//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II  (Read 62724 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #60 on: 19 October 2009, 03:51:09 PM »
soli OOT bentar..

ada apa dengan jumlah lembaran ganjil ?
Biasanya untuk hal suka cita, diberikan lembaran berjumlah genap dan dengan amplop merah (ang). Untuk hal duka cita, berjumlah ganjil dengan amplop putih (pek).


Apa anda yakin bahwa hal ini pasti ? Apa dasarnya sampai anda begitu yakin ?
Bukankah sudah terlihat bahwa "penentang" InJulia dapat membuktikan hukum kamma dan "pendukung" InJulia tidak bisa membuktikannya?



Quote
Quote
Terlepas dari itu, saya mau coba jawab semampu saya ...
Yang menerima:
- ia menerima angpau (vipaka) >>> sebab lalunya ia mengadakan hajat dan dihadiri oleh salah satu diantaranya orang yg memberikan angpau lembaran ganjil dan amplop putih,
- melihat angpau dan isinya  (mengetahui, merasakan, mempersepsikan),
- marah (cetana baru) ...

Yang memberi:
- Diundang/tau (vipaka),
- mengetahui hubungannya dengan obyek (mengetahui, merasakan/mempersepsikan),
- niat memberi >>> dalam hal ini berupa angpao (cetana)
- angpau itu diterima oleh si penerima (perbuatan hasil cetana)


Saya bahas yang saya warnai biru.
Jadi vipaka dari sebuah cetana "memberi" adalah "pemberian diterima."
Bagaimana jika ternyata pemberian tidak diterima?

Tetap merupakan akibat bagi si pemberi maupun si penerima karena mereka sudah bercetana

Jadi seandainya orang yang ingin belajar tentang Buddha bertanya, anda jawab seperti itu?

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #61 on: 19 October 2009, 03:59:32 PM »
inJulia ...
Lihat lagi tulisan saya diatas! 
Yang anda permasalahkan kan kalau ada vipaka, kamma mana yang mengekibatkan itu terjadi, begitu bukan ?
ya, demikian, Bro.

contoh gampangnya:
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...
Saya mikir dulu..... ;-)
[A]
Saya tertempeleng, adalah nyata, fakta.

Karma apa yang sudah saya lakukan sehingga membuahkan tempelengan Anda, ini yang menurut saya SULIT KITA CARI, telusuri SECARA PASTI.

***
Ataukah ini point yang hendak Bro tunjukkan:
Anda menempeleng(=karma), kemudian Anda nampak kasar(=Vipaka?).

Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)

[C]Tapi kalau Anda menempeleng, kemudian Anda dianggap jagoan, lalu diangkat jadi satpam. Apa boleh kita sebut ini juga bukti ketidakbenaran Hukum karma? Di sini karma buruk berbuah keberuntungan, seketika, sangat gamblang.

Bila di peristiwa kita akui sebagai bukti, dapatkah yang [C] kita perlakukan sama, terima juga sebagi bukti ketidakbenaran Hk karma?

Bila kita katakan, kalau di [C], masih ada faktor yang kita puthujjana belum ketahui seluk beluk pastinya sampai ia diangkat jadi Satpam. Kenapa di kita berani MERASA TAHU faktornya, alias HANYA MELIHAT "TEMPELENGAN" saja, mengabaikan faktor lainnya?

Standard ganda alias kurang fair.

Saya bertanya:
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?

Saya tunggu jawabannya!
Dalam peristiwa, contoh yang Anda berikan, menurut saya MASIH DUGAAN.
Kita melakukan STANDARD GANDA untuk peristiwa yang kita anggap gamblang dan sederhana.

Ketika pristiwa sederhana, seketika itu mendukung subyektivitas kita, kita anggap SEMUA FAKTORNYA SUDAH KITA TAHU.

Tapi ketika ada peristiwa sederhana, seketika yang tidak mendukung subyektivitas kita, kita ngeles dengan menyatakan ada faktor yang belum diikut sertakan.

Dalam hal ini, bagaimana caranya kita membedakan bahwa kita
SUDAH TAHU SEMUA atau BELUM TAHU SEMUA faktor2nya, kita harus jujur, itu kita lakukan secara subyektif, bukan obyektif.


Silahkan dikomentari, Bro.

