//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - chingik

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 61
1
Buddhisme Awal / Re: Tahun Wafat Buddha
« on: 12 December 2017, 06:19:35 PM »
Tahun Kelahiran dan Wafat Buddha
Bab 8 dari Buku Xuefo Zhijin (學佛知津—Belajar Buddhisme Memahami Jalan)
Master Shengyen

Sebenarnya setelah saya membaca artikel ‘Usulan di Perayaan Hari Kelahiran Buddha’yang ditulis oleh Bhiksu Longgen di buletin Haichao Yin edisi bulan April, saya juga ingin memberi sedikit tanggapan. Tapi Bhiksu Longgen berkata lagi, “Sebelumnya pandangan dan saran yang dikemukakan dalam buletin Haichao Yin ini sepertinya tidak berhasil mendapatkan perhatian secara luas, atau karena berkaitan dengan tradisi, maka belum bisa memiliki aksi.” Jadi hasil dari forum diskusi kita kali ini mengenai apakah kondisi kenyataan dapat diperbaiki, sepertinya masih menjadi sebuah masalah. Tentu, selama masalah masih bertengger satu hari, maka kita harus berusaha satu hari, hingga bisa diatasi  sampai selesai.  Jadi walaupun saya memiliki kekurangan, terutama atas minimnya pengetahuan tentang sejarah, tapi saya tetap ingin memberikan apa yang saya ketahui kepada institusi untuk dijadikan sebagai referensi.   (Ket:1)       
Teringat pada suatu kali dalam perayaan hari kelahiran Buddha, ada seorang tamu terhormat berkata, “Konfusius mengatakan, tahun kelahiran orang tua tidak boleh tidak diketahui, ini sesungguhnya merupakan prinsip dasar sikap bakti kepada orang tua. Namun berdasarkan catatan dan legenda pada umumnya, kapan tahun dan bulan kelahiran Buddha hingga sekarang masih belum ada satu kepastian yang bulat. Bagi para umat Buddha, ini sungguh merupakan sebuah penyesalan yang besar..”Tamu terhormat ini bukanlah seorang umat Buddha, namun beliau sedemikian peduli pada masalah waktu kelahiran Buddha, kita hanya dapat merasa berterima kasih dan malu!

Sebagaimana kita ketahui, India adalah bangsa yang paling tidak menitikberatkan catatan sejarah. Sejarah India kuno hanya dapat diketahui sedikit melalui sejarah negara lain seperti di barat dan sejarah hubungan politik dan kebudayaan Tiongkok. Mengenai ketepatan tanggal, bulan dan tahun kapan orang tertentu mengalami peristiwa tertentu di lokasi tertentu, sungguh tidak mudah ditelusuri. Oleh karena itu, Sang Buddha yang lahir pada masa sekian ratus tahun sebelum masehi, waktu kelahiran Beliau juga membuat orang sangat sulit melacaknya. Tetapi kita juga tidak perlu merasa panik karenanya. Sebab, orang zaman kuno yang dilahirkan beberapa ribu tahun yang lalu, bukan cuma Buddha dari India saja. Bahkan Konfusius dan Laozi dari Tiongkok, Yesus dari barat, juga memiliki permasalahan yang sama.

 Hingga sekarang, Laozi dari Tiongkok masih merupakan seorang tokoh yang misterius. Ada banyak tokoh Laozi dari zaman kuno, namun tidak diketahui tokoh mana yang merupakan penulis kitab Daode Jing (道德經). Bahkan ada yang menyangkal eksistensi tokoh Laozi ini, dan menyatakan bahwa kitab Daode Jing adalah karya dari orang masa belakangan. Mengenai Konfusius, kitab Shiji (史記—Catatan Sejarah) mengatakan Konfusius lahir pada masa Raja Lu Xianggong (魯襄公—raja negara Lu di zaman musim semi dan gugur) tahun ke-12. Kitab Gongyang Zhuan (公羊傳) dan Guliang Zhuan (谷梁傳) mengatakan Konfusius lahir pada masa Raja Lu Xianggong tahun ke-21. Ada orang mengemukakan bahwa catatan dari kitab Shiji lebih tepat.
Tetapi berdasarkan perhitungan tanggal, bulan dan tahun, Konfusius lahir pada masa Kaisar Zhou Lingwang (周靈王) tahun ke-21 gengxu (庚戌—tahun Anjing). Tanggal kelahirannya menurut kalender kuno adalah tanggal 27 bulan ke-8, sedangkan sekarang ini Departemen Pendidikan negara kita menetapkan hari lahir Konfusius menurut kalender internasional jatuh pada tanggal 28 September. Hal ini terlihat masih menjadi sebuah persoalan. Selanjutnya mengenai Yesus, umumnya menganggap bahwa tahun awal masehi yang berlaku sekarang merupakan tahun kelahiran Yesus. Namun menurut hasil penelitian sejarawan, kenyataannya tidak demikian.   

