saja sudah secara otomatis membuat rata-rata orang berpikir bahwa kosong berarti tiada (apa-apa), nihil, melompong, dsb, padahal bukan itu yang dimaksudkan dalam sutra sebagai kosong. Paling baik memang mengamati dan menjalani secara langsung, karena bahasa sering menjadi sandungan dalam mendalami spiritualisme.

sptnya bro Sunya belum memiliki kemampuan utk menjelaskan/mengajar....

kalau sy boleh usul,... judul yg dpt bro kembangkan spt :

Apa arti dari Khong/Chan/Kosong dlm Buddhism Mahayana, dan bagaimana mendapatkan manfaatnya bagi orang awam.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 06 December 2012, 07:00:44 AM
jadi anda 'mengetahui' bukan dari Tripitaka ( Pali, Sankrit )
boleh tahu dari mana ?

yang pasti manusia awam susah cukupnya
ndak tahu kalau anda memang sudah cukup atau cukup sudahlah

betul

sebab apa ?

emang tidak ada jaminan buku/kitab bisa memberikan pencerahan.

tapi dikitab ada tertulis sutta, bahwa Buddha Gotama meyakinkan kepada siswa2-inya, bila serius mempraktekkan Dhamma Vinaya bisa membebaskan penderitaan,
ternyata murid2 sang Buddha banyak yang berhasil, bagaimana pula itu !

Bila menurut Anda belajar dari sutta sudah cukup, maka cukuplah (saya tidak mau mengganggu keyakinan Anda).

Saya tahu dari pengalaman saya sendiri. Salam.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 06 December 2012, 07:15:04 AM
terima kasih bro telah menjawab....

tetapi menjelaskan sesuatu, kita hrs perhatikan siapa pemirsa kita, dimana pengetahuan dan pengalamannya, seberapa besar kosa katanya, dst, dst....

Jelaskanlah dgn hal2 yg telah dia ketahui, jangan terlalu banyak memasukan kosa kata baru/banyak... sehingga pengajaran dan penyampaian tsb dpt efektif.

apakah bro udah nonton youtube yg sy posting, bagaimana tanggapan bro tentang penjelasan bhiku tsb ?

tolong coba ditulis ulang lagi bro....

Ijinkan saya memberi tanggapan:

1. Pemahaman pemirsa itu bervariasi, sesuai tingkat pembelajaran masing-masing.
2. Kosa kata yang dikuasai juga relatif, tergantung pergaulan, tingkat pendidikan, wawasan, dsb.
3. Segmen yang saya targetkan sudah jelas, saya tulis di postingan satu: Disarankan bagi yang mengikuti topik ini untuk menjalankan meditasi (sebagai penunjang). Jadi saya tidak mungkin membidik segmentasi terlalu luas, karena akan ada komentar: "Terlalu susah dipahami", "Bahasa terlalu ndeso (karena berusaha simpel)", "Kurang detil/terperinci", "Terlalu panjang/pendek", dsb.
4. Diskusi dhamma dapat berupa:
a. Jawaban langsung.
b. Diberi pertanyaan balik.
c. Tidak dijawab.

Itu saya, tapi setiap makhluk punya kecenderungan masing-masing. Silakan ajukan apa yang Anda butuhkan dari saya, jika saya bisa membantu pasti saya jawab. Terima kasih. Semoga berbahagia.  :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 06 December 2012, 07:22:04 AM
sptnya bro Sunya belum memiliki kemampuan utk menjelaskan/mengajar....

kalau sy boleh usul,... judul yg dpt bro kembangkan spt :

Apa arti dari Khong/Chan/Kosong dlm Buddhism Mahayana, dan bagaimana mendapatkan manfaatnya bagi orang awam.

Bisakah Anda menjelaskan rasa manis pada orang yang belum pernah mencicipi rasa manis?

Bahasa adalah sarana (alat/tool), tidak mungkin seseorang memahami sepenuhnya hanya dari bahasa. Saran saya tetap sama; jalani meditasi (samadhi), be a good person (praktekkan sila/moralitas), kembangkan kebijaksanaan (panna) lewat belajar/diskusi dan perenungan. Semoga membawa manfaat. Salam dharma. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 06 December 2012, 07:36:39 AM
Ijinkan saya memberi tanggapan:

1. Pemahaman pemirsa itu bervariasi, sesuai tingkat pembelajaran masing-masing.
2. Kosa kata yang dikuasai juga relatif, tergantung pergaulan, tingkat pendidikan, wawasan, dsb.
3. Segmen yang saya targetkan sudah jelas, saya tulis di postingan satu: Disarankan bagi yang mengikuti topik ini untuk menjalankan meditasi (sebagai penunjang). Jadi saya tidak mungkin membidik segmentasi terlalu luas, karena akan ada komentar: "Terlalu susah dipahami", "Bahasa terlalu ndeso (karena berusaha simpel)", "Kurang detil/terperinci", "Terlalu panjang/pendek", dsb.
4. Diskusi dhamma dapat berupa:
a. Jawaban langsung.
b. Diberi pertanyaan balik.
c. Tidak dijawab.

Itu saya, tapi setiap makhluk punya kecenderungan masing-masing. Silakan ajukan apa yang Anda butuhkan dari saya, jika saya bisa membantu pasti saya jawab. Terima kasih. Semoga berbahagia.  :)

di youtube bhiku membahas juga "kosong"... bagaimana tanggapan bro tentang penjelasan dia ? nahhhh

kecenderungan sy adalah sedapat mungkin, singkat, jelas, padat dan mudah dimengerti.... tapi itulah yg SULIT DILAKUKAN...

utk soal manis, mudah aja... kumpulkan pemirsa... dan kita pesta TEBU aja...
sulit ? ohhh tidak !

Bila menurut Anda belajar dari sutta sudah cukup, maka cukuplah (saya tidak mau mengganggu keyakinan Anda).

Saya tahu dari pengalaman saya sendiri. Salam.
Tapi sewaktu diminta utk menceritakan pengalaman bro dlm meditasi gimana bisa mengerti tentang "kosong", bro menghindar ? jadi bolehkah share pengalaman bro disini tentang "kosong" ?
 ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: CHANGE on 06 December 2012, 08:52:52 AM
Sunyata
 
Yamaoka   Tesshu,   sebagai   seorang   pelajar   muda  Zen, mengunjungi satu per satu guru. Ia  mendatangi  Dokuon  dari Shokoku.
 
Dengan   maksud   menunjukkan   pencapaiannya,  ia  berkata, "Pikiran, Buddha, dan makhluk berindera, semuanya tidak ada. Sifat  sebenarnya dari semua fenomena ialah kehampaan. Tidak ada penyadaran, tiada khayalan,  tiada  orang  bijak,  tiada
orang   awam.   Tidak  ada  pemberian  dan  tidak  ada  yang diterima."
 
Dokuon, yang  secara  diam-diam  merokok,  tidak  mengatakan apa-apa.  Tiba-tiba,  ia  memukul  Yamaoka dengan pipa rokok bambunya. Ini membuat pemuda itu cukup marah.
 
"Jika  tidak  ada  apa-apa,"  jelas  Dokuon,  "Dari  manakah kemarahan ini bersumber?"
 
---------------------
Daging ZEN Tulang ZEN,Bunga Rampai Karya Tulis Pra-Zen dan Zen



Saya hanya mengutip cerita Zen sebagai contoh mengenai kosong dan bagaimana pandangan dari Bro Sunya atas pencapaian oleh dua orang diatas yakni Yamaoka   Tesshu dan Dokuon untuk menjelaskan mengenai kosong = isi dan isi = kosong.

 _/\_

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 07 December 2012, 03:51:44 AM
di youtube bhiku membahas juga "kosong"... bagaimana tanggapan bro tentang penjelasan dia ? nahhhh

kecenderungan sy adalah sedapat mungkin, singkat, jelas, padat dan mudah dimengerti.... tapi itulah yg SULIT DILAKUKAN...

utk soal manis, mudah aja... kumpulkan pemirsa... dan kita pesta TEBU aja...
sulit ? ohhh tidak !
Tapi sewaktu diminta utk menceritakan pengalaman bro dlm meditasi gimana bisa mengerti tentang "kosong", bro menghindar ? jadi bolehkah share pengalaman bro disini tentang "kosong" ?
 ;D

Saya enggan mengomentari pencapaian seseorang.

Untuk pembanding (rekomendasi saya), mungkin bisa coba simak ini:


Para Bodhisattva perlu berkalpa-kalpa untuk mengumpulkan parami, demi merealisasi ke-Buddha-an (yang akhirnya mengerti apa konsep kekosongan/sunyata). Anda berharap hanya dengan membaca beberapa tulisan di forum, Anda akan paham konsep sunyata? :)

Jika untuk memahami (sunyata) semudah membawa Anda pesta tebu, sudah saya lakukan (dengan menunjukkan obyeknya kalau perlu, "Ini lho sunyata"). Bila logika Anda baik, coba simak kata-kata saya sebelumnya, "Bisakah Anda menjelaskan rasa manis pada orang yang belum pernah mencicipi rasa manis?"

Tapi saya coba memenuhi keinginan dan mungkin harapan Anda (mengerti konsep sunyata hanya dari membaca/intelektual).

Sunyata itu maknanya, semua yang Anda rasakan saat ini (diri Anda, lingkungan Anda, dan semua fenomena keberadaan tanpa kecuali), ditunjang/didukung oleh faktor lain (karma/perbuatan Anda sebelumnya). Jadi Anda (keberadaan Anda, keberadaaan "I" / "Aku") tidak relevan (disebut Anatta), dan keberadaan semua hal (tanpa kecuali) di dunia Anda juga tidak relevan dan delusif (bersifat "khayal/maya", karena diciptakan/didukung oleh karma Anda sendiri).

Contoh paling mudah (nyata): "Adakah guru yang paling galak bagi Anda?"

Nah, mari kita mulai bahasan ini (bila Anda bisa mengikuti).

Salam dharma.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 07 December 2012, 04:20:50 AM
Sunyata
 
Yamaoka   Tesshu,   sebagai   seorang   pelajar   muda  Zen, mengunjungi satu per satu guru. Ia  mendatangi  Dokuon  dari Shokoku.
 
Dengan   maksud   menunjukkan   pencapaiannya,  ia  berkata, "Pikiran, Buddha, dan makhluk berindera, semuanya tidak ada. Sifat  sebenarnya dari semua fenomena ialah kehampaan. Tidak ada penyadaran, tiada khayalan,  tiada  orang  bijak,  tiada
orang   awam.   Tidak  ada  pemberian  dan  tidak  ada  yang diterima."
 
Dokuon, yang  secara  diam-diam  merokok,  tidak  mengatakan apa-apa.  Tiba-tiba,  ia  memukul  Yamaoka dengan pipa rokok bambunya. Ini membuat pemuda itu cukup marah.
 
"Jika  tidak  ada  apa-apa,"  jelas  Dokuon,  "Dari  manakah kemarahan ini bersumber?"
 
---------------------
Daging ZEN Tulang ZEN,Bunga Rampai Karya Tulis Pra-Zen dan Zen



Saya hanya mengutip cerita Zen sebagai contoh mengenai kosong dan bagaimana pandangan dari Bro Sunya atas pencapaian oleh dua orang diatas yakni Yamaoka   Tesshu dan Dokuon untuk menjelaskan mengenai kosong = isi dan isi = kosong.

 _/\_

Cerita serupa (entah khayal atau nyata) pernah saya baca di komik Zen.

Zen sendiri memang konsepnya "Pencerahan Seketika" (dalam arti; menyampaikan sesuatu secara singkat, namun bermakna). Karena itu biasanya kisah seperti di atas tidak disertai penjelasan lanjutan (tentang makna kisah/ilustrasi) karena diharapkan substansi cerita didapat dari hasil merenungi sendiri.

Komentar saya terhadap peristiwa di atas:

Benar bahwa konsep Sunyata seperti yang disampaikan Yamaoka Tesshu.

Dan benar juga kenapa dia marah ketika dipukul dengan pipa rokok.

Kenapa dikatakan demikian, karena memang marahnya itu muncul karena aksi (dipukul pipa rokok), bukan muncul dengan sendiri (spontan dan independen).

Jadi, relevan dengan konsep yang dia sampaikan sebelumnya, bahwa segala sesuatu tiada. Tiada tapi ada karena manusia yang mempunyai persepsi. Demikian juga dengan marah (reaksi) dia, sebenarnya tiada namun Dokuon (dan manusia lain) yang mempersepsikan itu sebagai marah.

Ada subyek pasti ada obyek.
Tak ada yang mengamati, adakah alam semesta ini?

Pernah berpikir atau merenung, benarkah alam semesta ini tanpa batas (infinity)?
Dan (yang terpenting) kenapa alam semesta ini tanpa batas?

Itu, kaitannya dengan konsep subyektivitas (relativitas) dan konsep sunyata itu sendiri.

Baik, nanti dilanjutkan kalau tertarik.

Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 07 December 2012, 05:01:34 AM
sambil menunggu cerita pengalaman peribadi bro Sunya dalam hal mencicipin sunyata (tebu),...

tentu banyak hal yg bisa diceritain spt menanam tebu,... akhir diperas dan terasa manis (sunyata)...

saya tunggu ya... ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: CHANGE on 07 December 2012, 09:08:57 AM

Jadi, relevan dengan konsep yang dia sampaikan sebelumnya, bahwa segala sesuatu tiada. Tiada tapi ada karena manusia yang mempunyai persepsi. Demikian juga dengan marah (reaksi) dia, sebenarnya tiada namun Dokuon (dan manusia lain) yang mempersepsikan itu sebagai marah.



Jika di lihat alur cerita, Yamaoka Tesshu membanggakan pencapaiannya dalam hal “sunyata”, kemudian mendapat cobaan dari Dokuon dengan pipa rokok, sehingga timbul kemarahan ( reaksi muncul ), kemudian Dokuon dengan sindiran  "Dari  manakah kemarahan ini bersumber?"

Apakah jawaban bro ingin menjelaskan marah = tidak marah hanya karena persepsi ?

Sehingga isi = kosong dan kosong = isi hanya karena persepsi ?

Benarkah demikian ?

 _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: hendrako on 07 December 2012, 01:49:54 PM
Cerita serupa (entah khayal atau nyata) pernah saya baca di komik Zen.

Zen sendiri memang konsepnya "Pencerahan Seketika" (dalam arti; menyampaikan sesuatu secara singkat, namun bermakna). Karena itu biasanya kisah seperti di atas tidak disertai penjelasan lanjutan (tentang makna kisah/ilustrasi) karena diharapkan substansi cerita didapat dari hasil merenungi sendiri.

Komentar saya terhadap peristiwa di atas:

Benar bahwa konsep Sunyata seperti yang disampaikan Yamaoka Tesshu.

Dan benar juga kenapa dia marah ketika dipukul dengan pipa rokok.

Kenapa dikatakan demikian, karena memang marahnya itu muncul karena aksi (dipukul pipa rokok), bukan muncul dengan sendiri (spontan dan independen).

Jadi, relevan dengan konsep yang dia sampaikan sebelumnya, bahwa segala sesuatu tiada. Tiada tapi ada karena manusia yang mempunyai persepsi. Demikian juga dengan marah (reaksi) dia, sebenarnya tiada namun Dokuon (dan manusia lain) yang mempersepsikan itu sebagai marah.

Ada subyek pasti ada obyek.
Tak ada yang mengamati, adakah alam semesta ini?

Pernah berpikir atau merenung, benarkah alam semesta ini tanpa batas (infinity)?
Dan (yang terpenting) kenapa alam semesta ini tanpa batas?

Itu, kaitannya dengan konsep subyektivitas (relativitas) dan konsep sunyata itu sendiri.

Baik, nanti dilanjutkan kalau tertarik.

Salam.  _/\_

Saya setuju dengan anda bahwa sang Murid benar. Yang jadi masalah adalah, si murid terikat dengan pandangannya, sehingga menjadi salah, yaitu terikat dan bahkan besar kepala sehingga ingin dipamerkan kepada gurunya. Pengetahuan tentang hal di atas tidak serta merta menjadikan orang menjadi suci, orang menjadi suci apabila dapat menjaga kesadarannya setiap saat. Pada saat si murid ingin pamer, tidak ada pengendalian di sana dan plaa...kkk. ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 07 December 2012, 07:50:55 PM
Quote
Baik, nanti dilanjutkan kalau tertarik.
lebih tertarik lagi gimana bro menemukan sunyata... gimana perjalanan pengalaman tsb ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 08 December 2012, 06:37:24 AM
sambil menunggu cerita pengalaman peribadi bro Sunya dalam hal mencicipin sunyata (tebu),...

tentu banyak hal yg bisa diceritain spt menanam tebu,... akhir diperas dan terasa manis (sunyata)...

saya tunggu ya... ;D

Kita belajar lewat tanya jawab. Coba ini: "Adakah guru yang paling galak bagi Anda?"
Alternatif lain: "Siapa orang paling baik dalam kehidupan Anda?"

Lewat pertanyaan, dari sini kita kembangkan menuju kepada pemahaman sunyata/kosong, seperti yang Anda minta.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 08 December 2012, 06:47:22 AM
Kita belajar lewat tanya jawab. Coba ini: "Adakah guru yang paling galak bagi Anda?"
Alternatif lain: "Siapa orang paling baik dalam kehidupan Anda?"

Lewat pertanyaan, dari sini kita kembangkan menuju kepada pemahaman sunyata/kosong, seperti yang Anda minta.

"Adakah guru yang paling galak bagi Anda?"
tidak ada masalah guru galak atau tidak, yg penting apakah dia memiliki kemampuan tentang bidang yg diajarkan dan seberapa baik penyampainannya. secara pribadi, galak/jorok/emosian/gila guru sama sekali tidak berpengaruh pada saya...

apalagi kalau guru punya jurus BELUT, ya kita harus tabah dan sabar utk menangkapnya...


"Siapa orang paling baik dalam kehidupan Anda?"
sptnya ortu, adakah jawaban lain ?


Kita belajar lewat tanya jawab.
sy bertanya. bagaimana pengalaman pribadi bro sunyata mencapai SUNYA ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 08 December 2012, 07:05:08 AM

Jika di lihat alur cerita, Yamaoka Tesshu membanggakan pencapaiannya dalam hal “sunyata”, kemudian mendapat cobaan dari Dokuon dengan pipa rokok, sehingga timbul kemarahan ( reaksi muncul ), kemudian Dokuon dengan sindiran  "Dari  manakah kemarahan ini bersumber?"

Apakah jawaban bro ingin menjelaskan marah = tidak marah hanya karena persepsi ?

Sehingga isi = kosong dan kosong = isi hanya karena persepsi ?

Benarkah demikian ?

 _/\_

Saya setuju dengan anda bahwa sang Murid benar. Yang jadi masalah adalah, si murid terikat dengan pandangannya, sehingga menjadi salah, yaitu terikat dan bahkan besar kepala sehingga ingin dipamerkan kepada gurunya. Pengetahuan tentang hal di atas tidak serta merta menjadikan orang menjadi suci, orang menjadi suci apabila dapat menjaga kesadarannya setiap saat. Pada saat si murid ingin pamer, tidak ada pengendalian di sana dan plaa...kkk. ;D

Entah kenapa saya tidak menilai/menyoroti sikap Yamaoka Tesshu.

Bagi saya justifikasi (menjatuhkan vonis, membenarkan, atau menyalahkan) justrYamaoka Tesshuu menunjukkan 2 hal:
1. Menguatkan pandangan 'Atta' (adanya sosok "diluar sana" yang sejati/hakiki berdiri sendiri, dalam hal ini Yamaoka Tesshu). Sebenarnya (secara hakiki) yang ada cuma amarah (tidak perlu disimpulkan bahwa itu adalah kesombongan, niat ingin pamer, dsb).
2. Membiasakan diri kita dalam mengatai/membicarakan (menilai/memvonis seseorang). Coba perhatikan secara seksama sikap dan ciri orang bijak/suci, jarang sekali mereka memvonis sesuatu (seseorang/kelompok) secara asumtif/prasangka dalam subyektifitas mereka. Cukup (seperti poin 1) kita menilai reaksi yang muncul (yaitu marah/bereaksi), tanpa perlu dilabeli bahwa si A itu "begini-begitu", si B "begitu-begini", dst.

Sungguh (secara jujur) saya benar-benar tidak memperhatikan "makna cerita" bahwa Yamaoka sombong, dsb. Bagaimana hal itu luput dari perhatian saya, saya benar-benar tidak paham/mengerti.

Ada indikasi ketiga (lanjutan poin 1 dan 2), dalam korelasi dengan Sunyata, tapi saya lewatkan dulu (mungkin terlalu dalam untuk disampaikan sekarang). Intinya, jika kita tidak memiliki karma "X", tidak mungkin kita bisa menilai/mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan karma "X" tersebut.

Untuk saudara CHANGE, apakah di dunia ini yang bukan persepsi?

Apa benar ada gempa bumi di luar sana? Apa benar presiden AS namanya Barack Obama?

Bagi Anda 'mungkin' itu bukan persepsi.

Mari kita dalami, shall we? :)

 _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 08 December 2012, 07:27:11 AM
"Adakah guru yang paling galak bagi Anda?"
tidak ada masalah guru galak atau tidak, yg penting apakah dia memiliki kemampuan tentang bidang yg diajarkan dan seberapa baik penyampainannya. secara pribadi, galak/jorok/emosian/gila guru sama sekali tidak berpengaruh pada saya...

apalagi kalau guru punya jurus BELUT, ya kita harus tabah dan sabar utk menangkapnya...


"Siapa orang paling baik dalam kehidupan Anda?"
sptnya ortu, adakah jawaban lain ?


Kita belajar lewat tanya jawab.
sy bertanya. bagaimana pengalaman pribadi bro sunyata mencapai SUNYA ?

Jawaban pertama tidak relevan (saya bertanya "adakah", bukan "masalah" atau "tidak masalah").

Untung ada pertanyaan kedua, jadi bisa kita olah jawabannya.

Baik, ortu (orang tua) jawaban Anda.

Selanjutnya/sebenarnya saya akan bertanya, "Apa pekerjaan orang tua Anda?" dan seterusnya... tapi kita persingkat saja (agar Anda cepat memetik manfaat).

Jadi kita analogikan/umpamakan saja pekerjaan Ayah Anda adalah bos di sebuah usaha. Dia punya karyawan, dan ada seseorang yang memang mentalnya pemalas, sering bolos, dsb.

Apakah sikap Ayah Anda bersahabat kepada karyawan ini? Besar kemungkinan jawabannya tidak, karena manusia seramah (maaf) Jokowi (Gub. Jakarta sekarang) saja bila bertemu pegawai di instansi/dinas di bawahnya bila pegawainya bermalas-malasan, tentu pimpinan/bos tidak akan senang.

Dan demikian sejauh ini asumsi kita terhadap sikap Ayah Anda.

Jadi, bagi karyawan Ayah Anda (sebut saja Udang), Ayah Anda (sebut saja Ayah Cumi) seorang yang (misalnya): Tidak toleran, sering marah, tidak punya belas kasihan, dsb.

Betul?

Tapi bagi Anda (Cumi)?

Tentu (sudah Anda sebutkan di atas), ortu (termasuk Ayah) adalah seorang yang baik terhadap Anda (dengan segala kekurangan dan kelebihannya).

Dalam kasus di atas, ini menjelaskan bahwa Ayah Anda SUNYA, tergantung karma siapa yang berbuah.

Anda memiliki karma untuk terlahir dari sepasang orang tua yang baik, menyayangi Anda, pengertian dengan Anda, maka "lahirlah" Ayah Cumi untuk Anda.

Karyawan Ayah Anda (Udang) punya karma memiliki banyak kesulitan hidup; dari tabiat yang sukar diubah, memiliki banyak masalah di rumah (menyebabkan dia/Udang tidak fokus bekerja), sering terlambat karena kantor jauh, dsb... maka "lahirlah" sosok Bos (Ayah Cumi) sebagai pimpinannya dia yang 'kurang baik' menurut dia.

Jadi bisa dipahami sampai disini ya?

Kasus ini lumrah dan umum kok, sering kita lihat seorang residivis atau terpidana yang benar-benar jahat/kejam (membunuh tanpa belas kasihan dalam jumlah tidak sedikit), tapi orang tuanya tetap berkomentar bahwa anaknya ramah, baik terhadap orang tua, sayang kepada adik-adiknya, dsb.

Biasa dalam wawancara, mimik muka orang tua tersebut seolah keheranan (tidak bisa menerima kenyataan) kenapa/bagaimana mungkin anaknya bisa tersangkut kasus (pembunuhan) sedemikian rupa.

Oke, saya akhiri dulu. Nanti dilanjutkan. Salam.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: seniya on 08 December 2012, 08:44:45 AM
Maaf, lama menanggapinya karena saya beberapa hari terakhir bekerja di luar kota....

Pertama, defnisi kosong yang sering salah diinterpretasi menjadi: tidak ada. Ini adalah pemahaman yang salah.

Saya tidak menyatakan bahwa kosong (sunya) itu sama dengan tidak ada (nihilisme). Silahkan cek tulisan saya di atas dan pada thread lain apakah saya pernah menyatakan hal tsb....

Quote
Kosong merupakan sebuah fenomena negatif (terselubung) yang didapati/diperoleh setelah mengamati semua fenomena keber-ADA-an (termasuk rupa, segala faktor mental, serta hukum-hukum niyama yang ada, termasuk Kebuddhaan dan Nirwana itu sendiri).

Setahu saya, kekosongan itu bukan sesuatu yang negatif maupun positif karena melampaui dualisme positif dan negatif. Cmiiw.

Quote
Pada dasarnya, segala sesuatu yang 'ada' (dapat diamati oleh batin, bahkan termasuk batin itu sendiri) ada/muncul/tercipta karena ditunjang faktor-faktor (Paticcassamuppada), dan karena semua yang 'ada' ditunjang oleh 'yang lain' (sebab-sebab), berarti 'aku' yang ada pun juga ditunjang oleh 'yang lain' (sebab-sebab).

Ini saya pahami sebagai penjelasan mengapa pancakkhanda adalah kosong dari "aku, milikku, diriku" (anatta).

Quote
Maka ini menjelaskan (dengan sangat terperinci, akurat, detil sekali) darimana saya berasal. "Saya" dalam hal ini adalah batin tanpa kilesa (LDM), yaitu yang mengamati fenomena (keberadaan).

Apakah anda menyatakan bahwa "aku" yang sejati adalah batin yang tanpa kilesa? Ini malah bertentangan dengan ajaran anatta bahwa segala sesuatu adalah bukan aku, tidak dapat ditemukan aku baik di antara pancakkhanda (salah satu unsur khanda bukan aku), di dalamnya (pancakkhanda bukan aku), dan di luarnya (tidak ada aku di luar pancakkhanda, bahkan Nibbana pun bukan aku).

Quote
Jadi anatta berlaku relevan untuk 2 hal:
1. Bahwa semua skhanda yang kita kira/anggap diri (sejati), pada hakikatnya kosong (hanya gabungan/akibat karma sebelumnya).

Ini penjelasan dari ajaran anatta bahwa pancakkhanda adalah kosong, bukan penjelasan dari ajaran kekosongan kenapa kosong bisa bersifat pancakkhanda.....

Quote
2. Batin yang menjalani keterbebasan (pencerahan), yang mana sering diperdebatkan apakah ada yang mencapai nirwana, atau tiada (nihil/musnah), kini dapat disimpulkan 'ada', namun keberadaannya ditunjang faktor-faktor (penyebab).

Kiranya ini sudah OOT karena kita tidak bermaksud untuk membahas bagaimana keadaan batin yang telah tercerahkan setelah mencapai Nibbana. Sama seperti penjelasan di atas tentang "saya adalah batin yang tanpa kilesa". Sebaiknya tidak membahas ini dulu karena bisa melebar ke mana-mana

Quote
Dan karena itu dikatakan 'kosong', yakni semua saling berkaitan. Jika tidak ada ini, tidak ada itu, jika tidak ada itu, tidak ada yang lain.

Ya, ini konsep kekosongan yang dijabarkan dari sudut pandang paticcasamuppada/saling kebergantungan.

Quote
Seperti itu. Semoga menjawab. :)

Menurut saya, dari penjelasan di atas anda hanya membahas pancakkhanda adalah kosong, tetapi belum menyentuh kosong adalah pancakkhanda.....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 08 December 2012, 08:49:35 AM
Jawaban pertama tidak relevan (saya bertanya "adakah", bukan "masalah" atau "tidak masalah").

pernah dengar kalimat...
  tidak ada masalah kucing itu putih atau hitam, selama dpt menangkap TIKUS..


Untung ada pertanyaan kedua, jadi bisa kita olah jawabannya.

Baik, ortu (orang tua) jawaban Anda.

Selanjutnya/sebenarnya saya akan bertanya, "Apa pekerjaan orang tua Anda?" dan seterusnya... tapi kita persingkat saja (agar Anda cepat memetik manfaat).

Jadi kita analogikan/umpamakan saja pekerjaan Ayah Anda adalah bos di sebuah usaha. Dia punya karyawan, dan ada seseorang yang memang mentalnya pemalas, sering bolos, dsb.

Apakah sikap Ayah Anda bersahabat kepada karyawan ini? Besar kemungkinan jawabannya tidak, karena manusia seramah (maaf) Jokowi (Gub. Jakarta sekarang) saja bila bertemu pegawai di instansi/dinas di bawahnya bila pegawainya bermalas-malasan, tentu pimpinan/bos tidak akan senang.

Dan demikian sejauh ini asumsi kita terhadap sikap Ayah Anda.

Jadi, bagi karyawan Ayah Anda (sebut saja Udang), Ayah Anda (sebut saja Ayah Cumi) seorang yang (misalnya): Tidak toleran, sering marah, tidak punya belas kasihan, dsb.

Betul?

Tapi bagi Anda (Cumi)?

Tentu (sudah Anda sebutkan di atas), ortu (termasuk Ayah) adalah seorang yang baik terhadap Anda (dengan segala kekurangan dan kelebihannya).

Dalam kasus di atas, ini menjelaskan bahwa Ayah Anda SUNYA, tergantung karma siapa yang berbuah.

Anda memiliki karma untuk terlahir dari sepasang orang tua yang baik, menyayangi Anda, pengertian dengan Anda, maka "lahirlah" Ayah Cumi untuk Anda.

Karyawan Ayah Anda (Udang) punya karma memiliki banyak kesulitan hidup; dari tabiat yang sukar diubah, memiliki banyak masalah di rumah (menyebabkan dia/Udang tidak fokus bekerja), sering terlambat karena kantor jauh, dsb... maka "lahirlah" sosok Bos (Ayah Cumi) sebagai pimpinannya dia yang 'kurang baik' menurut dia.

Jadi bisa dipahami sampai disini ya?

Kasus ini lumrah dan umum kok, sering kita lihat seorang residivis atau terpidana yang benar-benar jahat/kejam (membunuh tanpa belas kasihan dalam jumlah tidak sedikit), tapi orang tuanya tetap berkomentar bahwa anaknya ramah, baik terhadap orang tua, sayang kepada adik-adiknya, dsb.

Biasa dalam wawancara, mimik muka orang tua tersebut seolah keheranan (tidak bisa menerima kenyataan) kenapa/bagaimana mungkin anaknya bisa tersangkut kasus (pembunuhan) sedemikian rupa.

Oke, saya akhiri dulu. Nanti dilanjutkan. Salam.

kalau bro sunya mau bahas tentang gimana menjalankan business (area business coach), bisa dgn suhu Mokau di DC yg lebih kompetent....

kalau saran cumi sih lebih baik back to topik atau ceritakan bagaimana pengalaman bro mendptkan sunyata...
   dari pada panjang lebar bahas antara bos dan karyawan....

menurut pengamatan sy.. ilmu belut bro sunya mulai KELUAR...hahahaa.... _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: CHANGE on 08 December 2012, 12:27:00 PM
Entah kenapa saya tidak menilai/menyoroti sikap Yamaoka Tesshu.

Bagi saya justifikasi (menjatuhkan vonis, membenarkan, atau menyalahkan) justrYamaoka Tesshuu menunjukkan 2 hal:
1. Menguatkan pandangan 'Atta' (adanya sosok "diluar sana" yang sejati/hakiki berdiri sendiri, dalam hal ini Yamaoka Tesshu). Sebenarnya (secara hakiki) yang ada cuma amarah (tidak perlu disimpulkan bahwa itu adalah kesombongan, niat ingin pamer, dsb).
2. Membiasakan diri kita dalam mengatai/membicarakan (menilai/memvonis seseorang). Coba perhatikan secara seksama sikap dan ciri orang bijak/suci, jarang sekali mereka memvonis sesuatu (seseorang/kelompok) secara asumtif/prasangka dalam subyektifitas mereka. Cukup (seperti poin 1) kita menilai reaksi yang muncul (yaitu marah/bereaksi), tanpa perlu dilabeli bahwa si A itu "begini-begitu", si B "begitu-begini", dst.

Sungguh (secara jujur) saya benar-benar tidak memperhatikan "makna cerita" bahwa Yamaoka sombong, dsb. Bagaimana hal itu luput dari perhatian saya, saya benar-benar tidak paham/mengerti.

Ada indikasi ketiga (lanjutan poin 1 dan 2), dalam korelasi dengan Sunyata, tapi saya lewatkan dulu (mungkin terlalu dalam untuk disampaikan sekarang). Intinya, jika kita tidak memiliki karma "X", tidak mungkin kita bisa menilai/mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan karma "X" tersebut.

Untuk saudara CHANGE, apakah di dunia ini yang bukan persepsi?

Apa benar ada gempa bumi di luar sana? Apa benar presiden AS namanya Barack Obama?

Bagi Anda 'mungkin' itu bukan persepsi.

Mari kita dalami, shall we? :)

 _/\_

Cerita Zen adalah netral, tujuan disajikan cerita adalah untuk meminta pandangan Bro yang telah menyelami secara bathin “ apa itu kosong = isi dan isi = kosong.” Dan secara jujur saya belum menyelami bahkan tidak mengerti, dan menurut saya sangat susah. Dan topic ini diangkat oleh Bro, sekarang Bro mengatakan bahwa indikasi ketiga ini terlalu dalam untuk dibahas dan di skip dulu.

Jadi apa lagi yang mau dbahas, karena memang inti cerita yang mau dibahas adalah :

1.   Yang mengaku telah menyelami sunyata ternyata masih bisa sombong (Yamaoka Tesshu), dan kesombongan inilah yang selalu menjadi biang untuk menjustifikasi pandangan orang lain contohnya timbul kemarahan karena merasa “AKU” nya direndahkan, memamerkan kemampuannya, dsb

2.   Sedangkan yang bertanya “"Dari  manakah kemarahan ini bersumber?" apakah termasuk orang yang lebih menyelami “ apa itu kosong = isi dan isi = kosong” (Dokuon). Apakah Dokuon berpikir bahwa marah = tidak marah dan tidak marah = marah atau tidak berpikir demikian. Apakah AKU si Dokuon sedang bereaksi atau sebaliknya AKU si Yamoka yang bereaksi ?

Apakah tulisan Bro diatas ( bold merah ), tidak termasuk menjustifikasi ?

Jawaban sederhana saya mungkin hanya “ BEDA PERSEPSI “

OK, saya tidak melanjutkan diskusi yang menarik ini, karena hasil akhirnya HANYA PERSEPSI

 _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 08 December 2012, 01:06:16 PM
bisa juga dimulai apa yg bukan SUNYATA,
atau apa yg bukan "KOSONG" !

nahhh jangan merambat sampai kemana-mana ya... pls pls pls  :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 08 December 2012, 02:09:52 PM
2. Batin yang menjalani keterbebasan (pencerahan), yang mana sering diperdebatkan apakah ada yang mencapai nirwana, atau tiada (nihil/musnah), kini dapat disimpulkan 'ada', namun keberadaannya ditunjang faktor-faktor (penyebab).
dan apakah faktor-faktor (penyebab) Nibbana itu??
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: seniya on 08 December 2012, 02:18:56 PM
dan apakah faktor-faktor (penyebab) Nibbana itu??

Please deh, will woll, jgn OOT ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 08 December 2012, 02:24:31 PM
Please deh, will woll, jgn OOT ;D
yah, penonton kecewa... :(
di split aja deh,, ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 08 December 2012, 09:15:28 PM
bro sunya, ditunggu jawabannya disini (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23538.0/topicseen.html)..  :x :x

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 08 December 2012, 09:46:12 PM
apakah dari posting demi posting bisa taoo kalau bro Sunya itu sebenarnya


berisi atao kosong ?

maksud saya

tidak berisi atau berisi ?

 :P :-[
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 08 December 2012, 10:07:14 PM
apakah dari posting demi posting bisa taoo kalau bro Sunya itu sebenarnya


berisi atao kosong ?

maksud saya

tidak berisi atau berisi ?

 :P :-[
berisi atau tidak berisi sama saja..

harap diperhatikan bro cumi...

 :)) :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 09 December 2012, 10:05:07 PM
Maaf, lama menanggapinya karena saya beberapa hari terakhir bekerja di luar kota....

Saya tidak menyatakan bahwa kosong (sunya) itu sama dengan tidak ada (nihilisme). Silahkan cek tulisan saya di atas dan pada thread lain apakah saya pernah menyatakan hal tsb....

Setahu saya, kekosongan itu bukan sesuatu yang negatif maupun positif karena melampaui dualisme positif dan negatif. Cmiiw.

Ini saya pahami sebagai penjelasan mengapa pancakkhanda adalah kosong dari "aku, milikku, diriku" (anatta).

Apakah anda menyatakan bahwa "aku" yang sejati adalah batin yang tanpa kilesa? Ini malah bertentangan dengan ajaran anatta bahwa segala sesuatu adalah bukan aku, tidak dapat ditemukan aku baik di antara pancakkhanda (salah satu unsur khanda bukan aku), di dalamnya (pancakkhanda bukan aku), dan di luarnya (tidak ada aku di luar pancakkhanda, bahkan Nibbana pun bukan aku).

Ini penjelasan dari ajaran anatta bahwa pancakkhanda adalah kosong, bukan penjelasan dari ajaran kekosongan kenapa kosong bisa bersifat pancakkhanda.....

Kiranya ini sudah OOT karena kita tidak bermaksud untuk membahas bagaimana keadaan batin yang telah tercerahkan setelah mencapai Nibbana. Sama seperti penjelasan di atas tentang "saya adalah batin yang tanpa kilesa". Sebaiknya tidak membahas ini dulu karena bisa melebar ke mana-mana

Ya, ini konsep kekosongan yang dijabarkan dari sudut pandang paticcasamuppada/saling kebergantungan.

Menurut saya, dari penjelasan di atas anda hanya membahas pancakkhanda adalah kosong, tetapi belum menyentuh kosong adalah pancakkhanda.....

Saya tidak menyatakan bahwa Anda menyatakan kosong = tidak ada, saya hanya memberi penjelasan umum.

Negatif bukan seperti negatif dan positif dualisme; seperti jahat=negatif, baik=positif. Bukan itu maksud negatif disini. Maksud dari negatif disini adalah terselubung, seperti nilai nominal -1 tidak dapat Anda lihat, yang bisa Anda lihat adalah nilai satu (misalnya Anda punya sebuah apel, lebih mudah dimengerti daripada jika Anda memiliki -1 apel, karena 1 bisa dilihat, dan -1 tidak).

Saya memberi penjelasan yang cukup populer (bisa dimengerti), jawaban dari siapa yang mencapai nibbana, ya tentu 'sesuatu', tapi sesuatu itu tentu tidak (dan bukan) bagian dari panca khanda. Ketika banyak bahasa 'absurd' mencoba mendefinisikan nibbana dan pencapaiannya, banyak istilah/ungkapan seperti "yang mencapai nibbana bukan aku", "aku bukan ada dan juga bukan tak ada", dsb... saya mencoba mendefinisikannya dalam ungkapan yang lebih mudah dipahami. Mudah-mudahan bisa benar-benar dipahami secara mudah.

Pertanyaan terakhir Anda, sebenarnya sudah saya jawab. Coba cermati lagi, dari baris pertama saya sudah menulis definisi kosong disini bukan tiada apa-apa (tidak ada, nihil). Sedangkan Anda masih berpikir kosong seperti tidak ada, lalu kenapa ada rupa dan nama, bukan begitu?

Penjelasan kosong (saya ulangi lagi): Dalam setiap fenomena yang terjadi, semua saling berkaitan. Jadi karena semua saling berkaitan, berarti semua kondisi 'ada' ini (termasuk panca khanda tentunya) adalah sebuah rangkaian sebab-akibat. Karena hanya sebab-akibat, tentu keberadaan ini sesungguhnya kosong 'kan?

Kosong bukan tiada (tidak ada) lho, tapi semua yang terjadi sekarang tidak ada prima causa-nya (tidak ada sebab inti, bahkan "aku" itu pun ada karena ditunjang faktor-faktor/agregat 'kan?).

Sejauh ini paham?

Nanti saya beri contoh sehari-hari yang mudah dipahami.

Boleh tanya, Anda sudah pernah mengamati faktor-faktor mental dalam meditasi?

Oke, semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 09 December 2012, 10:15:39 PM
kalau bro sunya mau bahas tentang gimana menjalankan business (area business coach), bisa dgn suhu Mokau di DC yg lebih kompetent....

kalau saran cumi sih lebih baik back to topik atau ceritakan bagaimana pengalaman bro mendptkan sunyata...
   dari pada panjang lebar bahas antara bos dan karyawan....

menurut pengamatan sy.. ilmu belut bro sunya mulai KELUAR...hahahaa.... _/\_

Kok lari ke bisnis?

Apa jika saya memberi ungkapan "Jika mau menolong orang, berilah kail, jangan ikannya", lalu kita berarti sedang bicara tentang memancing ikan?

Anda sepertinya tidak menyimak, saya sedang memberi contoh tentang sunya, Anda berpikir saya benar-benar bicara bisnis.  :-?

Sekarang begini, Anda terus-terusan bertanya pengalaman spiritual (dalam hal ini sunyata), sedangkan Anda mungkin tahu, pengalaman spiritual bukan pengalaman yang bersifat bisa dicerna dengan panca indera. Nah, bagaimana saya menjelaskan kalau bukan dengan contoh-contoh sehari-hari?

Anda mau mudah, sudah saya bantu dengan contoh sederhana.

Jadi maunya bagaimana, apa sunyata itu seperti menjelaskan saya baru saja ke Hawaii atau baru bertemu Shahrukh Khan? Anda kira sunyata benar-benar seperti pengalaman panca indera dan bisa diceritakan (ada nyiur melambai di pantai, hidung mancung orang India, dsb)?

Boleh dijelaskan seperti apa harapan Anda kepada saya? Saya akan berusaha memenuhi bila memang bisa.

Terima kasih.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: seniya on 09 December 2012, 10:26:46 PM
Saya tidak menyatakan bahwa Anda menyatakan kosong = tidak ada, saya hanya memberi penjelasan umum.

Negatif bukan seperti negatif dan positif dualisme; seperti jahat=negatif, baik=positif. Bukan itu maksud negatif disini. Maksud dari negatif disini adalah terselubung, seperti nilai nominal -1 tidak dapat Anda lihat, yang bisa Anda lihat adalah nilai satu (misalnya Anda punya sebuah apel, lebih mudah dimengerti daripada jika Anda memiliki -1 apel, karena 1 bisa dilihat, dan -1 tidak).

Saya memberi penjelasan yang cukup populer (bisa dimengerti), jawaban dari siapa yang mencapai nibbana, ya tentu 'sesuatu', tapi sesuatu itu tentu tidak (dan bukan) bagian dari panca khanda. Ketika banyak bahasa 'absurd' mencoba mendefinisikan nibbana dan pencapaiannya, banyak istilah/ungkapan seperti "yang mencapai nibbana bukan aku", "aku bukan ada dan juga bukan tak ada", dsb... saya mencoba mendefinisikannya dalam ungkapan yang lebih mudah dipahami. Mudah-mudahan bisa benar-benar dipahami secara mudah.

Pertanyaan terakhir Anda, sebenarnya sudah saya jawab. Coba cermati lagi, dari baris pertama saya sudah menulis definisi kosong disini bukan tiada apa-apa (tidak ada, nihil). Sedangkan Anda masih berpikir kosong seperti tidak ada, lalu kenapa ada rupa dan nama, bukan begitu?

Penjelasan kosong (saya ulangi lagi): Dalam setiap fenomena yang terjadi, semua saling berkaitan. Jadi karena semua saling berkaitan, berarti semua kondisi 'ada' ini (termasuk panca khanda tentunya) adalah sebuah rangkaian sebab-akibat. Karena hanya sebab-akibat, tentu keberadaan ini sesungguhnya kosong 'kan?

Kosong bukan tiada (tidak ada) lho, tapi semua yang terjadi sekarang tidak ada prima causa-nya (tidak ada sebab inti, bahkan "aku" itu pun ada karena ditunjang faktor-faktor/agregat 'kan?).

Sejauh ini paham?

Nanti saya beri contoh sehari-hari yang mudah dipahami.

Boleh tanya, Anda sudah pernah mengamati faktor-faktor mental dalam meditasi?

Oke, semoga berbahagia.  _/\_

Semakin tidak paham  :|

Mungkin karena saya bukan seorang meditator.... :)

Kalo gitu, gak usah dilanjutkan lagi.... Nanti semakin bingung saya....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 09 December 2012, 10:50:51 PM
Cerita Zen adalah netral, tujuan disajikan cerita adalah untuk meminta pandangan Bro yang telah menyelami secara bathin “ apa itu kosong = isi dan isi = kosong.” Dan secara jujur saya belum menyelami bahkan tidak mengerti, dan menurut saya sangat susah. Dan topic ini diangkat oleh Bro, sekarang Bro mengatakan bahwa indikasi ketiga ini terlalu dalam untuk dibahas dan di skip dulu.

Jadi apa lagi yang mau dbahas, karena memang inti cerita yang mau dibahas adalah :

1.   Yang mengaku telah menyelami sunyata ternyata masih bisa sombong (Yamaoka Tesshu), dan kesombongan inilah yang selalu menjadi biang untuk menjustifikasi pandangan orang lain contohnya timbul kemarahan karena merasa “AKU” nya direndahkan, memamerkan kemampuannya, dsb

2.   Sedangkan yang bertanya “"Dari  manakah kemarahan ini bersumber?" apakah termasuk orang yang lebih menyelami “ apa itu kosong = isi dan isi = kosong” (Dokuon). Apakah Dokuon berpikir bahwa marah = tidak marah dan tidak marah = marah atau tidak berpikir demikian. Apakah AKU si Dokuon sedang bereaksi atau sebaliknya AKU si Yamoka yang bereaksi ?

Apakah tulisan Bro diatas ( bold merah ), tidak termasuk menjustifikasi ?

Jawaban sederhana saya mungkin hanya “ BEDA PERSEPSI “

OK, saya tidak melanjutkan diskusi yang menarik ini, karena hasil akhirnya HANYA PERSEPSI

 _/\_

Terlalu dalam bukan berarti tidak dibahas, tapi bertahap. Memberi penjelasan juga perlu kearifan, tidak bisa menempatkan sesuatu yang tidak pada tempatnya.

Indikasi ketiga bukan berhubungan dengan topik yang kita bahas, tapi berhubungan dengan persepsi seseorang (yang disebabkan oleh karma masa lalu). Kalau tentang cerita yang Anda paparkan, saya sudah menjawab dalam korelasinya dengan topik ini (tentang 'kosong/kekosongan'). Justru membahas sikap sombong tokoh cerita, sepertinya malah di luar topik (CMIIW).

Saya tanggapi yang diberi nomor:
1. Terlalu mudah menjatuhkan vonis.
Setahu saya ajaran Buddha menekankan untuk melihat sesuatu apa adanya.
Jika Yamaoka marah, cukup katakan dia marah.
Melabeli sikap marah Yamaoka sebagai suatu kesombongan adalah terlalu berlebihan menurut saya. Tapi itu hak setiap orang untuk berpersepsi.

2. Dalam pandangan 'sunyata' (kekosongan), tidak ada yang bereaksi, yang ada hanyalah skhanda-skhanda (unsur-unsur batin dan rupa) yang sedang bereaksi (sama persis seperti reaksi kimia yang sedang terjadi dalam botol kimia).

Untuk tulisan merah:
1. Baris pertama: Untuk saudara CHANGE, apakah di dunia ini yang bukan persepsi?
Saya sedang bertanya. Memangnya Anda menginterpretasikannya sebagai apa?

2. Baris kedua: Bagi Anda 'mungkin' itu bukan persepsi.
Sudah saya beri tanda kutip sebagai penekanan, Anda tidak memperhatikannya?

Kita belajar lewat tanya jawab, semoga terbiasa dengan dialog khas Buddhis yang kritis dan mendalam.

Satu lagi, saya bahkan belum menyimpulkan hasil diskusi adalah persepsi. Dan kalau pun persepsi, lalu apa pemahaman Anda tentang kata tersebut?

Mengapa diskusi diakhiri demi kata persepsi itu? Saya belum benar-benar mengerti. Mungkin hidup ini bukan persepsi ya? Apa Anda yakin pandangan Anda, saya dan makhluk lain itu 100% obyektif?

Lalu kalau bukan, berarti antonim dari kata obyektif itu apa?

Nah, semoga diskusi ini membawa manfaat.

Terima kasih atas bimbingan, perhatian dan kasih sayangnya. Salam bahagia untuk Anda.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 10 December 2012, 06:19:23 AM
Semakin tidak paham  :|

Mungkin karena saya bukan seorang meditator.... :)

Kalo gitu, gak usah dilanjutkan lagi.... Nanti semakin bingung saya....

Baik, saya beri contoh sehari-hari saja, sesuai janji saya kemarin. Boleh ditanggapi, boleh tidak, terserah pada Anda.

Misalnya ada pernyataan: "Bumi punya 'dua' satelit, bernama Bulan, dan Hari."

Nah, setelah Anda olah informasinya, Anda tahu bahwa pernyataan itu tidak benar.

Yang Anda tahu, bumi cuma punya satu satelit, bernama Bulan.

Lalu dimana contoh fenomena terselubungnya?

Yaitu ada di KETIADAAN 'dua', serta 'Hari'.

Maksudnya, kedua pernyataan tersebut (adanya dua satelit, dan juga memiliki nama Hari) adalah 'Tidak Ada', namun 'ketidak-adaan' dua (satelit) serta Hari tersebut, tidak bisa Anda lihat (karena memang satelit cuma ada satu, terlebih/apalagi ada nama Hari, darimana/bagaimana ceritanya).

Bisa dipahami? Contoh di atas masih bisa dilogika.

Oke, semoga makin maju dalam dharma.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 10 December 2012, 06:33:09 AM
bro sunya, ditunggu jawabannya disini (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23538.0/topicseen.html)..  :x :x
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 10 December 2012, 06:44:48 AM
Semakin tidak paham  :|

Mungkin karena saya bukan seorang meditator.... :)

Kalo gitu, gak usah dilanjutkan lagi.... Nanti semakin bingung saya....

sama bro, akupun semangkin tidak paham pembahasan ini mau dibawa kemana ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 10 December 2012, 06:57:19 AM
Baik, saya beri contoh sehari-hari saja, sesuai janji saya kemarin. Boleh ditanggapi, boleh tidak, terserah pada Anda.

Misalnya ada pernyataan: "Bumi punya 'dua' satelit, bernama Bulan, dan Hari."

Nah, setelah Anda olah informasinya, Anda tahu bahwa pernyataan itu tidak benar.

Yang Anda tahu, bumi cuma punya satu satelit, bernama Bulan.

Lalu dimana contoh fenomena terselubungnya?

Yaitu ada di KETIADAAN 'dua', serta 'Hari'.

Maksudnya, kedua pernyataan tersebut (adanya dua satelit, dan juga memiliki nama Hari) adalah 'Tidak Ada', namun 'ketidak-adaan' dua (satelit) serta Hari tersebut, tidak bisa Anda lihat (karena memang satelit cuma ada satu, terlebih/apalagi ada nama Hari, darimana/bagaimana ceritanya).

Bisa dipahami? Contoh di atas masih bisa dilogika.

Oke, semoga makin maju dalam dharma.  _/\_

mari kita saling membuka diri......

pertama tama.... judul :  "Kosong = Isi, Isi = Kosong" (KIIK)

  1. kenapa judul tsb dipilih ?
  2. apa manfaat bagi pembaca bila mengetahui kosong=isi, isi=kosong ?
  3. judul tsb dibahas dlm Buddhist secara genaral atau pada aliran tertentu
            (Theravada, Tantra, Mahayana, etc) ?
  4. adakah sutta2/buku2 sebagai referensi dlm pembahasan judul tsb ?
  5. apakah yg ingin dicapai dari judul diatas KIIK (adakah goal dari penulisan ini) ?
  6. tentukan apakah penulisan anda berupa/secara argumentative atau analitical tentang KIIK ?
  7. adakah guru/biksu/bhikuni yg udah pernah membahas KIIK secara baik ?
  8. adakah bukti dlm keseharian tentang keberadaan KIIK ?
  9. konklusi tentang penulisan/pencarian anda, dan apa manfaat mengetahui KIIK utk umat awam atau Buddhist ?

sementara kira2 itu dulu... mohon dijawab satu persatu...

 _/\_ :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 10 December 2012, 09:46:21 AM
(http://www.toplifequotes.com/wp-content/uploads/2012/11/Worrying-does-not-empty-tomorrow-of-its-troubles.jpg)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Indra on 10 December 2012, 12:43:29 PM
thread ini benar2 berisi OMONG ISI
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 10 December 2012, 03:41:37 PM
kapan yah thread aye dikunjungi.... ??? :'( :'(
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 10 December 2012, 10:43:04 PM
kapan yah thread aye dikunjungi.... ??? :'( :'(
isi in voucher dulu
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 10 December 2012, 10:59:00 PM
isi in voucher dulu
voucher berapa bro?? :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 11 December 2012, 12:18:08 AM
saya mulai bertanya dari definisi kosong saja ya,
mohon pencerahannya
 ^:)^
apakah di dunia ini ada yang dapat dikatagorikan sebagai benar2 kosong?

misalkan saja plastik bungkusan yang divacumkan,
apakah plastik tersebut menjadi benar2 kosong?

kenyataan tidak,
ruang pada plastik yang sebelum divacumkan berisi udara,
setelah divacumkan maka akan terisi oleh bagian plastik pada sisi yang lain,
jadi ruang kosong diantara sisi plastik tadi menghilang karena terdesak oleh kerapatan kedua sisi plastik yang menempel pada akhirnya,
ruang kosong sebelum vacum= isi udara,
setelah vacum = isi plastik

dapatkah ruang yang benar2 kosong itu diciptakan?

analogi kedua,

sebuah botol pylox yang dikeluarkan isinya sampai habis,
apakah botol pylox tersebut menjadi benar2 hampa udara?

jadi bagaimana kondisi kosong itu sebenarnya?

apakah ada suatu keadaan dimana suatu kekosongan yang tidak berisi material lain di dalamnya?

balon hanya akan menjadi balon ketika ada udara didalamnya (diantara sisi dalam karet balon),
bila tidak ada udara atau apapun di antara karet balon,
maka balon adalah gumpalan karet yang saling menempel

hahahaha....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 11 December 2012, 05:39:29 AM
Rekan Cumi serta saudara/i Dhammacitta yang budiman,

Dalam mempelajari sesuatu hendaknya kita berpikiran terbuka; tidak merasa keyakinan yang sekarang kita anut paling benar, merasa apa yang kita pelajari dari teks/ayat/sutra sudah sepenuhnya benar, tidak percaya pada pembuktian, bersifat tertutup dan sinis terhadap ajaran/konsep yang tidak/belum kita ketahui.

Dalam beberapa komentar, khususnya di thread ini dan thread sebelumnya (yang ada di postingan 1) terkesan bahwa para pemirsa forum tampaknya sudah memiliki keyakinan tertentu, dan hanya bertanya atau mengomentari untuk sekedar memberikan kesan bahwa keyakinannya yang benar, dan konsep kosong/sunya (sunyata) ini adalah tidak lebih dari sekedar omong kosong. Belum mengerti bukan berarti suatu konsep itu salah, benar?

Dari segala bentuk dialog saya disini, dari menganalisa pertanyaan, menjawab sesuai kemampuan saya, hingga mendapati bahwa pemirsa forum sulit menerima pemikiran/pandangan lain, dan juga enggan berdiskusi... rasanya sikap (dan pola pikir) demikian sudah sulit dalam mendapatkan paradigma baru dalam memahami kehidupan. Bila suatu cangkir sudah penuh, tidak akan mungkin bisa diisi lagi.

Salam dharma dan semoga bisa belajar bersama-sama. Ehipassiko.

Semoga semua makhluk berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 11 December 2012, 06:06:11 AM
saya mulai bertanya dari definisi kosong saja ya,
mohon pencerahannya
 ^:)^
apakah di dunia ini ada yang dapat dikatagorikan sebagai benar2 kosong?

1. misalkan saja plastik bungkusan yang divacumkan,
apakah plastik tersebut menjadi benar2 kosong?

kenyataan tidak,
ruang pada plastik yang sebelum divacumkan berisi udara,
setelah divacumkan maka akan terisi oleh bagian plastik pada sisi yang lain,
jadi ruang kosong diantara sisi plastik tadi menghilang karena terdesak oleh kerapatan kedua sisi plastik yang menempel pada akhirnya,
ruang kosong sebelum vacum= isi udara,
setelah vacum = isi plastik

dapatkah ruang yang benar2 kosong itu diciptakan?

analogi kedua,

sebuah botol pylox yang dikeluarkan isinya sampai habis,
apakah botol pylox tersebut menjadi benar2 hampa udara?

jadi bagaimana kondisi kosong itu sebenarnya?

2. apakah ada suatu keadaan dimana suatu kekosongan yang tidak berisi material lain di dalamnya?

balon hanya akan menjadi balon ketika ada udara didalamnya (diantara sisi dalam karet balon),
bila tidak ada udara atau apapun di antara karet balon,
maka balon adalah gumpalan karet yang saling menempel

hahahaha....

the Learner juga harus banyak belajar lagi...
1. kalau ingin membuat vacuum yg tinggi, udah tentu tidak pakai KANTONG PLASTIK, tapi pakai BEJANA BESI (spt pipa2 besi yg dipakai di autocleave/steamer/burner)...

2. utk balon mengembang dibutuhkan udara yg bertekana lebih besar dari udara sekitarnya, bukan malah divacuum.....
   karna tujuannya adalah membesarkan BALON...

tapi apapun yg bro bahas disini, itu merupakan bahasan KOSONG (hampa) dlm FISIKA KLASIK... belum menyentuh KOSONG dlm ajaran Buddhist....

kira2 begitu... :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 11 December 2012, 06:06:32 AM
mari kita saling membuka diri......

pertama tama.... judul :  "Kosong = Isi, Isi = Kosong" (KIIK)

  1. kenapa judul tsb dipilih ?
  2. apa manfaat bagi pembaca bila mengetahui kosong=isi, isi=kosong ?
  3. judul tsb dibahas dlm Buddhist secara genaral atau pada aliran tertentu
            (Theravada, Tantra, Mahayana, etc) ?
  4. adakah sutta2/buku2 sebagai referensi dlm pembahasan judul tsb ?
  5. apakah yg ingin dicapai dari judul diatas KIIK (adakah goal dari penulisan ini) ?
  6. tentukan apakah penulisan anda berupa/secara argumentative atau analitical tentang KIIK ?
  7. adakah guru/biksu/bhikuni yg udah pernah membahas KIIK secara baik ?
  8. adakah bukti dlm keseharian tentang keberadaan KIIK ?
  9. konklusi tentang penulisan/pencarian anda, dan apa manfaat mengetahui KIIK utk umat awam atau Buddhist ?

sementara kira2 itu dulu... mohon dijawab satu persatu...

 _/\_ :P

Baik, semoga Sdr. Cumi juga bisa menjawab, apa pandangan rekan Cumi terhadap konsep kosong (selama ini), dan benarkah kesimpulan saya di atas, bahwa para pemirsa forum khususnya (dan umat Buddha aliran tertentu pada umumnya) sulit menerima konsep ini (sunyata), serta juga punya saddha/keyakinan yang bertentangan dengan sutta pegangan mereka sendiri (Kalama Sutta)?

Bahkan umat Buddha sendiri, walau yakin terhadap kebenaran Tiratana, tetap harus menganalisa dengan kewaspadaan dan penuh perhatian, bukan menolak mentah-mentah sesuatu yang belum diketahui/dipahami, betul?

Jika alibi bahwa dharma lain diluar "segenggam daun" yang diajarkan oleh Siddharta Gautama semasa hidup adalah tidak bermanfaat, tidak membawa pada pencerahan, bukankah hal ini tiada beda dengan sikap menutup diri? Mohon koreksi serta keterangan sikap Buddhis (pada umumnya) sekarang ini. Saya maklum dan mahfum ini jaman kemerosotan dharma, tapi juga bukan lantas membuat kita (umat Buddha) bersikap skeptis berlebihan (alias sinis) terhadap pemikiran-pemikiran di luar kepercayaan kita 'kan?

Saya katakan 'kepercayaan', sebab rata-rata umat Buddha masih 'membeo' (mengikuti tanpa memahami, apalagi membuktikan). Jadi selama ini konsep ehipassiko (pembuktian) yang digadang-gadang sebagai metode belajar umat Buddha, tampaknya harus tetap menjadi introspeksi yang mendalam lagi.

Sudahkah saya obyektif, sudahkah saya terbuka dan bersifat open-minded dalam menerima sesuatu?

Moga-moga ini menjadi perenungan bersama (termasuk saya).

1. Meneruskan thread lama (agar thread lama tidak OOT). Istilah KIIK itu sudah ada di thread sebelumnya, saya hanya menyalin (mengikuti), bukan menciptakan/membuat.
2. Memahami hidup dan kehidupan.
3. Aliran tertentu (sudah saya tempatkan pada sub-forum Tradisi Mahayana sejak awal).
4. Tentu, dalam hal ini sutra aliran tertentu, seperti saya jelaskan di poin 3.
5. Tidak ada.
Semua adalah upaya, tanpa mengharapkan (dan terikat) dengan hasil.
Hasil adalah usaha setiap makhluk, bukan dari siapapun, karena guru (dan dharma) pun bersifat sunya.
6. Yang jelas bukan teoritis, tapi bersifat analistis dan dapat saya pertanggungjawabkan. Yang sedikit disayangkan, hanya sanggahan dan komentar yang berdasar pada tulisan/teks belaka, tanpa pembuktian serta analisis pribadi. Maka dari itu saya katakan terlalu banyak umat (dan pemirsa) yang bersifat skeptis hingga sinis (tergantung kadar keterikatannya pada dogma/bacaan/ceramah yang diterimanya), hingga sulit untuk berdiskusi/mendiskusikan pemikiran/pandangan yang sekiranya baru (belum pernah didengar dan diterima sebelumnya). Semoga dengan adanya tulisan ini, dapat memberi perubahan dan perkembangan berarti.
7. Saya tidak berkomentar, jawaban dan pertanyaan ini relatif dan subyektif.

8 dan 9 saya sambung di bawah (agar tidak kepanjangan).  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 11 December 2012, 06:17:16 AM
Rekan Cumi serta saudara/i Dhammacitta yang budiman,

Dalam mempelajari sesuatu hendaknya kita berpikiran terbuka; tidak merasa keyakinan yang sekarang kita anut paling benar, merasa apa yang kita pelajari dari teks/ayat/sutra sudah sepenuhnya benar, tidak percaya pada pembuktian, bersifat tertutup dan sinis terhadap ajaran/konsep yang tidak/belum kita ketahui.

Dalam mempelajarin segala hal, tentu kita harus selalu terbuka, dan kita juga harus memiliki KEYAKINAN tentang apa yg kita sudah taoooo, bila kedua belah pihak tidak setuju, maka jalannya adalah melalui ARGUMENTASI, ANALISA dan PEMBUKTIAN... seorang ILMUWAN SEJATI adalah tidak masuk kedalam ranah : SINIS....



Dalam beberapa komentar, khususnya di thread ini dan thread sebelumnya (yang ada di postingan 1) terkesan bahwa para pemirsa forum tampaknya sudah memiliki keyakinan tertentu, dan hanya bertanya atau mengomentari untuk sekedar memberikan kesan bahwa keyakinannya yang benar, dan konsep kosong/sunya (sunyata) ini adalah tidak lebih dari sekedar omong kosong. Belum mengerti bukan berarti suatu konsep itu salah, benar?

Memang sih member2 disini kelihatannya memiliki banyak KEYAKINAN... ada yg begitu yakin kalau seseorang adalah BADUT,..ada yg berkeyakinan kalau yg lain udah mencapai DEWA, dsb, dsb...
IMHO, SUNYATA ada dalam ajaran Buddha, dan sepertinya topik ini memang berat, jadi kalau ASAL MENJELASKAN, pasti mendapat serangan, pertanyaan dari kanan dan kiri... itu wajar aja... apalagi disini beraneka member dgn beraneka tingkat kebijaksanaan...

Belum mengerti, itulah tugas bro utk menjelaskannya, karna bro yg memulai thread tsb...




Dari segala bentuk dialog saya disini, dari menganalisa pertanyaan, menjawab sesuai kemampuan saya, hingga mendapati bahwa pemirsa forum sulit menerima pemikiran/pandangan lain, dan juga enggan berdiskusi... rasanya sikap (dan pola pikir) demikian sudah sulit dalam mendapatkan paradigma baru dalam memahami kehidupan. Bila suatu cangkir sudah penuh, tidak akan mungkin bisa diisi lagi.

saya melontarkan 9 pertanyaan, kenapa bro tidak berusaha menjawabnya ? kalau soal cangkir, cangkir cumi adalah selalu welcome menerima isian lagi, lagi, lagi dan lagi....

IMHO, bro Sunya juga RELA membuka diri dan belajar lagi, bagaimana cara yg efektif utk menyampaikan pendapat, bagaimana membuat orang mengerti, bagaimana mengajar yg baik...



Salam dharma dan semoga bisa belajar bersama-sama. Ehipassiko.

Semoga semua makhluk berbahagia.  _/\_

Salam Damai, ho ho ho...

sambil menunggu 9 pertanyaan utk bro Sunya... :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 11 December 2012, 06:32:55 AM
  8. adakah bukti dlm keseharian tentang keberadaan KIIK ?
  9. konklusi tentang penulisan/pencarian anda, dan apa manfaat mengetahui KIIK utk umat awam atau Buddhist ?

8. Ada, contoh yang saya berikan (Ayah Cumi adalah sunya karena dipersepsi secara berbeda oleh Anda dan karyawan Ayah Anda) sudah membuktikan bahwa "KIIK" terjadi dalam segala aspek kehidupan/keberadaan.

Contoh lain:
Cantik/ganteng relatif, buruk/jelek juga relatif (akan banyak yang akan mendebat, silakan), sifat relatif partikel (persamaan fisika Heisenberg) terhadap subyek, pandangan kita terhadap sesuatu (anicca dan anatta), suka dan tidak suka kita terhadap sesuatu/seseorang, jati diri kita yang ditunjang sebab/pengalaman sebelumnya, kita bisa berubah jadi apapun yang kita mau sesuai potensi dan keinginan kita, dan banyak lagi (menurut saya lebih baik Anda berikan satu contoh yang "bukan sunya", lalu saya beri sanggahan/komentar tentang contoh yang Anda beri).

Paham ya, jika ada sesuatu hal (fenomena) yang bukan sunya, terlepas dari yang lain, dan independen, silakan Anda bawa dan sertakan disini, kita bahas/diskusikan bersama-sama.

Sunya disini bukan tidak ada ya, silakan baca dulu definisinya dengan benar, agar tidak ada miskonsepsi dan misinterpretasi (kesalahpahaman).

9. Setiap makhluk, tanpa kecuali, tentu ingin mengetahui: "Apa sih hidup ini", "Untuk apa saya disini?", "Kemana saya akan pergi?", "Saya asalnya darimana?", "Tentang apa semua ini (what this is all about)?". Betul? Dan hal-hal seperti itu, menjadi salah satu alasan seseorang belajar dharma (kebenaran hidup) 'kan? Untuk mengetahui apa hidup dan kehidupan itu, sifat dan tujuannya, serta akhirnya mencapai gol/tujuan dari hidup itu sendiri. Betul?

Dan bagi saya pribadi (setelah penelusuran dan analisa mendalam, serta menjalankan/praktek apa yang kita ketahui/pahami), maka hidup serasa lebih mudah dan ringan, hidup terasa bermanfaat, serta tentunya (yang paling penting) hidup terasa lebih bahagia dan berkecukupan (tanpa terikat dengan jumlah/nominal materi tertentu, tapi bahagia terpancar dari dalam). Bagi saya, penting untuk mengetahui sebab mengapa kita (harus) melakukan hal tertentu (yang dijelaskan dalam sutra/sutta/teks-book), tanpa membabi buta menjalankan tanpa mengetahui manfaat.

Itu tentu saja, saya. Berbeda lagi Anda dan yang lain.

Intinya, jalankan apa yang kita ketahui dan yakini, dan terus membuka diri untuk segala hal (mendengar/membaca dan mencermati) tanpa harus buru-buru percaya, maka kita akan terus berkembang. Itu menurut saya.

Salam. Semoga bahagia dan sukses dalam hidup. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 11 December 2012, 06:34:27 AM
Quote
1. kenapa judul tsb dipilih ?
2. apa manfaat bagi pembaca bila mengetahui kosong=isi, isi=kosong ?

judul :  "Kosong = Isi, Isi = Kosong" (KIIK)

menurut cumi, KIIK tidak memberi banyak manfaat, seakan ingin menonjolkan EGO penulis...
spt ohhh koq bisa kosong = isi, isi = kosong... bagaimana permainan ini bisa terjadi pada realitas umat awam ?

trus apa manfaat dari KIIK utk kehidupan sehari hari ? (what is it for me?)

banyak sekali judul yg lebih menarik dan bermanfaat.... antara lain...

1. Cara mudah Sunyata mengatasin KEMARAHAN anda.
2. Bagaimana cahaya dlm quantum fisika dpt dijelaskan dgn sempurna dlm sunyata

3. Hidup  lebih mudah dan ringan dgn mempelajarin SUNYATA...

dst dst, silahkan dicoba lagi bro Sunya
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 11 December 2012, 06:54:59 AM
saya mulai bertanya dari definisi kosong saja ya,
mohon pencerahannya
 ^:)^
apakah di dunia ini ada yang dapat dikatagorikan sebagai benar2 kosong?

misalkan saja plastik bungkusan yang divacumkan,
apakah plastik tersebut menjadi benar2 kosong?

kenyataan tidak,
ruang pada plastik yang sebelum divacumkan berisi udara,
setelah divacumkan maka akan terisi oleh bagian plastik pada sisi yang lain,
jadi ruang kosong diantara sisi plastik tadi menghilang karena terdesak oleh kerapatan kedua sisi plastik yang menempel pada akhirnya,
ruang kosong sebelum vacum= isi udara,
setelah vacum = isi plastik

dapatkah ruang yang benar2 kosong itu diciptakan?

analogi kedua,

sebuah botol pylox yang dikeluarkan isinya sampai habis,
apakah botol pylox tersebut menjadi benar2 hampa udara?

jadi bagaimana kondisi kosong itu sebenarnya?

apakah ada suatu keadaan dimana suatu kekosongan yang tidak berisi material lain di dalamnya?

balon hanya akan menjadi balon ketika ada udara didalamnya (diantara sisi dalam karet balon),
bila tidak ada udara atau apapun di antara karet balon,
maka balon adalah gumpalan karet yang saling menempel

hahahaha....

Bukan itu definisi kosong dalam Buddhisme. Tapi itu ilustrasi yang menarik.

Secara fisika klasik, memang hampa/kosong itu dinyatakan ada, yakni berupa ruang tanpa materi (seperti ruang kosong dalam atom dan sub-atom, angkasa luar, dsb). Ada/keberadaan juga disebut/dinyatakan dalam bentuk unsur-unsur/partikel/materi.

Tapi dalam dunia fisika modern (kuantum), sebenarnya kosong yang disebut tidak ada apa-apa itu pun sebenarnya ada, yaitu energi serta cahaya (dalam dunia fisika kuantum; materi/ruang, cahaya dan energi, memiliki karakteristik yang sama dalam berbagai hal). Karena itu kosong (dalam fisika modern) yang berarti tidak ada apa-apa, sepertinya gugur (tidak berlaku lagi).

Jadi kosong dalam pengertian tidak ada, tidak pernah valid dalam dunia ilmu pengetahuan, dan juga ajaran Buddha (maka salah satu tujuan thread ini juga meluruskan pengertian "kosong = tidak ada", yang tidak demikian definisi yang benar).

Definisi kosong yang benar, yaitu segala keberadaan ini memiliki sifat kosong, dan juga kosong itu melahirkan segala potensi (dari kemampuan Buddha untuk mencipta dan memanifestasi Buddha Ksetra / Tanah Buddha, hingga terciptanya kehidupan samsara ini sebagai sebuah false-system / sistem yang salah). Jadi karena hakikatnya keberadaan diri ini kosong (pengertian kosong jangan lihat di kamus, coba pahami dari ilustrasi dan definisi yang saya berikan) maka kemampuan potensial setiap makhluk untuk menjadi apapun dan siapapun yang ia mau, dapat tercapai/terealisasi.

Begitu, coba pahami dan tanggapi, nanti kita lanjutkan. Salam. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 11 December 2012, 06:59:42 AM
judul :  "Kosong = Isi, Isi = Kosong" (KIIK)

menurut cumi, KIIK tidak memberi banyak manfaat, seakan ingin menonjolkan EGO penulis...
spt ohhh koq bisa kosong = isi, isi = kosong... bagaimana permainan ini bisa terjadi pada realitas umat awam ?

trus apa manfaat dari KIIK utk kehidupan sehari hari ? (what is it for me?)

banyak sekali judul yg lebih menarik dan bermanfaat.... antara lain...

1. Cara mudah Sunyata mengatasin KEMARAHAN anda.
2. Bagaimana cahaya dlm quantum fisika dpt dijelaskan dgn sempurna dlm sunyata

3. Hidup  lebih mudah dan ringan dgn mempelajarin SUNYATA...

dst dst, silahkan dicoba lagi bro Sunya

Bila Anda berpandangan demikian, terjadilah. :)

Manfaat ini tergantung dari Anda, jika Anda merasa mendapat uang dengan cara mudah = bermanfaat untuk Anda, tentu dharma bukan ajaran yang tepat untuk Anda.

Jika judul bisa mengusik Anda, saya dan siapapun tidak keberatan bila judulnya diganti. Semoga berbahagia. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 11 December 2012, 07:25:26 AM
Bila Anda berpandangan demikian, terjadilah. :)

Manfaat ini tergantung dari Anda, jika Anda merasa mendapat uang dengan cara mudah = bermanfaat untuk Anda, tentu dharma bukan ajaran yang tepat untuk Anda.

Jika judul bisa mengusik Anda, saya dan siapapun tidak keberatan bila judulnya diganti. Semoga berbahagia. :)

1. Cara mudah Sunyata mengatasin KEMARAHAN anda.

2. Cara SULIT Sunyata mengatasin KEMARAHAN anda.

silahkan pilih... ada yg suka mudah, ada yg suka sulit...buat dua versi aja bro sunya...

bagaimana pengalaman bro Sunya mencapai sunyata ? nahhh :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 11 December 2012, 09:56:33 AM
Dapatkah bro sunya menjelaskan hubungan emptiness dgm Diamond sutra ? pada kalimat mana hal tsb dibicarakan ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 11 December 2012, 09:22:43 PM
kosong bisa berarti void
kosong bisa juga berarti empty

kira2 yang mana yang lebih baik padanan katanya ya?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 12 December 2012, 02:37:20 AM
kosong bisa berarti void
kosong bisa juga berarti empty

kira2 yang mana yang lebih baik padanan katanya ya?

sptnya disini bukan membahas pelajaran fisika ya....

mana master Sunya ? pernahkah anda membaca diamond sutta ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 12 December 2012, 04:54:45 AM
1. Cara mudah Sunyata mengatasin KEMARAHAN anda.

2. Cara SULIT Sunyata mengatasin KEMARAHAN anda.

silahkan pilih... ada yg suka mudah, ada yg suka sulit...buat dua versi aja bro sunya...

bagaimana pengalaman bro Sunya mencapai sunyata ? nahhh :P

Boleh saja, nanti saya coba buat. Tapi tidak untuk kemarahan saja, melainkan untuk fenomena batin lainnya juga.

Tentang pengalaman bersifat spiritual, mungkin lebih tepat di thread tersendiri (bisa Anda yang buat, untuk sharing pengalaman spiritual pengguna forum DC). Oke, semoga bisa bermanfaat.

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 12 December 2012, 05:04:59 AM
Dapatkah bro sunya menjelaskan hubungan emptiness dgm Diamond sutra ? pada kalimat mana hal tsb dibicarakan ?

Tidak ada yang mencapai, tidak ada yang dicapai, tidak ada yang dibebaskan.

Ini salah satu petikan sutra-nya:

"Akan tetapi, Subhuti, sekalipun ada tak terhitung dan tak terhingga makhluk hidup yang dibebaskan dari arus tumimbal lahir, sebenarnya tidak ada makhluk hidup yang dibebaskan. Mengapa? Subhuti, jika seorang Bodhisattva mengidentifikasikan dirinya sebagai "aku", sebagai manusia, sebagai makhluk hidup dan sebagai kehidupan, maka dia sesungguhnya bukanlah seorang Bodhisattva."

Lengkapnya:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=11960.0
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 12 December 2012, 05:13:20 AM
kosong bisa berarti void
kosong bisa juga berarti empty

kira2 yang mana yang lebih baik padanan katanya ya?

Sebenarnya kata-kata tidak dapat mewakili.

Void cenderung berarti hampa (nihil/ketiadaan), sedang empty lebih berarti kosong (seperti wadah/ruang yang tidak ada isinya).

Ketika seseorang diminta untuk mencapai hampa/kosong dalam pengertian di atas (secara literal/harfiah) tentu bingung, paling bagus jika menghayati dan memaknai sunyata secara pengalaman batin, jadi definisinya bisa lebih tepat (bukan hanya secara kata-kata).

Sekedar info, kata yang banyak digunakan untuk menerjemahkan sunyata (di bahasa Inggris) adalah emptiness/empty. Kata void agak jarang dipakai (sepengetahuan saya). Tentang alasan pemilihan kata tersebut, mungkin ahli bahasa yang lebih paham.

Oke, salam dharma dari saya.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 12 December 2012, 06:45:39 AM
Tidak ada yang mencapai, tidak ada yang dicapai, tidak ada yang dibebaskan.

Ini salah satu petikan sutra-nya:

"Akan tetapi, Subhuti, sekalipun ada tak terhitung dan tak terhingga makhluk hidup yang dibebaskan dari arus tumimbal lahir, sebenarnya tidak ada makhluk hidup yang dibebaskan. Mengapa? Subhuti, jika seorang Bodhisattva mengidentifikasikan dirinya sebagai "aku", sebagai manusia, sebagai makhluk hidup dan sebagai kehidupan, maka dia sesungguhnya bukanlah seorang Bodhisattva."

Lengkapnya:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=11960.0

yg menjadi menarik, kenapa dalam diamond suta tidak terdapat tulisan KOSONG, maupun TIDAK KOSONG ?
nahh apakah ini merupakan kreasi bro Sunya ? mohon masukannya... :P :o
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 12 December 2012, 03:49:07 PM
yg menjadi menarik, kenapa dalam diamond suta tidak terdapat tulisan KOSONG, maupun TIDAK KOSONG ?
nahh apakah ini merupakan kreasi bro Sunya ? mohon masukannya... :P :o

Anda kurang banyak membaca (mendalami Buddhisme).

Beberapa orang berpikiran bahwa “Kosong” atau Sunyata yang diajarkan oleh Nagarjuna adalah murni ajaran Mahayana. Ide ini pada dasarnya muncul dari konsep Anatta atau “Tanpa-Aku”, dalam Patticasamuppada atau Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan, yang ditemukan dalam teks asli Pali Theravada. Suatu ketika Ananda bertanya kepada Buddha, “Orang-orang mengatakan kata Sunya. Apakah Sunya itu?” Buddha menjawab, ”Ananda, artinya adalah tiada aku, atau apapun yang berhubungan dengan aku di dunia ini. Oleh karena itu, dunia adalah kosong.” Ajaran ini diambil oleh Nagarjuna ketika beliau menulis karya luar biasanya, “Madhyamika Karika”. Di samping ajaran Sunyata adalah konsep penyimpanan-kesadaran dari Mahayana yang berakar dari teks Theravada. Kaum Mahayana telah mengembangkannya ke dalam psikologi dan filosofi yang dalam.

