//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Namo Rahula

Pages: [1] 2 3 4
1
Vajra-cchedikā Nāma Triśatikā Prajñāpāramitā Mahāyana Sutra

namo bhagavatyā āryaprajñāpāramitāyai bodhisattvaya mahasattvaya



Demikianlah telah kudengar, pada suatu waktu sang Bhagavan tinggal berdiam di Sravasti, di dalam hutan Jeta, di taman Anâthapindada, bersama dengan perkumpulan besar para Bhiksu Sangha, yaitu. dengan 1.250 Bhiksu, dengan banyak para Bodhisattva Mahasattva Yang Berpikiran Mulia (sambahulaiśca bodhisattvairmahāsattvaih).

Kemudian sang Bhagavān setelah di pagi hari mengenakan pakaian sebelah dalam-Nya, dan setelah mengambil mangkuk dan jubah-Nya, memasuki kota besar Sravasti (śrāvastīm mahānagarīm) untuk mengumpulkan derma (pindāya prāvikvat). Kemudian sang Bhagavan, setelah Dia pergi ke kota besar Sravasti untuk mengumpulkan derma, melakukan tindakan makan, dan setelah kembali dari perjalanan-Nya di sore hari, Dia menyimpan mangkuk dan jubah-Nya, mencuci kaki-Nya, dan duduk di kursi yang dimaksudkan untuk Dia, menyilangkan kaki-Nya, mendirikan tubuh-Nya dengan tegak, dan membelokkan bayangan-Nya pada diri-Nya sendiri. Kemudian banyak Bhiksu yang berpikiran mulia mendekat ke tempat dimana sang Bhagavan berada, memberi hormat ke kaki-Nya dengan kepala mereka, berputar mengelilingi-Nya tiga kali ke kanan (trispradaksinīkrtya), dan duduk di satu sisi (ekānte nyasīdan).

Pada waktu itu Subhuti yang patut dimuliakan (āyusmantam) datang ke perkumpulan majelis itu dan duduk. Kemudian bangkit dari tempat duduknya dan meletakkan jubahnya di salah satu bahunya, berlutut ketanah dengan lutut kanannya, dia mengulurkan tangannya terlipat beranjali ke arah sang Bhagavan dan berkata kepada-Nya: "Menakjubkan, Bhagavan, sangat menakjubkan (paramāścaryam), Sugata , betapa banyak Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia telah dianugerahi dengan anugerah yang tertinggi oleh sang Tathāgata ārhatā samyaksambuddha. Menakjubkan, Bhagavan, betapa banyak Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia telah diperintahkan dengan ajaran tertinggi oleh sang Tathāgata ārhatā samyaksambuddha! Bagaimanakah kemudian, Bhagavan, putra dari keluarga yang baik dan putri dari keluarga yang baik (kulaputrena vā kuladuhitrā), setelah memasuki Bodhisattvayāna, harus berperilaku, bagaimanakah ia harus maju, dan bagaimana ia harus mengendalikan pikirannya (cittam pragrahītavyam)? "

Setelah Subhuti yang patut dimuliakan telah mengucapkan demikian, sang Bhagavan berkata kepadanya: "Sangat baik, sangat baik, Subhuti! Jadi demikianlah, Subhuti, seperti yang Anda katakan. Para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia telah dianugerahi dengan anugerah yang tertinggi oleh sang Tathagata, para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia telah diperintahkan dengan ajaran tertinggi oleh sang Tathagata. Oleh karena itu, Subhuti, dengarkan dan bawa ke hati, dengan baik dan benar. Saya akan memberitahu Anda, bagaimana setiap orang yang telah memasuki Bodhisattvayāna harus bersikap, bagaimana ia harus maju, dan bagaimana ia harus mengendalikan pikirannya. "Kemudian Subhuti yang patut dimuliakan menjawab sang Bhagavan dengan berkata: '. Jadi demikianlah, Bhagavan.'

Kemudian sang Bhagavan berbicara demikian kepadanya: "Setiap orang, Subhuti, yang telah masuk ke sini di Bodhisattvayāna harus demikian mendirikan pemikirannya: Sebanyak jumlah para makhluk yang ada di dunia para makhluk (sattvadhātau) ini, yang dipahami dalam istilah dari para makhluk (baik yang lahir dari telur, atau dari rahim, atau dari kelembaban, atau secara ajaib), yang dengan bentuk atau tanpa bentuk, dengan nama atau tanpa nama, atau tidak dengan atau tanpa nama, sejauh dunia apapun yang dikenal dari para mahluk diketahui, semua ini harus diselamatkan oleh saya didalam dunia yang sempurna dari Nirvana (nirvānadhātau). Dan namun, setelah saya demikian menyelamatkan para mahluk yang tak terhitung jumlahnya itu, tidak ada satupun mahluk yang telah diselamatkan. Dan mengapa? Jika, Subhuti, seorang Bodhisattva mempunya gagasan pikiran (keyakinan) pada makhluk, dia tidak bisa disebut Bodhisattva (orang yang cocok untuk menjadi Buddha). Dan mengapa? Karena, Subhuti, tidak ada yang disebut Bodhisattva bagi mereka yang jika ada gagasan pikiran pada makhluk (sattvasamjñā), gagasan pikiran tentang keberadaan hidup (jīvasamjñā), atau gagasan pikiran tentang orang (pudgalasamjñā). "

"Dan lagi, Subhuti, pemberian (dānam) tidak boleh diberikan oleh Bodhisattva, pada saat dia tergantung pada objek (vastupratisthitena); pemberian tidak boleh diberikan oleh dia, pada saat dia tergantung pada apa pun (kvacitpratisthitena); pemberian tidak boleh diberikan oleh dia, pada saat dia tergantung pada bentuk (rūpapratisthitena); pemberian tidak boleh diberikan oleh dia, pada saat dia tergantung pada kualitas khusus dari suara, bau, rasa, dan sentuhan (śabdagandharasasprastavyadharmesu pratisthitena). Karena beginilah, Subhuti, jika pemberian diberikan oleh Bodhisattva yang berpikiran mulia, bahwa dia harus tidak tergantung bahkan dalam gagasan pikiran tentang penyebab. Dan mengapa? Karena Bodhisattva itu, Subhuti, yang memberikan pemberian, tanpa tergantung pada apa pun, ukuran dari kumpulan pahala kebaikannya tidak mudah untuk dipelajari.' -- 'Apa yang Anda pikirkan, Subhuti, apakah itu mudah untuk mempelajari ukuran dari ruang angkasa pada penjuru timur? ' Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan .' -- Sang Bhagavan mengatakan:' Dengan cara yang sama seperti ini, apakah itu mudah untuk mempelajari ukuran dari ruang angkasa pada penjuru selatan, penjuru barat, penjuru utara, bawah dan atas, didalam penjuru dan sub penjuru, di dalam seluruh sepuluh penjuru arah? ' Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan.

Sang Bhagavan mengatakan: 'Dalam cara yang sama, Subhuti, ukuran dari kumpulan pahala kebaikan dari Bodhisattva, yang memberikan hadiah tanpa tergantung pada apapun, tidak mudah untuk dipelajari. Dan dengan demikian tentu saja, Subhuti, jika orang yang telah memasuki bodhisattvayāna memberikan pemberian, bahwa dia harus tidak tergantung bahkan dalam gagasan pikiran dari penyebab. "

'Sekarang, apa yang kamu pikirkan, Subhûti, apakah sang Tathâgata dilihat melalui kepemilikan pada tanda-tanda (laksanasampadā tathāgato drastavyah)?'

Subhûti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan, sang Tathâgata tidak dilihat melalui kepemilikan pada tanda-tanda. Dan mengapa? Karena apa yang telah diajarkan oleh sang Tathâgata seperti kepemilikan pada tanda-tanda, itu adalah tentu saja kepemilikan pada tiada tanda.'

Setelah ini, sang Bhagavan berbicara demikian kepada Subhuti yang patut dimuliakan: "Di manapun adanya, Subhuti, kepemilikan pada tanda-tanda, ada kepalsuan; dimanapun yang tidak ada kepemilikan tanda-tanda, tidak ada kepalsuan. Oleh karena itu sang Tathagata harus dilihat dari 'yang tiada tanda' sebagai tanda.

Setelah ini, Subhuti yang patut dimuliakan berbicara demikian kepada sang Bhagavan: 'Tentu saja, Bhagavan, akankah ada makhluk di masa depan, pada waktu terakhir, di saat-saat terakhir, dalam 500 tahun yang terakhir, pada masa kerusakan Saddharma, siapakah, ketika kata-kata yang sebenarnya dari Sutra ini sedang diberitakan (sūtrāntapadesu), yang akan mendirikan gagasan pikiran yang benar?'

Sang Bhagavan mengatakan: "Jangan berkata demikian, Subhuti. Ya, akan ada beberapa makhluk di masa depan, pada waktu terakhir, di saat-saat terakhir, dalam 500 tahun yang terakhir, selama kerusakan Saddharma, yang akan mendirikan gagasan pikiran yang benar ketika kata-kata ini sedang dikhotbahkan.

"Dan lagi, Subhuti, akan ada para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia, di masa depan, pada waktu terakhir, di saat-saat terakhir, dalam 500 tahun yang terakhir, selama kerusakan Saddharma, akan ada mahluk yang kuat dan baik dan bijaksana, yang, ketika kata-kata yang sebenarnya dari sutra ini sedang diberitakan, akan mendirikan gagasan pikiran yang benar. Tetapi para Bodhisattva yang berpikiran mulia itu, Subhuti, tidak akan hanya telah melayani satu Buddha saja (ekabuddhaparyupāsitā bhavisyanti), dan kumpulan pahala kebaikan dari Mereka tidak akan hanya telah dikumpulkan pada satu Buddha saja, sebaliknya, Subhuti, para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia itu akan telah melayani banyak ratusan ribu para Buddha (anekabuddhaśatasahasraparyupāsitā), dan kumpulan pahala kebaikan Mereka akan telah dikumpulkan pada banyak ratusan ribu para Buddha (anekabuddhaśatasahasrāvaropitakuśalamūlāste); dan Mereka, pada saat kata-kata yang sebenarnya dari sutra ini sedang diberitakan, akan mendapatkan satu pikiran pada keyakinan yang sama (ekacittaprasādamapi pratilapsyante). Mereka dikenal (jñātāste), Subhuti, oleh sang Tathagata melalui pengetahuan Buddha-Nya (tathāgatena buddhajñānena); Mereka dilihat (drstāste), Subhuti, oleh sang Tathagata melalui mata Buddha-Nya (tathāgatena buddhacaksusā); Mereka dimengerti (buddhāste), Subhuti, oleh sang Tathagata. Semua ini, Subhuti, akan menghasilkan dan akan menyimpan kumpulan pahala kebaikan yang tidak terbatas dan yang tidak terhitung banyak sekali. Dan mengapa? Karena, Subhuti, tidak ada pada para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia itu gagasan pikiran tentang Diri (nāmātmasamjñā pravartate), tidak ada gagasan pikiran tentang makhluk (na sattvasamjñā), gagasan pikiran tentang keberadaan hidup (na jīvasamjñā), gagasan pikiran tentang orang (na pudgalasamjñā pravartate). Juga tidak ada, Subhuti, pada para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia ini gagasan pikiran tentang kualitas (dharmasamjñā pravartate), atau yang tidak ada kualitas (evam nādharmasamjñā). Juga tidak ada, Subhuti, gagasan pikiran atau tiada gagasan pikiran (nāpi tesām subhūte samjñā nāsamjñā pravartate). Dan mengapa? Karena, Subhuti, jika ada pada para Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia ini gagasan pikiran tentang kualitas, maka Mereka akan bergantung pada Diri, mereka akan begantung pada makhluk, mereka akan bergantung pada keberadaan hidup, mereka akan begantung pada orang. Dan jika ada pada Mereka gagasan pikiran tentang tiada kualitas, bahkan kemudian Mereka akan bergantung pada Diri, mereka akan bergantung pada makhluk, mereka akan bergantung pada keberadaan hidup, mereka akan bergantung pada orang. Dan mengapa? Karena, Subhuti, tidak kualitas maupun tidak yang tak berkualitas yang akan diterima oleh Bodhisattva Mahasattva yang berpikiran mulia. Oleh karena itu, kata tersembunyi ini telah diberitakan oleh sang Tathagata: "Mereka yang mengetahui ajaran dharmaparyāyamājānadbhidharmā, yang sama seperti kepada rakit, semua kualitas memang harus ditinggalkan; lebih-lebih lagi yang tak berkualitas.

Dan lagi sang Bhagavan berbicara demikian kepada Subhuti yang patut dimuliakan: "Apa yang Anda pikirkan, Subhuti, apakah ada dharma apapun yang dikenalkan oleh sang Tathagata dengan nama ānuttarā samyaksambodhirityabhisambuddhah?, atau apapun yang diajarkan oleh sang Tathagata?"

Setelah kata-kata ini, Subhuti yang patut dimuliakan berbicara demikian kepada sang Bhagavan: 'Seperti yang saya, Bhagavan, pahami arti dari khotbah sang Bhagavan, tidak ada yang dikenalkan oleh sang Tathagata dengan nama ānuttarā samyaksambodhirityabhisambuddhah, juga tidak ada apapun yang diajarkan oleh sang Tathagata. Dan mengapa? Karena hal itu yang dikenalkan atau diajarkan oleh sang Tathagata adalah yang tidak dapat dimengerti dan yang tidak terkatakan. Itu bukan dharma atau bukan yang bukan dharma. Dan mengapa? Karena Aryapudgala kekuatannya tidak sempurna. "

Sang Bhagavan mengatakan: 'Apa yang Anda pikirkan, Subhuti, jika putra atau putri dari keluarga yang baik mengisi penuh trisāhasramahāsāhasram lokadhātum dengan tujuh permata (saptaratna) atau harta, dan memberikannya sebagai pemberian kepada sang Tathagata Arhat Samyaksambuddha, akankah putra atau putri dari keluarga yang baik itu pada kekuatan ini menghasilkan kumpulan pahala kebaikan yang besar? '

Subhuti berkata: "Ya, Bhagavan, ya Sugata, putra atau putri dari keluarga baik itu akan pada kekuatan ini menghasilkan kumpulan pahala kebaikan yang besar. Dan mengapa? Karena, Bhagavan, apa yang diberitakan oleh sang Tathagata sebagai kumpulan pahala kebaikan (punyaskandha), itu diberitakan oleh sang Tathagata sebagai yang tidak ada kumpulan (askandhah) pahala kebaikan. Oleh karena itu sang Tathagata mengajarkan: "Kumpulan pahala kebaikan, tentu saja kumpulan pahala kebaikan! (punyaskandhah punyaskandha iti)"

"Sang Bhagavan berkata:" Dan jika, Subhuti, putra atau putri dari keluarga yang baik itu harus mengisi penuh sistem dunia satu miliar dengan tujuh permata (trisāhasramahāsāhasram lokadhātum saptaratnaparipūrnah) dan harus memberikannya sebagai pemberian kepada sang Tathāgata Arhat Samyaksambuddha, dan jika orang lain setelah mengambil dari Dharmaparyaya ini satu Gatha dari empat baris ( dharmaparyāyādantaśaścatuspādikāmapi gāthāmudgrhya) hanya akan secara sepenuhnya mengajarkan kepada orang lain dan menjelaskannya, ia tentu saja akan pada kekuatan ini menghasilkan kumpulan yang lebih besar dari jasa pahala kebaikan yang tidak terbatas dan tidak terhitung. Dan mengapa? Karena, Subhuti, anuttarā samyaksambodhih dari sang Tathāgata Arhat Samyaksambuddha dihasilkan dari itu; para Buddhā bhagavantah 'dihasilkan dari itu (atonirjātā)'. Dan mengapa? Karena, Subhuti, ketika Tathagata memberitakan: "Kualitas Buddha, tentu saja kualitas Buddha! 'Mereka (Kualitas Buddha)' Itu diberitakan oleh Dia sebagai yang tanpa kualitas Buddha. Oleh karena itu mereka disebut kualitas Buddha. (buddhadharmā buddhadharmā iti subhūte abuddhadharmāścaiva te tathāgatena bhāsitāh| tenocyante buddhadharmā it) (buddhadharmā --> dharma disini adalah "kualitas ( धर्मन्)")'




Sang Bhagavan berkata: "Sekarang, apa yang Anda pikirkan, Subhuti, apakah seorang Srota-âpanna berpikir dalam cara ini: 'Buah dari Srota-apatti (srotaāpattiphalam) telah diperoleh oleh saya.'

Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan, seorang Srota-âpanna tidak berpikir dalam cara ini: 'Buah dari Srota-apatti telah diperoleh oleh saya.' Dan mengapa? Karena, Bhagavan, dia belum mendapatkan dharma apapun (kamciddharmamāpannah). Oleh karena itu dia disebut Srota-âpanna. Dia belum mendapatkan bentuk apapun (na rūpamāpanno), atau suara (na śabdān), atau bau (na gandhān), atau rasa (na rasān), atau hal-hal yang bisa disentuh (na sprastavyān). Oleh karena itu dia disebut Srota-âpanna (yang memasuki arus). Jika, Bhagavan, seorang Srota-âpanna berpikir dalam cara ini: 'Buah dari Srota-apatti telah diperoleh oleh saya', dia akan bergantung pada diri, dia akan bergantung pada makhluk, dia akan bergantung pada keberadaan hidup, dia akan bergantung pada orang. "

Sang Bhagavan berkata: 'Apa yang Anda pikirkan, Subhuti, apakah seorang Sakridâgâmin berpikir dalam cara ini: Buah dari Sakridâgâmin telah diperoleh oleh saya.'

Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan, seorang Sakridâgâmin tidak berpikir dalam cara ini: Buah dari Sakridâgâmin telah diperoleh oleh saya. Dan mengapa? Karena tidak ada dharma apapun yang telah memperoleh keadaan dari Sakridâgâmin (na hi sa kaściddharmo yah sakrdāgāmitvamāpannah). Oleh karena itu dia disebut Sakridâgâmin (yang kembali satu kali lagi).'

Sang Bhagavan berkata: 'Apa yang Anda pikirkan, Subhuti, apakah seorang Anâgâmin berpikir dalam cara ini: Buah dari Anâgâmin telah diperoleh oleh saya.'

Subhuti berkata: 'Tentu tidak, Bhagavan, seorang Anâgâmin tidak berpikir dalam cara ini: Buah dari Anâgâmin telah diperoleh oleh saya. Dan mengapa? Karena Bhagavan, tidak ada dharma apapun yang telah memperoleh keadaan dari Anâgâmin. Oleh karena itu dia disebut Anâgâmin. "

Sang Bhagavan berkata: 'Apa yang Anda pikirkan, Subhuti, apakah seorang Arhat berpikir dalam cara ini: Tingkat dari Arhat telah diperoleh oleh saya.'

2

Terpujilah semua Buddha dan Bodhisatwaa.


Dalam rangka syukuran telah selesai dibangunnya gedung Sima di Pondok Sadhana Amitayus, Cisarua-Bogor, kami akan menyelenggarakan Retret Monastik (13-20 Juli 2013) dan Upacara Pentahbisan Biksu (19 Juli 2013).


Menyokong mereka yang berlatih dan Sangha merupakan kebajikan yang tak terhingga nilainya. Oleh karena itu kami membuka kesempatan kepada umat untuk memberikan dana empat kebutuhan pokok kepada monastik selama berlangsungnya retret monastik ini.


Bagi yang ingin mempersembahkan dana makanan secara langsung dapat menghubungi Ibu Afung di (0816 148 1483).


Bagi yg ingin mempersembahkan dana dalam bentuk lain dapat menghubungi Bhante Nyanagupta (0813 98980427)


Dana Anda juga dapat ditransfer ke:
BCA No Rek: 161-389-9999
a.n. Yayasan Sangha Agung Indonesia


Semoga Sangha yang harmonis dapat terus lestarri, sehingga Buddhadharma terus berkembang di Bumi Nusantara.


Semoga semua kebajikan ini melimpah kepada seluruh lelulur dan semua makluk hidup.




Di semua Biara maupun tempat tempat suci
Semoga lantunan Dharma selalu bergema dan terus bertahan
Semoga Sangha monastik selalu berada dalam keadaan harmonis
Semoga tujuan mulia mereka tercapai dengan tuntas


Semoga para biksu yang ingin berlatih diri dengan serius
Menemukan tempat yang damai dan sunyi
Dengan menanggalkan seluruh kegalauan batin
Semoga mereka bisa bermeditasi dengan batin luwes


Shantideva - Penuntun Jalan Hidup Bodhisatwa




--
Dikelolah oleh:
Wihara Ekayana Arama - Indonesia Buddhist Centre
Tel. +62-21-5687921, Fax. +62-21-5687923
Email: info [at] ekayana.or.id
PIN BB: 25ACDEA1
 
www.ekayana.or.id
www.facebook.com/Ekayana.Monastery
www.twitter.com/EkayanaInfo

3
[1] Dhamma Cakkapavattana Suttram
https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7pMVh2ZGlMOGFxbjQ/edit?usp=sharing

[2] Saddharma Suramgama Samadhi Suttram
https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7pcVZQY1J0Ynk0a3M/edit?usp=sharing

[3] Maha Vaipulya Accintyya Tathagata Lokadhatu Suttram
https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7pb2ZfZ1pUTzgwZE0/edit?usp=sharing

[4] Amitabha Sukhavati Suttram
https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7peW9TbGF2Rm5DT2M/edit?usp=sharing

[5] Arya Sanghata Maha Dharmaparyaya Suttram
https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7pV212ZmVCY2xyYVE/edit?usp=sharing

[6] Sarva Tathagata Adhisthana Hirdaya Guhya Dhatu Karandra Mudra Dharani Suttram
https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7pWE9ISm5HdFZFc3M/edit?usp=sharing

[7] Usnisha Vijaya Dharani Suttram
https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7pU0JjR1NOazVDVk0/edit?usp=sharing

[8]Maha Vaipulya Bhaisajya Guru Vaidurya Prabha Raja Suttram
https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7pZFluOFoyeV8xR2M/edit?usp=sharing

[9]Maha Govinda Suttram
https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7pYXZKenJsenBidDQ/edit?usp=sharing

[10]Sri Vasudhara Dharani Suttram
https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7pS0dKVWV4ZDRWQVk/edit?usp=sharing

[11]Sutra Kasih Yang Mendalam Dari IBU Dan Kesulitan MembalasNya
Putradharma Bhakti Suttram

https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7pS0dKVWV4ZDRWQVk/edit?usp=sharing

[12]Cakkravartin Simhanada Suttram
https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7pMXYzbkx1TWJMcXM/edit?usp=sharing

[13]Ratana Suttram
https://docs.google.com/file/d/0BxccXyKASl7pV0NRdDNNUkI3UE0/edit?usp=sharing

[14]Ananta Nirdesa Suttram
.......Namo Stu Buddhaya, akan segera di upload..............


Namo Stu Buddhaya

4
Sutra Mahayana / Ananta Nirdesa Mahayana Suttram
« on: 23 June 2013, 01:17:59 PM »



      Ananta Nirdesa Suttram(Sutra Makna Yang Tak Terhitung)
Diterjemahkan dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Cina pada Dinasti Xiao Qi
oleh
Guru Tripitaka Dharmagatayaśas dari India
Bab 1
Tindakan Suci Berbudi Luhur
Demikianlah telah Ku dengar:
Pada suatu waktu Sang Buddha tinggal di Gunung Gridhrakuta, dekat kota Rajagriha, bersama dengan 12.000 bhiksu besar dan 80.000 Bodhisattva Mahasattva, serta para dewa, Naga, Yaksa, gandharva, asura, garuda, kimnara, dan mahoraga. Hadir pula para bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika, serta Raja Pemutar Roda Besar dan Raja Pemutar Roda Yang Lebih Kecil, seperti Raja Roda Emas dan Raja Roda Perak, serta raja-raja, pangeran, menteri negara, warga negara, laki-laki , perempuan, dan ketua sesepuh, dikelilingi oleh pengiring mereka dalam jumlah miliaran. Mereka semua datang kepada Sang Buddha, menundukkan kepala ke bawah kaki-Nya, dan berputar mengelilingi-Nya (pradaksina) 100.000 kali. Mereka membakar dupa, menyebarkan bunga, dan mempersembahkan berbagai macam persembahan. Setelah membuat persembahan mereka kepada Sang Buddha, mereka melangkah mundur dan duduk di satu sisi.

Di antara 80.000 Bodhisattva Mahasattva ada Manjusri sang Pangeran Dharma, Pangeran Dharma Gudang Kebajikan Yang Agung Mengagumkan, Pangeran Dharma Gudang Kegembiraan, Pangeran Dharma Gudang Kefasihan Yang Agung, Bodhisattva Maitreya, Bodhisattva Pemimpin Pembimbing, Bodhisattva Raja Obat (Bhaisajya-raja), Bodhisattva Pengobatan Unggul (Bhaisajya-samudgata), Bodhisattva Panji Bendera Bunga, Bodhisattva Panji Bendera Bunga Bercahaya,  Bodhisattva Raja Penguasa Dharani, Bodhisattva Avalokitesvara, Bodhisattva Keperkasaan Tiba Yang Agung, Bodhisattva  Kemajuan Teguh Penuh Semangat, Bodhisattva Pemegang Segel Meterai Permata di Tangan (Ratnapani),  Bodhisattva Tumpukan Harta Kekayaan, Bodhisattva Pegawai Permata, Bodhisattva Di Luar Triloka, Bodhisattva Vimalabhadra, Bodhisattva Gajah Wangi Semerbak, Bodhisattva Gajah Wangi Semerbak Yang Agung, Bodhisattva Raja Auman Singa (Simhanada-raja), Bodhisattva Dunia Bahagia Singa,  Bodhisattva Kekuatan Sermangat Singa, Bodhisattva Kemajuan Singa, Bodhisattva Pasukan Gagah Berani, Bodhisattva Penakluk Singa Ganas, Bodhisattva Keindahan Cemerlang, dan Bodhisattva Keindahan Cemerlang Yang Agung. Semua Bodhisattva Mahasattva ini adalah orang-orang besar yang telah menyadari tubuh dharma mereka melalui menyempurnakan [lima segi pemandangan:] sila (aturan), samadhi (pemusatan pikiran), prajna (kebijaksanaan), vimukti (pembebasan), serta pengetahuan (jnana) dan pandangan tentang pembebasan. Pikiran mereka, sunyi diam dan merenungkan, yang secara terus-menerus berada didalam samadhi, damai, pendiam, tidak terbentuk melalui sebab dan kondisi (asamskrta), dan bebas dari nafsu keinginan. 'Pikiran terbalik' dan 'tanggapan penglihatan' tidak lagi muncul. Diam, jernih, mendalam, dan luas, pikiran mereka bisa tetap tinggal berdiam selama 100.000 koti kalpa, seperti Pintu Dharma yang tak terhitung jumlahnya semuanya hadir di depan mereka. Setelah membuka kebijaksanaan yang besar dan menembus semua Dharma, mereka memahami kenyataan sejati dari dharma, yang, dibedakan oleh sifat alami-nya dan penampilan-nya, secara jelas menyatakan wujud sebagai 'ada' atau 'tiada', panjang atau pendek. Selain itu, mereka mahir dalam mengenali kecakapan, sifat alami, dan nafsu keinginan dari para makhluk hidup. Dilengkapi dengan Dharani dan kefasihan tanpa hambatan, mereka selalu meminta para Buddha untuk memutar roda Dharma (Dhammacakka/Dharmacakra).

Demikian juga, mereka juga mampu memutar-nya. Mereka pertama kali mengurangi debu nafsu keinginan dengan tetesan gerimis [dari Ajaran]. Ketika mereka membuka pintu untuk ke Nirvana dan menghembuskan angin pembebasan, mereka mengubah panas dari penderitaan dunia menjadi kesejukan Dharma. Mereka sesudah itu menurunkan hujan prinsip yang mendalam dari 'Dua Belas Hubungan Ketergantungan dari Kemunculan (Paticcasamuppada)' diatas sinar matahari dari penderitaan menyala berkobar yang berjalan dari 'kegelapan batin ketidaktahuan' sampai 'usia tua', 'sakit', dan 'kematian'. Kemudian, mereka memancarkan kebawah hujan deras dari [Ajaran] Mahayana (Kendaraan Besar) yang tak tertandingi untuk mengairi akar-akar kebaikan dari para makhluk hidup dalam Tiga Alam Kehidupan (triloka). Mereka menyebarkan benih-benih kebaikan di mana-mana di dalam lapangan jasa kebajikan, yang memungkinkan semuanya menumbuhkan tunas Bodhi. Dengan kebijaksanaan mereka yang seperti matahari (surya) dan bulan (candra), dengan menggunakan cara-cara terampil dan pengaturan waktu, mereka mendorong maju dan memperluas tugas misi Mahayana, memungkinkan para makhluk hidup untuk mencapai Anuttara-samyak-Sambodhi (Penerangan/Pencerahan Sempurna Tak Tertandingi) dengan cepat dan untuk tinggal menetap di dalam kebahagiaan dan kenyataan sejati yang tak terbayangkan. Seperti ketika para Bodhisattva Mahasattva ini menyelamatkan 'para makhluk hidup yang lama menderita' dengan melalui perasaan kasih sayang yang besar tak terhingga, mereka adalah teman-teman dermawan sejati terpelajar mereka, lapangan keberuntungan besar mereka, dan guru yang tanpa diminta mereka. Demi para makhluk hidup, mereka melayani sebagai tempat perlindungan dari kedamaian dan sukacita dan sebagai tempat penyelamatan, perlindungan, dan ketergantungan yang besar. Dalam segala hal mereka adalah guru pembimbing besar untuk para makhluk hidup. Mereka bisa menjadi mata bagi mereka yang buta sejak lahir dan menjadi telinga, hidung, dan lidah bagi mereka yang tuli, tidak bisa mencium bau, dan bisu. Mereka dapat melengkapi mereka yang tidak lengkap dalam alat indera mereka dan dapat membuat yang kacau gila berpikir jernih lurus. Seperti kapten, kapten besar, dari sebuah kapal, mereka membawa para makhluk hidup ke seberang sungai dari kelahiran dan kematian menuju ke pantai nirwana. Seperti raja obat (bhaisajya-raja), raja obat yang agung (Mahabhaisajya-raja), mereka membedakan tanda gejala penyakit, mengetahui sifat dari obat, memberikan obat-obatan sesuai dengan penyakit, dan membuat pasien menikmati mengambil obat-obatan itu. Seperti pelatih binatang yang dapat melatih gajah dan kuda tanpa gagal, mereka, para penjinak, para penjinak yang agung, selalu menahan diri dari tindakan-tindakan tak terkendali. Seperti singa ganas berani yang menundukkan semua hewan, benar-benar sepenuhnya tak terkalahkan, mereka suka bermain berlatih paramita Bodhisattva. Ketetapan hati yang tak tergoyahkan untuk mencapai Tathagata bhumi (tahap keBuddhaan), mereka bergantung pada kekuatan sumpah mereka untuk memurnikan tanah-tanah suci Buddha (Buddhaksetra). Tak lama, mereka akan mencapai Anuttara-samyak-Sambodhi. Para Bodhisattva Mahasattva ini semuanya memiliki manfaat kebajikan yang tak terbayangkan seperti yang dijelaskan.

Di antara 12.000 bhiksu ada Sariputra sang pemilik Kebijaksanaan Besar, Maudgalyayana sang pemilik Kekuatan Yang Sangat Sukar Dipahami, Subhuti sang pemilik Kebijaksanaan Hidup, Mahākātyāyana, Purna (putra dari Maitrayani), Ājñātakaundinya, Aniruddha sang pemilik Mata Deva, Upāli sang Penopang Vinaya, Ananda (pelayan sang Buddha), Rahula (putra dari sang Buddha), Upananda, Revata, Kapphina, Vakkula, Mahamaudgalyayana, Svāgata, Mahakasyapa yang paling utama dalam Pelatihan Dhūta (Latihan melepaskan nafsu keinginan berkaitan dengan kenyamanan dalam makanan, pakaian, dan tempat tinggal), Uruvilvākāśyapa, Gayākāśyapa, dan Nadīkāśyapa. Semua dari mereka adalah Arahat, yang, setelah mengakhiri penderitaan dan pelepasan (asrava) mereka oleh sebab itu, terbebas dari perbudakan ketergantungan dan benar-benar dibebaskan.