Sejarawan Perancis, Ernest Renan dalam karyanya mengenai kehidupan Yesus mengatakan, “Kita tidak dapat mengetahui kapan tanggal tepatnya Beliau dilahirkan. Kita hanya mengetahui Beliau lahir dalam masa pemerintahan Augustus, mungkin tahun 750 Roma, yaitu beberapa tahun sebelum tahun 1 dari era yang berlaku sekarang.” Umat ka****k dari Tiongkok, Luoguang, dalam kisahnya mengenai Yesus mengatakan, “..akan tetapi menurut para peneliti masa belakangan ini berpendapat bahwa paling sedikit lebih awal 5 tahun dari tahun 1 masehi.”   

Ada pun hari Natal menurut agama kr****n dan ka****k adalah 25 Desember.     Hari Natal menurut Gereja Ortodoks Timur (yang populer di Rusia dan Eropa Timur) adalah 6 Januari. Kemudian yang lebih menarik adalah penduduk dari tempat kelahiran Yesus, Bethlehem (sebenarnya ini juga lokasi kelahiran yang hanya bersifat legenda) malah merayakan 3 kali Natal, yaitu 25 Desember, 6 Januari dan 18 Januari.   
Kita, walau tentu saja tidak perlu merasa panik, tapi seharusnya juga merasa malu. Meski ada perbedaan pandangan tentang tahun kelahiran Konfusius, dan ketentuan resmi hari kelahiran Konfusius juga masih kurang sesuai, namun seluruh negeri hanya mengambil satu tanggal kelahiranNya secara tetap. Meskipun tahun kelahiran Yesus tidak diketahui dengan jelas, begitu juga tanggal kelahiranNya bermacam-macam, namun selain wilayah Gereja Ortodoks dan Bethlehem, kebanyakan umat Kristiani jelas memiliki satu hari Natal bersama. Giliran agama Buddha kita, Buddhis Selatan memiliki hari kelahiran Buddha versi Buddhis Selatan, Buddhis Utara memiliki hari kelahiran Buddha versi Buddhis Utara. Di antara Buddhis Utara ada lagi hari kelahiran Buddha berdasarkan sistem penanggalan bulan (imlek), dan versi Jepang yang berdasarkan sistem penanggalan surya (internasional). Sesampai di Taiwan, karena pernah dikuasai Jepang selama 50 tahun,maka setelah terpisah darinya, perayaan hari kelahiran Buddha pun dilaksanakan menurut versi Jepang dan Tiongkok secara bersamaan. Dilihat dari sudut pandang perayaaan [hari besar], ini bukan saja [memberi kesan] tidak sakral dan tidak menghormati, sungguh merupakan sebuah sindiran.     
Menurut hasil penelitian sejarah, hari kelahiran Buddha sungguh merupakan sebuah persoalan yang membuat orang bingung (ket2). Saya tidak banyak mengenyam pendidikan, setidaknya sampai sekarang masih belum cukup memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi pekerjaan ini. Jadi di sini saya hanya bisa mengutip dari beberapa catatan yang pernah saya lihat, yang bisa dijadikan referensi kepada para pembelajar awal.

-   Shijie Shiwang (世界史網—Jaringan Sejarah Dunia) karya Doktor Thorndike dari Amerika Serikat mengatakan bahwa Buddha lahir sekitar tahun 568 SM dan wafat tahun 488 SM, bertepatan dalam usia 80 tahun.
-   World History karya Hayes C.J.H, Moon P.T dan Wayland J.W dari Amerika Serikat mengatakan Buddha lahir sekitar tahun 550 SM.
-   Yindu Tongshi (印度通史—Sejarah Umum India) karya Zhou Xiangguang (周祥光) mengatakan Buddha lahir pada tahun 567 SM, dan wafat tahun 486 SM. Ini berdekatan dengan tahun yang disebutkan dalam Jaringan Sejarah Dunia.
-   Yindu Fojiao Gaishuo (印度佛教概説—Penjelasan Singkat Buddhisme India) karya Yang Baiyi (楊白衣) mengatakan, “Terdapat berbagai perbedaan pandangan mengenai tahun kelahiran Buddha Sakyamuni. Di antaranya, melalui bukti penelitian yang paling akurat adalah tahun 565 SM.”
-   Buku teks pelajaran Sejarah tingkat SMU dari lokal (ket: Taiwan) menyatakan Buddha lahir pada tahun 620, dan wafat tahun 543 SM.   
Dilihat dari 5 versi catatan di atas, tidak ada satu pun yang sama. Tetapi Jaringan Sejarah Dunia mengatakan Buddha lahir pada tahun 568 SM, Sejarah Umum India mengatakan Buddha lahir pada tahun 567 SM, dan Penjelasan Singkat Buddhisme India mengatakan Buddha lahir pada tahun 565 SM, mereka sangat berdekatan. Hanya versi World History saja yang mengatakan waktu yang terlalu belakangan, sedangkan buku teks pelajaran SMU malah menyebutkan  tahun yang agak awal.   