Penelusuran teks-teks karya Nagarjuna menunjukkan bahwa motivasi Nagarjuna mengembangkan ajaran Sunyata adalah demi menegaskan kembali ajaran Buddha. Ajaran Sunyata Nagarjuna disebut juga filosofi Jalan Tengah (Madhyamika), karena Nagarjuna menekankan bahwa Sunyata (Anatta) itu bebas dari ekstrim pandangan nihilisme dan eternalisme. Nagarjuna mengajarkan pentingnya memahami Sunyata dan Patticasamuppada sebagai satu kesatuan dalam filosofi Dua Kebenaran yang tak terpisahkan, yaitu kebenaran relatif dan mutlak.


http://id.wikipedia.org/wiki/Mahayana
http://id.wikipedia.org/wiki/Wajrayana

Demikianlah O, Sariputra, segala bentuk (rupa) adalah kekosongan (sunyata), dan sesungguhnya kondisi kekosongan ini adalah bentuk (rupa), kekosongan tidak dapat dibedakan dari bentuk (rupa), bentuk (rupa) juga tidak dapat dibedakan dari kekosongan. Segala kekosongan itulah bentuk (rupa). Demikian sama juga kebenaran dari perasaan (vedana), pencerapan (sanna), pikiran (sankhara), kesadaran (vinnana).

Demikianlah O, Sariputra, segala kebenaran (Dhamma) memiliki karakter dasar kekosongan, segalanya adalah tidak ditimbulkan (tanpa awal), juga tidak dipadamkan (tanpa akhir), tidak dicemarkan (tidak kotor), juga tidak disucikan (tidak bersih), tidak ada cacat (tidak berkurang) juga tidak ada dilengkapi (tidak bertambah).

Oleh karena itu O, Sariputra, di dalam karakter kekosongan tiada bentuk juga tiada perasaan, juga tiada pencerapan, juga tiada pikiran, juga tiada kesadaran. Tidak ada mata (caksuh), telinga (srotram), hidung (grahnam), lidah (jihva), badan (kaya), batin (manasa). Tiada bentuk (rupa), suara (sabda), bau (gandah), rasa, sentuhan (sparstavyam), maupun objek objek dari pikiran. Tiada unsur penglihatan (caksu dhatu), dan seterusnya hingga tiada unsur kesadaran pikiran (mano-vinnanam dhatu).

Tiada kegelapan batin (avijja), juga tiada akhir dari kegelapan batin (avijja-ksayo), dan seterusnya, hingga tiada usia tua dan kematian (jaramaranam-ksayo), juga tiada akhir dari usia tua dan kematian. Demikian pula, tiada penderitaan (dukkha), tiada asal mula dukkha (samudayah), tiada lenyapnya dukkha (nirodha), tiada jalan menuju lenyapnya dukkha (marga). Tiada pengetahuan kebijaksanaan (jahna), tiada pencapaian (prapti), dan tiada akhir pencapaian (abhi samaya).

Oleh karena itu O, Sariputra, karena bodhisatva tidak ada yang dicapai, karena pikirannya berada di dalam kepenuhan roh prajnaparamita. berdiam didalam kondisi tidak adanya macam macam rintangan pikiran. Karena tidak adanya macam macam rintangan pikiran, maka tidak ada rasa takut dan ragu, Ia mengatasi segala hal hal yang menyesatkan, dan hingga akhirnya mencapai Nibbana.

Semua Buddha dari tiga masa --- masa lalu, masa sekarang, masa mendatang --- yang kepenuhan roh Prajnaparamita mencapai tingkat kebuddhaan yang tertinggi, yaitu SamyakSambodhi. Yaitu Pencerahan yang Sempurna, yang Tertinggi, yang Tiada taranya.

Oleh karena itu semua mahluk harus tahu, Prajnaparamita, adalah panggilan (mantra) yang agung, panggilan (mantra) yang sempurna pengetahuannya, panggilan (mantra) yang tertinggi, panggilan (mantra) yang tiada taranya, panggilan (mantra) yang pasti dapat melenyapkan semua penderitaan (dukkha), adalah kebenaran mutlak, yang tidak mungkin salah. Dengan kekuatan Prajnaparamita menyampaikan panggilan (mantra) ini.

Bunyinya demikian: Gate (Pergilah), Gate (Pergilah), Paragate (Pergilah menangkan), Parasamgate (Pergilah semua menangkan), Bodhisvaha (O, Terpujilah Yang Terang / "Tercerahkan").


Bhagavati Prajnaparamita Hrdaya Sutra
http://id.wikipedia.org/wiki/Sutra_Hati

Salam bahagia dan sukses untuk Anda.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: djoe on 12 December 2012, 04:40:21 PM
 [at] bro ariyakumara,

Jika kita membahas kosong yang dimaksud dalam hal ini sunya maka dari sisi pengertian sunya maka kita bisa mengatakan
Wujud  adalah sunya
Untuk menunjukkan ultimate reality dari conventional reality
Untuk menunjukkan ultimate reality /sunya dari segala sesuatu

Sunya adalah Wujud
Dan Ultimate reality itu sendiri tidak lain dari pada adalah conventional reality
Untuk menunjukkan bahwa sunya itu sendiri adalah sunya.

Dan jika kita membahasa kosong dari pengertian ada dan tidak ada eksistensi, dalam pengertian ketika tidak ada wujud/rupa maka itu adalah kosong maka kita juga bisa mengatakan

Wujud  adalah kosong
Wujud  adalh rupa

Kita tahu bahwa setiap wujud pasti menempati ruang kosong bahkan satu partikel debu pun tidak bisa terlepas dari ruang kosong.
Wujud berada dalam (is within) kosong
dan kosong berada dalam (is within)  wujud

wujud berisi kosong dan
Kosong berisi wujud (jangan melihat ruang kosong ini sebagai kosong, karena ruang kosong tidak pernah kosong, bahkan satu partikel debu terkecil pun ada)

Setiap ada kosong pasti ada wujud dan setiap ada wujud pasti ada kosong.
Keduanya tidak terpisahkan
wujud tidak terpisahkan kosong
dan kosong tidak terpisahkan wujud

jika mereka terpisahkan maka wujud dan kosong tidak bisa bermanifestasi
Jadi  wujud tidak berbeda dengan kosong dan kosong tidak lah berbeda dengan wujud

Kosong adalah eksistensi, karena kosong tidaklah kosong
Dan eksistensi adalah kosong, karena eksistensinya adalah kosong juga.

Dari mana munculnya kosong? Kosong muncul ditempat yg ada wujud
Dari mana munculnya wujud? WUjud muncul ditempat yang ada kosong

Misalkan sebuah gunung, Jika kamu meratakan gunung, maka kosong muncul. Sebelum gunung tersebut rata, apakah kosong itu ada atau tidak ada?
Ya, ada. Maka ketika ada kosong apakah wujud juga ada? Wujud juga ada. Karena kosong tidak pernah berhenti exist ketika ada wujud dan wujud tidak pernah berhenti ketika ada kosong.
Jadi kita bisa lihat ketika ada kosong maka wujud juga ada
Karena wujud dan kosong adalah satu.

Jadi wujud adalah rupa yang padat, karena ada gaya tekanan dan penarikan
dan Kosong adalah rupa yang longgar, ketika gaya tekangan dan penarikan tidak begitu kuat.

Jadi wujud dan kosong adalah nondual, bukan dua hal yang berbeda
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 13 December 2012, 12:03:17 AM

Anda kurang banyak membaca (mendalami Buddhisme).

Beberapa orang berpikiran bahwa “Kosong” atau Sunyata yang diajarkan oleh Nagarjuna adalah murni ajaran Mahayana. Ide ini pada dasarnya muncul dari konsep Anatta atau “Tanpa-Aku”, dalam Patticasamuppada atau Sebab Musabab Yang Saling Bergantungan, yang ditemukan dalam teks asli Pali Theravada. Suatu ketika Ananda bertanya kepada Buddha, “Orang-orang mengatakan kata Sunya. Apakah Sunya itu?” Buddha menjawab, ”Ananda, artinya adalah tiada aku, atau apapun yang berhubungan dengan aku di dunia ini. Oleh karena itu, dunia adalah kosong.” Ajaran ini diambil oleh Nagarjuna ketika beliau menulis karya luar biasanya, “Madhyamika Karika”. Di samping ajaran Sunyata adalah konsep penyimpanan-kesadaran dari Mahayana yang berakar dari teks Theravada. Kaum Mahayana telah mengembangkannya ke dalam psikologi dan filosofi yang dalam.

Penelusuran teks-teks karya Nagarjuna menunjukkan bahwa motivasi Nagarjuna mengembangkan ajaran Sunyata adalah demi menegaskan kembali ajaran Buddha. Ajaran Sunyata Nagarjuna disebut juga filosofi Jalan Tengah (Madhyamika), karena Nagarjuna menekankan bahwa Sunyata (Anatta) itu bebas dari ekstrim pandangan nihilisme dan eternalisme. Nagarjuna mengajarkan pentingnya memahami Sunyata dan Patticasamuppada sebagai satu kesatuan dalam filosofi Dua Kebenaran yang tak terpisahkan, yaitu kebenaran relatif dan mutlak.


http://id.wikipedia.org/wiki/Mahayana
http://id.wikipedia.org/wiki/Wajrayana

Demikianlah O, Sariputra, segala bentuk (rupa) adalah kekosongan (sunyata), dan sesungguhnya kondisi kekosongan ini adalah bentuk (rupa), kekosongan tidak dapat dibedakan dari bentuk (rupa), bentuk (rupa) juga tidak dapat dibedakan dari kekosongan. Segala kekosongan itulah bentuk (rupa). Demikian sama juga kebenaran dari perasaan (vedana), pencerapan (sanna), pikiran (sankhara), kesadaran (vinnana).

Demikianlah O, Sariputra, segala kebenaran (Dhamma) memiliki karakter dasar kekosongan, segalanya adalah tidak ditimbulkan (tanpa awal), juga tidak dipadamkan (tanpa akhir), tidak dicemarkan (tidak kotor), juga tidak disucikan (tidak bersih), tidak ada cacat (tidak berkurang) juga tidak ada dilengkapi (tidak bertambah).

Oleh karena itu O, Sariputra, di dalam karakter kekosongan tiada bentuk juga tiada perasaan, juga tiada pencerapan, juga tiada pikiran, juga tiada kesadaran. Tidak ada mata (caksuh), telinga (srotram), hidung (grahnam), lidah (jihva), badan (kaya), batin (manasa). Tiada bentuk (rupa), suara (sabda), bau (gandah), rasa, sentuhan (sparstavyam), maupun objek objek dari pikiran. Tiada unsur penglihatan (caksu dhatu), dan seterusnya hingga tiada unsur kesadaran pikiran (mano-vinnanam dhatu).

Tiada kegelapan batin (avijja), juga tiada akhir dari kegelapan batin (avijja-ksayo), dan seterusnya, hingga tiada usia tua dan kematian (jaramaranam-ksayo), juga tiada akhir dari usia tua dan kematian. Demikian pula, tiada penderitaan (dukkha), tiada asal mula dukkha (samudayah), tiada lenyapnya dukkha (nirodha), tiada jalan menuju lenyapnya dukkha (marga). Tiada pengetahuan kebijaksanaan (jahna), tiada pencapaian (prapti), dan tiada akhir pencapaian (abhi samaya).

Oleh karena itu O, Sariputra, karena bodhisatva tidak ada yang dicapai, karena pikirannya berada di dalam kepenuhan roh prajnaparamita. berdiam didalam kondisi tidak adanya macam macam rintangan pikiran. Karena tidak adanya macam macam rintangan pikiran, maka tidak ada rasa takut dan ragu, Ia mengatasi segala hal hal yang menyesatkan, dan hingga akhirnya mencapai Nibbana.

Semua Buddha dari tiga masa --- masa lalu, masa sekarang, masa mendatang --- yang kepenuhan roh Prajnaparamita mencapai tingkat kebuddhaan yang tertinggi, yaitu SamyakSambodhi. Yaitu Pencerahan yang Sempurna, yang Tertinggi, yang Tiada taranya.

Oleh karena itu semua mahluk harus tahu, Prajnaparamita, adalah panggilan (mantra) yang agung, panggilan (mantra) yang sempurna pengetahuannya, panggilan (mantra) yang tertinggi, panggilan (mantra) yang tiada taranya, panggilan (mantra) yang pasti dapat melenyapkan semua penderitaan (dukkha), adalah kebenaran mutlak, yang tidak mungkin salah. Dengan kekuatan Prajnaparamita menyampaikan panggilan (mantra) ini.

Bunyinya demikian: Gate (Pergilah), Gate (Pergilah), Paragate (Pergilah menangkan), Parasamgate (Pergilah semua menangkan), Bodhisvaha (O, Terpujilah Yang Terang / "Tercerahkan").


Bhagavati Prajnaparamita Hrdaya Sutra
http://id.wikipedia.org/wiki/Sutra_Hati

Salam bahagia dan sukses untuk Anda.  _/\_

penjelasan ini begitu panjang... sptnya dari copas copasan...

kenapa gak ada penjelasan singkat, ringkas, padat, dan mudah dimengerti ?
seprtinya bro harus banyak belajar menjelaskan sesuatu...
karna sy pm seseorang, dan diapun tidak mengerti apa yg dijelaskan bro sunya...

jadi saya ulangin lagi dehh....
   jelaskan dgn singkat, padat, berisi, jelas dan mudah dimengerti....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 13 December 2012, 05:35:28 AM
penjelasan ini begitu panjang... sptnya dari copas copasan...

kenapa gak ada penjelasan singkat, ringkas, padat, dan mudah dimengerti ?
seprtinya bro harus banyak belajar menjelaskan sesuatu...
karna sy pm seseorang, dan diapun tidak mengerti apa yg dijelaskan bro sunya...

jadi saya ulangin lagi dehh....
   jelaskan dgn singkat, padat, berisi, jelas dan mudah dimengerti....

Anda kurang banyak membaca, cermati lagi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Mahayana
http://id.wikipedia.org/wiki/Wajrayana
Bhagavati Prajnaparamita Hrdaya Sutra
http://id.wikipedia.org/wiki/Sutra_Hati

Tulisan di atas dari literatur Buddhisme, dalam menanggapi postingan Anda sendiri yang menanyakan apakah kosong dan tidak kosong adalah kreasi saya.

yg menjadi menarik, kenapa dalam diamond suta tidak terdapat tulisan KOSONG, maupun TIDAK KOSONG ?
nahh apakah ini merupakan kreasi bro Sunya ? mohon masukannya... :P :o

Untuk lebih jelasnya (banyak membaca), berikut Sutra Intan yang sudah dikutip di atas: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=11960.0

Baca lagi. Jika malas/enggan, dapat ketikkan kata 'kosong' di kolom search pada browser Anda. Selamat membaca/mendalami.

Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 13 December 2012, 06:29:54 AM
bahasa malaysia : tuan2 dan puan2 membahas omong kosong dan isi yang buat pusing2   :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 13 December 2012, 06:41:50 AM
bahasa malaysia : tuan2 dan puan2 membahas omong kosong dan isi yang buat pusing2   :))

sepertinya banyak member di DC belum mendptkan manfaat dari pembabaran...

KIIK...................kosong = isi, isi = kosong.....................

maksudnya setalah otak anda diisi, trus dikosongin lagi... makanya anda tidak mengerti...


kehebatan daya pikir adalah menjelaskan barang rumit menjadi sederhana,
bukan barang mudah menjadi rumit.  :P

Honda we make it simple !  :P


Quote
(salah satu member DC berkata:)
Saya juga gak bisa menangkap penjelasan sdr. Sunya. Beliau menjelaskan berdasarkan pemahaman sendiri bukan menggunakan sumber yg otentik spt sutta2...
apakah bener begitu adanya ? mohon dijelaskan !


Quote
WIKI : Kira-kira pada abad ke-2 M, Mahayana barulah didefinisikan secara jelas. Nagarjuna mengembangkan filosofi “kekosongan” Mahayana dan membuktikan bahwa segala sesuatunya adalah “Kosong” dalam buku kecil “Madhyamika-karika”. Kira-kira pada abad ke-4, Asanga dan Vasubandhu banyak menulis buku-buku Mahayana. Setelah abad ke-1 M, kaum Mahayana meneguhkan pendiriannya dan setelahnya istilah Mahayana dan Hinayana mulai dikenal.
Bagaimana bro Sunya membuktikan hal tsb dlm kehidupan sehari-hari ? mohon rinciannya....
   (tapi disana pun tidak mengatakan yg kosong adalah segala sesuatu... ini mungkin kreasi bro Sunya!)
   berikanlah penjelasan dan pengalaman sendiri dari bro Sunya, jangan kebanyakan copas mencopas...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 13 December 2012, 07:11:20 AM
sepertinya banyak member di DC belum mendptkan manfaat dari pembabaran...

KIIK...................kosong = isi, isi = kosong.....................

maksudnya setalah otak anda diisi, trus dikosongin lagi... makanya anda tidak mengerti...


kehebatan daya pikir adalah menjelaskan barang rumit menjadi sederhana,
bukan barang mudah menjadi rumit.  :P

Honda we make it simple !  :P

apakah bener begitu adanya ? mohon dijelaskan !

Bagaimana bro Sunya membuktikan hal tsb dlm kehidupan sehari-hari ? mohon rinciannya....
   (tapi disana pun tidak mengatakan yg kosong adalah segala sesuatu... ini mungkin kreasi bro Sunya!)
   berikanlah penjelasan dan pengalaman sendiri dari bro Sunya, jangan kebanyakan copas mencopas...

Anda mewakili member yang mana, tolong disebutkan.

Bila Anda belum mendapat manfaat pengajaran, kira-kira salahnya dimana (pengajar atau penerima)?
Semoga jawaban Anda bisa mencerminkan karakteristik dan sifat pembelajar yang baik dan positif.

Bukti sehari-hari
Sekarang Anda bingung disebabkan 2 hal:
1. Tidak mengerti (kurang mendalami dharma secara menyeluruh).
2. Tidak mau mengerti (karena keyakinan yang terlanjur membatu).

Jadi, bila orang lain bisa membaca dan memetik manfaat apa saja dari sesuatu, Anda merasa tidak mendapat apa-apa.

Itu bukti bahwa ajaran apapun sunya, termasuk ajaran Buddha bagi sekian juta pemeluk agama lain, mereka tidak meyakini dan merasakan manfaatnya (mereka lebih percaya keyakinan mereka sekarang). Jadi agama Buddha benar bagi siapa saja? Belum tentu. Anda cocok dan tidak cocok kepada suatu ajaran pun, karena karma Anda yang mengkondisikan.

Jadi apa dharma itu sebuah hal yang negatif atau positif, bermanfaat atau tidak? Tergantung Anda.

Dharma itu simpel, jangan dibuat rumit.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 13 December 2012, 10:29:11 AM
Quote
Anda kurang banyak membaca, cermati lagi:

membaca aja tidak membawa seseorang kemana mana...

membaca dan mengerti makna yg berada didalm bacaan,
serta ingat akan apa yg dibaca barusan bermanfaat...

 :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 13 December 2012, 10:58:12 AM
Anda mewakili member yang mana, tolong disebutkan.

bila bro perhatikan posting2 sebelumnya dan PM utk sy.. maka mereka BINGUNG.

Bila Anda belum mendapat manfaat pengajaran, kira-kira salahnya dimana (pengajar atau penerima)?
Semoga jawaban Anda bisa mencerminkan karakteristik dan sifat pembelajar yang baik dan positif.

Udah jelas salah pengajar, karna pengajar tidak mau kooperatif menjelaskan dgn singkat dan padat...
main copas, kasih contoh panjang2 tapi tidak mengenak.. bahkan kasih contoh ayahnya cumi... nahhh


Bukti sehari-hari
Sekarang Anda bingung disebabkan 2 hal:
1. Tidak mengerti (kurang mendalami dharma secara menyeluruh).
2. Tidak mau mengerti (karena keyakinan yang terlanjur membatu).

Jadi, bila orang lain bisa membaca dan memetik manfaat apa saja dari sesuatu, Anda merasa tidak mendapat apa-apa.

Itu bukti bahwa ajaran apapun sunya, termasuk ajaran Buddha bagi sekian juta pemeluk agama lain, mereka tidak meyakini dan merasakan manfaatnya (mereka lebih percaya keyakinan mereka sekarang). Jadi agama Buddha benar bagi siapa saja? Belum tentu. Anda cocok dan tidak cocok kepada suatu ajaran pun, karena karma Anda yang mengkondisikan.

Jadi apa dharma itu sebuah hal yang negatif atau positif, bermanfaat atau tidak? Tergantung Anda.

Dharma itu simpel, jangan dibuat rumit.  _/\_


Quote
membuktikan bahwa segala sesuatunya adalah “Kosong” dalam buku kecil “Madhyamika-karika”.
coba bro Sunya jelaskan dlm buku kecil tsb, bagaimana sunyata dpt dimengerti !... mohon jangan panjang2. dehh...

silahkan... mengajar hrs memiliki kasih dan kesabaran....serta kemampuan lainnya... :P :P

KIIK telah 8 pages, apa yg telah dicapai ?.... :'( :'( :'( :'(
Title: Adakah hubungan anatta dan Sunyata..
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 05:53:51 AM
(http://www.integral-religion.org/images/emptiness.jpg)
1. apakah itu anatta ?
2. bagaimana dialog antara Nagasena dgn raja mengilustrasikan anatta dlm kitab Milindapanha ?
3. Adakah hubungan anatta dgn Sunyata ? bila ada, apakah itu ?
4. Apakah dikatakan Nagarjuna tentang Sunyata ?
5. Apakah yg dimaksud dgn "Interdependent Origination", bagaimana hal ini berhubungan dgn sunyata ?

sementara itu dulu, mohon master sunyata kalau menjelaskan sebaiknya singkat,
padat dan mudah dimengerti... _/\_  :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 14 December 2012, 07:59:37 AM
membaca aja tidak membawa seseorang kemana mana...

membaca dan mengerti makna yg berada didalm bacaan,
serta ingat akan apa yg dibaca barusan bermanfaat...

 :P

Tidak akan sebermanfaat jika Anda mempraktekkannya. Jadi sudahkah Anda mempraktekkan sila-samadhi-panna? Mengapa Anda terus bertanya instead of (alih-alih) berusaha mempraktekkan dharma yang Anda ketahui? Jika seorang berusaha bijak/arif dalam belajar, maka pertanyaan (bobot, konsistensi dan koherensi) dapat dicerna dengan benar. 3 hal tersebut tidak Anda terapkan dalam berbagai pertanyaan Anda, antara lain:
1. Anda terus mengulang-ulang pertanyaan sama dan senada.
2. Anda berusaha bertanya di luar topik (tentang cara mencapai sunyata dan pengalamannya), diminta membuat topik tersendiri Anda tak kunjung membuatnya.
3. Penjelasan yang saya berikan Anda abaikan dan/atau Anda terjemahkan tanpa mencernanya secara substantif dan intuitif. Sebagai contoh, saya beri Anda perumpamaan tentang Ayah Anda dan sifat sunya dari semua makhluk, Anda terjemahkan sebagai saran/advis bisnis dari saya.  :o
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 14 December 2012, 08:14:50 AM
bila bro perhatikan posting2 sebelumnya dan PM utk sy.. maka mereka BINGUNG.

Udah jelas salah pengajar, karna pengajar tidak mau kooperatif menjelaskan dgn singkat dan padat...
main copas, kasih contoh panjang2 tapi tidak mengenak.. bahkan kasih contoh ayahnya cumi... nahhh

coba bro Sunya jelaskan dlm buku kecil tsb, bagaimana sunyata dpt dimengerti !... mohon jangan panjang2. dehh...

silahkan... mengajar hrs memiliki kasih dan kesabaran....serta kemampuan lainnya... :P :P

KIIK telah 8 pages, apa yg telah dicapai ?.... :'( :'( :'( :'(

Saya tidak berurusan dengan PM Anda, itu ranah pribadi Anda dengan anggota forum lain. Bila ada yang bingung, silakan bertanya disini (bukan bertanya pada yang tidak kompeten dan tidak berkorelasi secara langsung).

Bila Anda anggap salah pengajar, berarti Anda kurang introspektif, karena jika Anda buddhist yang benar (mengetahui hukum karma secara mendasar), maka Anda paham segala sesuatu bukan berasal dari luar, bukan muncul tanpa sebab, dan bukan tidak berhubungan dengan saya (Anda/Cumi). Jadi bila Anda belum paham hukum karma, dengan modal kesombongan apa Anda mau belajar sunyata/kekosongan? Anda sudah jelas mengindikasikan diri Anda belum terlalu paham tentang dharma, mengapa tidak mulai belajar mempraktekkan hal-hal kecil? Semua indah pada waktunya, bersabarlah. :)

Saya sabar, sabar dalam menunggu Anda belajar setahap demi setahap. Benar?

Bagaimana? Kita mulai dari hukum karma dan anatta dulu?

Salam. :)
Title: Re: Adakah hubungan anatta dan Sunyata..
Post by: Sunya on 14 December 2012, 08:21:39 AM
(http://www.integral-religion.org/images/emptiness.jpg)
1. apakah itu anatta ?
2. bagaimana dialog antara Nagasena dgn raja mengilustrasikan anatta dlm kitab Milindapanha ?
3. Adakah hubungan anatta dgn Sunyata ? bila ada, apakah itu ?
4. Apakah dikatakan Nagarjuna tentang Sunyata ?
5. Apakah yg dimaksud dgn "Interdependent Origination", bagaimana hal ini berhubungan dgn sunyata ?

sementara itu dulu, mohon master sunyata kalau menjelaskan sebaiknya singkat,
padat dan mudah dimengerti... _/\_  :P

Anda bukan bertanya. Anda belajar disini.

Jika Anda sepakati hal di atas, kita lanjutkan.

Bukan saya tak mau melayani pertanyaan Anda. Dari yang sudah lewat, terlihat Anda tidak belajar apapun dari jawaban saya atas pertanyaan Anda (Anda sudah bertanya lebih dari 10 kali, namun tidak menunjukkan progres yang baik).

Oke, bisa kita mulai belajar?

Pelajaran terbaik untuk Anda adalah mendengar/membaca. Anda kurang responsif dalam hal input, dan cenderung progresif dalam hal output. Hal ini tentu tidak baik dalam proses belajar.

Anda bertanya sesekali, namun harus bisa progresif dalam menerima penjelasan (apa yang saya jelaskan Anda tanggapi, bukan diabaikan saja lalu bertanya hal lain lagi, seolah tidak berniat memahami/belajar).

Ditunggu responnya, semoga tidak monolog lagi. :)
Title: Re: Adakah hubungan anatta dan Sunyata..
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 08:34:09 AM
Anda bukan bertanya. Anda belajar disini.

Jika Anda sepakati hal di atas, kita lanjutkan.

Bukan saya tak mau melayani pertanyaan Anda. Dari yang sudah lewat, terlihat Anda tidak belajar apapun dari jawaban saya atas pertanyaan Anda (Anda sudah bertanya lebih dari 10 kali, namun tidak menunjukkan progres yang baik).

Oke, bisa kita mulai belajar?

Pelajaran terbaik untuk Anda adalah mendengar/membaca. Anda kurang responsif dalam hal input, dan cenderung progresif dalam hal output. Hal ini tentu tidak baik dalam proses belajar.

Anda bertanya sesekali, namun harus bisa progresif dalam menerima penjelasan (apa yang saya jelaskan Anda tanggapi, bukan diabaikan saja lalu bertanya hal lain lagi, seolah tidak berniat memahami/belajar).

Ditunggu responnya, semoga tidak monolog lagi. :)

dlm ngajar mengajar, udah tentu pertanyaan murid tidak boleh diabaikan....

silahkan mulai dgn 5 pertanyaan diatas dulu...
belajar dan bertanya apa bedanya master Sunya ?

ok mari kita mulai belajar...


Quote
2. Anda berusaha bertanya di luar topik (tentang cara mencapai sunyata dan pengalamannya), diminta membuat topik tersendiri Anda tak kunjung membuatnya.
6 apakah seorang guru yg belum mencapai sunyata dpt mengajarkan sunyata dgn baik ?
     apa alasannya ?
7 kenapa pencapaian sunyata (pengalaman) seseorang  dirahasiakan ?
     apa alasannya ?
8. buku kecil “Madhyamika-karika”, secara ringkas apa isi nya ?
Title: Re: Adakah hubungan anatta dan Sunyata..
Post by: Sunya on 14 December 2012, 09:44:57 AM
dlm ngajar mengajar, udah tentu pertanyaan murid tidak boleh diabaikan....

silahkan mulai dgn 5 pertanyaan diatas dulu...
belajar dan bertanya apa bedanya master Sunya ?

ok mari kita mulai belajar...

6 apakah seorang guru yg belum mencapai sunyata dpt mengajarkan sunyata dgn baik ?
     apa alasannya ?
7 kenapa pencapaian sunyata (pengalaman) seseorang  dirahasiakan ?
     apa alasannya ?
8. buku kecil “Madhyamika-karika”, secara ringkas apa isi nya ?

Inti dari proses belajar-mengajar ialah murid/pembelajar mendapatkan manfaat semaksimal mungkin. Bila dinilai progres seorang murid cenderung stagnan, maka siapapun pengajar berkewajiban memberikan masukan/saran atas metode pembelajaran yang dinilai tidak efektif tersebut.

Bila Anda bisa menerima saran saya tentang konsistensi dan koherensi, serta keseimbangan output-input, maka diskusi bisa terus berjalan. Jika Anda mau semau Anda saja, mungkin Anda harus mencari partner diskusi yang lain. Dari pertanyaan Anda di atas (khususnya no. 7 dan 8), Anda masih saja mengulangi kesalahan yang sama (inkoheren dan inkonsisten). Salam, semoga Anda berbahagia.  _/\_
Title: Re: Adakah hubungan anatta dan Sunyata..
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 10:56:26 AM
Inti dari proses belajar-mengajar ialah murid/pembelajar mendapatkan manfaat semaksimal mungkin. Bila dinilai progres seorang murid cenderung stagnan, maka siapapun pengajar berkewajiban memberikan masukan/saran atas metode pembelajaran yang dinilai tidak efektif tersebut.

Bila Anda bisa menerima saran saya tentang konsistensi dan koherensi, serta keseimbangan output-input, maka diskusi bisa terus berjalan. Jika Anda mau semau Anda saja, mungkin Anda harus mencari partner diskusi yang lain. Dari pertanyaan Anda di atas (khususnya no. 7 dan 8), Anda masih saja mengulangi kesalahan yang sama (inkoheren dan inkonsisten). Salam, semoga Anda berbahagia.  _/\_

utk anda tao aja....
no.7 sesama Bhiku sangha boleh sharing pencapaian level kesucian, tetapi bhiku tidak boleh sharing ke umat dan memberitahukan tingkat kesuciannya pada umat (Buddhist).

jadi bagaimana pencapai bro Sunya ? kenapa sih koq dirahasiakan ? apa alasannya ?

murid siap belajar..dan bertanya lagi...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 11:18:00 AM
Quote
Bila dinilai progres seorang murid cenderung stagnan, maka siapapun pengajar berkewajiban memberikan masukan/saran atas metode pembelajaran yang dinilai tidak efektif tersebut.

utk mendptkan penilaian yg fair dan benar, maka bila diperlukan, penilaian seorang murid adalah dari pihak luar atau pihak ke3 untuk mengurangin pengajar mengsalah labelkan siswa ini : "STAGNAN" trus di masuk KOTAK gitu...

mohon transparansinya dalam mengajar..  ^:)^ ^:)^


apakah Sunya seorang bhiku ?
Title: Re: Adakah hubungan anatta dan Sunyata..
Post by: Sunya on 14 December 2012, 11:19:16 AM
utk anda tao aja....
no.7 sesama Bhiku sangha boleh sharing pencapaian level kesucian, tetapi bhiku tidak boleh sharing ke umat dan memberitahukan tingkat kesuciannya pada umat (Buddhist).

jadi bagaimana pencapai bro Sunya ? kenapa sih koq dirahasiakan ? apa alasannya ?

murid siap belajar..dan bertanya lagi...

Yang saya soroti bukan isi pertanyaan Anda, tapi ketidak-runutan (inkoherensi) Anda dalam bertanya. Saya tidak pernah menyatakan harus merahasiakan, atau tidak merahasiakan. Tapi tiba-tiba Anda melemparkan pertanyaan tentang pencapaian kesucian yang harus dirahasiakan.

Ini lucu, dan lebih lucu (lagi) Anda tidak menyadari dimana letak kesalahan pertanyaan Anda.

Namo Buddhaya.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 14 December 2012, 11:21:43 AM
utk mendptkan penilaian yg fair dan benar, maka bila diperlukan, penilaian seorang murid adalah dari pihak luar atau pihak ke3 untuk mengurangin pengajar mengsalah labelkan siswa ini : "STAGNAN" trus di masuk KOTAK gitu...

mohon transparansinya dalam mengajar..  ^:)^ ^:)^


apakah Sunya seorang bhiku ?

Anda belajar logika dulu, baru lebih jauh masuk ke metode belajar. Saya tidak keberatan dinilai oleh siapapun, karena cara belajar-mengajar kita standar saja (bukan buatan/ciptaan saya).

Salam.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 14 December 2012, 11:27:33 AM
Logika pertama yang harus Anda pelajari adalah, jangan mengajukan "kenapa" bila belum ada pernyataan jelas tentang sesuatu.

Bila saya katakan pencapaian harus dirahasiakan, atau tidak harus dirahasiakan, baru Anda tanya "kenapa". Mengerti sampai disini?

Itu yang saya maksud diskusi harus jelas koherensi dan juga konsistensinya, jangan asal berasumsi lalu 'menyimpulkan', parahnya lagi asumsi dan kesimpulan sepihak Anda jadikan pertanyaan baru (ini yang saya katakan lucu/menggelikan).

Oke, mohon tidak tersinggung ya. Belajar harus bisa merendahkan ego.

Salam.  _/\_
Title: Re: Adakah hubungan anatta dan Sunyata..
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 02:19:38 PM
Yang saya soroti bukan isi pertanyaan Anda, tapi ketidak-runutan (inkoherensi) Anda dalam bertanya. Saya tidak pernah menyatakan harus merahasiakan, atau tidak merahasiakan. Tapi tiba-tiba Anda melemparkan pertanyaan tentang pencapaian kesucian yang harus dirahasiakan.

Ini lucu, dan lebih lucu (lagi) Anda tidak menyadari dimana letak kesalahan pertanyaan Anda.

Namo Buddhaya.  _/\_

1 apakah pertanyaan tsb jelas ?
2 apakah pertanyaan tsb relevan ?
3 apakah pertanyaan tsb etis ?
4 apakah pertanyaan tsb membuka tabir pribadi ?

tapi tidak adalah pertanyaan LUCU,
   karna disini bukan membahas standup comedi... !

kalau ada bhiku yg bilang sama umat pencapaian tingkat kesuciannya, maka hal tsb adalah salah !

apakah anda bhiku ? nahhh :P

pertanyaan yg salah ? ahhhh jangan mengimiditasi pada murid tentang pertanyaan yg salah ya... ;D ;D ;D
kalaupun pertanyaan tsb salah, BAGAIMANA PERTANYAAN YG BENAR ? mohon dipostingkan!


Anda belajar logika dulu, baru lebih jauh masuk ke metode belajar. Saya tidak keberatan dinilai oleh siapapun, karena cara belajar-mengajar kita standar saja (bukan buatan/ciptaan saya).
Salam.
Apakah bro Sunya dpt membuat program atau game ? apakah bro sunya dpt berpikir jernih ? apakah bro sunya pernah menulis manual book tentang suatu process ?

yg mengatakan cara mengajar bro Sunya adalah standar,...ahhh standar dari manakah itu ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 02:33:58 PM
Logika pertama yang harus Anda pelajari adalah, jangan mengajukan "kenapa" bila belum ada pernyataan jelas tentang sesuatu.

Bila saya katakan pencapaian harus dirahasiakan, atau tidak harus dirahasiakan, baru Anda tanya "kenapa". Mengerti sampai disini?

Itu yang saya maksud diskusi harus jelas koherensi dan juga konsistensinya, jangan asal berasumsi lalu 'menyimpulkan', parahnya lagi asumsi dan kesimpulan sepihak Anda jadikan pertanyaan baru (ini yang saya katakan lucu/menggelikan).

Oke, mohon tidak tersinggung ya. Belajar harus bisa merendahkan ego.

Salam.  _/\_


x : Pak, ini motornya terbakar, gak bisa dipakai lagi.
cumi : apa yg menyebabkan motor tsb kebakar ?

x : karna temperaturnya tinggi.
cumi : apa yg menyebabkan temperaturnya tinggi ?

x : bearing pada sisi polly yg menimbukan panas tinggi !
cumi : apa yg menyebabkan bearing tsb panas ?

x : karena gesekan
cumi : apa yg menyebabkan gesekan tsb tinggi sehingga terjadi panas ?

x : karna bearing tsb tidak mendptkan lubrication
cumi : apa yg menyebabkan lubrication tidak terdpt disana ?

x : karna tempat pemasukan grease udah ketutup tanah/sampah
cumi : apa yg menyebabkan tutupan grease inlet ketutup tanah dan sampah ?

x : karna tutupnya terlepas
cumi : dptkah didesign tutup yg tidak dpt terlepas, tapi grease bisa masuk ?

x : grease nipple pak...
...........

dst dst... (tanya jawab ini bisa berlangsung sampai besok juga gak jadi masalah koq.......)  :P :P :P :P
kenapa bro Sunya ditanya begitu sedikit aja udah ngambek ?


Quote
Bila saya katakan pencapaian harus dirahasiakan, atau tidak harus dirahasiakan, baru Anda tanya "kenapa". Mengerti sampai disini?
ohh sptnya yg tanya gak sabaran udah....hahaha.... dari pada tanya dua kali... sekalian kenapa nya diikut sertakan dehhh..... karna pertanyaan kenapa menunjukan kwalitas berpikir yg menjawab....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 02:39:14 PM
Quote
Logika pertama yang harus Anda pelajari adalah, jangan mengajukan "kenapa" bila belum ada pernyataan jelas tentang sesuatu.

(logika) bertanya... tentang KOSONG yg dia capai...

siapkah sunya sebenarnya ? apakah dia seorang bhiku ?

dimankah dia melatih diri ?
udah berapa lama dia melatih diri ?
metode apakah yg dia pakai utk melatih diri ?
bagaimana caranya dia melatih diri ?
apakah dia sudah mencapai sunyata ?

kenapa begitu banyak pertanyaan tidak dijawab ? nahhh  :o :o :o
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: kullatiro on 14 December 2012, 02:48:22 PM
Lama lama nih thread bisa mirip buku cersil Asmaraman W Kho ping Ho.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 04:37:13 PM
Lama lama nih thread bisa mirip buku cersil Asmaraman W Kho ping Ho.
seberapa banyak bro diamond mendpt pencerahan dari master sunya? Apa saja hal tsb?

Klau saja kopingjo beraksi bisa tembus1000 page deh
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 14 December 2012, 08:11:10 PM
Hm, senyum saja baca unsur-unsur agregat sedang bereaksi. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 14 December 2012, 08:21:04 PM
Hm, senyum saja baca unsur-unsur agregat sedang bereaksi. :)
waktu senyum itu ada unsur agregat yang bereaksi gak?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 08:21:49 PM
Hm, senyum saja baca unsur-unsur agregat sedang bereaksi. :)

tugas seorang guru adalah menjelaskan dan mengajar, bukan tersenyum... :o :o

Quote
dari pengalaman tiap makhluk yang subyektif, tingkat kemampuan berpikir yang berbeda-beda, ego (LDM) yang setiap saat bisa mempengaruhi pandangan (delusi), dan banyak faktor-faktor mental non-konstruktif lainnya yang berpengaruh terhadap pencarian dari kebenaran itu sendiri.
sptnya judul : "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
tidak kondusif.... apa manfaat dari mengetahui KIIK ?
atau ini cuma sekedar membesarkan ego dari TS ?

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 14 December 2012, 08:34:08 PM
waktu senyum itu ada unsur agregat yang bereaksi gak?

Ada, tentu saja ada, dan itu pun tidak lepas dari sifat sunya, karena senyum dipicu oleh serentetan aksi dari kumpulan agregat lain. ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 14 December 2012, 08:37:50 PM
Ada, tentu saja ada, dan itu pun tidak lepas dari sifat sunya, karena senyum dipicu oleh serentetan aksi dari kumpulan agregat lain. ;D
berarti kalau diterjemahkan: unsur-unsur agregat sedang senyum melihat unsur-unsur agregat lain bereaksi?? ;D ;D
 :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 14 December 2012, 08:39:57 PM
tugas seorang guru adalah menjelaskan dan mengajar, bukan tersenyum... :o :o
sptnya judul : "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
tidak kondusif.... apa manfaat dari mengetahui KIIK ?
atau ini cuma sekedar membesarkan ego dari TS ?

Ini serius atau tidak sih?

Sepertinya dari tulisan Anda di atas mengesankan kalau Anda tidak mencoba mencerna tulisan saya sebelumnya. Maaf tapi bagi saya ini lucu sekali.

Maaf bagi pembaca lain, thread ini berkembang ke arah semi lawakan.  ^:)^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 08:42:09 PM
Ini serius atau tidak sih?

Sepertinya dari tulisan Anda di atas mengesankan kalau Anda tidak mencoba mencerna tulisan saya sebelumnya. Maaf tapi bagi saya ini lucu sekali.

Maaf bagi pembaca lain, thread ini berkembang ke arah semi lawakan.  ^:)^

yg membuat lawakan ada bro sunya... coba periksa judulnya...

kosong = isi, isi = kosong.....

duhhh ini pelajaran fisika atau apa ya ?..... pikir baik2 sebelum menulis sebuah judul....
pikirkanlah manfaat yg bagi yg baca...
Title: Re: Adakah hubungan anatta dan Sunyata..
Post by: Sunya on 14 December 2012, 08:47:02 PM
Yang saya sebut postingan yang mengesankan Anda tidak mencerna tulisan saya sebelumnya:

1 apakah pertanyaan tsb jelas ?
2 apakah pertanyaan tsb relevan ?
3 apakah pertanyaan tsb etis ?
4 apakah pertanyaan tsb membuka tabir pribadi ?

tapi tidak adalah pertanyaan LUCU,
   karna disini bukan membahas standup comedi... !

kalau ada bhiku yg bilang sama umat pencapaian tingkat kesuciannya, maka hal tsb adalah salah !

apakah anda bhiku ? nahhh :P

pertanyaan yg salah ? ahhhh jangan mengimiditasi pada murid tentang pertanyaan yg salah ya... ;D ;D ;D
kalaupun pertanyaan tsb salah, BAGAIMANA PERTANYAAN YG BENAR ? mohon dipostingkan!

Apakah bro Sunya dpt membuat program atau game ? apakah bro sunya dpt berpikir jernih ? apakah bro sunya pernah menulis manual book tentang suatu process ?

yg mengatakan cara mengajar bro Sunya adalah standar,...ahhh standar dari manakah itu ?

Sudah saya jelaskan, saya tidak mengatakan saya pro atau kontra terhadap isu perahasiaan pencapaian, Anda masih terus membahas hal tersebut.


x : Pak, ini motornya terbakar, gak bisa dipakai lagi.
cumi : apa yg menyebabkan motor tsb kebakar ?

x : karna temperaturnya tinggi.
cumi : apa yg menyebabkan temperaturnya tinggi ?

x : bearing pada sisi polly yg menimbukan panas tinggi !
cumi : apa yg menyebabkan bearing tsb panas ?

x : karena gesekan
cumi : apa yg menyebabkan gesekan tsb tinggi sehingga terjadi panas ?

x : karna bearing tsb tidak mendptkan lubrication
cumi : apa yg menyebabkan lubrication tidak terdpt disana ?

x : karna tempat pemasukan grease udah ketutup tanah/sampah
cumi : apa yg menyebabkan tutupan grease inlet ketutup tanah dan sampah ?

x : karna tutupnya terlepas
cumi : dptkah didesign tutup yg tidak dpt terlepas, tapi grease bisa masuk ?

x : grease nipple pak...
...........

dst dst... (tanya jawab ini bisa berlangsung sampai besok juga gak jadi masalah koq.......)  :P :P :P :P
kenapa bro Sunya ditanya begitu sedikit aja udah ngambek ?

ohh sptnya yg tanya gak sabaran udah....hahaha.... dari pada tanya dua kali... sekalian kenapa nya diikut sertakan dehhh..... karna pertanyaan kenapa menunjukan kwalitas berpikir yg menjawab....

Isunya tidak relevan. Coba Anda tanya, nama pacar montir tersebut saat SMP, kira-kira dijawab tidak? Atau Anda tanya berapa untung/laba yang dia peroleh dari servis sebuah motor, kira-kira dijawab tidak?

Dalam hal belajar (khususnya dharma), yang mengajar harus bisa memiliki prajna (panna), melihat apa audiens memahami apa yang disampaikan (biasanya tercermin lewat pertanyaan mereka berikutnya). Dan (maaf) saya kurang melihat kesinambungan pertanyaan Anda dengan jalannya diskusi, yang cendering random-hit (tembakan pertanyaan secara acak).
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 08:55:44 PM
Quote
Dalam hal belajar (khususnya dharma), yang mengajar harus bisa memiliki prajna (panna), melihat apa audiens memahami apa yang disampaikan (biasanya tercermin lewat pertanyaan mereka berikutnya). Dan (maaf) saya kurang melihat kesinambungan pertanyaan Anda dengan jalannya diskusi, yang cendering random-hit (tembakan pertanyaan secara acak).

user id bro Sunya, tentu sangat anthusias menjelaskan prihal SUNYATA... tetapi kelihatannya tidak begitu....
utk menambah semangat master Sunya, sy kasih REPUTASI +1 dehhh, dari pada ZERO sebelumnya.....

utk pertanyaan2 tsb diatas... pemikiran sy master belum siap dgn pertanyaan sporadist... spt itu....
kalau bro baca buku Milinda Panha,.... seberapa banyakkah sang Raja bertanya pada Nagasena ?
dan semua nya dijawab dgn senang hati...... kenapa begitu ?

pertanyaan2 cumi masih lah berhubungan dgn topik yg master sampaikan... tapi kenapa sulitnya dijawab ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 14 December 2012, 09:03:42 PM
berarti kalau diterjemahkan: unsur-unsur agregat sedang senyum melihat unsur-unsur agregat lain bereaksi?? ;D ;D
 :P

Bukan, senyum diinterpretasikan dulu. Bagi seekor ayam, saya senyum atau cemberut 'kan tiada bedanya?

Namun karena ada agregat yang berada pada alam 'serupa', maka aksi reaksi tersebut dilabeli (ada yang disebut marah, ada yang disebut mengambek, ada yang disebut lucu, dsb).

Jadi sebenarnya ada agregat-agregat yang beraksi (bereaksi kata yang lebih tepat dari sudut kemutlakan), dan karena agregat-agregat tersebut juga salah satunya adalah unsur mental (bentuk pikiran dan pendukungnya), maka menghasilkan label (penamaan atas reaksi), yang sesungguhnya semua adalah "Cuma Aksi Reaksi" (CUMI). Jadi semua netral, tergantung sudut pandang kita (seperti semut yang berbaris dan berubah formasi, bagi kita bukan sesuatu apapun, tapi bagi mereka bisa bermacam-macam [bisa reaksi untuk melindungi ratu, aksi untuk mengangkut makanan, ada pertengkaran di antara semut, dst]).

Lucu ya, dari dharma kita bisa tertawa (atau minimal senyum), dan semoga dari tertawa lebih mudah memahami dharma. :)

Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 14 December 2012, 09:09:49 PM
user id bro Sunya, tentu sangat anthusias menjelaskan prihal SUNYATA... tetapi kelihatannya tidak begitu....
utk menambah semangat master Sunya, sy kasih REPUTASI +1 dehhh, dari pada ZERO sebelumnya.....

utk pertanyaan2 tsb diatas... pemikiran sy master belum siap dgn pertanyaan sporadist... spt itu....
kalau bro baca buku Milinda Panha,.... seberapa banyakkah sang Raja bertanya pada Nagasena ?
dan semua nya dijawab dgn senang hati...... kenapa begitu ?

pertanyaan2 cumi masih lah berhubungan dgn topik yg master sampaikan... tapi kenapa sulitnya dijawab ?

Bukan begitu, Anda lebih banyak mengorek pribadi, itu tidak banyak gunanya menurut saya.

Ilustrasi:
Jika saya jawab pertanyaan Anda, misalnya ujung-ujungnya Anda akan tanya apa saya sudah Arahat atau Bodhisattva tingkat sekian (dalam Mahayana), kalau saya jawab "YA" akan mengundang banyak polemik (debat tak berkesudahan dan menguras energi), kalau saya jawab "TIDAK" saya juga bisa jadi berbohong/musavada (bilamana saya sudah mencapai taraf tersebut).

Bisa paham 'kan posisi saya?

Jadi mohon jangan terus memaksa.

Kalau untuk +1 saya ucapkan terima kasih.  :)

Raja Milinda dan Nagasena beda, mereka masih bicara dalam konteks sama, dan sang raja tidak mengorek-ngorek pencapaian Nagasena.
Boleh Anda kutip satu bagian saja, dan tunjukkan kalau mereka bicara acak seperti yang saya dan Anda bicarakan (karena setahu saya dialog mereka berdua cukup berkesinambungan/'nyambung' satu sama lain).

Oke, salam dharma.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 14 December 2012, 09:11:06 PM
refott bacanya....
aye lagi bingung hadapin ujian om, plis jangan ditambah bingung lagi sama tulisannya.... :'( :'(

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 09:14:37 PM
refott bacanya....
aye lagi bingung hadapin ujian om, plis jangan ditambah bingung lagi sama tulisannya.... :'( :'(

lhooo koq bisa sampai2 bro william bisa bingung... gimana dgn master yg mengajar disini ?....
perhatikanlah... ada Audience nya.... beranekaragam... high school, ada university...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 14 December 2012, 09:16:29 PM
bila tidak ada lupa,
maka tidak ada mengingat,

bila tidak ada palsu,
maka tidak ada asli,

bila tidak ada kosong,
maka tidak ada isi.

hahaha....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 09:21:14 PM
Bukan begitu, Anda lebih banyak mengorek pribadi, itu tidak banyak gunanya menurut saya.

Bolehka aku  bertanya pengalaman pribadi bro mencapai Sunyata ?

Ilustrasi:
Jika saya jawab pertanyaan Anda, misalnya ujung-ujungnya Anda akan tanya apa saya sudah Arahat atau Bodhisattva tingkat sekian (dalam Mahayana), kalau saya jawab "YA" akan mengundang banyak polemik (debat tak berkesudahan dan menguras energi), kalau saya jawab "TIDAK" saya juga bisa jadi berbohong/musavada (bilamana saya sudah mencapai taraf tersebut).

Sesama umat, dan kalau anda bukan Bhiku, share tentang pencapaian tingkat kesucian adalah boleh2 aja....

Bisa paham 'kan posisi saya?
Tidak bisa, karna cumi banyak sekali pertanyaan belum dijawab...keingin tahuan cumi amat tinggi

Jadi mohon jangan terus memaksa.
cumi sangat ulet mencari jawaban....tidak gampang menyerah...

Kalau untuk +1 saya ucapkan terima kasih.  :)

Raja Milinda dan Nagasena beda, mereka masih bicara dalam konteks sama, dan sang raja tidak mengorek-ngorek pencapaian Nagasena.
Boleh Anda kutip satu bagian saja, dan tunjukkan kalau mereka bicara acak seperti yang saya dan Anda bicarakan (karena setahu saya dialog mereka berdua cukup berkesinambungan/'nyambung' satu sama lain).
apakah bro udah pernah baca Milinda Panha ?

Oke, salam dharma.  _/\_
seorang guru memiliki kesabaran yg tinggi dlm hal mengajar... serta dpt memotivasi muridnya utk belajar...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 14 December 2012, 09:21:42 PM
bila tidak ada lupa,
maka tidak ada mengingat,

bila tidak ada palsu,
maka tidak ada asli,

bila tidak ada kosong,
maka tidak ada isi.

hahaha....
bila tidak ada duit, maka tidak ada makan....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 09:22:08 PM
bila tidak ada lupa,
maka tidak ada mengingat,

bila tidak ada palsu,
maka tidak ada asli,

bila tidak ada kosong,
maka tidak ada isi.

hahaha....

apakah bermanfaat mengetahui hal2 diatas ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 09:24:03 PM
bila tidak ada duit, maka tidak ada makan....
ini tambah ngawur......

sebelum duit ditemukan (baca :bank note),... manusia udah makan beratus-ratus tahun yg lalu....
mereka BARTER....ahhh bro william ini.... buat aku tambah PUSING aja... otak ku jadi KOSONG DEHHH :'( :'( :'( :'(
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 09:28:05 PM
sepertnya thead master Sunya ini belum menyinggung inti2 dari sutta2....

sebabnya dewa kumis gak muncul disini.... berarti tulisan master Sunya belum mengena...

 _/\_ ;D

apakah begitu ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 14 December 2012, 09:33:15 PM
apakah bermanfaat mengetahui hal2 diatas ?

karena sadar manusia bisa lupa,
manusia mencari cara untuk menyimpan ingatan dalam bentuk catatan, foto, dan dokumentasi lainnya

karena mengetahui perbedaan asli dan palsu,
ada orang yang bekerja sebagai penilai keaslian suatu benda

banyak benda bermanfaat yang diciptakan  oleh manusia setelah mengetahui kondisi kosong dan isi
antara lain

pressure tank
ban
balon udara
angklung
gendang
dan masih banyak lagi

hahaha.....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 14 December 2012, 09:34:41 PM
karena sadar manusia bisa lupa,
manusia mencari cara untuk menyimpan ingatan dalam bentuk catatan, foto, dan dokumentasi lainnya

karena mengetahui perbedaan asli dan palsu,
ada orang yang bekerja sebagai penilai keaslian suatu benda

banyak benda bermanfaat yang diciptakan  oleh manusia setelah mengetahui kondisi kosong dan isi
antara lain

pressure tank
ban
balon udara
angklung
gendang
dan masih banyak lagi

hahaha.....

bro leaner.. disini membahas... kosong = isi
isi = kosong.....

jadi bro udah isi atau masih kosong ? mohon melapor pada master sunya...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 14 December 2012, 09:37:44 PM
ini tambah ngawur......

sebelum duit ditemukan (baca :bank note),... manusia udah makan beratus-ratus tahun yg lalu....
mereka BARTER....ahhh bro william ini.... buat aku tambah PUSING aja... otak ku jadi KOSONG DEHHH :'( :'( :'( :'(
:))
kenapa harus sedih bro??
bingung=paham
kosong=isi
sedih=senang...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 14 December 2012, 09:42:39 PM
bro leaner.. disini membahas... kosong = isi
isi = kosong.....

jadi bro udah isi atau masih kosong ? mohon melapor pada master sunya...
saya masih banyak kosongnya,
masih minta diisi,

autoclaved aerated concrete dibuat dengan memberikan banyak sekali ruang kosong kedalam adukan beton lho!!!

justru karena ada yang kosong baru kantong bisa diisi

hahaha...........
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 15 December 2012, 06:04:25 AM
Quote
14-12-3012 MS : and I have read Sunya's thread until page 6, but sorry I still don't understand  [at]  [at] "

master sunya, kenapa tidak dibuat mudah mengerti aja ?.... tuh salah satu member yg gak ngerti apa yg dijelaskan master...

kalau bisa dibuat mengerti pada page1, kenapa lama2 ? apa tujuan dan alasannya ?

 :o :o :o ;D

Quote
Jadi topik ini fokus pada esensi kalimat "kosong = isi, isi = kosong", bukan kevalidan secara konvensional, historis literatur, dsb.
dimana FOKUS nya, koq gw gak kelihatan sama sekali ? apakah master masih belum tepat janji dln fokus nya ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 15 December 2012, 06:23:35 AM
Quote
Milinda Panha page 38 :

“What, Nàgasena, is the characteristic mark of
reasoning; and what the mark of wisdom?”
 “Taking hold is the mark of reasoning, cutting off is
the mark of wisdom.”
 “Give me an illustration.”
 “How do barley reapers reap the barley?”
 “They grasp the barley into a bunch with the left
hand and, with a sickle in the right hand, they cut the
barley.”
 “Just so, O king, the recluse takes hold of his mind
with reasoning and cuts of the defilements with wisdom.”

menurut master harus banyak baca,... tapi kalau udah baca tidak mengerti gimana ? bukankah pengertian dan ingat apa yg dibaca jauh lebih penting lagi ?

coba master Sunya dpt menjelaskan apa arti dari cerita diatas dlm bahasa Indonesia yg sederhana sehingga member dpt mengerti ? ok sy tunggu....

-------------
master Sunya, apakah itu IKKI, beri ilustrasi !
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 15 December 2012, 12:13:31 PM
Bukan begitu, Anda lebih banyak mengorek pribadi, itu tidak banyak gunanya menurut saya.

Ilustrasi:
Jika saya jawab pertanyaan Anda, misalnya ujung-ujungnya Anda akan tanya apa saya sudah Arahat atau Bodhisattva tingkat sekian (dalam Mahayana), kalau saya jawab "YA" akan mengundang banyak polemik (debat tak berkesudahan dan menguras energi), kalau saya jawab "TIDAK" saya juga bisa jadi berbohong/musavada (bilamana saya sudah mencapai taraf tersebut).


Bisa paham 'kan posisi saya?

Jadi mohon jangan terus memaksa.

Oke, salam dharma.  _/\_

bold, maaf mau tanya ulang, ini ilustrasi atau kenyataan !
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 15 December 2012, 12:40:09 PM
bold, maaf mau tanya ulang, ini ilustrasi atau kenyataan !

Quote
Ilustrasi:

Jika saya jawab pertanyaan Anda, misalnya ujung-ujungnya Anda akan tanya apa saya sudah Arahat atau Bodhisattva tingkat sekian (dalam Mahayana), kalau saya jawab "YA" akan mengundang banyak polemik (debat tak berkesudahan dan menguras energi), kalau saya jawab "TIDAK" saya juga bisa jadi berbohong/musavada (bilamana saya sudah mencapai taraf tersebut).

sptnya bro Sunya ingin menrahasiakan sesuatu....  :'( :'(

kenapa berdebat aja bisa menguras banyak energy ? bagi org lain berdebat adalah suatu rekreasi koq....

tinggal dijawab aja dgn jujur. apa adanya...
kalau memang seseorang arahat, yg ngaku aja apa salahnya... :P :P

Quote
Bisa paham 'kan posisi saya?

Jadi mohon jangan terus memaksa.
belum bisa mengerti.. dan sy akan ulet bertanya lagi..dilain kesempatan.. n waktu.. :P :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: kullatiro on 15 December 2012, 03:46:44 PM
ehm, rekening bank wa boleh loh di isi sebanyak apa pun oleh uang indonesia yang asli apalagi pecahan 100.000,- pasti deh bank wa terima tidak bakal di tolak dan selalu bisa di isi untuk mata uang indonesia yang pecahan 100.000,-.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 15 December 2012, 06:17:56 PM
ehm, rekening bank wa boleh loh di isi sebanyak apa pun oleh uang indonesia yang asli apalagi pecahan 100.000,- pasti deh bank wa terima tidak bakal di tolak dan selalu bisa di isi untuk mata uang indonesia yang pecahan 100.000,-.
dari pada disini atau tidak... gimana kalau cetak sendiri aja.....

husss bro diamond,... nih lagi serius bahan SUNYATA... koq bro malah mengalihkan ke soal BANK...

mohon penjelasan dari master sunya,... jangan cuci tangan terus kabur ya... ;D ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 15 December 2012, 07:06:52 PM
Bolehka aku  bertanya pengalaman pribadi bro mencapai Sunyata ?

Sesama umat, dan kalau anda bukan Bhiku, share tentang pencapaian tingkat kesucian adalah boleh2 aja....

Tidak bisa, karna cumi banyak sekali pertanyaan belum dijawab...keingin tahuan cumi amat tinggi

cumi sangat ulet mencari jawaban....tidak gampang menyerah...

apakah bro udah pernah baca Milinda Panha ?

seorang guru memiliki kesabaran yg tinggi dlm hal mengajar... serta dpt memotivasi muridnya utk belajar...

Pengalaman spiritual boleh saja dibagi, tapi bukan di topik ini (sudah saya sebutkan, buatlah thread tersendiri).
Pencapaian untuk apa dibicarakan? Untuk ajang pamer atau ada manfaat lain?

Sudah baca, mau tanya bagian apa?

Ya, saya berusaha sebaik mungkin, semoga Anda juga begitu. Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 15 December 2012, 07:13:39 PM
master sunya, kenapa tidak dibuat mudah mengerti aja ?.... tuh salah satu member yg gak ngerti apa yg dijelaskan master...

kalau bisa dibuat mengerti pada page1, kenapa lama2 ? apa tujuan dan alasannya ?

 :o :o :o ;D
dimana FOKUS nya, koq gw gak kelihatan sama sekali ? apakah master masih belum tepat janji dln fokus nya ?

Kalau sekolah bisa dibuat satu hari selesai, kenapa harus bertahun-tahun? Apa Anda bisa menyelesaikan pelajaran dari SD hingga kuliah hanya dalam waktu satu malam?

Saya selalu fokus pada apa yang saya kerjakan. Bagaimana dengan Anda, sudahkah Anda baca saran saya untuk lebih komunikatif daripada sekedar mengulang pertanyaan sama dan acak? Bisakah Anda introspektif dan kontemplatif?

 _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 15 December 2012, 07:18:39 PM
menurut master harus banyak baca,... tapi kalau udah baca tidak mengerti gimana ? bukankah pengertian dan ingat apa yg dibaca jauh lebih penting lagi ?

coba master Sunya dpt menjelaskan apa arti dari cerita diatas dlm bahasa Indonesia yg sederhana sehingga member dpt mengerti ? ok sy tunggu....

-------------
master Sunya, apakah itu IKKI, beri ilustrasi !

Memang pengertian itu yang penting, bukan sekedar baca dan hafal.

Coba baca terjemahannya disini: http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/milinda-panha/

Bila belum paham, silakan tanyakan bagian mana yang tidak paham.

Salam. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 15 December 2012, 07:29:12 PM
bold, maaf mau tanya ulang, ini ilustrasi atau kenyataan !

Maksudnya? Dalam ilustrasi itu terkandung pertanyaan dan dua alternatif jawaban; ya dan tidak. Tentu Anda bukan bertanya jawabannya 'kan? Sebab dalam ilustrasi tersebut juga, sudah dijelaskan bahwa saya enggan membahas hal tersebut, kecuali bila Anda bisa menunjukkan manfaatnya dimana.

Bila jawabannya; belajar dari Arahat dan/atau Bodhisattva lebih meyakinkan pencapaian spiritualnya, saya jawab belum tentu, karena semua tergantung diri sendiri. Sebagai bukti, tidak semua murid Sang Buddha 'sukses' (dalam artian mencapai minimal sottapanna dan setingkatnya dalam aliran lain).

Jadi sejauh ini saya belum menilai ada manfaat dari membeberkan tingkat/tahap spiritual seseorang, karena lebih baik (prinsip saya); ehipassiko saja (lihat, datang, buktikan). Semoga memuaskan Anda jawaban ini.

Semoga sukses dan bahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 15 December 2012, 07:39:40 PM
sptnya bro Sunya ingin menrahasiakan sesuatu....  :'( :'(

kenapa berdebat aja bisa menguras banyak energy ? bagi org lain berdebat adalah suatu rekreasi koq....

tinggal dijawab aja dgn jujur. apa adanya...
kalau memang seseorang arahat, yg ngaku aja apa salahnya... :P :P
belum bisa mengerti.. dan sy akan ulet bertanya lagi..dilain kesempatan.. n waktu.. :P :P

Semua dari kita (all of us) saya yakin, punya kehidupan yang harus dijalani, selain hanya beraktivitas di Dhammacitta (dan dunia maya pada umumnya). Saya pribadi, punya keterbatasan waktu dan perhatian untuk melihat dan membalas pesan-pesan dari saudara-saudari sekalian. Jadi bila terlalu panjang atau berbelit-belit/bertele-tele, maka (lewat postingan ini juga saya sampaikan) mungkin tidak akan saya jawab/layani (maaf).

Jadi budayakan diskusi dan komunikasi yang singkat, bermanfaat, serta tidak menambah lobha, dosa dan moha. Demikian menurut saya baiknya.

Bagaimana? Semoga Anda berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 15 December 2012, 09:43:17 PM
mungkin bro Sunya bukan mahayanis tulen... jadi gak bisa menjawab dgn tepat,
maka dari itu saya berikan kesempatan kedua dlm pemikiran Theravada:

Quote
Kira-kira pada abad ke-2 M, Mahayana barulah didefinisikan secara jelas. Nagarjuna mengembangkan filosofi “kekosongan” Mahayana dan membuktikan bahwa segala sesuatunya adalah “Kosong” dalam buku kecil “Madhyamika-karika”.

1. Bila di dlm buku kecil Madhyamika-karika (Mahayana) membahas SUNYATA,
    di sutta apakah Theravada membahas tentang SUNYATA ? beri 3 contoh !

2. Bagaimana hubungan/arti SUNYATA dengan tiga corak umum yg dibicarakan dalam Theravada ?

3. Adakah manfaat tambahan mengetahui SUNYATA dari tiga corak umum yg telah diketahui ? beri ilustrasi...

Kalau bro Sunya memang memiliki hati seorang guru, tentu dgn senang hati menjawab pertanyaan diatas...

 _/\_ :P :P

Quote
Coba baca terjemahannya disini: http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/milinda-panha/
ini namanya jago copas....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 16 December 2012, 12:31:38 AM
pada sebuah wadah kaleng yang kosong,
bagaimanakah bentuk kekosongan yang terdapat dalam kaleng?
kekosongan di dalam kaleng adalah mengikuti bentuk bagian dalam kaleng

apakah bentuk kaleng sama dengan bentuk kekosongan di dalam kaleng?
tidak!!
karena bentuk kaleng adalah tabung silinder yang kosong pada bagian dalamnya,
sedangkan bentuk kekosongan di dalam kaleng adalah silinder pejal yang terisi penuh oleh ruang kosong.

apakah bila bagian dalam kaleng tidak berisi kekosongan, kaleng itu dapat disebut kaleng?
benda demikian dinamakan silinder saja

hahaha.....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 16 December 2012, 12:59:57 AM
Wowww..koh cumi lg debat nih.. ;D dengerin ahh..maklum pengertian dan ilmu agama saya masih cetek.. ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 16 December 2012, 06:42:06 AM
pada sebuah wadah kaleng yang kosong,
bagaimanakah bentuk kekosongan yang terdapat dalam kaleng?
kekosongan di dalam kaleng adalah mengikuti bentuk bagian dalam kaleng

apakah bentuk kaleng sama dengan bentuk kekosongan di dalam kaleng?
tidak!!
karena bentuk kaleng adalah tabung silinder yang kosong pada bagian dalamnya,
sedangkan bentuk kekosongan di dalam kaleng adalah silinder pejal yang terisi penuh oleh ruang kosong.

apakah bila bagian dalam kaleng tidak berisi kekosongan, kaleng itu dapat disebut kaleng?
benda demikian dinamakan silinder saja

hahaha.....
1 pembahasan sebaiknya dimulai dari sebuah sutta
2 ilustrasikan arti dari sutta tsb dgn perngertian anda
3 terapkan ilustrasi anda pada kehidupan sehari-hari
4 beri konklusi kalau penerapan tsb memberikan manfaat yg baik bagi kehidupan...

disini membahas SUNYATA dlm Buddhist, bukan KALENG KOSONG
disini bukan membahas kebenaran konventional....atau fisika...... (tapi bisa dipakai utk pelengkap aja)..

silahkan coba lagi... _/\_ :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 16 December 2012, 06:48:47 AM
Maksudnya? Dalam ilustrasi itu terkandung pertanyaan dan dua alternatif jawaban; ya dan tidak. Tentu Anda bukan bertanya jawabannya 'kan? Sebab dalam ilustrasi tersebut juga, sudah dijelaskan bahwa saya enggan membahas hal tersebut, kecuali bila Anda bisa menunjukkan manfaatnya dimana.

seperti Buddha Gotama mengutuskan 60 Arahat utk berjalan ke semua arah demi manfaat dan kesejahteraan bagi mahluk manusia dan para dewa.

Quote
Bila jawabannya; belajar dari Arahat dan/atau Bodhisattva lebih meyakinkan pencapaian spiritualnya, saya jawab belum tentu

jika anda berhasil menjadi bodisatva, saya tidak perlu jawabannya.

Quote
, karena semua tergantung diri sendiri. Sebagai bukti, tidak semua murid Sang Buddha 'sukses' (dalam artian mencapai minimal sottapanna dan setingkatnya dalam aliran lain).

Jadi sejauh ini saya belum menilai ada manfaat dari membeberkan tingkat/tahap spiritual seseorang, karena lebih baik (prinsip saya); ehipassiko saja (lihat, datang, buktikan). Semoga memuaskan Anda jawaban ini.

Semoga sukses dan bahagia.  _/\_

tentunya masih belum puas, dan diputar2  ???, jawaban hanya ya atau tidak
apalagi tidak menyebutkan pencapaian tingkat spritual anda.
Title: how to apply emptiness into REAL LIFE ?
Post by: cumi polos on 16 December 2012, 06:55:56 AM
(http://www.gooduniverse.ca/blog1/wp-content/uploads/2012/05/Buddhist-auto-repair.png)

apakah anda akan puas dan merasa senang dgn PELAYANAN Buddhist auto repair ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunyata on 16 December 2012, 07:41:17 AM
Culasunnata Sutta, Mahāsunnata Sutta, dll. Coba om cumi cari di Sunnata Vagga. Mungkin masih ada.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 16 December 2012, 07:44:04 AM
Culasunnata Sutta, Mahāsunnata Sutta, dll. Coba om cumi cari di Sunnata Vagga. Mungkin masih ada.

master sunya, coba tampilkan bagian yg dimaksud, serta penjelasannya... supaya member2 disini TERPUASKAN...


Quote
adi : tentunya masih belum puas, dan diputar2
sabar dikit ya... lagi di process sama master sunya
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunyata on 16 December 2012, 08:11:55 AM
Maaf, om. Tapi saya 'Sunyata', bukan 'Sunya'. Jadi, beda orang. :|
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 16 December 2012, 08:20:32 AM
Maaf, om. Tapi saya 'Sunyata', bukan 'Sunya'. Jadi, beda orang. :|
trims atas koreksinya, bro SUNYATA.... silahkan tancap...
dan mohon maaf, atas kesalahan tsb...  :x
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 16 December 2012, 08:52:14 AM
Salut..pada dalam2 ajaran buddhanya..nambah ilmu utk saya nih.. :x
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 16 December 2012, 12:48:26 PM
Salut..pada dalam2 ajaran buddhanya..nambah ilmu utk saya nih.. :x
hati-hati, jangan sampai tertipu...
ada yang sengaja menggunakan bahasa yang ribet untuk membuat orang beranggapan ilmunya dalem...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 16 December 2012, 12:53:49 PM
hati-hati, jangan sampai tertipu...
ada yang sengaja menggunakan bahasa yang ribet untuk membuat orang beranggapan ilmunya dalem...
sy sangat tidak suka bahasa ribEt,... maupun manusia ribet.. :o :P ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 16 December 2012, 01:14:07 PM
mungkin bro Sunya bukan mahayanis tulen... jadi gak bisa menjawab dgn tepat,
maka dari itu saya berikan kesempatan kedua dlm pemikiran Theravada:

1. Bila di dlm buku kecil Madhyamika-karika (Mahayana) membahas SUNYATA,
    di sutta apakah Theravada membahas tentang SUNYATA ? beri 3 contoh !

2. Bagaimana hubungan/arti SUNYATA dengan tiga corak umum yg dibicarakan dalam Theravada ?

3. Adakah manfaat tambahan mengetahui SUNYATA dari tiga corak umum yg telah diketahui ? beri ilustrasi...

Kalau bro Sunya memang memiliki hati seorang guru, tentu dgn senang hati menjawab pertanyaan diatas...

 _/\_ :P :P
ini namanya jago copas....

Saya tidak membedakan aliran.

Saya juga tidak berurusan dengan aliran mana pun (yang mana adalah buatan manusia, bukan Buddha).

Saya kira juga pernyataan dan pertanyaan Anda kurang tepat (salah ruang) sehubungan thread ini sudah di ruang Mahayana.

Semoga menjawab. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 16 December 2012, 01:18:54 PM
1 pembahasan sebaiknya dimulai dari sebuah sutta
2 ilustrasikan arti dari sutta tsb dgn perngertian anda
3 terapkan ilustrasi anda pada kehidupan sehari-hari
4 beri konklusi kalau penerapan tsb memberikan manfaat yg baik bagi kehidupan...

disini membahas SUNYATA dlm Buddhist, bukan KALENG KOSONG
disini bukan membahas kebenaran konventional....atau fisika...... (tapi bisa dipakai utk pelengkap aja)..

silahkan coba lagi... _/\_ :P

:)

Sutta-minded.  :-[
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 16 December 2012, 01:32:00 PM
seperti Buddha Gotama mengutuskan 60 Arahat utk berjalan ke semua arah demi manfaat dan kesejahteraan bagi mahluk manusia dan para dewa.

jika anda berhasil menjadi bodisatva, saya tidak perlu jawabannya.

tentunya masih belum puas, dan diputar2  ???, jawaban hanya ya atau tidak
apalagi tidak menyebutkan pencapaian tingkat spritual anda.

Hubungannya dengan pengakuan diri bahwa ia adalah arahat?
Tentu Anda mengerti komparasi, dalam contoh di atas Anda memberikan tulisan bahwa seorang Suci mengutus murid-Nya, yang Arahat.
Sedangkan yang kita bicarakan adalah seorang yang mengaku atau tidak mengaku bahwa dia suci.
Jadi dua hal di atas sangat tidak berkorelasi (kecuali tentunya hanya predikat arahat yang Anda bawa/kutip).

Anda yang sibuk berputar, sementara saya hanya diam tentram disini. Bila Anda masih menanyakan pencapaian spiritual, tentu tidak* jawabannya.

*Kecuali dalam kondisi dan kasus tertentu.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 16 December 2012, 02:11:09 PM
Saya tidak membedakan aliran.

Saya juga tidak berurusan dengan aliran mana pun (yang mana adalah buatan manusia, bukan Buddha).

Saya kira juga pernyataan dan pertanyaan Anda kurang tepat (salah ruang) sehubungan thread ini sudah di ruang Mahayana.

Semoga menjawab. :)

urusannya adalah master sunya belum mau menjawab pertanyaan cumi... kenapa begitu ? apakah master memiliki kwalitas seorang guru atau tidak ? mohon transparansinya...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 16 December 2012, 02:12:31 PM
Hubungannya dengan pengakuan diri bahwa ia adalah arahat?
Tentu Anda mengerti komparasi, dalam contoh di atas Anda memberikan tulisan bahwa seorang Suci mengutus murid-Nya, yang Arahat.
Sedangkan yang kita bicarakan adalah seorang yang mengaku atau tidak mengaku bahwa dia suci.
Jadi dua hal di atas sangat tidak berkorelasi (kecuali tentunya hanya predikat arahat yang Anda bawa/kutip).

Anda yang sibuk berputar, sementara saya hanya diam tentram disini. Bila Anda masih menanyakan pencapaian spiritual, tentu tidak* jawabannya.

*Kecuali dalam kondisi dan kasus tertentu.

pertanyaan apakah master sunya telah mencapai arahat... 1 iya udah, 2 tidak belum

begitu aja dibuat jadi KOLAM BELUT...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 16 December 2012, 02:13:48 PM
:)

Sutta-minded.  :-[
ahh sutta cuma jadi pengantar aja.... tidak ada salahnya mengutip dari sutta,.. karna itu pun ajaran dari Buddha...
dari pada gaya belut yg lincin tuhhh...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 16 December 2012, 02:16:12 PM
Saya tidak membedakan aliran.

Saya juga tidak berurusan dengan aliran mana pun (yang mana adalah buatan manusia, bukan Buddha).

Saya kira juga pernyataan dan pertanyaan Anda kurang tepat (salah ruang) sehubungan thread ini sudah di ruang Mahayana.

Semoga menjawab. :)

ada pertanyaan ya dijawab aja,.. koq jadi ruang tidak tepat, kurang tepat, belum tepat...ahhh kapan tepatnya master... jangan begitu tohhhh.... mengenai aliran...ya sptnya aliran belut tuhhh.... :'( :'( :'( :'(
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 16 December 2012, 06:36:14 PM
ada pertanyaan ya dijawab aja,.. koq jadi ruang tidak tepat, kurang tepat, belum tepat...ahhh kapan tepatnya master... jangan begitu tohhhh.... mengenai aliran...ya sptnya aliran belut tuhhh.... :'( :'( :'( :'(
Cup..cup..cup..koh..jgn nangis..udah gede..malu ma cewek2 disini..apa kata dunia klo sampe nangis di forum :whistle:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 16 December 2012, 08:31:25 PM
urusannya adalah master sunya belum mau menjawab pertanyaan cumi... kenapa begitu ? apakah master memiliki kwalitas seorang guru atau tidak ? mohon transparansinya...

Maaf, Anda ini agak bebal atau bagaimana? Bukankah sudah dijelaskan bahwa Anda kurang konsisten dan kurang bisa mengikuti alur diskusi dengan baik, apa Anda belum paham juga? Anda lebih baik banyak membaca dan mendengar, itu lebih bermanfaat dari sekedar bertanya acak yang kurang jelas arah, manfaat, motif dan tujuannya.

Jika postingan ini belum dipahami juga, mungkin Anda belum cocok belajar ajaran Buddha.

Salam. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 16 December 2012, 08:41:00 PM
pertanyaan apakah master sunya telah mencapai arahat... 1 iya udah, 2 tidak belum

begitu aja dibuat jadi KOLAM BELUT...

ahh sutta cuma jadi pengantar aja.... tidak ada salahnya mengutip dari sutta,.. karna itu pun ajaran dari Buddha...
dari pada gaya belut yg lincin tuhhh...

Nah, ini bukti bahwa Anda terus-terusan mengulang pertanyaan sama.

Anda tidak bisa memaksa seseorang untuk terus mengikuti keinginan Anda, sadarkah Anda?

Saya sudah cukup mentolerir menjawab sejumlah pertanyaan Anda, apa itu belum cukup? Sejauh mana pertanyaan itu memberi manfaat? Saya sudah menanyakan hal ini beberapa kali, namun Anda bukannya memberi jawaban tapi malah terus mencecar (bertanya) pertanyaan yang sama. Jadi ini diskusi dua arah atau berupa dengar pendapat dan pertanyaan Anda (Cumi)?

Belum dipahami?

Salam bahagia dan damai penuh kasih.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 16 December 2012, 08:41:43 PM
Maaf, Anda ini agak bebal atau bagaimana? Bukankah sudah dijelaskan bahwa Anda kurang konsisten dan kurang bisa mengikuti alur diskusi dengan baik, apa Anda belum paham juga? Anda lebih baik banyak membaca dan mendengar, itu lebih bermanfaat dari sekedar bertanya acak yang kurang jelas arah, manfaat, motif dan tujuannya.

Jika postingan ini belum dipahami juga, mungkin Anda belum cocok belajar ajaran Buddha.

Salam. :)

apakah ada batasan intelejensi dalam mempelajari ajaran buddha?
kalau memang demikian kasihanilah saudara2 kita yang terlahir kurang beruntung,
mereka tidak akan dapat memperbaiki karma mereka karena belum cocok belajar ajaran buddha

seorang guru tidak diwajibkan untuk menjadi pintar sekali, tetapi harus bijak

hahaha...........

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 16 December 2012, 08:51:44 PM
ada pertanyaan ya dijawab aja,.. koq jadi ruang tidak tepat, kurang tepat, belum tepat...ahhh kapan tepatnya master... jangan begitu tohhhh.... mengenai aliran...ya sptnya aliran belut tuhhh.... :'( :'( :'( :'(

Memang belum/tidak/kurang tepat. Ini aturan forum, bukan aturan saya atau Anda.  :(

Apakah belut menganalogikan bahwa saya menghindari pertanyaan Anda?

Bagaimana dengan sikap Anda yang selalu mengabaikan/melewatkan jawaban saya untuk pertanyaan Anda? Sekian banyak saya menulis, berharap Anda bisa mengikuti dari perumpamaan dan contoh yang saya buat, Anda malah bertanya melompat-lompat ke berbagai topik lain. Apa itu bisa disebut belut, atau mungkin kodok? Apa kera lebih tepat (liarnya pikiran dalam Buddha Dharma sering dianalogikan seperti kera)? Maaf.