Pada saat itu Bodhisattva Mahasattva besar yang indah cemerlang, melihat jumlah besar banyaknya orang diselesaikan dengan tenang, bersama-sama dengan 80.000 Bodhisattva Mahasattva didalam perkumpulan majelis itu, bangkit dari tempat duduknya dan datang kepada sang Buddha. Mereka menundukkan kepala ke bawah kaki sang Buddha, dan berputar mengelilingi (pradaksina) Dia 100.000 kali. Sebagai persembahan kepada sang Buddha, asap dupa surgawi, bunga, pakaian, kalung, dan perhiasan yang tak ternilai harganya jatuh berpilin ke bawah dari langit dan berkumpul disekeliling seperti awan. Hidangan piring dan mangkuk makanan dari Surga langit dipenuhi dengan kelezatan dari seratus citra rasa surga, memuaskan semua melalui warna dan aromanya. Ditempatkan di mana-mana spanduk-spanduk surga, bendera-bendera, dan tirai-tirai, serta alat-alat musik yang indah, sedang memainkan musik surga untuk menghibur sang Buddha.

Didepan sang Buddha, mereka merangkapkan gabungan telapak tangan (anjali) mereka dan berlutut dengan lutut kanan mereka. Dengan satu pikiran dan satu suara, mereka menyampaikan penghargaan mereka dalam syair:

Keluhuran Mulia adalah sang Penguasa Tertinggi Yang Suci, Dia Yang Besar Tercerahkan!
Dengan tiada noda, tiada kekotoran, dan tiada kemelekatan,
Dia adalah Penjinak Dewa dan Manusia serta Gajah dan Kuda.
Pengaruh wibawa jalan-Nya dan keharuman kebajikan-Nya menyerap tembus ke mana-mana.
Kebijaksanaan-Nya damai, emosi-Nya tentram tenang, dan kekuatiran-Nya tenang beristirahat.
Indera batin dan kesadaran batin-Nya tetap hening tenang, dan pikiran-Nya diam,
Setelah selamanya mengakhiri mimpi, berpikir, tanggapan penglihatan, dan perenungan.
Dia tidak lagi mengambil sebagai kenyataan "enam bidang" ("sad-dhatu" => 'mahluk hidup tercipta dari 6 bidang yakni tanah,air,api,udara,ruang,dan kesadaran'),  "Lima kumpulan" ("panca skandha" => 'mahluk hidup tersusun dari 5 kumpulan yakni rupa (bentuk tubuh), vedana (tanggapan penerimaan dari alat indera), samjna (tanggapan penglihatan), samskara (pengolahan batin) dan vijnana (kesadaran)'), "Delapan Belas Bidang" ("astadasa-dhatu"=> 'mahluk hidup tersusun dari 18 bidang yaitu : 6 alat indera (=mata,telinga,hidung,mulut,tubuh,dan indera batin/jiwa (=manas)), 6 tujuan perasa (=pemandangan, suara, aroma bebauan, rasa selera bumbu, rasa dari meraba, dan benda tujuan batin/jiwa ), dan 6 kesadaran (=kesadaran mata, kesadaran telinga, kesadaran hidung, kesadaran lidah, kesadaran tubuh, dan kesadaran batin/jiwa) '), dan "Dua Belas Bidang"("dvadasa-ayatana"=>'mahluk hidup tersusun dari 12 bidang yaitu : 6 alat indera(=mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan indera batin/jiwa(=manas) serta 6 benda tujuannya (pemandangan, suara, aroma bebauan, rasa selera bumbu, rasa dari meraba, dan benda tujuan batin/jiwa))').

Lahir dari tiada penyebab maupun kondisi, tiada diri sendiri maupun orang lain,
Tubuh [Dharma]-Nya adalah tiada ada maupun tiada ketidak-adaan,
Tidak persegi maupun bulat, tidak panjang maupun pendek,                                                                                                                                                                                                                      Tidak muncul maupun menghilang, tidak lahir maupun mati,
Tidak dibangun maupun timbul, tidak dibuat maupun dibentuk,
Tidak duduk maupun berbaring, tidak berjalan maupun berdiri diam,
Tidak bergerak pindah maupun berputar, tidak berisik maupun tenang,
Tidak maju maupun mundur, tidak aman maupun berbahaya,
Tidak benar maupun salah, tidak mendapatkan maupun kehilangan,
Tidak ini maupun itu, tidak datang atau pergi,
Tidak biru maupun kuning, tidak merah maupun putih,
Tidak merah tua maupun ungu, tidak juga dalam berbagai macam warna.
Hal ini diwujudkan melalui pencapaian [lima segi-nya:] sila (aturan pedoman), samadhi (pemusatan pikiran), prajna (kebijaksanaan), vimukti (pembebasan), serta pengetahuan (jnana) dan pandangan tentang pembebasan.

Yang Terselesaikan dengan sempurna adalah "Tiga Kemurnian Cerah"(=>'seorang Arhat telah mencapai [1] Pengetahuan yang jelas tentang kehidupan masa lampau diri sendiri dan orang lain dan sebab dan kondisi mereka, [2] Kejelasan yang jernih dari mata dewa-Nya yang melihat kehidupan masa depan orang lain dan sebab dan kondisi mereka, [3] Pengetahuan yang jelas bahwa penderitaannya telah berhenti dan tidak akan pernah muncul lagi.'), "Enam Kekuatan Yang Sangat Sukar Dipahami"(=>'melalui samadhi (pemusatan pikiran/meditasi) orang dapat mengembangkan 6 kekuatan ini : [1] mata dewa yang dapat melihat apapun dimanapun,[2] telinga dewa yang dapat mendengar suara apapun dimanapun,[3] kemampuan mengetahui kehidupan masa lampau diri sendiri dan orang lain,[4] kemampuan mengetahui pikiran orang lain,[5] kemampuan menjelma tubuh seseorang dan menempuh perjalanan dengan seketika ke manapun, [6] kemampuan memusnahkan angan-angan khayalan dan nafsu keinginan duniawi'), dan "Tiga Puluh Tujuh Unsur Bodhi"("Bodhi pakkhiya Dhamma"=>
'Keempat pemusatan tumpuan dari kesadaran berhati-hati (cattaro satipathana)                                                                                                                                                                                                                                         1. perenungan tubuh (kāyânupassanā);
2. perenungan perasaan (vedanā'nupassanā);
3. perenungan pikiran (cittânupassanā);
4. perenungan gejala kejadian (dhammanupassana).
Empat usaha benar (samma-p padhana)
[5] 1. usaha tekun untuk mencegah keadaan-keadaan jahat yang belum muncul dari kemunculan (samvara padhāna);
[6] 2. usaha tekun untuk meninggalkan keadaan-keadaan jahat yang muncul (Pahana padhāna);
[7] 3. usaha tekun untuk menumbuhkan kondisi bajik yang belum muncul (Bhavana padhāna), dan
[8] 4. usaha tekun untuk mempertahankan kondisi bajik yang muncul (anurakkhanā padhāna).
Empat jalan kekuatan batin (iddhi pada)
[9] 1. keinginan untuk bertindak (chanda);
[10] 2. Usaha tekun (viriya);
[11] 3. kesadaran pikiran (citta), dan
[12] 4. Menyelidiki (yaitu kebijaksanaan) (vimamsa).
Lima kemampuan alat indera (panca indriya)
[13] 1. Indera Keyakinan (saddha indriya);
[14] 2. Indera Usaha Tekun (viriya indriya);
[15] 3. Indera Kesadaran (sati indriya);
[16] 4. Indera Pemusatan Pikiran/Konsentrasi (samadhi), dan
[17] 5. Indera Kebijaksanaan (pañña 'indriya).
Lima kekuatan spiritual (panca bala)
[18] 1. Kekuatan Keyakinan (Saddha bala);
[19] 2. Kekuatan Usaha Tekun (viriya bala);
[20] 3. Kekuatan Indera Kesadaran (sati bala);
[21] 4. Kekuatan Indera Pemusatan Pikiran/Konsentrasi (samadhi bala), dan
[22] 5. Kekuatan Kebijaksanaan (panna bala).
Tujuh unsur/faktor kebangkitan (satta bojjhanga )
[23] 1. Faktor Kesadaran (sati sambojjhanga);
[24] 2. Faktor Penyelidikan Keadaan (dhamma vicaya sambojjhanga);
[25] 3. Faktor Usaha Tekun (viriya sambojjhanga);
[26] 4. Faktor Semangat (perhatian penuh kegembiraan) (Piti sambojjhanga);
[27] 5. Faktor Ketenangan (passaddhi sambojjhanga);
[28] 6. Faktor Konsentrasi (samadhi sambojjhanga), dan
[29] 7. Faktor Keseimbangan Batin (upekkha sambojjhanga).
Jalan mulia berunsur delapan (Ariyo atthangika magga)
[30] 1. pandangan benar (samma ditthi);
[31] 2. pikiran benar (samma sankappa);
[32] 3. ucapan benar (samma vaca);
[33] 4. tindakan yang benar (samma kammanta);
[34] 5. mata pencaharian benar (samma ajiva);
[35] 6. usaha benar (samma vayama);
[36] 7. perhatian benar (samma sati), dan
[37] 8. konsentrasi benar (samma samadhi).'
)

5
Sutra Mahayana / Suramgama Samadhi Suttram
« on: 27 April 2013, 09:46:02 PM »
Namo Bhagavate Amitabha Tathagata Arhate SamyakSamBuddha Om Ami Deva Si
Namo Bhagavate Vajrapani Bodhisattva Mahasattva Om Vajrapani Hum
SURAMGAMA SAMADHI SUTRA

Diterjemahkan oleh TRIPITA KUMARAJIVA

Dari Tanah Kucha dibawah jaman Chin


Shechen Monastery

Demikianlah telah Ku dengar, pada satu waktu, Sang Buddha berada di dalam Rajagrha, diatas Grhdrakutaparvata, bersama dengan Perkumpulan Besar Para Bhiksu, 32000 Bhiksu dan Mahasattva Bodhisttva berjumlah 72000. Saat Terakhir ini dikenal di seluruh dunia (abhijnanabhijnata); Mereka menguasai Dharanis; Mereka diberikan kelancaran kepandaian berbicara pratibhana dan kesenangan didalam menguraikan secara terperinci dengan tidak henti-hentinya; Berpendirian yang baik didalam pemusatan pikiran (samadhisupratistitha), Mereka tidak pernah menyimpang dari itu; Mereka ahli didalam pengetahuan (jnanakusala) dan dari kebijaksanaan yang tidak habis-habisnya (aksayaprajna); Mereka menguasai kepastian tentang Ajaran yang sangat mendalam (gambhiradharmaksanti); selama waktu yang banyak sekali dan yang tidak dapat dihitung (asamkhyeyakalpa) Mereka telah mengolah Dharma baik (kusaladharma) dan masih mengingat semuanya; Mereka telah mengatasi mara dan para musuh (nihatamarapratyartika); Mereka telah mengamankan sepenuhnya sempurna tanah-tanah terhias Buddha (buddhaksetra); Mereka menguasai kemauan baik (mahamaitri) dan perasaan kasih yang besar (mahakaruna), dan Tubuh Mereka terhiasi dengan semua tanda-tanda (laksana); Mereka telah mencapai tepi pantai lain dari kekuatan batin (mahaviryaparamimgata); Mereka terbiasa dengan semua bahasa (nirukti) dan kepandaian mengartikan lainnya (upaya); Latihan-latihan (carya) dan sikap-sikap tubuh (iryapatha) Mereka benar-benar sepenuhnya sempurna (sampanna); Mereka semuanya ditetapkan sebagai sang tiga pintu untuk penyelamatan pembebasan (vimoksamukha); Melalui Pengetahuan yang tanpa halangan (apratihatajnana), Mereka telah menembus tiga kali lipat dunia (traidhatukaniryata); Mereka telah membentuk keputusan (niscaya) tidak pernah meninggalkan setiap orang pun; Mereka diberikan kesadaran penuh kehati-hatian (smrti), kecerdasan (mati) dan pengertian (samkalpa) juga kesabaran (ksanti) dan pengetahuan (jnana).


Para Bodhisattva Yang diberkahi dengan kebajikan begitu adalah :
Sang Bodhisattva Avaivartikadharmacakrapravartaka ('Keadaan Perputaran Roda Dharma Yang Tidak Dapat Diubah'),
Sang Bodhisattva Utpaditacittadharmacakrapravartaka ('Keadaan Perputaran Roda Dharma Setelah Terbangunkan Pikiran Bodhi'),
Sang Bodhisattva Anavaranadharmacakrapravartaka ('Keadaan Perputaran Roda Dharma Yang Tanpa Halangan'),
Sang Bodhisattva Vimalasuddhi ('Kesucian Yang Tidak Ternoda'),
Sang Bodhisattva Sarvaparyutthanaviskambhin ('Menghapuskan Semua Tudung Kabut Racun'),
Sang Bodhisattva Visudderyapathasamdarsananandin ('Sangat Bergembira Didalam Memakai Sikap Tubuh Yang Murni'),
Sang Bodhisattva Varalaksanavyuharajamati ('Kecerdasan Raja Yang Terhiasi Dengan Tanda-Tanda Yang Mengagumkan Bagus Sekali'),
Sang Bodhisattva Sarvasattvavisamvadin ('Tidak Menyalahkan Mahluk Hidup Apapun'),
Sang Bodhisattva Anantagunasamudramati ('Kecerdasan Seperti Lautan Kebajikan Yang Tidak Terbatas'),
Sang Bodhisattva Sadasamahitaviksiptendriya ('Dari Perasaan Pemusatan Pikiran Sesungguhnya Dan Tidak Terbingungkan'),
Sang Bodhisattva Bhutasvara ('Dari Suara-Suara Penuh Kejujuran'),
Sang Bodhisattva Sarvadevastuti ('Pujian Seluruh Dewa'),
Sang Bodhisattva Dharanisvararaja ('Raja Yang Menguasai Dharani'),
Sang Bodhisattva Pratibhanalamkara ('Hiasan Kelancaran Berbicara'),
Sang Bodhisattva Manjusri kumarabhuta ('Dari Keagungan Perawakan Lemah Lembut Ramah Tamah Baik Dan Mahkota Panggeran Dharma'),
Sang Bodhisattva Maitreya ('Kemauan Baik'),
Sang Bodhisattva Sumerukutaraja ('Raja Puncak Sumeru'),
Sang Bodhisattva Gunaratnavyuhasamudramati ('Kecerdasan Seperti Lautan Yang Terhiasi Dengan Permata Kebajikan'),
Sang Bodhisattva Mahavyuha ('Dari Hiasan Agung'),
Sang Bodhisattva Mahalaksana ('Dari Tanda Agung'),
Sang Bodhisattva Prabhalaksana ('Tanda Dari Cahaya'),
Sang Bodhisattva Prabhasri ('Kekuasaan Tertinggi Dari Cahaya'),
Sang Bodhisattva Visuddhamati ('Kecerdasan Murni'),
Sang Bodhisattva Pramodyaraja ('Raja Dari Kegembiraan'),
Sang Bodhisattva Drdhasthama ('Kekuatan Teguh Keras'),
Sang Bodhisattva Drdhamati ('Kecerdasan Teguh Keras'),
Ini dan Para Mahasattva Bodhisattva lainnya yang berjumlah 72000. Dan Tambahannya, semua yang berada di dalam trisahasramahasahasralokadhatu yang adalah para Sravaka, para Brahma, Raja-Raja Lokapala dari para Dewa, para Dewa, para Naga, para Yaksa, para Gandharva, para Asura, para Garuda, para Kimnara, para Mahoraga, para Manusya, para Amanusya (para mahluk bukan manusia), dikenal seluruh dunia (abhijnanabhijnata), telah menanam akar-akar kebajikan (avaropitakusalamula) dan dengan tegas pasti bermaksud pada Ajaran Indah Yang Maha Mulia (udaradhimuktika), hadir dalam Perkumpulan itu (tasminn eva parsatsamnipate samnipatita abhuvan samnisannah).