       Menurut tradisi Buddhis, Era Buddhis tidak dihitung dari tahun kelahiran Buddha, melainkan pada tahun saat Buddha wafat. Mungkin karena tahun kelahiran Buddha tidak diketahui. Kelahiran Buddha hanyalah dihitung berdasarkan berbagai sumber literal agama Buddha mengenai wafatnya Buddha. Oleh karena itu, jika ingin membicarakan tentang [kelahiran] Buddha, maka harus membicarakan tentang wafatNya. 
Dalam satu salah bagian Yindu Fojiao Gaiguan (印度佛教概觀—Selayang Pandang tentang Buddhisme India) karya Liang Qichao (梁啟超) pernah mengatakan, “Setelah 152 tahun kewafatan Buddha, ada satu hal dalam sejarah kebudayaan India yang layak menjadi catatan penting adalah invasi pasukan besar Kaisar Aleksander.” Yang juga berarti bahwa saat Kaisar Aleksander menginvansi India, Buddha telah wafat 152 tahun, di mana saat itu adalah tahun 327 SM. Seratus lima puluh dua tahun ditambah dengan 327 tahun berarti Buddha wafat pada tahun 479 SM. Jika ditambahkan dengan usia Buddha, yaitu 80 tahun, maka tahun 559 SM adalah tahun kelahiran Buddha. Apakah perhitungan ini dapat dikatakan benar, sesungguhnya juga tidak dapat diketahui. Pada bab yang sama dalam karya Liang Qichao juga mengatakan, “Hingga setelah 219 tahun Buddha wafat, Kaisar Asoka naik tahta, dan Buddhisme kembali berjaya.” Ini juga berarti bahwa ketika Kaisar Asoka naik tahta, Buddha telah wafat 219 tahun, yang mana menurut bukti penelitian bahwa naiknya Kaisar Asoka adalah tahun 266 SM, maka tahun Buddha wafat adalah 485 SM. Ditambah dengan usia 80 tahun, maka tahun kelahiranNya adalah 565 SM. Sebagaimana yang dikatakan Yang Baiyi, “..melalui bukti penelitian yang paling akurat adalah tahun 565 SM,” kemungkinan ini mengacu pada catatan tahun saat Kaisar Asoka naik tahta. 
Di samping itu,  dalam  ‘Menentukan  Tahun Wafat Buddha’  karya Master Yinshun (印順) mengatakan, “Menurut Samantapasadika dari Sri Lanka terdapat kisah yang mengatakan, ‘Raja Asoka mengangkat diri sebagai raja, dari sini, Buddha telah wafat selama 218 tahun. ’” Kemudian juga dikatakan, “atau setelah genap 218 tahun, [Buddha telah wafat] selama 219 tahun.”  Pernyataan ini sesuai dengan pernyatan Liang Qichao, yang juga menjadi pegangan beliau.   

Master Yinshun juga mengutip dari Biografi Asoka, “Setelah seratus tahun Buddha wafat, raja Pataliputra bernama Asoka.” Kemudian ia juga mengutip dari kitab Risalah Delapan Belas Sekte (十八部論) , “Setelah Buddha wafat selama 160 tahun, di kota Pataliputra, saat itu Raja Asoka menguasai Jambudvipa.” Master Yinshun sendiri dan Ono Genmyo dan Ui Hakuju dari Jepang sama-sama mengacu pada Risalah Delapan Belas Sekte untuk menghitung tahun wafat Buddha. Yang juga berarti bahwa ketika Raja Asoka naik tahta pada tahun 266 SM, ditambah dengan 116 tahun, maka merupakan tahun wafat Buddha. Ditambah dengan usia Buddha 80 tahun, maka tahun 462 SM baru merupakan tahun kelahiran Buddha. Tapi ini malah melampaui satu abad dibandingkan dengan catatan Samantapasadika dari Buddhis Selatan.   

Lagi pula, dalam forum World Fellowship of Buddhists (WFB) ke-3 tahun 1956, ditetapkan tanggal dan bulan peringatan hari kelahiran Buddha. Oleh karena itu, negara-negara Buddhis Selatan seperti India, Sri Lanka, Nepal menyelenggarakan perayaan besar ‘2500 tahun Era Buddhis’. Ini hanyalah ketetapan yang mengacu pada tradisi yang disepakati bersama bagi Buddhis Selatan, dan ditetapkan hari kelahiran Buddha jatuh pada setiap bulan purnama di bulan Mei tiap tahun. Namun mereka tidak memiliki bukti penelitian sejarah yang benar sebagai acuannya. Karena jika mengacu pada catatan Samantapasadika dari Sri Lanka, maka hingga tahun 1956 sudah menjadi 2520 atau 2521 tahun kelahiran Buddha.

Akan tetapi dapat memiliki sebuah ketetapan bersatu yang bersifat global lebih terhormat dan mulia dibandingkan dengan perayaan hari kelahiran Buddha yang dijalankan secara sendiri-sendiri dengan bentuk yang bermacam-macam. Oleh karena itu,  sebagai respon dari ketetapan WFB, Buddhisme Jepang pun melepaskan tradisi mereka yang merayakan hari kelahiran Buddha pada tangal 8 April berdasarkan sistem kalender internasional, dan memilih setiap bulan purnama di bulan Mei sebagai hari kelahiran Buddha. Hal ini layak diapresiasi.  (Ket:3)

Mengenai hari kelahiran Buddha versi kita (Tiongkok), menurut pandangan saya yang bodoh ini, paling bagus juga dapat merespon ketetapan WFB ke-3 dengan memilih bulan purnama di bulan Mei setiap tahun sebagai hari kelahiran Buddha. Karena kendati mengikuti tradisi lama yang ada di negara kita di mana tanggal 8 bulan 4 penanggalan imlek sebagai hari kelahiran Buddha, itu juga belum tentu benar. Karena hal itu hanya mengacu pada perhitungan dari catatan kitab Xiyu Ji (西域記). Walaupun kita tidak dapat menyangkal kebenarannya, begitu pula kita juga tidak dapat memastikan kebenarannya.   