Thanks
 _/\_

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #62 on: 19 October 2009, 04:05:22 PM »
Apa anda yakin bahwa hal ini pasti ? Apa dasarnya sampai anda begitu yakin ?
Bukankah sudah terlihat bahwa "penentang" InJulia dapat membuktikan hukum kamma dan "pendukung" InJulia tidak bisa membuktikannya?

Oh begitu ? Bukannya ini masih dugaan anda ?
Kan belum terbukti tuh ... :)) (inJulia mode>>>ON) ... :P

Quote
Quote
Terlepas dari itu, saya mau coba jawab semampu saya ...
Yang menerima:
- ia menerima angpau (vipaka) >>> sebab lalunya ia mengadakan hajat dan dihadiri oleh salah satu diantaranya orang yg memberikan angpau lembaran ganjil dan amplop putih,
- melihat angpau dan isinya  (mengetahui, merasakan, mempersepsikan),
- marah (cetana baru) ...

Yang memberi:
- Diundang/tau (vipaka),
- mengetahui hubungannya dengan obyek (mengetahui, merasakan/mempersepsikan),
- niat memberi >>> dalam hal ini berupa angpao (cetana)
- angpau itu diterima oleh si penerima (perbuatan hasil cetana)


Saya bahas yang saya warnai biru.
Jadi vipaka dari sebuah cetana "memberi" adalah "pemberian diterima."
Bagaimana jika ternyata pemberian tidak diterima?

Tetap merupakan akibat bagi si pemberi maupun si penerima karena mereka sudah bercetana

Jadi seandainya orang yang ingin belajar tentang Buddha bertanya, anda jawab seperti itu?


Saya sudah menulisnya ... itu cetana yang sudah dilakukan oleh saya yang berakibat pikiran saya merasa telah mengerjakan sesuatu ...

Itu juga yang telah anda baca dan merupakan vipaka anda ... Anda puas ... itu hasilnya ... anda tidak puas, anda akan bertanya kembali, kembali dan kembali bertanya ... Namun kepuasan ataupun ketidak puasan, tetap akan menimbulkan cetana baru yang nantinya akan berakibat kembali ... demikian seolah-olah rangkaian kamma ini tak pernah habis ...

Mengapa begitu ?
Karena ini semua kita kerjakan dari ketidak tahuan kita, oleh ketidak tahuan kita dan untuk ketidak tahuan kita ... :)

Apa yang terjadi setelah kita telah mengetahui ? No comment!  ... Rasakan sendiri aja ... :D

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #63 on: 19 October 2009, 04:15:59 PM »
inJulia ...
Lihat lagi tulisan saya diatas!  
Yang anda permasalahkan kan kalau ada vipaka, kamma mana yang mengekibatkan itu terjadi, begitu bukan ?
ya, demikian, Bro.

contoh gampangnya:
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...
Saya mikir dulu..... ;-)
[A]
Saya tertempeleng, adalah nyata, fakta.

Karma apa yang sudah saya lakukan sehingga membuahkan tempelengan Anda, ini yang menurut saya SULIT KITA CARI, telusuri SECARA PASTI.

Yah itu dia karena anda TIDAK MENGETAHUI bro!
Karena masih puthujjana, banyak tindakan yang kita gak sadari membuahkan akibat langsung...
Namun walaupun masih puthujjana, banyak juga tindakan yang kita sadari membuahkan akibat langsung...

***
Ataukah ini point yang hendak Bro tunjukkan:
Anda menempeleng(=karma), kemudian Anda nampak kasar(=Vipaka?).

Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)

Yah jelas susah lah ... Karena anda kan yang ditempeleng ... :))


[C]Tapi kalau Anda menempeleng, kemudian Anda dianggap jagoan, lalu diangkat jadi satpam. Apa boleh kita sebut ini juga bukti ketidakbenaran Hukum karma? Di sini karma buruk berbuah keberuntungan, seketika, sangat gamblang.

Bila di peristiwa kita akui sebagai bukti, dapatkah yang [C] kita perlakukan sama, terima juga sebagi bukti ketidakbenaran Hk karma?

Bila kita katakan, kalau di [C], masih ada faktor yang kita puthujjana belum ketahui seluk beluk pastinya sampai ia diangkat jadi Satpam. Kenapa di kita berani MERASA TAHU faktornya, alias HANYA MELIHAT "TEMPELENGAN" saja, mengabaikan faktor lainnya?

Standard ganda alias kurang fair.