[Pemusatan Pikiran Yang Paling Baik]

Lalu Sang Bodhisattva Drdhamati, yang hadir didalam Perkumpulan itu, memiliki pemikiran ini : 'Saya sekarang ingin bertanya kepada Sang Tathagata sebuah pertanyaan seperti melindungi (pariraksana) silsilah keturunan Buddha (buddhavamsa), silsilah keturunan Dharma (dharmavamsa) dan silslah keturunan Sangha (sanghavamsa), yang tampak tak jelas dan kemunduran gerhana (dhyamikarana) tempat tinggal mara (marabhavana) dan orang-orang jahanam pengacau (nigrahana) yang angkuh (abhimanika). Jadi, mereka yang belum menanam akar-akar kebaikan (anavaropitakusalamula) akan menanamnya segera.Mereka yang telah menanam akar-akar kebaikan akan menambahkan (vardhana) kedalamnya.Mereka yang belum membangunkan pikiran penerangan sempurna tertinggi (anutpaditanuttarasamyaksambodhicitta) akan membangunkan pikiran itu (cittotpada). Mereka yang telah membangkitkan pikiran itu akan menjadi Bodhisattva yang tanpa kemunduran (avaivartika). Para Bodhisattva tanpa kemunduran akan dengan sangat cepat mencapai anuttarasamyaksambodhi. Para mahluk yang menebak memikirkan objek-objek tujuan (salambana) dan melekat pada pandangan-pandangan salah (drstyabhinivista) akan membangkitkan pikiran untuk menghapuskannya.Para mahluk yang melekat pada ajaran-ajaran yang rendah mutunya (hinadhimuktika) akan menjadi pasti melekat ke ajaran agung yang indah (udaradhimuktika). Mereka yang pasti sungguh-sungguh tekun pada ajaran agung yang indah akan mengalami kegembiraan besar (pramudita).

Setelah memiliki pikiran ini, Bodhisattva Drdhamati bangkit dari tempat duduknya, dan setelah mengatur jubah atas pada satu bahunya, setelah meletakkan lutut kanannya ke tanah dan setelah mengulurkan tangannya yang terangkap anjali dihadapan Sang Bhagavat, Dia berkata kepada-Nya: ('atha khalu Drdhamatir Bodhisattva utthayasanad ekamsam uttarasangam krtva daksinam janumandalam prthivyam pratisthapya yena bhagavams tenanjalim pranamya bhagavantam idam avocat:')

Bhagavat, Saya ingin bertanya kepada Bhagava Arhat SamyakSamBuddha dengan maksud kecil jika Bhagavan mempersilakan Saya untuk menanyakan pertanyaan. ('prccheyam aham bhagavantam arhantam samyaksambuddham kamcid eva pradesam sa cen me bhagavan avakasam kuryat prstaprasna vyakaranaya')

Sang Bhagavan berkata kepada Bodhisattva Drdhamati bertanyalah kepada Tathagata Arhat SamyakSamBuddha dengan apapun yang Kamu inginkan, dan Saya, dalam menjawab semua pertanyaan-pertanyaan ini, akan menyenangkan pikiran Kamu. ('evam ukte bhagavan drdhamatim bodhisattvam amantrayate sma prccha tvam tathagatam arhantam samyaksambuddham yad yad evakanksasi aham te tasya tasya prasnasya vyakaranena cittam aradhayisye')

Sang Bodhisattva Drdhamati berkata kepada Sang Buddha Bhagavat, melalui Samadhi apakah yang Bodhisattva dengan sangat cepat mencapai anuttara samyaksambodhi,
tidak pernah berpisah dari keseringan oleh Para Buddha,
Menyinari dengan Cahaya miliknya sendiri (avabhasa) di seluruh sepuluh kawasan,
mendapatkan kebijaksanaan yang menakjubkan (vikurvitaprajna) sehingga untuk menghancurkan mara (maranam nigrahaya),
memperoleh penguasaan dalam pengetahuan (jnanavasita) dan memenangkan pengetahuan spontan (svayambhujnana),
memperoleh pengetahuan yang tak diceritakan (anupadistajnana) dan tidak bergantung kepada yang lainnya (aparapraneya),
menguasai kepandaian berbicara yang tidak dapat dihancurkan (anacchedyapratibhana) naik hingga ke batas akhir (aparantakoti),
memperoleh dasar kekuatan super normal (rddhipada) dan hingga memastikan dirinya sendiri pada jangka waktu kehidupan yang tidak dapat dihitung (aprameyayus),
menguraikan secara terperinci Sravakayana kepada para pengikut Sravaka (sravakadhimukta),
menguraikan secara terperinci Pratyekabuddhayana kepada para pengikut Pratyekabuddha,
menguraikan secara terperinci Mahayana kepada para pengikut Mahayana,
menembus ajaran (dhrama) dari Para Sravaka, tapi tanpa masuk kedalam takdir Para Sravaka (Sravakaniyama),
menembus ajaran dari Para Pratyekabuddha, tapi tanpa masuk kedalam Pratyekabuddhaniyama,
menembus ajaran dari Para Buddha, tapi tanpa masuk kedalam penghentian sepenuhnya (atyantanirodha),
menyatakan (samdarsayati) bentuk wujud (samsthana), warna (varna) dan sikap tubuh (iryapatha) dari Sravaka, tapi tanpa pernah menyimpang dalam batin dari pikiran penerangan sempurna (bodhicitta),
menyatakan (samdarsayati) bentuk wujud (samsthana), warna (varna) dan sikap tubuh (iryapatha) dari Pratyekabuddha, tapi tanpa pernah menyimpang dalam batin dari pikiran belas kasih besar (mahakarunacitta) dari Para Buddha,
menyatakan, melalui pemusatan pikiran khayalan (mayopamasamadhi), bentuk wujud, warna dan sikap tubuh dari Tathagata,
menyatakan, melalui kekuatan dari akar kebajikannya sendiri (kusalamula), kehadiran diantara para Dewa Tusita, anggapan dari kehidupan terakhir (antimajatyadana), pemasukan kedalam kandungan rahim (garbhavakranti), kelahiran (jati), penolakan dari dunia (abhiniskramana), dan pendudukan tempat duduk penerangan sempurna (bodhimandanisidana),
menyatakan, melalui kekuatan kebijaksanaan yang mendalam (prajna), pemutaran Roda Dharma (dharmacakrapravartana),
menyatakan, melalui kekuatan kepandaian mengartikan (upaya), pemasukan ke dalam Nirvana,
menyatakan, melalui kekuatan pemusatan pikiran (samadhi), pembagian penyaluran relik sarira (sariravibhaga),
menyatakan, melalui kekuatan cita-citanya sebelumnya (purvapranidhana), hilangnya Saddharma (saddharmavipralopa),
Lalu apakah, O Bhagavat, samadhi yang dilalui yang mana Bodhisattva menyatakan kebajikan (guna), tapi tanpa pasti memasuki Parinirvana?

Sang Buddha berkata kepada Sang Bodhisattva Drdhamati : Baik sekali, baik sekali (sadhu sadhu), O Drdhamati, Kamu bertanya kepada Sang Tathagata pada pokok persoalan ini (artha) demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak mahluk (bahujanahitaya bahujanasukhaya), melalui belas kasih kepada dunia (lokanukampayai), demi keuntungan, kesejahteraan dan kebahagiaan dari banyak tubuh para mahluk, para manusia dan para dewa (mahato jnanakayasyarthaya hitaya sukhaya devanam ca manusyanam ca), demi perlindungan para bodhisattva sekarang dan masa depan (pratyutpannam canagatanam ca bodhisattvanam parigrahaya).

Mengetahui ini. Kamu telah menanam akar-akar kebajikan (avaropitakusalamula),
Kamu telah menghormati dan melayani yang tidak terkira banyaknya ratusan ribu kotinayuta Para Buddha dari masa lalu;
Kamu telah menempuh seluruh jalan (marga);
Kamu telah mengatasi mara dan musuh (nihatamarapratyarthika);
Kamu telah memperoleh pengetahuan yang bebas berdiri sendiri (svatantrajnana) mengenai seluruh Buddhadharma;
Kamu telah menang total dan melindungi gerombolan para Bodhisattva;
Kamu mengetahui harta (kosa) dari semua ajaran (dharma) Buddha;
Itulah mengapa Kamu telah datang bertanya kepada Saya sebuah pertanyaan (prasnavyakarana) yang sudah ditanyakan didalam masa lampau dari Para Buddha yang jumlah-Nya seperti butiran pasir yang tak terhingga di sungai gangga (gangganadi-valukopama).

Drdhamati, didalam perkumpulan (parsad) ini, Tathagata tidak melihat seorang tunggalpun dari deva, naga, yaksa, gandharva, seorang Sravaka atau Pratyekabuddha yang akan mampu merumuskan pertanyaan ini. Hanya orang yang terkenal unggul seperti Kamu yang mampu mendekati pertanyaan seperti ini. Dengarlah dengan baik, dan ukirlah itu di pikiran Kamu (tena hi srnu sadhu ca susthu ca manasikuru). Saya akan memberitahukan kepada Kamu Samadhi itu yang mana Para Bodhisattva harus diberkati (sampanna) agar memperoleh kebajikan (guna) seperti yang Kamu katakan dan bahkan lebih besar lagi (bhavantaravisista).

Drdhamati berkata kepada Sang Buddha : 'Bagus sekali, O Bhagavat, dan Dia mulai untuk mendengar (sadhu bhagavann iti pratyasrausit).'


[Kemajuan Pahlawan Yang Gagah Berani]

Sang Buddha berkata kepada Drdhamati : 'Ada sebuah samadhi yang disebut Pemusatan Pikiran Pahlawan Yang Gagah Berani (Suramgamasamadhi). Para Bodhisattva yang telah memperoleh Samadhi ini dapat, karena Kamu bertanya tentang itu, menyatakan Parinirvana, tapi tanpa pasti mengalami penghentian. Mereka menyatakan (samdarsayanti) wujud badan (samsthana) dan warna (varna), tapi tanpa merusak bentuk yang seperti itu (rupatathata). Mereka beredar (samcaranti) melalui semua buddhaksetras tapi tidak berangan-angan membayangkan (na vikalpayanti) buddhaksetras itu.

Mereka datang mendekat (samyunjanti) kepada semua Buddha, tapi tidak melihat perbedaan (visesa) apapun dalam kesamaan dasar (samata) dan unsur yang menjadi dasar pokok (dharmadhatu).

Mereka menyelenggarakan semua latihan (carya), tapi dengan jelas memahami cara mensucikan latihan-latihan itu (caryaparisodhana).

Mereka menguasai kedaulatan raja (adhipatya) atas semua dewa dan manusia (devamanusya), tapi tidak terjatuh kedalam kebanggaan (mana), keinginan (stambha) atau kesembronoan kelalaian (pramada).

Mereka menguasai kekuasaan tertinggi (aisvarya) atas semua mara, tapi tidak berpantang dari pekerjaan-pekerjaan kejam para mara (marakarman).

Mereka beredar melalui rangkap tiga dunia (traidhatuka), tapi tidak membelok dari unsur yang menjadi dasar`pokok (dharmadhatu).

Mereka dilahirkan didalam semua takdir (gati) tapi tidak berangan-angan membayangkan (na vikalpayanti) ada bermacam-macam takdir.'

Mereka dengan penuh keahlian mengucapkan (vyakurvanti) semua ungkapan Dharma (dharmapada) dan, dalam bermacam-macam bahasa (nirukti), Mereka menjelaskan artinya (artham samprakasayanti), tapi Mereka mengetahui (adhigacchanti) suku kata (aksara) itu muncul dari kesamaan (samata) dan bahwa tiada terdapat perbedaan (visesa) antara bahasa-bahasa.

Mereka selalu mengingat kembali (samahita), tapi Mereka mematangkan (paripacayanti) para mahluk.

Mereka menguasai kepastian kehancuran semesta (ksayaksanti) dan kepastian dari yang tidak bangkit dari dharma (anutpattikadharmaksanti), tapi Mereka berbicara dharma seperti mengalami kebangkitan (utpada) dan penghentian (nirodha) seperti Tanda-Tanda (laksana) Mereka.

Mereka pergi sendirian (ekacarin) dan tanpa takut (visarada) seperti seekor singa (simha).'


[Penawaran Persembahan sebuah Tahta]

Lalu, dalam perkumpulan, para sakra, para brahma, para raja lokapala dari para dewa dan seluruh perkumpulan (sarvavati) mempunyai pikiran ini : Kami tidak pernah sebelumnya mendengar nama dari samadhi ini. Bahkan sedikit penjelasan dari arti-artinya (arthavibhanga). Hari ini, ketika Kami telah datang dan melihat Sang Buddha, adalah merupakan keberuntungan (labha nah sulabdhah) untuk mendengar nama dari Suramgamasamadhi diucapkan. Putra dari keluarga yang baik (kulaputra) atau putri dari keluarga yang baik (kuladuhita) sedang mencari kesempurnaan Buddha (samyaksambuddhatva) dan siapa, setelah mendengar penjelasan (vibhanga) dari Suramgamasamadhi, mempercayainya (adhimucyate) dan tiada ragu-ragu, Anak dari keluarga yang baik itu tidak akan pernah menyimpang dari Buddha (buddhatvan na vivartsyati). Bahkan lebih banyak lagi, jika setelah mempercayainya (adhimucya), laki-laki atau perempuan itu mengenggamnya (udgrhnati), mengingatnya (dharayati), mengulanginya (vacayati), menguraikannya secara terperinci kepada orang lain (parebhyah samprakasayati) dan, menyesuaikan diri dengan apa yang dikatakannya, memakai usaha dia itu untuk itu (bhavanayogena prayunakti).

Lalu para sakra, para brahma dan para raja lokapala dari para dewa memiliki pikiran ini : Kamu seharusnya sekarang segera hadir ke Tahta Singa (simhasana) Sang Tathagata, sebuah Tahta dari Dharma Yang Baik (saddharmasana), sebuah Tathta yang layak dari Orang Yang Terkemuka (satpurusana), sebuah Tahta dari Kemegahan Agung (mahavyuhasana), sebuah tahta untuk pemutaran Roda Dharma Besar (mahadharmacakrapravartanasana), sehingga Sang Tathagata, duduk diatas Tahta ini dari Kami, akan menguraikan secara terperinci Suramgamasamadhi.

Diantara diri mereka sendiri, setiap orang berkata kepada dirinya sendiri : Itu adalah saya seorang diri yang mempersembahkan simhasana kepada Sang Buddha, tiada orang lainpun yang dapat melakukan hal yang sama.

6
Sutra Mahayana / Maha Sukhavati Vyuha Amitabha Sutra
« on: 23 December 2011, 03:37:16 PM »


Alih bahasa dari bahasa Sanskekerta ke bahasa Han :
Maha Bhiksu Sanghavarman A.D. 252.




Alihbasa Indonesia :
Upa.Arya Rasmiprabhamegha 1986.





Penerbit : SASANA, Jakarta, Agustus 1991



Di paripurnakan oleh : Arya Mahayana



om namo ratnatrayāya
(Om Terpujilah Tiga Permata)



om namah śrīsarvabuddhabodhisattvebhyah
(Om Terpujilah Semua Yang Maha Mulia Buddha dan Bodhisattva)

namo daśadiganantāparyantalokadhātupratisthitebhyah sarvabuddhabodhisattvāryaśrāvakapratyekabuddhebhyo 'tītānāgatapratyutpannebhyah
(Terpujilah Yang Menghuni Sistem Dunia Yang Tiada Batas Dan Tiada Akhir Di Sepuluh Penjuru Semua Buddha Bodhisattva Arya Sravaka dan PratyekaBuddha dari Masa Lampau, Masa Sekarang dan Masa Depan)

namo Amitābhāya
(Terpujilah Amitabha)

namo 'cintyagunāntarātmane
(Terpujilah Yang Memiliki Kebajikan Tidak Terbayangkan)

(Vaidya 221)

Maha Sukhāvatīvyūhah Sutra / [vistaramātrkā]

(Sutra Panjang Tanah Suci Kebahagiaan)




Demikianlah telah kudengar : Pada suatu ketika, Sang Bhagavan berdiam di Vihara, Kota Rajagrha, di gunung Grdhrakuta, negeri Magadha bersama-sama dengan 32.000 Maha Bhiksu-Sangha, semuanya Arhat, bebas dari kelemahan dan perawatan, yang telah menyelenggarakan kewajiban keagamaan, yang memiliki pikiran yang sepenuhnya bebas melalui pengetahuan sempurna. dengan gagasan yang mengandung pertanyaan, yang telah mematahkan belenggu kehidupan, yang telah mencapai keinginan Mereka, yang telah menaklukkan, yang telah mencapai pengendalian diri tertinggi, yang memiliki pikiran dan pengetahuan tak terbelenggu, Para Pahlawan Agung,  yang memiliki 6 jenis pengetahuan, pengendalian diri, meditasi pada 8 jenis keselamatan, yang memiliki kekuatan, bijaksana dalam kebijaksanaan, Para Sesepuh,  yakni :

ājñātakaundinyena, aśvajitā, bāspena,mahānāmnā, bhadrajitā, yaśodevena, vimalena,subāhunā, pūrnamaitrāyanīputrena, urubilvākāśyapena, nadīkāśyapena, gayākāśyapena, kumārakāśyapena, mahākāśyapena, śāriputrena, mahāmaudgalyāyanena, mahākausthilyena, mahākaphilena, mahācundena, aniruddhena, nandikena, kampilena, subhūtinā, revatena, khadiravanikena, vakulena, svāgatena, amogharājena, pārāyanikena, patkena, cullapatkena, nandena,rāhulena, āyusmatānandena (Yang Terberkati Ananda) dengan ini dan dengan Para Sesepuh Sthavira lainnya, Para Murid yang bijaksana dalam kebijaksanaan, dengan pengecualian pada seorang yang masih maju di jalan Para Murid, Dia adalah,  Yang terberkati Ananda dan dengan banyak Bodhisattva berpikiran luhur yang dipimpin oleh Maitreya.

