//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta  (Read 12213 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #15 on: 22 October 2009, 04:18:40 PM »
Dalam setiap citta, PASTI ada SANNA dan juga vedana (2 dari 7 sabbacitta sadharana cetasika = 7 cetasika yg ada dalam semua citta)

saat kontak dengan objek via pancadvara (5 pintu indera), disitu muncul 5 kesadaran yaitu kesadaran melihat, mendengar, membaui/mencium, mengecap dan merasakan (kulit)
dengan vedana, dapat dirasakan apakah itu vedana yg menyenangkan/sukha, ataukan yg tidak menyenangkan/dukkha
tapi dengan sanna, dapat diketahui itu adalah panas, dingin, dsbnya

setelah itu, barulah di batin muncul kesadaran via manodvara (pintu indera pikiran) yg obyeknya adalah lampau, sesuai yg ada di pancadvara
dimana vedananya ada 3 yaitu somanassa, domanassa dan netral
dan persepsi yg muncul bisa menambahkan apa yg muncul di indera, pun bisa mengurangi apa yg muncul di pancadvara......

jadi dalam kasus misal org yg sedang meditasi lalu dipukulkan genderang keras2 dekat telinganya.
secara pancadvara, itu adalah obyek yg tidak menyenangkan
tapi karena batinnya sedang fokus pada obyek lain di manodvara-nya, maka obyek di pancadvara diabaikan
« Last Edit: 22 October 2009, 04:25:14 PM by markosprawira »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #16 on: 22 October 2009, 04:40:38 PM »
apakah menurut Bro Kainyin, pada jhana 1, meditator tidak bisa melihat (jika buka mata), tidak bisa mendengar suara, tidak  bisa mencium bau, dll?

Saya tidak tahu tentang membuka mata pada jhana 1. Untuk yang lainnya, menurut saya, memang tidak bisa.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #17 on: 23 October 2009, 01:35:48 PM »
Saat konsentrasi fokus pada 1 panca indera secara terus menerus tidak henti, tentunya tidak akan muncul kesadaran pada indera lainnya

namun bukan berarti "tidak bisa" dalam artian secara vipaka, yg maksudnya secara peristiwa yg terjadi

kasus serupa sama pada genderang yg dipukul keras2 diatas

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #18 on: 23 October 2009, 09:30:14 PM »
Ini bukan soal Sutta sesuai judul, tapi membahas keadaan Jhana, kayanya ngga cocok kalo dipost di thread ttg siapa mencapai Jhana. Kalau ngga sesuai, tolong Mod-Glomod pindahin ke thread yg sesuai aja deh..

Tentang persepsi indriawi atau nafsu indriawi:
Potthapada Sutta
Jhana 1:
Quote
"... His earlier perception of sensuality ceases...

Ini tentang opini keadaan Jhana sbg keadaan tertutup dr 5 indera lainnya
Jhana 3:
Indriya-vibhanga Sutta
Quote
"... With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' ..."

Anuruddha Sutta
Quote
"... with the fading of rapture, you will remain in equanimity, mindful & alert, physically sensitive to pleasure. You will enter & remain in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous and mindful, he has a pleasant abiding.' ..."

Lebih jauh dlm sutta2 lain misal Latukikopama, dikatakan dari Jhana 1-3:
"... still perturbable state ..."

Memasuki Jhana 4 ke atas baru dikatakan: "imperturbable state"

_/\_
appamadena sampadetha

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #19 on: 23 October 2009, 09:46:27 PM »
dan lagi ini topik yg sulit dibahas tanpa kata2 "menurut pengalaman saya..." yg berarti mengklaim bahwa saya sudah jhana 1/2/dst

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #20 on: 23 October 2009, 10:04:59 PM »
dan lagi ini topik yg sulit dibahas tanpa kata2 "menurut pengalaman saya..." yg berarti mengklaim bahwa saya sudah jhana 1/2/dst
kalo gitu nambahin di atas: menurut pengalaman Sutta, eh pengalaman Sang Buddha, katanyaa.. :whistle:
appamadena sampadetha

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #21 on: 30 October 2009, 09:52:25 PM »
quoting from bro peacemind utk melihat dari sudut yg lain

Quote from: peacemind

‘So vivicceva kāmehi, vivicca akusalehi dhammehi savitakkaṃ savicāraṃ vivekajaṃ pītisukhaṃ paṭhamaṃ jhānaṃ upasampajja viharati."

Yang bisa diterjemahkan demikian:

"Secluded from sensual pleasures and  unwholesome states, and accompanied with applied thought and sustained thought, one enters and dwells in the first Jhana born from rapture and happiness".

Kalimat "Secluded from sensual pleasures - (vivicca kāmehi / terpencil dari nafsu indera)" akan menjawab mengapa dalam jhana pertama seseorang bebas dari kāmasañña.

There is no place like 127.0.0.1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #22 on: 31 October 2009, 10:54:33 AM »
Ini bukan soal Sutta sesuai judul, tapi membahas keadaan Jhana, kayanya ngga cocok kalo dipost di thread ttg siapa mencapai Jhana. Kalau ngga sesuai, tolong Mod-Glomod pindahin ke thread yg sesuai aja deh..

Tentang persepsi indriawi atau nafsu indriawi:
Potthapada Sutta
Jhana 1:
Quote
"... His earlier perception of sensuality ceases...

Ini tentang opini keadaan Jhana sbg keadaan tertutup dr 5 indera lainnya
Jhana 3:
Indriya-vibhanga Sutta
Quote
"... With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' ..."

Anuruddha Sutta
Quote
"... with the fading of rapture, you will remain in equanimity, mindful & alert, physically sensitive to pleasure. You will enter & remain in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous and mindful, he has a pleasant abiding.' ..."

Lebih jauh dlm sutta2 lain misal Latukikopama, dikatakan dari Jhana 1-3:
"... still perturbable state ..."

Memasuki Jhana 4 ke atas baru dikatakan: "imperturbable state"

_/\_
Ya, menurut saya (bukan "pengalaman saya"), memang dalam jhana I - III, keadaan tersebut masih bisa 'terganggu'. Maka dikatakan seseorang yang tidak memiliki vasi, tidak bisa masuk dan keluar jhana sesuai keinginannya. Namun gangguan tersebut berdasar dari dalam (misalnya kekuatan konsentrasinya goyah), bukan dari luar (misalnya dipanggil orang lain). Sekali lagi, menurut saya, yang tentu saja belum tentu benar demikian.




dan lagi ini topik yg sulit dibahas tanpa kata2 "menurut pengalaman saya..." yg berarti mengklaim bahwa saya sudah jhana 1/2/dst
Silahkan siapa pun mengklaim sudah jhana atau sudah Arahat, bahkan Samma-sambuddha. Bukankah segalanya tercermin dari pengetahuan dan perilakunya? Dalam sebuah diskusi, pemikiran yang dituangkan seseoranglah yang memiliki arti. Klaim siapa pun dia (Buddha/Puthujjana), apa pun reputasinya (pernah melakukan keajaiban ganda/tidak pernah meditasi), dari mana referensinya (bertemu Buddha langsung/dikasih tahu tukang sate), tidak berarti sama sekali. Kecuali bagi orang yang memang subjektif. 


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #23 on: 02 November 2009, 08:14:23 PM »
dan lagi ini topik yg sulit dibahas tanpa kata2 "menurut pengalaman saya..." yg berarti mengklaim bahwa saya sudah jhana 1/2/dst
Silahkan siapa pun mengklaim sudah jhana atau sudah Arahat, bahkan Samma-sambuddha. Bukankah segalanya tercermin dari pengetahuan dan perilakunya? Dalam sebuah diskusi, pemikiran yang dituangkan seseoranglah yang memiliki arti. Klaim siapa pun dia (Buddha/Puthujjana), apa pun reputasinya (pernah melakukan keajaiban ganda/tidak pernah meditasi), dari mana referensinya (bertemu Buddha langsung/dikasih tahu tukang sate), tidak berarti sama sekali. Kecuali bagi orang yang memang subjektif. 

Bro Kainyin, merujuk postingan anda di thread lain, saya menangkap bahwa jika seseorang berdiskusi dengan merujuk pada referensi kitab, atau orang lain, maka menurut anda orang itu tidak sungguh-sungguh berjuang mencapai jhana. dan di sini, saya menangkap bahwa seseorang yg berdiskusi dengan merujuk pada pengalaman pribadi, menurut anda juga tidak valid, mohon petunjuk Bro, bagaimanakah sebaiknya suatu diskusi dilakukan?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #24 on: 03 November 2009, 08:48:29 AM »
dan lagi ini topik yg sulit dibahas tanpa kata2 "menurut pengalaman saya..." yg berarti mengklaim bahwa saya sudah jhana 1/2/dst
Silahkan siapa pun mengklaim sudah jhana atau sudah Arahat, bahkan Samma-sambuddha. Bukankah segalanya tercermin dari pengetahuan dan perilakunya? Dalam sebuah diskusi, pemikiran yang dituangkan seseoranglah yang memiliki arti. Klaim siapa pun dia (Buddha/Puthujjana), apa pun reputasinya (pernah melakukan keajaiban ganda/tidak pernah meditasi), dari mana referensinya (bertemu Buddha langsung/dikasih tahu tukang sate), tidak berarti sama sekali. Kecuali bagi orang yang memang subjektif. 

Bro Kainyin, merujuk postingan anda di thread lain, saya menangkap bahwa jika seseorang berdiskusi dengan merujuk pada referensi kitab, atau orang lain, maka menurut anda orang itu tidak sungguh-sungguh berjuang mencapai jhana. dan di sini, saya menangkap bahwa seseorang yg berdiskusi dengan merujuk pada pengalaman pribadi, menurut anda juga tidak valid, mohon petunjuk Bro, bagaimanakah sebaiknya suatu diskusi dilakukan?

Ya, di thread sebelah saya berkata demikian karena itu adalah thread "pengalaman pribadi". Di situ kita berbagi dan bertukar pengalaman. Jika dalam thread "pengalaman pribadi" isinya orang-orang menyikapi pengalaman orang lain hanya dengan kitab, maka apalah bedanya dengan debat intelektual ahli kitab yang tidak punya pengalaman pribadi?
Sebaliknya kalau memang di bahasan kitab, juga tidak cocok seseorang menilai kitab hanya berdasarkan pengalamannya saja. Lain thread, lain bahasannya, bukan?! Maka lain bahasan, lain pula sikap seseorang.

Lebih jauh lagi, apakah di thread pengalaman pribadi atau pembahasan kitab, siapa orang itu tidak mempengaruhi nilai diskusinya. Apakah seseorang punya jhana atau tidak, ahli kitab atau tidak, tetap kita bersikap objektif. Walaupun seseorang mengaku Samma-Sambuddha, tidak menjadikan ucapannya bernilai "lebih benar". Sebaliknya walaupun orang itu adalah seorang terbuang yang tidak dikenal, tidak menjadikan ucapannya "lebih tidak berarti". Ini berlaku untuk semua diskusi, apakah pengalaman pribadi ataupun bahasan kitab. Itu bagaimana seharusnya diskusi dilakukan, sekali lagi, menurut saya.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #25 on: 03 November 2009, 10:46:30 AM »
Menurut saya, orang yang ahli belum tentu benar, dan orang tidak ahli pun belum tentu benar juga, maka dari itu lebih baik seseorang itu bisa menjadi ahli dan benar ;D

seseorang mengaku Samma-Sambuddha, tidak menjadikan ucapannya bernilai "lebih benar" juga seorang terbuang yang tidak dikenal, tidak menjadikan ucapannya "menjadi berarti" ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Anguttara Nikaya IX, 3. Sattavasa Vagga, 11. Anupubbanirodha Sutta
« Reply #26 on: 03 November 2009, 04:34:32 PM »
Meskipun makna istilah kāma tampaknya sudah disepakati di atas, ada beberapa tambahan di sini yang mungkin akan memberikan gambaran mengenai makna kāma.

Kata kāma sesungguhnya memiliki akar kata 'kam' yang berarti 'to desire'. Kāmeti, kata kerja dari kāma berarti 'he desires'. Dalam berbagai konteks, istilah kāma memang sering digunakan untuk mengacu kepada kesenangan inderawi khususnya yang muncul dari 5 indera pertama. Sebagai contoh, kalimat 'kāme paribhuñjati, kāmamajjhe vasati, kāmaparilahehi paridayhati' bisa diartikan sebagai 'ia menikmati kesenangan2 indera, hidup di tengah2 kesenangan2 indera, terbakar oleh demam yang timbul karena kesenangan2 indera'.

Kata kāmasaññā berarti persepsi2 yang berhubungan dengan kesenangan2 inderawi khususnya kesenangan yang muncul dari panca indera. Untuk memperjelas ini, definisi kata kāmasañña yang terdapat dalam DN Aṭṭhakathā, 2, 372 versi PTS perlu dicatat. Dikatakan bahwa "Kāmasaññāti pañcakāmaguṇikarāgo - the perception of sensual pleasures is the desire (rāgo) due to the five cords of sensual desires (pañcakāmaguṇa). Pañcaguṇakāma, dalam sutta2, disebutkn sebagai kesenangan2 yang muncul dari  mata, telinga, hidung, lidah dan tubuh.

Be happy.