Jadi kenapa tidak boleh jika kita melepaskan tradisi lama kita dan menapaki jejak langkah bersatu dari berbagai negara? Kita lihat saja agama kr****n dari barat, semakin panjang sejarahnya semakin besar perpecahannya. Dari perpecahan sekte lama kemudian muncul Gereja Ortodoks Timur dan Kekr****nan Barat. Lalu dari Kekr****nan Barat terpecah lagi, kemudian muncul kr****n ka****k dan Protestan. Kemudian perpecahan dari kr****n Protestan muncul lagi Gereja Baptis, Gereja Presbiterian, Anglikan, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh,  Gereja Yesus Sejati…

Meskipun perkembangan Buddhisme juga terdapat pembagian Buddhis Utara dan Selatan serta Mahayana dan Theravada, dan Buddhisme Mahayana di Tiongkok juga terdapat berbagai perbedaan aliran, namun hingga zaman belakangan ini, pandangan sektarian Buddhisme Tiongkok sudah tidak terlihat lagi. Antara Buddhis Utara dan Selatan, karena telah dibukanya pintu jalinan hubungan kebudayaan, maka akan tiba saatnya di mana terpupusnya batasan perbedaan. Hal ini terlihat bahwa agama barat semakin lama semakin parah perpecahannya, sementara itu Buddhisme kita semakin lama semakin bersatu. Maka coba kita tanyakan, “Apakah kita memangnya tidak dapat bersatu melangkah di jalan yang ditetapkan secara bersama mengenai perayaan hari kelahiran Buddha?”   
(April 1959 – edisi ‘Forum Diskusi Permasalahan Buddhisme Hari Ini’)   

Ket:
1.  (a) Tahun Buddha wafat: Terdapat catatan singkat dari kitab Lidai Sanbao Ji (歷代三寳記) bab 1 (Tripitaka Taisho, jilid 49 hal. 23)
(b)  Tanggal lahir dan pencapaian pencerahan sempurna Buddha: Lidai Sanbao Ji bab 11 (Tripitaka Taisho, jilid 49 hal. 101)
2. (a)  Mengenai tahun kelahiran Buddha, sesungguhnya sulit dipastikan. Kisah legenda kelahiran Buddha pada masa Kaisar Zhou Zhaowang (周昭王) tidak memiliki cukup bukti. Penjelasan dari Zhongsheng Dianji (眾聖點記) dan Fei Changfang (費長房) hingga sekarang hanya berjarak tidak lebih dari 2.500 tahun. Dikaji dari kitab sejarah terjemahan bahasa sanskerta ke Tionghoa seperti Satasastra terjemahan Kumarajiva dan kitab risalah karya Dinnaga hasil terjemahan Paramartha juga sulit dijadikan acuan. Bisa diperkirakan sejak kelahiran Buddha [hingga sekarang] telah berlangsung antara 2.500 hingga 2.600 tahun. (Kumpulan Tulisan Master Taixu, jilid 38 hal.598). 
(b)  Menurut Master Yinshun, tahun wafat Buddha adalah pada masa Kaisar Zhou Anwang (周安王) tahun ke-14 (387 SM).  (印度之佛教—Buddhisme India Bab 1)
(c) Zhongsheng Dianji (眾聖點記—Tanda Titik dari Para Suciwan): Pada masa Kaisar Liang Wudi (梁武帝)era Datong (大同) tahun pertama, Praktisi Penyepi, Zhao Boxiu (趙伯休) bertemu dengan guru Vinaya, Hongdu (弘度) di Gunung Lu (廬山) dan memperoleh Zhongsheng Dianji. Setelah Buddha wafat, Upali mengumpulkan Vinaya Pitaka, di mana tahun tersebut pada tanggal 15 bulan 7 saat berakhirnya masa varsa, di depan Vinaya Pitaka diberi tanda satu titik. Ini dilakukan setiap tahun, kemudian diteruskan dari satu guru ke guru generasi berikutnya hingga Sanghabhadra membawanya sampai ke Guangzhou, ketika itu adalah masa Dinasti Qi (齊)era Yongming (永明) tahun ke-7 Gengwu (庚午—tahun Kuda) saat selesai masa varsa,diberi tanda satu titik. Pada tahun tersebut telah terkumpulkan 975 titik. Berhubung tanda titik sampai pada era Datong tahun pertama,maka hasil perhitungan Boxiu adalah 1.020 tahun. 
3. (a) Dirghagama Sutra bab 4 [Sutra Perjalanan] pada bagian gatha terakhir mengatakan bahwa Buddha lahir, meninggalkan kehidupan rumah tangga dan mencapai pencerahan sempurna pada tanggal 8 bulan 2.
(b) Bhiksu Bai Fazu (白法祖) dari Henei masa Dinasti Jin Barat menerjemahkan Mahaparinirvana Sutra bab ke-2 dikatakan, “Sutra mengatakan, Buddha lahir pada tanggal 8 bulan 4, meninggalkan kerajaan pada tanggal 8, mencapai pencerahan pada tanggal 8, wafat pada tanggal 8, meninggalkan kehidupan rumah tangga ketika bintang muncul [di langit], mencapai pencerahan ketika bintang muncul, mencapai parinirvana ketika bintang muncul.” 


