Menurut Malalasekera dalam Dictionary of Pali Proper Names, mengutip pernyataan Samyuttanikāya Atthakatha, Vol. iii, 215, Bhikkhu Puraṇa masih seorang Sotapanna.
Samanera Peacemind, setahu saya dalam Dictionary of Pali disebutkan ada dua orang bernama Purana. yang mecapai Sotapanna adalah umat awam Purana, bukan bhikkhu Purana. Ini saya kutip:
1. Purāna
A monk who lived in Dakkhināgiri. It is said that when he visited Rājagaha after the holding of the First Council, he was asked to give his approval to the "findings" of the same. His answer was that he preferred to remember what he himself had heard and learnt from the Buddha. Vin.ii.189f.
2. Purāna
A chamberlain (thapati ? equerry) of Pasenadi. He was the brother of Isidatta and the father of Migasālā. In his later years he lived the life of a celibate and was reborn in Tusita as a sakadāgāmī. A.iii.348 ff.;v.138 ff. The SA (iii.215), however, says that Purāna was a sotāpanna.
Dan setahu saya yang diminta berpratisipasi dalam Konsili adalah para Arahat. Maka dari itu misalnya Ananda yang masih Sotapanna, ditolak masuk Konsili oleh Mahakassapa. Tapi bhikkhu Purana sendiri diundang untuk berpartisipasi dalam Konsili dan diundang untuk menyetujui, menjadikannya kemungkinan besar adalah seorang Arahat.
Dalam Pali Dictionary, Gavampati Thera adalah seorang Arahat. Tetapi Mahasanghika Vinaya dan Mulasarvastivada Vinaya mencatat beliau menolak menghadiri Konsili yang diadakan Mahakasyapa.
Dari 8 poin yang dikemukakan Bhiksu Purana, maka saya paham bahwa di vihara-vihara Tiongkok, Korea, Jepang dan Tibet, para bhiksu memasak sendiri (cooking indoors dan keeping food) dan ini tidak bertentangan dengan Vinaya. Apalagi 8 poin Purana dijelaskan dalam detail di Dharmaguptaka Vinaya yang sekarang dipegang oleh para Sangha Tiongkok dan Korea. Apalagi waktu YA Baizhang menggalakkan kemandirian Sangha yaitu bercocok tanam di masa sulit Buddhisme waktu itu, saya rasa sesuai dengan poin keempat dari bhiksu Purana yaitu: taking food of one's own accord.
The Siddha Wanderer