//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)  (Read 129778 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #105 on: 25 September 2010, 10:04:36 PM »
hmm.. saya pikir seh bukan begitu ya..
api mungkin akan kembali ke anasir api. bukan ke anasir udara. mungkib begitu...

Mengenai padamnya api, mungkin itu hanyalah simbolik...
padamnya api LDM
Samma Vayama

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #106 on: 25 September 2010, 10:06:43 PM »
Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Sekarang kembali ke MN 72 Aggivacchagotta Sutta, kalau saya seumpamanya ditanya kemanakah api yang padam itu arahnya, menurut sains tentu saja ia terurai dan menjadi satu dengan udara, nah disini ada udara sebagai basis penampung bagi elemen-elemen api yang padam. 

tanpa mengurangi rasa hormat saya pada anda, tapi saya lebih percaya Sang Buddha daripada anda = itu bukan jawaban atas pertanyaan saya, sekarang ijinkanlah saya untuk memperjelas : Bukankah kalau api padam maka ia akan terurai dan kembali kepada udara bro, artinya ada udara sebagai elemen yang menampung api yang padam tersebut, ini fakta yang tidak dapat dibantah.  :)

Silahkan ditanggapi  :)

 _/\_


api yg padam, ya padam saja, saya tidak setuju bahwa udara menjadi elemen penampung api yang padam. adakah referensi ilmiah sehubungan dengan hal ini?

itu bukan jawaban atas pertanyaan saya kalimat di atas adalah komentar anda ditandai dengan kalimat "ijinkanlah saya untuk berkomentar", jadi anda tidak bertanya, jadi kenapa saya dibilang tidak menjawab?

api yg padam, ya padam saja, saya tidak setuju bahwa udara menjadi elemen penampung api yang padam. adakah referensi ilmiah sehubungan dengan hal ini? = Yang jujur bro, semua yang dibakar habis akan terurai dan kembali keelemen udara.  ^-^

 _/\_

loh saya memang menjawab dengan jujur, makanya saya minta referensi ilmiahnya supaya saya bisa menerima pandangan anda, karena saya mencoba masak air tanpa menyalakan kompor tapi kok bisa mendidih?

Tanpa elemen udara  tidak ada api yang bisa menyala, berarti api tergantung pada udara.

Silahkan ditanggapi bro Indra  ^-^

 _/\_
apabila api sudah padam dan pembentuk api itu sudah tidak ada, apakah api itu akan muncul lagi?
apakah udara bisa menjadi api? apakah api itu akan sama dengan api yang sebelumnya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #107 on: 25 September 2010, 10:08:55 PM »
Sorry ikut nimbrung, kalau udara ga ada, apakah api bisa nyala?
rasanya, jika berpatokan pada fire dan o2(oksigen) maka iya.
namun jika berpatokan pada anasir.. rasanya tidak ya.. CMIIW
Samma Vayama

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #108 on: 25 September 2010, 10:12:10 PM »
Kalau api sudah padam, kayaknya bisa dihdupkan lagi, pakai korek api, wakkakak...

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #109 on: 25 September 2010, 10:13:44 PM »
Sorry ikut nimbrung, kalau udara ga ada, apakah api bisa nyala?
rasanya, jika berpatokan pada fire dan o2(oksigen) maka iya.
namun jika berpatokan pada anasir.. rasanya tidak ya.. CMIIW
anasir is what ??

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #110 on: 25 September 2010, 10:17:38 PM »
Sorry ikut nimbrung, kalau udara ga ada, apakah api bisa nyala?
rasanya, jika berpatokan pada fire dan o2(oksigen) maka iya.
namun jika berpatokan pada anasir.. rasanya tidak ya.. CMIIW
anasir is what ??
seingat saya itu lebih kecil dr element, CMIIW
Samma Vayama

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #111 on: 25 September 2010, 10:21:07 PM »
Namo Buddhaya,

Buat semua kawan terima kasih buat atensinya dan akan saya coba untuk jawab pertanyaan dan peryataannya besok.  :)

 _/\_

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #112 on: 25 September 2010, 10:25:35 PM »
Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Sekarang kembali ke MN 72 Aggivacchagotta Sutta, kalau saya seumpamanya ditanya kemanakah api yang padam itu arahnya, menurut sains tentu saja ia terurai dan menjadi satu dengan udara, nah disini ada udara sebagai basis penampung bagi elemen-elemen api yang padam. 