Para rombongan Bodhisattva Mahasattva yang telah menguasai ajaran Mahayana pada masa ini yaitu masa yang disebut “Bhadra Kalpa” menemani Sang Buddha dan mereka itu ialah: Bodhisattva Samantabhadra, Bodhisattva Manjusri, Bodhisattva Maitreya dan lain-lainnya. Hadir pula Bodhisattva yang bergelar “Sodasa Satpurusa” (16 tokoh suci) yang dipimpin oleh Arya Bhadrapala dan mereka itu ialah: Bhadrapala, Ratnakara, Susarthavaha, Naradatta, Guhyagupta, Varunadatta, Indradatta, Utaramati, Visesamati, Vardhamanamati, Amoghadarsin Susam Prasthita, Suvikrantavikramin, Anupamamati, Suryagarbha, Dharanidhara.

Setiap dari 16 Tokoh Suci Para Bodhisattva ini beserta tokoh-tokoh suci lainnya, mengikuti kebajikan dan pernah melakukan “Pelaksanaan Bodhisattva Samantabhadra”, diberkati dengan latihan-latihan dan janji-janji dari jalan Bodhisattva. dan dengan sungguh-sungguh tinggal didalam semua perbuatan berjasa. Mereka juga senantiasa melaksanakan banyak macam tekad utama dari para Bodhisattva Mahasattva yang terkemuka, dan mereka juga dapat mempergunakan cara-cara untuk mengumpulkan berbagai jasa, kemudian disalurkan kepada para makhluk di alam semesta. Mereka juga sering menjelajahi sepuluh penjuru semesta untuk menyelamatkan para makhluk yang sengsara dengan memberi berbagai metode yang berguna; mereka sering menerjunkan dirinya ke dalam lautan Buddha Dharma, cara-cara untuk menyeberangkan dirinya ke “Pantai-Sana” semua telah diperolehnya. Apabila telah tiba saatnya mereka akan menjadi Buddha di pelbagai dunia Buddha.

Ketahuilah, langkah-langkah yang akan dialami oleh mereka, terutama apabila mereka telah mengakhiri kehidupannya mereka harus bersemayam di Surga Tusita dulu, guna mengkhotbahkan Saddharma (Dharma sejati nan luhur) kepada para makhluk luhur. Jika waktu tugasnya telah selesai dan saatnya telah matang, barulah sang calon Buddha ini meninggalkan istana Tusita dan terus dilahirkan di dunia yang dimaksudkan, melalui sebelah rusuk dari badan ibunya. Umpamanya, pada saat Maha Guru kita turun dari Surga Tusita, pernah Beliau turun dengan peristiwa yang jarang ada, yang mengharukan seluruh semesta! Ketahuilah, saat “Sang Bayi” baru mengunjungi ke dunia manusia. Ia pernah menlangkahkan kakinya 7 tapak di atas bunga teratai, dengan kaki yang sedemikian mungil dan lembut di depan ibunya. Demikian pula sinar hidup yang keluar dari tubuhnya yang terang benderang, secepat kilat memancar ke 10 penjuru, sehingga pada segala alam Buddha terasa ada 6 macam guncangan! Setelah Sang Bayi berjalan 7 tapak lantas ia menegakkan tubuhnya yang meliputi sinar itu dengan sikap amat perkasa seraya mengucapkan kata-kata sebagai berikut:

artinya:
"Akulah Pemimpin dalam dunia ini!"
"Akulah Yang Tertua dalam dunia ini!"
"Akulah Yang Teragung dalam dunia ini!"
"Akulah Yang Dihormati oleh Raja Indra, Raja Brahmana;"
"juga Yang Dipuja oleh Dewa-dewa dan umat manusia!"

Kemudian, Beliau semakin dewasa dan Ia dapat mempertunjukan berbagai ketrampilan seperti: Pandai ilmu Matematika, Kesusasteraan, disamping pandai mengendalikan kuda sambil memanah; Beliau juga
mampu menguasai dengan sangat mendalam seluruh Pancavidya dan kitab-kitab Caturveda. Beliau sering berada di lapangan Taman Istana guna melakukan latihan jasmani dan menguraikan kecakapan kepada
pengikutNya. Suatu saat Beliau tengah menampakkan diriNya di istana mewah yang demikian banyak kebahagiaan diliputi bau sedap dan barang-barang indah; akan tetapi, tidak selang beberapa waktu tiba-tiba sifat kemuliaanNya berubah menjadi sifat pendiam, bahkan amat sadar terhadap segala peristiwa duniawi setelah Ia menyaksikan duniaNya yang demikian bahagia tetapi tidak luput dari berbagai belenggu penderitaan seperti penyakit, usia tua, kematian, bencana-bencana alam dan lain-lainnya. Sehingga Beliau bertekad mencari suatu “obat” atau Saddharma untuk menghancurkan belenggu penderitaan tersebut. Kemudian Beliau meninggalkan segala harta dan takhta singgasanaNya dan terus pergi ke dalam hutan kemudian semua baju indah, beberapa jenis perhiasan yang berharga, sebuah mahkota permata dan Keyuran-keyuran (untaian) mustika yang dikenakannya, serta seekor kuda Kanthaka yang disayanginya dikirim kembali ke istanaNya; demikian pula rambut dan kumis dicukurNya’ habis, seluruh badan hanya dilindungi oleh jubah kasar saja!

Sejak itu, Beliau tiap hari duduk bersila di bawah pohon, kecuali waktu hendak buang air atau makan, guna melatih berbagai jenis Vipasyana dan Samatha di dalam SamadhiNya. Beliau hidup bertapa di hutan Uruvilva, hingga genap 6 tahun, akhirnya cita-cita agung beliau itu terwujud! Beliau memberitahukan kepada para umat manusia yang berada di dunia yang sedang mengalami Pancakasaya (5 macam kekeruhan) ini, baik lahir maupun batin sudah dicemari kekeruhan harus dibersihkan segera. Maka Beliau memandikan diri di dalam arus emas atau Sungai Nairanjana, untunglah, setangkai dahan pohon sengaja di tekankan ke muka sungai oleh para Dewata yakni Pelindung Dharma, barulah Beliau mendapat kesempatan ke luar dari badanNya yang telah bersih itu dari dalam air. Saat Ia hendak pergi ke tempat MandalaNya, terdapatlah banyak unggas-unggas yang berbulu aneka-warna datang mengikuti, riang gembira. Terdapat juga berbagai Margasatwa datang menemaniNya. Bahkan banyak tanda-tanda kebahagiaan yang jarang terlihat juga menampakkan diri di depanNya guna memuji jasa-jasa Beliau yang demikian agung dan tak terhingga! Setelah tiba di tempat MandalaNya Beliau menerima seberkas rumput halus dari seorang dermawan yaitu pengembala Nanda dengan perasaan terharu, rumput tersebut lalu dihamparkan di bawah pohon Bodhi-Indra. Di situlah Beliau duduk bersila dan seluruh tubuhNya terus mengeluarkan sinar hidup yang amat terang benderang. Dengan cara ini Beliau memberitahu kepada para Mara jahat yang berada di Maraloka. Kemudian datanglah pasukan-pasukan Marakayika berbondong-bondong di sekeliling Mandala Beliau, mereka bermaksud hendak mengadakan percobaan terhadap kesaktian Buddha yang baru itu. Akhirnya kalahlah para Mara jahat di bawah kewibawaan Abhijnabala Buddha yang demikian hebat dari Beliau, sehingga semua pasukan Mara di taklukkan oleh Maha Guru kita! Kini Maha Guru kita telah memperoleh Dharma yang paling luhur, bahkan Beliau benar-benar sudah mencapai Anuttara Samyaksambodhi, menjadi seorang Buddha di dunia Saha!

Ketahuilah, waktu kabar baik ini baru sampai di Surga, datanglah raja-raja seperti Raja Sakra Deva Indra, Raja Brahmana dan sebagainya. Mereka turun dari Surga dengan maksud ingin memberi penghormatan
kepada Buddha baru ini, juga ingin memohon kepada Beliau untuk memutar roda Dharma. Mereka ingin mengikuti langkah-langkah Buddha dengan mendemonstrasikan suara Simhanada (laksana auman singa) dan
belajar berbagai ketrampilan seperti membunyikan gendang Dharma, meniup siput Dharma, memegang keris Dharma, memasang Dhvaja Dharma, menggemuruhkan guruh Dharma, mengilatkan petir Dharma,
mencurahkan hujan Dharma dan menyedekahkan Dana Dharma, agar suara-suara dari Dharma luhur dapat membangkitkan Bodhicitta para umat di semesta terus-menerus!

Pada saat sinar hidup Sang Buddha menjadi 6 macam guncangan hingga ke 10 penjuru alam Buddha, loka Mara bahkan istana Mara pun tidak luput merasakan guncangan itu sehingga para anak-buah Sang Mara pun tunduk semua atas kewibawaan Buddha! Akan tetapi, Beliau tak segan-segan memberhentikan kesibukan duniawi; juga tak segan-segan merusakkan pelubang-pelubang nafsu dan sebagainya. Meskipun kota DharmaNya tiada hari tanpa dijaga ketat, tapi pintu DharmaNya tetap dibuka untuk para umat, guna membersihkan keringat-kotor dari para umat agar lahir dan batinnya bisa suci murni seperti semula. Kemudian disinari Buddha Dharma yang bercahaya kepada mereka semua, agar ajaran-ajaran sejati ini dapat melimpah ke seluruh semesta hingga seluas-luasnya!

Karena Beliau tak segan-segan mengamalkan kebajikan sebanyak-banyaknya dan kemudian disalurkan lagi kepada para simpatisan Dharma, maka saat Ia memohon sedekah di pelbagai negeri asing yang dikunjungiNya itu; Ia selalu dihadiahi bermacam-macam makanan yang lezat. Ketahuilah apabila Beliau akan mengkhotbahkan DharmaNya pastilah sikapNya selalu riang gembira. Apalagi Beliau sering mengobati para umat yang tengah mengalami 3 macam Duhkha dengan obat yang sangat berkhasiat yakni Dharma sejati. Demikian pula, apabila Beliau berada di depan para pendengar Ia sering mengatur cara-cara untuk
menimbun jasa-jasa, agar para suci cepat di-vyakaranakan (wisudha) hingga setingkat dengan Bodhisattva, agar cepat mencapai Samyaksambodhi, agar dapat mencontoh caranya ber-Pari Nirvana kepada para umat, agar dapat memanfaatkan segala makhluk yang jumlahnya tak terhingga, agar mereka cepat menghilangkan cela-celanya, dan banyak menanam benih kebajikan sehingga jasa-jasanya lengkap semua, kemudian langsung menjelajahi pelbagai alam Buddha guna mengembangkan Buddha Dharma di sepuluh penjuru dunia.

Sungguh, Maha Guru kita bukan saja lahir dan batinNya telah suci murni, akan tetapi ketrampilanNya pun sangat luar biasa, Beliau dapat Nirmita (menjelma) kedalam bermacam-macam rupa, baik berupa wanita
maupun lelaki, kesemuanya menurut keperluanNya! Nah, ketahuilah! Para Bodhisattva, para Arya yang berada di arena Pasamuan Agung ini, semua mempunyai status seperti Sang Buddha! Mereka rajin mempelajari bermacam-macam metode, lalu dipahami, disintesa, dianalisa dan dilaksanakannya. Dharma-Dharma yang DialihkanNya merupakan inti-sari sehingga banyak umat senang mengamalkannya. Mereka sering berada dipelbagai negeri Buddha, di sanalah mereka tidak pandang bulu, kepada siapapun selalu sopan, sikapnya tidak sombong sedikitpun. Hatinya senantiasa mengibakan hatinya kepada segala makhluk apapun, agar semua dapat membebaskan belenggu penderitannya!

7
Sutra Mahayana / Arya Sanghatam Mahayana Suttram Maha Dharmaparyaya
« on: 27 December 2009, 12:31:57 PM »
MAHAYANA ARYA SANGHATA SUTRA DHARMAPARYAYA

Sujud saya kepada Sang Raja Buddha Vajrapani Trailokyavijaya Tathagata.
Sujud saya kepada Sang Sakyamuni Tathagata.
Sujud saya kepada Semua Buddha dan Bodhisattva.

Om Vajrasattva Hum

Namah Sarvabuddhabodhisattvebhyah

Demikianlah telah ku dengar. Sang Bhagava sedang berada di Rajagraha, Puncak Gunung Griddhrakuta, bersama-sama dengan kumpulan besar dari 32.000 Bhiksu, termasuk Yang Patut Dihormati  Ajnata Kaundinya, Yang Patut Dihormati Maha-maudgalyayana, Yang Patut Dihormati Shari-Putra, Yang Patut Dihormati Maha-Kashyapa, Yang Patut Dihormati Rahula, Yang Patut Dihormati Bakkula, Yang Patut Dihormati Bhadravasa, Yang Patut Dihormati Bhadrashri , Yang Patut Dihormati Nanda Shri, Yang Patut Dihormati Jangula, Yang Patut Dihormati Subhuti, Yang Patut Dihormati Revata, Yang Patut Dihormati Nanda-sena, Yang Patut Dihormati Canandena. dan Banyak Biksu Lainnya. Dan Bersama-sama dengan 62.000 bodhisattva, termasuk Maitreya Bodhisattva Mahasattva, Sarva-shura Bodhisattva Mahasattva, Kumara Bodhisattva Mahasattva, Kumaravasina Bodhisattva Mahasattva, Kumarabhadra Bodhisattva Mahasattva, Anuna Bodhisattva Mahasattva, Manjusri Kumara Bodhisattva Mahasattva, Samantabhadra Bodhisattva Mahasattva, Sudarsana Bodhisattva Mahasattva, Bhaisajya Raja Bodhisattva Mahasatttva, Vajrasena Bodhisattva Mahasattva dan banyak Bodhisattva Mahasattva lainnya, dan bersama-sama dengan 12.000 Dewa Putra, termasuk Dewa Putra Arjuna, Dewa Putra Bhadra, Dewa Putra Subhadra, Dewa Putra Dharmaruci, Dewa Putra Candana Garbha, Dewa Putra Candavasi, Dewa Putra Candana, Dewa Putra Candanasena dan banyak Dewa Putra Lainnya, dan ikut pula 8.000 Dewa Putri termasuk di dalamnya Dewa Putri Mirdamgini, Dewa Putri Prasadavati, Dewa Putri Mahatmasamprayukta, Dewa Putri Varsasriya, Dewa Putri Padmasriya, Dewa Putri Prajapativasini, Dewa Putri Balini, Dewa Putri Subhayukta, dan banyak Dewa Putri lainnya. Dan bersama-sama dengan 8.000 Raja Naga, termasuk Raja Naga Apalala, Raja Naga Elapatra, Raja Naga Timingila, Raja Naga Kumbha Sara, Raja Naga Kumbhasirsha, Raja Naga Sunanda,  Raja Naga Susakha, Raja Naga Gava sirsha, dan Banyak Raja Naga yang lainnya.

