//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Etika Diskusi  (Read 61931 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Etika Diskusi
« Reply #30 on: 16 February 2010, 12:49:12 PM »
bro truth :

lebih baik mengakui kesalahan sendiri daripada susah payah mencari kesalahan orang lain..
hormatilah org lain terlebih dahulu, maka kita akan dihormati oleh orang lain..

without any offense...
_/\_

Saya bukan mencari penghormatan, saya hanya ingin mengungkapkan kebenaran sesuai motto saya, apakah saudara Elin keberatan jika kebenaran diungkapkan? Apakah salah berbicara mengungkapkan kebenaran?

Setiap orang pasti ingin mengungkapkan kebenaran jika ia menemukan kesalahan dlm sudut pandang nya..
Ia akan mencari bbrp pandangan org lain yg serupa dgn pemikiran dirinya, guna meyakinkan bahwa pandangan nya lah yang paling benar..
Dari sini bisa dilihat bahwa motif intinya adalah mencari pembenaran diri dan menyalahkan pandangan org lain, padahal belum tentu pandangan dirinya lah yang paling benar..

Tidak lah salah jika kita memberitahukan yang benar kepada org yg selama ini tidak tahu mana kebenaran tsb, akan tetapi jika kita telah berusaha untuk memberitahukan nya dan org tersebut memiliki pandangan bahwa yg selama ini ia yakini adalah benar, hal apa lagi yg bisa kita perbuat??

Berbesar hati lah, hargai pendapatnya (meskipun bagi kita tetap saja masih salah).
Apakah kita harus berkeras kepala untuk meluruskan pandangan nya? Sampai kapan?

Toh apa yg kita lakukan sudah benar, membantu meluruskan pandangan yg salah..
Apakah kita mengalami kerugian besar dgn pandangan salah nya??
Jika tidak, biarkan lah mereka dgn segala pandangan dan prinsip nya..

Kita lakukan apa yg terbaik untuk diri kita tanpa mengganggu org lain lagi..
Justru bukannya menghasilkan perbuatan baik, malah bisa menimbulkan rasa kecewa dari pihak lain thd diri kita..
Bukan kah itu menjadi kamma buruk bagi kita juga?

So, whats ur mission??
Hanya sekedar mengungkapkan kebenaran, atau ada misi lain?

Perlukah Elin kasih contoh lbh lanjut? :)

Sungguh Bagus dan setuju, mungkin saya menambahkan sedikit humor kehidupan saja, supaya fresh.....

Si A : "Tetangga yang lama itu sungguh jahat, kemarin tengah malam dia datang ke rumah saya dan terus menerus menekan bel di rumah saya."

Si B : "Memang sungguh jahat! Adakah Anda segera melapor polisi?"

Si A : "Tidak. Saya menganggap mereka orang gila, dan saya  terus menerus meniup terompet kecil saya seperti biasanya pada saat baru pindah ke sini."   :)

Semua kejadian pasti ada sebabnya, jika sebelumnya kita bisa melihat kekurangan kita sendiri, maka jawabannya pasti berbeda dan mungkin lebih bijaksana.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #31 on: 16 February 2010, 12:51:01 PM »
untuk mas Change: memang demikianlah di dunia ini sangat mudah menuduh orang lain salah, sehingga langsung hapus tanpa memeriksa dengan seksama. Dan lebih banyak manusia yangmenghakimi orang lain tanpa memeriksa lebih dahulu akar persoalannya.