2
terus tentang brahma jala sutra itu yang mengatakan bahwa buddha sakyamuni itu adalah penjelmaan dari buddha vairocana itu maksudnya apa, apalagi panca dhayani buddha dikatakan sebagai penjelmaan nya buddha vairocana padahal kan tiap buddha berbeda pribadi dna punya karir dalam pencapaian kebuddhaan nya masing-masing.
Menurut Master Jiaxiang Jizang, seorang guru aliran Trisastra dalam karya risalah beliau ttg Avatamsaka Sutra, beliau menjelaskan bahwa Buddha Vairocana adalah nama lain dari Buddha Sakyamuni. Artinya, keduanya adalah satu pribadi yang sama. Hal ini dapat ditelurusi dari Avatamsaka Sutra terjemahan Buddhabhadra dan Sikshananda di mana nama Vairocana diterjemahkan sebagai Sakyamuni, yang maksudnya kedua nama tersebut dapat saling digunakan. Di sini juga untuk menjelaskan bahwa Trikaya adalah sebuah satu kesatuan.

Mengenai panca-dhyani Buddha, mungkin memiliki penjelasan yang agak berbeda. Karena panca-dyani Buddha merupakan konsep Vajrayana, menurut saya tidak dapat dijelaskan dengan konteks Mahayana eksoterik.  Itu pula yang menjadi sebab mengapa Vajrayana walaupun sebagai bagian dari Mahayana tapi dibuat terpisah dari aliran Mahayana.   Sama halnya ketika menjelaskan konsep Arahat dalam aliran Theravada akan terbentur dengan konsep Arahat dalam Mahayana.

3
Dlm Sutra Teratai Bab Pembukaan memang terlihat menempatkan Ananda di 'barisan' para Arahat, tapi dalam hal ini Mahayana tidak menganggap beliau Arahat. Para komentator Sutra Teratai juga ada menjelaskan bahwa Ananda masih sotapanna. Hal ini juga dikuatkan dalam Bab 9 dari Sutra Teratai, di mana Bab ini adalah tentang ramalan-pasti kepada para siswa yang masih perlu belajar (Sikkha), dan ramalan-pasti kepada Ananda di tempatkan pd Bab ini. Dalam beberapa Sutra Mahayana lain juga ada menyatakan Ananda masih BELUM Arahat.

Sutra Mahayana yang menyatakan Ananda belum Arahat:
Karunapundarika Sutra
“Demikianlah yang telah Aku dengar.”
“Pada suatu ketika Buddha berdiam di Gunung Grdhakuta, Rajagaha bersama para Maha-bhiksu yang berjumlah 62.000, semuanya merupakan Arahant yang telah mengikis habis kebocoran batin, tiada lagi noda batin. Semuanya telah bebas, pikiran[mereka] telah terbebaskan, kebijaksanaan [mereka] telah terbebaskan.   Ibarat [orang] yang piawai dalam menjinakkan naga besar.  [Mereka] telah melakukan apa yang harus dilakukan, melepaskan beban berat, memperoleh manfaat bagi diri sendiri dan mengakhir kemelekatan, dan telah menembus pemahaman kebijaksanaan sejati,  [mereka telah mencapai pikiran yang leluasa, dengan semua pikiran mereka telah mencapai pantai seberang, kecuali Ananda.”   



Sutra2 lain yang di pembukaannya hampir sama dengan Sutra di atas misalnya: 
Maha Prajnaparamita Sutra, Ratnamegha Sutra,  Bodhisatva Buddhanusmrti Samadhi Sutra,  Sutra Permata Hujan, Sutra Buddha Naik Ke Surga Travatrimsa Memberi Khotbah Dharrma Kepada IbuNya, dll...

4
Studi Sutta/Sutra / Re: Buddhapadana: Pengaruh dari Mahayanis kah???
« on: 13 August 2016, 06:22:36 PM »
Diskusi di sini sepertinya beberapa kali menekankan bahwa masalah Buddhaketa/Buddha masa lampau ini dihubungkan dengan ranah imajinas/pikiran saja.
Padahal dalam Mahayana juga tidak sepenuhyna menganggapnya real.

Berikut kutipan dari Avatamsaka Sutra bagian Gandavyuha:

  “Putra bajik! Aku [telah] melihat para Tathagata sebanyak jumlah debu di sepuluh penjuru tanah Buddha. [Walaupun demikian] para Tathagata tersebut tidak datang ke sini, begitu juga aku tidak menuju ke sana. Bila aku hendak melihat Amitabha Tathagata di alam Sukhavati, maka aku akan dapat melihatnya dengan batinku. Bila aku hendak melihat Vajraprabha Tathagata di alam Candana, Ratnaprabha Tathagata di alam Keharuman Menakjubkan, Tathagata Cahaya Keheningan di alam Keemasan Menakjubkan, Aksobya Tathagata di alam Abhirati, Simha Tathagata di alam Kediaman Bajik, Chandrabodhi Tathagata di alam Cahaya Cermin, Vairocana Tathagata di alam Hiasan Singa Permata, demikian semuanya dapat terlihat. Lantas para Tathagata tersebut tidaklah datang menuju ke sini, dan tubuhku juga tidak pergi menuju ke sana. [Karena] dipahami bahwa semua Buddha dan batinku adalah bagaikan mimpi, dipahami bahwa semua Buddha ibarat wujud bayangan dan batin seperti air; dipahami bahwa semua wujud rupa Buddha dan batin diri itu bagaikan ilusi; dipahami bahwa semua Buddha dan batin sendiri bagaikan pantulan suara. Demikianlah aku memahami dan memikirkannya, bahwa para Buddha yang terlihat itu semua berasal dari batin sendiri." 