Sangat jelas bro ... Itu menunjukkan anda dah mau MUTER-MUTER ... :))
Dah pusing bro ? Ngaso dulu atuh ... Jangan muter-muter ... tar tambah pusing ... :))

Saya bertanya:
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?

Saya tunggu jawabannya!
Dalam peristiwa, contoh yang Anda berikan, menurut saya MASIH DUGAAN.
Kita melakukan STANDARD GANDA untuk peristiwa yang kita anggap gamblang dan sederhana.

Ketika pristiwa sederhana, seketika itu mendukung subyektivitas kita, kita anggap SEMUA FAKTORNYA SUDAH KITA TAHU.

Tapi ketika ada peristiwa sederhana, seketika yang tidak mendukung subyektivitas kita, kita ngeles dengan menyatakan ada faktor yang belum diikut sertakan.

Dalam hal ini, bagaimana caranya kita membedakan bahwa kita
SUDAH TAHU SEMUA atau BELUM TAHU SEMUA faktor2nya, kita harus jujur, itu kita lakukan secara subyektif, bukan obyektif.


Silahkan dikomentari, Bro.

Thanks
 _/\_

Silahkan anda muter-muter dengan kasus-kasus baru yang anda ingin tulis bro ... :))
Bebas koq selama nggak di lock sama yang satu itu tuh ...  ^-^


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #64 on: 19 October 2009, 04:18:12 PM »
Oh begitu ? Bukannya ini masih dugaan anda ?
Kan belum terbukti tuh ... :)) (inJulia mode>>>ON) ... :P
Apa maksud dari pertanyaan seperti ini?



Quote
Saya sudah menulisnya ... itu cetana yang sudah dilakukan oleh saya yang berakibat pikiran saya merasa telah mengerjakan sesuatu ...

Itu juga yang telah anda baca dan merupakan vipaka anda ... Anda puas ... itu hasilnya ... anda tidak puas, anda akan bertanya kembali, kembali dan kembali bertanya ... Namun kepuasan ataupun ketidak puasan, tetap akan menimbulkan cetana baru yang nantinya akan berakibat kembali ... demikian seolah-olah rangkaian kamma ini tak pernah habis ...

Mengapa begitu ?
Karena ini semua kita kerjakan dari ketidak tahuan kita, oleh ketidak tahuan kita dan untuk ketidak tahuan kita ... :)

Apa yang terjadi setelah kita telah mengetahui ? No comment!  ... Rasakan sendiri aja ... :D

Tidak apa-apa. Hanya tertarik saja melihat penjelasan umat Buddhist bahwa suatu niat baik bisa menghasilkan vipaka yang menyedihkan.
Sudah, saya puas kok. :)

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #65 on: 19 October 2009, 04:22:00 PM »
Oh begitu ? Bukannya ini masih dugaan anda ?
Kan belum terbukti tuh ... :)) (inJulia mode>>>ON) ... :P
Apa maksud dari pertanyaan seperti ini?

Saya melihat anda terlalu serius dalam berdiskusi, anggap saja ini hanya lelucon dari saya bro ... :))

_/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #66 on: 19 October 2009, 04:23:23 PM »
Oh begitu ? Bukannya ini masih dugaan anda ?
Kan belum terbukti tuh ... :)) (inJulia mode>>>ON) ... :P
Apa maksud dari pertanyaan seperti ini?

Saya melihat anda terlalu serius dalam berdiskusi, anggap saja ini hanya lelucon dari saya bro ... :))

_/\_


Jika berkenaan dengan dhamma, saya memang enggan bercanda.
 _/\_

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #67 on: 19 October 2009, 04:40:59 PM »
maaf, ada keliru simbol (B) sehingga post saya jadi kacau.
repost...  ^:)^

inJulia ...
Lihat lagi tulisan saya diatas! 
Yang anda permasalahkan kan kalau ada vipaka, kamma mana yang mengekibatkan itu terjadi, begitu bukan ?
ya, demikian, Bro.

contoh gampangnya:
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...
Saya mikir dulu..... ;-)
(A)
Saya tertempeleng, adalah nyata, fakta.

Karma apa yang sudah saya lakukan sehingga membuahkan tempelengan Anda, ini yang menurut saya SULIT KITA CARI, telusuri SECARA PASTI.