- membuat postingan tanpa rujukan yang baik dianggap salah,
- membuat postingan dengan rujukan yang baik juga salah,
- membuat postingan yang tidak berkenan di hati orang lain salah,
- membuat postingan hanya menyenangkan  orang lain juga salah,
- mengungkapkan kebenaran salah,
- tidak mengungkapkan kebenaran  juga salah,
- diam saja membiarkan tindakan sewenang-wenang terjadi salah,
- mengritik orang lain atas tindakan sewenang-wenang yang terjadi juga salah,
- membela diri salah,
- tidak membela diri juga salah,
- menunjukkan kesalahan orang lain salah,
- tidak menunjukkan kesalahan orang juga salah,
- tidak mengetahui kesalahan diri sendiri juga salah,
- balas mengeritik orang lain periksa dirimu sendiri sebelum menghakimi orang lain juga salah

hidup saya jadi serba salah  :))



Saya tidak menganggap posting truth lover sebagai "salah" kok, terutama jika memang memiliki referensi. Kita angkat satu topik di sini memang untuk dibahas, terlepas dari benar atau tidak. Nanti referensi tersebut keliru atau tidak, kita bahas bersama, kalau bisa juga menggunakan referensi lain. Setelah dibahas, baru kita bisa masing-masing menyimpulkan yang mana yang benar atau tidak.

Namun terlepas dari benar dan salah, bro truth lover bisa menilai sendiri bukan apakah postingnya lebih banyak memberi manfaat atau menimbulkan "kekacauan". Bukan salah posting-nya, tetapi mungkin salah "lawan-diskusi"-nya. Kalau sudah tidak ada kecocokan 'lawan diskusi', apakah perlu dipaksakan harus ada konklusinya?



Jika demikian Deva19, candramukti , coedabgf tidak perlu diperingati bahkan sampai dibanned. Postingan mereka tidak salah tapi lawan diskusinya yg salah.  Dan maka mereka tidak perlu dibanned juga. ;D  Apakah begitu Moral rules of gamesnya. Jika demikian rules of gamenya maka tidak perlu banned, tidak perlu edit dsb...biarkan waktu yg membuktikan...apakah begitu? Jika demikian maka ada ketidak konsistenan dalam penerapan rules.

Apakah saya memutar balikkan fakta sehingga anda membandingkan dengan deva 19, candramukti dan coedabgf?

Terserah apa kata lu dah. Fact is fact  ^-^..

Quote
[at] all
Alasan  penghapusan sudah jelas. Pemostingan isinya itu2 saja dan sering tidak nyambung dengan topik, dan isinya adalah menjelek2an aliran dithread ini. walaupun penjelasan sudah diberikan, pertanyaannya diulang2. sikap tidak menghargai perbedaan pendapat terlihat. Karena secara Nyata memang berbeda. Intinya ada unsur rasis agama yg dilakukan ekstrimis aliran tertentu yg mirip taliban. dan keberpihakan juga terlihat jelas sekali.

Sialhkan anda berkaca apakah anda merasa netral?

Secara jujur saya katakan saya tidak netral karena terlibat dalam suasana ini. Tetapi saya tidak rasis. Niat saya adalah agar saling menghormati dan perlu diingat yg mau belajar dengan kondusif di thread ini tidak hanya anda saja.

Quote
Hanya ada beberapa bisa menahan diri, dan yang lainnya memback-up rasisme ini secara terselubung(terlihat ada indikasi intervensi tertentu) dan ada yg netral, bahkan ada klonengan yg memperkeruh suasana. Saya harap diforum ini tidak terjadi preseden buruk. Jika memang dibiarkan maka ya monggo saja hancur2an.Jika kalian dengan hati melihat Dhamma, maka praktekanlah apa yg kalian anggap cocok bagi diri kalian sendiri bukan memaksakan ajaran dengan kedok membuka kebenaran dengan berbagai alasan. Kebobrokan bisa terlihat dari perilaku. Kalau masih tidak sadar, ya memang begitulah yg dipelajarinya dan begitulah agama yg dipelajarinya.

Apakah yang tidak setuju dengan anda dianggap rasisme? dan ingat mas Bond anda sendiri merupakan bagian yang memperkeruh suasana.

Tidak setuju tidak rasis, tapi perilaku menjelek2an karena ketidaksetujuan Anda bahkan melecehkan agama tertentu . Itulah yg disebut rasis. kalau masih ngak ngerti capee..deh ^-^

Quote
Ini informasi yg perlu member ketahui dan silakan mempertimbangkan kembali. Ketegasan seharusnya bersifat netral tidak berpihak.