tanpa mengurangi rasa hormat saya pada anda, tapi saya lebih percaya Sang Buddha daripada anda = itu bukan jawaban atas pertanyaan saya, sekarang ijinkanlah saya untuk memperjelas : Bukankah kalau api padam maka ia akan terurai dan kembali kepada udara bro, artinya ada udara sebagai elemen yang menampung api yang padam tersebut, ini fakta yang tidak dapat dibantah.  :)

Silahkan ditanggapi  :)

 _/\_


api yg padam, ya padam saja, saya tidak setuju bahwa udara menjadi elemen penampung api yang padam. adakah referensi ilmiah sehubungan dengan hal ini?

itu bukan jawaban atas pertanyaan saya kalimat di atas adalah komentar anda ditandai dengan kalimat "ijinkanlah saya untuk berkomentar", jadi anda tidak bertanya, jadi kenapa saya dibilang tidak menjawab?

api yg padam, ya padam saja, saya tidak setuju bahwa udara menjadi elemen penampung api yang padam. adakah referensi ilmiah sehubungan dengan hal ini? = Yang jujur bro, semua yang dibakar habis akan terurai dan kembali keelemen udara.  ^-^

 _/\_

loh saya memang menjawab dengan jujur, makanya saya minta referensi ilmiahnya supaya saya bisa menerima pandangan anda, karena saya mencoba masak air tanpa menyalakan kompor tapi kok bisa mendidih?

Tanpa elemen udara  tidak ada api yang bisa menyala, berarti api tergantung pada udara.

Silahkan ditanggapi bro Indra  ^-^

 _/\_
apabila api sudah padam dan pembentuk api itu sudah tidak ada, apakah api itu akan muncul lagi?

Harus pakai korek api, br nyala lagi, kalau koreknya sudah jadi abu gak bs pakai lg om.

Quote
apakah udara bisa menjadi api?
kyknya gak bisa om..
Quote
apakah api itu akan sama dengan api yang sebelumnya?
api yg dulu ya api yg dulu, api sekarang ya api sekarang, tapi zat nya sama kok, namanya anasir..CMIIW..BUT OOT..

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #113 on: 25 September 2010, 10:28:20 PM »
Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Namo Buddhaya,

Sekarang kembali ke MN 72 Aggivacchagotta Sutta, kalau saya seumpamanya ditanya kemanakah api yang padam itu arahnya, menurut sains tentu saja ia terurai dan menjadi satu dengan udara, nah disini ada udara sebagai basis penampung bagi elemen-elemen api yang padam. 

tanpa mengurangi rasa hormat saya pada anda, tapi saya lebih percaya Sang Buddha daripada anda = itu bukan jawaban atas pertanyaan saya, sekarang ijinkanlah saya untuk memperjelas : Bukankah kalau api padam maka ia akan terurai dan kembali kepada udara bro, artinya ada udara sebagai elemen yang menampung api yang padam tersebut, ini fakta yang tidak dapat dibantah.  :)

Silahkan ditanggapi  :)

 _/\_


api yg padam, ya padam saja, saya tidak setuju bahwa udara menjadi elemen penampung api yang padam. adakah referensi ilmiah sehubungan dengan hal ini?

itu bukan jawaban atas pertanyaan saya kalimat di atas adalah komentar anda ditandai dengan kalimat "ijinkanlah saya untuk berkomentar", jadi anda tidak bertanya, jadi kenapa saya dibilang tidak menjawab?

api yg padam, ya padam saja, saya tidak setuju bahwa udara menjadi elemen penampung api yang padam. adakah referensi ilmiah sehubungan dengan hal ini? = Yang jujur bro, semua yang dibakar habis akan terurai dan kembali keelemen udara.  ^-^

 _/\_

loh saya memang menjawab dengan jujur, makanya saya minta referensi ilmiahnya supaya saya bisa menerima pandangan anda, karena saya mencoba masak air tanpa menyalakan kompor tapi kok bisa mendidih?

Tanpa elemen udara  tidak ada api yang bisa menyala, berarti api tergantung pada udara.