Jadi salah belut atau kodok? Cumi atau...?   ::)

Semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 16 December 2012, 09:03:56 PM
apakah ada batasan intelejensi dalam mempelajari ajaran buddha?
kalau memang demikian kasihanilah saudara2 kita yang terlahir kurang beruntung,
mereka tidak akan dapat memperbaiki karma mereka karena belum cocok belajar ajaran buddha

seorang guru tidak diwajibkan untuk menjadi pintar sekali, tetapi harus bijak

hahaha...........

Entahlah, saya sudah memberi contoh dan perumpamaan yang mudah untuk diikuti, tapi masalahnya bukan diikuti malah melompat ke pertanyaan baru. Ini sudah beberapa kali terjadi, dan repot juga kalau diikuti pola bertanya/belajar demikian.  ^:)^

Walau begitu, saya tetap mengapresiasi keuletan dan semangat Sdr. Cumi dalam belajar. Saya berharap semangat demikian tetap dipertahankan dalam belajar dharma. Serta jangan kapok juga kalau saya atau siapa pun tidak melayani (menjawab), kita sama-sama belajar bahwa tidak semua keinginan kita dapat dipenuhi/diterima oleh dunia (siapa pun).

Oke, semoga semuanya bahagia.  _/\_
Title: Sutta-minded,.... (mohon jaga ucapan anda!)
Post by: cumi polos on 16 December 2012, 10:27:44 PM
:)

Sutta-minded.  :-[

Quote
Konsili Buddha Pertama (abad ke-5 SM)
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha wafat di bawah perlindungan raja Ajatasattu dari Kekaisaran Magadha, dan dikepalai oleh seorang rahib bernama Mahakassapa, di Rajagaha(sekarang disebut Rajgir). Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan Buddha (sutta (Buddha)) dan mengkodifikasikan hukum-hukum monastik (vinaya): Ananda, salah seorang murid utama Buddha dan saudara sepupunya, diundang untuk meresitasikan ajaran-ajaran Buddha, dan Upali, seorang murid lainnya, meresitasikan hukum-hukum vinaya. Ini kemudian menjadi dasar kanon Pali, yang telah menjadi teks rujukan dasar pada seluruh masa sejarah agama Buddha.

----------

1 Apakah pekerjaan 500 arahat termasuk Ananda dengan tujuan utama mengumpulkan ajaran ajaran yang telah di edarkan Buddha dan menyusunnya secara sistematis menjadi sutta tidak berguna (baca sutta minded).
2 Atau konsili pertama ada KOSONG/BOHONG belaka ?
3 sptnya master Sunya tidak menghargain kerja2 arahat utk menjadikan sutta. Apakah begitu ?

 :P :P :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 16 December 2012, 11:08:24 PM
yang penting adalah kosong dan isi...
sutta gak penting kali bro cumi!!

capedeh
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 16 December 2012, 11:13:51 PM
yang penting adalah kosong dan isi...
sutta gak penting kali bro cumi!!

capedeh
bila master sunya benar itu2 tidak penting,
maka kasihan banget bagian penerbitan buku, maupun
   manusia yg ulet menterjemahkan semua sutta2 tsb...
   juga donator yg mengeluarkan duitnya...

apakah begitu ? :'( :'(
boleh minta bantuan dewa kumis ?
Title: Re: Sutta-minded,.... (mohon jaga ucapan anda!)
Post by: Sunya on 17 December 2012, 06:40:44 AM
----------

1 Apakah pekerjaan 500 arahat termasuk Ananda dengan tujuan utama mengumpulkan ajaran ajaran yang telah di edarkan Buddha dan menyusunnya secara sistematis menjadi sutta tidak berguna (baca sutta minded).
2 Atau konsili pertama ada KOSONG/BOHONG belaka ?
3 sptnya master Sunya tidak menghargain kerja2 arahat utk menjadikan sutta. Apakah begitu ?

 :P :P :P

Adakah yang mengatakan begitu? Bukankah Anda sendiri yang berpersepsi demikian.

Sutta-minded itu maknanya Anda terlalu menitikberatkan pembelajaran tekstual, yang bahkan di Kalama Sutta sendiri sudah dikatakan; jangan percaya hanya karena desas-desus, kata kitab suci, kata orang yang dihormati/dijunjung, dst.

Jadi ketika Anda mencoba membawa berbagai ayat, buku kecil, tulisan orang terkenal, sutta dsb, mengecilkan unsur ehipassiko, maka sudah saatnya saya mengatakan: Sutta-Minded.

 _/\_

Coba lagi ya...  :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 17 December 2012, 06:45:40 AM
yang penting adalah kosong dan isi...
sutta gak penting kali bro cumi!!

capedeh

Bagi Anda penting?

Bagi saya malah bukan apa-apa.

Memangnya apa pentingnya kosong dan isi? Boleh dijelaskan?  :-?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 17 December 2012, 06:48:53 AM
bila master sunya benar itu2 tidak penting,
maka kasihan banget bagian penerbitan buku, maupun
   manusia yg ulet menterjemahkan semua sutta2 tsb...
   juga donator yg mengeluarkan duitnya...

apakah begitu ? :'( :'(
boleh minta bantuan dewa kumis ?

Apa Anda terburu-buru tersinggung karena keyakinan Anda pada buku-buku yang bahkan belum Anda buktikan itu?

Keyakinan ternyata bisa jadi bumerang? Baru saja orang lain mengatakan sutta-minded, pikiran Anda sudah lari kemana-mana.

Apa mungkin saya bisa dikeroyok beramai-ramai jika saya mengatakan ini di vihara Anda?   :-[
Title: buku-buku yang bahkan belum Anda buktikan....
Post by: cumi polos on 17 December 2012, 07:10:14 AM
Apa Anda terburu-buru tersinggung karena keyakinan Anda pada buku-buku yang bahkan belum Anda buktikan itu?

Keyakinan ternyata bisa jadi bumerang? Baru saja orang lain mengatakan sutta-minded, pikiran Anda sudah lari kemana-mana.

Apa mungkin saya bisa dikeroyok beramai-ramai jika saya mengatakan ini di vihara Anda?   :-[

Kalau master sunya melontarkan SUTTA-MINDED, pikiran cumi sih tidak lari kemana-mana....
cumi ingin bertanya lebih banyak lagi... :

1. apakah penerbit2 sutta2 Buddhist, spt DC PRESS tsb tidak bermanfaat ?
2. apakah donator utk DC PRESS juga tidak bermanfaat ?
3. apakah penterjemah dan semua yg cape2 bekerja utk DC PRESS juga tidak bermanfaat ?

utk point 1,2,3 spertinya master sunya berkata : buku2 tsb keyakinan pada BELUM ADA BUKTINYA...,
jadi buat apa capek2 dikirim kesemua daerah, perpustakaan maupun vihara ? buat apa ?

4. mohon masukan dan bagaimana memajukan agama Buddhist di Indonesia ini ?
5. adakah cara lain yg lebih baik dari pada mengirim bukut2 tsb secara gratis (SUTTA-MINDED) ?
6. apakah dgn mengirim banyak buku2 DC PRESS, maka umat Buddhist akan menjadi tambah Sutta-minded ?
7. bagaimana DC Press bisa bekerja lebih keras lagi, sehingga semua buku2 yg akan dikirim sudah dibuktikan dulu kebenarannya ?
8. bagaimana master sunya dapat membantu dalam point no. 7 ?

9. dari manakah anda belajar 4 kebenaran mulia ? dari sutta ? dari buku2 ? dari meditas...tiba2 mucul ? dari twiter ?


contoh pengiriman DC Press 2011: ShowHide


Laporan Project 6 - Samyutta Nikaya

Vipassana Graha
2 set buku
20 Maret 2011

Perpustakaan Wisma KusalaCitta
2 Set
23 Maret 2011

Perpustakaan Vihara Siripada
2 Set
26 Maret 2011

Vihara Vimala dharma - Dago Bandung
Ko Hay li - Bandung
3 set buku
29 Maret 2011

Perpus VVD
2 set
29 Maret 2011

Romo Cunda
1 set
29 Maret 2011

Vihara Punna Karya - Curug
2 Set
27 Maret 2011

Romo Pandita dr. Indra Dharma Hidayat
1 Set
27 Maret 2011

--- dan banyak lagi yg tidak di list disini...


Mohon dijawab pertanyaan diatas dgn singkat, jelas dan padat,,,, sehingga member2 disini tidak terperosok kedalam kubangan sutta-minded.... dan terima kasih banyak, master sunya memberikan masukan yg MENARIK SEKALI pagi ini...

 _/\_ :P :P

sunya: buku-buku yang bahkan belum Anda buktikan


Bagi Anda penting?

Bagi saya malah bukan apa-apa. (apakah utk level master sunya, sutta bukan apa2 lagi)

Memangnya apa pentingnya kosong dan isi? Boleh dijelaskan?  :-?
Title: Re: Sutta-minded,.... (mohon jaga ucapan anda!)
Post by: cumi polos on 17 December 2012, 07:39:50 AM
Adakah yang mengatakan begitu? Bukankah Anda sendiri yang berpersepsi demikian.

Sutta-minded itu maknanya Anda terlalu menitikberatkan pembelajaran tekstual, yang bahkan di Kalama Sutta sendiri sudah dikatakan; jangan percaya hanya karena desas-desus, kata kitab suci, kata orang yang dihormati/dijunjung, dst.

Jadi ketika Anda mencoba membawa berbagai ayat, buku kecil, tulisan orang terkenal, sutta dsb, mengecilkan unsur ehipassiko, maka sudah saatnya saya mengatakan: Sutta-Minded.

 _/\_

Coba lagi ya...  :)
menjadi menarik sekali, karna master sunya ini kali mengQUOTE sesuatu dari Kalama Sutta

ohhh cumi baru taoo kalau master senang juga mengintip-intip di sutta (Kalama Sutta)... hahaha .....

1, Bagaimana seorang guru mengatakan buat apa baca2 sutta tsb,
    tapi barusan berselang beberapa menit...
    sang guru malah meng QUOTE sesuatu dari sutta.
    Bukankah ini suatu kontradiksi ? akau guru boleh berbuat sesuka hati, murid cuma bengong ?
Title: sunyata = kosong = nihilism ?
Post by: cumi polos on 17 December 2012, 08:18:05 AM
berapa kali cumi ketemu pendeta agama tetangga,
  mereka mengatakan bahwa agama Buddha mengajarkan nihilsm, atman, dst2...

1. apa bedanya nihilsm dgn sunyata ?
2. apa artinya nihilsm dan atman ?
3. bagaimana menjelaskan sunyata dari sudut pandang seorang pendeta ?

mohon masukannya master sunya... ;D ;D
Title: Re: sunyata = kosong = nihilism ?
Post by: Hendra Tan on 17 December 2012, 08:57:50 AM
berapa kali cumi ketemu pendeta agama tetangga,
  mereka mengatakan bahwa agama Buddha mengajarkan nihilsm, atman, dst2...

1. apa bedanya nihilsm dgn sunyata ?
2. apa artinya nihilsm dan atman ?
3. bagaimana menjelaskan sunyata dari sudut pandang seorang pendeta ?

mohon masukannya master sunya... ;D ;D
Sama..saya jg pernah mengalami kejadian sama dgn yg ko cumi bilang ama guru agama(kebetulan saya dulu sekolah di sekolahan kr****n) dan guru agama saya selalu bilang agama buddha agama yg ribet, agama yg tdk bertuhan, agama yg tdk sebaik agama kr****n..dan waktu tahun 2005 saya masih kerja dikantoran..atasan saya punya mertua itu pendeta dan atasan saya selalu menyuruh saya pindah ke kr****n dgn iming2 "jikalau hati kita percaya bahwa ***** maka kita akan masuk sorga" dan iming2 lain seperti akan dinaikkannya gaji saya dan bla..bla..bla..bla..
Ada2 aja org kayak begitu..
Title: Re: sunyata = kosong = nihilism ?
Post by: cumi polos on 17 December 2012, 09:07:28 AM
Sama..saya jg pernah mengalami kejadian sama dgn yg ko cumi bilang ama guru agama(kebetulan saya dulu sekolah di sekolahan kr****n) dan guru agama saya selalu bilang agama buddha agama yg ribet, agama yg tdk bertuhan, agama yg tdk sebaik agama kr****n..dan waktu tahun 2005 saya masih kerja dikantoran..atasan saya punya mertua itu pendeta dan atasan saya selalu menyuruh saya pindah ke kr****n dgn iming2 "jikalau hati kita percaya bahwa ***** maka kita akan masuk sorga" dan iming2 lain seperti akan dinaikkannya gaji saya dan bla..bla..bla..bla..
Ada2 aja org kayak begitu..
oh bosnya bro masih baik deh mau naikan gainya....
tinggal bro bilang DIISI (gaji) dulu... baru diselamatkan....

menyogok supaya org pindah agama udah lama dilakukan....

back to topik..... sutta minded....= bukan sutta minded....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: khiong on 17 December 2012, 11:11:13 AM
 ;D.bingung = ngerti , ngerti = bingung..  Kosong = isi, isi= kosong,Barang kali master Cumi bisa menjelaskan dengan pemahamannya, Atau dengan istilah lain selain topik. ^:)^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 17 December 2012, 11:25:15 AM
;D.bingung = ngerti , ngerti = bingung..  Kosong = isi, isi= kosong,Barang kali master Cumi bisa menjelaskan dengan pemahamannya, Atau dengan istilah lain selain topik. ^:)^
sejak awal udah sy protest tentang judul nya yg dibuat.... tapi gak digubris.... apa boleh buat......
ohh kalau utk cumi sih udah tentu bisa menjelaskan dehhhhh..... :P


Quote
cumi : dok gimana nih... isteri gw udah ISI ?
dokter : hasil pemeriksa sih.... KOSONG = ISI, ISI = KOSONG,

cumi : dok tolonglah....ini anak pertama laki2 atau perempuan ?
dokter : perempuan = laki2, laki2 = perempuan...

cumi : mom... ayuk kita pulang aja... :'( :'( :'( :'(

suster : pak biaya pemeriksaannya 500rb....
cumi : nih amplot kosong = amplot isi...  8) 8) 8)
   sus mau kempalan tangan isi atau kempalan tangan kosong ?

gara2 isi=kosong, kosong=isi,...
  hari tsb suasana hati cumi pun sangat MERANA... :'( :'( :'( :'(

moral dari cerita diatas, gunakan isi=kosong, kosong=isi pada tempatnya dehhh
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: khiong on 17 December 2012, 11:59:08 AM
sejak awal udah sy protest tentang judul nya yg dibuat.... tapi gak digubris.... apa boleh buat......
ohh kalau utk cumi sih udah tentu bisa menjelaskan dehhhhh..... :P
:)) :)) :)) saya sudah mengerti.. jadi yang sesuai dengan sutta itu seperti apa ? kosong=......, isi=.....?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 17 December 2012, 11:59:47 AM
Quote
The greatest medicine is the emptiness of everything.
1 menurut master sunya apa arti kalimat diatas, beri ilustrasi utk umat awam !
2 apa manfaat mengerti kalimat diatas ? kasih contoh nyata, buktikan !

 :P :P
Title: korban kebingungan...
Post by: cumi polos on 17 December 2012, 12:26:11 PM
Quote
(dari salah satu member DC)

   sorry Bro, saya baru mulai belajar.. dari awal saya sudah bingung, bingung=ngerti, ngerti=bingung.. pemahaman saya adalah "tidak ada yang kekal" mungkin itu inti ajaran.


Emptiness in the Visuddhimagga

Tenāhu Porāṇā:
This was said by the Ancients:

Kammassa kārako natthi, vipākassa ca vedako,
There is no doer of the deed, or one who experiences the result,

Suddhadhammā pavattanti, ev’ etaṁ sammadassanaṁ.
There are just things that roll on, this is the true insight.

Evaṁ kamme vipāke ca, vattamāne sahetuke,
Thus, while deeds and results, together with their causes exist,

Bījarukkhādikānaṁ va, pubbā koṭi na nāyati,
Like seeds and trees and so on, a beginning cannot be discovered,

Anāgate pi saṁsāre appavattaṁ na dissati.
In the future round of birth and deaths an end to the round is not seen.

Etam-atthaṁ anaññāya titthiyā asayaṁvasī,
Because of not understanding this matter, the sectarians are (still) dependent,

Sattasaññaṁ gahetvāna, Sassatucchedadassino,
Having perceived a being, seeing Eternity or Annihilation,

Dvāsaṭṭhidiṭṭhiṁ gaṇhanti, aññamaññavirodhitā.
They grasp (one of the) sixty-two views, that contradict one another.

Diṭṭhibandhanabaddhā te, taṇhāsotena vuyhare,
They are bound to the bondage of views, carried away by the stream of craving,

Taṇhāsotena vuyhantā, na te dukkhā pamuccare.
While being carried away by the stream of craving, they are not free from craving.

Evam-etaṁ abhiññāya, bhikkhu Buddhassa sāvako,
Through deep knowledge, the monk, a disciple of the Buddha,

Gambhīraṁ nipuṇaṁ suññaṁ paccayaṁ paṭivijjhati.
Penetrates for himself the deep and subtle emptiness.

Kammaṁ natthi vipākamhi, pāko kamme na vijjati,
There is no deed in the result, no maturation in the deed is found,

Aññamaññaṁ ubho suññā, na ca kammaṁ vinā phalaṁ.
They are both mutually empty, though there is no fruit without the deed.

Yathā na sūriye aggi, na maṇimhi na gomaye,
Just as there is no fire in the sun, nor in the jewel or in cow-dung,

Na tesaṁ bahi so atthi, sambhārehi ca jāyati.
Nor is it outside of them, it arises because of the right conditions.

Tathā na anto kammassa vipāko upalabbhati,
Nor can a result be found within a deed,

Bahiddhā pi na kammassa, na kammaṁ tattha vijjati.
Nor outside of a deed, nor does the deed exist in that (result).

Phalena suññaṁ taṁ kammaṁ, phalaṁ kamme na vijjati,
The deed is empty of the fruit, the fruit does not exist in the deed,

Kammañ-ca kho upādāya, tato nibbattate phalaṁ.
Though it is derived from the deed, and from that the fruit is born.

Na hettha devo brahmā vā, saṁsārassatthikārako,
There is no god or supreme being who made the round of births and deaths exist,

Suddhadhammā pavattanti, hetusambhārapaccaya.
There are just things that roll on, conditioned by an accumulation of causes.

-------------

mohon bantuannya dari master sunya, apakah arti KOSONG dalam sutta diatas (Visuddhimagga)?
mohon dijelaskan pelan2 ya...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 17 December 2012, 12:32:55 PM
Mending minum kopi sambil nyimak nih tread aja krn pengetahuan ajaran sang buddha saya hlm dalam.. ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: khiong on 17 December 2012, 12:44:44 PM
Mending minum kopi sambil nyimak nih tread aja krn pengetahuan ajaran sang buddha saya hlm dalam.. ;D
Bro terjemahin donk,  ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 17 December 2012, 12:51:49 PM
Bagi Anda penting?

Bagi saya malah bukan apa-apa.

Memangnya apa pentingnya kosong dan isi? Boleh dijelaskan?  :-?
saking tidak pentingnya sampe harus dijelaskan panjang lebar hingga 13 page...
Title: Re: buku-buku yang bahkan belum Anda buktikan....
Post by: Sunya on 17 December 2012, 02:35:42 PM
Kalau master sunya melontarkan SUTTA-MINDED, pikiran cumi sih tidak lari kemana-mana....
cumi ingin bertanya lebih banyak lagi... :

1. apakah penerbit2 sutta2 Buddhist, spt DC PRESS tsb tidak bermanfaat ?
2. apakah donator utk DC PRESS juga tidak bermanfaat ?
3. apakah penterjemah dan semua yg cape2 bekerja utk DC PRESS juga tidak bermanfaat ?

utk point 1,2,3 spertinya master sunya berkata : buku2 tsb keyakinan pada BELUM ADA BUKTINYA...,
jadi buat apa capek2 dikirim kesemua daerah, perpustakaan maupun vihara ? buat apa ?

4. mohon masukan dan bagaimana memajukan agama Buddhist di Indonesia ini ?
5. adakah cara lain yg lebih baik dari pada mengirim bukut2 tsb secara gratis (SUTTA-MINDED) ?
6. apakah dgn mengirim banyak buku2 DC PRESS, maka umat Buddhist akan menjadi tambah Sutta-minded ?
7. bagaimana DC Press bisa bekerja lebih keras lagi, sehingga semua buku2 yg akan dikirim sudah dibuktikan dulu kebenarannya ?
8. bagaimana master sunya dapat membantu dalam point no. 7 ?

9. dari manakah anda belajar 4 kebenaran mulia ? dari sutta ? dari buku2 ? dari meditas...tiba2 mucul ? dari twiter ?


contoh pengiriman DC Press 2011: ShowHide


Laporan Project 6 - Samyutta Nikaya

Vipassana Graha
2 set buku
20 Maret 2011

Perpustakaan Wisma KusalaCitta
2 Set
23 Maret 2011

Perpustakaan Vihara Siripada
2 Set
26 Maret 2011

Vihara Vimala dharma - Dago Bandung
Ko Hay li - Bandung
3 set buku
29 Maret 2011

Perpus VVD
2 set
29 Maret 2011

Romo Cunda
1 set
29 Maret 2011

Vihara Punna Karya - Curug
2 Set
27 Maret 2011

Romo Pandita dr. Indra Dharma Hidayat
1 Set
27 Maret 2011

--- dan banyak lagi yg tidak di list disini...


Mohon dijawab pertanyaan diatas dgn singkat, jelas dan padat,,,, sehingga member2 disini tidak terperosok kedalam kubangan sutta-minded.... dan terima kasih banyak, master sunya memberikan masukan yg MENARIK SEKALI pagi ini...

 _/\_ :P :P

sunya: buku-buku yang bahkan belum Anda buktikan

Anda berkata pikiran tidak lari kemana-mana, tapi terus bertanya hal yang di luar topik.

Saya tidak berkata bermanfaat, pun tidak menjawab bahwa sutta tidak bermanfaat. Saya hanya sebut satu istilah; sutta-minded (yang maksudnya agar Anda mengambil jalan tengah, yaitu keseimbangan antara praktek dan teori/sutra), tapi ternyata Anda sangat melekat dengan sutta, dan seluruh pertanyaan Anda di atas seolah mau menerangkan bahwa sutta begitu penting bagi Anda. Biarlah begitu jika Anda maunya demikian. :)

Saya (sesuai pertanyaan Anda terakhir di atas) belajar 4 kebenaran mulia melalui pengalaman meditasi (penembusan langsung), bukan baca dari buku. Puas?

Jalan Tengah, itu dimana Anda seharusnya berada.

 _/\_
Title: Re: Sutta-minded,.... (mohon jaga ucapan anda!)
Post by: Sunya on 17 December 2012, 02:48:26 PM
menjadi menarik sekali, karna master sunya ini kali mengQUOTE sesuatu dari Kalama Sutta

ohhh cumi baru taoo kalau master senang juga mengintip-intip di sutta (Kalama Sutta)... hahaha .....

1, Bagaimana seorang guru mengatakan buat apa baca2 sutta tsb,
    tapi barusan berselang beberapa menit...
    sang guru malah meng QUOTE sesuatu dari sutta.
    Bukankah ini suatu kontradiksi ? akau guru boleh berbuat sesuka hati, murid cuma bengong ?

Apakah Anda senang bahwa obyek bacaan Anda dibawa juga sebagai kutipan? Apa ini semacam konfirmasi bahwa saya juga melekati sutta seperti halnya "seseorang" yang menjadikannya pedoman baku dalam hidup dan mati?  ;D

Tunjukkan dimana saya mengatakan "buat apa baca sutta." Saya hanya menulis "sutta-minded" dan ini jadi berbuntut panjang seperti ini. Indikasi fanatisme mungkin? :)

_/\_
Title: Re: sunyata = kosong = nihilism ?
Post by: Sunya on 17 December 2012, 02:51:25 PM
berapa kali cumi ketemu pendeta agama tetangga,
  mereka mengatakan bahwa agama Buddha mengajarkan nihilsm, atman, dst2...

1. apa bedanya nihilsm dgn sunyata ?
2. apa artinya nihilsm dan atman ?
3. bagaimana menjelaskan sunyata dari sudut pandang seorang pendeta ?

mohon masukannya master sunya... ;D ;D

Oke, ini nanti saya jawab (pertanyaan bagus). _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 17 December 2012, 02:54:03 PM
1 menurut master sunya apa arti kalimat diatas, beri ilustrasi utk umat awam !
2 apa manfaat mengerti kalimat diatas ? kasih contoh nyata, buktikan !

 :P :P

Di luar topik. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 17 December 2012, 02:59:05 PM
saking tidak pentingnya sampe harus dijelaskan panjang lebar hingga 13 page...

Saya bertanya dimana pentingnya kosong dan isi sesuai tulisan Anda sebelumnya, jawaban di atas sama sekali tidak relevan.

13 pages mengindikasikan sesuatu itu penting? Lalu berapa pages mengindikasikan sesuatu itu tidak penting?

 ::)

Budayakan berdiskusi yang sehat.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 17 December 2012, 03:13:39 PM
Saya bertanya dimana pentingnya kosong dan isi sesuai tulisan Anda sebelumnya, jawaban di atas sama sekali tidak relevan.

13 pages mengindikasikan sesuatu itu penting? Lalu berapa pages mengindikasikan sesuatu itu tidak penting?

 ::)

Budayakan berdiskusi yang sehat.  _/\_
tentu aja bukan hanya dari jumlah halaman, tapi dari bobot isi dalam tiap halamannya juga... ^-^

mungkin anda tidak mengerti sarkasme, tapi maksud yang saya quote:
Bagi Anda penting?

Bagi saya malah bukan apa-apa.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 17 December 2012, 05:26:31 PM
bro Sunya,
tolong jawab : apakah anda seorang Biksu ?
butuh jawaban : ya atau tidak ! tidak usah mutar2  ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 17 December 2012, 05:30:56 PM
Anda yang sibuk berputar, sementara saya hanya diam tentram disini. Bila Anda masih menanyakan pencapaian spiritual, tentu tidak* jawabannya.

*Kecuali dalam kondisi dan kasus tertentu.

bold :  maksudnya kondisi meditasi atau atau ada hal kondisi lainnya  .... ???
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 17 December 2012, 06:23:34 PM
bold :  maksudnya kondisi meditasi atau atau ada hal kondisi lainnya  .... ???


bisa juga kondisi yg tergantung tempat...
   spt di TOILET  atau GUNUNG ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 17 December 2012, 06:25:07 PM
bro Sunya,
tolong jawab : apakah anda seorang Biksu ?
butuh jawaban : ya atau tidak ! tidak usah mutar2  ;D

apakah master sunya :
1. biksu yg masih aktif
2. biksu yg udah lepas jubah
3. biksu yg udah pansiun
4. biksu yg udah lepas jubah dan udah MARRIED
5. dst dst...

(bisa biksu atau bhikuni juga lhooo)

dari pada jawaban ya atau tidak, bisa juga pilihan yg lebih akurat..
ya mana sih ? kalau puter2 yg pasti pusing lahhh
Title: Re: korban kebingungan...
Post by: cumi polos on 17 December 2012, 06:31:53 PM

Emptiness in the Visuddhimagga

Tenāhu Porāṇā:
This was said by the Ancients:

Kammassa kārako natthi, vipākassa ca vedako,
There is no doer of the deed, or one who experiences the result,

Suddhadhammā pavattanti, ev’ etaṁ sammadassanaṁ.
There are just things that roll on, this is the true insight.

Evaṁ kamme vipāke ca, vattamāne sahetuke,
Thus, while deeds and results, together with their causes exist,

Bījarukkhādikānaṁ va, pubbā koṭi na nāyati,
Like seeds and trees and so on, a beginning cannot be discovered,

Anāgate pi saṁsāre appavattaṁ na dissati.
In the future round of birth and deaths an end to the round is not seen.

Etam-atthaṁ anaññāya titthiyā asayaṁvasī,
Because of not understanding this matter, the sectarians are (still) dependent,

Sattasaññaṁ gahetvāna, Sassatucchedadassino,
Having perceived a being, seeing Eternity or Annihilation,

Dvāsaṭṭhidiṭṭhiṁ gaṇhanti, aññamaññavirodhitā.
They grasp (one of the) sixty-two views, that contradict one another.

Diṭṭhibandhanabaddhā te, taṇhāsotena vuyhare,
They are bound to the bondage of views, carried away by the stream of craving,

Taṇhāsotena vuyhantā, na te dukkhā pamuccare.
While being carried away by the stream of craving, they are not free from craving.

Evam-etaṁ abhiññāya, bhikkhu Buddhassa sāvako,
Through deep knowledge, the monk, a disciple of the Buddha,

Gambhīraṁ nipuṇaṁ suññaṁ paccayaṁ paṭivijjhati.
Penetrates for himself the deep and subtle emptiness.

Kammaṁ natthi vipākamhi, pāko kamme na vijjati,
There is no deed in the result, no maturation in the deed is found,

Aññamaññaṁ ubho suññā, na ca kammaṁ vinā phalaṁ.
They are both mutually empty, though there is no fruit without the deed.

Yathā na sūriye aggi, na maṇimhi na gomaye,
Just as there is no fire in the sun, nor in the jewel or in cow-dung,

Na tesaṁ bahi so atthi, sambhārehi ca jāyati.
Nor is it outside of them, it arises because of the right conditions.

Tathā na anto kammassa vipāko upalabbhati,
Nor can a result be found within a deed,

Bahiddhā pi na kammassa, na kammaṁ tattha vijjati.
Nor outside of a deed, nor does the deed exist in that (result).

Phalena suññaṁ taṁ kammaṁ, phalaṁ kamme na vijjati,
The deed is empty of the fruit, the fruit does not exist in the deed,

Kammañ-ca kho upādāya, tato nibbattate phalaṁ.
Though it is derived from the deed, and from that the fruit is born.

Na hettha devo brahmā vā, saṁsārassatthikārako,
There is no god or supreme being who made the round of births and deaths exist,

Suddhadhammā pavattanti, hetusambhārapaccaya.
There are just things that roll on, conditioned by an accumulation of causes.

-------------

mohon bantuannya dari master sunya, apakah arti KOSONG dalam sutta diatas (Visuddhimagga)?
mohon dijelaskan pelan2 ya...

Di luar topik. :)

seorang guru sebaiknya memiliki pengetahuan yg LUAS... sampai masuk kedalam pelosok-pelosok yg tidak pernah dikunjungin orang...

cumi rasa masih dalam ranah topik KEKOSONGAN koq...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 17 December 2012, 06:51:10 PM
Bro terjemahin donk,  ;D
Waduhh koh..oweh mana ngerti..oweh taunya setiap malam sembahyang paritta, berprilaku sebaik mungkin dan berhati lurus aja..paling ama taunya mobil aja..kalau utk ajaran buddha gak berani jelasin koh takut salah penjelasan bahaya..mending oweh mah jadi pembaca dan pendengar aja dah..hitung2 memperdalam dhamma dan menambah pembelajaran agama buddha ;D  :whistle:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 17 December 2012, 09:16:31 PM
bisa juga kondisi yg tergantung tempat...
spt di TOILET atau GUNUNG ?

mungkin maksudnya sudah tahap pencapaian bodisatwa kale :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: suwarto8116f on 17 December 2012, 10:34:36 PM
 [at] ts : kosong = isi , isi = kosong , apakah sama dengan ada sebab = ada akibat ,ada akibat = ada sebab
ada ayam = ada telur , ada telur = ayam , ada awal = ada akhir, ada akhir = ada awal

kosong menurutmu apakah sama dengan kosong menurut orang lain ?
isi menurutmu apakah sama dengan isi menurut orang lain ?

akhir kata darimana semua sumber pemahaman ini ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 17 December 2012, 10:37:49 PM
mungkin maksudnya sudah tahap pencapaian bodisatwa kale :))
maksudnya remeng2 kale.... apakah tingkat kesucian seseorang semangkin tinggi, bicaranya juga semangkin jelas ?  ;D

Quote
[at] ts : kosong = isi , isi = kosong , apakah sama dengan ada sebab = ada akibat ,ada akibat = ada sebab
ada ayam = ada telur , ada telur = ayam , ada awal = ada akhir, ada akhir = ada awal

kosong menurutmu apakah sama dengan kosong menurut orang lain ?
isi menurutmu apakah sama dengan isi menurut orang lain ?

akhir kata darimana semua sumber pemahaman ini ?
mungkin sumber dari belut... kale... :P :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 17 December 2012, 11:10:49 PM
apa artinya sunyata dalam menjalani kehidupan sehari-hari ?

hallo master sunya ? gimana dgn pertanyaan gampang diatas ? bisa diladenin dgn baik ?  :o :o
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 18 December 2012, 12:12:39 AM
apa artinya sunyata dalam menjalani kehidupan sehari-hari ?

hallo master sunya ? gimana dgn pertanyaan gampang diatas ? bisa diladenin dgn baik ?  :o :o
Sabar om cumi..mungkin master sunya lg buka kamus tripitaka utk menjawab pertanyaan om.. :whistle:
Title: Re: sunyata = kosong = nihilism ?
Post by: Sunya on 18 December 2012, 03:43:18 AM
berapa kali cumi ketemu pendeta agama tetangga,
  mereka mengatakan bahwa agama Buddha mengajarkan nihilsm, atman, dst2...

1. apa bedanya nihilsm dgn sunyata ?
2. apa artinya nihilsm dan atman ?
3. bagaimana menjelaskan sunyata dari sudut pandang seorang pendeta ?

mohon masukannya master sunya... ;D ;D

1. Nihilisme lebih bermakna ketiadaan, tidak ada apa-apa (kehidupan tidak memiliki suatu makna dan tujuan, tiada hukum kebenaran serta sebab dan akibat).
Sunyata, merupakan suatu fenomena (terselubung) dibalik semua fenomena (keberadaan). Kekosongan dalam sunyata bermakna bahwa: Setiap fenomena itu terjadi karena suatu sebab, karenanya sifat kehidupan ini 'kosong' (netral) tergantung sebab/pencetus-nya.
Contoh: Keberadaan (kelahiran) seorang manusia, didahului oleh proses pembuahan, perkembangan janin, baru kelahiran.
Tanpa proses di atas (termasuk Anda) maka keberadaan siapa pun di dunia ini (manusia secara biologis) mustahil adanya*.
Contoh kedua (masih berhubungan): Sifat dan karakteristik Anda, ditunjang oleh unsur genetis yang Anda bawa dari orang tua (silsilah keturunan), lingkungan, dan pendidikan yang Anda jalani.
Jadi keberadaan "Saya/Aku/I" sesungguhnya ditunjang serangkaian pengalaman serta peristiwa di masa yang telah lewat. Tanpa itu semua, SAYA/AKU/"I" tidak akan pernah eksis/ada.
Sebab itu (dalam cara pandang konvensional seperti di atas), sosok "Saya" kosong dari sifat hakiki, baik keberadaannya (eksistensi) maupun karakteristik (sifat) mental dan fisik.

*Kecuali kasus spiritual tertentu.

2. Nihilisme artinya ketiadaan "Saya/Aku/I" sama sekali, sedangkan atman adalah jiwa/roh/diri yang kekal (tidak berubah, memiliki identitas/substansi jelas).

3. Pendeta bukan tugasnya untuk menjelaskan sunyata.  :o

 _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 18 December 2012, 04:03:02 AM
tentu aja bukan hanya dari jumlah halaman, tapi dari bobot isi dalam tiap halamannya juga... ^-^

mungkin anda tidak mengerti sarkasme, tapi maksud yang saya quote:

Jadi perkataan sebelumnya perlu dikaji lagi 'kan? Sebab 13 pages bukan indikator apapun (bukan penting dan bukan pula tidak penting).

Saya kira dalam diskusi sehat dan beretika, sarkasme kurang etis karena dapat menimbulkan salah interpretasi.
Contohnya sudah nyata; Anda menyatakan sesuatu itu penting, apakah itu benar-benar penting (pendapat pribadi Anda), atau malah berupa sindiran (yang hanya Anda yang tahu tujuan serta maksudnya). Untuk menghindari kesalahinterpretasian atas pendapat/opini Anda, semoga Anda dapat lebih bijak dalam mendelegasikan pendapat dan pandangan Anda.

Salam. _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 18 December 2012, 04:13:58 AM
bro Sunya,
tolong jawab : apakah anda seorang Biksu ?
butuh jawaban : ya atau tidak ! tidak usah mutar2  ;D

Apakah saya yang berputar? Atau persepsi Anda atas saya yang berputar? Sadarilah, tiada sesuatu yang hakiki (semua yang Anda indera tiada lain dan tiada bukan, adalah persepsi Anda).

Saya memilih tidak menjawab. Boleh 'kan? ;D

_/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 18 December 2012, 04:25:45 AM
bold :  maksudnya kondisi meditasi atau atau ada hal kondisi lainnya  .... ???

Bukan, kondisi fisik (yang bisa diindera umat awam).
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 18 December 2012, 04:33:40 AM
apakah master sunya :
1. biksu yg masih aktif
2. biksu yg udah lepas jubah
3. biksu yg udah pansiun
4. biksu yg udah lepas jubah dan udah MARRIED
5. dst dst...

(bisa biksu atau bhikuni juga lhooo)

dari pada jawaban ya atau tidak, bisa juga pilihan yg lebih akurat..
ya mana sih ? kalau puter2 yg pasti pusing lahhh

Saya (ini jawaban untuk Adi Lim juga) tidak merasa berputar. Anda dan pikiran kebanyakan umat yang berputar (terlalu mengandalkan pengetahuan intelektual/akademis untuk mencerna sesuatu). Bacalah dengan hati serta pikiran tenang, tulisan saya berniat membagi pengetahuan dan pengalaman, bukan untuk membingungkan apalagi menyesatkan. Bila Anda atau siapa pun merasa demikian, mungkin ada cara pendekatan (pembelajaran) yang harus diubah? :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 18 December 2012, 04:39:46 AM
bro Sunya,
tolong jawab : apakah anda seorang Biksu ?
butuh jawaban : ya atau tidak ! tidak usah mutar2  ;D

Apakah saya yang berputar? Atau persepsi Anda atas saya yang berputar? Sadarilah, tiada sesuatu yang hakiki (semua yang Anda indera tiada lain dan tiada bukan, adalah persepsi Anda).

Saya memilih tidak menjawab. Boleh 'kan? ;D

_/\_

Blue  : ini yang maksud saya, anda suka mutar2.  ^-^
boleh sekali anda tidak menjawab, itu hak anda    :)

sebenarnya kesepakatan awal bahwa para member DC jika seorang Samanera dan Bhikkhu, dimohon untuk menyebutkan identitas agar tidak terjadi kesalahpahaman dan beretika dalam diskusi para member DC kepada anggota Sangha.
Saya yakin para member DC masih komitmen dan sepakat untuk menghormati para Samanera atau Bhikkhu dalam berdiskusi yang baik dan hormat kepada anggota Sangha.
Demikian seharusnya yang disepakati.

sepertinya anda juga tidak serius dalam hal berdiskusi :whistle:
Title: Re: korban kebingungan...
Post by: Sunya on 18 December 2012, 05:02:05 AM
seorang guru sebaiknya memiliki pengetahuan yg LUAS... sampai masuk kedalam pelosok-pelosok yg tidak pernah dikunjungin orang...

cumi rasa masih dalam ranah topik KEKOSONGAN koq...

Pengetahuan luas bukan bermakna bahwa semua pertanyaan harus dijawab. Asas manfaat, Anda paham 'kan?
Pertanyaan Anda selalu acak dan tidak ada kelanjutannya, apa yang seperti ini harus dijawab?
Perbaiki dulu cara komunikasi dan diskusi Anda, baru saya akan melayani semua pertanyaan Anda.

Salam. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 18 December 2012, 05:08:18 AM
[at] ts : kosong = isi , isi = kosong , apakah sama dengan ada sebab = ada akibat ,ada akibat = ada sebab
ada ayam = ada telur , ada telur = ayam , ada awal = ada akhir, ada akhir = ada awal

kosong menurutmu apakah sama dengan kosong menurut orang lain ?
isi menurutmu apakah sama dengan isi menurut orang lain ?

akhir kata darimana semua sumber pemahaman ini ?

Ya, kira-kira seperti itu (contoh yang diberikan cukup mendekati).

Kebenaran mutlak (seharusnya) sama bagi setiap orang (makhluk).

Dari pengalaman saya.

Salam. _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 18 December 2012, 05:12:19 AM
apa artinya sunyata dalam menjalani kehidupan sehari-hari ?

hallo master sunya ? gimana dgn pertanyaan gampang diatas ? bisa diladenin dgn baik ?  :o :o

Ini sudah Anda tanya berulang-ulang. Mari kita mulai dari pemahaman dasar, apa arti anatta dalam menjalani kehidupan sehari-hari?

:)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 18 December 2012, 05:52:46 AM
Blue  : ini yang maksud saya, anda suka mutar2.  ^-^
boleh sekali anda tidak menjawab, itu hak anda    :)

sebenarnya kesepakatan awal bahwa para member DC jika seorang Samanera dan Bhikkhu, dimohon untuk menyebutkan identitas agar tidak terjadi kesalahpahaman dan beretika dalam diskusi para member DC kepada anggota Sangha.
Saya yakin para member DC masih komitmen dan sepakat untuk menghormati para Samanera atau Bhikkhu dalam berdiskusi yang baik dan hormat kepada anggota Sangha.
Demikian seharusnya yang disepakati.

sepertinya anda juga tidak serius dalam hal berdiskusi :whistle:

Saya tanya, apakah Anda benar-benar bisa membaca niat saya saat saya menjawab pertanyaan Anda?
Jika Anda menjawab tidak, maka gagasan berputar itu hadir diprakarsai oleh pikiran Anda sendiri (atau lebih mudahnya; hasil persepsi Anda karena sebab-sebab lampau, misalnya sering mengalihkan/dialihkan pembicaraan dari/kepada orang lain).
Saya (sunggguh-sungguh dari niat terdalam) sama sekali tidak ada maksud untuk membingungkan atau berputar-putar.
Pengetahuan yang saya dapatkan/alami/rasakan saya tulis sesuai kemampuan saya berbahasa (komunikasi). Bila ada kekurangan (degradasi makna), tentunya ini banyak faktor terlibat, bukan hanya pewarta/penyampai yang disalahkan.
Maka dari awal sudah saya sarankan (di postingan pertama), minimal menguasai meditasi (khususnya Vipassana). Tanpa itu, hanya dengan modal pengetahuan akademis dan literatur, silakan coba saja (tadi saya ketik bahasa lebih lugas, tapi saya edit karena mungkin Anda bisa tersinggung).

Tentang Samanera dan Bhikkhu:
1. Apakah seorang Samanera dan Bhikkhu lebih dihormati (ketika berdiskusi atau menyampaikan pendapat)?
2. Apakah seorang umat awam (Puthujjana) kurang dihormati ketika menyampaikan pendapat?
3. Apakah benar atau salah suatu pendapat dinilai dari siapa yang menyampaikan?
4. Mungkin ini OOT (di luar topik), apa pemahaman Anda tentang Triratna, dan bagaimana seharusnya sikap seorang Buddhist terhadap Triratna?

Buddhist yang baik adalah Buddhist yang memahami benar ajaran Guru Agung Buddha Gautama, serta menjalankan/mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Benar?

Semoga Anda berbahagia. _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 18 December 2012, 06:03:29 AM
Apakah saya yang berputar? Atau persepsi Anda atas saya yang berputar? Sadarilah, tiada sesuatu yang hakiki (semua yang Anda indera tiada lain dan tiada bukan, adalah persepsi Anda).

Saya memilih tidak menjawab. Boleh 'kan? ;D

_/\_

terima kasih master, apa alasanya master sunya memilih untuk TIDAK MENJAWAB ? apa manfaatnya tidak menjawab ? mohon jelaskan...

apa niat dibelakang utk tidak menjawab ?
Title: Re: sunyata = kosong = nihilism ?
Post by: cumi polos on 18 December 2012, 06:16:21 AM
1. Nihilisme lebih bermakna ketiadaan, tidak ada apa-apa (kehidupan tidak memiliki suatu makna dan tujuan, tiada hukum kebenaran serta sebab dan akibat).
Sunyata, merupakan suatu fenomena (terselubung***) dibalik semua fenomena (keberadaan). Kekosongan dalam sunyata bermakna bahwa: Setiap fenomena itu terjadi karena suatu sebab, karenanya sifat kehidupan ini 'kosong' (netral) tergantung sebab/pencetus-nya.
Contoh: Keberadaan (kelahiran) seorang manusia, didahului oleh proses pembuahan, perkembangan janin, baru kelahiran.
Tanpa proses di atas (termasuk Anda) maka keberadaan siapa pun di dunia ini (manusia secara biologis) mustahil adanya*.
Contoh kedua (masih berhubungan): Sifat dan karakteristik Anda, ditunjang oleh unsur genetis yang Anda bawa dari orang tua (silsilah keturunan), lingkungan, dan pendidikan yang Anda jalani.
Jadi keberadaan "Saya/Aku/I" sesungguhnya ditunjang serangkaian pengalaman serta peristiwa di masa yang telah lewat. Tanpa itu semua, SAYA/AKU/"I" tidak akan pernah eksis/ada.
Sebab itu (dalam cara pandang konvensional seperti di atas), sosok "Saya" kosong dari sifat hakiki, baik keberadaannya (eksistensi) maupun karakteristik (sifat) mental dan fisik.

*Kecuali kasus spiritual tertentu.

***terselubung ? (pemilihan kata yg kurang tepat).... penjelasan master sunya ini kali ada kemajuan deh... tapi masih dpt dipersingkat lagi....tidak bertele-tele...

2. Nihilisme artinya ketiadaan "Saya/Aku/I" sama sekali, sedangkan atman adalah jiwa/roh/diri yang kekal (tidak berubah, memiliki identitas/substansi jelas).

3. Pendeta bukan tugasnya untuk menjelaskan sunyata.  :o
pertanyaannya adalah bagaimana master sunya, share SUNYATA pada seorang pendeta...dari sudut pandang pendeta. Memang ini sulit, tetapi inilah menunjukan sampai dimana kemampuan seorang guru dpt mengajar dgn baik....

 _/\_

Quote
3. bagaimana menjelaskan sunyata dari sudut pandang seorang pendeta ?

utk pertanyaan no.3, sebaiknya bisa LEBIH TELITI membaca pertanyaan sebelum menjawab....
   ketelitian dan kewaspadaan adalah hal penting yg dimiliki orang yg melatih diri...
Title: Re: korban kebingungan...
Post by: cumi polos on 18 December 2012, 06:42:40 AM
1 Pengetahuan luas bukan bermakna bahwa semua pertanyaan harus dijawab. Asas manfaat, Anda paham 'kan?
2 Pertanyaan Anda selalu acak dan tidak ada kelanjutannya, apa yang seperti ini harus dijawab?
3 Perbaiki dulu cara komunikasi dan diskusi Anda, baru saya akan melayani semua pertanyaan Anda.

Salam. :)
1 contoh (sutta) yg cumi berikan masih relevant tentang emptiness, pengetahuan luas tetaplah berguna...
   manfaat dpt menjawab tentang hal tsb tentanglah bermanfaat... tapi siapakah yg menentukan
   sesuatu pertanyaan bermanfaat atau tidak ? master juga paham tohh !

2. pertanyaan itu sebaiknya ACAK, bisa dari segala arah, bervariasi, berkombinasi,...
    itulah kekuatan dlm bertanya.
    <apakah perlu dijawab ? ya tergantung kemampuan yg menjawab...>
    <tidak ada kelanjutan ? ohh karna jawabannya MELENCENG JAUH... apa juga hrs diterusin ? >

3. udah banyak korban kebingungan disini, jadi yg hrs diperbaikan adalah cara menjawab master...
    bagian manakah cara komunikasi cumi yg hrs diperbaikin ? mohon yg jelas dan detail...

 _/\_ :P
Title: Re: buku-buku yang bahkan belum Anda buktikan....
Post by: cumi polos on 18 December 2012, 06:48:18 AM
Anda berkata pikiran tidak lari kemana-mana, tapi terus bertanya hal yang di luar topik.

Saya tidak berkata bermanfaat, pun tidak menjawab bahwa sutta tidak bermanfaat. Saya hanya sebut satu istilah; sutta-minded (yang maksudnya agar Anda mengambil jalan tengah, yaitu keseimbangan antara praktek dan teori/sutra), tapi ternyata Anda sangat melekat dengan sutta, dan seluruh pertanyaan Anda di atas seolah mau menerangkan bahwa sutta begitu penting bagi Anda. Biarlah begitu jika Anda maunya demikian. :)

Saya (sesuai pertanyaan Anda terakhir di atas) belajar 4 kebenaran mulia melalui pengalaman meditasi (penembusan langsung), bukan baca dari buku. Puas?

Jalan Tengah, itu dimana Anda seharusnya berada.

 _/\_

1. sutta penting atau tak penting ya ?
2. dimana 4 kebenaran mulia DITULIS ? disutakah atau di alam meditasi ?
    kenapa umat dpt mengetahui 4 kebenaran mulia
    yg diajarkan oleh Buddha Gautama ? dari mana ya ? plz dijawab aja...

puas ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 18 December 2012, 06:58:37 AM
terima kasih master, apa alasanya master sunya memilih untuk TIDAK MENJAWAB ? apa manfaatnya tidak menjawab ? mohon jelaskan...

apa niat dibelakang utk tidak menjawab ?

Manfaat dan niatnya, saya tidak perlu mengikuti diskusi yang tidak bermanfaat. Bila bagi Anda bermanfaat, silakan teruskan, tapi tidak berharap saya selalu menjawab pertanyaan Anda. :)

Salam. _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 18 December 2012, 07:01:06 AM
Ini sudah Anda tanya berulang-ulang. Mari kita mulai dari pemahaman dasar, apa arti anatta dalam menjalani kehidupan sehari-hari?

:)

sejak halaman berapa di thread ini master sunya menyebut ANATTA ?
  jangan2 master lagi nyontek ditempat lain ?

kenapa koq anatta aja yg dipanggil ? bagaimana dgn perasaan anica dan dukha ?

trus gimana menghubungkan anatta dgn sunyata dlm kehidupan sehari-hari ?
   penjelasannya koq sepotong-potong gak lengkap begitu ? :o


dimana 4 kebenaran mulia DITULIS ?
(pesan master sunya : janganlah jadi sutta minded, janganlah anggap sutta sangatlah penting)
Title: Re: sunyata = kosong = nihilism ?
Post by: Sunya on 18 December 2012, 07:06:11 AM
utk pertanyaan no.3, sebaiknya bisa LEBIH TELITI membaca pertanyaan sebelum menjawab....
   ketelitian dan kewaspadaan adalah hal penting yg dimiliki orang yg melatih diri...

Anda keliru, justru saya menghindari berspekulasi atas pertanyaan Anda. Kalau Anda belum menyadari kesalahan pertanyaan, mari kita simak bersama:

Quote
3. bagaimana menjelaskan sunyata dari sudut pandang seorang pendeta ?

Anda belum menyadarinya?

Biarlah demikian.

_/\_
Title: Re: korban kebingungan...
Post by: Sunya on 18 December 2012, 07:11:48 AM
1 contoh (sutta) yg cumi berikan masih relevant tentang emptiness, pengetahuan luas tetaplah berguna...
   manfaat dpt menjawab tentang hal tsb tentanglah bermanfaat... tapi siapakah yg menentukan
   sesuatu pertanyaan bermanfaat atau tidak ? master juga paham tohh !

2. pertanyaan itu sebaiknya ACAK, bisa dari segala arah, bervariasi, berkombinasi,...
    itulah kekuatan dlm bertanya.
    <apakah perlu dijawab ? ya tergantung kemampuan yg menjawab...>
    <tidak ada kelanjutan ? ohh karna jawabannya MELENCENG JAUH... apa juga hrs diterusin ? >

3. udah banyak korban kebingungan disini, jadi yg hrs diperbaikan adalah cara menjawab master...
    bagian manakah cara komunikasi cumi yg hrs diperbaikin ? mohon yg jelas dan detail...

 _/\_ :P

1. Anda bertanya (belajar) pada saya, tentu saya yang menilai apakah pertanyaan ini bermanfaat atau tidak. Jika Anda yang mau menilai, silakan saja (tapi saya tidak akan menjawab, itu juga hak saya 'kan?).

2. Jika maunya demikian, mungkin Anda sebaiknya mencari teman diskusi yang lain. :)

3. Banyak korban kebingungan itu seperti apa? Lalu kesalahan dimana?
Jika jawabannya salahnya dari saya, lalu kenapa Anda masih meneruskan?

:)

Salam. _/\_
Title: Re: buku-buku yang bahkan belum Anda buktikan....
Post by: Sunya on 18 December 2012, 07:13:48 AM
1. sutta penting atau tak penting ya ?
2. dimana 4 kebenaran mulia DITULIS ? disutakah atau di alam meditasi ?
    kenapa umat dpt mengetahui 4 kebenaran mulia
    yg diajarkan oleh Buddha Gautama ? dari mana ya ? plz dijawab aja...

puas ?

Ekspresi fanatisme. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 18 December 2012, 07:18:34 AM
cuplikan p1 dari master sunya...

Quote
1...tingkat kemampuan berpikir yang berbeda-beda

Quote
2...membahas sesuatu berkenaan dengan kebenaran, terutama yang sulit dijangkau oleh intelektual

Quote
3....Saya hanya akan membahas dari perspektif Sunyata (dalam korelasinya dengan thread sebelumnya).

Quote
4...topik ini fokus pada esensi kalimat "kosong = isi, isi = kosong", bukan kevalidan secara konvensional, historis literatur, dsb.

1. oleh karna itu, lebih bermanfaat kalau lebih banyak member yg bisa mengerti dari pada bingung..
2. apakah pembahasan begitu sulit dijangkau oleh cumi maupun member lain ?
    yg sulit sepertnya menjawab pertanyaan, kalau yg tanya santai aja koqq... :P
3. Sunyata adalah ajaran Buddhist yg dpt dibahas dgn sendirinya,
    tidak dikotak-kotak maupun dibatas-batasin, sehingga kesan begitu banyak aturan...
4. <kevalidan secara konvensional>... upps ada berapa macam kevalidan ? ada berapa macam kebenaran ?
    kenapa dipilih salah satu, kenapa koq tidak bahas kedua-duanya ?
    ahhhhh kenapa gak boleh historis literatur ? kenapa begini, kenapa begitu ? ahhh..... alasannya apa sih ?

Quote
"Kosong = Isi, Isi = Kosong"
ini membahas kosong isi, isi kosong atau membahas SUNYATA ? duhhhh duhhhh :'( :'(


-------------------------------
Quote
Ekspresi fanatisme.
diperusahaan aja ada MANUAL BOOK utk melakukan sesuatu process.... (process depositio, kliring, dsb)...
koq malah dibilang SUTTA-MINDED ? ahh ahh ahh :o :o
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 18 December 2012, 07:23:02 AM
sejak halaman berapa di thread ini master sunya menyebut ANATTA ?
  jangan2 master lagi nyontek ditempat lain ?

kenapa koq anatta aja yg dipanggil ? bagaimana dgn perasaan anica dan dukha ?

trus gimana menghubungkan anatta dgn sunyata dlm kehidupan sehari-hari ?
   penjelasannya koq sepotong-potong gak lengkap begitu ? :o


dimana 4 kebenaran mulia DITULIS ?
(pesan master sunya : janganlah jadi sutta minded, janganlah anggap sutta sangatlah penting)

Fanatisme terhadap aliran dan literatur ternyata bisa demikian efeknya.

Postingan Anda di atas salah satu contoh lagi bahwa Anda tidak serius bertanya. Setelah saya jawab dan ajak mendiskusikan pertanyaan Anda, tentang manfaat sunyata dalam kehidupan sehari-hari, Anda malah berkomentar melebar kemana-mana.

Jadi ego diri masih terlalu kuat untuk melihat kebenaran?

Jangan dipaksa, pelan-pelan saja...

Salam bahagia sejahtera untuk Anda dan keluarga. _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 18 December 2012, 07:27:51 AM
1. Anda bertanya (belajar) pada saya, tentu saya yang menilai apakah pertanyaan ini bermanfaat atau tidak. Jika Anda yang mau menilai, silakan saja (tapi saya tidak akan menjawab, itu juga hak saya 'kan?).
ya utk adilnya ada JURI yg menilai dehh... nanti dipikirnya cumi mau menang sendiri...
   tapi dari member kan udah beberapa yg korban kebingunan...

2. Jika maunya demikian, mungkin Anda sebaiknya mencari teman diskusi yang lain.
ternyata kemampuan master sunya cuma sampai disini....
   maksudnya kemampuan utk memuaskan para pelanggan...


3. Banyak korban kebingungan itu seperti apa? Lalu kesalahan dimana?
Jika jawabannya salahnya dari saya, lalu kenapa Anda masih meneruskan?
apakah master sunya juga bisa SADAR, kalau jawaban master bisa membingungkan ?
   adakalah salah bila menyadarkan orang yg SALAH ? kenapa diteruskan ?
   bukankah belajar adalah  terus menerus..


dapatkah judul nya dibuat lebih menarik dan bermanfaat ? (dari pada kosong=isi, udah isi dikosongin lagi) ?

--------------------
Quote
Fanatisme terhadap aliran dan literatur ternyata bisa demikian efeknya.

Postingan Anda di atas salah satu contoh lagi bahwa Anda tidak serius bertanya. Setelah saya jawab dan ajak mendiskusikan pertanyaan Anda, tentang manfaat sunyata dalam kehidupan sehari-hari, Anda malah berkomentar melebar kemana-mana.

Jadi ego diri masih terlalu kuat untuk melihat kebenaran?

Jangan dipaksa, pelan-pelan saja...

Salam bahagia sejahtera untuk Anda dan keluarga.
kalau jawaban guru yg MELENCENG dulu, apa perlu diikutin LENCENGAN tsb ?.....
  (udah gw pesan... jawablah dgn singkat, jelas dan padat.....
           ternyata apa yg gw dpt ?.... copasan.. dan contoh : AYAH CUMI....ahhhh )
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 18 December 2012, 07:28:04 AM
cuplikan p1 dari master sunya...

1. oleh karna itu, lebih bermanfaat kalau lebih banyak member yg bisa mengerti dari pada bingung..
2. apakah pembahasan begitu sulit dijangkau oleh cumi maupun member lain ?
    yg sulit sepertnya menjawab pertanyaan, kalau yg tanya santai aja koqq... :P
3. Sunyata adalah ajaran Buddhist yg dpt dibahas dgn sendirinya,
    tidak dikotak-kotak maupun dibatas-batasin, sehingga kesan begitu banyak aturan...
4. <kevalidan secara konvensional>... upps ada berapa macam kevalidan ? ada berapa macam kebenaran ?
    kenapa dipilih salah satu, kenapa koq tidak bahas kedua-duanya ?
    ahhhhh kenapa gak boleh historis literatur ? kenapa begini, kenapa begitu ? ahhh..... alasannya apa sih ?
ini membahas kosong isi, isi kosong atau membahas SUNYATA ? duhhhh duhhhh :'( :'(


-------------------------------diperusahaan aja ada MANUAL BOOK utk melakukan sesuatu process.... (process depositio, kliring, dsb)...
koq malah dibilang SUTTA-MINDED ? ahh ahh ahh :o :o

Sabar, rekan Cumi.

Yang harus Anda sergap dan tembak dalam hal ini adalah ego sektarian Anda. Jika hal itu bisa Anda kuasai, baru Anda bisa berdiskusi dengan baik dan benar (lebih obyektif, kritis dan melihat apa adanya).

Oke, semoga berbahagia (semoga sutta-nya juga bahagia).

_/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 18 December 2012, 07:32:33 AM
Sabar, rekan Cumi.

Yang harus Anda sergap dan tembak dalam hal ini adalah ego sektarian Anda. Jika hal itu bisa Anda kuasai, baru Anda bisa berdiskusi dengan baik dan benar (lebih obyektif, kritis dan melihat apa adanya).

Oke, semoga berbahagia (semoga sutta-nya juga bahagia).

_/\_

cumi lebih sering mampir ke greja dari pada vihara koq.... jadi masih ada sektarian apa sih master sunya ?

kesabaran cumi udah sangat menipissss... ~X( ~X(
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 18 December 2012, 08:04:21 AM
cumi lebih sering mampir ke greja dari pada vihara koq.... jadi masih ada sektarian apa sih master sunya ?

kesabaran cumi udah sangat menipissss... ~X( ~X(
:o berarti om cumi bentar lg nyebrang ke religius sebelah donk :whistle:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sanjiva on 18 December 2012, 10:58:06 AM
:o berarti om cumi bentar lg nyebrang ke religius sebelah donk :whistle:

Kan katanya cewe2 seberang cakep2  :whistle:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 18 December 2012, 11:06:57 AM
Kan katanya cewe2 seberang cakep2  :whistle:
Kelihatannya sih begitu..cakep2 masbro  :whistle:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sanjiva on 18 December 2012, 11:21:41 AM
Kelihatannya sih begitu..cakep2 masbro  :whistle:

Nah kalo gitu janjian aja barengan sama si cumi ke sana  :)) :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 18 December 2012, 11:35:13 AM
Nah kalo gitu janjian aja barengan sama si cumi ke sana  :)) :))
Klo utk sekedar cuci mata mending liat dari luar tempat ibadahnya aja dah.. :whistle:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sanjiva on 18 December 2012, 11:38:40 AM
 :backtotopic:     :whistle:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: khiong on 18 December 2012, 11:40:45 AM
Kan katanya cewe2 seberang cakep2  :whistle:
semua itu kosong, cakep=jelek, jelek=cakep. .  ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sanjiva on 18 December 2012, 11:48:02 AM
semua itu kosong, cakep=jelek, jelek=cakep. .  ;D

Kalo yg ini ada lagi ayat khususnya bro :

    Cakep itu relatif, tapi kalo jelek itu mutlak


 :)) :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 18 December 2012, 02:12:01 PM
semua itu kosong, cakep=jelek, jelek=cakep. .  ;D
cakep=jelek, jelek=cakep berarti sama aja donk intinya :whistle:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 18 December 2012, 02:14:11 PM
Kalo yg ini ada lagi ayat khususnya bro :

    Cakep itu relatif, tapi kalo jelek itu mutlak


 :)) :))
Masih bisa operasi plastik supaya makin cantik kan jd gak mutlak donk.. :whistle:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 18 December 2012, 03:03:34 PM
:outoftopic:

:backtotopic:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 18 December 2012, 04:17:50 PM
:outoftopic:

:backtotopic:
^:)^  ^:)^  ^:)^
Title: bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
Post by: cumi polos on 18 December 2012, 09:48:34 PM
slmat malam master sunya,

jadi bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
 koq belum dijelaskan dgn baik,
 master yg mengajar udah kabur dulu ?
  beri ilustrasi dlm kehidupan sehari-hari....

gak usah pakai jurus belut ya... ;D ;D ;D ;D
Title: Re: bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
Post by: Hendra Tan on 18 December 2012, 10:06:59 PM
slmat malam master sunya,

jadi bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
 koq belum dijelaskan dgn baik,
 master yg mengajar udah kabur dulu ?
  beri ilustrasi dlm kehidupan sehari-hari....

gak usah pakai jurus belut ya... ;D ;D ;D ;D
Belut ama cumi mahalan mana koh :whistle:
Title: Re: bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
Post by: cumi polos on 18 December 2012, 10:21:45 PM
Belut ama cumi mahalan mana koh :whistle:
ahh disini kan bahas manfaat dlm buddhist.... bukan harga mobil broTan...
kalau resto belut di surabaya lagi ngetop... soalnya bisa buat pria perkasa...
Title: Re: bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
Post by: Hendra Tan on 18 December 2012, 10:34:55 PM
ahh disini kan bahas manfaat dlm buddhist.... bukan harga mobil broTan...
kalau resto belut di surabaya lagi ngetop... soalnya bisa buat pria perkasa...
:o baru tau saya om bro cumi..boleh tuh saya coba nanti ;D
Title: Re: bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
Post by: cumi polos on 18 December 2012, 10:37:23 PM
:o baru tau saya om bro cumi..boleh tuh saya coba nanti ;D

jangan, nanti malah MEDITASI bro jadi kacaOOOOOOOOOOOOOOOO
Title: Re: bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
Post by: Hendra Tan on 18 December 2012, 10:41:52 PM
jangan, nanti malah MEDITASI bro jadi kacaOOOOOOOOOOOOOOOO
Wahh..kalau saya ke surabaya bisa donk ajak saya jalan2 ke vihara sana donk om bro ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 19 December 2012, 02:54:43 AM
cumi lebih sering mampir ke greja dari pada vihara koq.... jadi masih ada sektarian apa sih master sunya ?

kesabaran cumi udah sangat menipissss... ~X( ~X(

Ke gereja tidak ada kaitannya dengan masih sektarian atau tidak. Bisa saja Anda ke gereja bukan untuk ibadah, melainkan hanya urusan pekerjaan/karir, studi, kegiatan sosial-kemasyarakatan, atau asmara. Lagipula, kalaupun Anda sampai seorang pluralis (lintas agama), tetap tidak menjamin Anda tidak sektarian. Tentu Anda paham maksud sektarian disini masih dalam lingkup satu agama.

Tindakan Anda yang mengagung-agungkan sutta, postingan-postingan Anda yang mengesankan keberatan dikritik sutta-minded, serta sikap Anda membentur-benturkan aliran (dengan membawa konsep Tilakkhana dan 4 Kebenaran Mulia tidak pada tempatnya), bagi saya sudah mengindikasikan unsur sektarian pada Anda (fanatik pada ajaran/konsep tertentu, melekat pada guru/ajaran/organisasi tertentu).

Bila ini mau dilanjutkan, tentu hal di atas harus bisa diminimalisir (bila dihilangkan tentu perlu proses).

Bisakah Anda mengendalikan ego sektarian Anda untuk sesaat, be an empty cup untuk sementara?

Kalau jawabannya bisa, baru diteruskan.

Salam bahagia tanpa diskriminasi aliran.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 19 December 2012, 03:19:12 AM
Kalo yg ini ada lagi ayat khususnya bro :

    Cakep itu relatif, tapi kalo jelek itu mutlak


 :)) :))

Saya tahu di atas cuma bercanda. Tapi ijinkan saya komentar singkat terkait (dengan) sunyata.

1. Bila ada dewi di alam tavatimsa yang (maaf sebelumnya) "paling tidak cantik" dibawa ke bumi, kira-kira akan dipersepsikan seperti apa oleh makhluk bumi?
2. Bila pernah melihat atau berjalan-jalan ke neraka, apakah pandangan makhluk bumi terhadap makhluk neraka? Neraka disini menggambarkan alam rendah yang seharusnya makhluknya "agak buruk-rupa" dibanding alam lebih tinggi yang lain.

Oke, itu untuk direnungkan.

Bagi saya, semua indah pada waktu (dan kondisi)-nya, semua 'buruk/jelek' pada waktu (dan kondisi)-nya.

Salam (maaf jika terlalu serius).  _/\_
Title: Re: bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
Post by: Sunya on 19 December 2012, 03:24:07 AM
slmat malam master sunya,

jadi bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
 koq belum dijelaskan dgn baik,
 master yg mengajar udah kabur dulu ?
  beri ilustrasi dlm kehidupan sehari-hari....

gak usah pakai jurus belut ya... ;D ;D ;D ;D

Sesudah Anda berkomitmen tidak fanatik dan melekat pada aliran/ajaran tertentu, baru saya jelaskan.

Tidak ada yang kabur (Anda yang berpersepsi saya kabur, setelah sekian jam saya tidak menulis postingan).

Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 19 December 2012, 05:30:41 AM
Saya tanya, apakah Anda benar-benar bisa membaca niat saya saat saya menjawab pertanyaan Anda?
Jika Anda menjawab tidak, maka gagasan berputar itu hadir diprakarsai oleh pikiran Anda sendiri (atau lebih mudahnya; hasil persepsi Anda karena sebab-sebab lampau, misalnya sering mengalihkan/dialihkan pembicaraan dari/kepada orang lain).
Saya (sunggguh-sungguh dari niat terdalam) sama sekali tidak ada maksud untuk membingungkan atau berputar-putar.
Pengetahuan yang saya dapatkan/alami/rasakan saya tulis sesuai kemampuan saya berbahasa (komunikasi). Bila ada kekurangan (degradasi makna), tentunya ini banyak faktor terlibat, bukan hanya pewarta/penyampai yang disalahkan.
Maka dari awal sudah saya sarankan (di postingan pertama), minimal menguasai meditasi (khususnya Vipassana). Tanpa itu, hanya dengan modal pengetahuan akademis dan literatur, silakan coba saja (tadi saya ketik bahasa lebih lugas, tapi saya edit karena mungkin Anda bisa tersinggung).

Tentang Samanera dan Bhikkhu:
1. Apakah seorang Samanera dan Bhikkhu lebih dihormati (ketika berdiskusi atau menyampaikan pendapat)?
2. Apakah seorang umat awam (Puthujjana) kurang dihormati ketika menyampaikan pendapat?
3. Apakah benar atau salah suatu pendapat dinilai dari siapa yang menyampaikan?
4. Mungkin ini OOT (di luar topik), apa pemahaman Anda tentang Triratna, dan bagaimana seharusnya sikap seorang Buddhist terhadap Triratna?

Buddhist yang baik adalah Buddhist yang memahami benar ajaran Guru Agung Buddha Gautama, serta menjalankan/mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Benar?

Semoga Anda berbahagia. _/\_

capek deh !
butuh jawaban simpel dan gampang, tapi dijawab dengan segala teori komentar :o

contoh seperti ini pengakuan saya,
             saya bukan bhikkhu, biksu/i atau samanera/i 
             selesai toh

saya tidak butuh komentar kosong dan isi anda yang panjang dan bosan.  ???
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 19 December 2012, 08:53:18 AM
capek deh !
butuh jawaban simpel dan gampang, tapi dijawab dengan segala teori komentar :o

contoh seperti ini pengakuan saya,
             saya bukan bhikkhu, biksu/i atau samanera/i 
             selesai toh

saya tidak butuh komentar kosong dan isi anda yang panjang dan bosan.  ???

jurus BELUT sedang beraksi, jadi bro Adi Lim sebaiknya narik nafas panjang aja...

Quote
Tentang Samanera dan Bhikkhu:
1. Apakah seorang Samanera dan Bhikkhu lebih dihormati (ketika berdiskusi atau menyampaikan pendapat)?
   memang ada kolerasi anda Bhikku/samanera dgn pengetahuan dhamma. org yg melatih diri
   boleh diasumsikan lebih mengerti dhamma dan lebih dihormatin... (gak ada salahnya)

2. Apakah seorang umat awam (Puthujjana) kurang dihormati ketika menyampaikan pendapat?
tergantung dia pakai jurus BELUT atau jurus apa dulu...


3. Apakah benar atau salah suatu pendapat dinilai dari siapa yang menyampaikan?
ohh jelas, kalau orang GILA yg sampaikan kita harus lebih seksama menelitinya...

4. Mungkin ini OOT (di luar topik), apa pemahaman Anda tentang Triratna, dan bagaimana seharusnya sikap seorang Buddhist terhadap Triratna?
Sikap seorang Buddhist, adalah selalu memberikan services yg baik....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 19 December 2012, 10:01:34 AM
Ke gereja tidak ada kaitannya dengan masih sektarian atau tidak. Bisa saja Anda ke gereja bukan untuk ibadah, melainkan hanya urusan pekerjaan/karir, studi, kegiatan sosial-kemasyarakatan, atau asmara. Lagipula, kalaupun Anda sampai seorang pluralis (lintas agama), tetap tidak menjamin Anda tidak sektarian. Tentu Anda paham maksud sektarian disini masih dalam lingkup satu agama.
ini kalau dibahas lebih lanjut... maka belut pun nambah2 in lagi..., tapi memang anak pendeta itu cantik 1X

Tindakan Anda yang mengagung-agungkan sutta, postingan-postingan Anda yang mengesankan keberatan dikritik sutta-minded, serta sikap Anda membentur-benturkan aliran (dengan membawa konsep Tilakkhana dan 4 Kebenaran Mulia tidak pada tempatnya), bagi saya sudah mengindikasikan unsur sektarian pada Anda (fanatik pada ajaran/konsep tertentu, melekat pada guru/ajaran/organisasi tertentu).
kalau bro bilang cumi mengagungkan sutta.. ahhh... trus ngapain 500 arahat dan Ananda kumpul utk nulis ulang apa yg telah dikatakan Buddha ? kalau gak penting ngapain kengangguran NULIS2..buat jadi SUTTA2 ?
cumi udah tentu menghargain sutta, spt juga manual book, manual book bagaimana merawat mobil dst dst...
sebelum kita memakai alat elektronik tsb, sebaiknya kita baca manual book nya dulu...

master sunya ngomong sektarian...tuhhhh cumi gak ngerti...


Bila ini mau dilanjutkan, tentu hal di atas harus bisa diminimalisir (bila dihilangkan tentu perlu proses).
Bisakah Anda mengendalikan ego sektarian Anda untuk sesaat, be an empty cup untuk sementara?
ini adalah contoh bagaimana gerakan BELUT mau membatasin pertanyaan cumi,
atau lepas tangan dari pertanyaan2 tsb...

BE A MAN....


Kalau jawabannya bisa, baru diteruskan.
lebih gampang nyari alasan dari pada menjawab tohhh
Salam bahagia tanpa diskriminasi aliran.  _/\_

kalau master sunya sering meditasi,.. udah capai jhana keberapa ya ?  ;D  terima murid gak ?  8)
Title: Re: bagaimana hubungan sunyata dgn anatta ?
Post by: cumi polos on 19 December 2012, 10:03:20 AM
Sesudah Anda berkomitmen tidak fanatik dan melekat pada aliran/ajaran tertentu, baru saya jelaskan.

apakah master sunya telah menjelaskan dgn baik... sebelum cumi mampir ke thread ini ? jawablah dgn jujur.

Tidak ada yang kabur (Anda yang berpersepsi saya kabur, setelah sekian jam saya tidak menulis postingan).

Salam.  _/\_

kalau tak ada yg kabur....lanjut...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: djoe on 19 December 2012, 01:55:22 PM
Someone asked how and why did the Bodhisattva attain the Tao and became enlightened by observing the ebb tide? The Bodhisattva, while practicing by the sea, contemplated the sound as it increased, decreased and then came to full stop, occurring simultaneously with the ebb tide. He pondered the root of causes and finally attained enlightenment by understanding that all existence is subject to birth and death and, therefore, is impermanent. Yet the hearing is timeless, hence beyond birth and death. Those without practice can hear, but do not listen. While hearing the sounds they only think of "outside"; the sound of the tide has birth and death, but the nature of hearing does not. Why? Because even when the sound of the tide stops, our capacity or nature for hearing does not. We can still hear the wind in the branches of a tree, the songs of birds and the shrill sound of the cicadas. Had our capacity for hearing vanished with the sound, we should not be able to hear ever again. Even when all is quiet late at night, we are aware of silence or non-sound, because of our capacity for hearing. There are two kinds of hearing: One comes and goes in response to stimulation, the other functions independently of it. Thus we can safely say that although sounds have birth and death, the hearing capacity does not. It actually never vanishes. All existence, including dharmas, is impermanent and therefore subject to birth and death - just like magic, like bubbles or like shadows. The nature of hearing, on the other hand, can never be destroyed.

In that manner we come to know the bright and accomplished nature of hearing. Our mind accords with whatever we observe: If we observe birth and death, there is birth and death. If we observe non-birth and non-death, there is no birth and no death. All things are produced by the mind; they are completed through contemplation. Everyone has a mind and consequently a potential to formulate the world according to own intentions, but without effort he/she will not succeed. Nature is the substance, mind, the function. The function never separates from the substance, nor the substance from the function. Function and substance, though separate, are causally connected. Nature governs the mind and the mind is the nature's function; they mesh. Although both retain their own character, they are inseparable. Dharma practice can start right at this point. One needs to understand one's mind, see one's True Nature and following that, attain the Tao.

Kosong itu substansi
Wujud itu fungsi

kosng dan wujud tidak terpisahkan, sama halnya substansi dan fungsi tidak terpisahkan

Demikian juga True nature kita adalah kosong dan merupakan eksistensi sejati dan eksis tetapi kekosongan sejati
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 19 December 2012, 02:04:20 PM
Sesudah Anda berkomitmen tidak fanatik dan melekat pada aliran/ajaran tertentu, baru saya jelaskan.

jika sesuai dengan keingian anda meminta orang tidak fanatik, baru mau dijelaskan.
saya yakin orang itu tidak butuh penjelasan anda, karena andalah orang fanatik yang menuduh orang lain fanatik   ^-^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 19 December 2012, 05:03:34 PM
capek deh !
butuh jawaban simpel dan gampang, tapi dijawab dengan segala teori komentar :o

contoh seperti ini pengakuan saya,
             saya bukan bhikkhu, biksu/i atau samanera/i 
             selesai toh

saya tidak butuh komentar kosong dan isi anda yang panjang dan bosan.  ???

Apa saya juga butuh komentar Anda yang agak emosional?  ^-^

Kita tidak bisa mengharap jawaban sesuai keinginan kita, dewasalah. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 19 December 2012, 05:06:47 PM
Someone asked how and why did the Bodhisattva attain the Tao and became enlightened by observing the ebb tide? The Bodhisattva, while practicing by the sea, contemplated the sound as it increased, decreased and then came to full stop, occurring simultaneously with the ebb tide. He pondered the root of causes and finally attained enlightenment by understanding that all existence is subject to birth and death and, therefore, is impermanent. Yet the hearing is timeless, hence beyond birth and death. Those without practice can hear, but do not listen. While hearing the sounds they only think of "outside"; the sound of the tide has birth and death, but the nature of hearing does not. Why? Because even when the sound of the tide stops, our capacity or nature for hearing does not. We can still hear the wind in the branches of a tree, the songs of birds and the shrill sound of the cicadas. Had our capacity for hearing vanished with the sound, we should not be able to hear ever again. Even when all is quiet late at night, we are aware of silence or non-sound, because of our capacity for hearing. There are two kinds of hearing: One comes and goes in response to stimulation, the other functions independently of it. Thus we can safely say that although sounds have birth and death, the hearing capacity does not. It actually never vanishes. All existence, including dharmas, is impermanent and therefore subject to birth and death - just like magic, like bubbles or like shadows. The nature of hearing, on the other hand, can never be destroyed.

In that manner we come to know the bright and accomplished nature of hearing. Our mind accords with whatever we observe: If we observe birth and death, there is birth and death. If we observe non-birth and non-death, there is no birth and no death. All things are produced by the mind; they are completed through contemplation. Everyone has a mind and consequently a potential to formulate the world according to own intentions, but without effort he/she will not succeed. Nature is the substance, mind, the function. The function never separates from the substance, nor the substance from the function. Function and substance, though separate, are causally connected. Nature governs the mind and the mind is the nature's function; they mesh. Although both retain their own character, they are inseparable. Dharma practice can start right at this point. One needs to understand one's mind, see one's True Nature and following that, attain the Tao.

Kosong itu substansi
Wujud itu fungsi

kosng dan wujud tidak terpisahkan, sama halnya substansi dan fungsi tidak terpisahkan

Demikian juga True nature kita adalah kosong dan merupakan eksistensi sejati dan eksis tetapi kekosongan sejati

Terima kasih untuk tambahannya, Sdr. Djoe. Salam dharma dan semoga sukses dan berbahagia. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 19 December 2012, 05:07:50 PM
jika sesuai dengan keingian anda meminta orang tidak fanatik, baru mau dijelaskan.
saya yakin orang itu tidak butuh penjelasan anda, karena andalah orang fanatik yang menuduh orang lain fanatik   ^-^

Silakan Anda menulis apapun, sejauh Anda bisa membuktikannya. :)

Salam dharma dan semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 19 December 2012, 05:15:48 PM
Kefanatikan dan kemelekatan adalah salah satu penghalang besar untuk memahami ajaran mulia dari Guru Agung Buddha Gautama. Kenapa saya menolak menjelaskan selama pikiran belum bisa 'open-minded', karena dengan kemelekatan besar serta saddha yang keliru (keyakinan membuta), maka pikiran secara otomatis menolak faham-faham yang dianggapnya salah (tidak sesuai yang dipahaminya dari aliran/sekte dia bernaung dan belajar), tidak ada di buku panduannya (teks/sutra/kitab suci), tidak diajarkan selama ini oleh orang-orang yang mengajarinya (walau mereka bukan Tercerahkan/Buddha).

Jadi, selama cangkir sudah penuh, siapa yang mau mengisinya? Biarlah begitu (diisi juga akan meluber, seperti bisa dilihat disini).