Konklusinya tau diri . _/\_

Ya seharusnya ketegasan juga berlaku untuk orang yang menuduh orang lain seperti taliban !!!

Tentu saja.....dan mudah2an tuduhan itu ada yg merasa dan terlihat realitanya kan :)) :))

Baiklah saya rasa apa yg saya utarakan sudah cukup menguak belang harimau. terima kasih..semoga diskusi di thread ini menjadi lancar dan penuh metta.
[/quote]
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Etika Diskusi
« Reply #32 on: 16 February 2010, 12:55:49 PM »
Saya kira sudah cukup saya menjelaskan posisi saya. semoga di lain waktu dalam diskusi kita tidak terlalu reaktif terhadap pendapat yang berbeda dengan kita, memang harus ada aturan dan batasan, mungkin mas-mas yang mengelola DC akan lebih mempertimbangkan, dan tidak secara impulsif menghapus postingan orang lain, demi menghargai jerih payah mereka memberikan masukkan. untuk pembelajaran bagi kami semua.

Sebagai tambahan sedikit:
berbeda pendapat kadang tidak menyenangkan
menyatukan pendapat sering terjadi peperangan
saling menghargai pendapat berarti menerima perbedaan pendapat apa adanya.
Tanpa saling menyalahkan.

 _/\_
« Last Edit: 16 February 2010, 01:03:34 PM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #33 on: 16 February 2010, 01:38:56 PM »
Jika demikian Deva19, candramukti , coedabgf tidak perlu diperingati bahkan sampai dibanned. Postingan mereka tidak salah tapi lawan diskusinya yg salah.  Dan maka mereka tidak perlu dibanned juga. ;D  Apakah begitu Moral rules of gamesnya. Jika demikian rules of gamenya maka tidak perlu banned, tidak perlu edit dsb...biarkan waktu yg membuktikan...apakah begitu? Jika demikian maka ada ketidak konsistenan dalam penerapan rules.

Betul, seingat saya, saya menolak vote untuk ban mereka. Saya katakan jika tidak merusuh, tidak perlu di-ban. Bahkan saya katakan postingan mereka "menarik". Kalau saya pribadi akan memberikan tanggapan dan argumen balik. Nanti biar pembaca yang menilai. Seperti terakhir Deva19 menuduh saya memfitnah dia membenarkan pembunuhan dan saya menunjukkan buktinya bahwa memang benar dulu "candra_mukti19" mengatakan hal tersebut. Tidak perlu saya paksa dia mengaku salah, biarkan semua orang di sini menilai.
Dia juga "mendewakan" logikanya, lalu saya kembalikan lagi logika berdasarkan tulisannya sendiri (tentang pendiskusi forum adalah "manusia") dan dia tidak bisa jawab, malah berlindung di balik "mod melakukan 'ad hominem'". Lagi-lagi saya tidak perlu pernyataan pembenaran atau meminta pembersihan nama baik. Biarkan semua orang yang menilai.

Kalau memang mau "konsisten" tentang kata-kata yang "menyindir/meresahkan", seharusnya lebih diperhatikan lagi kata-kata yang menjelekkan agama lain, karena di sini kalau ada posting yang menyudutkan ajaran lain, semua berbondong-bondong berpartisipasi. Seringkali saya tegur, tapi tidak digubris, bahkan jarang sekali ada dukungan dari moderator lain. Sebaliknya kalau yang "menyindir/meresahkan" Agama Buddha, itu cepat sekali reaksinya. Sebelum "berkembang" langsung diperingati. 

Apakah itu yang namanya konsistensi? Ataukah memang konsisten itu hanya berlaku untuk ke luar, bukan ke sesuatu yang "aku" dan "milikku"?