Silahkan ditanggapi bro Indra  ^-^

 _/\_

saya setuju bahwa api dapat menyala dengan bergantung pada udara, anda menggeliat lagi, yg tidak saya setujui adalah "api yg padam menyatu dengan udara".
apakah menurut anda, api yg padam itu tetap ada hanya saja sekarang berada di udara?
« Last Edit: 25 September 2010, 10:30:32 PM by Indra »

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #114 on: 25 September 2010, 10:33:08 PM »
Api sama seperti kesadaran kita, semasa lelap (tanpa mimpi), entah kemana dia, ke selatan, timur, barat, atau utara?
ataukah ada kesadaran kita (lelap), berdiam & tersimpan di tubuh kita?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #115 on: 25 September 2010, 10:39:30 PM »
Api sama seperti kesadaran kita, semasa lelap (tanpa mimpi), entah kemana dia, ke selatan, timur, barat, atau utara?
ataukah ada kesadaran kita (lelap), berdiam & tersimpan di tubuh kita?

menurut banyak sutta dijelaskan bahwa kesadaran muncul dengan bergantung pada landasan2nya dan kontak, kesadaran mata muncul karena ada landasan internal berupa organ mata, landasan eksternal berupa bentuk, dengan adanya kontak antara organ mata dan bentuk, maka muncullah kesadaran-mata, demikian pula dengan kesadaran telinga, kesadaran hidung, kesadaran lidah, kesadaran badan, dan kesadaran pikiran.

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #116 on: 25 September 2010, 10:55:20 PM »
Api sama seperti kesadaran kita, semasa lelap (tanpa mimpi), entah kemana dia, ke selatan, timur, barat, atau utara?
ataukah ada kesadaran kita (lelap), berdiam & tersimpan di tubuh kita?
waittttt.....
ini tuh bahas api sebagai simbol nafsu??
atau api sebagai salah satu khanda2 dlm tubuh ini???
Samma Vayama

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #117 on: 25 September 2010, 11:05:30 PM »
Bro Triyana, hanya pandangan pribadi

Sutra Mahayana tidak bisa langsung diambil artinya secara literal. Kalau sutta pali kebanyakan bisa, tetapi sutra Mahayana tidak bisa begitu. Banyak kiasan dan perlambang, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa sastra njelimet tingkat tinggi

Dan Sutra Mahayana itu dikhotbahkan kepada mereka yang sudah siap. Siap disini artinya sudah menguasai ajaran Buddha yang umum (Theravada). Dan hanya kepada mereka yang mau jadi Buddha (Samma Sambuddha) dan mempunyai benih/ kecenderungan untuk itu.

Karena itu, membantah Sutta Theravada dengan Sutra Mahayana sebenarnya tidak tepat.

Jika belajar Lamrim (tahapan jalan pencerahan), salah satu poin yang diajarkan adalah bahwa sebenarnya ajaran Buddha tidak ada kontradiksi. Persepsi kontradiksi muncul karena pemahaman yang tidak sempurna terhadap ajaran Buddha.

Hal ini misalnya, jika anak SMP baca buku Fisika universitas, pasti dia bingung karena sepertinya Fisika Kuantum bertentangan dengan apa yang dia pelajari di sekolah, karena baru belajar mekanika gerak Newton. Apakah teori newtonian dan Einstein kontradiksi?
Tidak, keduanya benar, tetapi aplikasi dan sudut pandangnya berbeda.

aku akan cari soal Sanghyang Adi Buddha....
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Agama Buddha dan Agama Hindu kesamaan dan perbedaan. (Mari kita diskusi)
« Reply #118 on: 25 September 2010, 11:14:29 PM »
hiks.....njelimet abis

ini penjelasan tentang alaya vijnana, yang berbeda dengan ATMAN

http://www.berzinarchives.com/web/en/archives/advanced/tantra/level4_advanced_points/alaya_impure_02.html

Chittamatra and Madhyamaka Assertions

All four traditions of Tibetan Buddhism accept that the Chittamatra (sems-tsam, mind-only) system of Indian Buddhist tenets asserts alayavijnana (kun-gzhi rnam-shes, all-encompassing foundation consciousness, storehouse consciousness) as a truly existent (bden-grub) unclear consciousness that underlies all moments of cognition before enlightenment. It serves as the basis for imputation of the habits of unawareness and of karma, continues from lifetime to lifetime, but ceases with the attainment of Buddhahood.


The non-Gelug traditions – Sakya, Kagyu, Nyingma – accept that the Madhyamaka tenet systems that make positive assertions about reality (all Madhyamaka systems other than Prasangika) also assert alayavijnana. These Madhyamaka systems, however, assert only a conventionally existent (tha-snyad-du yod-pa) alayavijnana, not an ultimately existent one (don-dam-du yod-pa). The conventionally existent alayavijnana, however, lacks true existence.