***
Ataukah ini point yang hendak Bro tunjukkan:
(B)Anda menempeleng(=karma), kemudian Anda nampak kasar(=Vipaka?).

Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)

[C]Tapi kalau Anda menempeleng, kemudian Anda dianggap jagoan, lalu diangkat jadi satpam. Apa boleh kita sebut ini juga bukti ketidakbenaran Hukum karma? Di sini karma buruk berbuah keberuntungan, seketika, sangat gamblang.

Bila di peristiwa (B) kita akui sebagai bukti, dapatkah yang [C] kita perlakukan sama, terima juga sebagi bukti ketidakbenaran Hk karma?

Bila kita katakan, kalau di [C], masih ada faktor yang kita puthujjana belum ketahui seluk beluk pastinya sampai ia diangkat jadi Satpam. Kenapa di (B) kita berani MERASA TAHU faktornya, alias HANYA MELIHAT "TEMPELENGAN" saja, mengabaikan faktor2 lainnya?

Standard ganda alias kurang fair.

Saya bertanya:
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?

Saya tunggu jawabannya!
Dalam peristiwa, contoh yang Anda berikan, menurut saya MASIH DUGAAN.
Kita melakukan STANDARD GANDA untuk peristiwa yang kita anggap gamblang dan sederhana.

Ketika pristiwa sederhana, seketika, gamblang itu mendukung pendapat kita, kita anggap SEMUA FAKTORNYA SUDAH KITA TAHU.

Tapi ketika ada peristiwa sederhana, seketika, gamblang yang tidak mendukung pendapat kita, kita ngeles dengan menyatakan ada faktor yang belum diikut sertakan.

Dalam hal ini, bagaimana caranya kita membedakan bahwa kita
SUDAH TAHU SEMUA atau BELUM TAHU SEMUA faktor2nya, kita harus jujur, itu kita lakukan secara subyektif, bukan obyektif.


Silahkan dikomentari, Bro.

Thanks
 _/\_

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #68 on: 19 October 2009, 04:55:12 PM »
Silahkan anda muter-muter dengan kasus-kasus baru yang anda ingin tulis bro ... :))
Bebas koq selama nggak di lock sama yang satu itu tuh ...  ^-^


Sebagai Umat Buddha,
kita berusaha untuk menerapkan
Azas KONSISTENSI, KEJUJURAN, Bro.
dan
Menghindari otak atik gathuk.

Kebenaran, diputer kemanapun tetap bisa konsisten.
Tapi kalau otak atik gathuk, diputer dikit sudah berantakan....

 _/\_

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #69 on: 19 October 2009, 05:03:34 PM »
maaf, ada keliru simbol (B) sehingga post saya jadi kacau.
repost...  ^:)^

Makanya jangan dibuat ribet bro ... :))
Jadi salah sendiri kan ? (padahal, saya belum liat ada posting yang menyalahkan lho ...  ^-^ )

contoh gampangnya:
Kalau anda saya tempeleng, anda sakit ... itu vipaka anda ... sebabnya ... anda membuat sebuah alasan untuk saya tempeleng (NYATA dan TERBUKTI) ... saat saya menempeleng anda, itu cetana yang dilakukan dengan jasmani ... yang berakibat saya jadi kelihatan kasar ... itu saja ... cukup !
(perumpamaan aja yah) ...
Saya mikir dulu..... ;-)
(A)
Saya tertempeleng, adalah nyata, fakta.

Karma apa yang sudah saya lakukan sehingga membuahkan tempelengan Anda, ini yang menurut saya SULIT KITA CARI, telusuri SECARA PASTI.


Saya ulangi:
Yah itu dia karena anda TIDAK MENGETAHUI bro!
Karena masih puthujjana, banyak tindakan yang kita gak sadari membuahkan akibat langsung...
Namun walaupun masih puthujjana, banyak juga tindakan yang kita sadari membuahkan akibat langsung...

Saya tambahkan:
Akibat yang dirasa oleh orang lain tidak semuanya diketahui oleh si pembuat sebab (seperti halnya anda tidak mengetahui dan mempertanyakan sebab anda saya tempeleng) ...

Pernah mikirin kenapa timbul kata "maaf" gak bro ?
kalo belum, pikirin, trus bahas disini!