Memang benar mas Kainyn, percuma kalau nggak  nyambung, saya tidak mengharapkan konklusi, saya cuma tidak terima tindakan sepihak tanpa peringatan dan tanpa bertanya lebih dahulu. Memang saya rasa diteruskan juga percuma, saya anggap banyak member kita belum siap diskusi ilmiah berdasarkan rujukan yang kredibel. Karena masih berbicara berdasarkan tafsir pribadi.

Moderator memang mengambil tindakan berdasarkan apa yang menurutnya penting. Hampir selalu tidak dapat memuaskan semua orang. Jadi memang sebaiknya untuk hal ini diterima saja. Lebih baik lanjut ke topik baru daripada memperpanjang yang di sini, bukan?


Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #34 on: 16 February 2010, 01:51:48 PM »
Quote
Betul, seingat saya, saya menolak vote untuk ban mereka. Saya katakan jika tidak merusuh, tidak perlu di-ban. Bahkan saya katakan postingan mereka "menarik". Kalau saya pribadi akan memberikan tanggapan dan argumen balik. Nanti biar pembaca yang menilai. Seperti terakhir Deva19 menuduh saya memfitnah dia membenarkan pembunuhan dan saya menunjukkan buktinya bahwa memang benar dulu "candra_mukti19" mengatakan hal tersebut. Tidak perlu saya paksa dia mengaku salah, biarkan semua orang di sini menilai.
Dia juga "mendewakan" logikanya, lalu saya kembalikan lagi logika berdasarkan tulisannya sendiri (tentang pendiskusi forum adalah "manusia") dan dia tidak bisa jawab, malah berlindung di balik "mod melakukan 'ad hominem'". Lagi-lagi saya tidak perlu pernyataan pembenaran atau meminta pembersihan nama baik. Biarkan semua orang yang menilai.

Dalam hal ini Anda konsisten dengan pendapat Anda. Anda org yg selalu konsisten. Tetapi rules telah ada dan kita semua seharusnya menghargai rules itu . Dan mungkin tidak bisa sesempurna yg kita harapkan. Paling tidak ada usaha kesana.

Quote
Kalau memang mau "konsisten" tentang kata-kata yang "menyindir/meresahkan", seharusnya lebih diperhatikan lagi kata-kata yang menjelekkan agama lain, karena di sini kalau ada posting yang menyudutkan ajaran lain, semua berbondong-bondong berpartisipasi. Seringkali saya tegur, tapi tidak digubris, bahkan jarang sekali ada dukungan dari moderator lain. Sebaliknya kalau yang "menyindir/meresahkan" Agama Buddha, itu cepat sekali reaksinya. Sebelum "berkembang" langsung diperingati.

Betul sekali itulah yg terjadi. Manusia hendaknya sadar kekeliruan dirinya  dan senantiasa mengubah apa yg salah dalam dirinya.

Quote
Apakah itu yang namanya konsistensi? Ataukah memang konsisten itu hanya berlaku untuk ke luar, bukan ke sesuatu yang "aku" dan "milikku"?

Renungan yg bagus. _/\_
« Last Edit: 16 February 2010, 01:55:39 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Etika Diskusi
« Reply #35 on: 16 February 2010, 01:55:20 PM »
jadi sekarang sudah ada titik temu?
Samma Vayama

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Etika Diskusi
« Reply #36 on: 16 February 2010, 01:56:58 PM »
jadi sekarang sudah ada titik temu?

Kalo aye uda clear .. ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #37 on: 16 February 2010, 02:13:21 PM »
Dalam hal ini Anda konsisten dengan pendapat Anda. Anda org yg selalu konsisten. Tetapi rules telah ada dan kita semua seharusnya menghargai rules itu . Dan mungkin tidak bisa sesempurna yg kita harapkan. Paling tidak ada usaha kesana.
Memang untuk mencapai kesepakatan bersama itu sulit sekali. Maka setidaknya saya selalu ikut keputusan "mayoritas". Mengenai penerapan rules juga pasti setiap moderator punya penilaian berbeda dan menurut saya, memang seorang moderator berhak mengedit atau menghapus berdasarkan penilaiannya. Jika ada pihak yang tidak setuju, silahkan dibicarakan lagi dan dijadikan pembelajaran semua pihak, baik dari yang tidak setuju maupun moderator itu sendiri.