The Gelug tradition asserts that no Madhyamaka system accepts even the conventional existence of an alayavijnana.


Sakya Explanation

The mainstream Sakya tradition asserts, in a similar manner to Gelug, that when clear-light mental activity is manifest, it gives rise to only pure appearances (dag-pa’i snang-ba). The habits (bag-chags) of unawareness (ma-rig-pa, ignorance) imputed on the clear-light mind do not give rise to impure appearances (ma-dag-pa’i snang-ba) at that time. They only give rise to impure appearances when clear-light mental activity is not manifest. In this context, impure appearances refer to appearances that are not beyond words and concepts, while pure appearances refer to appearances that are beyond words and concepts.

Sakya calls clear-light mental activity the "causal alaya continuum" (kun-gzhi rgyu’i rgyud, the causal everlasting continuum of the all-encompassing foundation) and the "ultimate alaya" (mthar-thug-gi kun-gzhi, ultimate all-encompassing foundation). It is the ultimate foundation or source of both impure and pure appearances as defined above. Gelug does not apply the term alaya to clear-light mental activity.

Sakya does not explain alayavijnana, then, as a source of impure appearances distinct from the causal alaya continuum. With the attainment of enlightenment, the alayavijnana transforms (gnas-‘gyur) into the causal alaya continuum, but not in the manner in which a seed transforms into a sprout. Both the alayavijnana and the causal alaya continuum have been ever present before enlightenment. With the attainment of enlightenment, only the causal alaya continuum goes on. The continuity of the alayavijnana ceases.

The provisional alaya (gnas-skabs-kyi kun-gzhi, provisional all-encompassing foundation), uniquely asserted by Sakya, refers to the four mandala-seats (gdan dkyil-‘khor bzhi):

   1. energy-channels,
   2. subtle syllables within them,
   3. creative energy-drops,
   4. energy-winds.

Based on these, the appearance-making aspects (gsal-cha, clarity) of ultimate alayas produce two inseparable quantum levels of appearances of our bodies, speech, minds, and the inseparable simultaneity of the three. The two quantum levels are their gross appearances in our usual human forms and their subtle appearances as Buddha-figures. In this context, impure appearances refer to the former and pure appearances to the latter.

The provisional alaya ceases with the attainment of enlightenment and the four mandala-seats transform into the four Buddha-bodies.


Karma Kagyu Explanation

The Karma Kagyu tradition differentiates the deep-awareness alaya (kun-gzhi ye-shes, deep-awareness that is an all-encompassing foundation) from the specific-awareness alaya (kun-gzhi rnam-shes, specific awareness that is an all-encompassing foundation). Specific-awareness alaya is synonymous with alayavijnana. As in the relationship between the environment in which sentient beings are based (or live) (rten) and sentient beings themselves who are based (who live) in it (brten), specific-awareness alaya is the environment in which deep-awareness alaya is based and deep-awareness alaya is what is based on it.

Although the two alayas are mixed like milk and water, the habits of unawareness are imputed only on the latter. When clear-light mental activity is manifest, these habits do not give rise to impure appearances, not beyond words and concepts. They give rise to them only when that activity is not manifest.


Nyingma Explanation

The Nyingma tradition differentiates basis pure awareness (gzhi’i rig-pa, basis rigpa), as the primordial deepest alaya (ye-don kun-gzhi, primordial deepest all-encompassing foundation) from the alaya for constant habits (bag-chags-kyi kun-gzhi, all-encompassing foundation for habits). The latter is synonymous with alayavijnana.

Before enlightenment, the everlasting continuum of basis rigpa has with it a factor of dumbfoundedness (rmongs-cha). This factor is equivalent to the unawareness of not knowing how rigpa exists – a type of unawareness included within unawareness regarding all phenomena and preventing omniscience. Because of this factor of dumbfoundedness, basis rigpa functions as an alaya for constant habits and, through a complex mechanism, produces impure appearances, not beyond words and concepts, during conceptual and nonconceptual cognition with limited awareness (sems).

When we access essence pure awareness (ngo-bo’i rig-pa, essence rigpa), which is the primal purity (ka-dag) aspect of rigpa – primally pure of all fleeting stains such as habits – basis rigpa does not function as an alaya for constant habits. It gives rise only to pure appearances, beyond words and concepts.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

 

anything