***
Ataukah ini point yang hendak Bro tunjukkan:
(B)Anda menempeleng(=karma), kemudian Anda nampak kasar(=Vipaka?).

Apakah peristiwa ini bisa disebut: Bukti kebenaran Hk Karma?
Susah juga saya merespon, membantah ini. ;-)

[C]Tapi kalau Anda menempeleng, kemudian Anda dianggap jagoan, lalu diangkat jadi satpam. Apa boleh kita sebut ini juga bukti ketidakbenaran Hukum karma? Di sini karma buruk berbuah keberuntungan, seketika, sangat gamblang.

Bila di peristiwa (B) kita akui sebagai bukti, dapatkah yang [C] kita perlakukan sama, terima juga sebagi bukti ketidakbenaran Hk karma?

Bila kita katakan, kalau di [C], masih ada faktor yang kita puthujjana belum ketahui seluk beluk pastinya sampai ia diangkat jadi Satpam. Kenapa di (B) kita berani MERASA TAHU faktornya, alias HANYA MELIHAT "TEMPELENGAN" saja, mengabaikan faktor2 lainnya?

Standard ganda alias kurang fair.

Saya tidak membuat kasus berkembang! Anda yang membuatnya!
Sangat jelas bro ... Itu menunjukkan anda dah mau MUTER-MUTER ...  :))
Dah pusing bro ? Ngaso dulu atuh ... Jangan muter-muter ... tar tambah pusing ...  :))

Saya bertanya:
Contoh GAMPANG yang saya tulis diatas merupakan DUGAAN atau BUKTI NYATA ?

Saya tunggu jawabannya!
Dalam peristiwa, contoh yang Anda berikan, menurut saya MASIH DUGAAN.
Kita melakukan STANDARD GANDA untuk peristiwa yang kita anggap gamblang dan sederhana.

Ketika pristiwa sederhana, seketika, gamblang itu mendukung pendapat kita, kita anggap SEMUA FAKTORNYA SUDAH KITA TAHU.

Tapi ketika ada peristiwa sederhana, seketika, gamblang yang tidak mendukung pendapat kita, kita ngeles dengan menyatakan ada faktor yang belum diikut sertakan.

Dalam hal ini, bagaimana caranya kita membedakan bahwa kita
SUDAH TAHU SEMUA atau BELUM TAHU SEMUA faktor2nya, kita harus jujur, itu kita lakukan secara subyektif, bukan obyektif.


Silahkan dikomentari, Bro.

Thanks
 _/\_

Silahkan anda muter-muter dengan kasus-kasus baru yang anda ingin tulis bro ... :))
Bebas koq selama nggak di lock sama yang satu itu tuh ...  ^-^


Sebagai Umat Buddha,
kita berusaha untuk menerapkan
Azas KONSISTENSI, KEJUJURAN, Bro.
dan
Menghindari otak atik gathuk.

Kebenaran, diputer kemanapun tetap bisa konsisten.
Tapi kalau otak atik gathuk, diputer dikit sudah berantakan....

 _/\_

Juga saya tambahkan bro ...
Kebenaran, diterangkan bagaimanapun akan tidak dirasakan, karena kebenaran yang anda maksud itu, tidak bakal ada dan tidak akan pernah ada kalau hanya sebatas penulisan ... :))

_/\_

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #70 on: 19 October 2009, 05:28:58 PM »
To Bro Chane and All,

[at]  Injulia

Banyak orang suka membicarakan perbuatan baik atau seakan-akan sebagai perbuatan baik, tetapi tidak dan enggan  melakukan apapun , dan menjadikan wacana untuk didiskusikan, apakah ini termasuk orang yang menpunyai keyakinan terhadap Hukum Kamma ? Tentu sangat sukar untuk menjawabnya. Tetapi reaksi social bereaksi negatif terhadapnya, mungkin ditinjau dari segi manfaat, ini dapat dikatakan sebagai kamma yang berbuah.  

Kadang keputusan selalu berada ditangan kita mendapatkan hasil yang baik ( kusala kamma ) atau hasil yang buruk ( akusala kamma ). Sama seperti kisah nyata dibawah ini. Kalau dilihat dan dievaluasi,  kamma baik atau kamma buruk yang berbuah hanya beda waktu beberapa detik atau menit. Karena pembuat keputusan yang menentukannya hasil akhir.

Maka saya punya ungkapan :

LUPAKAN KEBAIKAN YANG PERNAH DILAKUKAN, TETAPI SELALU INGAT BAHWA KITA BELUM MELAKUKAN KEBAIKAN MELALUI PIKIRAN, UCAPAN DAN PERBUATAN SAAT  INI.

