//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN  (Read 93235 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #330 on: 15 July 2010, 04:02:43 PM »


Quote
ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
Argument ini akan saya gunakan untuk membuktikan bahwa tuhan tidak ada. Saya akan membunuh tuhan. Pendekatan yang saya gunakan adalah pendekatan logika. Bukan pendekatan iman, bukan pula pendekatan agama.

banyak orang suka ngomongin logika. tapi kalo bertemu deva19, dia berhenti berbicara logika, karena deva19 dapt menunjukan kalau ternya dia tidak tau apa-apa soal logika. dia cuma bertingkah "so logika". saya jamin itu. tanya aja, coba sebutkan 19 rumus logika, bagaiman cara menyimpulkan ini, bagaimana cara menyimpulkan itu, bgaimana hukum dasar logika, pasti dia gak tau. sharusnya dia malu berbicara logika, bila dalam menyatakan kebenaran, tak satupun rumus logika yang dipergunakan.

di trhead ini, kita menyaksikan kesalahan fahaman sekelompok orang tentang apa yang disebut "tuhan". apa yang mereka bicarakan bukanlah tuhan.

pede ya lu... ha

Offline SatriaWicaksana

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 1
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #331 on: 14 April 2017, 08:31:27 PM »
MAJOR ARGUMENT #1 ADA REALITAS ABSOLUT, SUMBER SEGALA REALITAS RELATIF DAN ESA
Alam semesta ini,  termasuk manusia itu sendiri terbatas pada ruang, waktu, materi dan energi.  Keterbatasan pada ruang, waktu, materi dan energi adalah realitas yang relatif. Probabilitas realitas relatif menjadi penyebab dirinya sendiri adalah nihil. Perlu adanya realitas absolute yang menjadi sumber segala realitas yang relatif ini.

Sumber segala realitas ini mengarah kepada realitas yang Esa (Sansekerta) / Echad (Ibrani) / Ahad (Arab), mengarah pada satu yang absolute tanpa ada unsur penyusun apapun. Karena itu dzat, sifat dan perbuatannya tidak bisa dibatasi oleh ruang, waktu, materi dan energi serta tidak bisa dikurung dalam kategori apapun.

Dzat, sifat dan perbuatan realitas tersebut tidak bisa di logika. Tidak bisa diindera hanya dengan mata lahir. Namun bisa dipahami realitas yang “ahad”, sumber segala sesuatu / tempat bergantung segala sesuatu dan absolute, berbeda dengan makhluk yang relatif dengan mata bathin (spiritual yang tinggi). Ingat mata bathin (hati) mempunyai gelombang energi 500 kali lipat dari mata lahir.

MAJOR ARGUMENT #2 MANUSIA DIBERIKAN PILIHAN BEBAS (FREE CHOICE)
Tuhan ciptakan manusia sebagai karya terbaik. Tuhan menghargai manusia sebagai pribadi utuh (bukan robot) karena itu dianugerahkan kepada manusia kesadaran dan pilihan bebas (free choice). Kehendak dan kuasa Tuhan terhadap manusia untuk perbuatan baik dan buruk berada pada pilihan manusia sendiri, , tanggungjawab ada pada manusia sendiri.

Karena kesadaran dan  pilihan bebas (free choice) terletak ketinggian martabat manusia. Melalui mekanisme malaikat (cahaya hidup), wahyu (divine message) dan rasul (utusan), terjadi keterhubungan antara Absolute dan Relative, Tuhan telah memberikan “manual book” untuk jadi pedoman hidup manusia, agar utusan (rasul) bisa memberikan penjelasan sesuai bahasa manusia. Karena yg paling tau apa dan bagaimana ciptaan adalah pencipta itu sendiri.

MAJOR ARGUMENT #3 FINE TUNING ARGUMENT
Ada Hukum Termodinamika yg menyatakan bahwa proses alami cenderung bergerak menuju ke keadaan ketidakteraturan yang lebih besar. Ukuran ketidakteraturan ini dikenal dengan sistem entropi. Namun pergerakan semua benda baik dalam skala makrokosmik maupun kuantum subatomik terus beredar dan bergerak dengan tetap terus terjaga dalam momentum yg pas selama jangka waktu 3,75 ± 0.11 miliar tahun umur alam semesta.

Ada empat gaya fisika dasar yang diatur dengan tepat: elektromagnetisme, gravitasi , gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah. Setiap objek di alam semesta dipengaruhi oleh gaya-gaya ini. Keempat gaya ini diatur secara tepat dan seimbang sehingga perubahan sekecil apa pun akan melenyapkan semua kehidupan di alam semesta kita.

Professor John Polkinghorne, fisikawan dari Cambridge University, menyimpulkan, ”Apabila kita menyadari bahwa hukum-hukum alam pasti diatur secara tepat agar dapat menghasilkan alam semesta seperti yang kita lihat, kita pun jadi berpikir bahwa alam semesta tidak mungkin terjadi dengan sendirinya, tetapi harus ada suatu Pikiran Pencipta di balik itu semua.” Hal senada juga disampaikan Paul Davies (Fisikawan dari Australia University), Dr Frank Salisbury (Pakar DNA dari Utah State University, AS), Prof. Dr Kazuo Murakami (Pakar DNA dari University of Tsukuba Jepang) Prof.William A. Dembski (Fisikawan dari University of Illinois, AS) Michael J. Behe (Pakar Biokimia Molekuler dari  University of Pennsylvania) Dr. Donald E. Chittick (Pakar Kimia Fisika dari Oregon State University) Dr. Gerald Schroeder (Pakar Fisika Nuklir dari Massachusetts Institute of Technology )

Albert Einstein mengatakan,” such as it was, was his faith that God does not play dice with the universe -- that there are elegant, eventually discoverable laws, not randomness, at work. Saying "I'm not an atheist," (George F. Will, "The Mind That Changed the World" in The Washington Post, 6 January 2005; Page A19 (URL: http://www.washingtonpost.com/.../A51884-2005Jan5.html) . Ada “proto kesadaran”, super Intelligent,  dimensi  immateri, transenden, supernatural, yg diakui juga oleh Max Planck, David Bohm, Niels Bohr, Erwin Schroedinger, Werner Heisenberg, Kazuo Murakami, Eben Alexander dalam hasil-hasil makalah, jurnal dan risetnya.

Jangan terjebak pada kesalahan logika "argumentum ad ignoratiam" mengambil kesimpulan bahwa sesuatu yg tidak ada secara empiris berarti sesuatu itu tidak ada. Padahal tidak adanya bukti ada bukan berarti tidak ada. Kalau ukuran pengetahuan, kepercayaan adalah hanya bisa dilihat dengan mata telanjang, maka begitu banyak hal di alam semesta ini yg tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Kalau ukuran pengetahuan, kepercayaan hanya bukti obyektif, empiris, maka begitu banyak hal di alam semesta ini yg belum bisa dibuktikan secara obyektif, empiris oleh sains.



 

anything