Oke, salam dharma dan semoga semua berbahagia. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hendra Tan on 19 December 2012, 05:18:56 PM
 [at] sunya : anda pernah ikut latihan samanera yah?? Dalam bangetpengetahuan agama buddhanya
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: khiong on 19 December 2012, 06:07:57 PM
Tanya;Om sunya, 2 kata ini kata "wujud" dan kata "isi" . wujud=kosong, kosong=wujud apa sama istilah isi=kosong, kosong=isi?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 19 December 2012, 06:25:29 PM
Silakan Anda menulis apapun, sejauh Anda bisa membuktikannya. :)

Salam dharma dan semoga berbahagia.  _/\_

harusnya anda duluan membuktikan dulu sebelum menuduh  ^-^

lempar tangan sembunyi batu (bold, silahkan balik sendiri)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 19 December 2012, 06:26:19 PM
Kefanatikan dan kemelekatan adalah salah satu penghalang besar untuk memahami ajaran mulia dari Guru Agung Buddha Gautama. Kenapa saya menolak menjelaskan selama pikiran belum bisa 'open-minded', karena dengan kemelekatan besar serta saddha yang keliru (keyakinan membuta), maka pikiran secara otomatis menolak faham-faham yang dianggapnya salah (tidak sesuai yang dipahaminya dari aliran/sekte dia bernaung dan belajar), tidak ada di buku panduannya (teks/sutra/kitab suci), tidak diajarkan selama ini oleh orang-orang yang mengajarinya (walau mereka bukan Tercerahkan/Buddha).

Jadi, selama cangkir sudah penuh, siapa yang mau mengisinya? Biarlah begitu (diisi juga akan meluber, seperti bisa dilihat disini).

Oke, salam dharma dan semoga semua berbahagia. :)
jangan2 master sunya ini fanatiknya master Lu Sheng Yen... sehingga dia agak malu2 mengutarakannya...
menglabel orang lain fanatik, apa tolak ukurnya, apa tanda2nya, jangan asbun aja dehhh...nuduh2 org panatik!
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 19 December 2012, 06:27:21 PM
Kefanatikan dan kemelekatan adalah salah satu penghalang besar untuk memahami ajaran mulia dari Guru Agung Buddha Gautama. Kenapa saya menolak menjelaskan selama pikiran belum bisa 'open-minded', karena dengan kemelekatan besar serta saddha yang keliru (keyakinan membuta), maka pikiran secara otomatis menolak faham-faham yang dianggapnya salah (tidak sesuai yang dipahaminya dari aliran/sekte dia bernaung dan belajar), tidak ada di buku panduannya (teks/sutra/kitab suci), tidak diajarkan selama ini oleh orang-orang yang mengajarinya (walau mereka bukan Tercerahkan/Buddha).

Jadi, selama cangkir sudah penuh, siapa yang mau mengisinya? Biarlah begitu (diisi juga akan meluber, seperti bisa dilihat disini).

Oke, salam dharma dan semoga semua berbahagia. :)

bukannya Buddha juga fanatik ? wong Buddha mempertahankan ajarannya kok !  :whistle:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 19 December 2012, 06:29:11 PM
Terima kasih untuk tambahannya, Sdr. Djoe. Salam dharma dan semoga sukses dan berbahagia. :)

kayaknya memang seia sekata sih  :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 19 December 2012, 06:31:01 PM
jangan2 master sunya ini fanatiknya master Lu Sheng Yen... sehingga dia agak malu2 mengutarakannya...
menglabel orang lain fanatik, apa tolak ukurnya, apa tanda2nya, jangan asbun aja dehhh...nuduh2 org panatik!

sudah punya gelar yang sama kok 'master' :))
Title: bukan jago copas, tapi jago menjelaskan...
Post by: cumi polos on 19 December 2012, 06:31:17 PM
djoe :
Kosong itu substansi
Wujud itu fungsi


beri contoh apa itu kosong, subtansi, wujud dan fungsi dlm kehidupan sehari-hari...
mari kita lihat master Djoe lebih bisa menjelaskan dari pada cuma jago copas...

terima kasih master Djoe akhirnya mampir disini, karna maste sunya ini telah
membingungkan banyak member... :P :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 19 December 2012, 06:35:58 PM
djoe :
Kosong itu substansi
Wujud itu fungsi


beri contoh apa itu kosong, subtansi, wujud dan fungsi dlm kehidupan sehari-hari...
mari kita lihat master Djoe lebih bisa menjelaskan dari pada cuma jago copas...

terima kasih master Djoe akhirnya mampir disini, karna maste sunya ini telah
membingungkan banyak member... :P :P

ada 2 master,
yang satu master djoe, sang lalat
yang satu master sunya, sang ......
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 19 December 2012, 06:41:55 PM
ada 2 master,
yang satu master djoe, sang lalat
yang satu master sunya, sang BELUT... (sptnya begitu)

silahkan kalau master sunya berkemampuan menjelaskan :

Kosong itu substansi
Wujud itu fungsi
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 19 December 2012, 06:50:34 PM
silahkan kalau master sunya berkemampuan menjelaskan :

Kosong itu substansi
Wujud itu fungsi


kabur kale !!!
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 19 December 2012, 07:05:42 PM
Tanya;Om sunya, 2 kata ini kata "wujud" dan kata "isi" . wujud=kosong, kosong=wujud apa sama istilah isi=kosong, kosong=isi?

Ya, tapi definisi wujud dalam hal ini bukan hanya rupa/bentuk dalam agama Buddha, tapi merupakan eksistensi itu sendiri. "Merasa ada" itu yang saya maksud, beserta semua fenomena pendukungnya. Misalnya, Anda 'ada', lalu di sekitar Anda juga ada fenomena bahwa lingkungan Anda ini "begini" (dilahirkan di orang tua tertentu, negara tertentu, kehidupan sosial-ekonomi tertentu, dsb).

Jadi pengertian sunyata=wujud, wujud=sunyata disini maknanya bahwa keberadaan itu sendiri (wujud) sebenarnya kosong, karena merupakan gabungan sebab-akibat, dan dalam kekosongan itu ada wujud (maknanya, dalam kegaiban Kebuddhaan itu segala sesuatu bisa diciptakan, termasuk bentuk kehidupan seperti ini).

Catatan:
Kosong disini bukan berarti tidak ada (seperti istilah sebuah wadah yang kosong melompong), tapi kosong lebih berarti tidak ada substansi yang kekal/tetap/independen/sejati.
Analogi yang mendekati, yaitu udara, dimana udara tidak memiliki bentuk (form) yang sejati, karena itu udara bisa mengisi ruang dan wadah apapun. Bentuk dan potensi udara dalam hal ini (sebagai analogi dari sifat kosong setiap makhluk) adalah tak terbatas, karena sifat fleksibel dari udara tersebut.

Aspek lain penjelasan kekosongan (sunyata) berkaitan dengan pencapaian nibbana:
Karena inti diri kita sebenarnya kosong (berupa gabungan dari sekian banyak unsur-unsur pembentuk), maka Kebuddhaan dapat dicapai (Nibbana). Sebaliknya, bila kita sudah memiliki identitas (nature/sifat) tertentu, misalnya roh yang pemarah, jiwa yang suka bersedih, maka amat tidak mungkin nibbana dicapai (karena sudah ada substansi/inti yang tidak bisa diubah).

Nah, itu kaitan anatta dengan sunyata, seperti ditanyakan Sdr. Cumi beberapa waktu lalu.

Demikian, atas kekurangannya disana-sini saya mohon maaf dan mohon masukannya. Terima kasih.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 19 December 2012, 07:12:05 PM
Ya, tapi definisi wujud dalam hal ini bukan hanya rupa/bentuk dalam agama Buddha, tapi merupakan eksistensi itu sendiri. "Merasa ada" itu yang saya maksud, beserta semua fenomena pendukungnya. Misalnya, Anda 'ada', lalu di sekitar Anda juga ada fenomena bahwa lingkungan Anda ini "begini" (dilahirkan di orang tua tertentu, negara tertentu, kehidupan sosial-ekonomi tertentu, dsb).

Jadi pengertian sunyata=wujud, wujud=sunyata disini maknanya bahwa keberadaan itu sendiri (wujud) sebenarnya kosong, karena merupakan gabungan sebab-akibat, dan dalam kekosongan itu ada wujud (maknanya, dalam kegaiban Kebuddhaan itu segala sesuatu bisa diciptakan, termasuk bentuk kehidupan seperti ini).

Catatan:
Kosong disini bukan berarti tidak ada (seperti istilah sebuah wadah yang kosong melompong), tapi kosong lebih berarti tidak ada substansi yang kekal/tetap/independen/sejati.
Analogi yang mendekati, yaitu udara, dimana udara tidak memiliki bentuk (form) yang sejati, karena itu udara bisa mengisi ruang dan wadah apapun. Bentuk dan potensi udara dalam hal ini (sebagai analogi dari sifat kosong setiap makhluk) adalah tak terbatas, karena sifat fleksibel dari udara tersebut.

Aspek lain penjelasan kekosongan (sunyata) berkaitan dengan pencapaian nibbana:
Karena inti diri kita sebenarnya kosong (berupa gabungan dari sekian banyak unsur-unsur pembentuk), maka Kebuddhaan dapat dicapai (Nibbana). Sebaliknya, bila kita sudah memiliki identitas (nature/sifat) tertentu, misalnya roh yang pemarah, jiwa yang suka bersedih, maka amat tidak mungkin nibbana dicapai (karena sudah ada substansi/inti yang tidak bisa diubah).

Nah, itu kaitan anatta dengan sunyata, seperti ditanyakan Sdr. Cumi beberapa waktu lalu.

Demikian, atas kekurangannya disana-sini saya mohon maaf dan mohon masukannya. Terima kasih.  _/\_

adakah kata lain dari WUJUD ?
bolehkah dibuat 5 kalimat yg berhubungan dgn aktivitas sehari-hari dgn perkataan wujud ?

apa kata lain dari WUJUD ? ada berapa kata samanya dgn wujud ?

plst master,,... ngajarnya yg tuntas ya... jangan sepenggal-penggal...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 19 December 2012, 07:32:48 PM
Karena inti diri kita sebenarnya kosong (berupa gabungan dari sekian banyak unsur-unsur pembentuk), maka Kebuddhaan dapat dicapai (Nibbana). Sebaliknya, bila kita sudah memiliki identitas (nature/sifat) tertentu, misalnya roh yang pemarah, jiwa yang suka bersedih, maka amat tidak mungkin nibbana dicapai (karena sudah ada substansi/inti yang tidak bisa diubah).

ternyata bro sunya percaya adanya roh  dan adanya jiwa :o
jangan2 roh bro sunya bisa melayang2 pisah dari tubuhnya, kayak difilm.  ^-^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 19 December 2012, 09:09:47 PM
ternyata bro sunya percaya adanya roh  dan adanya jiwa :o
jangan2 roh bro sunya bisa melayang2 pisah dari tubuhnya, kayak difilm.  ^-^

panatik ROH, siapa dulu gurunya ? mohon transparansi....
mahayana aliran yg mana tuhhh ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 20 December 2012, 08:13:17 AM
ternyata bro sunya percaya adanya roh  dan adanya jiwa :o
jangan2 roh bro sunya bisa melayang2 pisah dari tubuhnya, kayak difilm.  ^-^

ah ternyata guru/master sunya udah mulai sering bolos gak ngajar lagi....

kenapa anatta sampai page sekian baru dibahas ? kenapa nunggu sampai ditanya cumi ?
apa manfaat nya menulis dan membingungin orang ? siapa yg akan baca berhalaman-laman..
tapi akhirnya menemukan kosong=isi isi = kosong ?.... kenapa judulnya begitu LOYO ?
mohon masukannya !... x'mas master libur kemana ya ? mulai tanggal berapa ?
 _/\_ :( :( :| ;) :o
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 20 December 2012, 08:17:02 AM
Quote
.....dari page 1

Karena itu, Kosong = Isi, berarti:

Dalam ketiadaan (Tiada Aku, tapi bukan kemusnahan/nihilisme), ada fenomena (yaitu kehidupan ini beserta makhluknya, termasuk "saya" dalam gabungan skhandas/agregat).

Isi = Kosong, artinya:

Dalam kewujudan ini (keberadaan/kehidupan yang seolah tanpa akhir ini), sesungguhnya mereka bukan (tiada) apa-apa, atau (kita kenal dengan) Anatta.

Makhluk-makhluk itu semua sunya (kosong), karena jika mereka mencapai Kebuddhaan (Ia/Mereka dengan huruf kapital), maka identitas yang Mereka kenai (pakai) saat ini adalah tidak "valid" (mungkin ada kata yang lebih tepat, saya tidak menemukannya saat mengetikkan ini).

Mengapa?

Karena identitas yang Mereka kenakan saat ini, adalah: Karma (Proyeksi) dari diri Anda (masing-masing) sendiri.

Tanpa karma yang tepat, dalam kehidupan Anda tidak akan pernah ada sosok pemuda yang meninggalkan istana demi bertapa, lalu (disebut-sebut) mencapai kesempurnaan, dst...

Tidak akan ada itu. Bahkan, bila Anda lahir sejaman dengan Beliau (mengesampingkan faktor bahwa Anda terlahir sebagai seekor lalat atau kucing), Anda tidak akan pernah dengar, atau dengar tapi tak signifikan bagi Anda, atau bahkan dengar tapi berujung petaka bagi Anda (seperti kasus Cinca-manavika dan Devadatta).

Jadi, apakah Buddha itu mutlak adalah Guru bagi setiap insan (makhluk)?

Jawabannya, tergantung (tergantung apa karma Anda, memungkinkan atau tidak meresapi dharma dari Guru Agung Buddha Gautama).

Jadi (maka disebut/dikatakan) Buddha itu pun, Sunya dari sifat hakiki, atau, (apapun itu) tergantung siapa subyek yang mencerap/memproyeksikannya.

Sampai disini, semoga tidak terlalu melelahkan.

Besok saya lanjutkan. Silakan komentari dengan arif.


Terima kasih.
kalau kewujudan (wujud) nya master sunya spt apa ya ?
apa arti wujud ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: djoe on 20 December 2012, 10:37:03 AM
Wujud adalah kosong.

Wujud dikatakan kosong bukannya mengatakan karena mereka kosong dari objek lain. Misalnya gelas. Gelas dikatakan kosong bukan karena gelas kosong dari air, tetapi gelas itu sendiri adalah kekosongan, karena gelas tidak bisa muncul sendiri tetapi bergantung pada kondisi dan sebab.

Karena itu dikatakan :
gelas /wujud adalah dependent arsing karena itu mereka kosong dari independent self existence entity =
gelas/wujud adalah kosong.

Karena :
Karena gelas / wujud adalah kosong maka dikatakan kosong adalah gelas / wujud
karena gelas / wujud adalah dependent arsing maka ada wujud
karena gelas / wujud adalah dependent arsing maka segela sesuatu dikatakan muncul dan lenyap, bertambah dan berkurang,
Jadi fenomena seperti muncul dan lenyap, dsbnya yg berkaitan dengan wujud dimungkinkan karena nature mereka yang dependent arising, dikarenakan nature mreka yang kosong, dikarenakan mereka tidak memiliki self power entitas yang berdiri sendiri.

Jadi karena wujud adalah kosong, maka muncul fenomena, memungkinkan kemunculan wujud. karena itu dikatakan kosong adalah wujud. Sebuah lingkaran /siklus wujud adalah kosong  adalah wujud

Jadi bahwa wujud merefleksikan /mencerminkan kekosongan
wujud merupakan bayang/pantulan  di cermin dari kekosongan itu sendiri

Karena itu untuk melihat kekosongan/true nature, lihatlah pada wujud/rupa/skandha, karena kekosongan ada belakang layar dari wujud.
Ke duanya tidak terpisahkan.

Karena itu dikatakan di dalam pandangan kita ada kekosongan/penglihatan/nature dan wujud /objek yang kita lihat.
Di dalam pendengaran ada pendengaran dan objek suara yang di dengar
Seeing is not separate from the object, but seeing is not the object
Hearing is not separate from the object, but hearing is not the object
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 20 December 2012, 10:40:59 AM
Quote
dependent arsing
ini bahasa indonesianya apa ?

wujud apa = bentuk ?
bentuk = wujud ?

bagaimana pula fungsi ?

wujud = kosong ? apakah ini berlaku utk semua benda2 didunia ?
bagaimana dgn ide, teori, ramuan, dst dst ?

Kosong itu substansi
Wujud itu fungsi

dimana penjelasannya yg ini ?  :P

selain contoh dgn gelas kosong,
bagaimana dgn contoh yg lain ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: djoe on 20 December 2012, 11:11:44 AM
Wujud adalah kosong.

Wujud dikatakan kosong bukannya mengatakan karena mereka kosong dari objek lain. Misalnya gelas. Gelas dikatakan kosong bukan karena gelas kosong dari air, tetapi gelas itu sendiri adalah kekosongan, karena gelas tidak bisa muncul sendiri tetapi bergantung pada kondisi dan sebab.

Karena itu dikatakan :
gelas /wujud adalah dependent arsing karena itu mereka kosong dari independent self existence entity =
gelas/wujud adalah kosong.

Karena :
Karena gelas / wujud adalah kosong maka dikatakan kosong adalah gelas / wujud
karena gelas / wujud adalah dependent arsing maka ada wujud
karena gelas / wujud adalah dependent arsing maka segela sesuatu dikatakan muncul dan lenyap, bertambah dan berkurang,
Jadi fenomena seperti muncul dan lenyap, dsbnya yg berkaitan dengan wujud dimungkinkan karena nature mereka yang dependent arising, dikarenakan nature mreka yang kosong, dikarenakan mereka tidak memiliki self power entitas yang berdiri sendiri.

Jadi karena wujud adalah kosong, maka muncul fenomena, memungkinkan kemunculan wujud. karena itu dikatakan kosong adalah wujud. Sebuah lingkaran /siklus wujud adalah kosong  adalah wujud

Jadi bahwa wujud merefleksikan /mencerminkan kekosongan
wujud merupakan bayang/pantulan  di cermin dari kekosongan itu sendiri

Karena itu untuk melihat kekosongan/true nature, lihatlah pada wujud/rupa/skandha, karena kekosongan ada belakang layar dari wujud.
Ke duanya tidak terpisahkan.

Karena itu dikatakan di dalam pandangan kita ada kekosongan/penglihatan/nature dan wujud /objek yang kita lihat.
Di dalam pendengaran ada pendengaran dan objek suara yang di dengar
Seeing is not separate from the object, but seeing is not the object
Hearing is not separate from the object, but hearing is not the object

Jadi wujud menjadi terintegrasi (menjadi wujud) dan disintegrasi (lenyap) disebabkan adanya kondisi yaitu sifat segala sesuatu yang muncul saling bergantungan, yang tanpa /kosong dri self inherent existensi yg bebas.
Karena sifat nature ini maka ada muncul dan lenyap, bertambah dan berkurang. Segala sesuatu muncul kemudian lenyap.
Jika tidak, maka tidak mungkin ada sesuatu yg bisa muncul dan lenyap.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 20 December 2012, 11:24:20 AM
Quote
Jadi wujud menjadi terintegrasi (menjadi wujud) dan disintegrasi (lenyap) disebabkan adanya kondisi yaitu sifat segala sesuatu yang muncul saling bergantungan, yang tanpa /kosong dri self inherent existensi yg bebas.
Karena sifat nature ini maka ada muncul dan lenyap, bertambah dan berkurang. Segala sesuatu muncul kemudian lenyap.
Jika tidak, maka tidak mungkin ada sesuatu yg bisa muncul dan lenyap.

bisakah dijelaskan dgn menggunakan bahasa indonesia dan
terdpt kata : Kosong itu substansi
Wujud itu fungsi (KISWIF)

apa itu artinya substansi ? beri contoh, beri ilustrasi.!

mohon dijelaskan sampai tuntas ya master Djoe, bukan sepotong-potong... ;D
sehingga membuat org tambah penasaran....

bagaimana dgn ide, teori, ramuan, dst dst ? (dptkah dijelaskan dlm  KISWIF ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 20 December 2012, 03:54:03 PM
Quote
Henry Pai <Kalau Ísi=ksg, ksg=isi? >> sengaja buat org bingung > .. itu ada di serial tv silat judulnya " tai chi master "... xi xi..
mana belutnya ?  :P :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 20 December 2012, 08:33:10 PM
bila kosong = isi maka,
tidak tertutup kemungkinan untuk mendesain pondasi suatu bangunan dengan model menyerupai sebuah parasut.

hahaha.....

apakah pengembangan pemikiran kreatif demikian yang ingin diarahkan oleh TS?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 20 December 2012, 09:10:13 PM
bila kosong = isi maka,
tidak tertutup kemungkinan untuk mendesain pondasi suatu bangunan dengan model menyerupai sebuah parasut.

hahaha.....

apakah pengembangan pemikiran kreatif demikian yang ingin diarahkan oleh TS?

TS bukan seorang arsitektur, dan udah sangat merepotkan menjelaskan KIIK....
mohon jangan fanatik ke arsitektur dulu ya... nanti BELUTnya tambah gak keluar,
padahal ini hari hujan, cuaca dingin, angin sepoi2... kemana master sunya ya ?

disini bicara ajaran KIIK dlm Buddhism...bukan arsitektur... dan udah tentu juga
bukan bicara gelas kosong, gelas isi.... udah isi dikosongkan lagi....

 _/\_

yg belajar juga hrs memiliki kesabaran yg sangat tinggi dlm menghadapin kedua master ini...
yakni master sunya dan master Djoe.... tapi terima kasih dehh master Djoe udah mau mampir..
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 20 December 2012, 09:31:08 PM
:))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 20 December 2012, 09:37:18 PM
:))

bagaimana sunyata menjelaskan tentang kebenaran.keberadaan ajaran dhamma ?
apakah kebenaran dhamma itu juga anica atau gimana ? mohon master cepat jelasin dgn rinci ya... _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 20 December 2012, 09:40:04 PM
lalu manfaat apa yang coba ditawarkan TS?

diskusi masalah kosong isi sangat rancu,
salah arah bisa salah pengertian,
alih-alih ada manfaatnya,
malah bisa bikin orang salah pengertian dan menganggap sesuatu yang real jadi kosong

apapun yang dikatakan oleh siapapun,
masalah akan tetap menjadi masalah sebelum dilakukan tidakan real untuk menyelesaikannya,
meskipun anda melakukan meditasi dan berusaha untuk membuang/mengosongkan masalah tersebuat dari pikiran anda,
masalah itu akan tetap ada sebelum anda menyelesaikannya,

adakah manfaat yang dapat diperoleh setelah mengetahui konsep kosong= isi?
perhatikan ini,
apakah masalah anda akan menjadi selesai sendiri atau menjadi hilang/kosong setelah anda mengosongkan/melupakan masalah itu dari pikiran anda?

hahaha...........
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 20 December 2012, 09:51:00 PM
 [at] learner, masih banyak pertanyaan yang dibiarkan tidak terjawab (kosong)
plis jangan diisi lagi deh... :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 20 December 2012, 09:58:40 PM
lalu manfaat apa yang coba ditawarkan TS?

diskusi masalah kosong isi sangat rancu,
salah arah bisa salah pengertian,
alih-alih ada manfaatnya,
malah bisa bikin orang salah pengertian dan menganggap sesuatu yang real jadi kosong

apapun yang dikatakan oleh siapapun,
masalah akan tetap menjadi masalah sebelum dilakukan tidakan real untuk menyelesaikannya,
meskipun anda melakukan meditasi dan berusaha untuk membuang/mengosongkan masalah tersebuat dari pikiran anda,
masalah itu akan tetap ada sebelum anda menyelesaikannya,

adakah manfaat yang dapat diperoleh setelah mengetahui konsep kosong= isi?
perhatikan ini,
apakah masalah anda akan menjadi selesai sendiri atau menjadi hilang/kosong setelah anda mengosongkan/melupakan masalah itu dari pikiran anda?

hahaha...........
learner ini memang TELMI (telat mikir)... apa manfaat diskusi dari TS, KIIK itu rancu...
apakah learner baru taooo kalau kita kedapatan BELUT hahaha....

tapi bolehlah cumi menjadi master sementara... karna belut belum mau keluar.....

dlm Buddhism mengenal dua kebenaran... yakni kebenaran konvensional dan kebenaran hakiki (yg lebih tinggi),..
nah bila bro learner mempelajarin cuma KK bukan KH, maka bergunanya cuma sedikit.....

begitu juga soal kebahagiaan yg bro learner tau....(dpt cewek cakep, mobil bagus, duit banyak)...
   nah ini type KK, tapi kalau ketenangan batin...itu lebel lebih tinggi... dan menurut sang guru..
   kebahagian tsb adalah jauh dari segalanya yg konvensional....

kira2 cuplikannya begitu bro learner.... semoga dpt tidur nyenyak ya....

kalau soal gelas kosong, biarlah kedua master utak atik dulu aja dehhhh... sampai puas mereka.. :P :P

apakah bro learner udah terasa ISI sedikit ?  ;D ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 20 December 2012, 10:10:00 PM
learner ini memang TELMI (telat mikir)... apa manfaat diskusi dari TS, KIIK itu rancu...
apakah learner baru taooo kalau kita kedapatan BELUT hahaha....

tapi bolehlah cumi menjadi master sementara... karna belut belum mau keluar.....

dlm Buddhism mengenal dua kebenaran... yakni kebenaran konvensional dan kebenaran hakiki (yg lebih tinggi),..
nah bila bro learner mempelajarin cuma KK bukan KH, maka bergunanya cuma sedikit.....

begitu juga soal kebahagiaan yg bro learner tau....(dpt cewek cakep, mobil bagus, duit banyak)...
   nah ini type KK, tapi kalau ketenangan batin...itu lebel lebih tinggi... dan menurut sang guru..
   kebahagian tsb adalah jauh dari segalanya yg konvensional....

kira2 cuplikannya begitu bro learner.... semoga dpt tidur nyenyak ya....

kalau soal gelas kosong, biarlah kedua master utak atik dulu aja dehhhh... sampai puas mereka.. :P :P

apakah bro learner udah terasa ISI sedikit ?  ;D ;D

btw, saya boleh tanya ya master cumi...

apa sih prajna?
apa sih panna?
apa sih jhana?
apa sih tingkat konsentrasi?
seberapa pusing sih kita dapat berpikir dalam memecahkan masalah?
apa sih meditasi?
apa sih berpikir?
apa sih objek meditasi?
apa sih masalah yang dipikirkan?
apa sih tujuan berpikir?
apa itu ketenangan?
apakah tenang= tidak ada masalah?
bagaimana bisa tenang kalau ada masalah?
apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah?
apa yang dirasakan ketika masalah sudah selesai?

segitu dulu


trims

learner

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: lukas_osterhagen on 20 December 2012, 10:13:42 PM
maaf, di sutra mahayana apa yah
Sang Buddha pernah berkata kosong = isi dan sebaliknya?

cuma curiosity aja.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 21 December 2012, 04:20:42 AM
ternyata bro sunya percaya adanya roh  dan adanya jiwa :o
jangan2 roh bro sunya bisa melayang2 pisah dari tubuhnya, kayak difilm.  ^-^

Kurang teliti membaca.  _/\_

Sebaliknya, bila kita sudah memiliki identitas (nature/sifat) tertentu, misalnya roh yang pemarah, jiwa yang suka bersedih, maka amat tidak mungkin nibbana dicapai (karena sudah ada substansi/inti yang tidak bisa diubah).
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 21 December 2012, 04:27:23 AM
bila kosong = isi maka,
tidak tertutup kemungkinan untuk mendesain pondasi suatu bangunan dengan model menyerupai sebuah parasut.

hahaha.....

apakah pengembangan pemikiran kreatif demikian yang ingin diarahkan oleh TS?

Apakah Anda sudah membaca definisi kosong di thread ini? Saya kira tidak seperti di atas pengertiannya.
Memang ada kalanya kita sudah terkonsepsi melalui terjemahan baku (verbal) yang diajarkan (dalam hal ini kebanyakan orang menterjemahkan kosong seperti tidak ada apa-apa / melompong, padahal bukan itu yang dimaksud kosong dalam sunyata / emptiness).

Demikian, semoga lebih jelas. Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 21 December 2012, 04:56:02 AM
lalu manfaat apa yang coba ditawarkan TS?

diskusi masalah kosong isi sangat rancu,
salah arah bisa salah pengertian,
alih-alih ada manfaatnya,
malah bisa bikin orang salah pengertian dan menganggap sesuatu yang real jadi kosong

apapun yang dikatakan oleh siapapun,
masalah akan tetap menjadi masalah sebelum dilakukan tidakan real untuk menyelesaikannya,
meskipun anda melakukan meditasi dan berusaha untuk membuang/mengosongkan masalah tersebuat dari pikiran anda,
masalah itu akan tetap ada sebelum anda menyelesaikannya,

adakah manfaat yang dapat diperoleh setelah mengetahui konsep kosong= isi?
perhatikan ini,
apakah masalah anda akan menjadi selesai sendiri atau menjadi hilang/kosong setelah anda mengosongkan/melupakan masalah itu dari pikiran anda?

hahaha...........

Seperti para penyampai/pembabar dharma sunyata pada umumnya, kami sudah menyampaikan (saya sering mengingatkan) bahwa definisi kosong tentu saja bukan nihilitas, bahwa sunyata dan anatta juga bukan nihilisme, serta keberadaan (alam semesta dan kehidupan) juga bukan tanpa makna (absurd). Kosong dalam Buddhisme lebih bermakna bahwa substansi segala hal itu berawal dari kita sendiri, karena kehidupan itu netral (atau kosong dalam pandangan obyektif).

Khusus tentang terjemahan kosong, untuk paham arti sebenarnya: Jangan mengambil makna/terjemahan di kamus, karena bisa misinterpretasi (salah paham/mengartikan). Memang diakui keterbatasan bahasa yang sering menjadi kendala dalam menerjemahkan sutta/sutra. Karena itu untuk pembelajaran yang lebih komprehensif (luas/lengkap/menyeluruh) dalam mempelajari ajaran Buddha, disarankan juga membaca tulisan aslinya (dalam bahasa Pali atau Sanskerta), atau minimal membandingkan dengan bahasa lain (Inggris, misalnya). Saya kira itu rambu-rambu dalam memahami ajaran Buddha secara literatur dan akademis.

Tentang masalah, tentu saja masalah bukan sama dengan tidak memiliki masalah. Sudah berkali-kali dijelaskan, bahwa dingin bukan sama dengan panas, jahat bukan sama dengan baik, Buddha bukan sama dengan Mara. Namun sering saya amati (sepertinya memang kecenderungan di forum ini): Banyak oknum anggota (forum) yang entah sengaja atau tidak, berniat kurang baik atau tidak, berusaha mengaburkan arti sunyata dalam thread-thread Mahayana (dengan selalu berkomentar "mengerti = tidak mengerti", "paham = tidak paham", "wanita = pria", dsb).

Jadi memang selain topik ini cukup memerlukan kesungguhan dalam memahami (bukan topik yang ringan/sepele), para pembelajar juga harus jeli dalam menyortir pendapat/komentar yang bersifat distraksi (gangguan, rintangan).

Itu bukan hal baru, dalam samsara memang suasana kurang kondusif dan konstruktif dalam belajar dharma memang sudah "makanan" sehari-hari. Jadi bila memang serius belajar dharma, kita yang harus belajar mengkondisikannya agar menjadi baik (membuat kita berkembang). Maka, bagi saya (saran saya), abaikan saja postingan-postingan yang kurang baik (kurang bermanfaat) bagi kita semua (each of us).

Oke, semoga berbahagia. Salam dharma.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 21 December 2012, 05:22:35 AM
maaf, di sutra mahayana apa yah
Sang Buddha pernah berkata kosong = isi dan sebaliknya?

cuma curiosity aja.
cumi juga luar biasa curious...., mohon dibantu... :P :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 21 December 2012, 05:34:06 AM
btw, saya boleh tanya ya master cumi...

apa sih prajna?
apa sih panna?
apa sih jhana?
apa sih tingkat konsentrasi?
seberapa pusing sih kita dapat berpikir dalam memecahkan masalah?
apa sih meditasi?
apa sih berpikir?
apa sih objek meditasi?
apa sih masalah yang dipikirkan?
apa sih tujuan berpikir?
apa itu ketenangan?
apakah tenang= tidak ada masalah?
bagaimana bisa tenang kalau ada masalah?
apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah?
apa yang dirasakan ketika masalah sudah selesai?

segitu dulu


trims

learner

Kosong itu substansi
Wujud itu fungsi


1 apa itu kosong
2 apa itu substansi
3 apa itu wujud
4 apa itu fungsi

ini PR yg hrs diselesaikan dulu, kalau kagak nanti dibilang BELUT lagi...


sedikit menghibur yg bertanya....
Quote
seberapa pusing sih kita dapat berpikir dalam memecahkan masalah?
apakah tenang= tidak ada masalah?
bagaimana bisa tenang kalau ada masalah?
apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah?
apa yang dirasakan ketika masalah sudah selesai?
masalah = duit
(jadi bila masalah ada dan datang, berbahagialah, karna masalah dpt menghasilkan duit)

contoh : ada org bermasalah mencari pacar,.... nah bro dirikan biro JODOH,
             membantu dan udah tentu ada fee nya dgn berbagai tarif.....
             Business ini menghasilkan duit lho...

             umpamanya ... dia request ehhhh tolong cariin gadis cantik
             rambut pirang mata biru...tapi harus KEMBAR TIGA.....
             nah ini adalah MASALAH BESAR,... jadi tarifnya pun
             bisa SELANGIT.....

             ingat masalah besar, berbahagialah...
                 karna ujung2nya berpeluang menjadi business
                   yg menghasilkan DUIT BESAR

gimana, puas..? udah tentu kalau yg pertanyaan lain dari learner ,
udah tentu master sunya dan master Djoe lebih jago....tarik sono sini...biar melar... ^:)^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 21 December 2012, 06:27:29 AM
Kurang teliti membaca.  _/\_


anda yang menulis roh dan jiwa,
ditanya ! ngomong tidak teliti !!
jadi roh dan jiwa apa yang dimaksud ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: lukas_osterhagen on 21 December 2012, 07:49:44 AM
roh gentayangan  ^-^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: djoe on 21 December 2012, 04:33:41 PM
 _/\_
Segala sesuatu adalah proyeksi dari kosong
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 21 December 2012, 06:17:15 PM
_/\_
Segala sesuatu adalah proyeksi dari kosong
bisa dijabarkan dibuktikan ?


bagaimana mengaplikasikan sunyata dlm kehidupan sehari-hari ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 21 December 2012, 08:56:46 PM
_/\_
Segala sesuatu adalah proyeksi dari kosong

apakah segala sesuatu adalah hanya proyeksi pikiran?
bisa kacau kalau memang demikian,

apakah orang yang duduk disebelah anda adalah proyeksi dari pikiran anda?

apakah kalau saya tidak sedang berada bersama anda artinya saya tidak pernah ada?

hahaha..........
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 21 December 2012, 11:47:02 PM
_/\_
Segala sesuatu adalah proyeksi dari kosong

bagaimana KOSONG dapat memproyeksikan SESUATU ?

coba buktikan, jangan ASBUN....
kasih contoh,
kasih ilustrasi,

apa artinya kosong tsb ? nahhh... yg jelas dungg.. :o :o
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 22 December 2012, 05:36:24 AM
_/\_
Segala sesuatu adalah proyeksi dari kosong

ini bahasa tingkat rendah, dikatakan rendah karena tidak dipahami orang tingkat tinggi. =))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 22 December 2012, 06:19:04 AM
anda yang menulis roh dan jiwa,
ditanya ! ngomong tidak teliti !!
jadi roh dan jiwa apa yang dimaksud ?

Tampaknya Anda masih harus belajar cara berkomunikasi. :)

Agama Buddha percaya hukum karma yang mengatur nasib setiap individu. Sebaliknya, agama dan kepercayaan lain cukup banyak yang percaya bahwa nasib ditentukan oleh sosok Adi Kodrati - Sang Penentu Nasib, Hidup dan Mati setiap makhluk.

Nah, dalam kalimat di atas, apakah saya harus menjelaskan suatu premis yang berlaku umum, namun di luar kompetensi saya (karena saya beragama Buddha)?

Menulis sesuatu bukan berarti saya adalah nara sumber (dari kepercayaan roh dan jiwa tersebut). Bila Anda mau bertanya, tanyalah pada yang kompeten.

Semoga Anda paham (secara bahasa dan intelektual).

Salam dharma dan tetap giat belajar.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 22 December 2012, 06:28:58 AM
bagaimana KOSONG dapat memproyeksikan SESUATU ?

coba buktikan, jangan ASBUN....
kasih contoh,
kasih ilustrasi,

apa artinya kosong tsb ? nahhh... yg jelas dungg.. :o :o

ini bahasa tingkat rendah, dikatakan rendah karena tidak dipahami orang tingkat tinggi. =))

Bertanyalah yang sopan, jika Anda seorang Buddhist yang beretika dan menjunjung tinggi kesantunan berperilaku. Jika Anda hanya jago dharma secara teori namun prakteknya nol besar, lalu apa gunanya? Skeptis itu boleh, tapi jangan meremehkan apalagi melecehkan.

Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 22 December 2012, 07:51:08 AM
Bertanyalah yang sopan, jika Anda seorang Buddhist yang beretika dan menjunjung tinggi kesantunan berperilaku. Jika Anda hanya jago dharma secara teori namun prakteknya nol besar, lalu apa gunanya? Skeptis itu boleh, tapi jangan meremehkan apalagi melecehkan.

Salam.  _/\_

terima kasih master sunya telah mengingatkan kita kembali...
diskusi dhamma sebaiknya SABAR dan SANTUN.

kalau di FORUM, ya memang tempat diskusi,... ya lebih di titik beratkan pembahasan, sutta2 maupun teori/penafsiran/catatan....

walaupun seseorang udah sangat hebat dlm praktek meditasi, tetapi begitu sampai di forum dan buat thread, maka dia juga harus menulis dgn baik, jelas, dan menarik utk dibaca....

kalau soal SANTUN ini ya memang harus dinilai oleh pihak ke 3 (juri), apakah ada terdapat kata2 tidak santun. Kalau memang demikian, saatnya master sunya melapor pada MOD disini, supaya diambil tindakan tegas dan peringatan.

Bagi cumi, SANTUN adalah menjawab dan membabarkan dhamma dgn singkat padat jelas dan menyenangkan. memang setiap orang bisa punya defenisi yg lain pula.

master sunya bilang SUTTA-MINDED, trus gw tanya ngapain Ananda beserta 500 arahat menulis kembali ajaran Buddha pada kosiliasi pertama ? ngapain ? ngapain ?..... dan master memilih tidak jawab....
kalau tidak penting ngapain ditulis kembali ?....kan bisa bilang...ahhh praktek lebih penting...buat apa ditulis dlm sutta ? kenapa ? kenapa ? kenapa ?

mohon dijawab dgn cara biasa saja, jangan cara belut lagi ya.... :P :P :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: djoe on 22 December 2012, 08:27:14 AM
ini bahasa tingkat rendah, dikatakan rendah karena tidak dipahami orang tingkat tinggi. =))

 _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 22 December 2012, 08:33:50 AM
terima kasih master sunya telah mengingatkan kita kembali...
diskusi dhamma sebaiknya SABAR dan SANTUN.

kalau di FORUM, ya memang tempat diskusi,... ya lebih di titik beratkan pembahasan, sutta2 maupun teori/penafsiran/catatan....

walaupun seseorang udah sangat hebat dlm praktek meditasi, tetapi begitu sampai di forum dan buat thread, maka dia juga harus menulis dgn baik, jelas, dan menarik utk dibaca....

kalau soal SANTUN ini ya memang harus dinilai oleh pihak ke 3 (juri), apakah ada terdapat kata2 tidak santun. Kalau memang demikian, saatnya master sunya melapor pada MOD disini, supaya diambil tindakan tegas dan peringatan.

Bagi cumi, SANTUN adalah menjawab dan membabarkan dhamma dgn singkat padat jelas dan menyenangkan. memang setiap orang bisa punya defenisi yg lain pula.

master sunya bilang SUTTA-MINDED, trus gw tanya ngapain Ananda beserta 500 arahat menulis kembali ajaran Buddha pada kosiliasi pertama ? ngapain ? ngapain ?..... dan master memilih tidak jawab....
kalau tidak penting ngapain ditulis kembali ?....kan bisa bilang...ahhh praktek lebih penting...buat apa ditulis dlm sutta ? kenapa ? kenapa ? kenapa ?

mohon dijawab dgn cara biasa saja, jangan cara belut lagi ya.... :P :P :P

1. Boleh tahu aturan darimana bahwa tempat diskusi ini menitikberatkan tafsiran/teori/catatan/sutta?

2. Saya merasa Anda juga kurang menulis dengan baik dan jelas (contohnya tentang bagaimana sunyata menurut sudut pandang Pendeta). Apa bisa dikatakan Anda melanggar aturan forum? Anda juga kerap menyebut belut dan ungkapan semacamnya (yang kurang menghargai lawan diskusi). Apakah ini baik dan benar?

3. Pengertian santun Anda adalah versi Anda sendiri, yang benar santun itu adalah sesuai etika dan kemoralan. Bila menurut Anda santun = menjawab dengan singkat, padat dan jelas, orang lain (termasuk saya) tentu juga mempunyai kriteria serupa dalam bertanya-jawab (yang mana sudah saya sebutkan, Anda harus konsisten dan koheren dalam bertanya, juga bukan bersifat membandingkan dengan kepercayaan/aliran Anda sekarang).

4. Anda sedang mengulang kesalahan sama (poin no. 3), yaitu saya sudah menjawab pertanyaan tersebut pada Adi Lim, namun Anda tidak menyimak (atau mungkin mengabaikannya).

Saya kira Anda bisa menghormati diri Anda sendiri dengan tidak menggunakan nama hewan tertentu dalam diskusi (kecuali kita sedang membahas tentang fauna dan sejenisnya).

Salam.

Semoga Anda berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 22 December 2012, 08:35:33 AM
Quote
Menulis sesuatu bukan berarti saya adalah nara sumber (dari kepercayaan roh dan jiwa tersebut). Bila Anda mau bertanya, tanyalah pada yang kompeten.

menulislah apa yg anda kompeten...  roh tidak diyakinin oleh Buddhism...jadi mau dibahas mananya ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 22 December 2012, 08:51:39 AM
1. Boleh tahu aturan darimana bahwa tempat diskusi ini menitikberatkan tafsiran/teori/catatan/sutta?
a. bisa bilang jangan sutta minded, yg penting praktek
b. bagaimana sepotong sutta dpt dijelaskan dgn baik dari praktek.
pilih a atau b ?


2. Saya merasa Anda juga kurang menulis dengan baik dan jelas (contohnya tentang bagaimana sunyata menurut sudut pandang Pendeta). Apa bisa dikatakan Anda melanggar aturan forum? Anda juga kerap menyebut belut dan ungkapan semacamnya (yang kurang menghargai lawan diskusi). Apakah ini baik dan benar?
seorang diinterview di kantor Microsoft...
salah satu pertanyaannya adalah : bagaimana anda menjelaskan database pada anak dibawah 10thn...
jadi bagaimana master menjelaskan Sunyata dari sudut pandang Pendeta... sanggupkah ?

kalau org mengatakan kita BELU, bisa juga dibuktikan dgn penjelasan/tulisan bahwa kita bukan golongan tsb


3. Pengertian santun Anda adalah versi Anda sendiri, yang benar santun itu adalah sesuai etika dan kemoralan. Bila menurut Anda santun = menjawab dengan singkat, padat dan jelas, orang lain (termasuk saya) tentu juga mempunyai kriteria serupa dalam bertanya-jawab (yang mana sudah saya sebutkan, Anda harus konsisten dan koheren dalam bertanya, juga bukan bersifat membandingkan dengan kepercayaan/aliran Anda sekarang).
ehhh ternyata ada org nulis buku dgn judul : THE IMPOSSIBLE QUESTION
dia adalah krisnamurti....ahhh salah satu favoritenya guru meditasi...hehehee..
kalau master ada waktu kan bisa baca2 juga...
cumi memang sulit mengendalikan diri, kalau soal bertanya.....mohon dimaklumin


4. Anda sedang mengulang kesalahan sama (poin no. 3), yaitu saya sudah menjawab pertanyaan tersebut pada Adi Lim, namun Anda tidak menyimak (atau mungkin mengabaikannya).
Sebagian orang bertanya bukannya mereka tidak tau... tapi bisa saja mereka ini ingin melihat apakah ada cara yg lebih kreatif utk menjawab pertanyaan tsb....

Saya kira Anda bisa menghormati diri Anda sendiri dengan tidak menggunakan nama hewan tertentu dalam diskusi (kecuali kita sedang membahas tentang fauna dan sejenisnya).

Salam.

Semoga Anda berbahagia.  _/\_

Bagaimana mengaplikasikan SUNYATA dlm kehidupan sehari-hari ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 22 December 2012, 10:20:24 AM
Tampaknya Anda masih harus belajar cara berkomunikasi. :)

emang anda pintar komunikasi ??
kayaknya tidak deh, jago berkelit !! iya !

Quote
Agama Buddha percaya hukum karma yang mengatur nasib setiap individu. Sebaliknya, agama dan kepercayaan lain cukup banyak yang percaya bahwa nasib ditentukan oleh sosok Adi Kodrati - Sang Penentu Nasib, Hidup dan Mati setiap makhluk.

Nah, dalam kalimat di atas, apakah saya harus menjelaskan suatu premis yang berlaku umum, namun di luar kompetensi saya (karena saya beragama Buddha)?

bold n biru, maksudnya anda bukan beragama buddha ?

Quote
Menulis sesuatu bukan berarti saya adalah nara sumber (dari kepercayaan roh dan jiwa tersebut). Bila Anda mau bertanya, tanyalah pada yang kompeten.

salut gue saya ama ilmu belut yang anda miliki

teman2 DC disini bertanya dan minta penjelasan, malah anda sarankan untuk melepas 'kefanatikan' dulu baru akan dijelaskan.
anda percaya adanya roh dan jiwa, ketika ditanya masalah roh dan jiwa, anda malah berkelit utk tanya kepada yang pintar dan berkompeten.

mungkin ada julukan baru 'Sang Belut yang berISI ternyata KOSONG melompong'
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 22 December 2012, 10:36:51 AM
Quote
1 mungkin ada julukan baru 'Sang Belut yang berISI ternyata KOSONG melompong'

2 jurus maestro BELUT yg kelihatan berisi, ternyata KOSONG melompong...

pilihan lain boleh ya bro Adi Lim....

Bagaimana mengaplikasikan SUNYATA dlm kehidupan sehari-hari ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 22 December 2012, 11:27:02 AM
Manfaat mengaplikasikan SUNYATA dlm kehidupan sehari-hari dgn mudah

(bagaimana master sunya dan master Djoe membuat thread baru dgn judul tsb ?)
 :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 22 December 2012, 01:15:50 PM
emang anda pintar komunikasi ??
kayaknya tidak deh, jago berkelit !! iya !

bold n biru, maksudnya anda bukan beragama buddha ?

salut gue saya ama ilmu belut yang anda miliki

teman2 DC disini bertanya dan minta penjelasan, malah anda sarankan untuk melepas 'kefanatikan' dulu baru akan dijelaskan.
anda percaya adanya roh dan jiwa, ketika ditanya masalah roh dan jiwa, anda malah berkelit utk tanya kepada yang pintar dan berkompeten.

mungkin ada julukan baru 'Sang Belut yang berISI ternyata KOSONG melompong'

Lihat, Anda bahkan tidak bisa memahami sebuah kalimat. Sudah jelas saya tulis saya beragama Buddha, Anda masih bertanya.
Anda melabeli saya jago berkelit, hanya karena saya tidak memberi jawaban sesuai keinginan Anda. Anda harus belajar menerima kenyataan, tidak semua hal di dunia ini ideal (khusus dalam bertanya-jawab, terimalah jawaban apapun yang diberikan orang, karena Anda dalam posisi berdiskusi, bukan mendikte atau mendoktrin).

Tentu Anda harus melepas kefanatikan, salah satunya menganggap sutta sebagai satu-satunya pedoman pelatihan diri, dan menganggap aliran Anda (tidak usah saya sebutkan, karena kurang etis) sebagai satu-satunya aliran paling benar.

Apa pernah saya menulis saya percaya roh, atau saya tidak percaya roh? Saya bahkan tidak memberi komentar sedikit pun terkait hal itu. Anda harus lebih banyak lagi belajar berbahasa dengan baik (khususnya memahami isi sebuah tulisan).

Fanatisme memang kerap kali jadi penghalang, membaca suatu ungkapan dan istilah, sudah muncul rasa alergi; saya tidak percaya roh, saya tidak percaya tuhan, saya tidak percaya ada aliran lain lebih benar dari aliran saya, dst. Hal seperti ini yang menghalangi penggugahan (enlightment). So, let it be... :)

Salam dharma untuk Anda, semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 22 December 2012, 02:54:47 PM
Manfaat mengaplikasikan SUNYATA
   dlm kehidupan sehari-hari dgn mudah


pertanyaan umum, biasa... mau di BELUTin ?  :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 22 December 2012, 07:04:30 PM
Manfaat mengaplikasikan SUNYATA
   dlm kehidupan sehari-hari dgn mudah


semoga cepat dibahas oleh master sunya dan master djoe...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: lukas_osterhagen on 22 December 2012, 08:42:48 PM
Bro Sunya dkk,
kalau masbro Cumi gak bisa jawab
kita pakein mentega dan goreng jadi
cumi goreng mentega asem manis
pake bawang bombai. <:-P

mantab bener  :jempol:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 22 December 2012, 10:53:34 PM
Bro Sunya dkk,
kalau masbro Cumi gak bisa jawab
kita pakein mentega dan goreng jadi
cumi goreng mentega asem manis
pake bawang bombai. <:-P

mantab bener  :jempol:

apa susahnya menjawab sih ?

apakah bro lukas udah mendptkan pencerahan di topik ini,
   atau cuma manut manut sama kedua master tsb ?

 _/\_ :P

kalau mau goreng cumi ya, siapin duit dan kepasar ikan dulu... :P
Title: meditator=meditasi naik motor
Post by: learner on 23 December 2012, 12:43:22 AM
apakah wujud sunyata sementara dalam kehidupan sehari2?

analisis saya demikian,

menurut saya keadaan sunyata sementara sering kali dijumpai dalam kehidupan sehari2
faktor2 penyebabnya adalah tingkat konsentrasi, kewaspadaan, reflek, dan sifat tidak melekat, keseimbangan


salah satu contoh realnya adalah

saat anda sedang mengendarai motor,
tingkat konsentrasi dan kewaspadaan terpusat pada keadaan di jalan, tapi tidak fokus ke salah satu objek di jalan

anda melihat keadaan dan gerakan kendaraan di jalan dengan kewaspadaan tinggi,
anda diharuskan melihat,
anda juga diharuskan untuk tidak melekat pada salah satu objek saja di jalan,
bila anda melekat saja pada objek tersebut,
anda akan jatuh atau menabrak.

anda melihat tapi tidak melekat,
apakah kondisi demikian yang maksud oleh TS sebagai isi tapi kosong?

atau
melihat tapi tidak melekat pada objek yang dilihat sehingga bisa dianggap tidak melihat.

waktu anda naik mengendarai motor,
anda juga sebenarnya menjaga keseimbangan,
tapi lagi2 anda dituntut untuk tidak memfokuskan pikiran anda pada keseimbangan itu,
apakah demikian yang disebut seimbang tanpa berusaha untuk menyeimbangkan?
kalau anda berusaha untuk menyadari keadaan keseimbangan anda,
maka motor anda pasti akan menjadi tidak seimbang
hahaha..........

ini sih cuma penalaran saya pribadi saja,
kalau memang ada yang tidak bersesuaian mohon dikoreksi.

trims

learner

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 23 December 2012, 06:27:12 AM
Lihat, Anda bahkan tidak bisa memahami sebuah kalimat. Sudah jelas saya tulis saya beragama Buddha, Anda masih bertanya.

bahkan anda menambah ? (tanda tanya)
yang membuat saya bertanya !

Quote
Anda melabeli saya jago berkelit,
memang kenyataan toh
kok anda tidak bertanya, kenapa saya tidak melabeli member lain !

Quote
hanya karena saya tidak memberi jawaban sesuai keinginan Anda.

bahkan anda berhak utk tidak menjawab kok !

Quote
Anda harus belajar menerima kenyataan, tidak semua hal di dunia ini ideal (khusus dalam bertanya-jawab, terimalah jawaban apapun yang diberikan orang, karena Anda dalam posisi berdiskusi, bukan mendikte atau mendoktrin).

betul sekali.
karena ini forum bebas, untuk bertanya dan menjawab.

Quote
Tentu Anda harus melepas kefanatikan, salah satunya menganggap sutta sebagai satu-satunya pedoman pelatihan diri, dan menganggap aliran Anda (tidak usah saya sebutkan, karena kurang etis) sebagai satu-satunya aliran paling benar.

IMO : bahkan anda lebih fanatik lagi, karena menuding member lain fanatik dan meminta syarat untuk melepas 'kefanatikan' baru akan di jelaskan.

Quote
Apa pernah saya menulis saya percaya roh, atau saya tidak percaya roh? Saya bahkan tidak memberi komentar sedikit pun terkait hal itu. Anda harus lebih banyak lagi belajar berbahasa dengan baik (khususnya memahami isi sebuah tulisan).

Aspek lain penjelasan kekosongan (sunyata) berkaitan dengan pencapaian nibbana:
Karena inti diri kita sebenarnya kosong (berupa gabungan dari sekian banyak unsur-unsur pembentuk), maka Kebuddhaan dapat dicapai (Nibbana). Sebaliknya, bila kita sudah memiliki identitas (nature/sifat) tertentu, misalnya roh yang pemarah, jiwa yang suka bersedih, maka amat tidak mungkin nibbana dicapai (karena sudah ada substansi/inti yang tidak bisa diubah).

apakah diatas penulisan anda atau bukan ? atau anda masih mau berkelit !
saya bertanya apa itu roh pemarah dan jiwa yang suka bersedih itu,
ternyata tidak mampu menjawab dan mengalihkan kepada yang berkompeten utk menjawab.

Quote
Fanatisme memang kerap kali jadi penghalang, membaca suatu ungkapan dan istilah, sudah muncul rasa alergi; saya tidak percaya roh, saya tidak percaya tuhan, saya tidak percaya ada aliran lain lebih benar dari aliran saya, dst. Hal seperti ini yang menghalangi penggugahan (enlightment). So, let it be... :)

malah saya melihat anda lebih fanatik.  :whistle:

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 23 December 2012, 06:45:11 AM
_/\_
Segala sesuatu adalah proyeksi dari kosong

jika dilihat dari judul TS, harusnya ada tambahan,

Segala sesuatu adalah proyeksi dari isi

makanya kosong=isi dan isi=kosong , setujukah master Sunya ?     
=))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 23 December 2012, 06:53:47 AM
Bro Sunya dkk,
kalau masbro Cumi gak bisa jawab
kita pakein mentega dan goreng jadi
cumi goreng mentega asem manis
pake bawang bombai. <:-P

mantab bener  :jempol:

anda salah, bahkan cumi polos yang banyak bertanya !
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 23 December 2012, 11:08:42 AM
Manfaat mengaplikasikan SUNYATA
   dlm kehidupan sehari-hari dgn mudah


semoga cepat dibahas oleh master sunya dan master djoe...

Sudah pernah saya jawab: Jadilah orang baik (be a good person).

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23523.msg426805.html#msg426805
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 23 December 2012, 11:10:47 AM
bahkan anda menambah ? (tanda tanya)
yang membuat saya bertanya !
memang kenyataan toh
kok anda tidak bertanya, kenapa saya tidak melabeli member lain !

bahkan anda berhak utk tidak menjawab kok !

betul sekali.
karena ini forum bebas, untuk bertanya dan menjawab.

IMO : bahkan anda lebih fanatik lagi, karena menuding member lain fanatik dan meminta syarat untuk melepas 'kefanatikan' baru akan di jelaskan.

apakah diatas penulisan anda atau bukan ? atau anda masih mau berkelit !
saya bertanya apa itu roh pemarah dan jiwa yang suka bersedih itu,
ternyata tidak mampu menjawab dan mengalihkan kepada yang berkompeten utk menjawab.

malah saya melihat anda lebih fanatik.  :whistle:

Rupanya ingin berdebat kusir. :)

Semoga Anda berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 23 December 2012, 11:17:46 AM
jika dilihat dari judul TS, harusnya ada tambahan,

Segala sesuatu adalah proyeksi dari isi

makanya kosong=isi dan isi=kosong , setujukah master Sunya ?     
=))

Mungkin bagi Anda dharma cuma bahan tertawan. Coba sesekali Anda renungkan, kalau orang lain menerapkan metode yang Anda terapkan disini pada aliran Anda (bertanya hanya untuk melecehkan dan menertawakan) apa reaksi Anda?

Siapa pun bisa melakukan itu, dan biasanya sebagai pemuasan ego bahwa alirannya paling benar dan orisinil (walau pada kenyataannya, setiap aliran tak luput dari kekurangan dan kelemahan).

Semoga bahagia dan sejahtera. Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 23 December 2012, 11:26:39 AM
Sudah pernah saya jawab: Jadilah orang baik (be a good person).

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23523.msg426805.html#msg426805

yakinkah master sunya memiliki kemampuan utk menjawab ?


Mungkin bagi Anda dharma cuma bahan tertawan. Coba sesekali Anda renungkan, kalau orang lain menerapkan metode yang Anda terapkan disini pada aliran Anda (bertanya hanya untuk melecehkan dan menertawakan) apa reaksi Anda?

Siapa pun bisa melakukan itu, dan biasanya sebagai pemuasan ego bahwa alirannya paling benar dan orisinil (walau pada kenyataannya, setiap aliran tak luput dari kekurangan dan kelemahan).

Semoga bahagia dan sejahtera. Salam.  _/\_
KIIK > itu lah judul yg .... ditulis utk
pemuasan ego  master sunya sendiri....

 _/\_ :-[

Manfaat mengaplikasikan SUNYATA
   dlm kehidupan sehari-hari dgn mudah

jawab disini aja, gak usah membelut di tempat lain... :-t :-t :-t
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 23 December 2012, 05:05:56 PM
Mungkin bagi Anda dharma cuma bahan tertawan. Coba sesekali Anda renungkan, kalau orang lain menerapkan metode yang Anda terapkan disini pada aliran Anda (bertanya hanya untuk melecehkan dan menertawakan) apa reaksi Anda?

anda tidak usah mengkaitkan pertanyaan atau penyataan saya dengan suatu aliran, anda hanya bisa mengeluh, mengakaitkan aliran dan kefanatikan aliran (kelihatan cengeng sekali)
bahkan sampai sekarang saya tidak pernah menyebut aliran2 yang anda maksud.
saya kira anda terlalu sensi, karena ketidakmampuan anda, sehingga suka menuduh tanpa bukti, yang bisa cuma menuduh dan menghakimi

Quote
Siapa pun bisa melakukan itu, dan biasanya sebagai pemuasan ego bahwa alirannya paling benar dan orisinil (walau pada kenyataannya, setiap aliran tak luput dari kekurangan dan kelemahan).

saya tidak pernah melarang anda utk bersuka ria dalam diskusi, silahkan saja, cuma diingatkan anda jangan pakai bahasa kasar dan makian (karena ada wasit moderator)

NB. Yang benar ada aliran air di sungai/kali, jika tidak percaya boleh kunjungi sungai tsb.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 23 December 2012, 05:10:16 PM
Rupanya ingin berdebat kusir. :)

Semoga Anda berbahagia.  _/\_

begitulah tuduhan yang anda mampu
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 23 December 2012, 05:31:53 PM
begitulah tuduhan yang anda mampu

kemungkinan besar topik ini terlalu berat utk master sunya maupun master djoe, sehingga dgn terpaksa mereka berkelit terus...dgn berbagai alasan...

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 23 December 2012, 06:36:44 PM
yakinkah master sunya memiliki kemampuan utk menjawab ?

KIIK > itu lah judul yg .... ditulis utk
pemuasan ego  master sunya sendiri....

 _/\_ :-[

Manfaat mengaplikasikan SUNYATA
   dlm kehidupan sehari-hari dgn mudah

jawab disini aja, gak usah membelut di tempat lain... :-t :-t :-t

Saya sudah menjawab. Apapun persepsi Anda tentang tulisan saya, itu adalah urusan Anda pribadi.

Salam. Semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 23 December 2012, 06:45:41 PM
Saya sudah menjawab. Apapun persepsi Anda tentang tulisan saya, itu adalah urusan Anda pribadi.

Salam. Semoga berbahagia.  _/\_

seorang guru yg baik akan bertanya kembali pada muridnya...

bagian mana yg murid tidak mengerti ?
kalau sunyata dpt dimengerti oleh orang lebih banyak seharusnya lebih baik...
bukan dgn mengucapkan ... kalau anda tidak mengerti...itu urusan anda....

ini tidak menunjukan sifat Buddhism... yg CARE.....
jadi master sunya sendiri juga bisa introspeksi dan belajar lagi sama yg lebih pinter....

mana buku kecil yg di Mahayana membahas tentang sunyata ?
master sunya menganjurkan hrs banyak membaca.... sewaktu ditanya tentang buku kecil tsb... malah membelut lagi... ? why? why ? why ?
 :'( :'(
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 23 December 2012, 06:46:14 PM
anda tidak usah mengkaitkan pertanyaan atau penyataan saya dengan suatu aliran, anda hanya bisa mengeluh, mengakaitkan aliran dan kefanatikan aliran (kelihatan cengeng sekali)
bahkan sampai sekarang saya tidak pernah menyebut aliran2 yang anda maksud.
saya kira anda terlalu sensi, karena ketidakmampuan anda, sehingga suka menuduh tanpa bukti, yang bisa cuma menuduh dan menghakimi

saya tidak pernah melarang anda utk bersuka ria dalam diskusi, silahkan saja, cuma diingatkan anda jangan pakai bahasa kasar dan makian (karena ada wasit moderator)

NB. Yang benar ada aliran air di sungai/kali, jika tidak percaya boleh kunjungi sungai tsb.

Apakah saya mengeluh, siapakah yang melabeli mengeluh?
Kalau yang membawa sutta dalam setiap topik, itu sudah pasti (tidak perlu dibuktikan bisa dilihat sendiri di thread ini). Yang membawa konsili 500 arahat juga sudah jelas, tidak perlu siapa pun untuk membuktikan. Yang membawa-bawa konsep tilakkhana pun begitu, tanpa ada relevansi secara langsung dengan topik yang sedang dibahas. Jadi bila hal di atas masih belum berkaitan dengan aliran, datang darimanakah konsep tersebut? Mohon disertakan sumber doktrinnya.

Anda mengatakan saya menuduh, berarti Anda lupa dengan tulisan-tulisan Anda sendiri.

Maaf, berkata kasar itu seperti apa? Apakah belut termasuk kata kasar? Jika kita saling memanggil dengan sebutan nama hewan apakah ini diperbolehkan?

Salam. Semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 23 December 2012, 06:47:01 PM
kemungkinan besar topik ini terlalu berat utk master sunya maupun master djoe, sehingga dgn terpaksa mereka berkelit terus...dgn berbagai alasan...

Jika Anda menganggapnya begitu, maka biarlah demikian. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 23 December 2012, 06:49:11 PM
seorang guru yg baik akan bertanya kembali pada muridnya...
bagian mana yg murid tidak mengerti ?
kalau sunyata dpt dimengerti oleh orang lebih banyak seharusnya lebih baik...
bukan dgn mengucapkan ... kalau anda tidak mengerti...itu urusan anda....

Saya tidak pernah menyatakan demikian, Anda harus lebih jeli lagi membaca (bacalah secara obyektif, non-emosional). Salam. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 23 December 2012, 06:52:37 PM
Saya tidak pernah menyatakan demikian, Anda harus lebih jeli lagi membaca (bacalah secara obyektif, non-emosional). Salam. :)

apa alasan membuat judul KIIK ? kalau bukan utk juga membesarkan ego master sunya ?
jawablah dgn jujur... karna judul spt begitu tidak begitu manfaat bagi pembaca...

diberi judul yg lebih baik, ehhh malah dicuekin... jadi maksud dan niat nya apa sihhh ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 23 December 2012, 06:58:13 PM
Quote
Maaf, berkata kasar itu seperti apa? Apakah belut termasuk kata kasar? Jika kita saling memanggil dengan sebutan nama hewan apakah ini diperbolehkan?

pinggil cumi polos aja boleh koq.... atau cumpol.... atau cumi
aja... juga bisa
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 23 December 2012, 07:05:04 PM
Rekan Cumi yang terkasih, bila Anda belum paham apa itu persepsi, ijinkan saya memberi penjelasan mudah untuk Anda.

a. Anda menganggap saya tidak mampu menjawab pertanyaan Anda.
b. Anda menganggap saya melakukan pemuasan ego.
c. Anda menganggap saya dan rekan Djoe berkelit ('membelut' istilah Anda).


Ketiga hal tersebut, adalah contoh dari persepsi Anda. Sadarilah ketika setiap individu itu anatta, Anda sedang menikmati puluhan karma Anda yang berbuah, dan Anda (makhluk dalam ketidaktahuan/avidya) sedang mengira ada sosok di luar sana yang sesuai dengan persepsi (labelisasi) Anda di atas.

Dulu saya sudah pernah menganalogikan tentang Ayah Anda, Obama, serta gempa bumi (namun Anda tidak paham atau tidak mau memahaminya karena alasan tertentu; fanatisme/sektarian), kini Anda sendiri terjebak dalam situasi dan kondisi ini (meyakini adanya sosok di luar diri yang atta/sejati, dan menganggap diri sudah mempersepsikan dunia dengan benar).

Jika Anda belum bisa menangkap penjelasan ini (yang mana sudah saya prediksikan jauh sebelum Anda membaca ini) maka saya sudah tidak akan menjelaskannya lagi lebih jauh, karena Anda bukan tidak bisa paham, namun tidak mau memahaminya (karena kemelekatan pada persepsi aliran yang Anda anut/percayai).

Oke, salam bahagia untuk Anda. Semoga selalu berbahagia.  _/\_


* Ini postingan terakhir saya untuk Cumi. Semoga beliau bisa mendapatkan jalannya dan mencapai kebahagiaan.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 23 December 2012, 07:44:52 PM
Quote
Anda sedang menikmati puluhan karma Anda yang berbuah

kedengarannya spt ancaman....

apa yg cumi perbuat sehingga menerima puluhan karma,...
apakah itu karma baik atau karma buruk ? yg jelas dikit dehhh

member di DC utk thread ini, siapakah yg mengerti penjelasan Sunyata yg diberikan oleh master sunya ? mohon beri masukan..... :P :P :P
 :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 24 December 2012, 05:27:52 AM
Apakah saya mengeluh, siapakah yang melabeli mengeluh?
Kalau yang membawa sutta dalam setiap topik, itu sudah pasti (tidak perlu dibuktikan bisa dilihat sendiri di thread ini). Yang membawa konsili 500 arahat juga sudah jelas, tidak perlu siapa pun untuk membuktikan. Yang membawa-bawa konsep tilakkhana pun begitu, tanpa ada relevansi secara langsung dengan topik yang sedang dibahas.

lho ini forum buddhis bung Sunya,
kalau bahas sutta/sutra tentunya memang jadi acuan.
apakah ada yang salah dengan anda ?

Quote
Jadi bila hal di atas masih belum berkaitan dengan aliran, datang darimanakah konsep tersebut? Mohon disertakan sumber doktrinnya.

aliran mana yang tidak mengakui sutta ?
bisakah bung Sunya sebutkan !
jawaban saya : aliran air

Quote
Anda mengatakan saya menuduh, berarti Anda lupa dengan tulisan-tulisan Anda sendiri.

coba anda baca dari awal, bagaimana awalnya anda di katakan menuduh dan menghakimi

Quote
Maaf, berkata kasar itu seperti apa? Apakah belut termasuk kata kasar? Jika kita saling memanggil dengan sebutan nama hewan apakah ini diperbolehkan?

Salam. Semoga berbahagia.  _/\_

yang dikatakan cara berdiskusi anda seperti belut.
istilah belut ngetop di forum DC memang dari sutta, bahkan sang Buddha aja pernah menyebut brahmana yang suka berkelit seperti belut.  ^-^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 24 December 2012, 05:33:20 AM
Rekan Cumi yang terkasih, bila Anda belum paham apa itu persepsi, ijinkan saya memberi penjelasan mudah untuk Anda.

a. Anda menganggap saya tidak mampu menjawab pertanyaan Anda.
b. Anda menganggap saya melakukan pemuasan ego.
c. Anda menganggap saya dan rekan Djoe berkelit ('membelut' istilah Anda).


Ketiga hal tersebut, adalah contoh dari persepsi Anda. Sadarilah ketika setiap individu itu anatta, Anda sedang menikmati puluhan karma Anda yang berbuah, dan Anda (makhluk dalam ketidaktahuan/avidya) sedang mengira ada sosok di luar sana yang sesuai dengan persepsi (labelisasi) Anda di atas.

Dulu saya sudah pernah menganalogikan tentang Ayah Anda, Obama, serta gempa bumi (namun Anda tidak paham atau tidak mau memahaminya karena alasan tertentu; fanatisme/sektarian), kini Anda sendiri terjebak dalam situasi dan kondisi ini (meyakini adanya sosok di luar diri yang atta/sejati, dan menganggap diri sudah mempersepsikan dunia dengan benar).


Jika Anda belum bisa menangkap penjelasan ini (yang mana sudah saya prediksikan jauh sebelum Anda membaca ini) maka saya sudah tidak akan menjelaskannya lagi lebih jauh, karena Anda bukan tidak bisa paham, namun tidak mau memahaminya (karena kemelekatan pada persepsi aliran yang Anda anut/percayai).

Oke, salam bahagia untuk Anda. Semoga selalu berbahagia.  _/\_


* Ini postingan terakhir saya untuk Cumi. Semoga beliau bisa mendapatkan jalannya dan mencapai kebahagiaan.


ternyata ahli meramal  ^-^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 24 December 2012, 06:56:03 AM
lho ini forum buddhis bung Sunya,
kalau bahas sutta/sutra tentunya memang jadi acuan.
apakah ada yang salah dengan anda ?

aliran mana yang tidak mengakui sutta ?
bisakah bung Sunya sebutkan !
jawaban saya : aliran air

coba anda baca dari awal, bagaimana awalnya anda di katakan menuduh dan menghakimi

yang dikatakan cara berdiskusi anda seperti belut.
istilah belut ngetop di forum DC memang dari sutta, bahkan sang Buddha aja pernah menyebut brahmana yang suka berkelit seperti belut.  ^-^

Ternyata memang jago berkelit. Saya tanya konsep yang dibawa dari aliran mana, malah berargumen aliran mana yang tidak mengacu pada sutta.
Agar Anda paham, mungkin perlu dijabarkan terperinci:
1. Pendekatan dalam Buddhisme tidak selalu melalui tulisan (sutta), tapi juga melalui samadhi dan perenungan (prajna/wisdom).
2. Dalam topik tertentu (khususnya thread ini) sutta boleh sekali dibawa 'asal' sesuai dengan konteks yang sedang dibahas. Ketika membawa sutta tidak pada tempatnya (irelevan) tentu akan membuat orang berpikir: sutta-minded atau fanatik pada aliran?
3. Sutta dalam aliran tertentu (yang sangat potensial Anda anut/yakini) adalah satu fondasi dasar dalam memahami Buddhisme, namun bukan berarti semua dharma (khususnya taraf/sekup esoterik) harus tercantum dalam kitab/sutta eksoterik tersebut.

Semoga Anda paham. :)

Tentang menuduh dan menghakimi, tentu Anda bisa mencantumkan bukti bahwa saya menuduh/menghakimi. Ditunggu lampiran bukti atas argumentasi Anda.

Anda juga boleh meniru Buddha menyebut "belut", tapi (yang selalu saya ingatkan): Gunakanlah sesuatu pada waktu, tempat dan porsi yang tepat.

Saya juga menghindari menyebut Anda "belut", walau Anda sebetulnya berkelit pada pertanyaan asal mula konsep yang dibawa.

Jadi, apakah sedang ada dua belut yang berdialog atau dua manusia? Atau hanya ada satu belutnya (yang pastinya bukan Adi Lim)?

Salam kedewasaan (maturity). Semoga Anda berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 24 December 2012, 06:58:21 AM
Quote
bahkan sang Buddha aja pernah menyebut brahmana yang suka berkelit seperti belut. 
ini menarik utk ditampilkan sutta tsb, ada yg bisa bantu ?

Rekan Cumi yang terkasih, bila Anda belum paham apa itu persepsi, ijinkan saya memberi penjelasan mudah untuk Anda.
menurut anda mudah, menurut orang lain masih belum CUKUP

a. Anda menganggap saya tidak mampu menjawab pertanyaan Anda.
kenyataan memang menyakitkan, dan cumi ini suka to the point...
b. Anda menganggap saya melakukan pemuasan ego.
kenyataan memang menyakitkan, dan cumi ini suka to the point...
c. Anda menganggap saya dan rekan Djoe berkelit ('membelut' istilah Anda).
kenyataan memang menyakitkan, dan cumi ini suka to the point...
   cumi pun sangat hafal akan kebiasaan BELUT, karna cumi juga hidup di air


Ketiga hal tersebut, adalah contoh dari persepsi Anda. Sadarilah ketika setiap individu itu anatta, Anda sedang menikmati puluhan karma Anda yang berbuah, dan Anda (makhluk dalam ketidaktahuan/avidya) sedang mengira ada sosok di luar sana yang sesuai dengan persepsi (labelisasi) Anda di atas.
spt nya mengancam, karma buruk akan menimpa pada cumi...
  cumi cuma tanya apakah master sunya dan Djo udah arahat ?


Dulu saya sudah pernah menganalogikan tentang Ayah Anda, Obama, serta gempa bumi (namun Anda tidak paham atau tidak mau memahaminya karena alasan tertentu; fanatisme/sektarian), kini Anda sendiri terjebak dalam situasi dan kondisi ini (meyakini adanya sosok di luar diri yang atta/sejati, dan menganggap diri sudah mempersepsikan dunia dengan benar).
Analogi yg master sunya tampilkan sungguh mengecewakan kwalitasnya, sehingga cumi tidak berselera membahasnya lebih lanjut... belajarlah lebih giat utk memberikan contoh2 segar yg konkrit, jelas, padat...

Jika Anda belum bisa menangkap penjelasan ini (yang mana sudah saya prediksikan jauh sebelum Anda membaca ini) maka saya sudah tidak akan menjelaskannya lagi lebih jauh, karena Anda bukan tidak bisa paham, namun tidak mau memahaminya (karena kemelekatan pada persepsi aliran yang Anda anut/percayai).
jika cumi tidak mengerti, kesalahan ada pada pengajar atau pun penerima, dan di thread ini lebih banyak penerima yg mengeluh.. jadi boleh cumi asumsikan kesalahan besar ada pada pengajar... gitu aja koq repot...

Oke, salam bahagia untuk Anda. Semoga selalu berbahagia.  _/\_
cumi selalu bahagia, dan selalu bertanya lagi...


* Ini postingan terakhir saya untuk Cumi. Semoga beliau bisa mendapatkan jalannya dan mencapai kebahagiaan.


Quote
Ini postingan terakhir saya untuk Cumi.
inilah salaH satu jurus BELUT..., belajarlah lebih ulet utk menjadi seorang guru yg baik...

sebenarnya mengajarpun tidak terlalu sulit dilakukan.... bila master sunya bukan org yg suka KABUR, ini cumi kasih saran.

cumi tanya satu kalimat, master sunya jawab satu kalimat...  (satu kalimat itu max 140 huruf)
tidak boleh panjang2, tidak boleh copas....
dgn cara begitu maka kejelasan akan tampil....
karna cumi akan memberikan pertanyaan yg TERARAH... sehingga tidak MEMBELUT...

bagaimana ?

 _/\_ :P


Quote
Saya juga menghindari menyebut Anda "belut", walau Anda sebetulnya berkelit pada pertanyaan asal mula konsep yang dibawa.

Jadi, apakah sedang ada dua belut yang berdialog atau dua manusia? Atau hanya ada satu belutnya (yang pastinya bukan Adi Lim)?
mari kita lihat siapa BELUTnya....
salah satu sifat belut adalah menghindar, dan menghilang..
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 24 December 2012, 07:06:51 AM
pertanya cumi :

1. Tingkat kesucian apa yg telah dicapai master Sunya?
2. bagaimana mengetahui bahwa tingkat tsb udah dicapai ?
3. Apakah pencapaian master Sunya tidak dibantu oleh sutta manapun ?
   (kalau iya, sutta2 apakah itu)

sementara 3 dulu....
jawablah dgn singkat, jelas dan padat.
 _/\_ :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunyata on 24 December 2012, 10:47:19 AM
Mungkin hanya persepsi saya, tapi thread ini sepertinya sudah melenceng dari maksudnya sejak beberapa halaman terakhir.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 24 December 2012, 11:39:37 AM
Mungkin hanya persepsi saya, tapi thread ini sepertinya sudah melenceng dari maksudnya sejak beberapa halaman terakhir.

Manfaat mengaplikasikan SUNYATA
   dlm kehidupan sehari-hari dgn mudah


cumi juga ingin tidak melenceng, dan bermanfaat...
ada yg bisa bantu ? bro Sunyata jangan cuma persepsi aja dunggg...
lihat apa solusinya....

Quote
mari kita lihat siapa BELUTnya....
salah satu sifat belut adalah menghindar, dan menghilang..
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: dhammadinna on 24 December 2012, 12:50:08 PM
^ ^ ^ saya tidak baca dari awal. Jadi sori kalo OOT. Hanya mau tanggepin postingan cumi yang terakhir ini saja.

Sunyata sama dengan Anatta, ga? Soalnya saya jarang baca istilah Sunyata.

kalo sama, IMHO sunyata bukan sesuatu yang diaplikasikan/dipraktikkan...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 24 December 2012, 04:43:25 PM
^ ^ ^ saya tidak baca dari awal. Jadi sori kalo OOT. Hanya mau tanggepin postingan cumi yang terakhir ini saja.

Sunyata sama dengan Anatta, ga? Soalnya saya jarang baca istilah Sunyata.

kalo sama, IMHO sunyata bukan sesuatu yang diaplikasikan/dipraktikkan...
kalau sama kenapa tdk dpt diaplikasikan ?

sunyata apakah bagian dari dhamma ?
apakah semua dhamma dpt diaplikasikan dlm kehidupan sehari-hari ?

gimana master sunya dan master djoe ?
---------------

mana buku kecil mahayana yg membahas sunyata ? koq gak ditampilkan ?
 :o :o
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 24 December 2012, 07:45:44 PM
Mungkin hanya persepsi saya, tapi thread ini sepertinya sudah melenceng dari maksudnya sejak beberapa halaman terakhir.

Karena itu saya berupaya memotong diskusi yang tidak perlu.

Mohon dukungannya agar kita semua bisa meraih manfaat dari diskusi ini.

Salam dan terima kasih.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 24 December 2012, 08:02:44 PM
^ ^ ^ saya tidak baca dari awal. Jadi sori kalo OOT. Hanya mau tanggepin postingan cumi yang terakhir ini saja.

Sunyata sama dengan Anatta, ga? Soalnya saya jarang baca istilah Sunyata.

kalo sama, IMHO sunyata bukan sesuatu yang diaplikasikan/dipraktikkan...

Oke, pertanyaan bagus.

Anatta lebih mengacu pada individu (makhluk), sedangkan sunyata lebih pada setiap fenomena yang ada (tanpa kecuali).

Sunyata dan anatta, pada dasarnya adalah pemahaman (sudut pandang dalam melihat sesuatu). Jadi dengan memahami sunyata dan anatta, harapannya tentu kita bisa menjalani hidup dengan lebih rileks, damai, dan juga bisa meraih apapun yang kita cita-citakan.

Aplikasi nyatanya kira-kira begini:
Dengan tahu bahwa setiap makhluk itu anatta, maka kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan, dan mulai memperbaiki segala sesuatu dari diri kita sendiri.
Dengan tahu bahwa setiap kejadian/peristiwa/hal apapun adalah sunya dari sifat hakiki (dengan kata lain; diakibatkan oleh saya sendiri), maka saya tidak menyesali/menyayangkan/meratapi apapun yang menimpa saya, karena kunci perbaikan nasib ada di diri saya sendiri.

Lalu, yang penting lagi, karena diri kita ini sejatinya sunya (kosong dari sifat hakiki), maka sebenarnya potensi kita adalah limitless (Tak Terbatas). Dan karena itulah Kebuddhaan maupun potensi luar biasa lainnya bisa kita capai/wujudkan.

Contoh dari aplikasi sunyata ini, tersirat dalam salah satu konsep motivasi abad 21, yaitu Law of Attraction, yang intinya kira-kira: "Kita bisa mewujudkan apa yang kita inginkan, dengan kekuatan pikiran."

Dalam Buddha Dharma, hal demikian harus ditambah lagi: "Dengan benih (seeds) yang pas/tepat."