Mereka semua menuju ke Raja Graha, Puncak Gunung Griddhrakuta, Tempat Sang Bhagava Sakyamuni Tathagata Arhan SamyakSamBuddha berdiam. Ketika Mereka tiba disana, Mereka bersujud dengan Kepala menyentuh Kaki Sang Bhagava, lalu memutari Sang Bhagava (melakukan Pradasikna) sebanyak Tiga kali kemudian Mereka semua duduk berhadapan dengan Sang Bhagava. Sang Bhagava menerima kedatangan Mereka dengan tetap diam. Kemudian Sang Sarva shura Bodhisattva Mahasattva bangkit dari tempat duduk-Nya, meletakkan jubah bagian atasnya diatas bahunya, menekuk Lutut kanannya menyentuh tanah, merangkapkan kedua tangannya (melakukan Anjali) bersama-sama dan bersujud membungkukkan dirinya kepada Sang Buddha. Dia lalu berkata kepada Sang Buddha:" Yang Dimuliakan Dunia, berjuta-juta Dewa Putra, berjuta-juta Dewa Putri, dan berjuta-juta Bodhisattva telah berkumpul. Yang Dimuliakan Dunia, berjuta-juta Sravaka dan juga Raja Naga telah berkumpul dan duduk untuk mendengar Dharma. Lengkaplah sudah, berkenanlah Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, untuk mengajarkan berbagai jenis pendekatan menuju jalan Dharma sehingga dengan seketika mereka mendengar-Nya, bagi mereka yang sudah berusia lanjut akan tersucikan semua rintangan karmanya, dan bagi mereka yang berusia muda akan melakukan usaha besar dalam dharma yang luhur dan akan mencapai keunggulan khusus, dan perbuatan luhur mereka tidak akan menurun, tidak sedikitpun menurun dan tidak akan mengalami penurunan keseluruhan.

Dia berkata demikian dan Sang Buddha bersabda kepada sang Bodhisattva, Sang Sarva shura yang luhur demikian: "Sarva shura, pemikiran kamu untuk menanyakan kepada Sang Tathagata untuk hal ini adalah baik, sangat baik. Oleh karena itu, Sarva shura, dengarlah baik-baik dan penuh perhatian, dan simpanlah dalam pikiran, Saya akan memberitahukan-mu." Setelah berkata kepada Sang Buddha, "Tepat sekali," Sang Bodhisattva, Sang Sarva shura yang luhur mendengarkan dengan penuh perhatian pada Sang Buddha.

Sang Buddha bersabda demikian kepadanya: "Sarva shura, ada sebuah Dharmaparyaya yang disebut Sanghata yang bahkan sampai sekarang masih ada di dalam bumi ini. Siapapun yang mendengar Sanghata Dharmaparyaya ini akan menyebabkan lima rintangan karma beratnya yang tak henti-hentinya menjadi tersucikan, dan mereka tidak akan pernah menolak pencapaian Yang Tiada Tandingan, Sempurna, dari Penerangan Agung. Sarva shura, apa yang kamu pikirkan tentang hal ini? Jika kamu berpikir bahwa mereka yang mendengar Sanghata Sutra ini akan menghasilkan banyak sekali jasa kebajikan sebanyak jasa kebajikan yang dimiliki Seorang Tathagata, kamu seharusnya tidak melihatnya demikian."

Sarva shura berkata, "Baik, lalu bagaimana itu harus terlihat?"

Sang Buddha bersabda: "Sarva shura, Para Bodhisattva itu, Para mahluk yang berjumlah banyak itu akan juga menghasilkan banyak sekali jasa kebajikan sebanyak jasa kebajikan yang dimiliki Semua Tathagata Arahat SamyakSamBuddha yang jumlahnya sebanyak jumlah pasir di sungai gangga. Sarva shura, mereka yang mendengar Sanghata Dharmaparyaya ini tidak akan pernah berpaling. Mereka akan melihat Sang Tathagata, mereka tidak akan terpisah dari penglihatannya pada Sang Tathagata, mereka akan tercerahkan sempurna menjadi Tathagata Arahat SamyakSamBuddha. Dharma luhur yang akan mereka capai semuanya tidak akan ditundukkan oleh si jahat mara. Sarva shura, mereka semua yang mendengar Sanghata Sutra ini akan memahami kemunculan dan penghentian."

Lalu pada saat itu, semua dari Para Bodhisattva itu bangun, meletakkan jubah bagian atas pada bahunya, meletakkan lutut kanannya menyentuh tanah, dan bertanya kepada Sang Buddha, "Yang dimuliakan dunia, berapa banyak jasa kebajikan yang dimiliki oleh Seorang Tathagata?"

Sang Buddha bersabda demikian: "Wahai Para Putra yang berasal dari garis keturunan, dengarkanlah ukuran jasa kebajikan yang dimiliki oleh Seorang Tathagata. Itu adalah seperti demikian: Untuk membuat persamaannya, seperti besarnya jasa kebajikan yang banyak sekali dari jumlah Para Bodhisattva Dasa Bhumi yang abadi dalam tingkat sepuluh seperti adanya tetesan air dalam maha samudra, dan butiran-butiran debu pada jambudvipa, dan butiran pasir dalam sungai gangga, jasa kebajikan yang dimiliki oleh Seorang Tathagata adalah jauh lebih besar dari itu semua, perihal mahluk hidup yang mendengar Sanghata Dharmaparyaya ini, jumlah besar jasa kebajikan yang akan mereka hasilkan bahkan lebih besar dari itu semua. Adalah tidak mungkin untuk mencapai batas dari jumlah besar jasa kebajikan itu dengan menghitungnya. Sarva shura, setiap orang yang merasa riang-gembira pada saat itu, pada saat mereka mendengarkan sabda-sabda ini, akan menghasilkan jumlah besar jasa kebajikan yang tak dapat dihitung."

Lalu Sang Bodhisattva, Sang Sarva shura yang luhur, berkata demikian pada Sang Buddha: "Yang dimuliakan dunia, siapa dari para mahluk hidup itu yang sangat kehausan untuk Dharma itu?"

Setelah dia berkata demikian, Sang Buddha bersabda demikian kepada Sang Bodhisattva, Sang Sarva shura yang luhur: "Sarva shura, ada dua mahluk hidup yang sangat kehausan untuk Dharma itu. Jika kamu bertanya-tanya yang manakah mereka dari kedua itu, Sarva shura, mereka adalah seperti demikian: Seseorang yang mempunyai pikiran sama terhadap semua mahluk hidup, yang kedua, Sarva shura, setiap orang yang setelah mendengar Dharma ini menyatakannya dengan benar dan sepenuhnya kepada semua mahluk hidup dengan sama."

Sang Bodhisattva, Sang Sarva shura yang luhur berkata: "Yang dimuliakan dunia, Siapakah yang setelah mendengar Dharma ini menyatakannya dengan benar dan sepenuhnya kepada semua mahluk hidup dengan sama?"

Sang Buddha bersabda: "Sarva shura, yang pertama adalah mereka yang setelah mendengarkan Dharma itu, secara menyeluruh membaktikan diri mereka untuk mencapai Penerangan Agung. Ketika seseorang telah membaktikan keseluruhan hidupnya untuk mencapai Penerangan Agung, dia akan sangat kehausan terhadap Dharma demi kepentingan semua mahluk hidup. Sarva shura, yang kedua adalah mereka yang masuk ke dalam Mahayana. Mereka juga sangat kehausan terhadap Dharma itu."

Lalu Jutaan Para Deva, Naga, Manusia, Putri Deva bangun dari tempat duduknya, merangkapkan kedua tangan di depan Sang Buddha dan menyatakan ungkapan mereka kepada Sang Buddha demikian: "Yang dimuliakan dunia, Kami juga sangat kehausan untuk Dharma itu, untuk itu, Mohon Sang Buddha berkenan untuk sepenuhnya memenuhi keinginan kami dan keinginan dari semua mahluk hidup."

Pada saat itu, pada waktu itu, Sang Buddha menunjukkan Senyuman-Nya.

Lalu Sang Bodhisattva, Sang Sarva shura yang luhur bangkit dari tempat diuduknya,merangkapkan kedua tanganya, membungkukkan diri terhadap Sang Buddha. Dia menyatakan ungkapannya kepada Sang Buddha demikian: "Yang dimuliakan dunia, apakah yang menyebabkan senyuman-Mu? Kondisi apakah itu?"

Kemudian Sang Buddha bersabda kepada sang Bodhisattva, sang Sarva shura yang luhur demikian: "Sarva shura, Para mahluk hidup itu yang datang kemari akan mencapai Penerangan Agung Anuttara SamyakSamBuddha. Mereka akan mencapai pendirian penuh terhadap objek-objek yang menjadi kegembiraan Seorang Tathagata."

Sang Bodhisattva Sarva shura berkata: "Yang dimuliakan dunia, disebabkan oleh apakah dan kondisi apakah sehingga Para mahluk hidup yang datang kemari akan mencapai Anuttara SamyakSamBuddha?"

Sang Buddha bersabda:"Itu adalah baik, Sarva shura, sangat baik dengan pikiran kamu untuk menanyakan kepada Sang Tathagata tentang maksud ini. Oleh karena itu, Sarva shura, dengarkanlah kualitas khusus dari pengabdian."

"Sarva shura, pada asamkhyeya kalpa yang tak terhingga, tak terhitung dan tak terbatas, yang telah berlalu adalah Seorang Tathagata yang bernama Ratnashri, Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Sempurna Pikiran Dan Perbuatan, Yang Terbahagiah, Maha Mengetahui Dunia, Sang Pemimpin Tiada Tandingan, Guru Dewa dan Manusia, Yang Telah Sadar, Yang Dihormati Dunia."

"Sarva shura, pada masa itu, pada waktu itu, Saya adalah seorang Brahmin yang masih muda. Semua mahluk hidup itu yang sedang saya bimbing kearah Pengetahuan Seorang Buddha pada masa itu, telah menjadi binatang-binatang liar, dan jadi pada masa itu, pada waktu itu, Saya membuat prasetya ini: 'Semoga semua binatang-binatang liar itu yang telah sangat tersiksa oleh penderitaan terlahir kembali di Tanah Buddha-Ku. Semoga Saya mendirikan mereka semua di dalam Pengetahuan Seorang Buddha.' Dan semua binatang-binatang liar itu, setelah mendengar Perkataan itu, berkata: 'Semoga terjadilah demikian.' Sarva shura, dengan akar keluhuran ini, Para mahluk hidup ini telah datang kemari dan akan tercerahi dengan Penerangan Sempurna Anuttara SamyakSamBuddha."

Oleh sebab itu, setelah mendengar hal yang menggembirakan ini dari Sang Buddha, Sang Bodhisattva, Sang Sarva shura yang luhur berkata kepada Sang Buddha: "Yang dimuliakan dunia, hidup apakah yang mungkin bagi Para mahluk hidup itu?"

Sang Buddha bersabda: "Hidup selama 80 kalpa adalah mungkin untuk Para mahluk hidup itu."

Sang Bodhisattva Sarva Shura berkata: "Berapa banyak ukuran dari sebuah kalpa?"

Sang Buddha bersabda: "Wahai Putra yang berasal dari garis keturunan, dengarkanlah, itu adalah demikian: "Untuk membuat sebuah persamaan, seorang lelaki membangun sebuah pagar 12 yojana yang melingkar membentuk bundaran, dan tingginya tiga yojana, dan sama sekali tidak mengisi sesuatu yang lain pada pagar tersebut tetapi hanya benih wijen. Lalu, bilamana saja 1000 tahun telah berlalu, lelaki itu melemparkan satu buah biji wijen keluar dari pagar itu yang sebelumnya telah dipenuhi dengan isinya yang berupa biji wijen. Dalam hal yang sedemikian rupa, bahkan ketika lelaki itu telah mencapai akhir dari biji-biji wijen itu, dan bahkan bangunan pagar tersebut telah lama hilang, waktu satu kalpa masih belum berlalu."

Selain itu, Sarva shura, itu adalah demikian: "Untuk membuat sebuah persamaan, adalah sebuah gunung dengan 50 yojana kedalamannya dan 12 yojana ketinggiannya. Kemudian seorang lelaki membangun sebuah rumah di sebelah gunung tersebut, dan selama waktu yang lama, ketika seratus tahun telah berlalu, lelaki itu akan menggosoknya dengan kain kasa tipis benares. Dengan perbuatannya, gunung itu akan berakhir. Tetapi bahkan setelah gunung itu berakhir, waktu satu kalpa masih belum berlalu. Sarva shura, itulah ukuran dari satu kalpa."

Lalu Sang Bodhisattva, Sang Sarva shura yang luhur bangun dan menyatakan ungkapannya pada Sang Buddha: "Yang dimuliakan dunia, bahkan jika pengabdian seseorang menghasilkan sejumlah besar jasa kebajikan seperti panjangnya usia kebahagiaan hidup bisa menjadi 80 kalpa, apakah yang dibutuhkan untuk dapat mengatakan seseorang yang telah menawarkan persembahan terhormat yang luar biasa banyak untuk Ajaran Sang Tathagata?"

Sang Buddha bersabda: "Dengarkanlah, wahai Putra yang berasal dari garis keturunan, jika seseorang yang mendengar Sanghata Dharmaparyaya dapat mempunyai usia kehidupan selama 84.000 kalpa, apa yang dibutuhkan untuk mengatakan seseorang yang menyebabkan Sanghata Sutra ditulis dan yang membaca-Nya? Sarva shura, orang itu akan menghasilkan jasa kebajikan yang luar biasa besar banyaknya."

"Sarva shura, setiap orang yang memiliki pikiran yang bersemangat dengan keyakinan suci dan membuat sembah sujud yang sepenuh hati untuk Sanghata Sutra akan mengingat kehidupan masa lalunya selama 95 kalpa. Mereka akan menjadi Raja Pemutar Roda (Cakravartin) selama 60 kalpa. Bahkan dalam seumur hidup itu, Setiap orang akan menyukai mereka. Sarva shura, kematian mereka tidak akan terjadi karena senjata. Kematian mereka tidak akan terjadi karena racun. Mereka tidak akan celaka oleh ilmu hitam. Bahkan disaat kematian mereka, mereka akan melihat 99 juta Buddha secara langsung, dan, Sarva shura, Para Buddha tersebut, Yang dimuliakan dunia, akan berkata kepada orang tersebut: 'Mahluk Suci, karena kamu telah mendengar Sanghata Sutra Dharmaparyaya dijelaskan dengan baik, oleh karena itu jasa kebajikan besar ini tercipta.' Dan 99 Juta Buddha itu, Yang dimuliakan dunia, dalam sistem dunia Mereka masing-masing akan membuat sebuah penetapan. "

"Jika ini adalah demikian, Sarva shura, apakah yang dibutuhkan untuk mengatakan setiap orang yang mendengar semua dari Sanghata Sutra Dharmaparyaya Yang Agung ini secara lengkap dan luas? Tidak hanya itu, Mereka (Para Tathagata) akan menentramkan orang itu dengan berkata: 'Janganlah takut.'"

8
Sutra Mahayana / Sri Vasudhara Dharani Namah Mahayana Suttram
« on: 15 November 2009, 09:30:11 PM »
Sri Vasudhara Dharani Namah Mahayana Suttram

 om namah sri jinasasanaya
samsaradvayadainyasya pratihantr dinavahe
vasudhare sudhadhare namastubhyam krpamahe

Demikianlah telah ku dengar. Suatu ketika Sang Bhagavan sedang berdiam di Negeri Kosambi, Hutan Kantaka. Pada waktu itu, hadir lima ratus orang Maha Bikshu Sangha beserta para Bodhisattva Mahasattva yang sangat banyak jumlahnya. Di Negeri Kosambi terdapatlah seseorang Grhapatih yang bernama "Su Candra" (Bulan Kebajikan). Ia telah mengembangkan pikiran dan hati murni. Jumlah anggota keluarganya sangat banyak. Sraddha (Keyakinan) yang teguh telah dikembangkannya. Grhapatih tersebut pergi mengunjungi Bhagavan, menyembah dengan meletakkan kepalanya ke kaki Bhagavan, serta melakukan pradaksina beberapa kali. Dengan penuh hormat Grhapatih Su Candra maju menghadap Bhagavan dan mengajukan pertanyaan,

“Bhagavantam tathagatam arhantam samyaksambuddham! Aku hendak mengajukan pertanyaan pada Bhagavan demi menjawab sedikit keraguanku. Semoga Bhagavan berbelas kasih sehingga sudi mengizinkanku untuk mengajukan pertanyaan tersebut.” Sang Bhagavan lalu berkata kepada Grhapatih Su Candra, “Engkau menanyakan hal ini dengan daya batin murni, karena itu silakan ajukan pertanyaanmu itu.”