IMO, ini ajaran Buddha yang harus diingat selalu.

Saya sajikan 2 artikel yang hampir sama.  


Thanks Bro Change atas penjelasannya.
Sangat bagus kandungan moralnya.

Kita di sini semua berDANA DHAMMA.
Semua pihak (tanpa kecuali) merasa ingin mengingatkan teman lain atas apa yang ia pandang benar. Sharing, berbagi. Ini karma baik.

(mungkin ada pihak yang tidak berniat baik, tidak tertutup kemungkinan ini, tapi paling tidak kita berusaha positive thinking, karena:)

Bila kebaikan salah satu pihak dianggap negative, kemudian kita
melakukan respon yang emosional, menuduh, dengan asumsi pihak lain jahat, mengacau, dlsb., ini sudah termasuk Karma buruk, rasanya.

So, mari kita berusaha POSITIVE THINKING. Walau kita berbeda pendapat, pandangan. bahwa bukan hanya pihak kita yang pasti baik, pihak lain juga punya kemungkinan bercetana baik.

So, sebaiknya buang jauh2 dulu negative thinking yang kita miliki.

maaf, ini bukan khusus buat Bro Change, ya. Maaf.
Saya tulis karena saya anggap bagus buat Forum ini.

Thanks
Sampai besok, ya offline dulu.
 _/\_

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #71 on: 19 October 2009, 06:00:42 PM »
BUKTI dari HUKUM KAMMA TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN adalah :
Anda tidak dapat mengetahui secara PASTI apa yg akan terjadi di masa yg akan datang.

Apabila sesuatu terjadi persis sebagaimana yg anda perkirakan, hal tersebut hanya karena suatu kebetulan berdasarkan perhitungan, bukan karena pasti akan demikian (bandingkan dengan para pemain saham). Yang sebenarnya terjadi adalah begitu banyak variabel kemungkinan yg dapat terjadi dikarenakan begitu banyaknya faktor yg saling bertautan.

Kembali ke para pemain saham, apakah ada yg selalu dapat memprediksi apa yg akan terjadi di pasar saham secara tepat tanpa meleset? apakah apabila tepat itu dikarenakan kecermatan sang pemain, ataukah kemelesetannya dikarenakan kebodohan sang pemain?

Yang dapat dipahami dari hukum kamma adalah bahwa suatu perbuatan yg disertai niat akan berbuah, suatu perbuatan dengan niat tersebut membawa suatu POTENSI akibat, namun jangan lupa bahwa potensi inipun tidak PASTI berbuah, dikarenakan oleh karma lainnya karma tersebut dapat hancur dan dilain pihak vipaka suatu kamma dapat memiliki efek ganda disebabkan kamma pendukung lainnya, bahkan ADA kamma yg memang tidak berbuah karena kadaluarsa.

Sekali lagi,
Hukum kamma tidak dapat dibuktikan
Namun walau begitu
Hukum kamma dapat dimengerti
Karena Hukum kamma diajarkan dengan sempurna oleh Yang Telah Tercerahkan, Yang Sadar, Yang Melihat.

Apabila Hukum kamma diajarkan oleh bukan Yang Telah Tercerahkan, maka tidak perlu seorang Sammasambuddha yg menemukan dan mengajarkan hukum kamma (bedakan dengan hukum kamma dari ajaran lain), cukup seorang manusia biasa yg telah menyelidiki dan membuktikannya sendiri dan mengajarkannya kepada yg lain.

Pertanyaannya: Mengapa harus/hanya seorang Sammasambuddha yg dapat mengetahui dan mengajarkan hukum kamma? Mengapa tidak ada manusia lain yg dapat merumuskannya secara jelas sebagaimana yang diajarkan oleh Sang Buddha?
yaa... gitu deh

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #72 on: 19 October 2009, 06:23:01 PM »
BUKTI dari HUKUM KAMMA TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN adalah :
Anda tidak dapat mengetahui secara PASTI apa yg akan terjadi di masa yg akan datang.

Apabila sesuatu terjadi persis sebagaimana yg anda perkirakan, hal tersebut hanya karena suatu kebetulan berdasarkan perhitungan, bukan karena pasti akan demikian (bandingkan dengan para pemain saham). Yang sebenarnya terjadi adalah begitu banyak variabel kemungkinan yg dapat terjadi dikarenakan begitu banyaknya faktor yg saling bertautan.