Jadi, agama Buddha dalam hal ini menekankan pada posibilitas dan optimisme, bukan pasrah pada hukum karma seperti yang diterjemahkan (dipahami) kebanyakan orang (Buddhist maupun Non-Buddhist).

Oke, semoga bisa dimengerti. Salam damai dan optimisme.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 24 December 2012, 08:42:13 PM
kemungkinan besar topik ini terlalu berat utk master sunya maupun master djoe, sehingga dgn terpaksa mereka berkelit terus...dgn berbagai alasan...


memang tidak punya kemampuan jangan berharap banyak.
menjawab ya atau tidak, susah banget !, harus diputar-putar ???,
menyebutkan identitas bhiksu atau bukan bhiksu aja tidak punya nyali.  ^-^
bahkan minta syarat bagi yang bertanya utk melepas kefanatikan baru mau dijelaskan  :whistle:
demikian bro cumi, kesimpulan tentang sang master belut.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 24 December 2012, 09:04:47 PM
memang tidak punya kemampuan jangan berharap banyak.
menjawab ya atau tidak, susah banget !, harus diputar-putar ???,
menyebutkan identitas bhiksu atau bukan bhiksu aja tidak punya nyali.  ^-^
bahkan minta syarat bagi yang bertanya utk melepas kefanatikan baru mau dijelaskan  :whistle:
demikian bro cumi, kesimpulan tentang sang master belut.

Semoga Anda mendapatkan kebahagiaan yang tanpa syarat. Kami semua menyayangi Anda. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 24 December 2012, 10:31:41 PM
Quote
Dengan tahu bahwa setiap makhluk itu anatta, maka kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan, dan mulai memperbaiki segala sesuatu dari diri kita sendiri.

udah banyak kemajuan dehh beberapa posting terakhir master BELUT,...

belut ini tidak boleh menyalahin orang lain dan dgn terus-menerus memperbaikin diri sendiri, sehingga cara mengajarnya menjadi lebih ringkas, padat, dan mudah dimengerti.

apakah masih keberatkan kalau kita panggil master belut aja ?

 _/\_ :P


Quote
Aplikasi nyatanya kira-kira begini:
Dengan tahu bahwa setiap makhluk itu anatta, maka kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan, dan mulai memperbaiki segala sesuatu dari diri kita sendiri.
Dengan tahu bahwa setiap kejadian/peristiwa/hal apapun adalah sunya dari sifat hakiki (dengan kata lain; diakibatkan oleh saya sendiri), maka saya tidak menyesali/menyayangkan/meratapi apapun yang menimpa saya, karena kunci perbaikan nasib ada di diri saya sendiri.
apakah dalam thread ini master belut telah mencerminkan apa yg dia tulis ? sewaktu cumi mengatakan pelajaran nya tidak jelas... apa reaksi anda ?... adakah master bertanya BAGIAN MANAKAH YG BELUM MENGERTI ?.....ternyata tidak, ternyata servicesnya belum bagus.... jadi cumi sarankan perbaikin diri master belut dululah...lebih terbukalah dgn kritikan member lain....janganlah menjawab dgn ini posting terakhir... dst dst...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 24 December 2012, 10:33:12 PM
udah banyak kemajuan dehh beberapa posting terakhir master BELUT,...

belut ini tidak boleh menyalahin orang lain dan dgn terus-menerus memperbaikin diri sendiri, sehingga cara mengajarnya menjadi lebih ringkas, padat, dan mudah dimengerti.

apakah masih keberatkan kalau kita panggil master belut aja ?

 _/\_ :P

apakah master belut udah mencapai tingkat arahat ? kenapa pertanyaan ini tidak dijawab ? kenapa ? why ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 25 December 2012, 12:46:17 AM
The greatest medicine is the emptiness of everything.

kalau itu artinya apa ? kasih contoh, kasih ilustrasi master BELUT... :P
jangan berpangku tangan ya... 8)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: khiong on 25 December 2012, 07:28:01 AM


mana buku kecil mahayana yg membahas sunyata ? koq gak ditampilkan ?
 :o :o
[/quote]Sepertinya Bro Cumi sangat memahami Tipitaka, yang lain buku kecil. :-?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: khiong on 25 December 2012, 07:32:41 AM
apakah master belut udah mencapai tingkat arahat ? kenapa pertanyaan ini tidak dijawab ? kenapa ? why ?
apa ini perlu diketahui dan gunanya..?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 25 December 2012, 07:48:59 AM
apa ini perlu diketahui dan gunanya..?

sangat berguna dehh... tapi gak dijawab sebenarnya juga tao jawabannya...
cuma yg bersangkutan mungkin ego nya sedikit besar, jadi gak jawab....

bagaimana bisa tao kalau pertanyaan tsb tidak berguna ?

kalau dia arahat, berarti dia telah terbukti mencapai....dan paling baik adalah belajar pada orang yg udah mencapai...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunyata on 25 December 2012, 09:26:43 AM
Om cumi terlalu banyak menebak2, ya...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: khiong on 25 December 2012, 11:33:41 AM
sangat berguna dehh... tapi gak dijawab sebenarnya juga tao jawabannya...
cuma yg bersangkutan mungkin ego nya sedikit besar, jadi gak jawab....

bagaimana bisa tao kalau pertanyaan tsb tidak berguna ?

kalau dia arahat, berarti dia telah terbukti mencapai....dan paling baik adalah belajar pada orang yg udah mencapai...
ini menurut saya lohh... ini adalah pertanyaan menyebak/bodoh, andaikan menjawab juga bodoh.. saya rasa Bro cumi juga tau itu karena Bro Cumi sangat tinggi pemahaman Tipitakanya. :))  jadi, di ^:)^ dengan  _/\_ Bro Cumi menjelaskan pemahamannya atas topic ini, supaya saya yang bodoh ini memahami yang bisa saya pahami. Alangkah bagusnya Bro Sunya juga memahami pandangan Bro Cumi, Supaya semua berbahagia. :)) :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 25 December 2012, 01:40:21 PM
Om cumi terlalu banyak menebak2, ya...
supaya tebakannya jelas, ya tinggal dijawab aja....
kan begitu ......

bro kan usernamenya SUNYATA, seharusnya dpt menjelaskan dgn baik mengenai prihal sunyata,... kalau tidak ....sandangan nama tsb menjadi tidak berbobot...
apakah begitu ? :P

Quote
setelah Gaotama mencapai pencerahan sempurna dan kembali kepada 5 petapa... salah satu dari mereka bertanya apakah Buddha Gautama adalah DEWA ?
jadi tidak ada salahnya bertanya... apakah seorang itu dewa ? apakah seorang itu arahat ? apakah seorang itu BELUT ?  :P


----------
sunya n sunyata apakah ini ada hubungan darah ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 25 December 2012, 03:27:19 PM
apa ini perlu diketahui dan gunanya..?

perlu sekali !
makanya jaman Buddha, banyak bhikkhu dan umat awam bertanya kepada Sang Bhagava, mengenai pencapaian para siswa-i nya, kecuali 'pencapaian' jadi bodhisatva tidak pernah disebutkan. ^-^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: khiong on 25 December 2012, 03:42:00 PM
perlu sekali !
makanya jaman Buddha, banyak bhikkhu dan umat awam bertanya kepada Sang Bhagava, mengenai pencapaian para siswa-i nya, kecuali 'pencapaian' jadi bodhisatva tidak pernah disebutkan. ^-^
Benar.. Kan tanya pada Sang Bhagava, Bukan tanya pada yang bersangkutan.
apakah master belut udah mencapai tingkat arahat ?
Title: siapakah guru nya ?
Post by: cumi polos on 25 December 2012, 04:06:18 PM
Quote
Pada suatu pagi Sariputta melihat YA Assaji, salah seorang bhikkhu siswa pertama Sang Buddha sedang menerima dana makanan di Rajagaha. Ia sangat terkesan melihat penampilan YA Assaji yang damai dan agung. Ia berpikir bahwa pastilah bhikkhu itu telah mencapai arahat. Ketika YA Assaji selesai makan, ia mendekati dan memberi salam untuk kemudian bertanya siapakah guru beliau dan ajaran apakah yang diajarkan oleh gurunya itu. YA Assaji memberi tahukan bahwa gurunya adalah Sang Buddha Gotama dan bahwa beliau tidak dapat menerangkan ajaran tersebut secara panjang lebar karena belum lama menjadi bhikkhu tetapi dapat menjelaskan artinya secara singkat. Kemudian beliau mengucapkan syair berikut:

"Ye dhamma hetuppabhava,
Tesam hetum tathagato aha;
Tesañca yo nirodho ca
Evam vadi mahasamano"

"Semua benda timbul karena suatu sebab,
'Sebab' itu telah diberitahukan oleh Sang Tathagata;
Dan juga lenyapnya
Demikianlah yang diajarkan oleh
Sang Petapa Agung"

Mendengar syair tersebut, Sariputta memperoleh Mata Dhamma (Dhammacakkhu) dan menjadi seorang Sotapanna (orang yang mencapai tingkat kesucian pertama).

siapakah guru master belut ? apakah yg telah diajarkannya ?


Quote
Benar.. Kan tanya pada Sang Bhagava, Bukan tanya pada yang bersangkutan.
Bhagava aja ditanyain, apalagi.....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 25 December 2012, 05:03:30 PM
boleh tanya ya, siapa yang dimaksud master belut?  [at] Sunya ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 25 December 2012, 05:11:37 PM
boleh tanya ya, siapa yang dimaksud master belut?  [at] Sunya ?

kalau di thread ini .... urutannya adalah :

1. master sunya
2. master djoe (kandidat kuat)

serta member yg melakukan manuver belut disini....

apakah bro Hadisantoso mengerti akan KIIK (kosong = isi, isi = kosong) yg dibabarkan master sunya ? mohon sharingnya...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 25 December 2012, 05:32:31 PM
kebetulan saya ada hubungan spesial dengan mereka berdua,hehehe mereka berdua adalah guru saya,tapi ke 2 guru saya itu tidak saling mengenal.

yang master belut sudah 1 tahun lebih,yang kandidat kurang dari 1 tahun,saya jadi murid mereka di tempat yang berbeda.

jadi kalau mereka di sebut master belut,hehe saya anak belut.jadi kemampuan saya untuk share terlalu yunior.

tentang KIIK saya masih paham 50%.

maaf kalau mengganggu.
terima kasih telah di tanggapi.
salam hangat,semoga bahagia .

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 25 December 2012, 05:56:40 PM
kebetulan saya ada hubungan spesial dengan mereka berdua,hehehe mereka berdua adalah guru saya,tapi ke 2 guru saya itu tidak saling mengenal.

yang master belut sudah 1 tahun lebih,yang kandidat kurang dari 1 tahun,saya jadi murid mereka di tempat yang berbeda.

jadi kalau mereka di sebut master belut,hehe saya anak belut.jadi kemampuan saya untuk share terlalu yunior.

tentang KIIK saya masih paham 50%.

maaf kalau mengganggu.
terima kasih telah di tanggapi.
salam hangat,semoga bahagia .
mungkin ilmu master belut ketinggian, sehingga cumi belum bisa mengerti...
bagaimana kalau belut yonior (BY) sharing tentang sunyata ? atao hal2 apakah yg bisa share pada kita ? silahkan!...

apa yg BY bisa katakan tentang sunyata ?

tapi sebelumnya cumi pingin tanya, adakah biaya administrasi, atau biaya lainnya utk menjadi murid kedua master tsb diatas ?

 _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunyata on 25 December 2012, 07:36:48 PM
supaya tebakannya jelas, ya tinggal dijawab aja....
kan begitu ......
Sepertinya tidak begitu lho, om cumi. Soalnya, orang lain juga punya pilihan untuk tidak menjawab. Dan om cumi juga tidak dapat memaksakannya.

Quote
bro kan usernamenya SUNYATA, seharusnya dpt menjelaskan dgn baik mengenai prihal sunyata,... kalau tidak ....sandangan nama tsb menjadi tidak berbobot...
apakah begitu ? :P
Sebenarnya, om cumi... Sunyata lahir karena tidak mengerti Sunyata. ::)

Quote
jadi tidak ada salahnya bertanya... apakah seorang itu dewa ? apakah seorang itu arahat ? apakah seorang itu BELUT ?  :P
Saya tidak setuju dengan om cumi. Menurut saya, bertanya juga harus lihat situasi dan kondisinya, om.

Quote
----------
sunya n sunyata apakah ini ada hubungan darah ?
Tidak ada kok, om cumi. :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 25 December 2012, 07:42:55 PM
Sepertinya tidak begitu lho, om cumi. Soalnya, orang lain juga punya pilihan untuk tidak menjawab. Dan om cumi juga tidak dapat memaksakannya.
Alasannya apa orang tidak menjawab ?


Sebenarnya, om cumi... Sunyata lahir karena tidak mengerti Sunyata. ::)

Saya tidak setuju dengan om cumi. Menurut saya, bertanya juga harus lihat situasi dan kondisinya, om.
Tidak ada kok, om cumi. :))
maksudnya forum bukan tempat yg tepat, waktu yg tepat utk bertanya dhamma ?

kapan bro mulai share tentang sunyata ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 25 December 2012, 08:29:26 PM
mungkin ilmu master belut ketinggian, sehingga cumi belum bisa mengerti...
bagaimana kalau belut yonior (BY) sharing tentang sunyata ? atao hal2 apakah yg bisa share pada kita ? silahkan!...

apa yg BY bisa katakan tentang sunyata ?

tapi sebelumnya cumi pingin tanya, adakah biaya administrasi, atau biaya lainnya utk menjadi murid kedua master tsb diatas ?

 _/\_

tingginya ilmu spiritual tidak bisa diukur,karena terlalu luas cakupannya,mungkin anda kurang mengerti (seperti saya) tentang KIIK,dan Sunya lebih ngerti,tapi dalam hal lain mungkin anda lebih ngerti,KIIK hanya secuil dari ilmu spiritual-----anda terlalu merendah.

KIIK adalah istilah dalam spiritual,jadi tidak nyambung bila diterjemahkan pakai ilmu formal.

KIIK saya hanya tahu pengertian dasarnya saja,contohnya-------

saya ditanya: hai Hadi kamu umat Buddhist,aliran apa yang jadi pilihanmu?
saya jawab: tidak ada satupun aliran yang saya pilih.

ngakunya Buddhist (isi) tapi tanpa aliran(kosong).
tanpa aliran yang di anut(kosong),tapi tingkah lakunya layaknya Buddhist(isi).

tidak memilih bukan berarti kosong,karena tidak memilih itu juga satu pilihan.

ini ilmu dasar dari KIIK yang diajarkan oleh 2 guru saya itu.

tentang biaya admin jadi murid tidak ada, kadang guru malahan tekor.

salam
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 25 December 2012, 09:15:59 PM
tingginya ilmu spiritual tidak bisa diukur,karena terlalu luas cakupannya,mungkin anda kurang mengerti (seperti saya) tentang KIIK,dan Sunya lebih ngerti,tapi dalam hal lain mungkin anda lebih ngerti,KIIK hanya secuil dari ilmu spiritual-----anda terlalu merendah.

KIIK adalah istilah dalam spiritual,jadi tidak nyambung bila diterjemahkan pakai ilmu formal.

KIIK saya hanya tahu pengertian dasarnya saja,contohnya-------

saya ditanya: hai Hadi kamu umat Buddhist,aliran apa yang jadi pilihanmu?
saya jawab: tidak ada satupun aliran yang saya pilih.
biasanya ke wihara mana ? apakah gak pernah kewihara ? lebih banyak kewihara mana ?

ngakunya Buddhist (isi) tapi tanpa aliran(kosong).
tanpa aliran yang di anut(kosong),tapi tingkah lakunya layaknya Buddhist(isi).
Aliran hanya kecocokan, bukan mana yg paling benar...

tidak memilih bukan berarti kosong,karena tidak memilih itu juga satu pilihan.
bisa juga Buddhayana... pilih semua...

ini ilmu dasar dari KIIK yang diajarkan oleh 2 guru saya itu.
cumi juga mau dong... ilmu KIIK yg dpt diterapkan...

tentang biaya admin jadi murid tidak ada, kadang guru malahan tekor.
oh paling bro suka ngajak mereka ke mcD...

salam
Theravada, Mahayana, Tantra tentu masing2 memiliki kelebihan/kecocokan dehh...
   dan biasanya orang udah tentu lebih mengerti satu diantaranya.....


apakah guru sunyata GUNDUL atau tidak ? (permisi tanya ya...) :)) :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 25 December 2012, 09:42:29 PM
Theravada, Mahayana, Tantra tentu masing2 memiliki kelebihan/kecocokan dehh...
   dan biasanya orang udah tentu lebih mengerti satu diantaranya.....


apakah guru sunyata GUNDUL atau tidak ? (permisi tanya ya...) :)) :))
hehehe anda seorang humoris,menyenangkan .
ke vihara bisa dihitung dengan jari---Theravada 1x,Buddhayana 2x,Maitreya 1x.Mahayana 3x,Tantra 2x-----seumur hidup.
tapi kalau klenteng sering----ngantar istri.

traktir MCD ? gundul ?------belum pernah ketemu muka semua,hanya lewat dunia maya,jadi makan bersama gak pernah, gundul  atau gondrong gak tahu.


hehehe ini jadinya kayak interogasi,tapi gak masalah.
yang tanya mau dan yang jawab bersedia,klop-----tapi jadi OOT ,maaf ya semuanya.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 25 December 2012, 09:50:19 PM
hehehe anda seorang humoris,menyenangkan .
ke vihara bisa dihitung dengan jari---Theravada 1x,Buddhayana 2x,Maitreya 1x.Mahayana 3x,Tantra 2x-----seumur hidup.
bagus,... tapi udah pernah di BAPTIS belum... kalau belum masih kurang lengkap...
udah di Khai Kuang ? kalau belum ya belum lengkap...


tapi kalau klenteng sering----ngantar istri.

traktir MCD ? gundul ?------belum pernah ketemu muka semua,hanya lewat dunia maya,jadi makan bersama gak pernah, gundul  atau gondrong gak tahu.


hehehe ini jadinya kayak interogasi,tapi gak masalah.
yang tanya mau dan yang jawab bersedia,klop-----tapi jadi OOT ,maaf ya semuanya.

ternyata bro Hadisantoso  lebih BISA MENJAWAB...

jadi cumi jadi bingung... siapa gurunya dan siapakah muridnya ?

kalau suatu saat bro Hadi lebih pintar dari bro Sunya, apakah dia tetap menjadi gurunya bro Hadi, ataukah bro Hadi boleh menjadi guru sunya ? apakah hal tsb pernah dibahas ?

apakah guru selalu lebih pintar dari murid ?

kenapa bro Hadi bisa tertarik sama kedua master tsb ?....apa keistimewaannya ?

kalau cumi gak tertarik sama master yg memiliki kesulitan dalam menjawab...
dan kalau jawabannya terlalu panjang...ya gak cocok pada cumi.... apalagi jawabnya membelit...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 25 December 2012, 10:14:56 PM
hehehe benar2 di korek habis.

baptis? Gai kwang ?----hehehe baca kitabnya aja belum pernah.mana bisa di baptis ?

siapa guru siapa murid? mereka berdua guru saya----pasti,
kalau anda bilang atau merasa saya lebih bisa menjawab,atau jawaban saya lebih dirasa nyambung,itu karena level anda dengan saya sejajar atau kurang lebih lah.----maybe.

apa keistimewaan mereka?----pengetahuannya. mereka berdua banyak tahu yang saya belum tahu.maka saya cari tahu dari mereka berdua,dan saya dapat banyak dari mereka.walaupun yang saya dapat itu hanya bisa saya telan sebagian saja.

saya salut pada Sunya,dia banyak tahu,walau usianya masih layak jadi anak saya.

salam
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunyata on 25 December 2012, 10:52:08 PM
Alasannya apa orang tidak menjawab ?
Ya itu keinginan mereka. Kenapa tanya saya? Saya bukan orang yang bersangkutan 'kan.

Quote
maksudnya forum bukan tempat yg tepat, waktu yg tepat utk bertanya dhamma ?
Kenapa menyimpulkan situasi dan kondisi hanya sebagai tempat dan waktu? Tidak bisakah mendapat kesimpulan yg lain?

Quote
kapan bro mulai share tentang sunyata ?
Apakah saya pernah bilang kalau akan share tentang Sunyata? Saya mohon transparansinya.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 25 December 2012, 11:00:30 PM


everyone is number 1

ini kosong ato isi?

hahaha....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 25 December 2012, 11:42:29 PM


everyone is number 1

ini kosong ato isi?

hahaha....

tua (pincang) tidak menjadi masalah,
masalahnya ada orang tidak bisa menerima kalau dia tua (pincang).

If everyone is number 1, then who will be number 2 or 3 ?
please answer me!... _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 25 December 2012, 11:47:08 PM
no one is better to another,
every living thing has their own karma,

hahaha......
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 25 December 2012, 11:58:36 PM
hehehe benar2 di korek habis.

bukan korek habis, tapi pertanyaan beruntun...

baptis? Gai kwang ?----hehehe baca kitabnya aja belum pernah.mana bisa di baptis ?
kalau baca kitab aja belum pernah, kenapa bisa bilang dua master tsb hebat ?


siapa guru siapa murid? mereka berdua guru saya----pasti,
utk sementara waktu ini, karna semua tidak kekal...


kalau anda bilang atau merasa saya lebih bisa menjawab,atau jawaban saya lebih dirasa nyambung,itu karena level anda dengan saya sejajar atau kurang lebih lah.----maybe.
biasalah org baru kenalan, spt pacaran gitu....rajin menjawab...hahahaaa....

apa keistimewaan mereka?----pengetahuannya. mereka berdua banyak tahu yang saya belum tahu. maka saya cari tahu dari mereka berdua,dan saya dapat banyak dari mereka.walaupun yang saya dapat itu hanya bisa saya telan sebagian saja.
mereka pengetahuannya banyak itu dibandingkan dgn siapa ? apakah bhiku, bante di Indonesia gak ada yg berpengetahuan spt mereka ? karna semua itu kan biasanya ada tolak ukur...


saya salut pada Sunya,dia banyak tahu,walau usianya masih layak jadi anak saya.
Semoga begitu, tapi menurut cumi... sulit mendptkan jawaban dari master sunya...

salam

kehebatan yg relatif..... sharing dikit brooo....

beberapa minggu yg lalu, ajakan teman dan berkumpul....

Ada yg sharing... Testimonial ... tentang musibah ban bocor yg dialaminnya....
katanya terima kasih pada yg ATAS, telah mengirim 3 satpan yg bantu utk mengganti ban tsb dalam waktu yg amat singkat 15 menit... kalau tidak gimanalah jadi nya....

cumi tersenyum... ganti ban kempes... cumi sendirian cuma perlu 6 menit aja dehhh

---------------

menurut bro hadi, apa manfaat menulis judul KIIK ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 12:05:47 AM
no one is better to another,
every living thing has their own karma,

hahaha......

no one is better to another,
No one is better then the other.

 :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 26 December 2012, 12:12:14 AM
no one is better to another,
No one is better then the other.

 :))



ooo salah ya?

hahaha.........
harusnya no one is better than another ya?

A is never better compared to B, vice versa

hahaha...........
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 26 December 2012, 05:15:16 AM
ini menurut saya lohh... ini adalah pertanyaan menyebak/bodoh, andaikan menjawab juga bodoh.. saya rasa Bro cumi juga tau itu karena Bro Cumi sangat tinggi pemahaman Tipitakanya. :))  jadi, di ^:)^ dengan  _/\_ Bro Cumi menjelaskan pemahamannya atas topic ini, supaya saya yang bodoh ini memahami yang bisa saya pahami. Alangkah bagusnya Bro Sunya juga memahami pandangan Bro Cumi, Supaya semua berbahagia. :)) :))

Ya, sudah pernah saya ilustrasikan sebelumnya. Jika saya menjawab "YA" maka akan muncul polemik, jika "TIDAK" pun akan muncul polemik.
Kasus nyatanya sudah ada, bahkan di thread ini pun terjadi (pelecehan/olok-olok terhadap salah satu tokoh Buddhist dari aliran tertentu, karena mengaku sebagai Buddha Hidup).

Jadi jika saya mengaku mencapai, akan berpotensi membuat mereka:
a. Percaya; akan memunculkan banyak pertanyaan baru seputar 5W+1H (Who, What, Where, When, Why + How), fokus belajar dharma jadi beralih pada publisitas individu dan bukan tidak mungkin berpotensi pengkultusan serta kecemburuan dari pihak (aliran, organisasi, individu) lain.
b. Tidak percaya; akan memicu olok-olok dan pelecehan, yang akan membuat pelakunya terjerumus dalam karma yang tidak baik.

Selain kedua poin tersebut, di luar aspek percaya atau pun tidak percaya, keduanya akan mendatangkan perdebatan alot dan panjang yang sudah bisa diprediksikan tidak bermanfaat (bersifat wawancara/interogatif, bukan belajar dharma).

Di luar itu lagi (berkenaan dengan konsep Mahayana), pencapaian seputar Arahat dan Bodhisattva masih dipertanyakan kalangan umat awam tentang tingkat pembebasannya dan (maaf) mana yang lebih tinggi.

Jadi semua kalkulasi cepat sudah terjadi (sudah saya pertimbangkan dalam tempo singkat saat seseorang menanyakan pencapaian / taraf kesucian), kesimpulan dan keputusan saya: Hanya saya beberkan/sampaikan pada waktu/kondisi/individu yang tepat.

Jawaban di atas sudah pernah saya tulis pada salah satu rekan kita, Adi Lim, dan di atas saya perjelas lagi.

Semoga yang menanyakan maupun yang ingin mengetahui tapi belum bertanya, bisa memahami kondisi di atas. Waktu hidup yang terbatas di dunia, gunakan semaksimal dan seoptimal mungkin untuk belajar dharma. Jangan mencari sesuatu yang kurang bermanfaat untuk kita.

"Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena sesuatu itu diajarkan oleh para guru dan orang-orang tua.”
"Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena kamu hormat kepada yang mengajarkan."

"Tetapi ujilah suatu ajaran itu dengan teliti/seksama seperti halnya Anda ingin membeli emas.”


http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,153.msg3937.html#msg3937

Saya kira kita sependapat, bukan begitu? :)

Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 26 December 2012, 05:21:31 AM
kebetulan saya ada hubungan spesial dengan mereka berdua,hehehe mereka berdua adalah guru saya,tapi ke 2 guru saya itu tidak saling mengenal.

yang master belut sudah 1 tahun lebih,yang kandidat kurang dari 1 tahun,saya jadi murid mereka di tempat yang berbeda.

jadi kalau mereka di sebut master belut,hehe saya anak belut.jadi kemampuan saya untuk share terlalu yunior.

tentang KIIK saya masih paham 50%.

maaf kalau mengganggu.
terima kasih telah di tanggapi.
salam hangat,semoga bahagia .

Om ini merendah. :) Saya yang banyak belajar dari rekan Hadisantoso.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 26 December 2012, 05:28:29 AM
Tidak ada kok, om cumi. :))

Pernah ada ungkapan, pada hakikatnya semua makhluk itu bersaudara, karena telah sekian lama berputar dalam siklus lahir dan mati. :)

 _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 26 December 2012, 05:52:23 AM
Ya, sudah pernah saya ilustrasikan sebelumnya. Jika saya menjawab "YA" maka akan muncul polemik, jika "TIDAK" pun akan muncul polemik.
Kasus nyatanya sudah ada, bahkan di thread ini pun terjadi (pelecehan/olok-olok terhadap salah satu tokoh Buddhist dari aliran tertentu, karena mengaku sebagai Buddha Hidup).

mungkin buda hidup juga ini salah satu panutan anda ! :))
atau mungkin juga pertemanan bisa ngopi bareng ama buda :))

sebenarnya orang tertawa, kalau memang ada badut yang lucu sedang beraksi. =))

Quote
Jadi jika saya mengaku mencapai, akan berpotensi membuat mereka:
a. Percaya; akan memunculkan banyak pertanyaan baru seputar 5W+1H (Who, What, Where, When, Why + How), fokus belajar dharma jadi beralih pada publisitas individu dan bukan tidak mungkin berpotensi pengkultusan serta kecemburuan dari pihak (aliran, organisasi, individu) lain.
b. Tidak percaya; akan memicu olok-olok dan pelecehan, yang akan membuat pelakunya terjerumus dalam karma yang tidak baik.

beberkan saja pencapaian spiritual anda, tidak usah pakai alasan akan terjadi karma buruk bagi yang bertanya atau mentertawakan anda.
mosok tertawa melihat badut beraksi, bisa terjadi kamma yang tidak baik ^-^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 26 December 2012, 06:06:20 AM
Om ini merendah. :) Saya yang banyak belajar dari rekan Hadisantoso.  _/\_

saling memuji niye !!!!  ^-^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 06:08:55 AM
Quote
beberkan saja pencapaian spiritual anda, tidak usah pakai alasan akan terjadi karma buruk bagi yang bertanya atau mentertawakan anda.

1 adakah larangan bila seseorang membeberkan tingkat kesuciannya ? orang awam kan tidak terikat pada winaya, apakah begitu ?

2 bila org tsb telah melakukan pembeberan tingkat kesuciannya, tahap berikut adalah dibawah ke bhikku senior utk di interview.... bersedoalaj (kan begitu tohh) ?

3 apakah pencapaian org tsb dpt DIRAYAKAN ? nahhh.... (udah tentu bukan dgn bir hitam dehh)

Quote
saling memuji niye !!!! 
ahh kalau udah begitu, pasti ada salah satu yg berbohong! koq bisa tidak ada kejelasan mana yg guru, mana yg murid.
Title: Re: siapakah guru nya ?
Post by: khiong on 26 December 2012, 06:10:27 AM


Bhagava aja ditanyain, apalagi.....
Pemahaman Om Cumi memang tinggi.. :-?
Title: Re: siapakah guru nya ?
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 06:21:45 AM
Pemahaman Om Cumi memang tinggi.. :-?

kalau pemahaman Khiong tentang KIIK itu gimana ?
seberapa jelas, seberapa bermanfaat, dan mana yg masih belum jelas ?
mana yg mau ditanyakan lagi ?

-------------

sebelum Buddha parinibana, dia bertanya sekali lagi...
adakah ajaran dia yg masih belum mengerti, siapakah yg mau tanya ? (kira2 begitu ya... sorry cuplikan sutta nya gak bisa ditampilkan, nanti malah di cap sutta minded)

Nahhh bertapa baiknya services Buddha Gautama. memperbolehkan org bertanya dikesempatan yg terakhir pula.....

coba renungkan....kwalitas seorang guru yg begitu perhatian terhadap murid2nya...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 26 December 2012, 06:22:53 AM
mungkin buda hidup juga ini salah satu panutan anda ! :))
atau mungkin juga pertemanan bisa ngopi bareng ama buda :))

sebenarnya orang tertawa, kalau memang ada badut yang lucu sedang beraksi. =))

beberkan saja pencapaian spiritual anda, tidak usah pakai alasan akan terjadi karma buruk bagi yang bertanya atau mentertawakan anda.
mosok tertawa melihat badut beraksi, bisa terjadi kamma yang tidak baik ^-^

Prihatin melihat orang yang sepertinya Buddhist tapi berkelakuan seperti tidak bernorma dan beretika.  :(

Jawaban versi serius:
1. Jangan memaksa jika orang lain tidak bersedia menjawab.
2. Kalau Anda sudah memiliki asumsi dan prasangka, untuk apa bertanya lagi.
3. Anda bebas melabeli siapa saja, termasuk mungkin tokoh yang tidak sepemahaman dengan Anda (bisa dari agama lain, bisa dari sekte lain). Tapi satu hal (jika Anda Buddhist): Sopanlah dalam berperilaku (termasuk menulis dan mengucap). Karma tetap berbuah sekalipun Anda hanya menghujat via forum dunia maya.
4. Bagi orang lain (yang setipe dengan cara pandang Anda di atas), mohon maaf Buddha Gautama yang Anda agungkan itu juga Badut, orang yang membuat ajaran berdasarkan pemikiran dan pertapaan (bukan dari firman/sabda Tuhan yang Maha Tahu/Kuasa/Esa). Jika Anda siap menerima penghinaan demikian, teruslah berperilaku seperti sekarang. Dari awal saya katakan fanatik Anda tidak terima, tapi kelakuan menunjukkan hal senada (mengagungkan sutta dan pandangan tertentu, menghina/menghujat yang tidak sepandangan).

Lucu, tapi miris.  :(

Jawaban versi ringan:

Memang badut kok, saya senang bisa membuat Anda tertawa...  :))

Bim salabim jadi apa prok prok prok... :))

Semoga bahagia ya...  :-[
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 06:46:13 AM
Quote
4. Bagi orang lain (yang setipe dengan cara pandang Anda di atas), mohon maaf Buddha Gautama yang Anda agungkan itu juga Badut, orang yang membuat ajaran berdasarkan pemikiran dan pertapaan (bukan dari firman/sabda Tuhan yang Maha Tahu/Kuasa/Esa)

kenapa status Buddha Gautama bisa ada kaitannya dgn bro Adi Lim ? koq bisa sangkut sampai kesono... ini namanya jurus kait mengkait... ;D siapakah yg berpandangan begitu ? mohon klarifikasi....

Quote
Tapi satu hal (jika Anda Buddhist): Sopanlah dalam berperilaku
thx telah mengingatkan member2 disini... point ini cumi setuju dgn master sunya
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 06:52:28 AM
1 adakah larangan bila seseorang membeberkan tingkat kesuciannya ? orang awam kan tidak terikat pada winaya, apakah begitu ?

2 bila org tsb telah melakukan pembeberan tingkat kesuciannya, tahap berikut adalah dibawah ke bhikku senior utk di interview.... bersediakah dia (kan begitu tohh) ?

3 apakah pencapaian org tsb dpt DIRAYAKAN ? nahhh.... (udah tentu bukan dgn bir hitam dehh)



Quote
1. Jangan memaksa jika orang lain tidak bersedia menjawab.
apakah org tsb mengrahasiakan sesuatu ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 26 December 2012, 08:29:14 AM
Tambahan untuk jawaban versi serius:

5. Inkonsistensi antara ucapan/tulisan dan niat.
Di halaman sekian pertanyaan tentang bhikkhu dan arahat telah ditanyakan, dan saya memilih tidak menjawab (dan disebut itu adalah hak saya). Tapi kenapa sampai sejauh ini masih terus dikeluhkan dan ditanyakan berulang-ulang?

boleh sekali anda tidak menjawab, itu hak anda    :)

_/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 08:34:12 AM
Tambahan untuk jawaban versi serius:

5. Inkonsistensi antara ucapan/tulisan dan niat.
Di halaman sekian pertanyaan tentang bhikkhu dan arahat telah ditanyakan, dan saya memilih tidak menjawab (dan disebut itu adalah hak saya). Tapi kenapa sampai sejauh ini masih terus dikeluhkan dan ditanyakan berulang-ulang?

_/\_

bukan saja jadi guru harus sabar, tapi yg jadi murid juga harus lebih sabar bertanya lagi...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: dhammadinna on 26 December 2012, 08:51:04 AM
kalau sama kenapa tdk dpt diaplikasikan ?

Menurut saya, anicca, dukkha, dan anatta, adalah sesuatu yang ditembus. Bukan diaplikasikan, bukan dipraktikkan.

Nah, apa yang dipraktikkan? yaitu Sila dan Samadhi.

Oke, pertanyaan bagus.

Anatta lebih mengacu pada individu (makhluk), sedangkan sunyata lebih pada setiap fenomena yang ada (tanpa kecuali).

Sunyata dan anatta, pada dasarnya adalah pemahaman (sudut pandang dalam melihat sesuatu). Jadi dengan memahami sunyata dan anatta, harapannya tentu kita bisa menjalani hidup dengan lebih rileks, damai, dan juga bisa meraih apapun yang kita cita-citakan.

Pemahaman yang hanya berdasarkan teori tentang Anatta, menurut saya hanyalah salah satu objek pikiran yang sengaja kamu munculkan untuk menjadi rileks/damai.

Mungkin saja, kamu sengaja memikirkan Anatta agar bebas dari perasaan-tidak-menyenangkan yang sedang dirasakan. Kamu sedang melarikan diri. Sebetulnya km belum menembus/memahami Anatta. Who knows? tapi apakah benar kamu sedang melarikan diri atau tidak, silakan nilai sendiri.

Quote
Aplikasi nyatanya kira-kira begini:
Dengan tahu bahwa setiap makhluk itu anatta, maka kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan, dan mulai memperbaiki segala sesuatu dari diri kita sendiri.
Dengan tahu bahwa setiap kejadian/peristiwa/hal apapun adalah sunya dari sifat hakiki (dengan kata lain; diakibatkan oleh saya sendiri), maka saya tidak menyesali/menyayangkan/meratapi apapun yang menimpa saya, karena kunci perbaikan nasib ada di diri saya sendiri.

lho.. kok jadi perbaikan nasib bro? kita lagi bahas tentang pemahaman Sunyata, atau tentang karma?

Karena memang, katanya kita adalah pewaris karma kita sendiri, dan penerimaan akan konsep itu, cukup untuk membuat kita bertanggung jawab atas apa yang kita pikirkan/ucapkan/lakukan. Dan ini tidak ada hubungannya dengan Sunyata...

Quote
Lalu, yang penting lagi, karena diri kita ini sejatinya sunya (kosong dari sifat hakiki), maka sebenarnya potensi kita adalah limitless (Tak Terbatas). Dan karena itulah Kebuddhaan maupun potensi luar biasa lainnya bisa kita capai/wujudkan.

Contoh dari aplikasi sunyata ini, tersirat dalam salah satu konsep motivasi abad 21, yaitu Law of Attraction, yang intinya kira-kira: "Kita bisa mewujudkan apa yang kita inginkan, dengan kekuatan pikiran."

Dalam Buddha Dharma, hal demikian harus ditambah lagi: "Dengan benih (seeds) yang pas/tepat."

Jadi, agama Buddha dalam hal ini menekankan pada posibilitas dan optimisme, bukan pasrah pada hukum karma seperti yang diterjemahkan (dipahami) kebanyakan orang (Buddhist maupun Non-Buddhist).

Oke, semoga bisa dimengerti. Salam damai dan optimisme.  _/\_

yang ini no comment...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 09:10:35 AM
Quote
sunya :
Sunyata dan anatta, pada dasarnya adalah pemahaman (sudut pandang dalam melihat sesuatu). Jadi dengan memahami sunyata dan anatta, harapannya tentu kita bisa menjalani hidup dengan lebih rileks, damai, dan juga bisa meraih apapun yang kita cita-citakan.

1. setelah kesekian halaman dan pembahasan... master membawa ANATTA.? kenapa gak sejak awal ?
2. apakah sunyata dpt dijelaskan tanpa membawa anatta ?
3. Bagaimana dgn pemahaman SUNYATA, kita dpt meraih cita2 dan kehidupan yg lebih baik ?
    mohon ilustrasikan dan rincikan satu persatu...

thx bro dhammadinna, telah banyak membantu dlm pengajaran sunyata ini...
cumi sangat tertarik dgn pertanyaan no.3 semoga master belut cepat bisa kasih solusi....

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 26 December 2012, 09:20:47 AM
Menurut saya, anicca, dukkha, dan anatta, adalah sesuatu yang ditembus. Bukan diaplikasikan, bukan dipraktikkan.

Nah, apa yang dipraktikkan? yaitu Sila dan Samadhi.

Pemahaman yang hanya berdasarkan teori tentang Anatta, menurut saya hanyalah salah satu objek pikiran yang sengaja kamu munculkan untuk menjadi rileks/damai.

Mungkin saja, kamu sengaja memikirkan Anatta agar bebas dari perasaan-tidak-menyenangkan yang sedang dirasakan. Kamu sedang melarikan diri. Sebetulnya km belum menembus/memahami Anatta. Who knows? tapi apakah benar kamu sedang melarikan diri atau tidak, silakan nilai sendiri.

lho.. kok jadi perbaikan nasib bro? kita lagi bahas tentang pemahaman Sunyata, atau tentang karma?

Karena memang, katanya kita adalah pewaris karma kita sendiri, dan penerimaan akan konsep itu, cukup untuk membuat kita bertanggung jawab atas apa yang kita pikirkan/ucapkan/lakukan. Dan ini tidak ada hubungannya dengan Sunyata...

yang ini no comment...

Menurut saya bahkan tidak ada yang ditembus. Bahkan segala yang Anda anggap teori di atas, setelah direalisasikan/dipraktekkan, pada akhirnya kita sadar bahwa kita hanya memperbaiki apa yang kita awali/lakukan.

Tentang pandangan Anda mengenai tulisan saya tentang anatta, itu adalah pandangan saya tentang fungsi dan aplikasi anatta dalam keseharian. Tentang praduga Anda, tentu Anda yang berkompeten atas persepsi tersebut (sama sekali tidak ada hubungannya dengan saya).

Perbaikan nasib? Mungkin Anda bisa menjelaskan tujuan Anda belajar dharma untuk apa? Untuk kehidupan yang lebih baik 'kan?

Karma tidak ada hubungan dengan sunyata? Justru karma sangat berhubungan dengan sunyata. Sebab-akibat esensinya kosong. Segala sesuatu yang berkaitan dan bersifat aksi-reaksi, tidak memiliki inti yang hakiki (sunyata). Bantah saya bila secara definitif maupun substantif karma dan sunyata tidak berhubungan.

Salam dharma. Terima kasih.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 09:33:07 AM
Quote
sunya :
Karma tidak ada hubungan dengan sunyata? Justru karma sangat berhubungan dengan sunyata. Sebab-akibat esensinya kosong. Segala sesuatu yang berkaitan dan bersifat aksi-reaksi, tidak memiliki inti yang hakiki (sunyata). Bantah saya bila secara definitif maupun substantif karma dan sunyata tidak berhubungan.

sptnya master sunya mulai tancap gas... nih begitu tohhh...
  tapi gimana mengaplikasikan sunyata dlm keseharian ?....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: dhammadinna on 26 December 2012, 11:17:45 AM
Menurut saya bahkan tidak ada yang ditembus. Bahkan segala yang Anda anggap teori di atas, setelah direalisasikan/dipraktekkan, pada akhirnya kita sadar bahwa kita hanya memperbaiki apa yang kita awali/lakukan.Tentang pandangan Anda mengenai tulisan saya tentang anatta, itu adalah pandangan saya tentang fungsi dan aplikasi anatta dalam keseharian. Tentang praduga Anda, tentu Anda yang berkompeten atas persepsi tersebut (sama sekali tidak ada hubungannya dengan saya).

Kalo dari yang saya tangkap, anda masih berpikir bahwa Anatta itu dipraktikkan. Saya tidak setuju itu.

Kita makan maka kita kenyang.
Kita mempraktikkan Sila dan Samadhi, maka kita memahami Tilakkhana (Anicca, Dukkha, Anatta).

Proses makan tidak sama dengan kenyang
Praktik Sila dan Samadhi tidak sama dengan memahami Tilakkhana.

Makan adalah sesuatu yang dilakukan. Kenyang adalah hasilnya.
Sila dan Samadhi adalah sesuatu yang dipraktikkan. Memahami Tilakkhana adalah hasilnya.


Perbaikan nasib? Mungkin Anda bisa menjelaskan tujuan Anda belajar dharma untuk apa? Untuk kehidupan yang lebih baik 'kan?

Karma tidak ada hubungan dengan sunyata? Justru karma sangat berhubungan dengan sunyata. Sebab-akibat esensinya kosong. Segala sesuatu yang berkaitan dan bersifat aksi-reaksi, tidak memiliki inti yang hakiki (sunyata). Bantah saya bila secara definitif maupun substantif karma dan sunyata tidak berhubungan.

Salam dharma. Terima kasih.  _/\_

Itu menjelaskan tentang hakikat karma berdasarkan konsep Sunyata. Tapi di postingan sebelumnya, bukan itu yang dibahas. Ini saya copas postingan anda sebelumnya:

Quote
Dengan tahu bahwa setiap makhluk itu anatta, maka kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan, dan mulai memperbaiki segala sesuatu dari diri kita sendiri.
Dengan tahu bahwa setiap kejadian/peristiwa/hal apapun adalah sunya dari sifat hakiki (dengan kata lain; diakibatkan oleh saya sendiri), maka saya tidak menyesali/menyayangkan/meratapi apapun yang menimpa saya, karena kunci perbaikan nasib ada di diri saya sendiri.

saya kurang paham...

kalo dari postingan tersebut, menurut anda:

Setelah tau setiap makhluk anatta,
kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan (kita memperbaiki diri).

bukankah lebih tepat kalau seperti ini:

Setelah tau bahwa setiap makhluk mewarisi karmanya sendiri,
kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan (kita memperbaiki diri).
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 26 December 2012, 12:24:42 PM
Kalo dari yang saya tangkap, anda masih berpikir bahwa Anatta itu dipraktikkan. Saya tidak setuju itu.

Kita makan maka kita kenyang.
Kita mempraktikkan Sila dan Samadhi, maka kita memahami Tilakkhana (Anicca, Dukkha, Anatta).

Proses makan tidak sama dengan kenyang
Praktik Sila dan Samadhi tidak sama dengan memahami Tilakkhana.

Makan adalah sesuatu yang dilakukan. Kenyang adalah hasilnya.
Sila dan Samadhi adalah sesuatu yang dipraktikkan. Memahami Tilakkhana adalah hasilnya.


Itu menjelaskan tentang hakikat karma berdasarkan konsep Sunyata. Tapi di postingan sebelumnya, bukan itu yang dibahas. Ini saya copas postingan anda sebelumnya:

saya kurang paham...

kalo dari postingan tersebut, menurut anda:

Setelah tau setiap makhluk anatta,
kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan (kita memperbaiki diri).

bukankah lebih tepat kalau seperti ini:

Setelah tau bahwa setiap makhluk mewarisi karmanya sendiri,
kita tidak menyalahkan pihak luar terus-terusan (kita memperbaiki diri).

Saya kira sudah saya sebutkan di thread ini juga, bahwa anatta itu satu dari 3 corak umum (Tilakkhana) seperti Anda paparkan lagi di atas. Dan tentunya, karena corak umum itu lebih pada sifat, bukan perbuatan maka pastinya langkah awalnya adalah dipahami dulu, baru diaplikasikan/diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin kalau anicca Anda lebih mudah mengerti; misalnya awalnya dipahami dulu (bahwa semua tidak kekal), lalu aplikasinya adalah kita bisa merelakan perpisahan (misalnya kematian) dan tidak terlalu larut dalam kesedihan.

Dalam pembahasan ini, saya selaku pembuat topik berharap bahwa kita membahas substansi, bukan akademis atau berkutat di definisi konvensional. Jika kita setuju dharma adalah sesuatu yang tidak bisa diwakili sepenuhnya oleh bahasa (kata-kata), maka diharapkan (sudah saya tulis di postingan awal) kita dengan modal prajna (panna) yang didapat dari mempraktekkan sila dan samadhi (ini saya anggap sudah kewajiban seorang pengikut ajaran Buddha) dapat memahami dalam kadar tertentu apa yang sedang dimaksud dalam sebuah kalimat - bahasa umumnya: Konteks (context).

Dalam memahami dharma, salah satu modal adalah kecerdasan intelektual (khususnya linguistik/berbahasa dalam hal ini) dan juga nalar (akal sehat) yang kuat/sehat. Kecerdasan berbahasa dimaksudkan untuk memahami minimal makna kata dan juga tanda baca (sering tanda baca disalahartikan, termasuk di thread ini). Kecerdasan nalar diperlukan dalam mencerna makna dari sebuah kalimat (baik makna langsung/denotasi maupun makna tak langsung / konotasi). Intinya memahami konteks sebuah kalimat. Misalnya saya bilang, "Uang saya dimakan penipu ulung itu." Tentunya bukan uangnya yang benar-benar dimakan, tapi ditipu.

Maka saran saya, dalam diskusi dharma hindari perdebatan akademis dan kata-kata, karena yang terpenting Makna yang disampaikan. Ingat 4 sandaran yang diajarkan dalam Buddhisme:
1. Bersandar pada dharma, jangan bersandar pada individu.
2. Bersandar pada kebijaksanaan, jangan bersandar pada kesadaran konvensional.
3. Bersandar pada makna, jangan bersandar pada kata-kata.
4. Bersandar pada makna yang hakiki, jangan bersandar pada makna yang tidak hakiki.

Semoga demikian bisa mengefisienkan jalannya diskusi ini. :)

Tentang implikasi konsep karma maupun konsep sunyata dalam usaha memperbaiki diri, saya berikan pandangan saya (tidak mutlak benar, silakan dikoreksi).

Ketika kita berpandangan bahwa ada "saya" yang mewarisi karma, maka disana masih ada "Saya/aku/I/atta" yang menerima dan meneruskan karma.

Beda dengan ketika kita tahu bahwa semua makhluk itu sunya (dipersepsikan sesuai karma saya yang berbuah), dan setiap makhluk itu anatta (tidak memiliki inti kekal), maka termasuk diri kita pun hanya berupa serangkaian proses 'mengalami' dimana proses itu mencakup keberadaan itu sendiri (para makhluk, lingkungan, diri kita sendiri yang terus berubah/anicca).

Ada sedikit perbedaan antara Mahayana dengan Hinayana, dalam konsep melihat "SAYA". Dalam Hinayana ada yang mencapai suatu kesucian (misalnya arahat), sedangkan dalam Mahayana, kesucian itu sendiri pun pengalaman (bukan sesuatu yang hakiki). Ini juga sebab mengapa saya jarang mau mengakui taraf pencapaian (atau kesucian), karena kesucian (bahkan setaraf Samma-Sambuddha) pun adalah sunya (kosong dari sifat hakiki).

Pernah saya tulis di halaman sekian:
Tidak ada yang mencapai, tiada apapun yang dicapai, tiada yang dibebaskan (apalagi yang membebaskan).

Oke, maaf jika agak dalam. Silakan diskusikan dan tanyakan mana yang kurang jelas dan/atau mau diperdalam.

Salam dharma. Selamat belajar dan bertukar pikiran.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 26 December 2012, 12:36:17 PM
---------------

menurut bro hadi, apa manfaat menulis judul KIIK ?

makna dari KIIK adalah-----jangan fanatik.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 26 December 2012, 12:42:13 PM
bro Cumi polos---mereka pengetahuannya banyak itu dibandingkan dgn siapa ? apakah bhiku, bante di Indonesia gak ada yg berpengetahuan spt mereka ? karna semua itu kan biasanya ada tolak ukur...

dibandingkan dengan orang lain yang pernah saya hadapiatau komunikasi langsung.
memang ini bisa dikatakan bahwa saya kurang wawasan,------yang demikian aja sudah dianggap berpengetahuan banyak. ---kurang pergaulan.---mungkin iya,tapi setidaknya saya jujur.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 26 December 2012, 12:43:51 PM
Om ini merendah. :) Saya yang banyak belajar dari rekan Hadisantoso.  _/\_

bukan merendah tapi memang masih rendah.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 26 December 2012, 12:50:21 PM
saling memuji niye !!!!  ^-^

sudah tradisi bro.apa boleh buat.
semoga tidak dianggap virus,
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 04:28:33 PM
makna dari KIIK adalah-----jangan fanatik.

kelihatannya saling menuduh fanatik...

siapa yg fanatik ?
apa tanda2 fanatik ?
bagaimana menemukan fanatik ?

menurut cumi, bro Hadi adalah murid yg bandel.... karna master sunya menganjurkan harus banyak baca buku... sedangkan bro Hadi tidak !
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 04:38:28 PM
bro Cumi polos---mereka pengetahuannya banyak itu dibandingkan dgn siapa ? apakah bhiku, bante di Indonesia gak ada yg berpengetahuan spt mereka ? karna semua itu kan biasanya ada tolak ukur...

dibandingkan dengan orang lain yang pernah saya hadapiatau komunikasi langsung.
memang ini bisa dikatakan bahwa saya kurang wawasan,------yang demikian aja sudah dianggap berpengetahuan banyak. ---kurang pergaulan.---mungkin iya,tapi setidaknya saya jujur.

kenapa bro hadi bisa tertarik dgn kedua master tsb (sunya dan djoe) ?
menurut cumi sih lebih layak disebut master belut... bayangkan aja...
menjelaskan sunyata bisa sampai 30 pages... ? apa bukan lebih baik
buat buku dan dijual aja ?....

terus gak ada kejelasan bagaimana mempraktekan sunyata dlm kehidupan-sehari-hari? bergelut terus, berputar terus....

1 apakah itu sunyata dlm buddhist mahayana ?
2 bagiamana mengaplikasikan sunyata dlm kehidupan-sehari-hari ?
3 apakah non Buddhist dpt mempraktekkan/mengaplikasikan sunyata ?


coba deh jawab dgn singkat, jangan diputar-putar....jangan ditarik-tarik, diperpanjang lagi..

tolong dijawab dehhhh.... ;D ;D ;D

-------------------
lagi popular AME.... (Abhidhamma Made Easy)...
bayangkan kalau Abhidhamma Made PUTAR, apa banyak yg akan partisipasi ?
Abhidhamma Made PANJANG ?........... nahhhh
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 26 December 2012, 04:51:24 PM
ini tulisan saya tahun lalu.silahkan di simak,

fanatik
kata fanatik kalau sesuai kamus>keyakinan/kepercayaan yang teramat kuat terhadap suatu ajaran(kepercayaan atau agama)..terjemahan ini menurut saya masih kurang lengkap,karena ada hal lain yang bisa di katagorikan fanatik,misalnya fanatik merk handpon,mobil atau dokter dsb, yang ke 2 pada umumnya yang di katakan orang fanatik adalah keyakinan pada ajaran yang SESAT,extrem,padahal sebetulnya meyakini ajaran yang menurut umum adalah real/resmi pun juga bisa di katakan fanatik(menurut saya).

jadi menurut saya meyakini sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata adalah fanatik,contohnya setiap agama mengatakan bahwa ada suatu alam surga(tempat yang sangat baik) sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia,namun dengan catatan manusia tersebut harus lulus ujian,dengan nilai pahala atau kamma baik yang CUKUP, ketentuan atau aturan ini ada di setiap kitab suci,dengan versinya masing2,tapi garis besarnya sama,untuk menunjang agar umat yakin /percaya akan hal tsb,ada tambahan keterangan yang melukiskan apa isi alam surga tsb, . disinilah letak unsur fanatik berlaku.tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa membuktikan kebenaran tentang hal tsb,semuanya HANYA tertulis di buku. secara logika bila seorang umat meyakini hal tsb berarti dia sudah bisa dikatakan fanatik,begitu juga masih banyak sekali hal2 yang tertulis di buku agama yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, jadi dengan meyakini /mempercayai segala sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya ,menurut saya itu sudah fanatik.

namun bila di tanya >kalau begitu umat TIDAK boleh yakin/percaya dengan hal2 yang belum bisa dibuktikan?? TIDAK JUGA. . menurut hemat saya,semua orang di dunia ini harus/pasti ada fanatiknya,hanya bidangnya yang berbeda,karena kemampuan manusia sangatlah terbatas,tidak mungkin manusia ,mampu menguasai SEGALA bidang, terutama masalah teology,tidak mungkin manusia bisa menguasai masalah dalam segala hal(menguasai tentang handpon,mobil,kesehatan,pendidikan,dan masih banyak2 lagi),jadi pasti ada sebagian yang dia pasrahkan kepada yang ahli di bidang tsb,sehingga terjadilah fanatik itu.

apalagi masalah agama/teology,sangat jarang sekali manusia MENDALAMINYA, yang banyak adalah MENGIKUTINYA. .dari sinilah terjadi fanatik agama, bila seseorang berani mengaku sebagai umat Budha maka konsekuensinya dia HARUS fanatik terhadap apa yang ada di kitab suci Budha,walaupun ada sebagian besar dia tidak/belum mengerti atau belum/tidak bisa membuktikan sendiri apakah BENAR isi buku tsb, jadi umat agama sebenarnya dituntut wajib/harus fanatik terhadap agamanya,bila dia masih ragu/bimbang dengan isi kitab suci jangan menepukdada bahwa dia adalah umat Budha tulen,walaupun sebetulnya untuk menyebut diri sebagai umat Budha tulen selain meyakini masih ada syarat yang lebih penting/berat yaitu menjalankan ajarannya.

jadi pesan dari tulisan diatas adalah>
1, arti kata fanatik bisa lebih luas dari yang ada di kamus.
2, jangan dulu memvonis orang lain fanatik,nilai dulu diri sendiri mungkin ada bidang tertentu yang mana kamu sendiri fanatik.(fanatik dengan budaya/tradisi etnis,agama,kepercayaan).

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 26 December 2012, 04:53:49 PM
Prihatin melihat orang yang sepertinya Buddhist tapi berkelakuan seperti tidak bernorma dan beretika.  :(

Jawaban versi serius:
1. Jangan memaksa jika orang lain tidak bersedia menjawab.
saya tidak pernah memaksa, disini forum bebas kok
buktikan dimana, saya memaksa anda utk menjawab pertanyaan saya ! :o
jika anda tidak  berkenan jawab, itu adalah hak anda

Quote
2. Kalau Anda sudah memiliki asumsi dan prasangka, untuk apa bertanya lagi.
3. Anda bebas melabeli siapa saja, termasuk mungkin tokoh yang tidak sepemahaman dengan Anda (bisa dari agama lain, bisa dari sekte lain). Tapi satu hal (jika Anda Buddhist): Sopanlah dalam berperilaku (termasuk menulis dan mengucap). Karma tetap berbuah sekalipun Anda hanya menghujat via forum dunia maya.

bertanya tentunya tidak bisa dilarang di forum ini.
saya sampai sekarang masih sopan kok, tidak pernah memaki, menghujat dengan kata2 kasar
wong cuma tertawa melihat antara badut beraksi kok bilang tidak sopan.  :))

Quote
4. Bagi orang lain (yang setipe dengan cara pandang Anda di atas), mohon maaf Buddha Gautama yang Anda agungkan itu juga Badut,

bisakah anda membuktikan saya mengatakan Buddha Gotama adalah badut.
jika anda tidak bisa membuktikan, berarti anda memfitnah
bukankah memfitnah adalah lebih kejam dari pada pembunuhan (istilah duniawi)

yang ada saya mengatakan para badut2 yang mengaku buda hidup pernah ngopi bareng dengan buda, mungkin anda juga ambil bagian ikut ngopi bareng dengan buda, tentunya boleh share pengalaman forum ini, tentang ngopi bareng buda. =))

Quote
orang yang membuat ajaran berdasarkan pemikiran dan pertapaan (bukan dari firman/sabda Tuhan yang Maha Tahu/Kuasa/Esa). Jika Anda siap menerima penghinaan demikian, teruslah berperilaku seperti sekarang. Dari awal saya katakan fanatik Anda tidak terima, tapi kelakuan menunjukkan hal senada (mengagungkan sutta dan pandangan tertentu, menghina/menghujat yang tidak sepandangan).

disinilah terlihat kualitas anda, karena suka menuduh orang lain fanatik.
ternyata saya tidak fanatik kok, wong saya juga menghargai teman2 yang non buddhis dan tidak pernah minta orang tsb utk melepaskan kepercayaan, bila orang tsb ingin bahas masalah ajaran

maap, saya tidak ada jawaban serius dan ringan
tidak seperti anda, suka mutar2
apa yang ada, itulah kita bahas
saya tu de poin =))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 04:55:34 PM
ini tulisan saya tahun lalu.silahkan di simak,

fanatik
kata fanatik kalau sesuai kamus>keyakinan/kepercayaan yang teramat kuat terhadap suatu ajaran(kepercayaan atau agama)..terjemahan ini menurut saya masih kurang lengkap,karena ada hal lain yang bisa di katagorikan fanatik,misalnya fanatik merk handpon,mobil atau dokter dsb, yang ke 2 pada umumnya yang di katakan orang fanatik adalah keyakinan pada ajaran yang SESAT,extrem,padahal sebetulnya meyakini ajaran yang menurut umum adalah real/resmi pun juga bisa di katakan fanatik(menurut saya).

jadi menurut saya meyakini sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata adalah fanatik,contohnya setiap agama mengatakan bahwa ada suatu alam surga(tempat yang sangat baik) sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia,namun dengan catatan manusia tersebut harus lulus ujian,dengan nilai pahala atau kamma baik yang CUKUP, ketentuan atau aturan ini ada di setiap kitab suci,dengan versinya masing2,tapi garis besarnya sama,untuk menunjang agar umat yakin /percaya akan hal tsb,ada tambahan keterangan yang melukiskan apa isi alam surga tsb, . disinilah letak unsur fanatik berlaku.tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa membuktikan kebenaran tentang hal tsb,semuanya HANYA tertulis di buku. secara logika bila seorang umat meyakini hal tsb berarti dia sudah bisa dikatakan fanatik,begitu juga masih banyak sekali hal2 yang tertulis di buku agama yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, jadi dengan meyakini /mempercayai segala sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya ,menurut saya itu sudah fanatik.

namun bila di tanya >kalau begitu umat TIDAK boleh yakin/percaya dengan hal2 yang belum bisa dibuktikan?? TIDAK JUGA. . menurut hemat saya,semua orang di dunia ini harus/pasti ada fanatiknya,hanya bidangnya yang berbeda,karena kemampuan manusia sangatlah terbatas,tidak mungkin manusia ,mampu menguasai SEGALA bidang, terutama masalah teology,tidak mungkin manusia bisa menguasai masalah dalam segala hal(menguasai tentang handpon,mobil,kesehatan,pendidikan,dan masih banyak2 lagi),jadi pasti ada sebagian yang dia pasrahkan kepada yang ahli di bidang tsb,sehingga terjadilah fanatik itu.

apalagi masalah agama/teology,sangat jarang sekali manusia MENDALAMINYA, yang banyak adalah MENGIKUTINYA. .dari sinilah terjadi fanatik agama, bila seseorang berani mengaku sebagai umat Budha maka konsekuensinya dia HARUS fanatik terhadap apa yang ada di kitab suci Budha,walaupun ada sebagian besar dia tidak/belum mengerti atau belum/tidak bisa membuktikan sendiri apakah BENAR isi buku tsb, jadi umat agama sebenarnya dituntut wajib/harus fanatik terhadap agamanya,bila dia masih ragu/bimbang dengan isi kitab suci jangan menepukdada bahwa dia adalah umat Budha tulen,walaupun sebetulnya untuk menyebut diri sebagai umat Budha tulen selain meyakini masih ada syarat yang lebih penting/berat yaitu menjalankan ajarannya.

jadi pesan dari tulisan diatas adalah>
1, arti kata fanatik bisa lebih luas dari yang ada di kamus.
2, jangan dulu memvonis orang lain fanatik,nilai dulu diri sendiri mungkin ada bidang tertentu yang mana kamu sendiri fanatik.(fanatik dengan budaya/tradisi etnis,agama,kepercayaan).

bagus, bagus, bagus....

tidak heran kalau gurunya master belut, maka muridnya tulisannya jadi begitu panjang....

bro Hadi udah banyak baca buku spt yg disarankan sama master belut ? nahhh :P :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 26 December 2012, 04:57:35 PM
kelihatannya saling menuduh fanatik...

siapa yg fanatik ?
apa tanda2 fanatik ?
bagaimana menemukan fanatik ?

menurut cumi, bro Hadi adalah murid yg bandel.... karna master sunya menganjurkan harus banyak baca buku... sedangkan bro Hadi tidak !


kelihatannya saja,padahal tidak ada yang menuduh.anda tanya tentang fanatik,sudah saya post diatas,tapi sekali lagi saya tidak menuduh siapapun fanatik,karena sejatinya yang berdiskusi semuanya fanatik.termasuk saya.
tapi dengan teori KIIK saya belajar jadi tidak fanatik,dengan dasar----- yang saya yakini itu bisa jadi adalah kosong.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 05:04:57 PM

kelihatannya saja,padahal tidak ada yang menuduh.anda tanya tentang fanatik,sudah saya post diatas,tapi sekali lagi saya tidak menuduh siapapun fanatik,karena sejatinya yang berdiskusi semuanya fanatik.termasuk saya.
tapi dengan teori KIIK saya belajar jadi tidak fanatik,dengan dasar----- yang saya yakini itu bisa jadi adalah kosong.

1 bagaimana seseorang yg tidak memiliki kemampuan berpikir kritis dapat tidak menjadi fanatik ?
2 yakin utk anda cukup, bagi yg lain harus diuraikan, dianalisa, dipertanyakan, diilustrasikan, diuji jobakan, dst ,dst.

 :P :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 26 December 2012, 05:06:39 PM

ini tulisan saya tahun lalu.silahkan di simak,
[spoiler]
fanatik
kata fanatik kalau sesuai kamus>keyakinan/kepercayaan yang teramat kuat terhadap suatu ajaran(kepercayaan atau agama)..terjemahan ini menurut saya masih kurang lengkap,karena ada hal lain yang bisa di katagorikan fanatik,misalnya fanatik merk handpon,mobil atau dokter dsb, yang ke 2 pada umumnya yang di katakan orang fanatik adalah keyakinan pada ajaran yang SESAT,extrem,padahal sebetulnya meyakini ajaran yang menurut umum adalah real/resmi pun juga bisa di katakan fanatik(menurut saya).

jadi menurut saya meyakini sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata adalah fanatik,contohnya setiap agama mengatakan bahwa ada suatu alam surga(tempat yang sangat baik) sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia,namun dengan catatan manusia tersebut harus lulus ujian,dengan nilai pahala atau kamma baik yang CUKUP, ketentuan atau aturan ini ada di setiap kitab suci,dengan versinya masing2,tapi garis besarnya sama,untuk menunjang agar umat yakin /percaya akan hal tsb,ada tambahan keterangan yang melukiskan apa isi alam surga tsb, . disinilah letak unsur fanatik berlaku.tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa membuktikan kebenaran tentang hal tsb,semuanya HANYA tertulis di buku. secara logika bila seorang umat meyakini hal tsb berarti dia sudah bisa dikatakan fanatik,begitu juga masih banyak sekali hal2 yang tertulis di buku agama yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, jadi dengan meyakini /mempercayai segala sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya ,menurut saya itu sudah fanatik.

namun bila di tanya >kalau begitu umat TIDAK boleh yakin/percaya dengan hal2 yang belum bisa dibuktikan?? TIDAK JUGA. . menurut hemat saya,semua orang di dunia ini harus/pasti ada fanatiknya,hanya bidangnya yang berbeda,karena kemampuan manusia sangatlah terbatas,tidak mungkin manusia ,mampu menguasai SEGALA bidang, terutama masalah teology,tidak mungkin manusia bisa menguasai masalah dalam segala hal(menguasai tentang handpon,mobil,kesehatan,pendidikan,dan masih banyak2 lagi),jadi pasti ada sebagian yang dia pasrahkan kepada yang ahli di bidang tsb,sehingga terjadilah fanatik itu.

apalagi masalah agama/teology,sangat jarang sekali manusia MENDALAMINYA, yang banyak adalah MENGIKUTINYA. .dari sinilah terjadi fanatik agama, bila seseorang berani mengaku sebagai umat Budha maka konsekuensinya dia HARUS fanatik terhadap apa yang ada di kitab suci Budha,walaupun ada sebagian besar dia tidak/belum mengerti atau belum/tidak bisa membuktikan sendiri apakah BENAR isi buku tsb, jadi umat agama sebenarnya dituntut wajib/harus fanatik terhadap agamanya,bila dia masih ragu/bimbang dengan isi kitab suci jangan menepukdada bahwa dia adalah umat Budha tulen,walaupun sebetulnya untuk menyebut diri sebagai umat Budha tulen selain meyakini masih ada syarat yang lebih penting/berat yaitu menjalankan ajarannya.

jadi pesan dari tulisan diatas adalah>
1, arti kata fanatik bisa lebih luas dari yang ada di kamus.
2, jangan dulu memvonis orang lain fanatik,nilai dulu diri sendiri mungkin ada bidang tertentu yang mana kamu sendiri fanatik.(fanatik dengan budaya/tradisi etnis,agama,kepercayaan).


jika dilihat dari tulisan diatas, berarti master sunya itu fanatik berat dan
bahkan master sunya menuduh orang lain fanatik.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 26 December 2012, 05:07:21 PM
bagus, bagus, bagus....

tidak heran kalau gurunya master belut, maka muridnya tulisannya jadi begitu panjang....

bro Hadi udah banyak baca buku spt yg disarankan sama master belut ? nahhh :P :P

nasehat untuk banyak baca buku dari pak guru memang ada,tapi sudah saya coba gagal terus.
baca Tipitaka baru 2 lembar sudah pusing,mungkin karena faktor usia dan dasar pendidikan formal yang minim(smp3),saya lebih suka baca2 di forum,gak pakai kata pengantar,hehehehe dasar
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: whitepadma on 26 December 2012, 05:07:35 PM
Kosong atau Sunya yang masih dibicarakan atau didefinisikan bukanlah sunya yang sejati....
Sama halnya orang buta diminta mendefinisikan seekor gajah....

Semua cuma berdasarkan persepsi masing masing ... Kalau semua masih sebatas sebuah ciri buat apa diributkan ....

Kosong atau sunya hanya bisa dipahami melewati No Mind bukan dengan Mind...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 26 December 2012, 05:10:53 PM

kelihatannya saja,padahal tidak ada yang menuduh.anda tanya tentang fanatik,sudah saya post diatas,tapi sekali lagi saya tidak menuduh siapapun fanatik,karena sejatinya yang berdiskusi semuanya fanatik.termasuk saya.
tapi dengan teori KIIK saya belajar jadi tidak fanatik,dengan dasar----- yang saya yakini itu bisa jadi adalah kosong.


bagaimana pula master sunya yang menuduh orang lain fanatik
dan bahkan jika mau membahas masalah spiritual dengan master sunya, orang itu harus melepas kefanatikan yang dimiliki, baru akan di jelaskan.
tolong donk jelaskan kepada master sunya, mungkin anda sebagai murid atau gurunya bisa saling share pengalaman masalah fanatik :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 26 December 2012, 05:13:21 PM
kenapa status Buddha Gautama bisa ada kaitannya dgn bro Adi Lim ? koq bisa sangkut sampai kesono... ini namanya jurus kait mengkait... ;D siapakah yg berpandangan begitu ? mohon klarifikasi....

mungkin ini salah satu trik badut, menuduh tanpa bukti
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: whitepadma on 26 December 2012, 05:14:04 PM
Koan Zen
Ada seorang pedagang yang berteman dengan seorang guru Zen..
Suatu kali pedagang ini membuat sebuah puisi yang bercerita tentang sunya..
Dengan bangga menyuruh anak buahnya mengirimkan puisi tersebut kepada guru zen temannya untuk dikomentari
Setelah guru zen membaca puisi tersebut dicoret coret puisi tersebut dengan komentar puisi kentut
tentu saja pedagang tersebut sangat marah dan akhirnya menemui guru zen itu hendak mempertanyakan komentarnya..
Sang guru berkata bukankah kamu mengatakan semua sunya, angin apa yang membawa dirimu jauh jauh ke mari...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 05:14:46 PM
sudah biasa menuduh tanpa bukti

sptnya pelanggaran HAM.... bro Adi...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 26 December 2012, 05:16:43 PM
berarti anda mengatakan master sunya itu fanatik dan
bahkan master sunya menuduh orang lain fanatik.

ya guru saya juga fanatik,kalau dia tidak fanatik----begitu diberitahu orang lain atau mendengar konsep orang lain ,dia akan langsung merubah keyakinannya ikut dengan orang itu.
hehe dia ulet.
setiap orang harus ulet ----tidak gampang goyah,tapi tidak gampang bukan berarti final.
fanatik bukan sesuatu yang haram tapi manusiawi sekali,jangan alergy dengan kata fanatik,tapi kendalikan fanatik.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 05:24:18 PM
Koan Zen
Ada seorang pedagang yang berteman dengan seorang guru Zen..
Suatu kali pedagang ini membuat sebuah puisi yang bercerita tentang sunya..
Dengan bangga menyuruh anak buahnya mengirimkan puisi tersebut kepada guru zen temannya untuk dikomentari
Setelah guru zen membaca puisi tersebut dicoret coret puisi tersebut dengan komentar puisi kentut
tentu saja pedagang tersebut sangat marah dan akhirnya menemui guru zen itu hendak mempertanyakan komentarnya..
Sang guru berkata bukankah kamu mengatakan semua sunya, angin apa yang membawa dirimu jauh jauh ke mari...

sptnya angin panatik....
nice posting...

kalau cumi sih ketemu dgn biksu tsb... dan minta diperagakan
PUISI KENTUT... supaya ada buktinya.... soal kentuk kan cumi udah banyak berlatihh
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 05:25:52 PM
pertama kali cumi membaca ada thread...

kosong = isi, isi = kosong...


ahh jangan2 ini mengajarkan trik magic... :P :P :P

Quote
cumi:
sebelum lebih jauh.. coba jelaskan dgn detail apa itu :

1 Sunyata
2 Realisasi
3 Realisasi Sunyata
4 Kosong
5 Isi

trims sebelumnya... 

6 kalau ada kosong dan isi, apakah ada 1/2 kosong dan 1/2 isi ?
7 kalau kosong = isi, isi = kosong, bagaimana mengetahui mana yg kosong, mana yg isi ?
inilah pertanyaan2 cumi pada halaman awal yg belum dijawab dgn baik....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 26 December 2012, 05:28:26 PM
ya guru saya juga fanatik,kalau dia tidak fanatik----begitu diberitahu orang lain atau mendengar konsep orang lain ,dia akan langsung merubah keyakinannya ikut dengan orang itu.
hehe dia ulet.
setiap orang harus ulet ----tidak gampang goyah,tapi tidak gampang bukan berarti final.
fanatik bukan sesuatu yang haram tapi manusiawi sekali,jangan alergy dengan kata fanatik,tapi kendalikan fanatik.

tapi mengapa master Sunya menuduh orang fanatik, sedangkan dia sendiri fanatik berat
tolong beritahu master SUNnya, supaya jangan sembarangan menuduh, akhirnya jadi fitnah.
 ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 26 December 2012, 05:35:54 PM
soal teori/konsep fanatik yang saya tulis,saya tidak belajar dari Sunya.ada guru yang lain.
mungkin dia bisa belajar dari saya kalau dia ingin tahu tentang fanatik.
soal kenapa dan kapan dia menuduh,akan dia selesaikan sendiri.

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 05:37:56 PM
ini tulisan saya tahun lalu.silahkan di simak,

fanatik
kata fanatik kalau sesuai kamus>keyakinan/kepercayaan yang teramat kuat terhadap suatu ajaran(kepercayaan atau agama)..terjemahan ini menurut saya masih kurang lengkap,karena ada hal lain yang bisa di katagorikan fanatik,misalnya fanatik merk handpon,mobil atau dokter dsb, yang ke 2 pada umumnya yang di katakan orang fanatik adalah keyakinan pada ajaran yang SESAT,extrem,padahal sebetulnya meyakini ajaran yang menurut umum adalah real/resmi pun juga bisa di katakan fanatik(menurut saya).

jadi menurut saya meyakini sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata adalah fanatik,contohnya setiap agama mengatakan bahwa ada suatu alam surga(tempat yang sangat baik) sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia,namun dengan catatan manusia tersebut harus lulus ujian,dengan nilai pahala atau kamma baik yang CUKUP, ketentuan atau aturan ini ada di setiap kitab suci,dengan versinya masing2,tapi garis besarnya sama,untuk menunjang agar umat yakin /percaya akan hal tsb,ada tambahan keterangan yang melukiskan apa isi alam surga tsb, . disinilah letak unsur fanatik berlaku.tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa membuktikan kebenaran tentang hal tsb,semuanya HANYA tertulis di buku. secara logika bila seorang umat meyakini hal tsb berarti dia sudah bisa dikatakan fanatik,begitu juga masih banyak sekali hal2 yang tertulis di buku agama yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, jadi dengan meyakini /mempercayai segala sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya ,menurut saya itu sudah fanatik.

namun bila di tanya >kalau begitu umat TIDAK boleh yakin/percaya dengan hal2 yang belum bisa dibuktikan?? TIDAK JUGA. . menurut hemat saya,semua orang di dunia ini harus/pasti ada fanatiknya,hanya bidangnya yang berbeda,karena kemampuan manusia sangatlah terbatas,tidak mungkin manusia ,mampu menguasai SEGALA bidang, terutama masalah teology,tidak mungkin manusia bisa menguasai masalah dalam segala hal(menguasai tentang handpon,mobil,kesehatan,pendidikan,dan masih banyak2 lagi),jadi pasti ada sebagian yang dia pasrahkan kepada yang ahli di bidang tsb,sehingga terjadilah fanatik itu.

apalagi masalah agama/teology,sangat jarang sekali manusia MENDALAMINYA, yang banyak adalah MENGIKUTINYA. .dari sinilah terjadi fanatik agama, bila seseorang berani mengaku sebagai umat Budha maka konsekuensinya dia HARUS fanatik terhadap apa yang ada di kitab suci Budha,walaupun ada sebagian besar dia tidak/belum mengerti atau belum/tidak bisa membuktikan sendiri apakah BENAR isi buku tsb, jadi umat agama sebenarnya dituntut wajib/harus fanatik terhadap agamanya,bila dia masih ragu/bimbang dengan isi kitab suci jangan menepukdada bahwa dia adalah umat Budha tulen,walaupun sebetulnya untuk menyebut diri sebagai umat Budha tulen selain meyakini masih ada syarat yang lebih penting/berat yaitu menjalankan ajarannya.

jadi pesan dari tulisan diatas adalah>
1, arti kata fanatik bisa lebih luas dari yang ada di kamus.
2, jangan dulu memvonis orang lain fanatik,nilai dulu diri sendiri mungkin ada bidang tertentu yang mana kamu sendiri fanatik.(fanatik dengan budaya/tradisi etnis,agama,kepercayaan).

fanatik adalah tidak memiliki kemampuan berpikir kritis dan mempercayain sesuatu berlebihan spt agama, merek barang, barang, guru, makan, dst dst...

(gak usah panjang2 toh bro Hadi,
say no to belut style)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 26 December 2012, 05:40:52 PM
fanatik adalah tidak memiliki kemampuan berpikir kritis dan mempercayain sesuatu berlebihan spt agama, merek barang, barang, guru, makan, dst dst...

(gak usah panjang2 toh bro Hadi)

hahahaha tulisan itu aslinya untuk dibaca keponakan saya,usia dibawah 20 lah. jadi harus detail.
maaf membuat energy anda terbuang banyak,gara2 baca tulisan saya.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: whitepadma on 26 December 2012, 05:54:47 PM
sptnya angin panatik....
nice posting...

kalau cumi sih ketemu dgn biksu tsb... dan minta diperagakan
PUISI KENTUT... supaya ada buktinya.... soal kentuk kan cumi udah banyak berlatihh

Maafkan saya atas puisi kentut saya yang tidak sebanding dengan puisi anda......._/|\_ A Mi Tuo Fo
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 06:19:20 PM
Maafkan saya atas puisi kentut saya yang tidak sebanding dengan puisi anda......._/|\_ A Mi Tuo Fo

jangan begitu bro kan udah ikut meramaikan thread ini...
hujan2 disini enaknya minum kopi panas atau bir dingin ya ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 06:37:08 PM
hahahaha tulisan itu aslinya untuk dibaca keponakan saya,usia dibawah 20 lah. jadi harus detail.
maaf membuat energy anda terbuang banyak,gara2 baca tulisan saya.

bro hadi sebaiknya baca lebih banyak buku lagi... (pdf lagi).... ^:)^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 December 2012, 08:52:45 PM
Prajna-paramita sutta.

apa isinya bagaimana

kaitannya dgn sunata ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 26 December 2012, 08:58:52 PM
saya tidak pernah memaksa, disini forum bebas kok
buktikan dimana, saya memaksa anda utk menjawab pertanyaan saya ! :o
jika anda tidak  berkenan jawab, itu adalah hak anda

bertanya tentunya tidak bisa dilarang di forum ini.
saya sampai sekarang masih sopan kok, tidak pernah memaki, menghujat dengan kata2 kasar
wong cuma tertawa melihat antara badut beraksi kok bilang tidak sopan.  :))

bisakah anda membuktikan saya mengatakan Buddha Gotama adalah badut.
jika anda tidak bisa membuktikan, berarti anda memfitnah
bukankah memfitnah adalah lebih kejam dari pada pembunuhan (istilah duniawi)

yang ada saya mengatakan para badut2 yang mengaku buda hidup pernah ngopi bareng dengan buda, mungkin anda juga ambil bagian ikut ngopi bareng dengan buda, tentunya boleh share pengalaman forum ini, tentang ngopi bareng buda. =))

disinilah terlihat kualitas anda, karena suka menuduh orang lain fanatik.
ternyata saya tidak fanatik kok, wong saya juga menghargai teman2 yang non buddhis dan tidak pernah minta orang tsb utk melepaskan kepercayaan, bila orang tsb ingin bahas masalah ajaran

maap, saya tidak ada jawaban serius dan ringan
tidak seperti anda, suka mutar2
apa yang ada, itulah kita bahas
saya tu de poin =))

Kalau tidak memaksa, kenapa masih menyatakan keberatan untuk abstainnya saya dalam konfirmasi perihal bhikkhu dan arahat? Tentunya orang yang bisa melepas (let go dan tidak melekat pada keinginan) tidak keberatan sama sekali dengan tolakan halus dari lawan bicara. Mengulang-ulang sesuatu yang sudah ditolak di awal percakapan, adalah sebuah indikasi kuat bahwa pengeluh (whiner) ingin seperti anak kecil yang memaksa dibelikan permen walau sudah ditolak satu kali (ini baru Anda mengerti, setelah pura-pura tidak memaksa namun masih membawanya ke percakapan berikutnya). Bila belum paham juga, berarti Anda lemah dalam EQ, karena orang pada umumnya sudah tidak akan mengulang pembahasan sama, kecuali dia masih berharap pertanyaan/pernyataan dia direspon sesuai keinginan/harapan dia.