Quote
Quote
Kalau memang mau "konsisten" tentang kata-kata yang "menyindir/meresahkan", seharusnya lebih diperhatikan lagi kata-kata yang menjelekkan agama lain, karena di sini kalau ada posting yang menyudutkan ajaran lain, semua berbondong-bondong berpartisipasi. Seringkali saya tegur, tapi tidak digubris, bahkan jarang sekali ada dukungan dari moderator lain. Sebaliknya kalau yang "menyindir/meresahkan" Agama Buddha, itu cepat sekali reaksinya. Sebelum "berkembang" langsung diperingati.

Betul sekali itulah yg terjadi. Manusia hendaknya sadar kekeliruan dirinya  dan senantiasa mengubah apa yg salah dalam dirinya.
Untuk itulah kita semua diskusi di forum ini. Semoga demikian adanya.
 _/\_




jadi sekarang sudah ada titik temu?
Saya pribadi sekadar berpendapat saja, tidak menuntut apa-apa. Jadi seperti bro bond, sudah clear.
Sepertinya dan semoga bagi truth lover sendiri juga sudah selesai.


Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #38 on: 16 February 2010, 02:17:21 PM »
kalau saya sedang berlatih tidak mengungkit 'masalah2' yang sudah berlalu walaupun hanya 1 menit yang lalu. ^-^
kalau mengulang baca Sutta boleh lah berulang2 untuk memahami. ^:)^
kam sia ya

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Etika Diskusi
« Reply #39 on: 16 February 2010, 02:24:27 PM »
Dalam hal ini Anda konsisten dengan pendapat Anda. Anda org yg selalu konsisten. Tetapi rules telah ada dan kita semua seharusnya menghargai rules itu . Dan mungkin tidak bisa sesempurna yg kita harapkan. Paling tidak ada usaha kesana.
Memang untuk mencapai kesepakatan bersama itu sulit sekali. Maka setidaknya saya selalu ikut keputusan "mayoritas". Mengenai penerapan rules juga pasti setiap moderator punya penilaian berbeda dan menurut saya, memang seorang moderator berhak mengedit atau menghapus berdasarkan penilaiannya. Jika ada pihak yang tidak setuju, silahkan dibicarakan lagi dan dijadikan pembelajaran semua pihak, baik dari yang tidak setuju maupun moderator itu sendiri.

Quote
Quote
Kalau memang mau "konsisten" tentang kata-kata yang "menyindir/meresahkan", seharusnya lebih diperhatikan lagi kata-kata yang menjelekkan agama lain, karena di sini kalau ada posting yang menyudutkan ajaran lain, semua berbondong-bondong berpartisipasi. Seringkali saya tegur, tapi tidak digubris, bahkan jarang sekali ada dukungan dari moderator lain. Sebaliknya kalau yang "menyindir/meresahkan" Agama Buddha, itu cepat sekali reaksinya. Sebelum "berkembang" langsung diperingati.

Betul sekali itulah yg terjadi. Manusia hendaknya sadar kekeliruan dirinya  dan senantiasa mengubah apa yg salah dalam dirinya.
Untuk itulah kita semua diskusi di forum ini. Semoga demikian adanya.
 _/\_
jadi sekarang sudah ada titik temu?
Saya pribadi sekadar berpendapat saja, tidak menuntut apa-apa. Jadi seperti bro bond, sudah clear.
Sepertinya dan semoga bagi truth lover sendiri juga sudah selesai.

Semoga cita2 luhur berupa 'perdamaian tercapai di negara tercinta 'Dhammacitta'  ^:)^! sehingga suasana kembali kondusif dan damai, sadhu 3x !
kam sia ya

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Etika Diskusi
« Reply #40 on: 16 February 2010, 02:26:37 PM »
jadi sekarang sudah ada titik temu?