"Putra bajik! Ketahuilah bahwa bodhisattva dalam mempraktikkan Buddha Dharma, dalam memurnikan tanah Buddha, dalam mengumpulkan praktik menakjubkan, dalam mengendalikan makhluk hidup, dalam membangkitkan ikrar agung, dalam memasuki pintu segala kebijaksanaan lakon leluasa pembebasan tak terbayangkan, mencapai kebuddhaan, memperlihatkan kekuatan batin agung, menuju ke sepuluh penjuru semesta, dengan kebijaksanaan yang sangat halus memasuki berbagai kalpa. Semua ini berasal dari batin sendiri."   
 

5
Buddhisme Awal / Re: Perbandingan Teks Berbagai Sumber
« on: 25 January 2014, 05:39:15 PM »
Thx for the info, berarti memang benar versi 3 permintaan dari Sarvastivada lebih otentik daripada versi 8 permintaan dari Theravada walaupun Theravada sudah benar memasukkannya dalam komentar karena kisah pengangkatan pelayan tetap ini tidak bersifat kanonik, sedangkan kualitas mengagumkan dari Bhikkhu Ananda sebagai pelayan tetap dalam versi Pali sudah dimasukkan dalam Mahaparinibbana Sutta
New info:
仁王护国般若经疏 (The commentary of Prajna Sutra of the Humane King Who Protects His Country), adalah kitab komentar yang dibawakan Master Zhiyi (sesepuh mazhab Tiantai) di masa Dinasti Sui (abad ke-6 M) ,  dalam kitab ini beliau menjelaskan bahwa Ananda mengajukan 4 permintaan. Selain 3 permintaan yang sudah disebutkan sebelumnya, permintaan ke-4 adalah memohon Buddha mengulang khotbah yang sebelumnya belum pernah didengar Ananda. Master Zhiyi sendiri mengatakan 4 permintaan ini mengacu pada kitab 報恩經 (Bao En Jing). Kitab ini entah sama tidak dengan 大方便佛報恩經 (Da FangbianFoBaoEn Jing) (Taiso 156)yang diterjemahkan pada masa Dinasti Han Belakangan.   
Beberapa kitab komentar atas sutra-sutra Mahayana lain pada masa-masa setelah Master Zhiyi juga mengomentari hal yg sama , yakni 4 permintaan, bahkan turut menjelaskan bahwa di Maha Parinirvana Sutra menyebutkan 3 permintaan kemudian mengatakan 4 permintaan mengacu pada Bao En Jing.   

 

6
Buddhisme Awal / Re: Perbandingan Teks Berbagai Sumber
« on: 25 January 2014, 09:52:20 AM »
Ya, kalo secara topiknya memang masih nyambung :)

Mungkin juga ini adalah tambahan yang diberikan setelah konsili I (seperti Bakkula Sutta yang juga terdapat dalam MA 34 dan padanan Pali-nya di MN 124), tapi kalo penambahannya oleh Ananda sendiri kenapa tidak ditemukan dalam Nikaya Pali? (Entahlah kalo dalam Agama Sutra aliran lain ditemukan juga karena saya tidak ada ref Agama Sutra yang lain ;D )
Sekadar buat perbandingan lagi, di kitab 賢愚經 Xian Yu Jing (Taiso 0202)  juga menyebutkan Ananda mengajukan 3 permintaan. Tapi disebutkan bhw orang yang membaca pikiran Ananda di sini bukan Moggallana, melainkan Aniruddha. Kitab ini lebih jauh mengisahkan bhw tak terhingga asankheyakalpa lalu Ananda sudah melayani Buddha.   

7
Buddhisme Awal / Re: Perbandingan Teks Berbagai Sumber
« on: 25 January 2014, 12:02:49 AM »
Kalo versi Theravada tentang Bhikkhu Ananda menjadi pelayan tetap tidak dimasukkan dalam Nikaya, melainkan berasal dari komentar; jadi MA 33 itu tidak ada padanan suttanya dalam Nikaya Pali.