Grhapatih Su Candra sangat bergembira mendengar hal ini dan bertanyalah dia kepada Bhagavan, “Bhagavan! Terdapat putera dan puteri berbudi yang dilanda kemiskinan. Bagaimanakah caranya agar mereka dapat mendapatkan kekayaan yang melimpah? Selain itu masih ada di antara mereka yang menderita bermacam-macam penyakit. Bagaimanakah caranya agar mereka dapat mendapatkan kesembuhan?” Lalu Bhagavan bertanya kepada Grhapatih Su Candra, “Mengapakah engkau menanyakan hal itu?” Sang Grhapatih lalu menjawab Sang Bhagavan, “duhai Bhagavan, duhai Sugata, aku memiliki banyak anggota keluarga di rumahku. Namun kini sedang mengalami kesulitan keuangan, sehingga harus hidup melalui bantuan. Bahkan beberapa di antara mereka menderita sakit. Aku memohon agar Yang Dijunjungi Dunia bersedia membabarkan Dharmaparyaya untuk mengatasi kemiskinan tersebut selamanya; yakni Dharma yang sanggup memenuhi perbendaharaan dengan harta kekayaan; sehingga para anggota keluargaku akan bersuka cita karenanya. Dimana gudang-gudang  akan dipenuhi emas, perak, permata pusaka vajra pengabul keinginan, harta kekayaan yang diperoleh melalui perdagangan, serta permata merah sebesar batu akik. Masing-masing benda-benda berharga itu melimpah jumlahnya dan tak akan pernah habis. Dengan demikian, kami dapat melakukan dana
paramita.”

Sang Bhagavan menjawab pertanyaan Grhapatih Su Candra, “Wahai Grhapatih yang Berbudi, pada asamkheya kalpa yang telah lama berlalu, terdapat Seorang Bhagavan bernama "Vajradhara Sagara Nirghosa" (Pemegang Vajra Suara Samudera) Sang Tathagata, Arhan, SamyakSamBuddha, Loka udapadi, vidyacaranasampanno, lokavidanuttara purusadamyasaratih, sasta devamanusyanam, Buddho, Bhagavan. Pada masa Sang Tathagata itu Grhapatih, Aku menerima sebuah Dharani yang bernama Vasudhara (Hujan Mustika). Terimalah, lestarikan, bacalah, lafalkan, pahami maknanya, laksanakanlah apa yang terkandung di dalamnya, serta sebar luaskan Dharani tersebut. Putera yang Berbudi! Bila ada manusia atau makhluk bukan manusia seperti yaksha, raksasha, preta, pisacha, bhuta, kumbhanda, skanda, apasmara, usta, putana, kataputana, yatudhana dan yang lainnya yang memiliki niat jahat, para "mutrahara ,rudhirahara ,vistahara ,vasahara ,mamsahara ,slesmahara ,puahara ,simhanakahara ,khelahara ,medhahara ,madyahara ,jatahara ,jivitahara ,balyahara, malyahara, yavaducchistahara"(para mahluk halus pemakan manusia, lemak, tulang sumsum, nanah, darah, lendir, ludah, besar ,kecil, yang hendak menimbulkan kekacauan kesadaran) dan yang lainnya, maka mereka akan gagal melaksanakan niat jahatnya.

Bhagavan melanjutkan perkataannya kepada Grhapatih, “Bila ada orang yang meyakini dan melafalkan Dharani ini dengan sepenuh hati; atau kendati hanya mendengar namanya saja, mereka menerima, mengingat, serta dengan gembira meyakininya; maka putera atau puteri berbudi tersebut sepanjang malam akan memperoleh kedamaian dan kebahagiaan. Ia akan memperoleh kedamaian melimpah. Selanjutnya, bila ada putera atau puteri berbudi yang hendak melaksanakan Vasudhara Dharani ini, maka ia hendaknya terlebih dahulu melakukan persembahan namaskara puja pada semua Tathagata Arhantah SamyakSamBuddha; baik selama semalam, dua malam, maupun tiga malam. Lalu lafalkan dharani ini dengan sepenuh hati. Kembangkan keyakinan pada Triratna; sehingga dengan demikian para devata akan bersukacita karenanya. Harta kekayaan berupa ratna (permata) dan gandum-gandum akan tercurah turun dengan segera. Laksanakan Dharma yang Saya ajarkan ini.”

Sang Bhagavan mengucapkan Vasudhara dharani yang berbunyi sebagai berikut:

Namo ratnatrayaya, om namo bhagavate vajradharasagaranirghosaya tathagatasyarhate samyaksambuddhaya tadyatha om sri surupe suvadane bhadre subhadre bhadravati mamgale sumamgale mamgalavati argale argalavati candre candravati ale acale acapale udghatini udbhedini ucchedini udyotini sasyavati dhanavati dhanyavati udyotavati srimati prabhavati amale vimale nirmale rurume surupe surupavimale arcanaste atanaste vitanaste anunaste avanatahaste visvakesi visvanisi visvanamsi visvarupini visvanakhi visvasire visuddhasile viguhaniye visuddhaniye uttare anuttare amkure namkure prabhamkure rarame ririme rurume khakhame khikhime khukhume dhadhame dhidhime dhudhume tatare tatare ture ture tara tara taraya taraya mam sarvasattvamsca vajre vajre vajragarbhe vajropame vajrini vajravati ukke bukke nukke dhukke kakke hakke dhakke takke varakke avarttini nivarttini nivarsani pravarsani vardhani pravardhani nispadani vajradharasagaranirghosam tathagatam anusmara anusmara sarva tathagata satya-manusmara samghasatyamanusmara anihari anihari tapa tapa kuta kuta pura pura puraya puraya bhagavati vasudhare mama saparivarasya sarvesam sattvanam ca bhara bhara bharani santamati jayamati mahamati sumamgalamati pimgalamati subhadramati śubhamati candramati agacchagaccha samayamanusmara svaha svabhavamanusmara svaha dhrtim... sarvatathagatanam vinayam ... hrdayam ... upahrdayam ... jayam ... vijayam  ... sarva satva vijaya manusmara svaha

om srim vasumukhim svaha om srim vasusri svaha om srim vasusriye svaha om vasumati svaha om vasumatisriye svaha om vasve svaha om vasude svaha om vasamdhari svaha om dharini dharini svaha om samayasaumye samayamkari mahasamaye svaha om sriye svaha om śrīkari svaha om dhanakari svaha om dhanyakari svaha

mulamantra| om sriye srikari svaha om dhanakari dhanyakari ratnavarsani svaha sadhyamantra om vasudhare svaha hrdayam laksmyai svaha om upahrdayam om laksmi bhutalanivasine svaha sam yatha dam om yanapatravahe svaha

Kemudian dilafalkan mantra dharani lanjutan, yakni;


suta suta khata khata khiti khiti khutu khutu maru maru mumca mumca marunca marunca tarppini tarppini tarjani tarjani dehi dehi dapaya dapaya uttista uttista hiranyasuvarnam pradapaya svaha annapanaya svaha vasunipataya svaha gauh svaha surabhe svaha vasu svaha vasupataye svaha indraya svaha yamaya svaha varunaya svaha vaisravanaya svaha digbhyo vidigbhyah svaha utpadayantu me kamksaviraham anumodayantu imam me mantrapadah om hram hrīm ehyehi bhagavati dada dapaya svaha etadbhagavatya aryavasudharaya hrdayam mahapapakarino'pi siddhyati purusapramanan svabhogan dadati ipsitam manoratham paripurayati kamaduhan yan kaman kamayati tamstanipsitan paripurayati mulavidya namo ratnatrayaya namo devi dhanadaduhite vasudhare dhanadharam pataya kuru kuru dhanesvari dhanade ratnade he hema-dhanaratnasagaramahanidhane nidhanakotisatasahasraparivrte ehyehi bhagavati pravisya matpuram madbhavane mahadhanadhanyadharam pataya kuru kuru om hram trata kailasavasiniye svaha mahavidya om vasudhare mahavrstinipatini vasu svaha mulahrdayam om vasudhare sarvarthasadhini sadhaya sadhaya uddhara uddhara raksa raksa sarvarthanidhayantram vava tata vava tanta danda svaha paramahrdayam om namo bhagavatyai aryalevadike yatha jivasamraksani phalahaste divyarupe dhanade varade suddhe visuddhe sivakari santikari bhayanasini bhayadusani sarvadustan bhanjaya bhanjaya mohaya mohaya jambhaya  jambhaya stambhaya stambhaya mama santim pustim vasyam raksam ca kuru kuru svaha levadika dhariniyam

Bhagavan memberitahu Grhapatih Su Candra: “Vasudhara Dharani ini sungguh luar biasa kekuatannya, sanggup menyirnakan penyakit, kemalangan, kemiskinan, wabah penyakit, dan rintangan-rintangan dalam kehidupan. Para putera dan puteri yang berbudi hendaknya melakukan puja terlebih dahulu kepada semua Tathagata Arhantah SamyakSamBuddha. Lalu selama sehari semalam tanpa henti melafalkan Dharani ini. Rumah orang itu dengan segera akan mengalami hujan mustika. Seluruh bencana dan kemalangan akan lenyap tak bersisa. Putera berbudi tersebut akan memperoleh banyak harta kekayaan. Karena itu, senantiasa sebar-luaskanlah Dharani ini.”

Sang Grhapatih Su Candra merasa sangat gembira mendengarkan apa yang diajarkan Bhagavan dan berkata kepada Sang Bhagavan, “Semenjak saat ini, aku akan selalu mengingat Vasudhara Mantra Dharani ini dan akan menerima, mempertahankan, melafalkan, dan menyebar-luaskannya.”

Demikianlah, Grhapatih Su Candra menerima dan meyakini apa yang diajarkan Sang Bhagavan. Kemudian dia melakukan pradakshina berkali-kali mengelilingi Bhagavan, merangkapkan kedua tangan sebagai tanda penghormatan, menyembah ke kaki Sang Bhagavan, dan setelah itu kembali ke tempat kediamannya.

Bhagavan berkata pada Yang Mulia Ananda, “Pergilah engkau ke tempat kediaman Grhapatih yang bernama Su Candra itu dan lihatlah bahwa seluruh gudang perbendaharaannya akan dipenuhi oleh gandum-gandum, benda-benda berharga, dan lain sebagainya. Yang Mulia Ananda mematuhi apa yang dikatakan Bhagavan. Ia lalu menuju ke kota Kosambi, yakni ke tempat kediaman Grhapatih Su Candra. Begitu tiba di sana, dijumpainya bahwa seluruh gudang perbedaharaan Grhapatih Su Candra memang telah dipenuhi oleh benda-benda berharga. Yang Mulia Ananda merasa sangat bergembira pula begitu menyaksikan hal ini dan menanyakan mengenai keajaiban ini kepada Sang Bhagavan, “Bhagavan, mengapa gudang perbendaharaan Grhapatih Su Candra dapat dipenuhi oleh benda-benda berharga seperti itu?” Bhagavan menjawab: “Putera yang berbudi! Grhapatih Su Candra memiliki keyakinan yang tulus kepada-Ku. Ia meyakini dengan teguh Vasudhara Mantra Dharani dan melaksanakan apa saja yang baru diajarkan. Dengan mata Buddha-Ku, aku mengamati bahwa di seluruh dunia tiada satupun dari para deva, mara, brahma,  para deva brahmakayika, manusia, asura dan yang lainnya yang sanggup mencelakai atau menimbulkan hambatan bagi orang yang memegang teguh Dharani yang bernama Vasudhara ini. Apa yang dibabarkan oleh Tathagata sungguh benar adanya. Kata-kata murni yang diucapkan oleh Buddha ini tidak mengandung keburukan sedikitpun. Tanpa memiliki akar kebajikan, kendati seseorang memiliki telinga, namun ia tak akan mendengar Vasudhara Dharani ini. Karena itu salinlah, ingatlah, pertahankanlah, serta lafalkanlah Vasudhara Dharani ini. Vasudhara Dharani ini sungguh-sunguh merupakan kata-kata murni yang disabdakan semua Buddha, perwujudan belas kasih semua Buddha, pujian bagi nama seluruh Tathataga, pujian bagi keagungan seluruh Tathagata, serta benih bagi semua Tathagata.”

Yang Mulia Ananda kemudian berkata kepada Sang Bhagavan, “Bagus sekali, Bhagavan!” dan melafalkan gatha-gatha pujian sebagai berikut:

Semua Bhagavan Buddha tak terjangkau oleh pikiran,
Buddhadharma adalah adalah benar adanya.
Keyakinan yang murni adalah tak terbayangkan juga.
Seluruh buah hasil yang dicapai benar adanya
Kebijaksanaan menentramkan seluruh usia tua dan kematian
Sang Raja Dharma tak akan musnah,
sanggup membawa hingga ke pantai seberang,
menyembah kepada Buddha yang sungguh luar biasa.

Setelah mendengar pembabaran Sri Vasudhara Dharani Suttram ini, Yang Mulia Ananda dengan gembira berkata kepada Sang Bhagavan, “Bhagavan, aku sekarang hendak menanyakan bagaimana seharusnya Dharma ini disebut? Yakni Sutra yang menggembirakan hatiku setelah mendengarnya. Bhagavan memberitahu Yang Mulia Ananda, “Sutra ini bernama Sutra yang Dibabarkan atas Permintaan Grhapatih Su Candra. Juga disebut Sutra Perbendarahaan Semua Mustika Keberuntungan, serta Sutra Dharani Hujan Mustika (Sri Vasudhara Dharani Sutra) yang Dibabarkan Semua Tathagata Arhantah SamyakSamBuddha. Engkau hendaknya senantiasa mengingatnya. Bhagava telah selesai membabarkan Sri Vasudhara Sutra ini. Para Maha Bhikshu Sangha , Bodhisattva Mahasattva, deva, manusia, asura, dan para makhluk lainnya bergembira mendengar pembabaran Dharma tersebut. Mereka dengan sepenuh hati meyakini, menerima, dan melaksanakannya.

9
Kesempatan Berbuat Baik / Mohon bantuannya. Dicari golongan darah AB
« on: 05 August 2009, 02:24:22 PM »
Bantu forward ya... dan pliss dirantaikan.... dicari golongan darah AB, dan bersedia membantu seorang sahabat:
Steffany, kanker otak stadium 4.
Hub: Ryandi (081804167497). Tolong disebarkan.. Thanks banget before.cuma
copy paste doang udah ngebantu sesama.

10
Saya dapat email ini, khusus yang berminat, ikut saja dan sebarin ya.

KULIAH  GRATIS  DI  STAB  SYAILENDRA

 

STAB Syailendra kembali menyediakan kuliah gratis bagi muda-mudi yang bersemangat untuk memajukan pendidikan Buddhis di Indonesia.

 

Syarat yang diperlukan adalah:

   1. Mengisi formulir pendaftaran dan menyerahkan pasfoto.
   2. Menyerahkan fotocopy ijazah SMU/SMK 3 lembar.
   3. Lulus ujian masuk STAB Syailendra.

Pendaftaran mahasiswa baru sudah dimulai dan akan ditutup pada tanggal 20 Agustus 2009. Ujian masuk akan diadakan pada tanggal 21 Agustus 2009, meliputi Bahasa Indonesia dan Inggris, Agama Buddha dan tes Potensi Akademik serta wawancara. Perkuliahan dimulai 31 Agustus 2009.

 

Pendaftaran dan ujian dilakukan di kampus STAB Syailendra, Jl. Salatiga-Kopeng Km.12, Ds. Deplongan, Kel. Wates, Kec. Getasan, Kabupaten Semarang 50774. Tel: 0298-318132, Fax 0298-318133, email: stab.syailendra [at]  yahoo.co. id, website: http://stab- syailendra. blogspot. com.

 

Fasilitas kampus yang tersedia:

   1. Ruang kuliah nyaman yang dilengkapi dengan aksesoris multimedia.
   2. Studio komputer dengan akses internet.
   3. Ruang perpustakaan.
   4. Studio musik gamelan dan organ.
   5. Lapangan olahraga.

Fasilitas tambahan:

   1. Bantuan biaya tempat tinggal dengan sponsor dari Buddhist Fellowship bagi yang memerlukan dan memenuhi persyaratan.
   2. Beasiswa untuk studi lanjutan S2 dan S3.
   3. Akses siaran program Daai TV di kampus.