Quote
Prof. Miranda Shaw menyebutkan beberapa skolar India yang mengatakan "Tantra itu sendiri (Buddhist dan Hindu)  berasal dari pendeta wanita dan dukun-dukun suku matrilineal dan masyarakat pedesaan.


6. beberapa skolar India, Siapakah mereka (nama) ?

kalau yg ini gw belum mendptkan jawabannya... apakah Prof. Miranda Shaw melihat sendiri atau cuma mendengar dari skolar India yg gak jelas namanya....  :P

diskusi yg baik harus didukung dgn data2 yg akurat dan terpecaya!
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Elin

  • DhammaCitta Press
  • KalyanaMitta
  • *
  • Posts: 4.377
  • Reputasi: 222
  • Gender: Female
Re: Etika Diskusi
« Reply #41 on: 16 February 2010, 02:30:02 PM »
ya saya setuju sama mas Elin, memang mudah sekali menghakimi orang  lain salah, menganggap diri sendiri lebih tinggi disebabkan kecongkakan, keyakinan juga demikian, keyakinan yang satu menganggap keyakinannya tertinggi diantara yang lainnya.

Itulah sebabnya saya menentang perbuatan sewenang-wenang, karena banyak doktrin yang menganggap mereka sendiri paling benar atau paling tinggi. Jadi pengikutnya juga cenderung demikian.

Heh..?? Mas Elin..?? :o
:hammer:   :hammer:   :hammer:
look at my gender please!

Jadi pengikutnya juga cenderung demikian. -----> maksud dari pengikutnya ini siapa bro??



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Etika Diskusi
« Reply #42 on: 16 February 2010, 02:31:55 PM »
jadi sekarang sudah ada titik temu?

Quote
Prof. Miranda Shaw menyebutkan beberapa skolar India yang mengatakan "Tantra itu sendiri (Buddhist dan Hindu)  berasal dari pendeta wanita dan dukun-dukun suku matrilineal dan masyarakat pedesaan.


6. beberapa skolar India, Siapakah mereka (nama) ?

kalau yg ini gw belum mendptkan jawabannya... apakah Prof. Miranda Shaw melihat sendiri atau cuma mendengar dari skolar India yg gak jelas namanya....  :P

diskusi yg baik harus didukung dgn data2 yg akurat dan terpecaya!


Nah, ini dia maksudnya reaksi dan tanggapan yang baik. Kadang dalam menanggapi, tidak perlu menimpali satu referensi dengan referensi lain atau langsung menunjuk "referensi itu tidak valid", tapi dengan mempertanyakan dan mengkaji validitas referensi itu sendiri.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Etika Diskusi
« Reply #43 on: 16 February 2010, 02:46:34 PM »
OKE, saya interupsi sebentar,  hehe ..tampaknya masih ada upaya mencari pembenaran diri yaa..
Pada intinya, permintaan di sini sangat simple dan lugas, bukan ingin melanjutkan polemik2 masa lalu, bukan ingin mengatakan siapa yang salah dan benar. Surat dilayangkan utk mengingatkan agar menggunakan kata2 sesuai kaidah diskusi dan asas moral. 

Silakan dicatat lagi:
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif. Permintaan yang cukup sederhana , bukan?
jika tidak sanggup memenuhinya, maka tidak perlu lagi bicara tentang Sila, Moral, apalagi Samadhi, dan Panna??
Kalo semuanya menegakkan prinsip2 ini, maka diskusi menjadi lancar tanpa ada gangguan.

Oke, masih ada pertanyaan mengenai Etika ini?  :)


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Etika Diskusi
« Reply #44 on: 16 February 2010, 02:48:42 PM »
Mohon menggunakan bahasa yang sopan, tertib, elegan dan tidak konfrontatif, tidak rasis, tidak menyindir, tidak mencela, tidak diskriminatif.



Saya setuju ini dijadikan salah satu pasal dalam UUDC

 

anything