Belum pernah juga saya menyaksikan seorang mengklaim diri sebagai sopan (kecuali memang orang ini kurang introspeksi atau percaya diri terlalu berlebih).
Apakah memberikan sindiran dan ekspresi tawa sinis pada postingan itu bisa dianggap sopan? Mungkin jika kiblat/acuan penilaian diri Anda adalah diri sendiri, saya tidak akan komentar lebih jauh.

Pernahkah Anda melihat saya menuduh Anda mengatakan Buddha Gautama sebagai badut? Lucu juga, Anda untuk kesekian kali kembali menunjukkan kekurangan Anda dalam memahami bahasa, bahkan lebih lucu lagi sudah melabeli orang lain sebagai memfitnah Anda. :)

Tentang mengopi dengan Buda, maaf saya belum pernah punya pengalaman. Saya cuma punya pengalaman orang yang merendahkan orang lain, dengan sebutan Buda. Bagi saya junjungan Anda tidak berbeda jauh dengan yang Anda sebut (karena Anda menunjukkan bahwa Anda adalah hasil didikan yang "hampir sempurna").

Tidak fanatik? Apakah jika saya sebut Buda Gautama Anda adalah Badut, Anda akan marah dan mengejar saya?
Bagaimana bila saya (maaf) mengencingi dan membakar rupang yang Anda puja setiap hari? (ungkapan Zen)
Bagaimana bila saya bunuh saja Buda yang mengajarkan Anda untuk menyebut orang lain Buda dan juga Badut? Bukankah pujaan Anda itu demikian kurang ajar sehingga mengajarkan muridnya sedemikian rupa? :D

Melepas kepercayaan? Memangnya mau bahas apa sampai melepas kepercayaan? Dan apakah ajaran Buddha tentang percaya, atau ehipassiko?

Lucu, Anda merasa berputar, saya merasa Anda yang berputar sehingga melihat saya berputar.

Senang berdiskusi dengan anggota forum yang menghibur, terima kasih Adi Lim.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 26 December 2012, 09:44:03 PM
bro hadi sebaiknya baca lebih banyak buku lagi... (pdf lagi).... ^:)^

terima kasih sarannya
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 27 December 2012, 05:21:15 AM
Kalau tidak memaksa, kenapa masih menyatakan keberatan untuk abstainnya saya dalam konfirmasi perihal bhikkhu dan arahat? Tentunya orang yang bisa melepas (let go dan tidak melekat pada keinginan) tidak keberatan sama sekali dengan tolakan halus dari lawan bicara. Mengulang-ulang sesuatu yang sudah ditolak di awal percakapan, adalah sebuah indikasi kuat bahwa pengeluh (whiner) ingin seperti anak kecil yang memaksa dibelikan permen walau sudah ditolak satu kali (ini baru Anda mengerti, setelah pura-pura tidak memaksa namun masih membawanya ke percakapan berikutnya). Bila belum paham juga, berarti Anda lemah dalam EQ, karena orang pada umumnya sudah tidak akan mengulang pembahasan sama, kecuali dia masih berharap pertanyaan/pernyataan dia direspon sesuai keinginan/harapan dia.

Belum pernah juga saya menyaksikan seorang mengklaim diri sebagai sopan (kecuali memang orang ini kurang introspeksi atau percaya diri terlalu berlebih).
Apakah memberikan sindiran dan ekspresi tawa sinis pada postingan itu bisa dianggap sopan? Mungkin jika kiblat/acuan penilaian diri Anda adalah diri sendiri, saya tidak akan komentar lebih jauh.

Pernahkah Anda melihat saya menuduh Anda mengatakan Buddha Gautama sebagai badut? Lucu juga, Anda untuk kesekian kali kembali menunjukkan kekurangan Anda dalam memahami bahasa, bahkan lebih lucu lagi sudah melabeli orang lain sebagai memfitnah Anda. :)

Tentang mengopi dengan Buda, maaf saya belum pernah punya pengalaman. Saya cuma punya pengalaman orang yang merendahkan orang lain, dengan sebutan Buda. Bagi saya junjungan Anda tidak berbeda jauh dengan yang Anda sebut (karena Anda menunjukkan bahwa Anda adalah hasil didikan yang "hampir sempurna").

Tidak fanatik? Apakah jika saya sebut Buda Gautama Anda adalah Badut, Anda akan marah dan mengejar saya?
Bagaimana bila saya (maaf) mengencingi dan membakar rupang yang Anda puja setiap hari? (ungkapan Zen)
Bagaimana bila saya bunuh saja Buda yang mengajarkan Anda untuk menyebut orang lain Buda dan juga Badut? Bukankah pujaan Anda itu demikian kurang ajar sehingga mengajarkan muridnya sedemikian rupa? :D

Melepas kepercayaan? Memangnya mau bahas apa sampai melepas kepercayaan? Dan apakah ajaran Buddha tentang percaya, atau ehipassiko?

Lucu, Anda merasa berputar, saya merasa Anda yang berputar sehingga melihat saya berputar.

Senang berdiskusi dengan anggota forum yang menghibur, terima kasih Adi Lim.  _/\_

Prihatin melihat orang yang sepertinya Buddhist tapi berkelakuan seperti tidak bernorma dan beretika.  :(

Jawaban versi serius:
1. Jangan memaksa jika orang lain tidak bersedia menjawab.
2. Kalau Anda sudah memiliki asumsi dan prasangka, untuk apa bertanya lagi.
3. Anda bebas melabeli siapa saja, termasuk mungkin tokoh yang tidak sepemahaman dengan Anda (bisa dari agama lain, bisa dari sekte lain). Tapi satu hal (jika Anda Buddhist): Sopanlah dalam berperilaku (termasuk menulis dan mengucap). Karma tetap berbuah sekalipun Anda hanya menghujat via forum dunia maya.
4. Bagi orang lain (yang setipe dengan cara pandang Anda di atas), mohon maaf Buddha Gautama yang Anda agungkan itu juga Badut, orang yang membuat ajaran berdasarkan pemikiran dan pertapaan (bukan dari firman/sabda Tuhan yang Maha Tahu/Kuasa/Esa). Jika Anda siap menerima penghinaan demikian, teruslah berperilaku seperti sekarang. Dari awal saya katakan fanatik Anda tidak terima, tapi kelakuan menunjukkan hal senada (mengagungkan sutta dan pandangan tertentu, menghina/menghujat yang tidak sepandangan).

Lucu, tapi miris.  :(

Jawaban versi ringan:

Memang badut kok, saya senang bisa membuat Anda tertawa...  :))

Bim salabim jadi apa prok prok prok... :))

Semoga bahagia ya...  :-[


memang tidak salah, ada member yang memberikan anda gelar master belut

master sunya, ini tanggapan yang terakhir saya, mengenai topik KIIK dengan anda, karena bosan .........................
jumpa lagi di topik yang baru.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 27 December 2012, 05:26:07 AM
silahkan bro cumi meneruskan misi ini utk bertanya bila masih penasaran dengan jawaban master sunya atau master lainnya ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 27 December 2012, 06:12:01 AM
memang tidak salah, ada member yang memberikan anda gelar master belut

master sunya, ini tanggapan yang terakhir saya, mengenai topik KIIK dengan anda, karena bosan .........................
jumpa lagi di topik yang baru.

Oke, tidak apa-apa. Semoga berbahagia ya, sukses selalu di tahun yang baru. _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 27 December 2012, 06:22:07 AM
Quote
1. Jangan memaksa jika orang lain tidak bersedia menjawab.

bukan soal memaksa atau tidak memaksa,...

tapi apa alasan nya tidak menjawab,

apakah alasannya dibuat-buat...?


slmat pagi master belut, master masih hutang cumi sejumlah pertanyaan yg belum dijawab.
semangkin banyak yg belum dijawab, makan semangkin kentalah sebutan master belut sesuai dgn prilaku master.

 _/\_ :P

----------------------------------------
Prajna-paramita sutta.

apa isinya bagaimana

kaitannya dgn sunata ?

hayo master belut, silahkan jawab..... :x
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 27 December 2012, 06:26:04 AM
Oke, tidak apa-apa. Semoga berbahagia ya, sukses selalu di tahun yang baru. _/\_

ternyata master belut lega, dgn kepergiaannya bro Adi Lim
biasanya menang begitulah sifat2 belut...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 27 December 2012, 06:26:52 AM
silahkan bro cumi meneruskan misi ini utk bertanya bila masih penasaran dengan jawaban master sunya atau master lainnya ;D

Saya tidak melayani pertanyaan yang tidak konsisten, tidak koheren, dan juga out of topic (OOT). Dari awal sudah saya ingatkan untuk lebih intelek dan bijak dalam bertanya, serta juga cukup baik dalam meditasi. Tapi tetap ada saja yang 'iseng' dengan kemampuan pas-pasan (dalam berbahasa dan nalar) berusaha untuk keep up (membuntuti) thread ini. Apa boleh buat, kemampuan (karma-vipaka) tetap bekerja 'kan?

 Salam. _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 27 December 2012, 06:40:59 AM
Saya tidak melayani Prajna-paramita sutta.

apa isinya bagaimana

kaitannya dgn sunata ? Dari awal sudah saya ingatkan untuk lebih intelek dan bijak dalam bertanya, serta juga cukup baik dalam meditasi. Tapi tetap ada saja yang 'iseng' dengan kemampuan pas-pasan (dalam berbahasa dan nalar) berusaha untuk keep up (membuntuti) thread ini. Apa boleh buat, kemampuan (karma-vipaka) tetap bekerja 'kan?

 Salam. _/\_

kental sekali sifat belutnya....

banyak sekali aturannya...

apalah itu konsisten, koheren, OOT....

duhhhh tinggal jawab ajalahhh.... :'( :'(


Quote
Prajna-paramita sutta.

apa isinya bagaimana

kaitannya dgn sunata ?
coba buktikan pertanyaan diatas itu mana yg :
tidak konsisten, koheren, OOT, EET, UUT, XXT ?

apakah master belut udah baca  : Prajna-paramita sutta.
Title: belut atau bukan ?
Post by: cumi polos on 27 December 2012, 07:55:19 AM
I. The Survey of Mahāyāna Sūtras

As we have known the Buddha did not express his religious doctrine in terms of Śūnyatā (空 性), but rather by Dependent Origination (Pratītyasamutpāda, 緣 起 , 因 緣 生 起) and Middle Path (Madhya-mārga / Madhyamā-pratipad, 中 論). Several centuries later, a group of Mahāyāna texts such as the Vajrachedikā-prajñā-pāramitā Sūtra (金 剛 般 若 波 羅 密 經) and the Hṛdaya Sūtra (心 經) or Prajñā Hṛdaya Sūtra (心 經 般 若) belonging to the Prajñā-pāramitā literature (般 若 波 羅 密 經), introduced strongly the doctrine of Śūnyatā.

 _/\_ :P

-------------------

Quote
1. Emptiness implies non-obstruction... like space or the Void, it exists within many things but never hinders or obstructs anything.
apa ini artinya master sunya ? tolong jabarkan...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 27 December 2012, 01:29:15 PM
kental sekali sifat belutnya....

banyak sekali aturannya...

apalah itu konsisten, koheren, OOT....

duhhhh tinggal jawab ajalahhh.... :'( :'(

coba buktikan pertanyaan diatas itu mana yg :
tidak konsisten, koheren, OOT, EET, UUT, XXT ?

apakah master belut udah baca  : Prajna-paramita sutta.

=))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: lukas_osterhagen on 27 December 2012, 04:04:55 PM
"suññam idaṃ attena vā attaniyena vā"
dari Atta

 [at] Bro Cumi: minta bimbingan juga, apakah yang dimaksud sunyata
seperti yang Sang Buddha katakan bahwa kesadaran itu tiada atta?
jadi sunyata itu artinya tanpa aku kah?

[Note:
 [at] semuanya mohon bimbingan
krn sy kurang jelas dengan istilah kosong atau sunyata atau 空 itu]

Sorry nih sebelumnya, buat Umat Mahayana,
sy bukan antipati tapi
cuma tambahan dan sekedar tahu saja
agar kita bisa lebih arif dalam menanggapi hal hal umum yang membingungkan:

Mahayana yang berkembang di China
telah terpengaruh oleh agama Taoism dan Confusius
maka itu filosofi mereka mengenai 空
dimasukkan kedalam Buddhisme China
itu merujuk kepada alam semesta yang tak terbatas pada ajaran agama di RRC.
dianggap "Nol / lingkaran tak ada ujung / kosong" 空 berputar tak berakhir.

belum lagi kitab Mahayana Sansekerta sendiri
yang berbaur dengan istilah istilah non Buddhisme
seperti istilah
Nilakanta
[ini sebenarnya adalah sebutan khusus untuk Lord Shiva dalam kitab Veda
yang berarti makluk mulia, tapi dipakai untuk sebagai gambaran Mahkluk Besar nan Mahapengasih
yang dianggap sebagai Buddha itu sendiri atau disebut Avalokitesvara, Beliau bukanlah Dewi tapi Buddha,
maka itu di kitab Veda dikatakan bahwa Buddha itu sendiri titisan dari Devata tertentu
dalam agama Hindu atau kaum agama Brahmanisme]
dan juga sebutan Aum
hal ini jelas Hindu.

sampai ke istilah Avalokitesvara pun
Orang Buddhist Mahayana Sekarang merujuk kepada sumber yang cuma melegenda saja
tapi tidak melihat kitab Tripitaka,
yaitu kisah Puteri miào shàn 妙善公主,
tapi maaf sekali lagi, legenda ini telah ada di China
sebelum istilah Avalokitesvara Bodhisatva masuk ke China.
sayangnya umat Mahayana tidak melihat kitab Buddhism Mahayana yang
menggambarkan Avalokitesvara yang dijabarkan sebagai Pria.

tapi kalau memang demikian yang dipercaya
dipercayalah, karena yah namanya keyakinan sudah terbentuk
selama masih bisa mewujudkan kebaikan dan saling menghargai
saya rasa sebagai umat yg blm suci, ok ok aja,
asal jangan merubah2 vinaya dan sutta yang sekarang sudah ada.
kalau Sutra mungkin memang sudah terbaur dengan agama lain.


seperti yang Solasiban, eh salah maksudnya Sol
tulis di postingan sebelah  ^-^

Quote
lage di bas..gk ada kerjaan...kluarin 1 buku kecil yg isine Diamond Sutra dan Prajna Paramita Sutra...Iseng ajah pengen tao isine ape....trus bukane ngacak...kebuka halaman 13...liat sesuatu yg meng-kagetkan...

Inilah yg gw baca di Halaman Tersebut :

"Subhuti, To Sum up, the merits resulting from this Sutra are inconceivable, inestimable and without limit. The Tathagata expounds it to those initiated into the Mahayana and the Supreme Yana. If they are able to receive, hold (in mind), read and recite it and expound it widely to others, the Tathagata will know and will see that they will achieve inexpressible and inconceivable merits that are without measure or limit. They will bear (responsibility for) the Tathagata's supreme Enlightenment (Anuttara-samyak-sambodhi) Why? Because, Subhuti, those who take delight in the Hinayana and hold the view of an ego, a personality, a being and a life, cannot listen to, receive, hold (in mind), read and recite this Sutra and explain it to others."
dari halaman ke-13(my lucky number)
Liat yg di bold boss???
pada zaman sang Buddha jelas2 belum ada yg namanya perpecahan Sangha.......^^

Saya baru sadar  ;)
thanks sol

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 27 December 2012, 05:11:59 PM
Sdr. Lukas yang terkasih, bila bicara tentang keotentikan suatu aliran atau ajaran, itu tak lepas dari hukum perubahan (anitya). Bila ada satu ajaran atau sekte/aliran saja yang mengaku bahwa ajaran mereka otentik dan benar 100% sesuai yang diajarkan dan dimaksudkan oleh Buddha Gautama, saya ingin tahu aliran apakah itu (yang menentang arus perubahan dan degradasi dharma). Saya kira aliran pertama yang muncul pun tak lepas dari campur tangan seorang atau lebih (di luar verifikasi/persetujuan dari Buddha Gautama selaku pencetus/pembawa ajaran). Setiap aliran memiliki sejarah masing-masing, dan saya kira secara umum bisa kita temukan juga di berbagai sumber (vihara, buku-buku sejarah, internet, para tetua Buddhist).

Tentang alam semesta tak berbatas (infinity) dalam ukuran maupun usia, bukankah memang demikian secara sains? Apakah ada rujukan bahwa ini ajaran Mahayana, dan terlebih lagi mengambil filosofi/ajaran dari Taoisme dan Konfusianisme?

Kalau tentang istilah, berhubung Mahayana lebih banyak menggunakan bahasa Sanskerta (bukan Pali), tentu saja ada kemungkinan ada istilah sama yang digunakan dalam keyakinan lain (misalnya Hindu dalam hal ini). Tentu aspek bahasa bukan sebuah indikasi bahwa ada asimilasi (perbauran) dalam kedua ajaran atau lebih. Misalnya jika ada agama lain yang berkembang di India dengan bahasa Pali, tentu kita juga tak lantas mengatakan yang satu mencontek yang lain, atau terjadi percampuran/perbauran ajaran.

Tentang Avalokitesvara, memang benar yang populer di masyarakat merujuk pada Putri Miào Shàn. Menurut hemat saya, sejauh sesuatu itu mendatangkan manfaat dan tidak keluar dari substansi inti (yakni dalam hal ini sifat welas asih dari Avalokitesvara), sebenarnya bukanlah sebuah hal yang patut dipermasalahkan. Selain itu (agak OOT), dalam doktrin Mahayana juga dikenal Avalokitesvara Seribu Tangan (setelah dibantu oleh Buddha Amitabha sewaktu kepala Avalokitesvara pecah berkeping-keping), serta dalam doktrin Mahayana juga dikenal sosok Buddha beraneka wujud (Nirmanakaya beraneka ragam). Jadi sesungguhnya bukan hal esensial mempermasalahkan apakah sosok yang dikenal masyarakat sekarang sebagai Dewi Kwan Im, adalah Avalokitesvara yang sebenarnya atau bukan (karena Avalokitesvara sendiri, bila diyakini sudah mencapai Kebuddhaan, tentu memiliki banyak wujud untuk memanifestasikan diri).

Tentang keyakinan, saya kira keyakinan umat Buddha (secara umum, tanpa melihat aliran manapun) adalah berdasarkan penelusuran, pembelajaran, metode analisis mendalam, telaah kritis dan mengedepankan nalar dan akal sehat. Jadi bila hanya satu aspek yang disebut-sebut sebagai fondasi keyakinan (misalnya kitab suci dan aturan kebhikkhuan aliran tertentu), tentu saja ini melanggar kaidah serta metode pembelajaran yang sudah diberikan oleh Guru Agung Buddha Gautama, serta melanggar prinsip ehipassiko juga. Keyakinan (Śraddhā/Saddha) dalam Buddhisme, bukan seperti keimanan dengan landasan mempercayai doktrin secara buta, namun lewat metode kritis dan analistis serta mengedepankan akal sehat. Begitu menurut saya. :)

Tentang sutra sudah berbaur dengan agama lain, mungkin bisa disertakan lagi bukti lain yang lebih kuat dan valid. Tentang mengubah vinaya dan sutta, apakah pernah terjadi dalam aliran tertentu (setahu saya vinaya dan sutta identik dengan aliran Theravada)? Kalau sutra di Mahayana saya sendiri mungkin tidak cukup kompeten untuk mengomentari, kecuali ada pengkaji khusus sutra Mahayana yang bersedia diminta pendapat/perspektif-nya.

Mengenai kutipan dari Sol, itu sebenarnya perbedaan konsep kesucian antara Mahayana dan Hinayana (yakni antara Mahasattva/Buddha dan Arahat). Sebelum Anda mengutip tulisan tersebut, saya sudah menyiratkan hal tersebut di salah satu postingan saya di topik ini (beberapa halaman sebelum ini).

Untuk menghindari perdebatan bersifat sektarian, sebaiknya pembahasan tentang arahat dan mahasattva tersebut tidak dilanjutkan/dipertajam.

Terima kasih atas komentarnya di topik ini. Salam bahagia untuk Anda.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 27 December 2012, 07:34:23 PM
Quote
[at] Bro Cumi: minta bimbingan juga, apakah yang dimaksud sunyata
seperti yang Sang Buddha katakan bahwa kesadaran itu tiada atta?
jadi sunyata itu artinya tanpa aku kah?

soal sunyata ini.... ahhh sptnya cerita panjang..hu hu hu...

sebaiknya jangan tanya cumi dulu, jangan tanya master sunya, master djoe...

tapi lebih baik bacalah apa yg ditulis oleh master : Nāgārjuna

karna semua ide2 sunyata datang dari Nagarjuna..

 :x

------------------------
Quote
sunyata is anatta (emptiness of self) applied to everything and not just to a person, agent (perceiver/controller/etc) or soul or atman.
soul = roh ?
nah koq sampai bisa ada hubungannya dgn ROH ? gimana nih ? ada yg bisa jelasin ?

-------------------------
anatta lebih dikenal Theravada,
sedangkan sunyata diagung-agungkan oleh Mahayana...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 27 December 2012, 07:39:27 PM
=))

kalau cewek cakep berani ngomong begitu,...dgn sangat terpaksa...langsung gw peluk!...

udah ditindak dikit, udah cumi coret...

sunyata = annica + anatta 
(ada yg bilang begitu sihhh)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 27 December 2012, 08:09:30 PM
1 apakah arti, makna sunyata dlm buddhist mahayana ?
2 bagiamana mengaplikasikan sunyata dlm kehidupan-sehari-hari ?
3 apakah non Buddhist dpt mempraktekkan/mengaplikasikan sunyata ?

utk bro Hadi, taukah kenapa umat Buddhist yg waras tidak akan panatik.  ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 27 December 2012, 08:20:13 PM

utk bro Hadi, taukah kenapa umat Buddhist yg waras tidak akan panatik.  ?

saya tidak tahu,anggapan saya siapapun kalau waras/sadar pasti ada ke-fanatik-an nya,entah dibidang apa atau tentang apa.
tolong kasih pencerahan.
sebagai catatan---untuk pemahaman khusus ini,bila penjelasan anda saya anggap lebih baik dari anggapan saya,pasti saya akan ikut kamu.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 27 December 2012, 08:24:39 PM
bro Cumi
maksud dan tujuan saya nimbrung di sini adalah----mencari yang lebih baik dari yang saya punya,karena saya merasa saya masih kurang/tidak baik dalam penguasaan spiritual.
TQ kalau bisa membantu.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: lukas_osterhagen on 27 December 2012, 08:25:06 PM
 [at] sunya:
Terima kasih respondnya,
Pernyataan saya hanya merujuk kepada bukti
yang sudah mengarah kepada catatan yang ada
dan kita tidak bisa lantaran karena yakin
lalu menutup sebelah mata untuk menerima kenyataan.  :no:

Dan tentu didalam diskusi saya pribadi memang merasa bahwa
kita udah selayaknya belapang dada
dalam menerima ketidak-sepakatan
pun kesepakatan yang terjadi,
itu adalah hal yang sudah biasa.   ;)

lagipula tulisan sy hanya merujuk kepada
realita nya saja sudah ditunjukkan [terdapat clue] yang demikian,
tinggal bagaimana kita menyikapi.

tapi bukan berarti saya ingin
mengenyampingkan "Praktek"
karena saya yakin setiap praktek
baik itu apa yang diajarkan didalam
Buddhisme Mahayana [mau 念经, 念佛, 打坐,等其他信仰修行之类],
Theravada [baca Parita 念護經,靜思,等等] dan lain sebagainya
semua itu ada tahap pencapaian Ekagata masing masing.

ok baiklah kalau begitu,
sekian toh lantaran sy jg ngga mendapatkan jawaban
dari pertanyaan utama saya, jadi saya anggap selesai.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 27 December 2012, 08:45:26 PM
Halo, Lukas.

Bukti kepada catatan apa?
Tentang 'yakin', keyakinan dalam Buddhisme yang benar menurut saya dilandasi dengan ehipassiko (pembuktian dan kajian yang sungguh-sungguh), bukan percaya buta terhadap sebuah catatan atau pun cerita turun temurun. Boleh saja kita berkeyakinan tertentu, tapi keyakinan tersebut harus sesuai fakta (historis maupun realita saat ini).

Tentu dalam diskusi ada kesepakatan dan ketidaksepakatan, justru bila semua sepakat tidak akan ada diskusi. ;D

Realita apa? Saya kurang jelas (mohon maaf).

Ya, tentu semua aliran mengedepankan praktek (realisasi).

Oke, salam dharma dan semoga berbahagia. _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 27 December 2012, 09:50:43 PM
perhatikanlah saat anda bernafas,
anda akan mengerti bahwa setiap saat ada anda yang baru,

jadi saat kapankah ada inti diri anda yang paling sejati itu?

hahaha......
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 01:31:18 AM
perhatikanlah saat anda bernafas,
anda akan mengerti bahwa setiap saat ada anda yang baru,

jadi saat kapankah ada inti diri anda yang paling sejati itu?

hahaha......
duhhh koq pemikiran learner tiba2 melejit jauh....

apa maksudnya inti diri anda yg paling sejati itu ?

apa artinya sunyata ya ?

 _/\_ 8)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 28 December 2012, 01:49:09 AM
saya tidak paham masalah sunyata,

apakah cumi beberapa detik lalu sama dengan cumi yang sekarang?

yang manakah cumi yang sekarang itu?

apakah cumi yang sekarang sedang menarik nafas?
apakah cumi yang sekarang sedang membuang nafas?
bagaimana bentuk cumi saat menarik nafas?
bagaimana bentuk cumi saat membuang nafas?

lalu bentuk sejatinya cumi itu yang mana?
saat penuh oleh udara karena menarik nafas?
atau saat tubuhnya benar2 kosong dari udara karena membuang nafas?

kalau memang bentuk sejati cumi itu ada,
berapa lama bentuk itu dapat bertahan?

hahaha........

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 28 December 2012, 04:45:11 AM
saya tidak tahu,anggapan saya siapapun kalau waras/sadar pasti ada ke-fanatik-an nya,entah dibidang apa atau tentang apa.
tolong kasih pencerahan.
sebagai catatan---untuk pemahaman khusus ini,bila penjelasan anda saya anggap lebih baik dari anggapan saya,pasti saya akan ikut kamu.

bro cumi, sepertinya anda punya pengikut baru =))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 05:48:20 AM
saya tidak paham masalah sunyata,

apakah cumi beberapa detik lalu sama dengan cumi yang sekarang?

yang manakah cumi yang sekarang itu?

apakah cumi yang sekarang sedang menarik nafas?
apakah cumi yang sekarang sedang membuang nafas?
bagaimana bentuk cumi saat menarik nafas?
bagaimana bentuk cumi saat membuang nafas?

lalu bentuk sejatinya cumi itu yang mana?
saat penuh oleh udara karena menarik nafas?
atau saat tubuhnya benar2 kosong dari udara karena membuang nafas?

kalau memang bentuk sejati cumi itu ada,
berapa lama bentuk itu dapat bertahan?

hahaha........

Ya, betul. Tiap detik setiap sel mati dan sel baru muncul, tiap detik partikel kulit lama berjatuhan dan partikel kulit baru tumbuh (debu di rumah kita sebagian besar berasal dari partikel kulit yang jatuh), setiap hari kita membuang sebagian isi tubuh kita ke kamar mandi (kloset), setiap sekian hari kita memotong kuku dan rambut kita (yang sebelumnya adalah bagian diri kita). Dan setiap hari juga, kita kembali membentuk diri kita yang baru dengan mengkonsumsi berbagai jenis makanan, nabati maupun hewani, alami maupun olahan, simpleks maupun kompleks, serta menghirup O2 untuk pembakaran zat-zat makanan (ditambah air sebagai sumber kehidupan).

Jadi yang manakah "kita"? Apakah kita adalah makanan-makanan itu (sebelum dikonsumsi)? Apakah kita adalah bentuk lain dari makanan itu (setelah dikonsumsi)? Apakah setelah diproses dan dibuang, diri kita ikut bersama sisa makanan itu? Bahkan seorang bayi pun lahir karena diberi nutrisi dari Ibu yang mayoritas juga berasal dari makanan.

Ada kejadian ekstrim, ketika seseorang menjalani operasi atau tindakan medis, ketika kita melihat bagian tubuh kita sendiri (misalnya kaki yang diamputasi, hati/liver yang dibuang sebagian, jantung yang dikeluarkan sementara, bola mata yang diangkat/dikeluarkan, usus yang dibuang sebagian). Ketika kita melihat sebagian dari diri kita diambil/dibuang, apa yang kita rasakan? Tentunya bermacam-macam (dimulai dari seolah kita kehilangan sebagian diri kita). Tapi kemudian kita tahu, bahwa bagian yang dibuang saat itu juga sudah tidak berkoneksi/berhubungan dengan diri kita lagi. Dan (pada akhirnya) saat kematian pun kita akan meninggalkan seluruh bagian tubuh yang kita anggap diri kita.

Bahkan secara Buddhisme, mental yang kita miliki saat ini pun (yang berpikir, merasakan, berpersepsi) akan lenyap berganti dengan mentalitas yang baru. Diri ini (mental dan fisik) adalah proyeksi/hasil dari karma, bukan sebuah wujud yang sejati dan hakiki.

Karena itu sunyata bekerja dalam lingkup anatta (diri ini kosong dari sifat hakiki/sejati), karena sunyata sendiri ada di lingkup lebih besar (yaitu semua fenomena kosong dari sifat hakiki, apapun itu tanpa kecuali; termasuk nibbana dan Kebuddhaan).

Oke, semoga bisa membawa manfaat untuk pelatihan diri. Salam bahagia sejahtera. _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 06:02:38 AM
bro cumi, sepertinya anda punya pengikut baru =))

Belum, cobalah untuk belajar memahami kata/kalimat dan tanda baca (berhubung Anda sudah berulang kali salah menterjemahkan maksud sebuah kalimat, saya kira kali ini perlu dijelaskan/dibantu agar bisa lebih baik lagi dalam memahami).

Jika seseorang menulis "bila/akan", itu artinya bukan sebuah hal yang pasti (berupa kemungkinan/probabilitas). Jadi bukan serta merta kita jadikan kepastian/konfirmasi. Singkatnya, tulisan Anda seharusnya: bro cumi, sepertinya anda akan punya pengikut baru. Begitu seharusnya (agar Anda tidak selalu jadi [maaf lho] tertawaan dalam diskusi).

Juga tanda kutip seperti ini: "Surga" dan 'Surga' juga harus Anda perhatikan, karena kata surga pertama adalah bermakna kiasan, sedangkan kata kedua bermakna penekanan (tujuannya agar pembaca lebih fokus).

Ini sedikit input saja, semoga bisa diterima. Maaf jika tidak berkenan.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 07:42:34 AM
bro cumi, sepertinya anda punya pengikut baru =))

cumi lagi memikirin McD double cheese burger... + Large Coke

tapi kelihatannya Kosong=isi, isi=KOSONG....

 :'( :'( :'( :'( :'( :'( :'(

sepertinya = seakan-akan (belum menjadi kenyataan) dlm hal ini apa yg dikatakan bro Adi dpt diterima...
Title: sunyata BEKERJA...
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 07:47:07 AM
saya tidak paham masalah sunyata,

apakah cumi beberapa detik lalu sama dengan cumi yang sekarang?

yang manakah cumi yang sekarang itu?

apakah cumi yang sekarang sedang menarik nafas?
apakah cumi yang sekarang sedang membuang nafas?
bagaimana bentuk cumi saat menarik nafas?
bagaimana bentuk cumi saat membuang nafas?

lalu bentuk sejatinya cumi itu yang mana?
saat penuh oleh udara karena menarik nafas?
atau saat tubuhnya benar2 kosong dari udara karena membuang nafas?

kalau memang bentuk sejati cumi itu ada,
berapa lama bentuk itu dapat bertahan?

hahaha........

Ini sptnya posting curhat.... tapi menjelaskan suatu topik KIIK bukanlah begitu...

apa itu bentuk sejati ?....gunakanlah kata2 yg mudah dimengerti...
bila ada kata2 sulit, maka kata2 tsb dijelaskan dan dijabarkan sebelum digunakan...

jadi janganlah FANATIK...

Quote
Karena itu sunyata bekerja dalam lingkup anatta (diri ini kosong dari sifat hakiki/sejati), karena sunyata sendiri ada di lingkup lebih besar (yaitu semua fenomena kosong dari sifat hakiki, apapun itu tanpa kecuali; termasuk nibbana dan Kebuddhaan).
sunyata ini barang apa ? kenapa dia bisa BEKERJA dalam lingkup ANATTA ? apakah sunyata ini mahluk HIDUP ? atoo gimana ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 10:45:13 AM
"suññam idaṃ attena vā attaniyena vā"
dari Atta
krn sy kurang jelas dengan istilah kosong atau sunyata atau 空 itu]
IMO, kalau anda ikuti diskusi di sebelah (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23460.msg424845.html#msg424845), anda bisa mendapatkan penjelasan lebih jelas ketimbang dari pembicaraan 'khusus meditator' di sini.

Kalau merujuk pada Samyutta Nikaya, Salayatana Samyutta, Channavaggo, Suññataloka sutta, "kosong" yang dimaksud di sini bukan merujuk pada hal lain, namun kepada ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi.

Seperti sudah dijelaskan rekan Kelana di sebelah (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23460.msg426753.html#msg426753), bahwa "kosong = isi; isi = kosong" tampaknya adalah kesalahan penerjemahan yang sudah terimprovisasi jauh, namun sudah mendarah daging dipercaya secara buta oleh banyak orang. Sebetulnya sutra tersebut membahas hal yang hampir mirip dengan sutta dari Samyutta Nikaya, hanya saja dari sudut panca skandha -sementara SN bahas dari sudut Salayatana.


Quote
[...]

Sorry nih sebelumnya, buat Umat Mahayana,
sy bukan antipati tapi
cuma tambahan dan sekedar tahu saja
agar kita bisa lebih arif dalam menanggapi hal hal umum yang membingungkan:

Mahayana yang berkembang di China
telah terpengaruh oleh agama Taoism dan Confusius
maka itu filosofi mereka mengenai 空
dimasukkan kedalam Buddhisme China
itu merujuk kepada alam semesta yang tak terbatas pada ajaran agama di RRC.
dianggap "Nol / lingkaran tak ada ujung / kosong" 空 berputar tak berakhir.

belum lagi kitab Mahayana Sansekerta sendiri
yang berbaur dengan istilah istilah non Buddhisme
seperti istilah
Nilakanta
[ini sebenarnya adalah sebutan khusus untuk Lord Shiva dalam kitab Veda
yang berarti makluk mulia, tapi dipakai untuk sebagai gambaran Mahkluk Besar nan Mahapengasih
yang dianggap sebagai Buddha itu sendiri atau disebut Avalokitesvara, Beliau bukanlah Dewi tapi Buddha,
maka itu di kitab Veda dikatakan bahwa Buddha itu sendiri titisan dari Devata tertentu
dalam agama Hindu atau kaum agama Brahmanisme]
dan juga sebutan Aum
hal ini jelas Hindu.

sampai ke istilah Avalokitesvara pun
Orang Buddhist Mahayana Sekarang merujuk kepada sumber yang cuma melegenda saja
tapi tidak melihat kitab Tripitaka,
yaitu kisah Puteri miào shàn 妙善公主,
tapi maaf sekali lagi, legenda ini telah ada di China
sebelum istilah Avalokitesvara Bodhisatva masuk ke China.
sayangnya umat Mahayana tidak melihat kitab Buddhism Mahayana yang
menggambarkan Avalokitesvara yang dijabarkan sebagai Pria.

tapi kalau memang demikian yang dipercaya
dipercayalah, karena yah namanya keyakinan sudah terbentuk
selama masih bisa mewujudkan kebaikan dan saling menghargai
saya rasa sebagai umat yg blm suci, ok ok aja,
asal jangan merubah2 vinaya dan sutta yang sekarang sudah ada.
kalau Sutra mungkin memang sudah terbaur dengan agama lain.


[...]
Bukan begitu. Doktrin "pemutaran roda ke dua" ini adalah ajaran dari Mahayana India, bukan di China. Tetapi memang aliran-aliran Mahayana ini yang kemudian menyebar ke China, sehingga ketika invasi Is1am menghabisi seluruh aliran Buddhis, tersisa hanya aliran2 Mahayana di China dan Tamraparniya (salah satu aliran Vibhajjavada yang dibawa & berkembang di Srilanka, kemudian dikenal sebagai Theravada).


Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 10:51:41 AM
Quote
IMO, kalau anda ikuti diskusi di sebelah, anda bisa mendapatkan penjelasan lebih jelas ketimbang dari pembicaraan 'khusus meditator' di sini.

ahh sptnya master sunya harus banyak belajar bagaimana menuangkan pikirannya, bagaimana menjelaskannya.....
(cumi berasumsi moderator memberi masukan,... ada yg bisa menjelaskan lebih JELAS...)

apakah begitu master sunya ? mohon transparansinya....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 11:03:03 AM
ahh sptnya master sunya harus banyak belajar bagaimana menuangkan pikirannya, bagaimana menjelaskannya.....
(cumi berasumsi moderator memberi masukan,... ada yg bisa menjelaskan lebih JELAS...)

apakah begitu master sunya ? mohon transparansinya....
Sebagai informasi, aliran Yogacara yang sangat menekankan pemahaman eksistensi lewat praktik (yoga & meditasi), juga mengembangkan dan menjelaskan filosofi shunya-nya secara terperinci dan tidak berkelit dengan alasan 'hanya bisa dilihat dalam meditasi'.

Jadi cumi kalau mau dapat informasi, coba pilih-pilih, nanti capek-capek kejar belut, ternyata cuma dapat tulang & kulit saja.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 28 December 2012, 11:22:38 AM
kalau cewek cakep berani ngomong begitu,...dgn sangat terpaksa...langsung gw peluk!...

udah ditindak dikit, udah cumi coret...

sunyata = annica + anatta 
(ada yg bilang begitu sihhh)

tolong bro cumi tanya yang berkompeten,
dukkha + anicca = ... ?
dukkha + anatta = ... ?
dukkha + anicca + anatta = ... ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 28 December 2012, 11:27:37 AM
Sebagai informasi, aliran Yogacara yang sangat menekankan pemahaman eksistensi lewat praktik (yoga & meditasi), juga mengembangkan dan menjelaskan filosofi shunya-nya secara terperinci dan tidak berkelit dengan alasan 'hanya bisa dilihat dalam meditasi'.

Jadi cumi kalau mau dapat informasi, coba pilih-pilih, nanti capek-capek kejar belut, ternyata cuma dapat tulang & kulit saja.

dapat tulang dan kulit, berarti masih ada (eksis)
jangan2 memang kosong melompong ! :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 11:30:49 AM
dapat tulang dan kulit, berarti masih ada (eksis)
jangan2 memang kosong melompong ! :))
Ingatlah, "Kosong = isi, isi = kosong". Kosong melompong bisa berarti terisi penuh. ;D

Jadi tahu isi dan tahu pong yah sama aja.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 11:48:05 AM
tolong bro cumi tanya yang berkompeten,
dukkha + anicca = ... ?
dukkha + anatta = ... ?
dukkha + anicca + anatta = ... ?

KIIK aja belum selesai bro Adi,... cumi juga udah kewalahan dgn licinnya belut2.. apa lagi tanya yg lebih rumit lagi.... tapi setelah main2 ke thread yg sarankan... cumi udah dpt pencerahan koq... otak cumi masih encer koq.....

tapi master belut telah memberikan contoh yg bagus, bagaimana menjelaskan sebuah topik dgn tidak bagus.  thx utk hal tsb...

------------------
terima kasih bro ariyakumara telah menjelaskan sunyata lebih baik, serta ada referensinya... begitu juga bro kelana...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 11:49:32 AM
IMO, kalau anda ikuti diskusi di sebelah (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23460.msg424845.html#msg424845), anda bisa mendapatkan penjelasan lebih jelas ketimbang dari pembicaraan 'khusus meditator' di sini.

Kalau merujuk pada Samyutta Nikaya, Salayatana Samyutta, Channavaggo, Suññataloka sutta, "kosong" yang dimaksud di sini bukan merujuk pada hal lain, namun kepada ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi.

Seperti sudah dijelaskan rekan Kelana di sebelah (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23460.msg426753.html#msg426753), bahwa "kosong = isi; isi = kosong" tampaknya adalah kesalahan penerjemahan yang sudah terimprovisasi jauh, namun sudah mendarah daging dipercaya secara buta oleh banyak orang. Sebetulnya sutra tersebut membahas hal yang hampir mirip dengan sutta dari Samyutta Nikaya, hanya saja dari sudut panca skandha -sementara SN bahas dari sudut Salayatana.

Bukan begitu. Doktrin "pemutaran roda ke dua" ini adalah ajaran dari Mahayana India, bukan di China. Tetapi memang aliran-aliran Mahayana ini yang kemudian menyebar ke China, sehingga ketika invasi Is1am menghabisi seluruh aliran Buddhis, tersisa hanya aliran2 Mahayana di China dan Tamraparniya (salah satu aliran Vibhajjavada yang dibawa & berkembang di Srilanka, kemudian dikenal sebagai Theravada).

Sekedar bertanya, apakah dengan mendengar penjelasan orang bisa mengerti sepenuhnya sunyata? Bukankah semua pemahaman harus dijalani dan dipraktekkan baru merasakan sendiri seperti apa yang dijelaskan? Kalau ada yang bisa jamin bahwa ada penjelasan yang cocok dan sempurna untuk setiap makhluk, saya ingin mendengar dan membacanya. :)

Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi. Ini adalah penjelasan tentang anatta dan paticcasamuppada. Ini tidak menjelaskan tentang kondisi lain di luar "aku", seperti tentang kejadian alam, perang, pergolakan politik/ekonomi/sosial, percintaan (asmara), keberuntungan dan kemalangan, serta hal lainnya yang bersifat eksternal.

Maka dari itu semua hal bersifat eksternal selalu dilimpahkan pada "hukum alam" (niyama), yang kemudian (di level awam) melahirkan lagi pertanyaan, siapa yang menciptakan hukum alam (termasuk sebab-akibat), surga-neraka, dsb. Hal ini tidak bisa dijawab lewat penjelasan Panca Niyama, Hukum Karma, Paticcasamuppada, ataupun Tilakkhana.

Karena itu (dalam taraf tertentu) maka diajarkan bahwa di balik semua keberadaan tersebut (tanpa kecuali), ada satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata. Ini menjelaskan segalanya, termasuk pencapaian nibbana, segala faktor mental, rupa/wujud, keberadaan pikiran.

Jadi kebenaran mutlak dalam aliran/sekte tertentu, sebenarnya masih ada satu kebenaran lebih substansial di belakangnya, yakni: SUNYATA (kekosongan dari segala fenomena).

Tentang tudingan salah terjemahan, improvisasi doktrin, mempercayai secara buta, sepertinya ini sudah bersifat vonis ya? Atau masih ada pintu diskusi?  :)

Tentang sejarah awal Mahayana dari India, saya sependapat. Lebih jelasnya dapat dilihat disini: id.wikipedia.org/wiki/Mahāyāna

Oke, salam sejahtera untuk Anda. Semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sl99 on 28 December 2012, 11:52:00 AM
Kefanatikan dan kemelekatan adalah salah satu penghalang besar untuk memahami ajaran mulia dari Guru Agung Buddha Gautama. Kenapa saya menolak menjelaskan selama pikiran belum bisa 'open-minded', karena dengan kemelekatan besar serta saddha yang keliru (keyakinan membuta), maka pikiran secara otomatis menolak faham-faham yang dianggapnya salah (tidak sesuai yang dipahaminya dari aliran/sekte dia bernaung dan belajar), tidak ada di buku panduannya (teks/sutra/kitab suci), tidak diajarkan selama ini oleh orang-orang yang mengajarinya (walau mereka bukan Tercerahkan/Buddha).

Jadi, selama cangkir sudah penuh, siapa yang mau mengisinya? Biarlah begitu (diisi juga akan meluber, seperti bisa dilihat disini).

Oke, salam dharma dan semoga semua berbahagia. :)

Maaf nimbrung,

Menurut om sunya, apakah om sunya seorang yang open minded terhadap segala sesuatu yang diluar yang sudah dicapai/dipahami om sunya?
Menurut om sunya, apakah om sunya fanatik atau tidak terhadap hasil penembusan meditasi om sunya?
Menurut om sunya, sudah sampai dimana tingkat ketidakmelekatan om sunya?
Menurut om sunya, cangkir om sunya sudah kosong atau belum?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 11:53:21 AM
Sekedar bertanya, apakah dengan mendengar penjelasan orang bisa mengerti sepenuhnya sunyata? Bukankah semua pemahaman harus dijalani dan dipraktekkan baru merasakan sendiri seperti apa yang dijelaskan? Kalau ada yang bisa jamin bahwa ada penjelasan yang cocok dan sempurna untuk setiap makhluk, saya ingin mendengar dan membacanya. :)

Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi. Ini adalah penjelasan tentang anatta dan paticcasamuppada. Ini tidak menjelaskan tentang kondisi lain di luar "aku", seperti tentang kejadian alam, perang, pergolakan politik/ekonomi/sosial, percintaan (asmara), keberuntungan dan kemalangan, serta hal lainnya yang bersifat eksternal.

Maka dari itu semua hal bersifat eksternal selalu dilimpahkan pada "hukum alam" (niyama), yang kemudian (di level awam) melahirkan lagi pertanyaan, siapa yang menciptakan hukum alam (termasuk sebab-akibat), surga-neraka, dsb. Hal ini tidak bisa dijawab lewat penjelasan Panca Niyama, Hukum Karma, Paticcasamuppada, ataupun Tilakkhana.

Karena itu (dalam taraf tertentu) maka diajarkan bahwa di balik semua keberadaan tersebut (tanpa kecuali), ada satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata. Ini menjelaskan segalanya, termasuk pencapaian nibbana, segala faktor mental, rupa/wujud, keberadaan pikiran.

Jadi kebenaran mutlak dalam aliran/sekte tertentu, sebenarnya masih ada satu kebenaran lebih substansial di belakangnya, yakni: SUNYATA (kekosongan dari segala fenomena).

Tentang tudingan salah terjemahan, improvisasi doktrin, mempercayai secara buta, sepertinya ini sudah bersifat vonis ya? Atau masih ada pintu diskusi?  :)

Tentang sejarah awal Mahayana dari India, saya sependapat. Lebih jelasnya dapat dilihat disini: id.wikipedia.org/wiki/Mahāyāna

Oke, salam sejahtera untuk Anda. Semoga berbahagia.  _/\_

maksudnya Buddha Gautama kelupaan tidak mengajarkan SUNYATA yg menurut master belut ITU lebih lengkap dan lebih baik ? mohon transparansinya....


Buddah Gautama lupa mengajarkan yg ini ? :
Quote
satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata.
koq bisa ya ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 12:01:05 PM
Sebagai informasi, aliran Yogacara yang sangat menekankan pemahaman eksistensi lewat praktik (yoga & meditasi), juga mengembangkan dan menjelaskan filosofi shunya-nya secara terperinci dan tidak berkelit dengan alasan 'hanya bisa dilihat dalam meditasi'.

Jadi cumi kalau mau dapat informasi, coba pilih-pilih, nanti capek-capek kejar belut, ternyata cuma dapat tulang & kulit saja.

Sebagai informasi, saya bukan beraliran Yogacara.
Penjelasan shunya sudah saya jelaskan dengan rinci sesuai dengan yang saya pahami dan alami (praktekkan).
Jika Anda memiliki penjelasan yang lebih baik menurut Anda, silakan (tidak ada yang melarang Anda menulis pengalaman spiritual dan pemahaman Anda tentang dharma Sang Buddha).
Tentang 'hanya bisa dilihat dalam meditasi', mungkin Anda belum cukup pengalaman. Sekarang bagaimana menjelaskan suatu fenomena batin tanpa seorang itu melihat dan merasakannya? Penjelasan tekstual/teori/literatur memang perlu, tapi praktek/realisasi juga sangat perlu (kecuali jika tentunya Anda hanya belajar dharma secara teoritis dan akademis).

Betul, memilih informasi memang harus teliti. Kurang teliti bahkan bukan hanya mendapat kulit dan tulang, malah tidak dapat apa-apa.

Oke, salam pencerahan dan damai-sentosa untuk Anda. Semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 12:05:20 PM
Ingatlah, "Kosong = isi, isi = kosong". Kosong melompong bisa berarti terisi penuh. ;D

Jadi tahu isi dan tahu pong yah sama aja.

Ini adalah kebodohan (ketidaktahuan). Apakah jahat=baik, apakah kotoran=emas?

Anda sedang bermain dengan ketidaktahuan Anda, membuat komparasi antara kebenaran mutlak dengan konvensional, tapi keliru.

Yang Anda bandingkan di atas adalah dualitas (kebenaran kondisional), tentu saja dalam taraf konvensional hal itu adalah dua kutub yang berbeda. Mana mungkin jahat=baik, mana mungkin kotor/sampah=bersih/berharga? Ini hanya orang (maaf) pandir yang membuat kesimpulan demikian atas Dharma Agung Sang Bhagava.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 12:09:05 PM
Sekedar bertanya, apakah dengan mendengar penjelasan orang bisa mengerti sepenuhnya sunyata? Bukankah semua pemahaman harus dijalani dan dipraktekkan baru merasakan sendiri seperti apa yang dijelaskan? Kalau ada yang bisa jamin bahwa ada penjelasan yang cocok dan sempurna untuk setiap makhluk, saya ingin mendengar dan membacanya. :)
Bagi orang yang berakal sehat, suatu praktik dijalani karena dimengerti. Setelah praktik terjalani dengan baik, maka apa yang dimengerti itu direalisasi. Jika seseorang tidak mengerti, namun menjalani, apa bedanya dengan kepercayaan buta?

Apakah ada satu penjelasan yang cocok untuk setiap makhluk? Saya rasa tidak ada. Karena makhluk punya kecenderungan masing-masing, juga masing-masing punya batas kemampuan berbeda.


Quote
Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi. Ini adalah penjelasan tentang anatta dan paticcasamuppada. Ini tidak menjelaskan tentang kondisi lain di luar "aku", seperti tentang kejadian alam, perang, pergolakan politik/ekonomi/sosial, percintaan (asmara), keberuntungan dan kemalangan, serta hal lainnya yang bersifat eksternal.
;D Jadi maksudnya kejadian alam, perang, pergolakan, dll, itu tidak dipersepsi oleh indera kita?


Quote
Maka dari itu semua hal bersifat eksternal selalu dilimpahkan pada "hukum alam" (niyama), yang kemudian (di level awam) melahirkan lagi pertanyaan, siapa yang menciptakan hukum alam (termasuk sebab-akibat), surga-neraka, dsb. Hal ini tidak bisa dijawab lewat penjelasan Panca Niyama, Hukum Karma, Paticcasamuppada, ataupun Tilakkhana.

Karena itu (dalam taraf tertentu) maka diajarkan bahwa di balik semua keberadaan tersebut (tanpa kecuali), ada satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata. Ini menjelaskan segalanya, termasuk pencapaian nibbana, segala faktor mental, rupa/wujud, keberadaan pikiran.
Jadi maksudnya hal yang tidak bisa dijawab doktrin Panca Niyama, Hukum Karma, dll, bisa dijawab dengan doktrin Shunyata? Sungguh menarik.
1. Anda punya kesimpulan itu berdasarkan ajaran mana? Boleh minta referensi?
2. Saya punya pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh doktrin-doktrin yang anda sebutkan di atas, yaitu bagaimana mekanisme orang berbuat kejahatan berat (akusala garuka kamma) bisa ditelan bumi? Coba dijelaskan dengan doktrin Shunyata yang anda katakan bisa menjelaskan semuanya itu.

Quote
Jadi kebenaran mutlak dalam aliran/sekte tertentu, sebenarnya masih ada satu kebenaran lebih substansial di belakangnya, yakni: SUNYATA (kekosongan dari segala fenomena).

Tentang tudingan salah terjemahan, improvisasi doktrin, mempercayai secara buta, sepertinya ini sudah bersifat vonis ya? Atau masih ada pintu diskusi?  :)
Oh, selalu terbuka pintu diskusi. Silahkan, berikan argumentasi anda.


Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 12:09:18 PM
Ini adalah kebodohan (ketidaktahuan). Apakah jahat=baik, apakah kotoran=emas?

Anda sedang bermain dengan ketidaktahuan Anda, membuat komparasi antara kebenaran mutlak dengan konvensional, tapi keliru.

Yang Anda bandingkan di atas adalah dualitas (kebenaran kondisional), tentu saja dalam taraf konvensional hal itu adalah dua kutub yang berbeda. Mana mungkin jahat=baik, mana mungkin kotor/sampah=bersih/berharga? Ini hanya orang (maaf) pandir yang membuat kesimpulan demikian atas Dharma Agung Sang Bhagava.  _/\_
kebodohan dan ketidaktahuan ada pada master belut, yg belum dapat membawakan thread ini dgn baik, menjelaskan dgn indah, menarik, mudah dimengerti, dan bermanfaat...

 :P :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 12:11:13 PM
Ini adalah kebodohan (ketidaktahuan). Apakah jahat=baik, apakah kotoran=emas?

Anda sedang bermain dengan ketidaktahuan Anda, membuat komparasi antara kebenaran mutlak dengan konvensional, tapi keliru.

Yang Anda bandingkan di atas adalah dualitas (kebenaran kondisional), tentu saja dalam taraf konvensional hal itu adalah dua kutub yang berbeda. Mana mungkin jahat=baik, mana mungkin kotor/sampah=bersih/berharga? Ini hanya orang (maaf) pandir yang membuat kesimpulan demikian atas Dharma Agung Sang Bhagava.  _/\_
Kalau hanya bilang orang tidak berpengetahuan, masih dualitas, itu sih sangat gampang.

Coba donk beri penjelasan, bagaimana kebenaran mutlak dan konvensional, dan batasannya bagaimana, dualitasnya bagaimana.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 12:11:42 PM
Bila sunyata ini sangat penting dan lebih lengkap,
   kenapa Buddha Gautama tidak mengajarkan nya ?

kenapa master sunya.... ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 12:13:38 PM
Bila sunyata ini sangat penting dan lebih lengkap,
   kenapa Buddha Gautama tidak mengajarkan nya ?

kenapa master sunya.... ?
Tidak mengajarkan menurut siapa, bro cumi?
Kalau dari Kanon Pali, Sunnata dijelaskan kok, cukup terperinci pula.

Kalau dari aliran Buddhis belakangan, yang percaya pada pemutaran roda dharma ganda, hal ini diajarkan oleh Buddha Gautama langsung yang begitu mengejutkan sampai para Sravaka sebagian mati kaget karena dibohongi oleh gurunya.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 12:20:50 PM
Maaf nimbrung,

Menurut om sunya, apakah om sunya seorang yang open minded terhadap segala sesuatu yang diluar yang sudah dicapai/dipahami om sunya?
Menurut om sunya, apakah om sunya fanatik atau tidak terhadap hasil penembusan meditasi om sunya?
Menurut om sunya, sudah sampai dimana tingkat ketidakmelekatan om sunya?
Menurut om sunya, cangkir om sunya sudah kosong atau belum?

Baik, ijinkan saya menjawab satu persatu.
1. Tentu, jika tidak open-minded, bagaimana saya bisa melangsungkan diskusi ini. Saya kerap menulis; silakan berbagi pemikiran Anda, silakan menjelaskan apa yang Anda pahami, dan apa yang saya jelaskan juga tidak harus diterima sebagai kebenaran (sebelum Anda membuktikannya dulu sendiri).
2. Fanatik itu tolok ukur (parameter)-nya apa? Meditasi sesuatu yang hanya dialami diri sendiri, bagaimana membandingkannya dengan orang lain?
3. Sama dengan di atas. Tapi saya punya sesuatu untuk direnungkan; jika Anda seorang Buddhist yang menjunjung tinggi prinsip ehipassiko (membuktikan sendiri), lalu Anda sudah membuktikan dan melihat sendiri (ibaratnya Anda sudah melihat piramida seperti yang dulu Anda dengar dari orang lain), apakah Anda masih meragukan penglihatan Anda sendiri?
4. Sama dengan di atas (dengan tambahan), jika Anda sudah melihat kebenaran (walau bisa saja keliru/salah), apakah Anda masih bisa disebut sebuah cangkir kosong?
Ketika Buddha menemukan kebenaran (mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi), apakah Beliau masih bisa disebut cangkir kosong? Apakah Beliau perlu skeptis (meragukan kebenaran) tentang apa yang dilihat-Nya?

Jika Anda bicara dalam konteks diskusi harus seperti cangkir kosong, saya sangat sependapat (dan itu yang saya lakukan terhadap para anggota forum yang berpartisipasi). Kita harus mempersilakan siapapun berbagi pemikiran maupun pengalamannya disini, tanpa harus yang satu merasa lebih benar dari yang lain.

Oke, cukup jelas 'kan? Semoga Anda bahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 12:22:01 PM
Tidak mengajarkan menurut siapa, bro cumi?
Kalau dari Kanon Pali, Sunnata dijelaskan kok, cukup terperinci pula.

Kalau dari aliran Buddhis belakangan, yang percaya pada pemutaran roda dharma ganda, hal ini diajarkan oleh Buddha Gautama langsung yang begitu mengejutkan sampai para Sravaka sebagian mati kaget karena dibohongi oleh gurunya.

kalau sunyata telah dijelaskan dlm kanon pali, maka topik (thread) yg menarik adalah membandingkan sunyata dlm kanon pali dgn diamond sutta oleh Nāgārjuna.

bagaimana pengertian dari dua pandangan tsb bisa lebih bermanfaat bagi umat budhist...
bukan thread kosongisiisikosong gitulahhhh... sampai mendptkan gelat master belut...

cumi pikir sunyata produk baru...(seakan akan dikumandangkan oleh master sunya)...yg GRESSS
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 12:26:37 PM
kalau sunyata telah dijelaskan dlm kanon pali, maka topik (thread) yg menarik adalah membandingkan sunyata dlm kanon pali dgn diamond sutta oleh Nāgārjuna.

bagaimana pengertian dari dua pandangan tsb bisa lebih bermanfaat bagi umat budhist...
bukan thread kosongisiisikosong gitulahhhh... sampai mendptkan gelat master belut...

cumi pikir sunyata produk baru...(seakan akan dikumandangkan oleh master sunya)...yg GRESSS

Bukan, itu sama sekali bukan produk baru. Tapi memang belakangan dikembangkan sampai ke mana2 tuh doktrinnya. Jadi tergantung kitanya aja mau pakai yang awal atau versi improvisasi.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 12:32:37 PM
Kalau hanya bilang orang tidak berpengetahuan, masih dualitas, itu sih sangat gampang.

Coba donk beri penjelasan, bagaimana kebenaran mutlak dan konvensional, dan batasannya bagaimana, dualitasnya bagaimana.

Saya sudah menjelaskannya berulang kali, silakan baca lagi dan tanya yang kurang jelas. Ini informasi bersifat tulisan, bukan audio. Tentu Anda bisa melacak dan membaca penjelasan yang sudah lewat.

Untuk baris kedua, arti dualitas dan konvensional Anda paham 'kan? Seharusnya saya kira paham (karena Anda tidak tampak seperti awam benar dalam agama Buddha). Kebenaran yang Anda bandingkan di atas adalah kebenaran bersifat konvensional (bisa diukur, bisa dilihat, bisa dipersepsikan secara umum, bisa diindera oleh para makhluk). Sedangkan kebenaran mutlak berada di luar dari itu. Sering diumpamakan seperti seorang anak yang menggenggam apel satu buah (kebenaran kondisional), dan apel -1 buah yang tidak bisa diilustrasikan/dibayangkan (bagaimana mungkin seorang anak bisa menggenggam apel -1 buah?). Nah, seperti itu ilustrasi untuk memahami kebenaran mutlak yang bekerja di balik kebenaran konvensional (berkondisi).

Nanti saya perdalam, sesuai kemampuan Anda dalam merespon penjelasan di atas dulu.

Oke, semoga tekun belajar dharma. Salam pencerahan dan kesuksesan untuk Anda.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 12:37:04 PM
Bukan, itu sama sekali bukan produk baru. Tapi memang belakangan dikembangkan sampai ke mana2 tuh doktrinnya. Jadi tergantung kitanya aja mau pakai yang awal atau versi improvisasi.

Rekan Kainyn, mohon tidak membahas sunyata dari sisi historis disini (sudah saya berikan rambu-rambunya di halaman pertama). Bukannya tidak mau membahas, tapi bisa melebar ke perdebatan antar sekte (di atas dan sebelumnya sudah pernah hampir terjadi). Jadi untuk menjaga alur diskusi agar tidak terlalu jauh keluar topik, maka kita fokus pada pembahasan sunyata secara spiritual saja (tanpa mengesampingkan doktrin/sutra tentunya).

Oke, salam bahagia sejahtera untuk Anda.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 12:39:54 PM
Saya sudah menjelaskannya berulang kali, silakan baca lagi dan tanya yang kurang jelas. Ini informasi bersifat tulisan, bukan audio. Tentu Anda bisa melacak dan membaca penjelasan yang sudah lewat.

Untuk baris kedua, arti dualitas dan konvensional Anda paham 'kan? Seharusnya saya kira paham (karena Anda tidak tampak seperti awam benar dalam agama Buddha). Kebenaran yang Anda bandingkan di atas adalah kebenaran bersifat konvensional (bisa diukur, bisa dilihat, bisa dipersepsikan secara umum, bisa diindera oleh para makhluk). Sedangkan kebenaran mutlak berada di luar dari itu. Sering diumpamakan seperti seorang anak yang menggenggam apel satu buah (kebenaran kondisional), dan apel -1 buah yang tidak bisa diilustrasikan/dibayangkan (bagaimana mungkin seorang anak bisa menggenggam apel -1 buah?). Nah, seperti itu ilustrasi untuk memahami kebenaran mutlak yang bekerja di balik kebenaran konvensional (berkondisi).

Nanti saya perdalam, sesuai kemampuan Anda dalam merespon penjelasan di atas dulu.

Oke, semoga tekun belajar dharma. Salam pencerahan dan kesuksesan untuk Anda.  _/\_
;D Manis sekali. Anda pikir saya sedang berguru pada anda? Kesampingkanlah soal tahu kosong/isi. Itu adalah sarkasme yang nampaknya anda tidak mampu menangkapnya.

Kita lanjut saja pembahasan awal:

Sekedar bertanya, apakah dengan mendengar penjelasan orang bisa mengerti sepenuhnya sunyata? Bukankah semua pemahaman harus dijalani dan dipraktekkan baru merasakan sendiri seperti apa yang dijelaskan? Kalau ada yang bisa jamin bahwa ada penjelasan yang cocok dan sempurna untuk setiap makhluk, saya ingin mendengar dan membacanya. :)
Bagi orang yang berakal sehat, suatu praktik dijalani karena dimengerti. Setelah praktik terjalani dengan baik, maka apa yang dimengerti itu direalisasi. Jika seseorang tidak mengerti, namun menjalani, apa bedanya dengan kepercayaan buta?

Apakah ada satu penjelasan yang cocok untuk setiap makhluk? Saya rasa tidak ada. Karena makhluk punya kecenderungan masing-masing, juga masing-masing punya batas kemampuan berbeda.


Quote
Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi. Ini adalah penjelasan tentang anatta dan paticcasamuppada. Ini tidak menjelaskan tentang kondisi lain di luar "aku", seperti tentang kejadian alam, perang, pergolakan politik/ekonomi/sosial, percintaan (asmara), keberuntungan dan kemalangan, serta hal lainnya yang bersifat eksternal.
;D Jadi maksudnya kejadian alam, perang, pergolakan, dll, itu tidak dipersepsi oleh indera kita?


Quote
Maka dari itu semua hal bersifat eksternal selalu dilimpahkan pada "hukum alam" (niyama), yang kemudian (di level awam) melahirkan lagi pertanyaan, siapa yang menciptakan hukum alam (termasuk sebab-akibat), surga-neraka, dsb. Hal ini tidak bisa dijawab lewat penjelasan Panca Niyama, Hukum Karma, Paticcasamuppada, ataupun Tilakkhana.

Karena itu (dalam taraf tertentu) maka diajarkan bahwa di balik semua keberadaan tersebut (tanpa kecuali), ada satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata. Ini menjelaskan segalanya, termasuk pencapaian nibbana, segala faktor mental, rupa/wujud, keberadaan pikiran.
Jadi maksudnya hal yang tidak bisa dijawab doktrin Panca Niyama, Hukum Karma, dll, bisa dijawab dengan doktrin Shunyata? Sungguh menarik.
1. Anda punya kesimpulan itu berdasarkan ajaran mana? Boleh minta referensi?
2. Saya punya pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh doktrin-doktrin yang anda sebutkan di atas, yaitu bagaimana mekanisme orang berbuat kejahatan berat (akusala garuka kamma) bisa ditelan bumi? Coba dijelaskan dengan doktrin Shunyata yang anda katakan bisa menjelaskan semuanya itu.

Quote
Jadi kebenaran mutlak dalam aliran/sekte tertentu, sebenarnya masih ada satu kebenaran lebih substansial di belakangnya, yakni: SUNYATA (kekosongan dari segala fenomena).

Tentang tudingan salah terjemahan, improvisasi doktrin, mempercayai secara buta, sepertinya ini sudah bersifat vonis ya? Atau masih ada pintu diskusi?  :)
Oh, selalu terbuka pintu diskusi. Silahkan, berikan argumentasi anda.


Silahkan.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 12:49:51 PM
Bukan, itu sama sekali bukan produk baru. Tapi memang belakangan dikembangkan sampai ke mana2 tuh doktrinnya. Jadi tergantung kitanya aja mau pakai yang awal atau versi improvisasi.

kalau begitu adanya, tinggal master sunya menunjukan versi improvisasi yg indah ini lebih mudah dimengerti, lebih praktis dan manis....

silahkan master sunya.... :P :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 01:13:54 PM
;D Manis sekali. Anda pikir saya sedang berguru pada anda? Kesampingkanlah soal tahu kosong/isi. Itu adalah sarkasme yang nampaknya anda tidak mampu menangkapnya.

Kita lanjut saja pembahasan awal:
Bagi orang yang berakal sehat, suatu praktik dijalani karena dimengerti. Setelah praktik terjalani dengan baik, maka apa yang dimengerti itu direalisasi. Jika seseorang tidak mengerti, namun menjalani, apa bedanya dengan kepercayaan buta?

Apakah ada satu penjelasan yang cocok untuk setiap makhluk? Saya rasa tidak ada. Karena makhluk punya kecenderungan masing-masing, juga masing-masing punya batas kemampuan berbeda.

Persepsi manis maupun sedang berguru adalah buah pikiran Anda sendiri (saya tidak akan berkomentar jauh).

Tentang tahu kosong/isi, saya tidak mempersoalkan apakah itu sarkasme atau tidak. Siapapun yang menertawakan suatu konsep/pemikiran yang tidak dia pahami dan mengerti, adalah sebuah hal yang tidak etis. Itu saja yang saya tahu.
Kebetulan Buddha Gautama juga punya kisah serupa (tentang menertawakan dan mengeluarkan kata-kata tidak pantas pada makhluk lain), yang berakibat setelah menjadi Buddha pun, Ia harus mengalami serangkaian karma buruk. 12 karma buruk Sang Buddha: http://www.w****a.com/forum/kisah-kisah-sang-buddha/9122-12-akibat-karma-buruk-sang-buddha.html

Jika Anda seorang Mahayanis, dari berbagai aspek Anda tidak seharusnya melakukan hal di atas.
- Seorang Buddha bisa saja memanifestasikan diri ke dalam aneka wujud/rupa.
- Dalam Mahayana banyak konsep yang belum diketahui umat awam dan sebagian bersifat esoteris (hanya dibabarkan pada kalangan tertentu).
- Tidak menghakimi sesuatu, karena bisa saja persepsi kita yang salah (sesuai konsep sunyata yang kita bicarakan; segala persepsi adalah kosong dari sifat hakiki).
- Cinta kasih tanpa batas (termasuk pada orang/makhluk/konsep yang tidak kita sukai/sepaham/sealiran).

Semoga Anda bisa menarik kata-kata Anda kembali (dalam kaidah umum, menertawakan suatu konsep yang tidak kita pahami saja sudah merupakan hal yang kurang etis/sopan). Anda bagus dalam menguasai literatur dharma. Sebagai seorang penganut Buddhisme, saya sangat senang jika dharma yang Anda kuasai untuk dipraktekkan (lewat hal-hal kecil dahulu), jadi Anda bisa menjadi seorang duta dharma bagi setiap makhluk.

Tentang praktik dharma, memang awalnya dimengerti dulu secara dasar. Tapi saya yakin kita sama-sama paham, bahwa spiritualitas tidak bisa diwakili sepenuhnya dengan kata-kata. Ada hal-hal tertentu yang setelah dimengerti secara dasar, harus dipraktekkan langsung secara individual. Sama seperti berenang, sepintar apapun teorinya, akan nihil tanpa pernah merasakan berada di air itu sendiri. Jika dharma hanya didekati secara intelektual dan akademis (maaf saja), Anda dan siapapun tidak akan dapat apa-apa.

Dan, omong-omong, sewaktu bersekolah saya kerap mendapat guru olahraga yang meminta kita untuk praktik dulu, teori belakangan (tentunya sambil diawasi dan dibimbing saat berolah raga). Setelah selesai praktik (di lapangan), baru dijelaskan apa yang kita praktekkan di lapangan, apa-apa yang salah (harus dikoreksi), dan mana yang harus ditingkatkan/dikembangkan lagi.

Demikian. Semoga mengerti. :)

Tentang penjelasan yang cocok untuk setiap makhluk, saya sependapat bahwa setiap makhluk punya kecenderungan tertentu (hasil dari sebab-sebab yang lalu). Makanya saya katakan, penjelasan secara teoritis (apalagi baku sesuai text-book), belum tentu mengantar seorang makhluk menuju tujuannya (nibbana dalam hal ini). Ini 'kan fenomena umum, dimana satu kelas mendapat pelajaran dan buku (kurikulum) yang sama, tapi tidak semua menjadi pintar dan juara (karena berbagai faktor yang ada, bukan hanya di buku/teori saja kunci suksesnya).

Saya sambung di postingan berikutnya.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 01:42:28 PM
Persepsi manis maupun sedang berguru adalah buah pikiran Anda sendiri (saya tidak akan berkomentar jauh).

Tentang tahu kosong/isi, saya tidak mempersoalkan apakah itu sarkasme atau tidak. Siapapun yang menertawakan suatu konsep/pemikiran yang tidak dia pahami dan mengerti, adalah sebuah hal yang tidak etis. Itu saja yang saya tahu.
Kebetulan Buddha Gautama juga punya kisah serupa (tentang menertawakan dan mengeluarkan kata-kata tidak pantas pada makhluk lain), yang berakibat setelah menjadi Buddha pun, Ia harus mengalami serangkaian karma buruk. 12 karma buruk Sang Buddha: http://www.w****a.com/forum/kisah-kisah-sang-buddha/9122-12-akibat-karma-buruk-sang-buddha.html
Untuk ukuran "tidak akan berkomentar jauh" panjang sekali.

Semua ajaran boleh kita uji. Hanya ajaran sesat yang menakut-nakuti orang dengan ancaman seperti yang anda lakukan. Dalam ilmu logika, itu disebut argumentum ad baculum, menggiring opini, membiaskan argumentasi dengan cara ancaman.


Quote
Jika Anda seorang Mahayanis, dari berbagai aspek Anda tidak seharusnya melakukan hal di atas.
- Seorang Buddha bisa saja memanifestasikan diri ke dalam aneka wujud/rupa.
Mahayanis? Mahayanis yang mana?
Bagaimana maksudnya memanifestasikan diri ke aneka wujud? Ada contoh praktis?

Quote
- Dalam Mahayana banyak konsep yang belum diketahui umat awam dan sebagian bersifat esoteris (hanya dibabarkan pada kalangan tertentu).
Sebagai perbandingan, kalau dari Kanon Pali dikatakan ada 3 hal yang disembunyikan: bercinta dengan wanita, hymne Brahmana, dan pandangan sesat; sementara ajaran Tathagata terang-terangan sebagaimana mentari dan rembulan.

Boleh saya tahu alasan konsep-konsep tertentu disembunyikan?

Quote
- Tidak menghakimi sesuatu, karena bisa saja persepsi kita yang salah (sesuai konsep sunyata yang kita bicarakan; segala persepsi adalah kosong dari sifat hakiki).
Ya, terapkan itu pada diri anda, jangan merasa semua orang yang mengkritisi salah semua.

Quote
- Cinta kasih tanpa batas (termasuk pada orang/makhluk/konsep yang tidak kita sukai/sepaham/sealiran).
OK, setuju.

Quote
Semoga Anda bisa menarik kata-kata Anda kembali (dalam kaidah umum, menertawakan suatu konsep yang tidak kita pahami saja sudah merupakan hal yang kurang etis/sopan). Anda bagus dalam menguasai literatur dharma. Sebagai seorang penganut Buddhisme, saya sangat senang jika dharma yang Anda kuasai untuk dipraktekkan (lewat hal-hal kecil dahulu), jadi Anda bisa menjadi seorang duta dharma bagi setiap makhluk.
Justru menilai orang tidak mengerti dan hanya diri sendiri yang mengerti, sangatlah tidak sopan. Mengapa anda memposisikan anda mengerti dan saya tidak? Sebaiknya anda berhenti memposisikan diri sebagai lebih mengerti, agar kita bisa diskusi sama tinggi.


Quote
Tentang praktik dharma, memang awalnya dimengerti dulu secara dasar. Tapi saya yakin kita sama-sama paham, bahwa spiritualitas tidak bisa diwakili sepenuhnya dengan kata-kata. Ada hal-hal tertentu yang setelah dimengerti secara dasar, harus dipraktekkan langsung secara individual. Sama seperti berenang, sepintar apapun teorinya, akan nihil tanpa pernah merasakan berada di air itu sendiri. Jika dharma hanya didekati secara intelektual dan akademis (maaf saja), Anda dan siapapun tidak akan dapat apa-apa.
Dalam hal berenang, atau hal lain yang bersifat fisik dan eksternal, maka kita memang perlu mengenalinya. Untuk soal dharma yang adalah ranah pikiran, anda perlu praktik bagaimana? Bisa coba beri contoh?


Quote
Dan, omong-omong, sewaktu bersekolah saya kerap mendapat guru olahraga yang meminta kita untuk praktik dulu, teori belakangan (tentunya sambil diawasi dan dibimbing saat berolah raga). Setelah selesai praktik (di lapangan), baru dijelaskan apa yang kita praktekkan di lapangan, apa-apa yang salah (harus dikoreksi), dan mana yang harus ditingkatkan/dikembangkan lagi.

Demikian. Semoga mengerti. :)
Boleh juga. Mungkin bisa diterapkan misalnya di fakultas kedokteran bedah. Potong dulu saja, nanti baru belajar teorinya.


Quote
Tentang penjelasan yang cocok untuk setiap makhluk, saya sependapat bahwa setiap makhluk punya kecenderungan tertentu (hasil dari sebab-sebab yang lalu). Makanya saya katakan, penjelasan secara teoritis (apalagi baku sesuai text-book), belum tentu mengantar seorang makhluk menuju tujuannya (nibbana dalam hal ini). Ini 'kan fenomena umum, dimana satu kelas mendapat pelajaran dan buku (kurikulum) yang sama, tapi tidak semua menjadi pintar dan juara (karena berbagai faktor yang ada, bukan hanya di buku/teori saja kunci suksesnya).
OK, ini setuju. Namun saya melihat dari sisi lain: kalau seseorang tidak mengerti, mungkin cara kita menjelaskan yang kurang tepat. Atau bisa juga kita yang salah, dan tidak semata-mata memvonis orang lain yang tidak mengerti, tidak praktik, dan lain sebagainya.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 01:55:47 PM
;D Jadi maksudnya kejadian alam, perang, pergolakan, dll, itu tidak dipersepsi oleh indera kita?

Jadi maksudnya hal yang tidak bisa dijawab doktrin Panca Niyama, Hukum Karma, dll, bisa dijawab dengan doktrin Shunyata? Sungguh menarik.
1. Anda punya kesimpulan itu berdasarkan ajaran mana? Boleh minta referensi?
2. Saya punya pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh doktrin-doktrin yang anda sebutkan di atas, yaitu bagaimana mekanisme orang berbuat kejahatan berat (akusala garuka kamma) bisa ditelan bumi? Coba dijelaskan dengan doktrin Shunyata yang anda katakan bisa menjelaskan semuanya itu.
Oh, selalu terbuka pintu diskusi. Silahkan, berikan argumentasi anda.


Silahkan.

Sambungan postingan saya di atas.

Kejadian alam, perang, pergolakan, dll bukan tidak dipersepsi oleh indera kita, tapi bersifat eksternal (tidak terkait langsung dengan kita). Agar lebih dimengerti, ini saya kutip tulisan Anda yang saya tanggapi seperti di atas.

Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi.

Untuk lebih jelas/lengkap-nya, nanti saya terangkan di jawaban untuk nomor 2 pertanyaan Anda di bawah.

1. Ajaran Buddha, khususnya Mahayana. Referensi saya, banyak. Tapi yang terutama pengalaman. Jika yang Anda maksud literatur, nanti saya berikan lagi (sebenarnya sudah di pertengahan diskusi, tapi mungkin sulit mencarinya lagi).

2. Jawaban singkatnya: Tentu saja karena sebab-sebab yang lalu.
Tapi sebelum lebih jauh/dalam, ada baiknya Anda baca ini dulu: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18820.0
Berita serupa juga banyak terjadi di berbagai belahan dunia, hampir tiap hari (anak membunuh orang tua). Bagaimana ini? Apakah ditelan bumi?

Langsung ke kaitannya dengan sunyata, sebenarnya tidak ada hukum mutlak bahwa melakukan "ini" akan berbuah "itu", melakukan A sudah pasti hasilnya Z, dan sebagainya... karena semua itu diawali/dilandasi dengan niat (pikiran). Seburuk dan sejahat apa pikiran itu, seburuk dan sejahat itulah akibatnya. Jadi dalam kaitannya dengan sunyata, sebenarnya kita bebas berbuat apapun, dan hasilnya juga akan sama buruknya/baiknya dengan yang kita lakukan. Itulah makna bahwa segala sesuatu itu kosong dari sifat hakiki (termasuk ketentuan berbuat ini hasilnya itu, dsb).

Ada makna yang lebih dalam. Bila ini bisa dipahami dan diterima, kita lanjutkan.

Oh ya, tentang kaitan perang, kejadian alam, pergolakan, dll dengan sunyata, yaitu bahwa semua peristiwa di atas, tergantung seberapa besar kaitan karmanya dengan kita. Jika karmanya kuat, kita bahkan ikut berpartisipasi dalam perang itu. Jika karmanya lemah, mungkin kita hanya melihat dan membacanya lewat surat kabar atau televisi. Jika kaitan karmanya tidak ada, bahwa peristiwa itu tidak ada dalam hidup kita sama sekali.

Karena itu saya sebutkan, itu bukan tidak dipersepsikan oleh indera, tapi tidak terkait langsung (tergantung seberapa besar karma Anda, berbanding lurus dengan keterkaitan Anda terhadap peristiwa tersebut).

Mungkin yang masih membuat Anda bertanya-tanya, "Masa ada peristiwa yang tidak terjadi sama sekali dalam hidup kita? Bukankah sekarang era informasi? Biar seandainya terjadi perang di Planet Mars pun, seharusnya makhluk bumi tahu dan mendengar lewat berbagai media informasi (seperti internet dan televisi)."

Betul?