Yup ... Dalam hal masa datang ini saya setuju ... Lalu gimana pendapat anda tentang kejadian-kejadian yang baru saja anda alami ... (contoh gampangnya: karena cetana anda menulis post, saya merepost yang tentunya anda baca) ?


Kembali ke para pemain saham, apakah ada yg selalu dapat memprediksi apa yg akan terjadi di pasar saham secara tepat tanpa meleset? apakah apabila tepat itu dikarenakan kecermatan sang pemain, ataukah kemelesetannya dikarenakan kebodohan sang pemain?

Ramalan, duga-menduga ini yang tidak dianjurkan oleh 'Yang Tercerahkan', tapi tentunya anda setuju kalau bahasan saat sekarang dan masa depan tidak sama bukan ? :)

Yang dapat dipahami dari hukum kamma adalah bahwa suatu perbuatan yg disertai niat akan berbuah, suatu perbuatan dengan niat tersebut membawa suatu POTENSI akibat, namun jangan lupa bahwa potensi inipun tidak PASTI berbuah, dikarenakan oleh karma lainnya karma tersebut dapat hancur dan dilain pihak vipaka suatu kamma dapat memiliki efek ganda disebabkan kamma pendukung lainnya, bahkan ADA kamma yg memang tidak berbuah karena kadaluarsa.

Bisa minta contohnya bro ? :)

Sekali lagi,
Hukum kamma tidak dapat dibuktikan
Namun walau begitu
Hukum kamma dapat dimengerti
Karena Hukum kamma diajarkan dengan sempurna oleh Yang Telah Tercerahkan, Yang Sadar, Yang Melihat.

Saat nanti ... yup ... saat sekarang ?

Apabila Hukum kamma diajarkan oleh bukan Yang Telah Tercerahkan, maka tidak perlu seorang Sammasambuddha yg menemukan dan mengajarkan hukum kamma (bedakan dengan hukum kamma dari ajaran lain), cukup seorang manusia biasa yg telah menyelidiki dan membuktikannya sendiri dan mengajarkannya kepada yg lain.

Yang dijelaskan seperti tertulis pada buku-buku adalah pertanyaan-pertanyaan tentang kejadian-kejadian yang jauh dari masa sekarang (dahulu atau masa depan) ... Bagaimana untuk yang sekarang ?

Pertanyaannya: Mengapa harus/hanya seorang Sammasambuddha yg dapat mengetahui dan mengajarkan hukum kamma? Mengapa tidak ada manusia lain yg dapat merumuskannya secara jelas sebagaimana yang diajarkan oleh Sang Buddha?

Karena berpikir, maka aku ada ... itu saja makna dan jawaban dari saya dari pertanyaan anda ...

_/\_
« Last Edit: 19 October 2009, 06:27:13 PM by g.citra »

Offline Tekkss Katsuo

  • Sebelumnya wangsapala
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.611
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #73 on: 19 October 2009, 08:26:49 PM »
 _/\_

wew Baru seharian nga liat liat udh sampai halaman 5.  :))
Ayo kita pahami Hukum Kamma,, soal bukti (tergantung persepsi org, mungkin sebagian org menganggap bukti adalah sesuatu yg harus ditunjukkan seseorg secara langsung kepada org lain misalnya,
A : kamu ada jual televisi nga?
B : ada donk?
A : Mana buktinya kalo kamu ada?
B : ini televisinya liat ini.............(bukti langsung dikasih liat)
eee bukan sampai disini sajaaaa

A; Dari mana saya tao ini televisi? (padahal udh nyata nyata itu televisi, tp karena si A tdk mengerti yg namanya itu televisi, walau ditunjukkan jg kagak ngerti bahwa itu adalah televisi)
B : cape deh.

 :))

demikian Hukum Kamma bisa dipahami.. bagi org yang mau memahami dan mampu memahaminya....

 _/\_

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Membuktikan kebenaran Hukum Karma? II
« Reply #74 on: 19 October 2009, 09:02:13 PM »
Ya sudah kalo hanya sang Buddha yang cuma bisa mengetahui Hukum karma aye juga mau bilang hanya Tuhan yang mengatur semua itu, kalian aja yang ditutupi debu di matamu =))
baca nih :
Matius
7:3  Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

makanya kalo milih kepercayaan jangan buatan manusia makanya pada pusing =))  carilah dahulu kerajaan Allah dong ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything