//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tiga Sutta tentang Kekosongan dalam Samyukta Agama  (Read 7245 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Alexis

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 36
  • Reputasi: -1
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tiga Sutta tentang Kekosongan dalam Samyukta Agama
« Reply #15 on: 18 August 2015, 11:56:30 PM »
Salam kk _/\_

Beda.....

tidak datang dari penyimpanan apa pun dan saat lenyap tidak pergi ke mana pun
dan
tiada yang muncul dan tiada yang lenyap; tidak bernoda dan tidak murni; tiada yang berkurang dan tiada yang bertambah"

dimana bedanya??
tidak datang dari penyimpanan apa pun dan saat lenyap tidak pergi ke mana pun

kalimat ini isinya...
1. ada yg datang (bukan tiada yg muncul), tp kedatangannya bukan dari suatu tempat penyimpanan
2. Bisa lenyap  (bukan tiada yg lenyap)..tp saat dia lenyap..dia tidak pergi di suatu tempat...

klo seandainya dia pergi ke suatu tempat..maka ada tempat penampungan, dimana dia bisa saja muncul (datang) dari sana kemudian... krn tidak ada "tempat penampungan" tsb maka di katakan begitu

IMO : [bold]

Pernyataan ini semua tergantung kondisi...  CMIIW ;D

Kalau seandainya "dia" (atta) pergi ke suatu "tempat penampungan" dikarenakan :
- Masih adanya Kamatanha atau Bhavatanha dari "dia"
- Masih ada Vipaka yg harus dijalankan (Proses Hukum Karma)


Mungkin ini yg disebut "tempat penampungan" :
Manusia dengan tingkat kesucian Sakadagami saja masih kembali 1 kali lagi ( mungkin kata "kembali lagi" di persepsikan menjadi " tempat penampungan")

Kalau seandainya "dia" (anatta) dikatakan tidak pergi ke suatu "tempat penampungan" :
Dikarenakan sudah mencapai tingkat kesucian Arahat (dimana "tempat penampungan" nya)


Saṃyukta-Āgama 335
Paramattha-Suññata-Sutta
Kotbah tentang Makna Tertinggi dari Kekosongan


Terdapat kamma, dan terdapat akibat kamma, tetapi pelaku yang meletakkan kelompok-kelompok unsur kehidupan ini dan menghubungkan kembali kelompok-kelompok unsur kehidupan lain tidak dapat ditemukan, yang hanya suatu perumpamaan untuk fenomena.

“[Apakah] ‘hanya suatu perumpamaan untuk fenomena’? Dalam hal ini, inilah perumpamaan untuk fenomena, yaitu: ketika ini ada, itu ada; dengan munculnya ini, itu muncul. Yaitu, dengan ketidaktahuan sebagai kondisi, bentukan muncul; dengan bentukan sebagai kondisi, kesadaran muncul; dengan kesadaran sebagai kondisi, nama-dan-bentuk muncul; dengan nama-dan-bentuk sebagai kondisi, enam landasan indera muncul; dengan enam landasan indera sebagai kondisi, kontak muncul; dengan kontak sebagai kondisi, perasaan muncul; dengan perasaan sebagai kondisi, ketagihan muncul; dengan ketagihan sebagai kondisi, kemelekatan muncul; dengan kemelekatan sebagai kondisi, penjelmaan muncul; dengan penjelmaan sebagai kondisi, kelahiran muncul; dengan kelahiran sebagai kondisi, penuaan dan kematian, dukacita, ratap tangis, kesakitan, kesedihan dan keputusasaan muncul. Demikianlah munculnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.

Di dalam hal ini, ketika ini tidak ada, itu tidak ada; dengan lenyapnya ini, itu lenyap. Yaitu, dengan lenyapnya ketidaktahuan, bentukan lenyap; dengan lenyapnya bentukan, kesadaran lenyap; dengan lenyapnya kesadaran, nama-dan-bentuk lenyap; dengan lenyapnya nama-dan-bentuk, enam landasan indera lenyap; dengan lenyapnya enam landasan indera, kontak lenyap; dengan lenyapnya kontak, perasaan lenyap; dengan lenyapnya perasaan, ketagihan lenyap; dengan lenyapnya ketagihan, kemelekatan lenyap; dengan lenyapnya kemelekatan, penjelmaan lenyap; dengan lenyapnya penjelmaan, kelahiran lenyap; dengan lenyapnya kelahiran, penuaan dan kematian, dukacita, ratap tangis, kesakitan, kesedihan dan keputusasaan lenyap. Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.
Inilah yang disebut uraian tentang makna tertinggi dari kekosongan.”


Demikianlah yang dikatakan Sang Bhagavā. Para bhikkhu bergembira dalam kata-kata Sang Bhagavā tersebut.

[Tidak ada padanan Pali]


 _/\_
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta


 

anything