Jika pertanyaan Anda demikian, maka saya berikan penerangan:
Waktu dan ruang itu berjalan secara relatif, tergantng makhluk yang mempersepsikannya, memproyeksikannya, sesuai dengan ikatan karma masing-masing.
Jadi (secara saintifik), jika Anda lahir dalam waktu yang tidak tepat, walau tempatnya di bumi ini (planet biru), maka Anda tidak akan mengalami perang, atau bencana alam tertentu.
Jika Anda lahir di waktu terjadinya bencana alam pun, tapi tidak di tempat yang seharusnya (misalnya tidak di gugusan Bima Sakti), maka bencana alam skala bintang pun, tidak akan mempengaruhi Anda secara banyak (signifikan).
Dan satu pengetahuan sains lagi, waktu itu tidak berjalan secara linear, tapi subyektif. Dalam artian, jika Anda berada di bumi sekarang, melihat ke arah gugusan bintang tertentu, lalu melihat misalnya ada kilatan cahaya tertentu (seolah ada ledakan besar disana), lalu Anda kira sedang terjadi sesuatu...

... sesungguhnya tidak terjadi suatu apapun.

Benar.

Karena yang Anda lihat adalah kilatan historis dari planet/bintang tersebut, yang tiba di mata Anda sekian ribu, juta atau miliaran tahun setelah kejadian sesungguhnya.

Sebagai penguat pandangan di atas, jika Anda sudah terbebas dari siklus lahir dan mati, saya konfirmasi bahwa Anda bisa memilih ruang waktu mana saja untuk dimasuki (diinkarnasi ke- / incarnated to).

Itu dari pengalaman saya (semoga bukan diterjemahkan sebagai kesombongan atau klaim tertentu).

Oke, nanti saya perdalam lagi. Jika Anda rasa bermanfaat, fokuslah (jaga pembicaraan agar tidak melebar). Nanti saya berikan banyak hal yang belum Anda ketahui dan selama ini penjelajahan spiritual hanya dari buku dan tulisan. Semoga bisa jadi pertimbangan Anda dalam mendalami ajaran Buddha, dan memperkaya perspektif Anda tentang hidup/kehidupan.

Oke, salam bahagia dan persaudaraan. Mari belajar. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 01:57:52 PM
Untuk ukuran "tidak akan berkomentar jauh" panjang sekali.

Semua ajaran boleh kita uji. Hanya ajaran sesat yang menakut-nakuti orang dengan ancaman seperti yang anda lakukan. Dalam ilmu logika, itu disebut argumentum ad baculum, menggiring opini, membiaskan argumentasi dengan cara ancaman.

Mahayanis? Mahayanis yang mana?
Bagaimana maksudnya memanifestasikan diri ke aneka wujud? Ada contoh praktis?
Sebagai perbandingan, kalau dari Kanon Pali dikatakan ada 3 hal yang disembunyikan: bercinta dengan wanita, hymne Brahmana, dan pandangan sesat; sementara ajaran Tathagata terang-terangan sebagaimana mentari dan rembulan.

Boleh saya tahu alasan konsep-konsep tertentu disembunyikan?
Ya, terapkan itu pada diri anda, jangan merasa semua orang yang mengkritisi salah semua.
OK, setuju.
Justru menilai orang tidak mengerti dan hanya diri sendiri yang mengerti, sangatlah tidak sopan. Mengapa anda memposisikan anda mengerti dan saya tidak? Sebaiknya anda berhenti memposisikan diri sebagai lebih mengerti, agar kita bisa diskusi sama tinggi.

Dalam hal berenang, atau hal lain yang bersifat fisik dan eksternal, maka kita memang perlu mengenalinya. Untuk soal dharma yang adalah ranah pikiran, anda perlu praktik bagaimana? Bisa coba beri contoh?

Boleh juga. Mungkin bisa diterapkan misalnya di fakultas kedokteran bedah. Potong dulu saja, nanti baru belajar teorinya.

OK, ini setuju. Namun saya melihat dari sisi lain: kalau seseorang tidak mengerti, mungkin cara kita menjelaskan yang kurang tepat. Atau bisa juga kita yang salah, dan tidak semata-mata memvonis orang lain yang tidak mengerti, tidak praktik, dan lain sebagainya.

Anda sama sekali tidak fokus, saya tidak berkomentar tentang 'manis' dan 'berguru', silakan perhatikan lagi saya hanya menulis satu baris tentang hal tersebut (baris paling atas).

Jika ini sifatnya debat, saya jujur saja enggan melayani lagi. Waktu saya tidak disia-siakan untuk hal begini. Maaf.

 _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 02:07:45 PM
Sambungan postingan saya di atas.

Kejadian alam, perang, pergolakan, dll bukan tidak dipersepsi oleh indera kita, tapi bersifat eksternal (tidak terkait langsung dengan kita). Agar lebih dimengerti, ini saya kutip tulisan Anda yang saya tanggapi seperti di atas.

Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi.

Untuk lebih jelas/lengkap-nya, nanti saya terangkan di jawaban untuk nomor 2 pertanyaan Anda di bawah.

1. Ajaran Buddha, khususnya Mahayana. Referensi saya, banyak. Tapi yang terutama pengalaman. Jika yang Anda maksud literatur, nanti saya berikan lagi (sebenarnya sudah di pertengahan diskusi, tapi mungkin sulit mencarinya lagi).
Jika ternyata pengalaman anda dan pengalaman saya berbeda, lalu bagaimana anda menyikapinya?


Quote
2. Jawaban singkatnya: Tentu saja karena sebab-sebab yang lalu.
Tapi sebelum lebih jauh/dalam, ada baiknya Anda baca ini dulu: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18820.0
Berita serupa juga banyak terjadi di berbagai belahan dunia, hampir tiap hari (anak membunuh orang tua). Bagaimana ini? Apakah ditelan bumi?

Langsung ke kaitannya dengan sunyata, sebenarnya tidak ada hukum mutlak bahwa melakukan "ini" akan berbuah "itu", melakukan A sudah pasti hasilnya Z, dan sebagainya... karena semua itu diawali/dilandasi dengan niat (pikiran). Seburuk dan sejahat apa pikiran itu, seburuk dan sejahat itulah akibatnya. Jadi dalam kaitannya dengan sunyata, sebenarnya kita bebas berbuat apapun, dan hasilnya juga akan sama buruknya/baiknya dengan yang kita lakukan. Itulah makna bahwa segala sesuatu itu kosong dari sifat hakiki (termasuk ketentuan berbuat ini hasilnya itu, dsb).

Ada makna yang lebih dalam. Bila ini bisa dipahami dan diterima, kita lanjutkan.
Jadi kita bebas berbuat apapun dan hasilnya akan sesuai dengan perbuatan kita. Ini adalah konsep karma.

Apa relevansi shunyatanya? Memangnya mau berbuat baik perlu tahu sifat-sifat hakiki?

Lalu mengenai shunyata bisa menjelaskan yang tidak terjelaskan, anda belum menjelaskan bagaimana orang melakukan karma berat bisa ditelan bumi dan kaitan dengan shunyata.


Quote
Oh ya, tentang kaitan perang, kejadian alam, pergolakan, dll dengan sunyata, yaitu bahwa semua peristiwa di atas, tergantung seberapa besar kaitan karmanya dengan kita. Jika karmanya kuat, kita bahkan ikut berpartisipasi dalam perang itu. Jika karmanya lemah, mungkin kita hanya melihat dan membacanya lewat surat kabar atau televisi. Jika kaitan karmanya tidak ada, bahwa peristiwa itu tidak ada dalam hidup kita sama sekali.

Karena itu saya sebutkan, itu bukan tidak dipersepsikan oleh indera, tapi tidak terkait langsung (tergantung seberapa besar karma Anda, berbanding lurus dengan keterkaitan Anda terhadap peristiwa tersebut).

Mungkin yang masih membuat Anda bertanya-tanya, "Masa ada peristiwa yang tidak terjadi sama sekali dalam hidup kita? Bukankah sekarang era informasi? Biar seandainya terjadi perang di Planet Mars pun, seharusnya makhluk bumi tahu dan mendengar lewat berbagai media informasi (seperti internet dan televisi)."

Betul?
Salah. Yang saya tanyakan (kembali), apa hubungannya dengan shunyata?

Coba bisa anda jelaskan sudut pandang apa sih yang anda bisa jelaskan dari shunyata itu? Coba jelaskan jangkauannya bagaimana beserta contohnya, karena saya tidak melihat relevansinya.


Quote
Jika pertanyaan Anda demikian, maka saya berikan penerangan:
Waktu dan ruang itu berjalan secara relatif, tergantng makhluk yang mempersepsikannya, memproyeksikannya, sesuai dengan ikatan karma masing-masing.
Jadi (secara saintifik), jika Anda lahir dalam waktu yang tidak tepat, walau tempatnya di bumi ini (planet biru), maka Anda tidak akan mengalami perang, atau bencana alam tertentu.
Jika Anda lahir di waktu terjadinya bencana alam pun, tapi tidak di tempat yang seharusnya (misalnya tidak di gugusan Bima Sakti), maka bencana alam skala bintang pun, tidak akan mempengaruhi Anda secara banyak (signifikan).
Dan satu pengetahuan sains lagi, waktu itu tidak berjalan secara linear, tapi subyektif. Dalam artian, jika Anda berada di bumi sekarang, melihat ke arah gugusan bintang tertentu, lalu melihat misalnya ada kilatan cahaya tertentu (seolah ada ledakan besar disana), lalu Anda kira sedang terjadi sesuatu...

... sesungguhnya tidak terjadi suatu apapun.

Benar.

Karena yang Anda lihat adalah kilatan historis dari planet/bintang tersebut, yang tiba di mata Anda sekian ribu, juta atau miliaran tahun setelah kejadian sesungguhnya.

Sebagai penguat pandangan di atas, jika Anda sudah terbebas dari siklus lahir dan mati, saya konfirmasi bahwa Anda bisa memilih ruang waktu mana saja untuk dimasuki (diinkarnasi ke- / incarnated to).

Itu dari pengalaman saya (semoga bukan diterjemahkan sebagai kesombongan atau klaim tertentu).

Oke, nanti saya perdalam lagi. Jika Anda rasa bermanfaat, fokuslah (jaga pembicaraan agar tidak melebar). Nanti saya berikan banyak hal yang belum Anda ketahui dan selama ini penjelajahan spiritual hanya dari buku dan tulisan. Semoga bisa jadi pertimbangan Anda dalam mendalami ajaran Buddha, dan memperkaya perspektif Anda tentang hidup/kehidupan.

Oke, salam bahagia dan persaudaraan. Mari belajar. :)
Sayangnya saya tidak berpikir demikian. Jadi saya abaikan.

Silahkan lanjut.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 02:13:16 PM
Anda sama sekali tidak fokus, saya tidak berkomentar tentang 'manis' dan 'berguru', silakan perhatikan lagi saya hanya menulis satu baris tentang hal tersebut (baris paling atas).

Jika ini sifatnya debat, saya jujur saja enggan melayani lagi. Waktu saya tidak disia-siakan untuk hal begini. Maaf.

 _/\_
Lucu juga, saya juga bukan berkomentar tentang 'manis' dan 'berguru', itu sudah lewat. Saya komentar tentang ancaman-ancaman lewat kisah orang yang menghina ajaran Buddha, dan anda merasa anda sedang mewakili ajaran Buddha dan saya sedang menghinanya. Lucunya, saya melihat anda yang sedang menghina ajaran Buddha.


Oh, maksudnya kalau saya tidak angguk-angguk dan memperlakukan anda sebagai guru, anda enggan melayani saya?  :))
Ya OK-lah. Saya juga sudah cukup melihat dan mengungkap "kemampuan" anda. Hasilnya kembali lagi pada pembaca untuk menilai.

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 02:14:37 PM
Cangkir yang penuh sudah tidak dapat diisi lagi. Selamat menekuni buku-buku Anda kembali. Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 02:23:36 PM
Cangkir yang penuh sudah tidak dapat diisi lagi. Selamat menekuni buku-buku Anda kembali. Salam.  _/\_
Kalau anda mempertahankan pendapat, karena anda benar dan mengajarkan orang lain yang belum benar.
Kalau saya mempertahankan pendapat, karena cangkir penuh.

:jempol:

Ya, ya... kalau saya memang harus belajar, tidak seperti anda yang sudah tidak perlu belajar, tidak boleh dikritik, bahkan tidak bisa diajak berargumentasi.

Nanti kalau anda sudah dewasa, boleh cari saya lagi, nak.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Rico Tsiau on 28 December 2012, 02:23:58 PM
oh ini sudah mau bubaran yach debatnya guru-mengguruinya diskusinya ..  ::)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 02:25:34 PM
Lucu juga, saya juga bukan berkomentar tentang 'manis' dan 'berguru', itu sudah lewat. Saya komentar tentang ancaman-ancaman lewat kisah orang yang menghina ajaran Buddha, dan anda merasa anda sedang mewakili ajaran Buddha dan saya sedang menghinanya. Lucunya, saya melihat anda yang sedang menghina ajaran Buddha.


Oh, maksudnya kalau saya tidak angguk-angguk dan memperlakukan anda sebagai guru, anda enggan melayani saya?  :))
Ya OK-lah. Saya juga sudah cukup melihat dan mengungkap "kemampuan" anda. Hasilnya kembali lagi pada pembaca untuk menilai.

Baik, saya tanggapi ini saja. Tulisan saya untuk tidak berkomentar jauh itu ada di baris atas, sebaris dengan tulisan 'manis' dan 'berguru', bahkan sudah saya beri tanda kurung untuk menunjukkan hubungannya dengan kata-kata di depannya. Itu saja bisa keliru, bagaimana mau memahami dharma?

Tentang argumentum ad baculum, saya juga sebenarnya bisa menuding hal serupa; ad hominem (terkait tulisan Anda tentang belut dan tahu isi/kosong). Tapi karena saya awalnya berpikir bahwa diskusi ini seharusnya konstruktif (bukan ke menyerang pribadi), maka saya abaikan. Jadi kini semakin jelas bahwa Anda kesini hanya mau berdebat, bukan mencoba melihat perspektif lain dan berbagi pandangan.

Ancaman-ancaman? Apakah kisah tersebut menyiratkan ancaman? Saya hanya memberi contoh atas sikap kurang terpuji yang Anda tunjukkan (sarkasme/sindiran masuk dalam ranah kurang etis, itu jika Anda paham sopan santun). Hal serupa juga Sakyamuni lakukan, waktu belum terlahir sebagai Pangeran Siddharta. Begitu saja, masa Anda langsung menginterpretasikan sebagai ancaman? Unik juga ternyata persepsi manusia (makhluk). :)

Nah, dimana lagi saya minta Anda angguk-angguk dan mengiyakan saya seolah saya adalah guru? Bukankah kita dalam posisi berdiskusi dan bertukar pikiran? Apakah pernah saya memaksakan Anda setuju dengan tulisan saya?

Lucu juga... yang jelas ini sudah jadi diskusi yang tidak kondusif dan konstruktif.

Jadi bagaimana?

Jika mau diteruskan hal begini harus diminimalisir. Jika masih terus bersikeras membawa ke arah "di luar topik", tentunya sudah tidak layak diteruskan.

Oke, bagaimana pun... Salam bahagia selalu. Semoga sukses dan sejahtera.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 02:25:36 PM
oh ini sudah mau bubaran yach debatnya guru-mengguruinya diskusinya ..  ::)

Ga boleh didebat. Guru pasti benar. Kalo menganggap guru salah, berarti cangkir penuh.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 02:26:43 PM
Cangkir yang penuh sudah tidak dapat diisi lagi. Selamat menekuni buku-buku Anda kembali. Salam.  _/\_
sekarang sama cumi aja,... mari cumi menganalisa, meneliti, mengamatin, menghitung,... sampai dimana seorang master belut dpt berkelit...!

1 lebih penting bahan sunyata atau
KIIK ?
2 apa pemahasan KIIK hanya membesarkan ego master belut ?
3 siapa gurunya master belut ?

silahkan ...ini yg gampang2 aja...dehh :P :P :P

cumi bertanya, master belut jawab singkat aja... gimana ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Rico Tsiau on 28 December 2012, 02:27:40 PM
Ga boleh didebat. Guru pasti benar. Kalo menganggap guru salah, berarti cangkir penuh.

anda salah, saya tidak bermaksud untuk mengatakan ini adalah debat atau guru menggurui.. mohon teliti kembali bahwa saya telah mencoret kata2 tersebut dan menegaskan ini adalah diskusi.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 02:30:00 PM
"Kalau orang lain mengkritik berarti tidak kondusif dan tidak konstruktif. Kalau saya yang mengkritik, berarti meluruskan kesalahan anda dengan pandangan saya yang paling benar dan mewakili Ajaran Buddha, walaupun tidak ada di buku, namun berdasarkan pengalaman pribadi saya yang sudah menembus hakikat kebenaran sempurna di mana semua mesti setuju dengan pendapat saya."

 ^:)^ Ampun, guru...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 28 December 2012, 02:30:25 PM
ter-inspirasi oleh kalimat---tong kosong nyaring bunyinya.
maka----

KOSONG(tiada/kurang pengetahuan) =  ISI (penuh keangkuhan/kebodohan).

ISI(penuh pengetahuan) = KOSONG(tiada lagi keangkuhan/kebodohan).

dan

kosong setengah= isi setengah.
isi setengah= kosong setengah.

manusia semakin berisi ilmu,semakin rendah diri.
rasanya ini lebih bermanfaat.
----ilmu tepat guna
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Indra on 28 December 2012, 02:30:50 PM
WARNING!!!

Hati2 dalam mengosongkan cangkir, jika orang lain menawari anda air kotor sebaiknya anda mempertahankan isi cangkir anda dan jangan tergopoh2 mengosongkannya, karena anda akan menyesalinya setelah menerima air kotor dalam cangkir anda
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 02:33:30 PM
Kalau anda mempertahankan pendapat, karena anda benar dan mengajarkan orang lain yang belum benar.
Kalau saya mempertahankan pendapat, karena cangkir penuh.

:jempol:

Ya, ya... kalau saya memang harus belajar, tidak seperti anda yang sudah tidak perlu belajar, tidak boleh dikritik, bahkan tidak bisa diajak berargumentasi.

Nanti kalau anda sudah dewasa, boleh cari saya lagi, nak.

Lho, bukankah saya baru menuliskan bahwa apa yang saya tulis tidak usah dianggap kebenaran, sebelum dibuktikan sendiri. Bagaimana mungkin Anda menuduh saya sebaliknya? Apakah Anda merasa digurui, dan bagian mana yang membuat Anda merasa digurui dan dipaksa menerima kebenaran tertentu?

Kalau kritik mengkritik, itu sudah masuk ranah ad hominem, bukan lagi fokus pada topik. "Menurut saya kamu begitu, saya tidak suka dan harusnya kamu begini..." Lalu saya juga berpikiran demikian. Lalu yang mau dibahas adalah topik atau personal? Diskusi 'kan sudah ada kaidah umum, saya kira Anda juga minimal sudah sekolah menengah atas, jadi seharusnya paham apa-apa saja kaidah dan norma-norma diskusi. Bila sudah sifatnya membahas karakter atau watak seseorang, sepertinya sudah melenceng jauh (maaf lho).

Jadi semua kembali ke Anda, mau diteruskan tidak? Saya sendiri tidak merasa ada keuntungan apa-apa membagi semua ini. Jika dirasa tidak ada yang memerlukan, saya pun akan undur diri (setidaknya dari topik ini, atau mungkin forum secara umum).

Salam bahagia dan sukses untuk Anda.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 02:36:00 PM
"Kalau orang lain mengkritik berarti tidak kondusif dan tidak konstruktif. Kalau saya yang mengkritik, berarti meluruskan kesalahan anda dengan pandangan saya yang paling benar dan mewakili Ajaran Buddha, walaupun tidak ada di buku, namun berdasarkan pengalaman pribadi saya yang sudah menembus hakikat kebenaran sempurna di mana semua mesti setuju dengan pendapat saya."

 ^:)^ Ampun, guru...

Anda adalah moderator, semoga Anda lebih bijak dalam mengeluarkan sebuah opini dan tulisan.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sl99 on 28 December 2012, 02:36:33 PM
Baik, ijinkan saya menjawab satu persatu.
4. Sama dengan di atas (dengan tambahan), jika Anda sudah melihat kebenaran (walau bisa saja keliru/salah), apakah Anda masih bisa disebut sebuah cangkir kosong?
Ketika Buddha menemukan kebenaran (mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi), apakah Beliau masih bisa disebut cangkir kosong? Apakah Beliau perlu skeptis (meragukan kebenaran) tentang apa yang dilihat-Nya?

Saya masih belum mengerti tentang tulisan anda, yang saya bold. Karena anda membandingkannya dengan kebenaran mutlak sang buddha, dengan anda sudah melihat kebenaran walau masih bisa keliru/salah.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 02:37:17 PM
WARNING!!!

Hati2 dalam mengosongkan cangkir, jika orang lain menawari anda air kotor sebaiknya anda mempertahankan isi cangkir anda dan jangan tergopoh2 mengosongkannya, karena anda akan menyesalinya setelah menerima air kotor dalam cangkir anda

cumi akan minta hasil test dari lab...
gimana kandungan logam berat, calcium, bau, bakteri, dst..... dan meminta orgnya minum dulu...

trim bro Indra udah mampir... semoga gak tersinggung disebut sutta minded...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 02:39:26 PM
Anda adalah moderator, semoga Anda lebih bijak dalam mengeluarkan sebuah opini dan tulisan.

bagian mana yg tidak bijak ? mohon rincikan.... kalau tidak itu juga FITNAH...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 02:39:55 PM
Anda adalah moderator, semoga Anda lebih bijak dalam mengeluarkan sebuah opini dan tulisan.

Maksudnya kalau mengkritik anda, tidak bijak yah? Anda semakin menjadi.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 02:40:13 PM
Saya masih belum mengerti tentang tulisan anda, yang saya bold. Karena anda membandingkannya dengan kebenaran mutlak sang buddha, dengan anda sudah melihat kebenaran walau masih bisa keliru/salah.
bagaimana bro sl99 mengharapkan cepat mengerti dari seorang master belut ? nahhh

beberapa posting cumi tdk dijawab... ini udah tanda2 jurus belut keluar sarang...! :'( :'( :'(

-----------------

duh kapan giliran cumi ? master belut ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sl99 on 28 December 2012, 02:44:32 PM
Saya terus terang saja ya om sunya. Ini pribadi, gak tau member lain merasa hal yang sama atau tidak.

Setelah membaca thread ini dari awal, yang muncul dalam pikiran saya,
who the h**l is this person? Cara anda berdiskusi itu sombong dan menggurui.
Seakan-akan anda telah mencapai, ehm jhana mungkin?
Sama sekali gak ada manfaatnya anda berusaha mengajar dengan attitude seperti itu.

Nanti setelah anda melalui tahap euforia kesombongan ini, silahkan ngajarin kita-kita lagi disini.

Pertama kali saya mengenal dhamma dulu, rasanya ingin membantai habis ajaran-ajaran agama lain.
Sangat mengagung-agungkan ajaran buddha.

Tapi seiring waktu, pelan-pelan masa-masa itu berlalu, hanya kadang-kadang masih muncul keinginan tersebut,
maklumlah, masih manusia biasa.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 02:49:39 PM
Saya terus terang saja ya om sunya. Ini pribadi, gak tau member lain merasa hal yang sama atau tidak.

Setelah membaca thread ini dari awal, yang muncul dalam pikiran saya,
who the h**l is this person? Cara anda berdiskusi itu sombong dan menggurui.
Seakan-akan anda telah mencapai, ehm jhana mungkin?
Sama sekali gak ada manfaatnya anda berusaha mengajar dengan attitude seperti itu.

Nanti setelah anda melalui tahap euforia kesombongan ini, silahkan ngajarin kita-kita lagi disini.

Pertama kali saya mengenal dhamma dulu, rasanya ingin membantai habis ajaran-ajaran agama lain.
Sangat mengagung-agungkan ajaran buddha.

Tapi seiring waktu, pelan-pelan masa-masa itu berlalu, hanya kadang-kadang masih muncul keinginan tersebut,
maklumlah, masih manusia biasa.

ohhhhhh sambil curhat ya..........

begitu cumi membaca judul thread ini........... KIIK...
dalam hati ehhhh ini orang memang mau ngapain ya ?

dari judulnya aja,... cumi udah memiliki penilai tentang org tsb....
ahhh apa yg mau dibuktinn... KIIK ?.... mau buat org bingung atau menyombongkan diri?...

hal2 mudah ditanya gak dijawab...

1. siapa guru anda
2. tingkat kesucian yg dicapai
3. bilang sutta-minded...
      (ehhh emangnya 500 arahat tsb kengangguran yg menyusun sutta2 tsb)

sebenarnya statement sutta-minded gak perlu...

bilang aja,... sutta penting, praktek juga penting.... gini kan beres....

gimana kabar master belut ini hari ? semoga lain hari bisa kasih thread yg lebih baik lagi ya...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sl99 on 28 December 2012, 02:58:34 PM
ter-inspirasi oleh kalimat---tong kosong nyaring bunyinya.
maka----

KOSONG(tiada/kurang pengetahuan) =  ISI (penuh keangkuhan/kebodohan).

ISI(penuh pengetahuan) = KOSONG(tiada lagi keangkuhan/kebodohan).

dan

kosong setengah= isi setengah.
isi setengah= kosong setengah.

manusia semakin berisi ilmu,semakin rendah diri.
rasanya ini lebih bermanfaat.
----ilmu tepat guna

Sangat-sangat setuju, manusia semakin berisi ilmu, gak akan menyombongkan dirinya.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 03:01:25 PM
Sangat-sangat setuju, manusia semakin berisi ilmu, gak akan menyombongkan dirinya.

duhh master belut dimanakah engkau ? kembalilah kesini... cumi masih banyak ribuan pertanyaan.... janganlah menghilang...  :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 28 December 2012, 03:20:10 PM
duhh master belut dimanakah engkau ? kembalilah kesini... cumi masih banyak ribuan pertanyaan.... janganlah menghilang...  :))
benci tapi rindu ya?
tapi agak membingungkan.
dari 10 kali posting MB,kamu bantah 11 kali.masih mau nyodori ribuan pertanyaan !!
bagaimana kalau ribuan pertanyaan dijawab? mungkin pangkatnya naik jadi super super MB.
hehehe just kidding bro,
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 03:27:12 PM
Saya masih belum mengerti tentang tulisan anda, yang saya bold. Karena anda membandingkannya dengan kebenaran mutlak sang buddha, dengan anda sudah melihat kebenaran walau masih bisa keliru/salah.

Bukan. Dalam perspektif kritis (obyektif), siapa pun yang melihat (bahkan Buddha) harus dipersepsikan seolah bisa saja benar, bisa juga salah. Ini pesan dari Buddha sendiri: Jangan percaya ajaran-Ku, sebelum kamu membuktikannya sendiri.
Banyak ungkapan dalam agama Buddha sendiri, yang bernada serupa (intinya mengajarkan kita hati-hati dalam melangkah/mempercayai, bukan iman buta). Jadi prinsip ehipassiko itu, diterapkan pada ajaran Buddha juga, bukan hanya pada hal lain.

Tentang ehipassiko (masih dalam pertanyaan sama), apakah Anda meragukan penglihatan Anda sendiri sesudah Anda melihat piramid tersebut?

Masalahnya mungkin begini, Anda ragu bahwa orang bisa mencapai pencerahan (penerangan sempurna) ya? Bagi Anda hanya Buddha seorang yang bisa merealisasikannya? Begitu ya? Jika begitu memang sulit (keadaannya), jadinya kita akan lari ke iman buta dan pengkultusan; percaya Buddha mencapai, dan hanya Dia yang bisa mencapai. Jika ada yang mengaku telah membuktikan dan mencapai apa yang Buddha katakan/ajarkan, kita mengambil sikap tidak percaya (walau belum membuktikan sendiri).

Ini sulit, berkaitan dengan iman (kepercayaan). Dalam pikiran saya, mendalami Buddhisme harus kritis, obyektif dan penuh sifat analisa/penyelidikan mendalam. Jadi setiap makhluk memang beda-beda, dan tentunya saya menerima cara pembelajaran tiap makhluk.

Oke, salam pencerahan dan semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 03:36:59 PM
Saya terus terang saja ya om sunya. Ini pribadi, gak tau member lain merasa hal yang sama atau tidak.

Setelah membaca thread ini dari awal, yang muncul dalam pikiran saya,
who the h**l is this person? Cara anda berdiskusi itu sombong dan menggurui.
Seakan-akan anda telah mencapai, ehm jhana mungkin?
Sama sekali gak ada manfaatnya anda berusaha mengajar dengan attitude seperti itu.

Nanti setelah anda melalui tahap euforia kesombongan ini, silahkan ngajarin kita-kita lagi disini.

Pertama kali saya mengenal dhamma dulu, rasanya ingin membantai habis ajaran-ajaran agama lain.
Sangat mengagung-agungkan ajaran buddha.

Tapi seiring waktu, pelan-pelan masa-masa itu berlalu, hanya kadang-kadang masih muncul keinginan tersebut,
maklumlah, masih manusia biasa.

Begini saja, rekan sl99. Pertama saya luruskan, saya bukan mengajar, tapi hanya berbagi pemahaman.

Kedua, saya ada pertanyaan untuk Anda: Jika Anda punya mobil BMW, dan Anda mengatakan terus terang bahwa Anda punya mobil BMW, apakah itu sombong? Lalu apa tolok ukur suatu kesombongan itu?

Terus terang, saya sering menjumpai orang yang sombong (dalam sudut pandang konvensional/awam), tapi bagi saya malah tidak sombong. Bagi saya terkadang mereka hanya mau menunjukkan bahwa mereka memiliki sesuatu, atau bahkan mereka sedikit melebihkannya. Itu saja. Saya melihat sesuatu hanya seperti adanya, tidak membuat kesimpulan tertentu.

Mengajar dengan attitude seperti apa? Rasanya yang berkata-kata kasar dan penuh sindiran bukan saya, mungkin Anda tidak melihatnya?

Mengagungkan ajaran Buddha? Maaf bagi saya malah ajaran Buddha itu sampah (jika Anda sampai mengira saya demikian).

Apakah itu termasuk kata kasar dan menghina? Apakah itu membuat Anda terluka? Sedalam itulah kefanatikan kita diukur (ketika kita melekat berlebihan pada sesuatu).

Maaf, hanya itu yang bisa saya berikan. Tidak ada niat saya menyakiti (ini mungkin Anda tidak percaya, tidak masalah). Salam bahagia untuk Anda, semoga sukses dan sehat sejahtera.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Rico Tsiau on 28 December 2012, 03:40:59 PM
Mengagungkan ajaran Buddha? Maaf bagi saya malah ajaran Buddha itu sampah (jika Anda sampai mengira saya demikian).

mungkin bagi saya yang sangat awam, kata2 ini sulit untuk saya mengerti. mohon pencerahannya bro...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 03:45:22 PM
[gmod=KK]Karena berdasarkan opini, tidak bermuatan "Mahayana", maka dipindah ke "pengalaman pribadi".[/gmod]
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 03:50:10 PM
mungkin bagi saya yang sangat awam, kata2 ini sulit untuk saya mengerti. mohon pencerahannya bro...

Tujuan tulisan: Meledakkan kemelekatan.
Metode (cara kerja): Bila seseorang membaca ini maka timbul rasa tidak senang atau emosi, maka sejauh itu kadar kemelekatannya.

Penjelasan lebih dalam terkait tulisan:
1. Dari segi bahasa.
Memang ajaran Buddha adalah sampah, sejauh dipahami secara keliru dan/atau tidak dipraktekkan dengan benar.
2. Dari segi sunyata.
Segala sesuatu kosong, tergantung yang mempersepsikannya.
Dharma bisa jadi manfaat, bila yang mendengar/mempersepsikannya siap (dari berbagai aspek; intelejensi, kebijaksanaan, waktu dan kondisi).
Dharma akan jadi sampah, bila kita adalah manusia bebal, tidak kenal kebajikan, sulit menerima input/masukan dari pihak luar, serta jika kita terlahir dalam kondisi tidak memungkinkan belajar (misalnya jadi seekor ayam saat Buddha sedang membabarkan dharma).

Nah, Anda cukup berhati-hati ketika melihat statement saya. Jika Anda berpersepsi duluan, tentu kena skak-mat lagi 'kan? :)

Itulah pengendalian diri, dan melihat apa adanya.

Oke, salam bahagia untuk Anda.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 03:52:27 PM
Karena berdasarkan opini, tidak bermuatan "Mahayana", maka dipindah ke "pengalaman pribadi".

Terserah, kalau pun saya memberikan argumen pembelaan, toh Anda tetap moderator.

Tidak apa-apa. Biarlah demikian.

Salam bahagia untuk Anda.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 03:57:52 PM
Terserah, kalau pun saya memberikan argumen pembelaan, toh Anda tetap moderator.

Tidak apa-apa. Biarlah demikian.

Salam bahagia untuk Anda.  _/\_
Biarpun saya bukan moderator, toh memang tidak bermuatan "Mahayana", dan toh anda juga selalu merasa benar.

Jadi memang sebaiknya dibiarkan demikian.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Rico Tsiau on 28 December 2012, 04:01:31 PM
Tujuan tulisan: Meledakkan kemelekatan.
Metode (cara kerja): Bila seseorang membaca ini maka timbul rasa tidak senang atau emosi, maka sejauh itu kadar kemelekatannya.

oh demikian.. terima kasih atas tanggapannya.

Penjelasan lebih dalam terkait tulisan:
1. Dari segi bahasa.
Memang ajaran Buddha adalah sampah, sejauh dipahami secara keliru dan/atau tidak dipraktekkan dengan benar.

kurang setuju, mungkin anda kurang jeli memilih kata2.
ajaran buddha adalah sampah sejauh dipahami secara keliru dan atau tidak dipraktekkan dengan benar, namun jika sebaliknya tentu ajaran buddha bukan sampah namun harta mustika yang tidak ternilai harganya.

nah jika anda langsung mengetikan kata2 ajaran buddha adalah sampah, ini bisa berpengertian keseluruhan (secara general) ajaran buddha adalah sampah yang tidak berharga sama sekali. makanya saya bertanya..

2. Dari segi sunyata.
Segala sesuatu kosong, tergantung yang mempersepsikannya.

no comment, saya tidak mengerti yang beginian..

Dharma bisa jadi manfaat, bila yang mendengar/mempersepsikannya siap (dari berbagai aspek; intelejensi, kebijaksanaan, waktu dan kondisi).
Dharma akan jadi sampah, bila kita adalah manusia bebal, tidak kenal kebajikan, sulit menerima input/masukan dari pihak luar, serta jika kita terlahir dalam kondisi tidak memungkinkan belajar (misalnya jadi seekor ayam saat Buddha sedang membabarkan dharma).

yang ini saya setuju...

Nah, Anda cukup berhati-hati ketika melihat statement saya. Jika Anda berpersepsi duluan, tentu kena skak-mat lagi 'kan? :)

Itulah pengendalian diri, dan melihat apa adanya.

Oke, salam bahagia untuk Anda.  _/\_

salam bahagia untuk anda juga  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: CHANGE on 28 December 2012, 04:42:53 PM
Intermezzo aja  ;D

MERENDAHKAN SIKAP SENDIRI

Mengapa lautan bisa menampung air dari ratusan aliran sungai, itu dikarenakan permukaan air laut paling rendah. "Merendah" baru bisa mudah bergaul dengan orang lain, merendahkan sikap diri sendiri baru mudah memaafkan orang lain.

Baru-baru ini, di dalam pergesekan moral dengan orang lain, dengan jelas menyadari bahwa diri saya mempunyai suatu keterikatan yang sangat lekat, yaitu selalu meletakkan diri kita sendiri di tempat yang sangat tinggi, menempatkan diri pada posisi yang tinggi, bergaya bagaikan "semua orang sedang mabuk, hanya saya satu-satunya yang sadar". Didalam pergaulan dengan orang lain, bahkan di dalam sekilas pikiran kita juga membawa unsur terpendam yang tidak kita sadari.

Yang kita tampakkan keluar adalah, segala sesuatu berpusat pada diri kita sendiri, selalu merasakan bahwa diri kita yang paling tepat, bertindak sesuka hati kita, tidak menghargai orang lain; Atau senang membual, membesar-besarkan sesuatu untuk memamerkan diri sendiri; Atau tidak menyukai orang lain, selalu melihat kekurangan orang lain, selalu merasakan diri kita lebih unggul dari pada orang lain. Senang mengomentari orang lain, tidak memusatkan pikiran untuk mencari kekurangan diri sendiri.

Walaupun terkadang di mulut juga mengatakan kebaikan orang lain, akan tetapi di dalam hati berpikir bahwa saya lebih unggul dari Anda. Bahkan kadang kala diri kita masih bisa terbawa oleh keterikatan semacam ini, berubah menjadi sangat tidak rasional. Sangat ingin bisa mengungguli orang lain, dan hati merasa terhibur karenanya.

Orang Amerika mendidik anak mereka, sejak kecil anak mereka telah diajari bagaimana memuji atau memberi penghargaan kepada orang lain, penggunaan bahasa dari bagaimana memuji atau memberi penghargaan kepada orang lain ada puluhan jenis banyaknya.

Hal tersebut bermanfaat sebagai referensi bagi kita, untuk bersikap merendahkan diri, merubah jalan pemikiran. Bisa melihat kelebihan orang lain, baru bisa menjunjung tinggi orang lain, hal ini bukan hanya dilakukan secara permukaan atau secara teknis, harus lebih ditekankan pada perubahan dan peningkatan dari dalam hati juga pada watak hakiki seseorang.

 _/\_


Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 04:50:44 PM
benci tapi rindu ya?
tapi agak membingungkan.
dari 10 kali posting MB,kamu bantah 11 kali.masih mau nyodori ribuan pertanyaan !!
bagaimana kalau ribuan pertanyaan dijawab? mungkin pangkatnya naik jadi super super MB.
hehehe just kidding bro,

sifat keulatan bertanya ada pada cumi... dan selalu ada saja yg dipertanyakan...

apa sih susahnya menjawab.... bro Hadi tanya cumi apa itu fanatik.. udah dijawab dgn gamblang, tanpa alasan, tanpa harus begitu, begitu, oot, zzt, xxt dehhh

kalau bari bro Hari bingung, bagi cumi tidak... udah sering menghadapin manusia yg beraneka ragam koq.... :P

kalau bro Hadi masih aja fanatik pada kedua master, coba selidikilah dan teliti sebelum fanatiknya nambah besar...

Quote
Begini saja, rekan sl99. Pertama saya luruskan, saya bukan mengajar, tapi hanya berbagi pemahaman.
berbagi ? sutta-minded ? ha ha ha
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 04:52:28 PM
Intermezzo aja  ;D

MERENDAHKAN SIKAP SENDIRI

Mengapa lautan bisa menampung air dari ratusan aliran sungai, itu dikarenakan permukaan air laut paling rendah. "Merendah" baru bisa mudah bergaul dengan orang lain, merendahkan sikap diri sendiri baru mudah memaafkan orang lain.

Baru-baru ini, di dalam pergesekan moral dengan orang lain, dengan jelas menyadari bahwa diri saya mempunyai suatu keterikatan yang sangat lekat, yaitu selalu meletakkan diri kita sendiri di tempat yang sangat tinggi, menempatkan diri pada posisi yang tinggi, bergaya bagaikan "semua orang sedang mabuk, hanya saya satu-satunya yang sadar". Didalam pergaulan dengan orang lain, bahkan di dalam sekilas pikiran kita juga membawa unsur terpendam yang tidak kita sadari.

Yang kita tampakkan keluar adalah, segala sesuatu berpusat pada diri kita sendiri, selalu merasakan bahwa diri kita yang paling tepat, bertindak sesuka hati kita, tidak menghargai orang lain; Atau senang membual, membesar-besarkan sesuatu untuk memamerkan diri sendiri; Atau tidak menyukai orang lain, selalu melihat kekurangan orang lain, selalu merasakan diri kita lebih unggul dari pada orang lain. Senang mengomentari orang lain, tidak memusatkan pikiran untuk mencari kekurangan diri sendiri.

Walaupun terkadang di mulut juga mengatakan kebaikan orang lain, akan tetapi di dalam hati berpikir bahwa saya lebih unggul dari Anda. Bahkan kadang kala diri kita masih bisa terbawa oleh keterikatan semacam ini, berubah menjadi sangat tidak rasional. Sangat ingin bisa mengungguli orang lain, dan hati merasa terhibur karenanya.

Orang Amerika mendidik anak mereka, sejak kecil anak mereka telah diajari bagaimana memuji atau memberi penghargaan kepada orang lain, penggunaan bahasa dari bagaimana memuji atau memberi penghargaan kepada orang lain ada puluhan jenis banyaknya.

Hal tersebut bermanfaat sebagai referensi bagi kita, untuk bersikap merendahkan diri, merubah jalan pemikiran. Bisa melihat kelebihan orang lain, baru bisa menjunjung tinggi orang lain, hal ini bukan hanya dilakukan secara permukaan atau secara teknis, harus lebih ditekankan pada perubahan dan peningkatan dari dalam hati juga pada watak hakiki seseorang.

 _/\_

sutta-minded itu merendahkan atau meninggikan ya bro change ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 04:54:13 PM
Terserah, kalau pun saya memberikan argumen pembelaan, toh Anda tetap moderator.

Tidak apa-apa. Biarlah demikian.

Salam bahagia untuk Anda.  _/\_

kenapa si cumi bukan moderator tidak ditanggapin dan beri argumen ? apakah master belut pilih kasih...melihat dia seorang moderator baru diberi argumentasi ? jangan begitu tohh.... sesama penghuni laut...

-----------------------------

Quote
sunya:Mengagungkan ajaran Buddha? Maaf bagi saya malah ajaran Buddha itu sampah (jika Anda sampai mengira saya demikian).
mohon pertanggung jawabannya dan klarifikasinya mengatakan ajaran Buddha itu sampah!....
jangan udah posting yg beginian malah nambah BELUT...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 05:06:44 PM
 [at]  CumPol

Sudahlah, bro cumi. Jangan buang waktu & tenaga.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 05:14:04 PM
[at]  CumPol

Sudahlah, bro cumi. Jangan buang waktu & tenaga.

bro hadi, gurumu udah menunjukkan kejiwaan yg kurang sehat....mohon bantuannya utk dikirim ke RS terdekat... sebab :

Quote
nih postingnya master sunya :

1. Dari segi bahasa.
Memang ajaran Buddha adalah sampah, sejauh dipahami secara keliru dan/atau tidak dipraktekkan dengan benar.

2............
Dharma akan jadi sampah, bila kita adalah manusia bebal, tidak kenal kebajikan, sulit menerima input/masukan dari pihak luar, serta jika kita terlahir dalam kondisi tidak memungkinkan belajar (misalnya jadi seekor ayam saat Buddha sedang membabarkan dharma).
dhamma ajaran Buddha bisa jadi sampah ? eh eh ehhh.....
yg sampah ORANGNYA bukan dhamma tsb... eh eh ehh.....

kupingnya mau gw tarik pakai jepitan dehhhh....

tenaga cumi masih sisa dikit.... :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 28 December 2012, 05:17:47 PM
kalau bro Hadi masih aja fanatik pada kedua master, coba selidikilah dan teliti sebelum fanatiknya nambah besar...
tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini,termasuk kedua master.
dari kacamata saya ,seumpama saya memberi nilai 4 dari 10 kepada master saya,maka saya fanatik nya cuma 40%,yang 60% jangan di fanatiki,atau fanatik untuk yang 40% saja.
saya masih mampu mengendalikan kefanatikan.
saya aktif di DC hanya sekitar 1 minggu,bila lebih lama lagi pasti akan saya temui master baru,saya yakin sekali,banyak  member yang hebat berisi di DC,.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 05:23:05 PM
tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini,termasuk kedua master.
dari kacamata saya ,seumpama saya memberi nilai 4 dari 10 kepada master saya,maka saya fanatik nya cuma 40%,yang 60% jangan di fanatiki,atau fanatik untuk yang 40% saja.
saya masih mampu mengendalikan kefanatikan.
saya aktif di DC hanya sekitar 1 minggu,bila lebih lama lagi pasti akan saya temui master baru,saya yakin sekali,banyak  member yang hebat berisi di DC,.
bagaimanapun guru** sebaiknya kita hormatin sepanjang masa, walaupun suatu saat kita lebih pintar dari dia...

(**guru yg baik tapi kemampuan/keahliannya yg kurang)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: CHANGE on 28 December 2012, 05:31:30 PM
sutta-minded itu merendahkan atau meninggikan ya bro change ?

Netral, diri kita sendiri yang bertanggung jawab atas pilihan diri kita sendiri :



Menganggap bahwa diri  kita lebih baik daripada orang lain adalah tidak benar.

Menganggap bahwa diri kita sejajar dengan lainnya adalah tidak benar.

Menganggap bahwa diri kita lebih rendah  daripada orang lain adalah tidak benar.

“ Bila kita berpikir bahwa diri kita lebih baik dari lainnya, kesombongan akan muncul.”

“ Bila kita berpikir bahwa diri kita sederajat  dari lainnya, kita gagal untuk menunjukkan hormat dan rendah hati pada waktu yang tepat.”

“ Bila kita berpikir bahwa kita lebih rendah  dari lainnya,  kita tertekan memikirkan kita leih rendah, terlahir di bawah naungan bintang yang buruk dan sebagainnya.”

‘LEPASKAN SEMUANYA”

Sumber buku : TIDAK ADA  Ajahn Chah          Oleh : Ajahn Chah

Ada Empat jawaban, diri kita sendiri yang bertanggung jawab untuk menentukan PILIHAN, dan biasanya sebagai Buddhist pasti memilih yang keempat yakni : LEPASKAN SEMUANYA, dan bukan memilih lebih unggul, sejajar atau lebih rendah.

Diri Sendiri Bertanggung Jawab atas pilihan Diri Sendiri

 _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 28 December 2012, 05:40:05 PM
bagaimanapun guru** sebaiknya kita hormatin sepanjang masa, walaupun suatu saat kita lebih pintar dari dia...

(**guru yg baik tapi kemampuan/keahliannya yg kurang)
bukan hanya kepada guru,kepada Cumi Polos pun saya menaruh hormat juga,bukankan Cumi polos paling banyak menanggapi saya selama 1 minggu ini.
Cumi menanggapi saya berarti Cumi menghargai saya,maka sudah selayaknya saya harus menghargai/menghormati Cumi juga,apalagi Cumi jauh lebih senior dari saya.
terus terang kalau soal menghormati,menghargai,moral etika,rendah diri/hati----Sunya banyak belajar dari saya.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 06:30:03 PM
oh demikian.. terima kasih atas tanggapannya.

kurang setuju, mungkin anda kurang jeli memilih kata2.
ajaran buddha adalah sampah sejauh dipahami secara keliru dan atau tidak dipraktekkan dengan benar, namun jika sebaliknya tentu ajaran buddha bukan sampah namun harta mustika yang tidak ternilai harganya.

nah jika anda langsung mengetikan kata2 ajaran buddha adalah sampah, ini bisa berpengertian keseluruhan (secara general) ajaran buddha adalah sampah yang tidak berharga sama sekali. makanya saya bertanya..

no comment, saya tidak mengerti yang beginian..

yang ini saya setuju...

salam bahagia untuk anda juga  _/\_

Halo, rekan Rico.

Harta-mustika hanya berlaku bagi yang menganggapnya sebagai kebenaran. Jika Anda bertemu penganut keyakinan tertentu (dari pengalaman saya sendiri), lalu Anda coba bertanya pandangannya tentang ajaran Buddha, dan lebih penting lagi dia JUJUR, maka dia akan jawab (pengalaman saya sendiri) seperti ini: "Agama Buddha itu penyembah berhala (setan/takhyul)", "Agama Buddha itu kepercayaan kuno yang sudah dinyatakan tidak valid (berlaku) lagi sejak diturunkannya bla bla bla (konsep sesuai kepercayaan dia)", "Agama Buddha itu agama murtad (tidak percaya konsep Tuhan)", "Pembawa ajaran Buddha itu tidak berbakti pada orang tua (meninggalkan kerajaan untuk bertapa tanpa maksud jelas)", dan masih banyak lagi.

Nah, apa bagi mereka agama Buddha ini sama dengan pandangan Anda? Dan tentu saja Anda melihat agama lain pun begitu (melihat doktrin mereka sebagai 'tidak bermanfaat'). Ya, ini persoalan sudut pandang saja. Terkadang kita sulit menilai sudut pandang kita sendiri, tatkala terlalu melekat (fanatik) pada sesuatu secara berlebihan (bisa pada sosok, bisa pula ajaran atau kelompok/organisasi/agama).

Bagi saya, kemerosotan ajaran Buddha yang paling nyata dan kasat mata adalah pengkultusan serta bentuk keyakinan (saddha/shraddha) yang keliru; yakni mempercayai buta tanpa mengkaji lebih dalam (kurang kritis dan obyektif). Ini (maaf) tidak beda jauh dengan keimanan versi agama lain, yaitu ada sosok suci, ada kitab yang disucikan, ada hal-hal tertentu yang tidak boleh salah maupun dipersalahkan. Ini sudah masuk dalam kategori doktrin, bukan lagi pengkajian secara akal sehat (nalar).

Tentang makna keseluruhan, sebenarnya tidak juga. Dalam kebenaran konvensional sebenarnya semua hal itu relatif. Seperti sekarang misalnya saya katakan Dhammacitta adalah forum Buddhist yang ramai dan semarak, tentu belum pasti 10-20 tahun lagi tetap begitu. Benar tidak? Jadi kata-kata saya hanya sesuai konteks (sesuai tulisan sebelumnya yang menuding saya mengagungkan ajaran Buddha, jadi saya menunjukkan bahwa saya tidak mutlak demikian).

Mohon maaf, saya tahu dalam pemahaman beberapa orang tulisan tersebut melukai 'keimanan' mereka. Sungguh saya hanya mencoba mencairkan kemelekatan.

Salam, semoga bahagia dan sehat selalu.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 06:42:06 PM
terus terang kalau soal menghormati,menghargai,moral etika,rendah diri/hati----Sunya banyak belajar dari saya.

Saya akui, dan ini bukti bahwa tiada guru dan murid toh? Semua saling belajar dan mengisi. Mungkin hanya orang dengan kepercayaan diri rendah yang selalu menganggap dirinya digurui, padahal dalam setiap kesempatan saya selalu membuka ruang untuk berpendapat.

Dan untuk semua, Om Hadi ini adalah teman diskusi sekaligus Paman saya (jika diakui tentunya) di dunia maya. Beliau dengan pengalaman serta kearifan hidup lebih dari separuh abad, sangat potensial untuk memberi petuah/nasihat yang sekiranya berguna dalam menjalani hidup (secara bermoral, beretika, dan bermartabat).

Jika Anda seorang yang mau belajar dan juga bisa menghormati yang lebih senior, maka sebaiknya sopanlah pada siapa pun (bukan berarti yang lebih tua pasti benar, tapi setidaknya lebih berpengalaman hidup).

Jadi mari kita jadikan Dhammacitta lebih sopan dan beretika, karena rata-rata memang pengikut Buddha toh? Bukan pengikut teori tapi praktisi 'kan?

Bagaimana? Ada yang setuju?

Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Indra on 28 December 2012, 06:44:55 PM
belut ini semakin lucu, dan semakin banyak ngomong malah semakin lucu

*siapkan kopi+snack untuk nonton lawak belut*
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 06:51:27 PM
belut ini semakin lucu, dan semakin banyak ngomong malah semakin lucu

*siapkan kopi+snack untuk nonton lawak belut*
Jangan begitu... Hargailah usaha gagak yang mau tampil jadi merak.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sanjiva on 28 December 2012, 06:52:19 PM
belut ini semakin lucu, dan semakin banyak ngomong malah semakin lucu

*siapkan kopi+snack untuk nonton lawak belut*

Minum kopi pada jam 8 malam?  Mau tidur jam berapa?  ;D

Bakal masih lama nih kayaknya :)) :whistle:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 06:55:27 PM
Biarpun saya bukan moderator, toh memang tidak bermuatan "Mahayana", dan toh anda juga selalu merasa benar.

Jadi memang sebaiknya dibiarkan demikian.

Itu sebenarnya bisa diperdebatkan, tentang Mahayana atau bukan. Tentang saya selalu merasa benar, ini juga tolok ukurnya apa? Apakah Anda bisa merasa yang saya rasakan? Lucunya, ini benar-benar bisa membuat tertawa (jika saja saya masih terpengaruh emosi). :)

Tentang pemindahan thread ini dari Mahayana ke "Pengalaman Pribadi", saya tahu ini untuk menjegal dan mencegah saya berbicara lebih banyak (membuat sebagian orang seperti Anda kebakaran jenggot, jika ada jenggot tentunya). Jadi saya paham saja, thread ini dipindah bukan karena persoalan (isu) aliran, tapi sulit menerima pandangan orang lain. Jika mau diperdebatkan apakah yang saya tulis masih masuk ranah Mahayana atau bukan, sebenarnya saya mau melayani. Namun sejauh apa perdebatan itu bisa mengubah keputusan, toh moderator tetap moderator... kecuali dia seorang yang open-minded (yang mana saya ragu akan hal itu).

Oke, semoga berbahagia. Jangan diambil hati diskusi kita ini, be happy.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Indra on 28 December 2012, 06:56:45 PM
belut ini ngaku udah gak punya emosi, luar biasa ...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 06:57:05 PM
belut ini semakin lucu, dan semakin banyak ngomong malah semakin lucu

*siapkan kopi+snack untuk nonton lawak belut*

Mana belutnya? Ikut menonton boleh? :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 06:59:14 PM
Itu sebenarnya bisa diperdebatkan, tentang Mahayana atau bukan. Tentang saya selalu merasa benar, ini juga tolok ukurnya apa? Apakah Anda bisa merasa yang saya rasakan? Lucunya, ini benar-benar bisa membuat tertawa (jika saja saya masih terpengaruh emosi). :)

Tentang pemindahan thread ini dari Mahayana ke "Pengalaman Pribadi", saya tahu ini untuk menjegal dan mencegah saya berbicara lebih banyak (membuat sebagian orang seperti Anda kebakaran jenggot, jika ada jenggot tentunya). Jadi saya paham saja, thread ini dipindah bukan karena persoalan (isu) aliran, tapi sulit menerima pandangan orang lain. Jika mau diperdebatkan apakah yang saya tulis masih masuk ranah Mahayana atau bukan, sebenarnya saya mau melayani. Namun sejauh apa perdebatan itu bisa mengubah keputusan, toh moderator tetap moderator... kecuali dia seorang yang open-minded (yang mana saya ragu akan hal itu).

Oke, semoga berbahagia. Jangan diambil hati diskusi kita ini, be happy.  _/\_

:))

Nah, kalau moderator mengubah keputusan (baca: mengikuti opini sang master bahwa pendapat pribadinya adalah sesuai dengan Ajaran Mahayana), dia open-minded. Kalau tetap tidak berubah (baca: tidak sependapat), maka tidak open-minded.

Ayo, lagi donk hiburannya!!  ^:)^
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 06:59:21 PM
belut ini ngaku udah gak punya emosi, luar biasa ...

Siapapun boleh mengaku apapun. Memangnya Anda bisa membaca pikiran orang lain?

Anda mengaku memiliki Las Vegas pun saya tak keberatan, sejauh saya belum bisa melihat Anda benar atau tidak memilik Las Vegas. Benar?

Sadarilah false logic Anda, Anda sedang menertawakan diri Anda sendiri.

Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 07:00:37 PM
:))

Nah, kalau moderator mengubah keputusan (baca: mengikuti opini sang master bahwa pendapat pribadinya adalah sesuai dengan Ajaran Mahayana), dia open-minded. Kalau tetap tidak berubah (baca: tidak sependapat), maka tidak open-minded.

Ayo, lagi donk hiburannya!!  ^:)^

Bukankah itu pernyataan Anda sendiri? Adakah saya pernah menulis demikian?

Teruskanlah hiburannya. Saya gembira jika ada yang coba membodohi, tapi masih kurang lihay. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 28 December 2012, 07:05:19 PM
Bukankah itu pernyataan Anda sendiri? Adakah saya pernah menulis demikian?

Teruskanlah hiburannya. Saya gembira jika ada yang coba membodohi, tapi masih kurang lihay. :)
:))
Katanya udah ga ada emosi? Kok masih bisa gembira dan meminta hiburan?

Wah... memang belut kelas kambing. Ngibulnya ga konsisten.
Title: Re: sunyata BEKERJA...
Post by: learner on 28 December 2012, 07:05:29 PM
Ini sptnya posting curhat.... tapi menjelaskan suatu topik KIIK bukanlah begitu...

apa itu bentuk sejati ?....gunakanlah kata2 yg mudah dimengerti...
bila ada kata2 sulit, maka kata2 tsb dijelaskan dan dijabarkan sebelum digunakan...

jadi janganlah FANATIK...
sunyata ini barang apa ? kenapa dia bisa BEKERJA dalam lingkup ANATTA ? apakah sunyata ini mahluk HIDUP ? atoo gimana ?

bro cumi mungkin yang lebih bisa menjelaskan konsep sunyata, anatta, atau anicca

saya belum mengerti konsep2 itu.

bentuk sejati yang saya maksud disini adalah bentuk fisik yang dapat dilihat dan diraba tapi bersifat tetap.

menurut analisa saya,
adalah benar bahwa bentuk fisik segala benda adalah tidak tetap,
hal ini dapat terjadi antara lain oleh sebab proses metabolisme tubuh (pada makhluk hidup)
disamping itu juga karena adanya gravitasi,
gravitasi menyebabkan setiap benda baik hidup maupun mati berubah bentuk karena menanggung beban berat sendiri yang bersifat kontinyu dan dinamis.
disamping itu ada juga faktor eksternal lain yang dapat menyebabkan perubahan bentukn  seperti pengaruh tekanan dan suhu, dll.

Quote
jadi janganlah FANATIK...
saya rasa tidak ada indikasi fanatisme dalam postingan ini

hahaha.........

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 07:18:13 PM
:))
Katanya udah ga ada emosi? Kok masih bisa gembira dan meminta hiburan?

Wah... memang belut kelas kambing. Ngibulnya ga konsisten.

lgnoratio elenchi + argumentum ad hominem?

Tanggapan saya:
Apakah Anda tahu saya benar-benar gembira karena emosi, atau berupa ekspresi kata-kata (alegori)?
Meminta hiburan? Lebih tepat dikatakan mempersilakan Anda meneruskan hiburan (ini Anda sering keliru membaca sesuatu, terlampau tendensius).
Ini kutipannya jika Anda lupa: "Teruskanlah hiburannya."

Jadi bagaimana, setelah berupaya mengalihkan pembicaraan Anda bisa menjawab postingan ini:

Bukankah itu pernyataan Anda sendiri? Adakah saya pernah menulis demikian?

Ini hal esensial, berhubung dari awal Anda selalu menuduh Anda digurui dan dipaksa menerima pendapat saya, sementara saya merasa saya tidak pernah menuliskan satu patah kata pun yang mengindikasikan ke arah sana.

Bagaimana? Bisa memberikan penjelasan?

Ditunggu dan sementara itu semoga Anda bahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 07:20:46 PM
Apakah Anda tahu saya benar-benar gembira karena emosi, atau berupa ekspresi kata-kata (alegori)?

Buddha kerap tersenyum atau juga berekspresi lainnya, apakah itu karena emosi?

Mari kita lebih bijak dalam berpendapat dan menarik kesimpulan.

Salam bahagia selalu.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 28 December 2012, 08:12:29 PM
dear all
sebagai selingan,saya postkan 2 sajak yang berjudul egois dan emosi,dengan tujuan untuk dapat bermanfaat bagi semuanya,
karena saya sangat merasakan,thread ini penuh dengan ego dan emosi,saya tidak menyebutkan siapa,tapi harapan saya siapa saja yang tersentuh saat membaca 2 tulisan ini,bisa intropeksi.
saya tidak akan tersinggung bila tulisan ini dianggap sampah,bahkan sebaliknya saya minta maaf telah mengotori.
salam dari Hadi.

                 EGOIS
Egois .....sifat manusia yang selalu menitis,
egois......sifat manusia yang di pengaruhi iblis,
egois......penyakit manusia yang kronis,
egois......penghalang kehidupan harmonis.
 
 
gara gara egois,kawan menjadi lawan,
gara gara egois,insan menjadi hewan,
gara gara egois masa depan tertutup awan,
gara gara egois ,penampilan tidak lagi menawan.
 
 
orang egois tidak mau dibenahi,
orang egois tidak mau dikoreksi,
orang egois tidak mau kompromi,
orang egois tidak mau merugi.
 
 
ingin kurnia tidak mau dicoba,
ingin jaya tidak mau usaha,
ingin dibina tidak mau ditempa,
ingin minta tidak mau berjasa.
 
 
selalu menang! tidak mau mengalah,
selalu senang!tidak mau susah payah,
selalu terpandang! tidak mau dibantah,
selalu ditunjang ! tidak mau melangkah.
 
Hadi Surabaya 15-8-1985
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Hadisantoso on 28 December 2012, 08:14:48 PM
       EMOSI
Emosi, ada bermacam macam variasi,
emosi,ada yang menutup diri,
emosi,ada yang membuat sangsi,
emosi,ada yang mencaci maki.
 
mengapa emisi?karena gagal dan gagal lagi,
mengapa emosi?karena tersentuh harga diri,
mengapa emosi?karena berjiwa mini,
mengapa emosi?karena rendahnya pribadi.
 
orang yang emosi selalu mengatakan "dia yang mulai",
orang yang emosi selalu mengatakan "demi harga diri:,
orang yang emosi selalu mengatakan "terpaksa aku emosi",
orang yang emosi selalu mengatakan "aku tak tahan lagi".
 
saat emosi iblismu menari-nari,
saat emosi iblismu tertawa geli,
saat emosi iblismu berpesta gizi,
saat emosi iblismu memasang aksi!
 
ingatlah!gara gara emosi rokhanimu terkunci,
ingatlah!gara gara emosi wajahmu tak lagi berseri,
ingatlah!gara gara emosi nilaimu murah sekali.
ingatlah!gara gara emosi Tuhanmu menjauhi.
 
 
surabaya 25-6-1986
Hadi.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sl99 on 28 December 2012, 08:54:22 PM
Begini saja, rekan sl99. Pertama saya luruskan, saya bukan mengajar, tapi hanya berbagi pemahaman.

Kedua, saya ada pertanyaan untuk Anda: Jika Anda punya mobil BMW, dan Anda mengatakan terus terang bahwa Anda punya mobil BMW, apakah itu sombong? Lalu apa tolok ukur suatu kesombongan itu?

Terus terang, saya sering menjumpai orang yang sombong (dalam sudut pandang konvensional/awam), tapi bagi saya malah tidak sombong. Bagi saya terkadang mereka hanya mau menunjukkan bahwa mereka memiliki sesuatu, atau bahkan mereka sedikit melebihkannya. Itu saja. Saya melihat sesuatu hanya seperti adanya, tidak membuat kesimpulan tertentu.

Mengajar dengan attitude seperti apa? Rasanya yang berkata-kata kasar dan penuh sindiran bukan saya, mungkin Anda tidak melihatnya?

Mengagungkan ajaran Buddha? Maaf bagi saya malah ajaran Buddha itu sampah (jika Anda sampai mengira saya demikian).

Apakah itu termasuk kata kasar dan menghina? Apakah itu membuat Anda terluka? Sedalam itulah kefanatikan kita diukur (ketika kita melekat berlebihan pada sesuatu).

Maaf, hanya itu yang bisa saya berikan. Tidak ada niat saya menyakiti (ini mungkin Anda tidak percaya, tidak masalah). Salam bahagia untuk Anda, semoga sukses dan sehat sejahtera.  _/\_

Kalau saya mendengar anda mengatakan ajaran buddha itu sampah, dulu sewaktu saya baru euforia dengan dhamma, ya, saya akan marah dan terusik emosi saya.

Tapi karena masa-masa itu sudah berlalu, mau anda bilang sang buddha anjing kudisan pun, gak ngefek buat saya.

Yah, nanti setelah euforia anda terhadap pencapaian yang anda rasa telah anda tembus itu berlalu, maka attitude anda saya jamin akan berubah.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sl99 on 28 December 2012, 08:57:18 PM
Begini saja, rekan sl99. Pertama saya luruskan, saya bukan mengajar, tapi hanya berbagi pemahaman.

Ciyus merasa bukan mengajar? Miapa?

Om, silahkan baca lagi postingan saudara dari awal.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 09:08:56 PM
Back to Topic.

Sebenarnya bila kita bisa menenangkan diri, mengesampingkan persepsi pribadi (ego), kita bisa melihat sifat sunya dari yang terjadi disini.

Kita akan melihat satu anggota forum (satu ID) sedang memetik buah karmanya mendapat "mosi tidak percaya" serta celaan dari setidaknya tiga ID lain.

Kita juga akan melihat, buah karma dari tiga ID yang masing-masing merasa digurui, merasa dibodohi, juga merasa melihat keangkuhan (lalu bereaksi memicu rasa tidak senang pada vedana-nya).

Jadi (terlepas dari yang dibahas benar atau tidak), sesungguhnya yang terjadi adalah keterkaitan satu dengan yang lain (Paticca Samuppada), memetik buah karma masing-masing.

Apakah ini bisa disadari atau tidak?

Ini berlaku bukan hanya untuk keempat ID tersebut, tapi kepada seluruh kesadaran yang mempersepsikan isi thread/topik diskusi ini. Inilah Pratītyasamutpāda, sebab-musabab saling bergantungan/terkait. :)

Setiap yang terkoneksi disini, memiliki karma beragam; netral, kurang menyenangkan, cukup menyenangkan, sangat tidak menyenangkan, dan sebagainya. Dan terlepas dari topik ini adalah suatu kebenaran mutlak atau bukan, hubungan inter-relasi antara anggota forum inilah wujud karma masing-masing yang berbuah (dilihat dari kesan apa yang didapat dari setiap kata-kata).

:)

Sebenarnya bagi saya lebih menarik bila diskusi seperti ini, membahas dharma dari kejadian sehari-hari, kita mencoba melihat korelasinya dengan teori/doktrin yang kita pelajari (percayai). Ini lebih membawa kemajuan daripada menghafal atau percaya begitu saja. Kita belajar melihat/menilai dari perspektif (sudut pandang) lain, tidak selalu dari sisi saya (ego).

Oke, semoga bermanfaat.

Salam kasih sayang untuk semua. Semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sl99 on 28 December 2012, 09:10:45 PM
lgnoratio elenchi + argumentum ad hominem?

Tanggapan saya:
Apakah Anda tahu saya benar-benar gembira karena emosi, atau berupa ekspresi kata-kata (alegori)?
Meminta hiburan? Lebih tepat dikatakan mempersilakan Anda meneruskan hiburan (ini Anda sering keliru membaca sesuatu, terlampau tendensius).
Ini kutipannya jika Anda lupa: "Teruskanlah hiburannya."

Jadi bagaimana, setelah berupaya mengalihkan pembicaraan Anda bisa menjawab postingan ini:

Ini hal esensial, berhubung dari awal Anda selalu menuduh Anda digurui dan dipaksa menerima pendapat saya, sementara saya merasa saya tidak pernah menuliskan satu patah kata pun yang mengindikasikan ke arah sana.

Bagaimana? Bisa memberikan penjelasan?

Ditunggu dan sementara itu semoga Anda bahagia.  _/\_

Haiyaa... anda benar-benar belut.. wkwkwkwk
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sl99 on 28 December 2012, 09:12:15 PM
Back to Topic.

Sebenarnya bila kita bisa menenangkan diri, mengesampingkan persepsi pribadi (ego), kita bisa melihat sifat sunya dari yang terjadi disini.

Kita akan melihat satu anggota forum (satu ID) sedang memetik buah karmanya mendapat "mosi tidak percaya" serta celaan dari setidaknya tiga ID lain.

Kita juga akan melihat, buah karma dari tiga ID yang masing-masing merasa digurui, merasa dibodohi, juga merasa melihat keangkuhan (lalu bereaksi memicu rasa tidak senang pada vedana-nya).

Jadi (terlepas dari yang dibahas benar atau tidak), sesungguhnya yang terjadi adalah keterkaitan satu dengan yang lain (Paticca Samuppada), memetik buah karma masing-masing.

Apakah ini bisa disadari atau tidak?

Ini berlaku bukan hanya untuk keempat ID tersebut, tapi kepada seluruh kesadaran yang mempersepsikan isi thread/topik diskusi ini. Inilah Pratītyasamutpāda, sebab-musabab saling bergantungan/terkait. :)

Setiap yang terkoneksi disini, memiliki karma beragam; netral, kurang menyenangkan, cukup menyenangkan, sangat tidak menyenangkan, dan sebagainya. Dan terlepas dari topik ini adalah suatu kebenaran mutlak atau bukan, hubungan inter-relasi antara anggota forum inilah wujud karma masing-masing yang berbuah (dilihat dari kesan apa yang didapat dari setiap kata-kata).

:)

Sebenarnya bagi saya lebih menarik bila diskusi seperti ini, membahas dharma dari kejadian sehari-hari, kita mencoba melihat korelasinya dengan teori/doktrin yang kita pelajari (percayai). Ini lebih membawa kemajuan daripada menghafal atau percaya begitu saja. Kita belajar melihat/menilai dari perspektif (sudut pandang) lain, tidak selalu dari sisi saya (ego).

Oke, semoga bermanfaat.

Salam kasih sayang untuk semua. Semoga berbahagia.  _/\_

Ah kayaknya si om baru belajar abhidhamma nih, makanya pamer
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 09:15:48 PM
Kalau saya mendengar anda mengatakan ajaran buddha itu sampah, dulu sewaktu saya baru euforia dengan dhamma, ya, saya akan marah dan terusik emosi saya.

Tapi karena masa-masa itu sudah berlalu, mau anda bilang sang buddha anjing kudisan pun, gak ngefek buat saya.

Yah, nanti setelah euforia anda terhadap pencapaian yang anda rasa telah anda tembus itu berlalu, maka attitude anda saya jamin akan berubah.

Anda siapa bisa menjamin sesuatu? Bagaimana juga Anda tahu saya sedang euforia pencapaian? Saya sendiri pernah menyatakan setidaknya dua kali; tiada yang dicapai, tiada siapa pun yang mencapai. Jadi, apakah Anda sedang bermain dengan persepsi Anda dalam hal ini?

Saya menyayangi Anda, itu yang penting. Semoga ini bisa mengurangi ketidaksenangan Anda terhadap topik ini (atau juga terhadap saya, yang Anda kira ada secara hakiki, yakni orang yang sombong).

Semoga dipahami. Salam sayang untuk Anda, be happy. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 28 December 2012, 09:17:10 PM
Haiyaa... anda benar-benar belut.. wkwkwkwk

Ah kayaknya si om baru belajar abhidhamma nih, makanya pamer

Sadarilah persepsi Anda. Tenangkan pikiran dan lihat sesuatu apa adanya.

Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 09:54:21 PM
belut ini semakin lucu, dan semakin banyak ngomong malah semakin lucu

*siapkan kopi+snack untuk nonton lawak belut*

master belut, diatas adalah postingnya si sutta-minded banget...
bro Indra telah menterjemahkan berbagai sutta2 Buddhist

bila master belut merasa teori/sutta tidak penting...
inilah orang yg perlu master sampaikan.....

Quote
sunya: Jadi mari kita jadikan Dhammacitta lebih sopan dan beretika, karena rata-rata memang pengikut Buddha toh? Bukan pengikut teori tapi praktisi 'kan?

master belut, apakah konsialiasi I, itu bermanfaat atau tidak ? ;D ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 10:29:19 PM
Ciyus merasa bukan mengajar? Miapa?

Om, silahkan baca lagi postingan saudara dari awal.

mengajarkan dan menghibur dgn jurus2 belut, apakah itu bukan mengajar ?
silahkan baca posting2 dari awal lebih teliti....
 :P :P
Title: Re: sunyata BEKERJA...
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 10:38:27 PM
bro cumi mungkin yang lebih bisa menjelaskan konsep sunyata, anatta, atau anicca

saya belum mengerti konsep2 itu.

bentuk sejati yang saya maksud disini adalah bentuk fisik yang dapat dilihat dan diraba tapi bersifat tetap.

menurut analisa saya,
adalah benar bahwa bentuk fisik segala benda adalah tidak tetap,
hal ini dapat terjadi antara lain oleh sebab proses metabolisme tubuh (pada makhluk hidup)
disamping itu juga karena adanya gravitasi,
gravitasi menyebabkan setiap benda baik hidup maupun mati berubah bentuk karena menanggung beban berat sendiri yang bersifat kontinyu dan dinamis.
disamping itu ada juga faktor eksternal lain yang dapat menyebabkan perubahan bentukn  seperti pengaruh tekanan dan suhu, dll.
saya rasa tidak ada indikasi fanatisme dalam postingan ini

hahaha.........

cumi sarankan bisa baca buku milinda panha...
ini buku yg manarik, karna cara penyampaian... serta
JUMLAH PERTANYAAN yg terdapat pada buku tersebut...
semua dijawab dgn gamblang oleh Bhikkhu Nagasena.....

Milinda Panha: ShowHide
Milinda Panha

Berisikan diskusi seru antara Raja Milinda dengan Bhikkhu Nagasena.
Pertanyaan-pertanyaan kritis Raja Milinda sering dianggap sebagai pertanyaan yang mewakili cara berpikir Barat, sedangkan jawaban Bhikkhu Nasena yang indah, tepat dan mudah dimengerti sering dianggap sebagai wakil cara berpikir Timur, terutama Buddhis.
Diskusi ini juga dapat dianggap sebagai intisari Ajaran Sang Buddha yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhirnya.


semoga bermanfaat.., semoga master belut juga bisa belajar banyak dari buku Milinda Panha
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Indra on 28 December 2012, 10:52:23 PM
Siapapun boleh mengaku apapun. Memangnya Anda bisa membaca pikiran orang lain?

Anda mengaku memiliki Las Vegas pun saya tak keberatan, sejauh saya belum bisa melihat Anda benar atau tidak memilik Las Vegas. Benar?

Sadarilah false logic Anda, Anda sedang menertawakan diri Anda sendiri.

Salam.  _/\_

loh, saya tidak pernah mengakui bahwa las vegas milik saya, kenapa anda menuduh begitu? dan anda juga salah ketika mengatakan bahwa saya sedang menertawakan diri sendiri karena adalah anda seekor belut yg sedng berusaha tampil sebagai naga tapi fakta bahwa belut licin tak bersisik tetap tidak bisa hilang, sehingga jauh dari naga.
Dan apakah anda keberatan atau tidak terhadap pengakuan siapa pun, itu tidak penting di sini, karena anda hanyalah seekor belut kosong, yg tidak akan didengar oleh siapa pun.

Juga fakta bahwa anda tidak membantah ketika saya mengatakan bahwa anda mengaku tanpa emosi, dan malah anda tegaskan lagi dengan kalimat "Siapapun boleh mengaku apapun." menunjukkan bahwa pengakuan anda itu hanya sekedar ngaku2, dan bukan benar2 tanpa emosi, yg dengan kata lain, anda sudah mengatakan yg tidak benar, yg dalam hal sila, itu termasuk pelanggaran, kecuali tentu saja anda menganut ajaran pelanggaran=bukan pelanggaran, jadi tidak masalah.
Title: cumi salah masuk nihh...
Post by: cumi polos on 28 December 2012, 11:32:44 PM
Quote
Sekedar saran dari saya sebagai pembuat topik, ada baiknya bila ingin memberikan pendapat/pandangan, sanggahan, dlsb, agar ditunjang/dilandasi dengan pengetahuan (prajna/wisdom) dari meditasi (khususnya vipassana).

duhh duhh duhh mohon maaf, cumi salah masuk nihh....

cumi belum ada prajana/wisdom dari meditasi, apalagi khususnya vipassana...

kenapa mau kasih pendapat aja ada aturan yg harus terpenuhi ? apakah ini jurus BELUT yg terselubung ?...

 :'( :'( :'( :'(
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 29 December 2012, 04:59:50 AM
loh, saya tidak pernah mengakui bahwa las vegas milik saya, kenapa anda menuduh begitu? dan anda juga salah ketika mengatakan bahwa saya sedang menertawakan diri sendiri karena adalah anda seekor belut yg sedng berusaha tampil sebagai naga tapi fakta bahwa belut licin tak bersisik tetap tidak bisa hilang, sehingga jauh dari naga.
Dan apakah anda keberatan atau tidak terhadap pengakuan siapa pun, itu tidak penting di sini, karena anda hanyalah seekor belut kosong, yg tidak akan didengar oleh siapa pun.

Juga fakta bahwa anda tidak membantah ketika saya mengatakan bahwa anda mengaku tanpa emosi, dan malah anda tegaskan lagi dengan kalimat "Siapapun boleh mengaku apapun." menunjukkan bahwa pengakuan anda itu hanya sekedar ngaku2, dan bukan benar2 tanpa emosi, yg dengan kata lain, anda sudah mengatakan yg tidak benar, yg dalam hal sila, itu termasuk pelanggaran, kecuali tentu saja anda menganut ajaran pelanggaran=bukan pelanggaran, jadi tidak masalah.

Rekan Indra yang bijak, Anda kurang bisa membedakan analogi dan kenyataan/fakta. Saya memang tidak menuduh Anda memiliki Las Vegas, itu adalah contoh/analogi. Sudah saya berikan contoh yang demikian ekstrim, apa Anda juga masih mengira itu kenyataan?

Ketika Anda menulis belut kosong, naga, dsb, sikap itulah yang saya sebut sudah 'seolah-olah' membaca pikiran orang lain. Makanya saya tulis, alangkah baiknya jika Anda tidak bisa membaca pikiran orang lain, janganlah berkomentar tentang pengakuan orang, sebab pengakuan tersebut bisa saja benar, bisa juga tidak benar. Sampai disini paham toh logika ini?

Kalimat "Siapapun boleh mengaku apapun" yang Anda simpulkan jadi makna tertentu, sungguh menggelikan.

Itu adalah ungkapan serupa dengan "Jangan percaya sebelum membuktikan". Jika Anda menyimpulkan seperti di atas, berarti Anda juga bisa menyimpulkan Buddha tidak percaya diri, karena sering mengatakan ajarannya harus dibuktikan dulu, baru dianggap benar.

Aneh-aneh juga. Dari yang jarang meditasi tapi masih memaksakan diri bergabung ke diskusi, yang logikanya lemah juga mencoba tapi jadi semi lelucon, juga kemampuan berbahasa yang pas-pasan sehingga keliru menyimpulkan sesuatu.

Tapi tidak apa-apa. Saya yakin penghuni Dhammacitta juga banyak yang arif dan lebih santun dalam berkata-kata.

Segmen sempit begini (topik sunyata), masih banyak yang mencoba-coba. Jika di Tibet saja, Anda akan sangat beruntung bila diijinkan mengintip kelasnya saja.

Kalimat di atas termasuk sombong? Saya tunggu saja bila komentarnya bernada begitu lagi. :)

Salam damai sentosa. Semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 29 December 2012, 05:55:58 AM
Rekan Indra yang bijak, Anda kurang bisa membedakan analogi dan kenyataan/fakta. Saya memang tidak menuduh Anda memiliki Las Vegas, itu adalah contoh/analogi. Sudah saya berikan contoh yang demikian ekstrim, apa Anda juga masih mengira itu kenyataan?

Ketika Anda menulis belut kosong, naga, dsb, sikap itulah yang saya sebut sudah 'seolah-olah' membaca pikiran orang lain. Makanya saya tulis, alangkah baiknya jika Anda tidak bisa membaca pikiran orang lain, janganlah berkomentar tentang pengakuan orang, sebab pengakuan tersebut bisa saja benar, bisa juga tidak benar. Sampai disini paham toh logika ini?

Kalimat "Siapapun boleh mengaku apapun" yang Anda simpulkan jadi makna tertentu, sungguh menggelikan.

Itu adalah ungkapan serupa dengan "Jangan percaya sebelum membuktikan". Jika Anda menyimpulkan seperti di atas, berarti Anda juga bisa menyimpulkan Buddha tidak percaya diri, karena sering mengatakan ajarannya harus dibuktikan dulu, baru dianggap benar.

Aneh-aneh juga. Dari yang jarang meditasi tapi masih memaksakan diri bergabung ke diskusi, yang logikanya lemah juga mencoba tapi jadi semi lelucon, juga kemampuan berbahasa yang pas-pasan sehingga keliru menyimpulkan sesuatu.

Tapi tidak apa-apa. Saya yakin penghuni Dhammacitta juga banyak yang arif dan lebih santun dalam berkata-kata.

Segmen sempit begini (topik sunyata), masih banyak yang mencoba-coba. Jika di Tibet saja, Anda akan sangat beruntung bila diijinkan mengintip kelasnya saja.