Secara garis besar, MA 33 yang diberi judul "Kotbah tentang [Bagaimana Ananda Menjadi] Pelayan" isinya memuji kualitas Bhikkhu Ananda yang narasinya dimulai dari sejak Bhikkhu Ananda ditunjuk sebagai pelayan tetap sampai pencapaian Kearahatan dan Parinibbana-nya Bhikkhu Ananda setelah Sang Buddha Parinibbbana di mana tiap kualitas yang disebutkan diakhiri dengan kalimat "Bahwa Yang Mulia Ananda .... [kualitas yang disebutkan], inilah yang dikatakan sebagai kualitas luar biasa dari Yang Mulia Ananda." Anehnya, kejadian dari Bhikkhu Ananda menjadi pelayan tetap sampai Parinibbana-nya dikatakan tsb dikisahkan oleh Sang Buddha sendiri karena pada sutta tersebut diakhiri dengan kalimat: "Itulah apa yang dikatakan Sang Buddha dan para bhikkhu bergembira menerimanya."

IMO, sepertinya MA 33 ini adalah tambahan yang dimasukkan Sarvastivada ke dalam Agama, namun untuk versi permintaan yang diajukan Bhikkhu Ananda kayaknya lebih otentik dibandingkan versi Theravada.
Pada pertengahan Sutta ini memang Sang Buddha-lah yang memuji kualitas Ananda sebagaimana Beliau ceritakan kepada Maha Moggalana. Jadi pada akhir kotbah mengatakan itu sebagai apa yang dikatakan Sang Buddha masih nyambung. :) Cuma mungkin karena topik Sutta ini adalah tentang Kualitas luar biasa Ananda , maka Ananda menambahkan beberapa point kualitas untuk melengkapi 'kelayakan' dirinya menjadi pelayan Sang Buddha bahkan sampai Buddha mahaparinibbana, di mana hal ini untuk menunjukkan kualitas itu masih tetap dipegang teguh olehnya. 

8
Buddhisme Awal / Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« on: 21 January 2014, 09:44:27 PM »
Pembahasan yg menarik dari om KK. Jika sudah masuk dalam ranah studi ilmiah (ilmu sejarah), sekalipun "membuktikan" Buddha tidak pernah hidup di dunia ini, ini merupakan pernyataan yang kredibel dalam perspektif ilmu sejarah, yang tidak dapat diganggu gugat oleh argumen-argumen dari sisi yang bersifat iman, spiritualis, agamais, atau aspek-aspek padanannya.
Sama seperti ketika seseorang disantet, dunia kedokteran hanya bisa mendiagnosa dan memberikan penanganan dari ranah ilmu kedokteran. Mau menyanggah hasil diagnosa dokter berdasarkan sudut pandang ilmu santet sampai ke mana pun ya percuma. Sekalipun orang itu mati, kendati benar karena santet, dokter tetap mengeluarkan surat hasil diagnosa: Mati serangan jantung, misalnya.  :)

 

9
Meditasi / Re: jatuh ke bhavanga
« on: 24 October 2011, 10:40:54 PM »
jelas sekali dalam kutipan anda dikatakan bahwa wafat terjadi setelah meninggalkan jhana 4
Apakah Keluar dari jhana 4 berarti langsung keluar dari meditasi? 
Benarkah ada orang yang saat mencapai jhana 4 bisa langsung keluar dari meditasi tanpa harus turun ke jhana 3, 2, 1 terlebih dahulu?

 [at] Mas Tidar, karena anda mengatakan konteksnya berbeda, maka saya tidak melanjutkan pertanyaannya lagi. Thks

 [at]  Om Indra, berarti pertanyaan di atas jadi OOT , tapi sekedar ingin tahu saja, mohon sharingnya.  _/\_

10
Meditasi / Re: jatuh ke bhavanga
« on: 24 October 2011, 09:06:48 PM »
Maha Parinibbana Sutta:
----------------------------------------------------------------
Kemudian Sang Bhagavā, meninggalkan pencapaian Lenyapnya Perasaan dan Persepsi, memasuki ke dalam Alam Bukan Persepsi dan juga bukan Bukan-Persepsi, dari sana Beliau memasuki Alam Kekosongan, Alam Kesadaran Tanpa Batas, Alam Ruang Tanpa Batas. Dari Alam Ruang Tanpa Batas, Beliau memasuki jhāna ke empat, dari sana masuk ke jhāna ke tiga, jhāna ke dua dan jhāna pertama. Meninggalkan jhāna pertama, Beliau memasuki jhāna ke dua, jhāna ke tiga, jhāna ke empat. Dan, akhirnya, meninggalkan jhāna ke empat, Sang Bhagavā akhirnya wafat.
-------------------------------------------------------------------------

Apakah Sang Bhagava  bukan termasuk wafat dalam keadaan meditatif? 
Ataukah konteksnya berbeda dengan yang ditanyakan Mas Tidar?
Karena menurut saya seseorang mati saat dalam meditasinya bukanlah hal yang buruk sejauh telah ada faktor-faktor penunjang yang membuatnya demikian, serta dia menghadapi kematian itu dengan penuh kesadaran.   
Mohon pencerahannya, thanks
 _/\_

11
jika anda katakan "menjelma", penjelmaan adalah salah satu mata rantai dari 12 mata rantai paticca-samuppada, dengan demikian apakah seorang Buddha masih terperangkap dalam lingkaran paticca-samuppada?
Seorang Buddha sdh tidak memiliki avijja, jadi tidak terperngkap dlm paticca-sammupadda. Istilah menjelma yang saya maksudkan bukan proses kemenjadian yang sama dengan Bhava paccaya jati, apalagi proses bhava paccaya jati hanya berlaku utk makhluk puthujjana yang difaktori oleh kammabhava dan uppatibhava.
Menjelma sini dapat diselaraskan dengan kekuatan iddhi seperti dalam Mahaparinibbana Sutta saat Buddha berbicara dengan kepada 8 kelompok mahluk sementara para mereka tidak tahu itu merupakan "jelmaan" Buddha.