Kalimat di atas termasuk sombong? Saya tunggu saja bila komentarnya bernada begitu lagi. :)

Salam damai sentosa. Semoga berbahagia.  _/\_
buat apa nulis panjang2 master belut,...

bilang aja sutta-minded
penterjemahan sutta2,penerbitan sutta2 tidak berguna,
yg penting praktek (meditasi)

konsistent deh master belut, karna bro Indra ini kelompok
yg banyak menterjemahkan buku2 dan menerbikan buku2 DC.

katakanlah dari lubuk hati terdalam anda aktivitas tsb tidak berguna!

katakanlah.... jangan sepotong-potong....yg jelas aja... jangan jadi


adi apa?: ShowHide
BELUT BANCI....


 _/\_ :x
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: CHANGE on 29 December 2012, 06:50:37 AM
Jangan begitu... Hargailah usaha gagak yang mau tampil jadi merak.

NIVĀTO CA  (Rendah Hati)

            Rendah hati atau sikap tidak sombong atau tidak menyombongkan diri. Kesombongan dan keangkuhan dapat menyebabkan tidak disenangi orang lain, sikap sombong sukar dinasehati, sukar diajak bicara atau rembugan (kerja sama) karena mementingkan sikap sombong dan keakuan. sikap kesombongan dan keangkuhan akan menimbulkan emosional dengan marah, benci dan kecewa karena menggangap yang benar dan hanya mementingkan kepentingan dan kemauannya. Kesombongan dan keangkuhan menimbulkan sikap yang tidak sebenarnya dapat memutarbalikkan fakta dan kata-kata sendiri yang hanya membenarkan sikap dan prinsipnya, tidak mau kalah dengan orang lain. Perasaan senang jika orang lain kalah karena pendapatnya yang diterima dan sebaliknya akan timbul kekecewaan jika prinsipnya ditolak orang lain, orang yang bersikap hal tersebut sukar dinasihati dan diperingatkan.

Orang yang kaya, memiliki jabatan dan sukses yang memiliki sikap rendah hati merupakan Berkah Utama, dalam Maha Mangala Sutta sikap rendah hati merupakan sikap yang tidak menyombongkan diri, mudah untuk dinasihati dan kerja sama, mau mendengar kata-kata orang lain tidak bersikap kaku dan ketika kritik dan saran muncul tidak bersikap emosional dengan senyum menerima setiap tanggapan dari orang lain. Sikap rendah hati dan menyadari kelemahan-kelemahan dengan menyadarinya yang membuat terus belajar dari kelemahan serta kesalahan.

Ada cerita rakyat mengenai seekor gagak yang ingin mengetahui cara membuat sarang. Gagak tidak mempunyai sarang, gagak bertanya kepada seekor burung yang pintar membuat sarang. Burung tersebut memberitahunya “pertama ambil ranting”, gagak menjawab “ya, saya sudah tahu”, kemudian burung tersebut berkata “kamu letakkan ranting-ranting tersebut”, gagak membalas “ya, saya tahu itu juga”, tanpa kehilangan kesabaran burung itu melanjutkan “kamu ambil ranting yang lain”, gagak menjawab “saya tahu itu juga”. Burung tersebut kehilangan kesabarannya akhirnya pergi. Akhirnya gagak tidak pernah dapat membuat sarang. Sikap burung gagak menggambarkan sikap tidak rendah hati untuk belajar. Sikap yang rendah hati tidak mengagungkan, membanggakan diri sendiri karena penuh pengendalian diri. Orang yang memiliki sikap rendah hati mau mendengarkan orang lain, memperhatikan orang lain yang berbicara dan mau belajar dari orang lain yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Cerita burung gagak yang tidak mau mendengarkan dan memperhatikan dari burung lain menyebabkan dirinya rugi karena tidak dapat mengetahui cara membuat sarang yang bermanfaat dan memberi pengetahuan yang baru.

Memiliki sikap rendah hati selalu terkendali dan terkontrol dari dirinya, dengan mengembangkan sikap kebijaksanaan dan spiritual kesombongan akan terkikis, sikap Bhikkhu Sariputta merupakan contoh rendah hati. “Suatu ketika Bhikkhu Sariputta sedang berjalan, bagian dari lipatan jubahnya menyentuh tanah, kemudian samanera yang berusia tujuh tahu melihat dan memberitahu Bhikkhu Sariputta, dengan sikap rendah hati beliau memperbaiki jubahnya dan memberi hormat pada samanera kecil” (Sarada, 23), contoh tersebut menggambarkan sikap rendah hati berkembang seiring dengan kemajuan dalam spiritual.

Umat Buddha atau non buddhis dengan melatih rendah hati akan terkendali dan mau menghargai orang lain, mudah untuk dinasehati dan bekerjasama tidak emosional, menghadapi tanpa marah dengan berpikiran positif dan mengambil sikap yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain, sikap rendah hati mengikis kesombongan dan keangkuhan mau menerima kelebihan dan kekurangan orang lain ataupun diri sendiri.

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 29 December 2012, 07:16:00 AM
Quote from: cumi polos on Yesterday at 04:52:28 PM
sutta-minded itu merendahkan atau meninggikan ya bro change ?

Netral, diri kita sendiri yang bertanggung jawab atas pilihan diri kita sendiri :

SUTTA-MINDED
sebenarnya memiliki konotasi negatip ditinjau secara umum...
apa reaksi kita, adalah tahap kedua.... (pilihan kita)

kenapa gak bilang sutta penting, meditasi juga penting...?

itu aja utk master BELUT. secara tidak sadar BELUT ini pun juga meremehkan org lain...

 _/\_ :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sl99 on 29 December 2012, 07:54:04 AM
Anda siapa bisa menjamin sesuatu? Bagaimana juga Anda tahu saya sedang euforia pencapaian? Saya sendiri pernah menyatakan setidaknya dua kali; tiada yang dicapai, tiada siapa pun yang mencapai. Jadi, apakah Anda sedang bermain dengan persepsi Anda dalam hal ini?

Saya bisa menjamin karena, saya sudah menjalani, dan sudah menembus hal tersebut dengan meditasi.
Pencapaian anda kan masih isi kosong isi?
Meditasi lagi sana... nanti anda akan mencapai apa yang saya capai.
Jangan berteori melulu, tapi lakukan praktek.. praktek.. praktek...

Nih sedikit tips dari saya, meditasi bukan dilakukan dengan hanya duduk, berbaring, atau menyepi ke hutan-hutan, gunung-gunung.
Meditasi bisa dilakukan saat ini, saat saya mengetikkan posting ini misalnya.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 29 December 2012, 08:15:49 AM
 [at]  CumPol

Dari dulu memang banyak jenis beginian. Mereka paling senang omong besar dan egonya kenyang kalau diladeni, sehingga bisa 'kong tai' lebih jauh. Kalau bro Cumi dan lain-lain tidak lanjutkan, maka berarti tidak memberi makan egonya. Seperti slogan umum:

Do not feed the troll!
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 29 December 2012, 08:25:11 AM
[at]  CumPol

Dari dulu memang banyak jenis beginian. Mereka paling senang omong besar dan egonya kenyang kalau diladeni, sehingga bisa 'kong tai' lebih jauh. Kalau bro Cumi dan lain-lain tidak lanjutkan, maka berarti tidak memberi makan egonya. Seperti slogan umum:

Do not feed the troll!

sepertinya jurus2 BELUT udah ketahuan oleh khalayak...

cumi ambil cuti di thread ini dulu... apalagi pertanyaan2an cumi udah gak mampu dijawab...

trims atas masukan moderator...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 29 December 2012, 12:37:31 PM
Saya bisa menjamin karena, saya sudah menjalani, dan sudah menembus hal tersebut dengan meditasi.
Pencapaian anda kan masih isi kosong isi?
Meditasi lagi sana... nanti anda akan mencapai apa yang saya capai.
Jangan berteori melulu, tapi lakukan praktek.. praktek.. praktek...

Nih sedikit tips dari saya, meditasi bukan dilakukan dengan hanya duduk, berbaring, atau menyepi ke hutan-hutan, gunung-gunung.
Meditasi bisa dilakukan saat ini, saat saya mengetikkan posting ini misalnya.

Jadi Anda lebih hebat dari Buddha, karena bisa memberikan jaminan? Buddha saja tidak mengatakan pernah menjamin apapun. :)

Pencapaian apa? Apakah Anda merasa sudah mencapai sesuatu? Bahkan Buddha saja tidak merasa mencapai apa-apa (tiada yang mencapai, tiada yang dicapai). Jadi Anda belajar dari konsep apa, sehingga bisa mencapai sesuatu? :)

Meditasi apa? Bukankah sekarang sedang meditasi?

Salam hormat saya untuk Anda. Selamat berakhir pekan. _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 29 December 2012, 12:49:52 PM
[at]  CumPol

Dari dulu memang banyak jenis beginian. Mereka paling senang omong besar dan egonya kenyang kalau diladeni, sehingga bisa 'kong tai' lebih jauh. Kalau bro Cumi dan lain-lain tidak lanjutkan, maka berarti tidak memberi makan egonya. Seperti slogan umum:

Do not feed the troll!

Cobalah Anda belajar melihat sesuatu dari luar ego, maka Anda akan melihat diri Anda sendiri sedang berpersepsi.
"Ada satu ID merasa demikian, ID lain merasa hal lainnya." Selama masih berkutat dalam satu persona/watak, maka Anda akan tetap berpersepsi sama.
Ada ajaran suci, ada tokoh yang disucikan. Ada sosok yang saya kira jahat dan buruk, ada sosok yang saya benci dan saya hina.

Dalam hakikatnya, tiada sesuatu yang hakiki (termasuk Buddha dan Mara adalah sosok anicca dan anatta). Bagaimana mungkin ada lawan diskusi yang 'menjengkelkan' saya, yang 'membodohi' saya, yang 'menggurui' saya. Yang ada adalah; saya yang mempersepsikannya demikian (karena semua hal netral tergantung apa/siapa yang mempersepsikannya).

Saya sebenarnya membaca tulisan Anda tentang 3 pengertian kosong, dan ternyata Anda hanya bisa berteori tanpa menyadari Anda sendiri terjebak dalam pandangan bahwa ada sesuatu yang hakiki (yaitu ID Sunya yang Anda kira sesuai persepsi Anda sekarang).

Saya sebenarnya mengajak diskusi, tapi jika postingan di atas masih ditanggapi secara egosentris (bukan egois lho, saya tidak pernah melabeli orang seperti itu, karena saya sadar itu persepsi saya sendiri) maka sangat disayangkan diskusi ini akan saya akhiri (mungkin juga kemauan Anda, karena saya tidak membuat Anda senang dengan postingan saya).

Oke, salam bahagia selalu untuk Anda. Saya menyayangi Anda (apapun tudingan Anda terhadap saya). Itu yang penting. _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sl99 on 29 December 2012, 01:50:26 PM
Jadi Anda lebih hebat dari Buddha, karena bisa memberikan jaminan? Buddha saja tidak mengatakan pernah menjamin apapun. :)

Pencapaian apa? Apakah Anda merasa sudah mencapai sesuatu? Bahkan Buddha saja tidak merasa mencapai apa-apa (tiada yang mencapai, tiada yang dicapai). Jadi Anda belajar dari konsep apa, sehingga bisa mencapai sesuatu? :)

Meditasi apa? Bukankah sekarang sedang meditasi?

Salam hormat saya untuk Anda. Selamat berakhir pekan. _/\_

Praktekkan lah dulu, nanti anda juga akan mengerti, jangan berteori panjang lebar
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 29 December 2012, 04:55:47 PM
Praktekkan lah dulu, nanti anda juga akan mengerti, jangan berteori panjang lebar

Kok tidak dijawab? Kalau praktek dulu baru mengerti, nanti saya cebur di kolam dulu baru otomatis bisa berenang?

Salam. _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Indra on 29 December 2012, 06:07:42 PM
Rekan Indra yang bijak, Anda kurang bisa membedakan analogi dan kenyataan/fakta. Saya memang tidak menuduh Anda memiliki Las Vegas, itu adalah contoh/analogi. Sudah saya berikan contoh yang demikian ekstrim, apa Anda juga masih mengira itu kenyataan?


dalam hal ini saya memang tidak bisa membaca pikiran anda, tapi saya menilai hanya dari apa yg anda tulis.

Quote
Ketika Anda menulis belut kosong, naga, dsb, sikap itulah yang saya sebut sudah 'seolah-olah' membaca pikiran orang lain. Makanya saya tulis, alangkah baiknya jika Anda tidak bisa membaca pikiran orang lain, janganlah berkomentar tentang pengakuan orang, sebab pengakuan tersebut bisa saja benar, bisa juga tidak benar. Sampai disini paham toh logika ini?

ketika saya menulis belut kosong, itu juga bukan hasil dari membaca pikiran, melainkan dari apa yg dengan jelas teramati oleh mata saya. dan bagaimana jika saya memang bisa membaca pikiran anda yg tercecer kemana2 itu?

Quote
Kalimat "Siapapun boleh mengaku apapun" yang Anda simpulkan jadi makna tertentu, sungguh menggelikan.


usaha mengklarifikasi terlambat dari seorang yg putus asa  :P

Quote
Itu adalah ungkapan serupa dengan "Jangan percaya sebelum membuktikan". Jika Anda menyimpulkan seperti di atas, berarti Anda juga bisa menyimpulkan Buddha tidak percaya diri, karena sering mengatakan ajarannya harus dibuktikan dulu, baru dianggap benar.


menggiring opini bahwa saya sedang menyimpulkan Sang Buddha sungguh suatu kesimpulan yg mengada2, seolah2 anda menyamakan diri anda dengan Sang Buddha. Saya menyimpulkan anda tidak bisa disimpulkan bahwa "berarti saya menyimpulkan Sang Buddha ..." karena anda bahkan tidak ada seper enam belas bagian dari ujung kuku Sang Buddha.

Quote
Aneh-aneh juga. Dari yang jarang meditasi tapi masih memaksakan diri bergabung ke diskusi, yang logikanya lemah juga mencoba tapi jadi semi lelucon, juga kemampuan berbahasa yang pas-pasan sehingga keliru menyimpulkan sesuatu.

mungkin ini adalah bentuk pengakuan anda bahwa anda seorang meditator yang berlogika kuat dan berkemampuan bahasa yang tinggi, tapi anda harus mengaplikasikan hukum KIIK dalam pengakuan anda itu.

Quote
Tapi tidak apa-apa. Saya yakin penghuni Dhammacitta juga banyak yang arif dan lebih santun dalam berkata-kata.

tentu saja ada, selama bergabung di sini, saya hanya melihat 2 makhluk sejenis anda di antara ribuan penghuni DC lainnya yang arif dan santun dalam berkata-kata.

Quote
Segmen sempit begini (topik sunyata), masih banyak yang mencoba-coba. Jika di Tibet saja, Anda akan sangat beruntung bila diijinkan mengintip kelasnya saja.
Semoga anda lebih beruntung di Tibet. dari penjelasan anda yg kacau balau, saya setuju bahwa topik Sunyata memang segmen sempit.

Quote
Kalimat di atas termasuk sombong? Saya tunggu saja bila komentarnya bernada begitu lagi. :)

kalimat tidak bisa sombong, kalimat hanyalah rangkaian kata2 yg dibentuk dari huruf2. tapi agak mengecewakan jika anda memutuskan untuk hanya menunggu saja, karena saya berharap anda bisa lebih baik dari sekedar menunggu.

Quote
Salam damai sentosa. Semoga berbahagia.  _/\_

returned
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 29 December 2012, 08:22:18 PM
Ga boleh didebat. Guru pasti benar. Kalo menganggap guru salah, berarti cangkir penuh.

ai udah capek, tidak ketemu jawaban, malah dibuat mutar2
memang ciri khas kale, para pengikut KIIK =))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 29 December 2012, 08:34:11 PM
Ah kayaknya si om baru belajar abhidhamma nih, makanya pamer

saya yakin kalau belajar abhidhamma hasilnya tidak demikian.
tapi tahapnya memang sudah mencapai spiritual bodohsatwa  :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Indra on 29 December 2012, 08:35:39 PM
...
...
...

“Seperti halnya seekor serigala tua di dalam hutan belantara mungkin berpikir: ‘Aku akan mengaumkan auman singa,’ namun hanya mampu melolong dan menggonggong seperti seekor serigala, demikian pula, teman Sarabha, di belakang Petapa Gotama mengaku: ‘Aku akan mengaumkan auman singa,’ [188] namun engkau hanya melolong dan menggonggong seperti seekor serigala. Seperti halnya, teman Sarabha, seekor ayam betina mungkin berpikir: ‘Aku akan bernyanyi seperti seekor ayam jantan,’ namun engkau hanya bernyanyi seperti seekor ayam betina ...
...
...
...

kutipan dari AN 3:64
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sl99 on 30 December 2012, 03:41:17 AM
Kok tidak dijawab? Kalau praktek dulu baru mengerti, nanti saya cebur di kolam dulu baru otomatis bisa berenang?

Salam. _/\_

Saya punya hak untuk tidak menjawab kan?

 ;D :P

BTW banyak tuh anak2 yang tenggelam dulu baru bisa berenang  :whistle:
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 30 December 2012, 03:47:42 AM
dalam hal ini saya memang tidak bisa membaca pikiran anda, tapi saya menilai hanya dari apa yg anda tulis.

ketika saya menulis belut kosong, itu juga bukan hasil dari membaca pikiran, melainkan dari apa yg dengan jelas teramati oleh mata saya. dan bagaimana jika saya memang bisa membaca pikiran anda yg tercecer kemana2 itu?

usaha mengklarifikasi terlambat dari seorang yg putus asa  :P

menggiring opini bahwa saya sedang menyimpulkan Sang Buddha sungguh suatu kesimpulan yg mengada2, seolah2 anda menyamakan diri anda dengan Sang Buddha. Saya menyimpulkan anda tidak bisa disimpulkan bahwa "berarti saya menyimpulkan Sang Buddha ..." karena anda bahkan tidak ada seper enam belas bagian dari ujung kuku Sang Buddha.

mungkin ini adalah bentuk pengakuan anda bahwa anda seorang meditator yang berlogika kuat dan berkemampuan bahasa yang tinggi, tapi anda harus mengaplikasikan hukum KIIK dalam pengakuan anda itu.

tentu saja ada, selama bergabung di sini, saya hanya melihat 2 makhluk sejenis anda di antara ribuan penghuni DC lainnya yang arif dan santun dalam berkata-kata.
Semoga anda lebih beruntung di Tibet. dari penjelasan anda yg kacau balau, saya setuju bahwa topik Sunyata memang segmen sempit.

kalimat tidak bisa sombong, kalimat hanyalah rangkaian kata2 yg dibentuk dari huruf2. tapi agak mengecewakan jika anda memutuskan untuk hanya menunggu saja, karena saya berharap anda bisa lebih baik dari sekedar menunggu.

returned

Rekan Indra yang budiman, sebenarnya sulit jika kita masih melekat pada pengkultusan individu, dan merendahkan yang lain.
Kalau bagi saya pribadi, tidak ada makhluk yang lebih tinggi atau pun lebih rendah dari yang lain, yang ada hanyalah perbedaan cara pandang.

Bila kita bisa menyadari bahwa cara pandang yang diliputi LDM masih bisa keliru, maka sebaiknya kita tidak terburu-buru menyimpulkan apalagi memvonis sesuatu.

Tentang aplikasi KIIK, saya sedang menerapkannya disini, tapi banyak yang tidak siap menerima, dan yang muncul adalah refleksi dari fanatisme mereka terhadap yang mereka anut (marah, jengkel, kesal, karena merasa junjungan dan panutannya diremehkan, padahal belum tentu ada niat meremehkan di balik itu).

Tentu saya menunggu komentar Anda, apa yang lebih baik dari memberikan Anda kesempatan berpendapat?

Oke, salam cinta kasih dan semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 30 December 2012, 04:05:39 AM
Jadi Anda lebih hebat dari Buddha, karena bisa memberikan jaminan? Buddha saja tidak mengatakan pernah menjamin apapun.
me: Semua toh anicca, euforia anda tidak akan selamanya seperti itu, nanti setelah semua berlalu, anda pasti mengerti apa yang saya maksud

Pencapaian apa? Apakah Anda merasa sudah mencapai sesuatu?
me: Seperti yang anda bilang, anda mengaku mencapai sesuatu kemudian mengharapkan orang lain mengerti pengalaman anda cukup dengan membahas teori. Demikian juga saya, tidak akan bisa menjelaskan tanpa anda mempraktekkan, makanya praktekkanlah

Bahkan Buddha saja tidak merasa mencapai apa-apa (tiada yang mencapai, tiada yang dicapai).
me: coba jelaskan lebih lanjut

Jadi Anda belajar dari konsep apa, sehingga bisa mencapai sesuatu?
me: Belajar dari konsep apa? Jelas-jelas konsep yang anda anggap sampah itu.

Meditasi apa? Bukankah sekarang sedang meditasi?
me: maksudnya apa?

Salam hormat saya untuk Anda. Selamat berakhir pekan.

me: gak perlu hormat-hormat, karena gak ada yang dihormat=ada yang dihormat, ada yang dihormat=tidak ada yang dihormat

Anicca saya sependapat. Tapi kata-kata yang saya cetak tebal ini bermakna:
1. Ambigu, karena seolah-olah mengesankan Anda sudah menjalani lebih dari yang lain, dan saya pun pasti akan seperti Anda nantinya.
2. Absurd, karena bagaimana bisa mengerti yang Anda maksud bila tidak ada penjelasan?

Praktekkan apa?
Tentang teori, saya tidak mengatakan bahwa seseorang akan paham dengan teori, coba baca lagi halaman pertama, sudah jelas saya tulis harus diimbangi dengan meditasi.

Sutra Intan, nanti saya berikan di bawah. Tapi Anda tidak membatasi belajar dari aliran tertentu 'kan? Karena ini sutra Mahayana.

Sampah itu relatif (nanti baca juga di sutra Intan).

Meditasi, maksudnya sekarang pun kita semua sedang memusatkan perhatian dan 'mengamati'.

Tentu saja perlu hormat, manusia rata-rata punya ego, dan ego itu "minumnya" penghormatan. Bukan begitu? Kalau di Tantrayana, malah pengajaran bisa lebih ekstrim, dan itu tentu saja bukan untuk konsumsi umum (sebab hasilnya bisa dilihat di thread ini, banyak yang "terguncang").

Oke, salam bahagia untuk Anda.  _/\_
Title: Kutipan Sutra Intan
Post by: Sunya on 30 December 2012, 04:08:08 AM
"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah seorang yang telah mencapai tingkat Arhat boleh mempunyai pikiran "Aku telah memperoleh Ke-arhat-an?"

Subhuti menjawab : "Tidak boleh, Yang Dijunjungi! Karena sebenarnya tidak ada Dharma yang dinamakan Arhat. Yang Dijunjungi, apabila seorang Arhat mempunyai pikiran bahwa "Aku telah mencapai Ke-arhat-an" itu berarti masih ada kemelekatan pada diri, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan. Yang Dijunjungi, dengan berhasilnya aku menjalankan Samadhi "Tanpa Pertentangan", Hyang Buddha mengatakan bahwa aku adalah yang terunggul di antara manusia, bahwa aku adalah Arhat yang terunggul dalam membebaskan diri dari segala nafsu keinginan. Yang Dijunjungi, aku tak pernah berpikir "Aku adalah seorang Arhat yang terbebas dari nafsu keinginan". Jika aku mempunyai pikiran "Aku telah mencapai Ke-arhat-an", Yang Dijunjungi tidak akan berkata bahwa Subhuti adalah orang yang paling berhasil menjalankan ketenangan. Karena Subhuti justru tidak merasa menjalankan kehidupan pertapaan, Ia telah diberi nama Subhuti, yang gemar menjalankan ketenangan."

Hyang Buddha berkata kepada Subhuti : "Bagaimana pendapatmu, apakah ada Dharma apapun yang diperoleh Tathagatha sewaktu berada bersama Buddha Dipankara?"

"Tidak, Yang Dijunjungi! Sebenarnya tidak ada Dharma apapun yang diperoleh Tathagatha sewaktu berada bersama Buddha Dipankara."

"Subhuti, bagaimana pendapatmu, apakah para Bodhisattva memperindah tanah suci?"

"Tidak, Yang Dijunjungi, apakah sebabnya? Karena alam Buddha itu hakekatnya tidak perlu diperindah lagi, hanya dalam penjelasan digunakan kata memperindah."

"Oleh karena itu, Subhuti, para Bodhisattva, Mahasattva harus menumbuhkan pikiran suci dan jangan menumpukan hati pada segala wujud. Dia tidak boleh menumpukan hatinya pada suara, bau, rasa, objek sentuhan, dan objek mental. Dia tidak boleh menumpukan hatinya pada apapun dan dimanapun."

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=11960.0
Title: Re: Kutipan Sutra Intan
Post by: Sunya on 30 December 2012, 04:18:54 AM
"Mengapa begitu? Tathagatha berarti hakiki dari semua Dharma. Jika seseorang mengatakan Tathagatha memperoleh Anuttara-samyak-sambodhi, Subhuti, sebenarnya tidak ada Dharma demikian yang diperoleh Hyang Buddha. Subhuti, Anuttara-samyak-sambodhi yang dicapai Tathagatha, di dalamnya, bukanlah nyata atau tidak nyata. Oleh karena itu, Tathagatha mengatakan semua Dharma sebagai Buddhadharma. Subhuti, semua Dharma dikatakan sebagai bukan Dharma sejati. Oleh sebab itu disebut Dharma."

http://www.oocities.org/sutra_online/sutra_intan.htm

Tambahan I:


Para bhikshu menjawab, “Hanya orang-orang yang terlalu yakin yang akan mengaku mereka telah mencapai dan merealisasi sesuatu. Bagi seorang umat beragama yang sederhana, tidak ada yang dicapai atau direalisasikan. Lalu, bagaimana seseorang yang seperti ini berpikir untuk mengatakan dirinya sendiri, ‘Inilah yang telah kucapai; inilah yang telah kurealisasikan’ ? Jika gagasan seperti ini muncul dalam dirinya, maka ini adalah perbuatan setan.”

http://www.w****a.com/forum/mahayana/13417-sutra-penjelasan-keadaan-kebuddhaan-yang-tak-terbayangkan.html

Tambahan II:

Sang Buddha berkata, “Jika yang tidak berkondisi dapat direalisasi oleh para Arahat, maka terdapat hal yang seperti itu di dalam yang tidak berkondisi; bagaimana dapat kamu katakan tidak ada pengelompokan di dalamnya?”
“Benda-benda tidak memiliki pengelompokan, dan para Arahat telah melampaui pengelompokan. Itulah sebabnya mengapa Aku mengatakan tidak ada pengelompokan. “
Sang Buddha bertanya, “Manjusri, tidakkah kamu mengatakan kamu telah mencapai Kearahatan?”
Manjusri berbalik bertanya, “Yang Dimuliakan, andaikata seseorang bertanya pada seorang yang diciptakan secara sihir, ‘Tidakkah kamu mengatakan kamu telah mencapai Kearahatan?’ Apakah yang akan menjadi jawabannya?”
Sang Buddha menjawab Manjusri, “Seseorang tidak dapat mengatakan pencapaian atau bukan pencapaian dari seorang yang diciptakan secara sihir.”
Manjusri bertanya, “Tidakkah Sang Buddha telah mengatakan bahwa semua benda bagaikan khayalan?”
Sang Buddha menjawab, “Demikianlah telah Ku-katakan.”
“Jika semua benda bagaikan khayalan, mengapa Anda menanyakan apakah aku telah mencapai Kearahatan atau belum?”
Sang Buddha bertanya, “Manjusri, kesamaan apakah di dalam tiga kendaraan yang telah kamu realisasikan? “
“Aku telah merealisasi kesamaan dari keadaan Kebuddhaan?”
Sang Buddha bertanya, “Apakah kamu telah mencapai keadaan Kebuddhaan?”
“Jika Yang Dimuliakan telah mencapainya, maka aku juga telah mencapainya. “
Setelah itu, Yang Mulia Subhuti bertanya pada Manjusri, “Bukankah Sang Tathágata telah mencapai keadaan Kebuddhaan?”
Manjusri berbalik bertanya, “Apakah kamu telah mencapai sesuatu dalam keadaan Sravaka?”
Subhuti menjawab, “Pembebasan seorang Arahat bukanlah sebuah pencapaian ataupun bukan pencapaian.”
“Demikian pula, pembebasan Sang Tathágata bukanlah pencapaian ataupun bukan pencapaian.”
Subhuti berkata, “Manjusri, kamu tidak membimbing para Bodhisattva pemula dengan mengajarkan Dharma melalui cara ini.”
Manjusri bertanya, “Subhuti, bagaimana pendapatmu? Andaikan seorang tabib, dalam merawat pasien-pasiennya, tidak memberikan mereka obat-obatan yang pedas, asam, dan kecut. Apakah ia menolong mereka untuk sembuh atau menyebabkan mereka meninggal?”
Subhuti menjawab, “Ia menyebabkan mereka menderita dan meninggal dunia alih-alih memberikan mereka kedamaian dan kebahagian.”
Manjusri berkata, “Demikianlah halnya dengan seorang guru Dharma. Jika, dalam membimbing orang lain, ia khawatir mereka mungkin akan takut dan demikian menyembunyikan dari mereka makna Dharma yang mendalam dan sebagai gantinya, mengatakan pada mereka dalam kata-kata yang tidak sesuai dan ungkapan khayalan, maka ia menyebabkan makhluk-makhluk menanggung derita kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian, alih-alih memberikan mereka kemakmuran, kedamaian, kebahagiaan, dan Nirvana.”
Ketika Dharma ini dijelaskan, lima ratus bhikshu terbebaskan dari kemelekatan pada semua dharma, bersih dari kekotoran batin dan terbebaskan dalam pikiran; delapan puluh ribu dewa meninggalkan noda-noda alam keduniawian yang jauh di belakang dan mencapai mata Dharma yang murni yang melihat menembus semua dharma; tujuh ratus dewa bertekad untuk mencapai Pencerahan Sempurna dan berikrar: “Pada masa yang akan datang, kami akan mencapai kepandaian berbicara seperti yang dimiliki Manjusri.”


Tambahan III:

Subhuti bertanya, “Apakah kamu telah memasuki realisasi Kearahatan dan selamanya terbebas dari samsara?”
“Aku telah memasukinya dan keluar darinya.”
Subhuti bertanya, “Mengapa kamu keluar darinya setelah kamu memasukinya? “
Manjusri menjawab, “Yang Mulia, anda harus mengetahui bahwa ini adalah perwujudan dari kebijaksanaan dan kearifan seorang Bodhisattva. Ia sesungguhnya memasuki realisasi Kearahatan dan terbebas dari samsara; kemudian, sebagai cara untuk menyelamatkan makhluk-makhluk, ia keluar dari realisasi itu. Subhuti, misalkan seorang pemanah yang ahli merencanakan untuk melukai musuh bebuyutannya, tetapi, karena salah menyangka putra kesayangannya di dalam hutan sebagai musuh, ia menembakkan panah padanya. Putranya berkata, ‘Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Mengapa ayah ingin melukaiku?’ Seketika itu juga, sang pemanah, yang berlari dengan cepat, mendorong putranya dan menangkap panah itu sebelum ia melukai seseorang. Seorang Bodhisattva adalah seperti ini: untuk melatih dan membimbing para Sravaka dan para Pratyekabuddha, ia memasuki Nirvana; tetapi, ia keluar darinya dan tidak jatuh ke tingkat Sravaka dan Pratyekabuddha. Itulah mengapa tingkat Bodhisattva disebut tingkat Buddha.”
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 30 December 2012, 04:30:45 AM
menurut analisa saya,

kondisi kosong = isi, isi=kosong dapat juga tercapai dalam kondisi ekstrim berikut,

ketika seseorang sedang dalam kondisi ego tinggi karena mempertahankan pendapat dalam pertengkaran,
ketika terlibat dalam pertengkaran,
secara otomatis pikirannya akan terpusat pada topik pertengkaran (pengaruh emosi/ego),
pada tingkat konsentrasi yang tinggi pikiran akan berusaha mencari cara untuk mempertahankan pendapat yang dianggapnya benar,
meskipun pendapat tersebut belum tentu kebenarannya,
pikiran akan menjadi defensive,
pikiran akan berusaha memblock informasi yang sifatnya menyerang pendirian si pemberi pendapat,
pikiran akan mengabaikan kebenaran dari pendapat lawan bertengkar yang melemahkan pendirian pendapatnya,
pikiran akan mencari alasan apapun untuk memperkuat pendapatnya meskipun dengan cara2 yang tidak masuk akal.

demikianlah kondisi kosong = isi, isi = kosong dapat juga berwujud
karena pikiran dapat mengabaikan informasi pada kondisi ekstrim tsb,
kebenaran menjadi bukan kebenaran,
dan yang bukan kebenaran menjadi kebenaran,

semua itu terjadi karena tingkat konsentrasi yang terlalu tinggi terhadap objek.

senar yang ditarik terlalu kencang akan putus,
senar yang kurang ditarik tidak dapat berbunyi.

hahaha.............
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 30 December 2012, 04:35:06 AM
menurut analisa saya,

kondisi kosong = isi, isi=kosong dapat juga tercapai dalam kondisi ekstrim berikut,

ketika seseorang sedang dalam kondisi ego tinggi karena mempertahankan pendapat dalam pertengkaran,
ketika terlibat dalam pertengkaran,
secara otomatis pikirannya akan terpusat pada topik pertengkaran (pengaruh emosi/ego),
pada tingkat konsentrasi yang tinggi pikiran akan berusaha mencari cara untuk mempertahankan pendapat yang dianggapnya benar,
meskipun pendapat tersebut belum tentu kebenarannya,
pikiran akan menjadi defensive,
pikiran akan berusaha memblock informasi yang sifatnya menyerang pendirian si pemberi pendapat,
pikiran akan mengabaikan kebenaran dari pendapat lawan bertengkar yang melemahkan pendirian pendapatnya,
pikiran akan mencari alasan apapun untuk memperkuat pendapatnya meskipun dengan cara2 yang tidak masuk akal.

demikianlah kondisi kosong = isi, isi = kosong dapat berwujud
karena pikiran dapat mengabaikan informasi pada kondisi ekstrim tsb,
kebenaran menjadi bukan kebenaran,
dan yang bukan kebenaran menjadi kebenaran,

semua itu terjadi karena tingkat konsentrasi yang terlalu tinggi terhadap objek.

senar yang ditarik terlalu kencang akan putus,
senar yang kurang ditarik tidak dapat berbunyi.

hahaha.............

Betul, betul. Analisa yang bagus.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 30 December 2012, 04:37:32 AM
"Ada yang baca buku, ada yang sibuk lepas ikatan."

Kata-kata yang bermakna. :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 30 December 2012, 06:02:43 AM

untung yang berkuasa atas alam DC, cepat tanggap untuk memindahkan topik ini ke topik pribadi =))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 30 December 2012, 06:09:19 AM
Saya punya hak untuk tidak menjawab kan?

[sunya] terlalu polos,
[sunya ] harusnya anda punya hak untuk memutar jawaban dengan beberapa kalimat yang panjang dengan beberapa argumen, seperti yang saya lakukan selama ini dan ternyata membawa manfaat sehingga topik ini mencapi 40 page, walaupun saya sadari atau tidak sadari apakah benar atau tidak benar karena prinsipnya semua adalah sama sesuai topik KIIK  :))

=)) =)) =))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 31 December 2012, 07:13:49 AM
Pikiran yang terbelenggu tidak dapat melihat kebenaran. Kejernihan pikiran tertutupi oleh ego dan fanatisme kepercayaan.

Kalama sutta jadi pajangan, praktek lebih condong pada keimanan daripada saddha yang benar.

Selamat tinggal sutta, apakah kau memang lebih baik jadi pajangan dan bahan studi akademis saja?

Keimanan pada Tiratana lebih penting dan esensial, daripada ehipassiko terhadap Kebenaran Tiratana itu sendiri. Benarkah demikian?

Mari kita renungkan bersama, saya beriman atau ber-ehipassiko?

Salam Buddhist, semoga semua makhluk berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: djoe on 31 December 2012, 11:37:20 AM
menurut analisa saya,

kondisi kosong = isi, isi=kosong dapat juga tercapai dalam kondisi ekstrim berikut,

ketika seseorang sedang dalam kondisi ego tinggi karena mempertahankan pendapat dalam pertengkaran,
ketika terlibat dalam pertengkaran,
secara otomatis pikirannya akan terpusat pada topik pertengkaran (pengaruh emosi/ego),
pada tingkat konsentrasi yang tinggi pikiran akan berusaha mencari cara untuk mempertahankan pendapat yang dianggapnya benar,
meskipun pendapat tersebut belum tentu kebenarannya,
pikiran akan menjadi defensive,
pikiran akan berusaha memblock informasi yang sifatnya menyerang pendirian si pemberi pendapat,
pikiran akan mengabaikan kebenaran dari pendapat lawan bertengkar yang melemahkan pendirian pendapatnya,
pikiran akan mencari alasan apapun untuk memperkuat pendapatnya meskipun dengan cara2 yang tidak masuk akal.

demikianlah kondisi kosong = isi, isi = kosong dapat juga berwujud
karena pikiran dapat mengabaikan informasi pada kondisi ekstrim tsb,
kebenaran menjadi bukan kebenaran,
dan yang bukan kebenaran menjadi kebenaran,

semua itu terjadi karena tingkat konsentrasi yang terlalu tinggi terhadap objek.

senar yang ditarik terlalu kencang akan putus,
senar yang kurang ditarik tidak dapat berbunyi.

hahaha.............

Hal demikian terjadi karena tidak melihat secara lengkap, hanya melihat separuh separuh, tidak melihat secara menyeluruh, hanya melihat kosong = isi .
Karena kemelekatan pada ego, pandangan, berusaha mempertahankan pendapat yg menurutnya adalah kebenaran.
sama seperti seseorang yang mempertahankan gels itu setengah kosong.

jika dilihat secara menyeluruh bahwa pandangan yang kita lihat, kebenaran apapun yang kita lihat adalah kosong, Isi adalah kosong, barulah lengkap .
Maka pikiran pun akan menjadi tenang, tidak perhitungan.

Melihat separuh hanya membawa pada dualitas pandangan. sisi ekstrem

Jadi pertama ada pengetahuan, kemudian pengetahuan itu sendiri adalah kosong terus menerus bergerak dalam siklus lingkaran. SElanjutnya renungkanlah sendiri, Terlalu banyak kata kata hanya menutup pikiran.
Bayangkan jika kita tetap mempertahankan pengetahuan tersebut, maka cangkir kita akan tumpah keluar, tidak bisa mengisi pengetahuan yang lain.
Jadi kosongkan, isikan, kosongkan, isikan dengan demikian kita tidak akan kepenuhan ataupun kekosongan.
Tidak akan terpengaruh oleh kepenuhan, tidak terpengaruh oleh kekosongan

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: whitepadma on 31 December 2012, 11:38:41 AM
Pikiran yang terbelenggu tidak dapat melihat kebenaran. Kejernihan pikiran tertutupi oleh ego dan fanatisme kepercayaan.

Kalama sutta jadi pajangan, praktek lebih condong pada keimanan daripada saddha yang benar.

Selamat tinggal sutta, apakah kau memang lebih baik jadi pajangan dan bahan studi akademis saja?

Keimanan pada Tiratana lebih penting dan esensial, daripada ehipassiko terhadap Kebenaran Tiratana itu sendiri. Benarkah demikian?

Mari kita renungkan bersama, saya beriman atau ber-ehipassiko?

Salam Buddhist, semoga semua makhluk berbahagia.  _/\_

Saya setuju sekali, Sutra seperti halnya rakit untuk menyeberang, kalau sudah menyeberang rakit ya ditinggalkan  ...
Buddha mengajarkan untuk tidak melekat dengan apapun termasuk dengan namanya sutra..

Seperti halnya sebuah telunjuk dapat menunjukkan sebuah bulan, yang pasti telunjuk bukanlah bulan ...
Demikian juga dengan Kata kata hanyalah menunjukkan sebuah kebenaran & kata kata bukanlah sebuah kebenaran ..

Kalau sudah dapat melihat bulan apa masih perlu adanya telunjuk
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 31 December 2012, 06:02:38 PM
Hal demikian terjadi karena tidak melihat secara lengkap, hanya melihat separuh separuh, tidak melihat secara menyeluruh, hanya melihat kosong = isi .
Karena kemelekatan pada ego, pandangan, berusaha mempertahankan pendapat yg menurutnya adalah kebenaran.
sama seperti seseorang yang mempertahankan gels itu setengah kosong.

jika dilihat secara menyeluruh bahwa pandangan yang kita lihat, kebenaran apapun yang kita lihat adalah kosong, Isi adalah kosong, barulah lengkap .
Maka pikiran pun akan menjadi tenang, tidak perhitungan.

Melihat separuh hanya membawa pada dualitas pandangan. sisi ekstrem

Jadi pertama ada pengetahuan, kemudian pengetahuan itu sendiri adalah kosong terus menerus bergerak dalam siklus lingkaran. SElanjutnya renungkanlah sendiri, Terlalu banyak kata kata hanya menutup pikiran.
Bayangkan jika kita tetap mempertahankan pengetahuan tersebut, maka cangkir kita akan tumpah keluar, tidak bisa mengisi pengetahuan yang lain.
Jadi kosongkan, isikan, kosongkan, isikan dengan demikian kita tidak akan kepenuhan ataupun kekosongan.
Tidak akan terpengaruh oleh kepenuhan, tidak terpengaruh oleh kekosongan

kalau boleh tau apakah master djoe masih memiliki cita2 yang ingin dicapai?

hahaha.........
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 31 December 2012, 10:16:55 PM
kalau boleh tau apakah master djoe masih memiliki cita2 yang ingin dicapai?

hahaha.........

Kalau boleh memberi pandangan, cita-cita apapun itu sunya sifatnya. Misalnya seorang Buddha punya cita-cita memiliki Ksetra (Field) yang murni (yakni bebas dari makhluk menderita/samsara), itu pun hanya seperti mimpi sifatnya (maya-upama dalam Sanskerta).

Ketika seorang makhluk telah sadar, awakened, enlightened (Buddha), maka semua skhanda (agregat-agregat) tampak hanya seperti awan di langit, yang senantiasa berubah dan tidak memiliki inti yang tetap dan hakiki.

Jika seorang makhluk memiliki ego, yang ada hanya ego.
Jika seorang makhluk memiliki pandangan salah, yang ada adalah hanya pandangan salah.
Jika seorang makhluk memiliki satu pencapaian (Arahat, Pacekka-Buddha, bahkan Samma-Sambuddha) yang ada hanyalah pencapaian.

Tiada sosok hakiki di dalamnya, karena semua adalah peran belaka.

Karena itu di tanah Jawa yang kaya akan filosofi Mahayana di masa lalu, selalu disebutkan, bahwa hidup ibarat panggung sandiwara.

Tiada (inti) yang hakiki, karena semua merupakan peran.

Karena tiada sosok hakiki, maka nibbana dapat dicapai (sejatinya kita tidak terikat peran apapun, karena semua memang hanyalah peran).

Mungkin ini sulit diterima (berhubung aliran Buddhisme kebanyakan menekankan pencapaian/kesucian). Namun jika sudah menembus taraf tertentu, you will believe what I've been said (dalam sebuah ruang-waktu yakni 31 Desember 2012, saat Anda menjalani peran/kehidupan Anda sekarang).

Datang dan buktikanlah (Ehipassiko).

Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 01 January 2013, 01:17:14 PM
Kalau boleh memberi pandangan, cita-cita apapun itu sunya sifatnya. Misalnya seorang Buddha punya cita-cita memiliki Ksetra (Field) yang murni (yakni bebas dari makhluk menderita/samsara), itu pun hanya seperti mimpi sifatnya (maya-upama dalam Sanskerta).

Ketika seorang makhluk telah sadar, awakened, enlightened (Buddha), maka semua skhanda (agregat-agregat) tampak hanya seperti awan di langit, yang senantiasa berubah dan tidak memiliki inti yang tetap dan hakiki.

Jika seorang makhluk memiliki ego, yang ada hanya ego.
Jika seorang makhluk memiliki pandangan salah, yang ada adalah hanya pandangan salah.
Jika seorang makhluk memiliki satu pencapaian (Arahat, Pacekka-Buddha, bahkan Samma-Sambuddha) yang ada hanyalah pencapaian.

Tiada sosok hakiki di dalamnya, karena semua adalah peran belaka.

Karena itu di tanah Jawa yang kaya akan filosofi Mahayana di masa lalu, selalu disebutkan, bahwa hidup ibarat panggung sandiwara.

Tiada (inti) yang hakiki, karena semua merupakan peran.

Karena tiada sosok hakiki, maka nibbana dapat dicapai (sejatinya kita tidak terikat peran apapun, karena semua memang hanyalah peran).

Mungkin ini sulit diterima (berhubung aliran Buddhisme kebanyakan menekankan pencapaian/kesucian). Namun jika sudah menembus taraf tertentu, you will believe what I've been said (dalam sebuah ruang-waktu yakni 31 Desember 2012, saat Anda menjalani peran/kehidupan Anda sekarang).

Datang dan buktikanlah (Ehipassiko).

Salam.  _/\_

menurut saya pandangan anda terkesan pasif dan pesimistis,

pencapaian spiritual seseorang seharusnya tidak membatasi perannya dalam kehidupan,
sebaliknya pencapaiannya tersebut seharusnya memberikan manfaat yang lebih baik kepada kehidupan,

kalau pencapaian tersebut hanya akan membatasi perannya dalam kehidupan,
maka pencapaiannya itu dapat dikatakan Kosong=tidak ada gunanya.

apa sih yang ingin dicapai kalau pencapaian tersebut tidak memberikan manfaat?

bila setiap orang hanya dapat duduk diam mengamati nafas saja sepanjang hidupnya,
maka akhir dari suatu peradaban sudah dapat dipastikan.

hahaha........
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 01 January 2013, 08:07:54 PM
menurut saya pandangan anda terkesan pasif dan pesimistis,

pencapaian spiritual seseorang seharusnya tidak membatasi perannya dalam kehidupan,
sebaliknya pencapaiannya tersebut seharusnya memberikan manfaat yang lebih baik kepada kehidupan,

kalau pencapaian tersebut hanya akan membatasi perannya dalam kehidupan,
maka pencapaiannya itu dapat dikatakan Kosong=tidak ada gunanya.

apa sih yang ingin dicapai kalau pencapaian tersebut tidak memberikan manfaat?

bila setiap orang hanya dapat duduk diam mengamati nafas saja sepanjang hidupnya,
maka akhir dari suatu peradaban sudah dapat dipastikan.

hahaha........

Memangnya ada tulisan saya yang menyatakan kita tinggal duduk berpangku tangan dan dunia akan berubah?

Tidak. Justru agama Buddha menekankan kebajikan, perbuatan bermanfaat bagi sesama. Jika ada yang hanya menikmati kesucian sendiri, dia bukanlah pejalan Mahayanist. Itu saja.

Semoga dipahami. Salam bahagia selalu.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 01 January 2013, 08:43:43 PM
Memangnya ada tulisan saya yang menyatakan kita tinggal duduk berpangku tangan dan dunia akan berubah?

Tidak. Justru agama Buddha menekankan kebajikan, perbuatan bermanfaat bagi sesama. Jika ada yang hanya menikmati kesucian sendiri, dia bukanlah pejalan Mahayanist. Itu saja.

Semoga dipahami. Salam bahagia selalu.  _/\_

apakah anda akan menjadi bikhu?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 01 January 2013, 09:46:36 PM
apakah anda akan menjadi bikhu?

Bhikkhu atau bukan bhikkhu, selama bermanfaat bagi yang lain, seharusnya tidak banyak perbedaan.

Salam damai sentosa, semoga bahagia selalu.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: learner on 01 January 2013, 10:19:00 PM
kira2 manfaat apa yang dapat anda bagikan kepada sesama dengan memahami kosong=isi,isi=kosong?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 01 January 2013, 11:09:12 PM
Bhikkhu atau bukan bhikkhu, selama bermanfaat bagi yang lain, seharusnya tidak banyak perbedaan.

Salam damai sentosa, semoga bahagia selalu.  _/\_
bhikku bisa full time n menjalankan winaya... sedangkan umat awam masih boleh melirik cewek, dst, dst...

kalau dgn jurus belut, ya jawabnya 7 keliling..., begitu aja koq masih kagak taooo....
 :P :P :P

lebih mudah memindahkan gunung dari pada merubah sifat manusia...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 02 January 2013, 04:47:03 AM
bhikku bisa full time n menjalankan winaya... sedangkan umat awam masih boleh melirik cewek, dst, dst...

kalau dgn jurus belut, ya jawabnya 7 keliling..., begitu aja koq masih kagak taooo....
 :P :P :P

lebih mudah memindahkan gunung dari pada merubah sifat manusia...


Bhikkhu tidak bisa mencari uang dan membangun vihara, panti asuhan, panti jompo dan sekolah untuk anak yang tidak mampu.
Bhikkhu juga tidak bisa partisipasi dalam pembangunan negara secara langsung seperti Jokowi dan Ahok.
Bhikkhu juga tidak bisa membantu korban bencana alam, banjir, kebakaran dan konflik-konflik sosial.
Bhikkhu juga tidak bisa membantu biaya pengobatan untuk anak yang terlahir tidak normal, cacat, prematur dan kurang gizi.
Bhikkhu juga banyak tertinggal dalam permasalahan sosial, ekonomi, budaya dan politik yang berkaitan langsung dengan kesejahteraan orang banyak serta kelestarian hutan dan ekosistemnya.
Apa Bhikkhu ada yang terlibat langsung dalam penyelamatan satwa langka dan hutan lindung?

Banyak hal yang tidak bisa dilakukan bhikkhu, ketika mereka hanya fokus untuk pelatihan/pengembangan diri sendiri.
Banyak juga hal yang bisa dilakukan bhikkhu ketika mereka fokus untuk pengembangan diri sendiri dan juga makhluk lain.
Semua tergantung personal dan individunya.

Full time dalam hal apa, bisa dijelaskan?
Kaitan belajar vinaya dengan bermanfaat untuk sesama?

Diharapkan Anda tidak berkomunikasi dengan cara sarkasme, sinisme, satire atau kesesatan logika lainnya. Ini jika Anda punya moral dan juga nalar seorang Buddhist.

Hargai lawan bicara jika Anda ingin dihargai.

Tabiat manusia bisa diubah sejauh kebesaran hati menerima kenyataan. Jangan pesimis, Anda bisa.

Salam perubahan, semoga Saudara dapat lebih baik lagi di tahun 2013. Semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 02 January 2013, 07:14:05 AM
Bhikkhu tidak bisa mencari uang dan membangun vihara, panti asuhan, panti jompo dan sekolah untuk anak yang tidak mampu.
Bhikkhu juga tidak bisa partisipasi dalam pembangunan negara secara langsung seperti Jokowi dan Ahok.
Bhikkhu juga tidak bisa membantu korban bencana alam, banjir, kebakaran dan konflik-konflik sosial.
Bhikkhu juga tidak bisa membantu biaya pengobatan untuk anak yang terlahir tidak normal, cacat, prematur dan kurang gizi.
Bhikkhu juga banyak tertinggal dalam permasalahan sosial, ekonomi, budaya dan politik yang berkaitan langsung dengan kesejahteraan orang banyak serta kelestarian hutan dan ekosistemnya.
Apa Bhikkhu ada yang terlibat langsung dalam penyelamatan satwa langka dan hutan lindung?

Banyak hal yang tidak bisa dilakukan bhikkhu, ketika mereka hanya fokus untuk pelatihan/pengembangan diri sendiri.
Banyak juga hal yang bisa dilakukan bhikkhu ketika mereka fokus untuk pengembangan diri sendiri dan juga makhluk lain.
Semua tergantung personal dan individunya.

Full time dalam hal apa, bisa dijelaskan?
Kaitan belajar vinaya dengan bermanfaat untuk sesama?

Diharapkan Anda tidak berkomunikasi dengan cara sarkasme, sinisme, satire atau kesesatan logika lainnya. Ini jika Anda punya moral dan juga nalar seorang Buddhist.

Hargai lawan bicara jika Anda ingin dihargai.

Tabiat manusia bisa diubah sejauh kebesaran hati menerima kenyataan. Jangan pesimis, Anda bisa.

Salam perubahan, semoga Saudara dapat lebih baik lagi di tahun 2013. Semoga berbahagia.  _/\_

setelah master belut.... menyamakan 
kosong = isi, isi = kosong

sekarang mau nyoba2 menyamakan...
bhiku = bukan bhiku, bukan bhiku = bhiku.....

memang udah keterlaluan nih master belut...

utk apa yg dpt bhiku lakukan dan umat awam lakukan....
yaaaa anak kecil juga udah taooooooooo....

dgn semua perbedaan diatas....

master belut akan menjadi yg mana (bhikku atau umat awam) ?
  jawablah to the point.... jangan muter2 lagi di thn 2013

Quote
master belut : seharusnya tidak banyak perbedaan.
maklum kita berada di thread KIIK.... sami mawon...

kenapa Buddha mengatakan : Buddha Dhamma Sangha... (umat awam tidak termasuk) ?
atau master belut mau buat EMPAT PERMATA ?
-----------------------------

master belut, katakanlah pada cumi,
  apakah yg tidak dapat dilakukan oleh ketua Tzu Chi, Master Cheng Yen ?
  apakah yg telah dicapai oleh orginisasi Tzu Chi ? (rumah susun di Indo, dst...)
  apakah master Cheng Yen seorang Bhikku atua umat awam ?

udahlah... master belut, jangan sembarang nulis2... ^:)^ ^:)^

----------------------------

Public opinion
The organization was criticized by some Taiwanese for being involved in relief efforts in mainland China, but criticism has since subsided during the 921 earthquake in Taiwan, when the organization was able to draw on its logistics experience to provide disaster relief. In contrast to the official government efforts to deal with the disaster, which were considered uncoordinated and haphazard, Tzu Chi was widely praised for its efforts.[citation needed]
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 02 January 2013, 08:34:49 AM
Rekan Cumi yang berbahagia, sudah ditulis cukup jelas: Bisakah Bhikkhu mencari uang..., serta partisipasi langsung lain dalam mensejahterakan sesama yang kurang mampu, serta perbaikan dalam berbagai sektor kehidupan.

Jika yang Anda maksud yayasan atau bhikkhuni tertentu, komentar saya:
a. Yayasan/bhikkhuni tertentu hanya menyalurkan dana dari umat. Umat yang berpartisipasi dalam mengumpulkan dan mencari dana tersebut.
b. Tidak semua Buddhist mendukung apa yang yayasan dan bhikkhuni itu lakukan, dengan alasan sektarian dan lainnya.

Jika tidak keberatan, bisakah dijawab pertanyaan sebelumnya?

Full time dalam hal apa, bisa dijelaskan?
Kaitan belajar vinaya dengan bermanfaat untuk sesama?


Semoga Anda bisa berdiskusi dengan baik, dan juga menghargai diri Anda sendiri.

Salam hormat dari saya, semoga selalu berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 02 January 2013, 09:05:58 AM
Quote
Jika yang Anda maksud yayasan atau bhikkhuni tertentu, komentar saya:
a. Yayasan/bhikkhuni tertentu hanya menyalurkan dana dari umat. Umat yang berpartisipasi dalam mengumpulkan dan mencari dana tersebut.

b. Tidak semua Buddhist mendukung apa yang yayasan dan bhikkhuni itu lakukan, dengan alasan sektarian dan lainnya.

cumi tidak tanya org lain, tapi ke master belut...

a. apakah yg tidak dapat dilakukan oleh ketua Tzu Chi, Master Cheng Yen (sebagai seorang Bhikkuni) ?

b. kalau master belut tidak mendukung apa alasannya, cumi tidak tanya umat Buddhist lainnya koq.

kalau menjadi Bhikku atau Bhikkuni tidak baik, trus kenapa Buddha Gautama melakukan hal tsb ? coba pikir dehh.... jangan membelut lagi.... :))

--------------
kapan master belut siap DIGUNDULIN ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 02 January 2013, 11:23:48 AM
Ternyata masih seperti dulu.

Semoga rekan Cumi berbahagia. Salam.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 02 January 2013, 11:54:07 AM
Ternyata masih seperti dulu.

Semoga rekan Cumi berbahagia. Salam.  _/\_

seandainya jadi digundulin... gw mau nyumbang MINI TOURCH...biar lebih cepat... :P :P :P

Quote
Bhikkhu tidak bisa mencari uang
apakah Buddha menyarankan Bhikku nyari uang ? pikir dung... pakai otaknya... :P :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 02 January 2013, 01:41:06 PM
cumi tidak tanya org lain, tapi ke master belut...

a. apakah yg tidak dapat dilakukan oleh ketua Tzu Chi, Master Cheng Yen (sebagai seorang Bhikkuni) ?

b. kalau master belut tidak mendukung apa alasannya, cumi tidak tanya umat Buddhist lainnya koq.

kalau menjadi Bhikku atau Bhikkuni tidak baik, trus kenapa Buddha Gautama melakukan hal tsb ? coba pikir dehh.... jangan membelut lagi.... :))

--------------
kapan master belut siap DIGUNDULIN ?

omongan buddha aja bisa dibantah apalagi anda.
pencapaian tahap bodohsatwa setara badut lsy
kayaknya tidak perlu gundul lagi

=))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 02 January 2013, 02:07:00 PM
omongan buddha aja bisa dibantah apalagi anda.
pencapaian tahap bodohsatwa setara badut lsy
kayaknya tidak perlu gundul lagi

=))

(http://store.harryepstein.com/merchant2/graphics/00000002/turnerpropanekittu100k.jpg)
kapan master belut mau digundulin ?  ;D ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sanjiva on 02 January 2013, 02:13:59 PM
(http://store.harryepstein.com/merchant2/graphics/00000002/turnerpropanekittu100k.jpg)
kapan master belut mau digundulin ?  ;D ;D

Itu namanya cumi bukan mau gundulin tapi mau kremasi bro Sunya  :)) :))

Ingat Panatipata bro...  ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 02 January 2013, 02:30:52 PM
Itu namanya cumi bukan mau gundulin tapi mau kremasi bro Sunya  :)) :))

Ingat Panatipata bro...  ;D

khusus rambutnya aja koq... :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 02 January 2013, 03:45:57 PM
seandainya jadi digundulin... gw mau nyumbang MINI TOURCH...biar lebih cepat... :P :P :P
apakah Buddha menyarankan Bhikku nyari uang ? pikir dung... pakai otaknya... :P :P

otak belut  !   :'(
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 30 March 2013, 08:55:02 PM
kebetulan dapet dari FB :))

(http://img43.imageshack.us/img43/977/sunya.jpg) (http://imageshack.us/photo/my-images/43/sunya.jpg/)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: seniya on 30 March 2013, 09:02:58 PM
kebetulan dapet dari FB :))

(http://img43.imageshack.us/img43/977/sunya.jpg) (http://imageshack.us/photo/my-images/43/sunya.jpg/)

Keduluan, baru mau post jg.... =))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 30 March 2013, 09:21:18 PM
Keduluan, baru mau post jg.... =))
:)) :))

anda belum beruntung, coba lagi! :P
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunyata on 30 March 2013, 09:46:37 PM
kebetulan dapet dari FB :))

(http://img43.imageshack.us/img43/977/sunya.jpg) (http://imageshack.us/photo/my-images/43/sunya.jpg/)
Kebetulan, tapi kok ada nicknya Mr Sunya? ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: will_i_am on 30 March 2013, 10:34:14 PM
Kebetulan, tapi kok ada nicknya Mr Sunya? ;D
Sunya disini kan maksudnya "kosong", bukan refer pada seseorang ;D

coba deh buka linknya (https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151311892276389&set=a.10151126619861389.432816.721616388&type=1&relevant_count=1&ref=nf)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sanjiva on 31 March 2013, 01:24:22 PM
Sunya disini kan maksudnya "kosong", bukan refer pada seseorang ;D

Beda sunya dengan sunyata apa?  ::)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: seniya on 31 March 2013, 01:29:34 PM
Beda sunya dengan sunyata apa?  ::)

Sunya = kosong (kata sifat)

Sunyata = kekosongan (kata benda)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sanjiva on 31 March 2013, 01:33:58 PM
Sunya = kosong (kata sifat)

Sunyata = kekosongan (kata benda)

Jadi sekarang sifatnya (sunya) udah ga nongol lagi di DC, tinggal bendanya saja (sunyata).  :)) :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: seniya on 31 March 2013, 02:54:05 PM
Jadi sekarang sifatnya (sunya) udah ga nongol lagi di DC, tinggal bendanya saja (sunyata).  :)) :))

=))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 04 April 2013, 06:58:59 PM
Jadi sekarang sifatnya (sunya) udah ga nongol lagi di DC, tinggal bendanya saja (sunyata).  :)) :))

Kedua-duanya pun tidak lepas dari sifat kekosongan (sunya). :)

Semoga berbahagia.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sanjiva on 05 April 2013, 11:35:40 AM
Kedua-duanya pun tidak lepas dari sifat kekosongan (sunya). :)

Semoga berbahagia.  _/\_

Ahhh, akhirnya master Sunya nongol lagi.  ;D

Apa kabar, semoga Anda baik2 saja.  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Mokau Kaucu on 05 April 2013, 11:55:11 AM
Ahhh, akhirnya master Sunya nongol lagi.  ;D

Apa kabar, semoga Anda baik2 saja.  _/\_

Alam DC memang bikin kangen bro. 
 ;D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sanjiva on 05 April 2013, 01:17:05 PM
Alam DC memang bikin kangen bro. 
 ;D

Kan udah gw bakarin menyan di bawah  ^-^
Datang deh....  ;)

Master Sunya juga bikin kangen koq, ga ada loe ga rame.  :)) :))

Jadi sekarang sifatnya (sunya) udah ga nongol lagi di DC, tinggal bendanya saja (sunyata).  :)) :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Sunya on 05 April 2013, 01:38:46 PM
Ahhh, akhirnya master Sunya nongol lagi.  ;D

Apa kabar, semoga Anda baik2 saja.  _/\_

Ya, semoga semua dalam kondisi baik.  :)

 _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sunna on 16 June 2013, 06:53:05 PM
Malah jd pusing setelah baca....  ::)
smoga ada penjelasan yg ringkas dan simple...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 16 June 2013, 08:29:35 PM
Malah jd pusing setelah baca....  ::)
smoga ada penjelasan yg ringkas dan simple...

simplenya adalah   "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
sesuai judul
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sunna on 17 June 2013, 06:41:08 AM
simplenya adalah   "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
sesuai judul


penjelasan yg ringkas dan simple dr "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Jgn muter2 :D
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: sanjiva on 17 June 2013, 10:59:09 AM

penjelasan yg ringkas dan simple dr "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Jgn muter2 :D

Bold: Bukan cuma anda yg berpendapat seperti itu sebagai pembacanya.  :)) :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Mokau Kaucu on 08 July 2013, 08:39:22 PM

penjelasan yg ringkas dan simple dr "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Jgn muter2 :D
simplenya adalah   "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
sesuai judul

Berarti  "dompet kosong = dompet Isi,
              Otak isi = otak kosong"


 ;D :))
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 09 July 2013, 05:59:23 AM
Berarti  "dompet kosong = dompet Isi,
              Otak isi = otak kosong"

 ;D :))

bold, harus tanya TS, apakah memilik ndak ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Alexis on 21 July 2015, 04:30:21 AM
simplenya adalah   "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
sesuai judul

Kosong ________________________________ Isi

Ketika garis lurus dibuat menjadi Lingkaran (seperti cincin ataupun gelang karet) maka "kosong" dan "isi" bertemu menjadi satu bagian

  _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 21 July 2015, 09:14:07 AM
Kosong ________________________________ Isi

Ketika garis lurus dibuat menjadi Lingkaran (seperti cincin ataupun gelang karet) maka "kosong" dan "isi" bertemu menjadi satu bagian

  _/\_

klo angpaonya KOSONG,...
wajah org tsb juga spt KOSONG....
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: adi lim on 21 July 2015, 09:24:15 AM
klo angpaonya KOSONG,...
wajah org tsb juga spt KOSONG....


kalo angpaonya ISI
wajah orang tsb juga ber ISI, senyam senyum  :)
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Alexis on 22 July 2015, 02:47:26 AM
klo angpaonya KOSONG,...
wajah org tsb juga spt KOSONG....

kalo angpaonya ISI
wajah orang tsb juga ber ISI, senyam senyum  :)

Kalau angpao kosong kk cumi polos di isi sama angpao kk adi lim kan jadi pas tuh, sama sama senyum  he..he..he.. :jempol:

 _/\_
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: lautake on 25 September 2015, 02:33:29 AM
ya itu quantum theory http://whatis.techtarget.com/definition/quantum-theory

kosong=isi , isi = kosong

contoh tangan atau telapak tangan, coba lihat lebih jelas , apakah tangan itu,, enng inng eng, kita lihat pakai mikroskop, lho kok ada sel, ada atom, ...coba lihat lebih jelas lagi apa itu atom, ..wahhahahha sampai titik terkecil,,= kosong

tapi kosong itu sebenarnya isi = jalinan kosong itu membentuk tangan , kayak ngitu ..

mirip mirip quantum theory dan beserta cabang cabangnya


Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: lautake on 25 September 2015, 02:46:20 AM
The two aspects of Buddhist philosophy that are relevant to observations at the quantum level are The Four Seals of Dharma and the Three Modes of Existential DependenceThese teachings were established centuries ago, long before modern physics evolved, and were derived from careful philosophical and meditational analysis of the world.   However their description of quantum reality is remarkably accurate, as they predicted that:

(1)  Particles are not inherently existent. No particle is 'a thing in itself' with a self-contained identity.   An inherently-existent particle would be indestructible, unitary and indivisible.

(2)  Particles are not causeless.

(3)  Particles are not partless, they do not exist as indivisible points.

(4)  Particles are not  'permanent' in the sense of having a unchanging, static identity.

(5)  Particles exist by interaction with the mind of an observer.

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Lex Chan on 25 September 2015, 11:30:10 AM
wah, jadi bahas Quantum Mechanics...

ikutan menyimak ah...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 25 September 2015, 08:54:22 PM
ya itu quantum theory http://whatis.techtarget.com/definition/quantum-theory

kosong=isi , isi = kosong

contoh tangan atau telapak tangan, coba lihat lebih jelas , apakah tangan itu,, enng inng eng, kita lihat pakai mikroskop, lho kok ada sel, ada atom, ...coba lihat lebih jelas lagi apa itu atom, ..wahhahahha sampai titik terkecil,,= kosong

tapi kosong itu sebenarnya isi = jalinan kosong itu membentuk tangan , kayak ngitu ..

mirip mirip quantum theory dan beserta cabang cabangnya



Quantum Theory dari mana yah yang bilang atom itu kosong? Atau supaya tidak ngawur ke mana-mana, bisa coba definisikan 'kosong' yang disebutkan dalam Buddhisme dibandingkan dengan 'kosong' dalam fisika?




The two aspects of Buddhist philosophy that are relevant to observations at the quantum level are The Four Seals of Dharma and the Three Modes of Existential DependenceThese teachings were established centuries ago, long before modern physics evolved, and were derived from careful philosophical and meditational analysis of the world.   However their description of quantum reality is remarkably accurate, as they predicted that:

(1)  Particles are not inherently existent. No particle is 'a thing in itself' with a self-contained identity.   An inherently-existent particle would be indestructible, unitary and indivisible.

(2)  Particles are not causeless.

(3)  Particles are not partless, they do not exist as indivisible points.

(4)  Particles are not  'permanent' in the sense of having a unchanging, static identity.

(5)  Particles exist by interaction with the mind of an observer.


Lucu juga yah seolah-olah sains mengkonfirmasi Buddhisme yang notabene sudah benar, padahal Buddhisme tidak pernah memberi prediksi ilmiah dalam bentuk apapun ke sains dan hanya bisa mengklaim telah menganut prinsip tersebut setelah sains mengungkapkannya. Lebih menyedihkan lagi pelintir-pelintir definisi untuk cocologi, hasilnya hanyalah umat yang "bersaddha tinggi" dan buta sains.

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: lautake on 26 September 2015, 02:01:27 AM
Quantum Theory dari mana yah yang bilang atom itu kosong? Atau supaya tidak ngawur ke mana-mana, bisa coba definisikan 'kosong' yang disebutkan dalam Buddhisme dibandingkan dengan 'kosong' dalam fisika?

============
 ini hanya perumpamaan saja, tidak sampai mendetail , waktu membaca replaynya saya malah jadi kosong  ;D



Lucu juga yah seolah-olah sains mengkonfirmasi Buddhisme yang notabene sudah benar, padahal Buddhisme tidak pernah memberi prediksi ilmiah dalam bentuk apapun ke sains dan hanya bisa mengklaim telah menganut prinsip tersebut setelah sains mengungkapkannya. Lebih menyedihkan lagi pelintir-pelintir definisi untuk cocologi, hasilnya hanyalah umat yang "bersaddha tinggi" dan buta sains.

asli, saya kosong membaca replaynya,, , saya baca replaynya asli blank,,, saddha tinggi = itu apa ?,
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: lautake on 26 September 2015, 02:10:58 AM
iya, betul boss, sains itu lucu , berani sekali dia  mengkonfirmasi Buddhisme yang notabene sudah benar, ( tapi ane enggak lihat itu kebenarannya sampai sekarang walaupun dari tk , sd, smp di jejalin pelajaran buddhist tiap hari.. boleh beda pendapat boss ?  malah kebenarannya kadang masuknya lewat hal lain, misalnya baca sains, electronik , lagi santai, lagi denger music, lagi nyapu, lagi ngepel

entar boss bisa jantungan, BERANI SEKALI YANG LAGI NGEPEL KONFIRMASI BUDDHIST YANG NYATA SUDAH BENAR !!



waktu ane belajar di sd sariputra dulu, katanya jangan percaya  apapun yang di katakan orang, walaupun di katakan oleh buddha sendiri,, ya kayak ngitu kalimatnya ,, persis nya saya lupa

iyee, lupa persis susunan titik kalimatnya kayak gimana , ane mesti cari pelajaran buku sd dulu

gaya bahasa vicky ane enggak paham, bisa pake bahasa yang agak membumi dikit ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: lautake on 26 September 2015, 02:53:48 AM
ane enggak liat ada tulisan adu debat di forum ini,, ente buddhist bukan ? cara ente replay emang begitu typicalnya ?
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 26 September 2015, 09:34:48 AM
asli, saya kosong membaca replaynya,, , saya baca replaynya asli blank,,, saddha tinggi = itu apa ?,
Kosong? Jadinya isi dong? 'kan kosong adalah isi  ;D
Replay itu putar ulang misalnya di siaran TV ada siaran langsung sepak bola, goal, di-replay dari aneka sudut. Kalau balas posting itu reply.
"Saddha tinggi" maksudnya membuta seperti anda, selalu berpikir kecapnya no. 1.


iya, betul boss, sains itu lucu , berani sekali dia  mengkonfirmasi Buddhisme yang notabene sudah benar, ( tapi ane enggak lihat itu kebenarannya sampai sekarang walaupun dari tk , sd, smp di jejalin pelajaran buddhist tiap hari.. boleh beda pendapat boss ?  malah kebenarannya kadang masuknya lewat hal lain, misalnya baca sains, electronik , lagi santai, lagi denger music, lagi nyapu, lagi ngepel

entar boss bisa jantungan, BERANI SEKALI YANG LAGI NGEPEL KONFIRMASI BUDDHIST YANG NYATA SUDAH BENAR !!
Maaf mengecewakan, sains tidak pernah bawa-bawa Buddhisme karena berbeda ranah, tapi dari oknum Buddhis saja yang suka parasit dari kemajuan sains. Seperti di sini anda bawa-bawa quantum mechanic.

Buddhisme sudah 'benar' menurut anda, seperti Kr1sten/I5lam benar bagi umatnya. Menganggap kepercayaan sendiri sebagai paling benar untuk pribadi adalah hak masing-masing, tapi kalau diumbar keluar, nampak sangat menyedihkan.


Quote
waktu ane belajar di sd sariputra dulu, katanya jangan percaya  apapun yang di katakan orang, walaupun di katakan oleh buddha sendiri,, ya kayak ngitu kalimatnya ,, persis nya saya lupa

iyee, lupa persis susunan titik kalimatnya kayak gimana , ane mesti cari pelajaran buku sd dulu
Yang dikatakan Buddha itu jangan percaya HANYA KARENA dengar-dengar, tradisi, ditulis kitab, dikatakan guru, dan seterusnya, namun percaya karena kita tahu itu bermanfaat atau tidak bermanfaat, dan seterusnya. Tidak perlu bawa-bawa nama SD anda, walaupun sekarang sudah tidak ada. Saya khawatir anda akan mencemarkan namanya.


Quote
gaya bahasa vicky ane enggak paham, bisa pake bahasa yang agak membumi dikit ?
Dari tingkat kecerdasan yang anda tunjukkan dan akurasi anda dalam mendiagnosa gaya bahasa saya sebagai gaya bahasa Vicky, saya agak ragu ada gaya bahasa yang mampu anda pahami. Mungkin alih-alih gaya bahasa saya disederhanakan, mungkin kemampuan berbahasa anda yang perlu ditingkatkan.


ane enggak liat ada tulisan adu debat di forum ini,, ente buddhist bukan ? cara ente replay emang begitu typicalnya ?
Perlu sampai posting 3x? Segitu emosinya yah?  :))
Apa relevansinya saya Buddhist, I5lam, Mormon, atau Pastafarian? Kebenaran tetap kebenaran, bukan?

Anda tidak paham fisika, tidak tahu Kalamasutta, dan bahkan gagal mengenali gaya bahasa Vicky. Sebetulnya apa sih yang anda tahu? Bagaimana jika langsung sajikan saja argumen anda, langsung pada inti permasalahannya. Jika tidak, maka saya tidak berniat melayani lebih lanjut.

Silahkan.

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: lautake on 26 September 2015, 09:45:26 AM
wow, sadar enggak ini orang,,, hehhhee, merembet kemana mana lagi topiknya , yang menurut aku sensitif untuk di reply,
 
jangan kebanyakan meditasi boss, grounding itu perlu juga, kalau enggak kayak di awang awang begitu ,

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: cumi polos on 26 September 2015, 03:41:48 PM
wow, sadar enggak ini orang,,, hehhhee, merembet kemana mana lagi topiknya , yang menurut aku sensitif untuk di reply,
 
jangan kebanyakan meditasi boss, grounding itu perlu juga, kalau enggak kayak di awang awang begitu ,

yg dimaksud kebnyakan itu dosisnya spt apa ?
brapa jam/hari ? per bulan ? per thn ?....
dlm kelistrikan tentu grounding sangatlah perlu....melindungin alat listrik anda...terutama air conditioner...
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: thioboeki on 26 September 2015, 10:04:43 PM
 _/\_

Semoga Energi panas bagai Mentari terbit dipagi hari segera menyemarakan forum yang sudah lama dingin sepi ini,,,Segala pertentangan bisa juga  menjadi titik awal  kemajuan,,,,

 Topik isi = kosong  belum pas sekali dibahas kita yang masih puthujjana,,,( cerita orang buta dari lahir yang mencoba menganalisa bentuk seekor gajah menurut pemahaman masing2) ,,kita hanya bisa menyimpulkankan sepotong potong bagian dari  kebenaran,bukan kebenaran yang utuh.
 
" kosong=isi ' adalah statement dari Individu yang sudah tercerahkan dijadikan renungan latihan sehingga murid yang

  berlatih dituntun menuju kebenaran mutlak..



 
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: K.K. on 29 September 2015, 08:32:52 AM
_/\_

Semoga Energi panas bagai Mentari terbit dipagi hari segera menyemarakan forum yang sudah lama dingin sepi ini,,,Segala pertentangan bisa juga  menjadi titik awal  kemajuan,,,,

 Topik isi = kosong  belum pas sekali dibahas kita yang masih puthujjana,,,( cerita orang buta dari lahir yang mencoba menganalisa bentuk seekor gajah menurut pemahaman masing2) ,,kita hanya bisa menyimpulkankan sepotong potong bagian dari  kebenaran,bukan kebenaran yang utuh.
 
" kosong=isi ' adalah statement dari Individu yang sudah tercerahkan dijadikan renungan latihan sehingga murid yang

  berlatih dituntun menuju kebenaran mutlak..



 
Sebenarnya frasa 'kosong=isi' asalnya bukan dari sutra, tapi dari serial 'Kera Sakti'. Lucu sekali umat2 yang kebingungan malah bilang itu seolah-olah sakral, bukan untuk puthujjana. Mungkin maksudnya khusus Ti Pat Kay?

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: djoe on 20 December 2016, 10:16:51 PM
The two aspects of Buddhist philosophy that are relevant to observations at the quantum level are The Four Seals of Dharma and the Three Modes of Existential DependenceThese teachings were established centuries ago, long before modern physics evolved, and were derived from careful philosophical and meditational analysis of the world.   However their description of quantum reality is remarkably accurate, as they predicted that:

(1)  Particles are not inherently existent. No particle is 'a thing in itself' with a self-contained identity.   An inherently-existent particle would be indestructible, unitary and indivisible.

(2)  Particles are not causeless.

(3)  Particles are not partless, they do not exist as indivisible points.

(4)  Particles are not  'permanent' in the sense of having a unchanging, static identity.

(5)  Particles exist by interaction with the mind of an observer.



Yup
Quantum telah membuktikan particle itu tidak berinti alias tidak ada partikel terkecil yg absolut yg tak terbagikan ,partikel yg svabha.

Jika ada partikel terkecil yg absolut , yg unitary, maka memiliki inti, self, atta.

Tetapi tidak demikian karena itu anatta, kosong, delusif
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: RetjaPentung on 02 August 2017, 01:28:17 AM
Topik ini saya buat untuk menyoroti kalimat "kosong = isi, isi = kosong", yang menjadi perdebatan di thread sebelumnya: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23460.new.html#new

Sekedar saran dari saya sebagai pembuat topik, ada baiknya bila ingin memberikan pendapat/pandangan, sanggahan, dlsb, agar ditunjang/dilandasi dengan pengetahuan (prajna/wisdom) dari meditasi (khususnya vipassana). Karena bila membahas sesuatu berkenaan dengan kebenaran, terutama yang sulit dijangkau oleh intelektual, maka samadhi menjadi jalan keluar yang baik (menurut saya).

Bila hanya menggunakan intelektual, dikhawatirkan terdapat banyak batasan; dari pengalaman tiap makhluk yang subyektif, tingkat kemampuan berpikir yang berbeda-beda, ego (LDM) yang setiap saat bisa mempengaruhi pandangan (delusi), dan banyak faktor-faktor mental non-konstruktif lainnya yang berpengaruh terhadap pencarian dari kebenaran itu sendiri.

Baiklah, tanpa panjang lebar lagi, mari langsung masuk pada pembahasan, "kosong = isi, isi = kosong".

Terlepas apakah kalimat ini valid atau tidak, secara historis diakui/tidak, kejelasan sumber literatur, dsb...

Saya hanya akan membahas dari perspektif Sunyata (dalam korelasinya dengan thread sebelumnya).

Jadi topik ini fokus pada esensi kalimat "kosong = isi, isi = kosong", bukan kevalidan secara konvensional, historis literatur, dsb.

Mari langsung pada makna tulisan ini: "kosong = isi, isi = kosong". Apakah maksud tulisan itu ditinjau dari pemahaman (khususnya penembusan/realisasi) Sunyata?

Saya akan lanjutkan di postingan berikutnya.

Sejatinya, yang sudah memiliki panna, tidak lagi membahas kosong=isi, isi=kosong.
sebaliknya, yang membahasnya sudah pasti belum memiliki panna.

Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Gwi Cool on 27 October 2017, 05:00:43 PM
Kosong = isi, isi = kosong. Botol kosong = isinya kosong, klo dimasukkan sesuatu baru ada, itupun bukan bagian dari botol.

Kosong = isi, isi = kosong artinya "belum diisi" (titik). Tidak ada "pengetahuan", ia harus belajar untuk mengetahui jalan keluar.

"Dunia ini kosong, kosong dari apa? Kosong dari "diri", kosong dari "kekekalan". Seseorang yang telah melihat asal-mula dan lenyapnya segala sesuatu sebagaimana adanya, akan mencari jalan keluar dari "kekosongan ini". Apakah jalan itu? Yaitu Jalan Mulia Berunsur Delapan: pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.
Title: Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
Post by: Alucard Lloyd on 29 October 2017, 03:54:23 PM
Kosong menjadi isi
Isi menjadi kosong
Demikian lah siswa ariya melihat nya
Maka dengan itu ia enggan
Maka itu ia meninggal kan keduniawian
Maka itu ia mencapai nibbana.