12
iya bagi mahayana bagaimana?

pencapaian apapun soal manfaat itu hanya dirinya yang bisa mengetahui bermanfaat atau tidak, tidak ada hubungan dengan orang lain.
apa dengan seseorang menjadi arahat maka dia bisa membuat orang lain jadi arahat dengan otomatis misalnya dengan mengulang nama si arahat itu berulang2?

soal kecukupan bagi mahayana seperti apa? kenapa pencapaian arahat itu tidak cukup? apakah bahiya itu mencapai arahat itu menjadi mubajir?
Benar pencapaian apapun hanya diri sendiri yang tahu bermanfaat atau tidak. Tetapi tidak semua orang berpikiran sama. Ada juga orang yang menimbang bahwa  apakah pencapaiannya dpt bermanfaat bagi orang lain. Orang seperti ini disebut memiliki semangat altruis. Maka itu mengapa ada yang hanya ingin menjadi sravaka dan ada yang ingin lebih dari itu dan itu telah ditunjukkan oleh pertapa Sumedha ketika beliau lebih memilih mencapai Sammasambuddha dari pada Arahat dihadapan Buddha Dipankara.

Bermanfaat buat yang lain bukan berarti harus bisa mengubah orang lain secara langsung seperti yang bro pelintirkan bhw harus bisa membuat orang jadi arahat secara otomatis dengan melafal namanya terus. Tidak dapat membuat orang lain menjadi arahat scr otomatis, bukan berarti tidak bermanfaat, tetapi degn kekuatan kebijaksanaan dan kesabaran, seseorang akan dibimbing secara berangsur2, jika tdk pd kehidupan ini, masih ada kesmpatan di kehidupan akan datang, semua bergantung pd karma orang yang diajarkan dan tergantung pd kekuatan adhitana dari orang yang mngajarkan.

Pencapaian bahiya sdh saya jelaskan sebelumnya. Jadi tdk perlu sy ulang lagi.

13
acting... bahasa buddhis-nya UPAYA KAUSALYA...

Bisa jelaskan dulu apa itu Upaya Kausalya dan apa tujuannya?

Pernah baca Anguttara nikaya bagian bagian Ananda vagga?  Buddha mendeskripsikan sistem dunia yang maha luas dengan beribu2 tata surya yang mana beribu2 alam manusia, beribu2 alam dewa di dalam nya?
Menurut mu apa mungkin Buddha hanya muncul di jambudipa sini ini dengan umur hanya 80 tahun mengajar Dhamma 45 tahun, sedangkan luas sistem semesta ini begitu luas. Seorang Sammasambuddha menyempurnakan paramita begitu lama, dan setelah mencapai pencerahan, Beliau begitu disanjung dan dihormati para dewa dan brahma, tetapi Buddha hanya mengajar di Jambudipa sini selama 80 tahun yang sekejap mata.   

Jika tanpa upaya kausalya dan kekuatan menjelma, maka saya rasa pencapaian seorang Sammaambuddha tidak menunjukkan keistimewaan apapun bagi dunia ini, apalagi dengan adhitananya yang selalu dikumandangkan demi kebahagiaan semua makluk hidup saat diramal oleh Buddha Dipankara. 

14
IMO
mungkin penasaran dengan inkonsisten nya sutra-sutra yang bolak balik tidak ketemu, mana tahu bro chingik bisa menjelaskan lebih detail atau ada penemuan sutra2 baru. ^-^
Anggapan inkonsitensi ini hanya ada pd orang yang mindset nya terpaku pd penilaian bhw hanya aliran yang dianutnya pasti benar dan aliran lain salah.
Berdiskusilah secara objektif. Inkonsistensi yang anda sebutkan, jika benar demikian adanya, mengapa masalah gender yang saya singgung sblmnya tidak dianggap sama2 inskonsistensi dr ajaran Buddha, mohon jelaskan, jangan sedikit2 hanya mencari pembenaran tanpa argumen yang sehat, kalo hanya bisa mengatakan ajaran gini gitu, maka ajaran agama a sampai z juga bisa seenak2nya meneriakkan tuduhan tak berdasar pd siapa pun.
Kapasitas saya di sini hanya utk menyanggah argumen tak berdasar dari Kelana. Bukan mencari kesalahan pd aliran lain.  Tujuan saya hanya ingin mengembalikan pemahaman yang seimbang pd masing2 aliran.
 
 

15
di agama yg saya anut, tidak ada adegan spt itu, andalah yg menyinggung fenomena itu, jadi penjelasan itu tetap menjadi kewajiban anda. monggo
Kalo tidak ya sudah.
Saya cuma tau Theravada bahkan dlm RAPB mencatat bodhisatta bisa langsung berjalan dan berbicara. 
Dengan kemampuan seperti itu dalam mahayana tetap menganggap bodhisatva tidak "dilahirkan" , ttapi kekuatan menjelma.

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 61