Tujuan pendidikan:

Mendidik mahasiswa menjadi Sarjana Agama Buddha yang mandiri, yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang yang berhubungan dengan agama Buddha.

 

Pendidikan Keahlian khusus yang disediakan:

   1. Kewirausahaan.
   2. Teknologi Informasi dan Komputer.
   3. Multimedia dan jurnalistik.
   4. Bahasa Inggris.

STAB Syailendra dikelola oleh Yayasan Pendidikan Dharma Syailendra dengan Ketua Badan Pembina: YM. DR. Jotidhammo Mahathera, Ketua Badan Pengawas: Lilian Halim, Ketua Badan Pengurus: Ir. Ariya Chandra.

 

STAB Syailendra dipimpin oleh Hastho Bramantyo MA.

 

Mohon bantuan sahabat-sahabat untuk menyebar-luaskan berita ini dan memberikan kesempatan emas ini bagi generasi muda kita.

Terima kasih. Semoga semua mahluk hidup bahagia.

11
Bhaisajya Guru Vaidurya Prabha Raja Abhisecani Dharani

Namo Bhagavate Bhaisajya Guru Vaidurya Prabharajaya Tathagataya Arhate SamyakSamBuddhaya tadyatha Om Bhaisajye Bhaisajye Bhaisajya Samudgate Svaha.

Bhaiṣajyaguruvaidūryaprabharājasūtram

oṁ namaḥ sarvaj?āya

namo bhagavate bhaiṣajyaguruvaidūryaprabharājāya tathāgatāya



BHAISAJYAGURU VAIDURYA PRABHA RAJA BUDDHA SUTRA
Demikianlah yang telah kudengar : Pada suatu saat, sewaktu Sang Junjungan sedang berpergian ke berbagai negeri untuk mengajar dan mengubah penduduknya. Beliau tiba di Vaisali. Di sana Beliau berdiam di bawah suatu pohon darimana musik berkumandang. Bersama Beliau terdapat persamuan besar bhiksu berjumlah 8.000 orang. Hadir pula 36.000 Budhisattva Mahasattva, para raja dengan menterinya, Brahmana, umat terpelajar, dewa, naga, yakhsa dan makhlu-makhluk manusia maupun bukan manusia. Persamuan yang tak terhitung besarnya ini mengelilingi Hyang Buddha dengan hormat, dan Hyang Buddha kemudian membabarkan ajaran-Nya kepada mereka.

Pangeran Dharma Manjusri yang menerima kekuatan spirituil dari Hyang Buddha melalui inspirasi, bangkit dari duduknya, membiarkan bahu sebelah kanannya terbuka dan berlutut dengan kaki kanannya. Sambil bersujud dan merangkupkan kedua tangannya. Manjusri menyapa Beliau dengan berkata : "Yang Dijunjugi, dengan tulus kami memohon agar engkau membabarkan berbagai bentuk nama para Buddha, serta pahala dari ikrar agung utama mereka yang dibuat sewaktu mereka sedang menempuh Jalan Budhisattva. Agar semua yang mendengarkan diberikan manfaat dan kegembiraan kepada semua makhluk hidup di jaman berakhirnya Dharma."

Kemudian Hyang Buddha memuji Kumara Manjusri dengan berkata : "Bagus, bagus, Manjusri. Disebabkan welas asihmu yang besar engkau telah memohon kepada-Ku agar membabarkan nama para Buddha dan pahala dari ikrar utama mereka, untuk merenggut rintangan karma yang mengikat semua makhluk hidup serta memberikan manfaat, kedamaian, dan kegembiraan kepada mereka di jaman Berakhirnya Dharma. Dengarkan Baik-baik dan renungkan apa yang akan Kuberitahukan."

Manjusri berkata : "Dengan setulusnya kami memohon Engkau berbicara dengan kami semua akan mendengarkan penjelasan-Mu dengan penuh kegembiraan."

SANG BUDDHA PENYEMBUHAN :
Ke - 12 Ikrar-Nya dan Tanah Suci-Nya di Sebelah Timur
Hyang Buddha berkata pada Manjusri : "Jika engkau pergi ke arah Timur melewati Tanah Buddha sebanyak 10 kali jumlah butir-butir pasir sungai Gangga, engkau akan menemukan suatu negeri yang disebut 'Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan, Arhat, Yang Mencapai Penerangan Sempurna, Yang Telah Menempuh Jalan Mulia, Dia Yang Mengenal segenap Dunia, Makhluk Tiada Tandingnya, Penjinak nafsu, Guru Dewa dan Manusia, Beliau Yang Sadar dan Beliau Yang Luhur, Manjusri, sewaktu Hyang Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan mulai menempuh jalan Bodhisattva, Beliau membuat 12 ikrar yang memungkinkan semua makhluk hidup untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.

Ikrar Agung I :

Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan Sempurna tak tertandingi di masa yang akan datang, suatu cahaya negeri gemilang akan memancar dari tubuh-Ku dan menerangi negeri-negeri yang tak terhingga dan tak terbatas dengan cemerlang. Tubuh ini akan dihiasi dengan sempurna oleh 32 ciri manusia unggul dan 80 tanda tambahan. Aku akan mengusahakan agar semua makhluk hidup memiliki tubuh yang sama dengan-Ku.


Ikrar Agung II :

Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan Sempurna di masa yang akan datang, tubuh-Ku akan bagaikan Lazuardi dari dalam maupun dari luar, bersinar dengan kemurnian yang tajam dan tak ternoda. Cahayanya akan benar-benar memberi manfaat yang besar dan mengagumkan. Negeri-Ku akan menjadi tempat kediaman yang unggul dan aman tenteram, dihiasi dengan jaringan cahaya (bagaikan suatu aurora) yang terangnya melebihi sang surya dan rembulan. Aku akan menunjukkan fajar kepada makhluk hidup yang tertutup seluruhnya oleh kegelapan, agar mereka bisa bangkit kesadarannya dan memenuhi hasrat masing-masing.


Ikrar Agung III :

Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan Sempurna di masa yang akan datang, dengan kebijaksanaan dan cara-Ku yang tak terbatas. Aku akan mengusahakan agar semua makhluk mendapatkan segala apa yang mereka perlukan sehingga mereka tidak akan mengalami kekurangan kebutuhan hidup.


Ikrar Agung IV :

Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan Sempurna di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang menempuh jalan menyimpang. Aku akan membimbing mereka kembali ke jalan Penerangan. Jika ada yang menjadi pengikut jalan Sravaka atau Pacekkabuddha, mereka akan berangsur-angsur dibimbing ke Jalan Mahayana.


Ikrar Agung V :

Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan Sempurna di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup tak terbatas yang mempelajari dan mempraktekkan perbuatan suci dari ajaran-Ku, Aku akan mengusahakan agar mereka semua dapat menjalankan dan mempertahankan sila atas tubuh, ucapan, dan pikiran dengan baik. Mereka yang melanggar dan menghujat, sesudah mendengar nama-Ku, merenungkan dan memujanya dengan tulus, akan memperoleh kembali kemurnian dan tidakakan terjatuh ke dalam kehidupan yang menyedihkan.


Ikrar Agung VI :

Aku berikrar bahwa jika Aku mencapai Penerangan Sempurna di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang badannya tidak sempurna, cacat inderanya, jelek, bodoh, tuli, buta, bisu, lumpuh, dan pincang, bongkok, sakit lepra, kejang, gila atau dihinggapi berbagai macam penyakit dan penderitaan makhluk seperti ini bila mereka mendengarkan nama-Ku, menyebut dan merenungkannya dengan sepenuh hati, mereka akan memperoleh rupa yang bagus dan kecerdasan praktis. Semua indera mereka akan disempurnakan dan mereka tidak akan dihinggapi penyakit maupun penderitaan.


Ikrar Agung VII :

Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan Sempurna di masa yang akan datang, jika ada makhluk yang menderita sakit atau tertindas, yang tak punya tempat berlindung dan kediaman, yang tidak mendapatkan perawatan, tanpa sanak saudara, yang melarat dan berat penderitaannya- segera setelah nama-Ku terdengar dan disebut oleh mereka dengan sepenuh hati, segala penyakit mereka akan disembuhkan dan mereka akan merasakan ketenteraman dan kegembiraan di dalam badan dan pikiran. Mereka akan mendapatkan keluarga yang berbahagia dan kebutuhan yang berlimpah, dan jika mereka terus memuja-Ku dengan tekun mereka sendiri akan mencapai Penerangan Sempurna di kemudian hari.


Ikrar Agung ke VIII :

Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan Sempurna di masa yang akan datang, jika ada perempuan yang menderita salah satu dari ratusan kesengsaraan yang dialami perempuan, yang pada akhir kehidupannya tidak ingin terlahir dalam tubuh perempuan lagi -bila perempuan ini mendengar nama-Ku, menyebut dan merenungkannya, mereka semua akan memperoleh fisik laki-laki dengan ciri-ciri yang indah dalam penitisan yang akan datang. Bahkan mereka semua akan mengalami Penerangan Sempurna di kemudian hari jika mereka dengan tekun memuja-Ku.


Ikrar Agung ke IX :

Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan Sempurna di masa yang akan datang, Aku akan mengusahakan agar semua makhluk hidup terlepas dari jaringan Mara dan belenggu segala jalan penyimpangan. Jika ada yang terseret ke dalam berbagai pandangan keliru yang tebal, Aku akan menarik dan menempatkan mereka kembali dalam pandangan yang benar. Aku akan mengusahakan agar mereka kembali perlahan-lahan mempelajari dan mengembangkan semua praktek Bodhisattva sehingga mereka akan mencapai Penerangan Sempurna di kemudian hari.


Ikrar Agung ke X :

Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan Sempurna di masa yang akan datang, jika - sesuai dengan undang-undang negara - ada makhluk hidup yang dirantai, dicambuk, dan dijebloskan ke dalam penjara, atau akan dijatuhi hukuman mati; dan mereka yang mengalami kesulitan dan bencana tidak habis-habisnya yang sangat memalukan, menyedihkan dan menyiksa sehingga badan dan pikiran mereka menderita kegetiran - jika orang seperti inimendengar nama-Ku dan merenungkannya dengan sepenuh hati, diberkahi oleh kekuatan spirituil yang menakjubkan dari pahala kebajikan-Ku, mereka akan terbebaskan dari segala kesedihan dan penderitaan.


Ikrar Agung ke XI :

Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan Sempurna di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang tersiksa oleh lapar dan haus serta menciptakan karma buruk di dalam usaha mencari penghidupan, jika mereka mendengar nama-Ku, merenungkan dan mempertahankannya selalu dalam pikiran mereka, maka Aku akan memberikan makanan dan minuman enak untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Sesudah itu, dengan memberikan citarasa Ajaran Dharma, mereka akan menjadi tenteram dan bergembira pada akhirnya serta dimantapkan di dalamnya.


Ikrar Agung ke XII :

Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan Sempurna di masa yang akan datang, jika ada makhluk yang miskin dan tidak memiliki baju; terganggu dan tersiksa siang malam oleh lalat dan nyamuk, panas dan dingin - bila mereka mendengar nama-Ku, merenungkannya dan mempertahankannya selalu dalam pikiran, mereka akan memperoleh segala macam baju bagus dan mewah sesuai dengan keinginan mereka. Mereka juga akan memperoleh segala perhiasan mahal, karangan bunga, serbuk dupa wangi, musik dan kehidupan yang layak. Aku akan membuat mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan."

"Manjustri, inilah ke 12 ikrar luhur, mulia dan unggul yang diucapkan oleh Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan itu sewaktu menempuh jalan Bodhisattva, mengenai pahala dan hiasan gemilang dari tanah Buddha-Nya, sekalipun Aku mencoba menceritakannya selama 1 kalpa ataupun lebih lama, hal itu tidak akan terungkap sepenuhnya. Tanah Buddha itu sampai sekarang masih sangat luar biasa murninya dan disana tidak ada godaan, tidak ada kehidupan yang menyedihkan dan tidak ada ratapan penderitaan. Tanahnya terdiri dari lazuardi dan pinggiran jalannya di batasi emas. Tembok dan gerbang, istana dan pavilyun, balcon dan jendela, gorden dan tirai semuanya terbuat dari 7 permata mulia. Tempat itu menyerupai Tanah Sukhavati di sebelah barat; pahala dan hiasannya tidak berbeda."

"Di negeri ini terdapat 2 Bodhisattva Mahasattva yaitu Suryaprabhasana dan Candraprabhasana. Mereka merupakan pemimpin dari kumpulan Bodhisattva yang tidak terhitung jumlahnya di sana. Mereka sudah mampu mempertahankan dan membabarkan ajaran murni Tathagatha Cahaya Lazuardi, Guru Penyembuhan."

"Untuk itu, Manjusri, semua putra putri dari keluarga Buddhis yang memiliki keyakinan haruslah mempunyai cita-cita untuk menitis di tanah Buddha itu."

Hyang Buddha kemudian berkata kepada Kumara Manjusri : "Manjusri, ada Mahkluk yang tidak bisa membedakan perbuatan baik dan jahat dan hanya menyukai keserakahan dan kekikiran. Mereka tidak tahu apa-apa tentang menyebarkan amal, serta buah dan pahala dari beramal. Bodoh dan gelap batinnya, mereka tidak memiliki kebijaksanaan san akar keyakinan, mengumpulkan harta dan permata, mereka menjaga dan melindungi timbunan hartanya siang dan malam. Bila mereka melihat seorang pengemis datang, mereka menjadi tidak senang, dan jika mereka terpaksa memberi, mereka menyimpan kekesalan yang sangat dalam dan menyakitkan seolah-olah bagian tubuh mereka terpotong.

12
Sutra Mahayana / Mahashri Sutra
« on: 30 April 2009, 04:26:01 PM »
Mahashri Sutra

Demikianlah telah ku dengar. Pada suatu ketika, Sang Pemenang Yang Sangat Berbakat, Bhagavan Buddha, sedang bersemayam dengan abadi di surga Sukhavati. Kemudian Sang Bodhisattva Mahasattva, Sang Raja Yang Kuat, Yang Maha Mulia Avalokitesvara memutar ke arah Sang Buddha, pergi ke tempat Bhagavan Buddha menetap, bersujud di Kaki Bhagavan Buddha, menundukkan kepalanya menyentuh tanah, dan melakukan pradasikna mengelilingi Bhagavan Buddha sebanyak tiga kali, duduk di salah satu sisi.

Lalu Sang Mahashri, Bhagavan Buddha menyabdakan kata-kata ini kepada Sang Raja Yang Kuat, Yang Maha Mulia Avalokitesvara:

"Jika ada Bhikku yang telah ditahbiskan sepenuhnya, Bhikkhuni yang telah ditahbiskan sepenuhnya, Bhikkhu baru, Bhikkhuni baru, atau siapapun harus datang untuk mengetahui, menjaga, membaca, menulis, atau menyebabkan orang lain menulis Dua belas Nama Mahashri, maka, kemiskinan mereka akan dihapuskan, dan mereka akan menjadi kaya.

” Selain itu, semua perkumpulan dari satu mandala juga akan berdoa demikian juga bagi mereka dengan cara yang sama, semua yang mereka ucapkan, akan terkabul."

Kemudian Sang Pemenang Yang Sangat Berbakat, Bhagavan Buddha, menganugerahkan dua belas nama Mahashri, yakni:

SYAD-YATHEDANA DZINIGRINI SARVA-ARTHA-SADHANI
SHASHINA-ALAGA-SHIMANA
NASHAYA SIDDHANATU-MANTRA-PADEY SVAHA
OM BIGUNI-BARAMASU-BHAGE SVAHA

Jika setiap orang melafalkan ini tiga kali, mereka akan menjadi Pemenang yang mengatasi semua keadaan yang tidak baik. Mereka akan diberkahi dengan keberuntungan sempurna.Mereka akan menjadi yang terberkahi dengan tidak mengenal letih akan kekayaan.

Lagi pula setiap orang akan memberikan sikap hormat tinggi, dan menganggap mereka sebagai anak kandungnya sendiri, akan membuat mereka bahagiah, dan akan bertindak sesuai dengan perintah mereka.

Jika seseorang tetap membaca ini terus-menerus, kemudian bahkan dewa brahma menimpakan tindakan kemurkaannya, orang itu tidak akan terluka, dan akan datang untuk melayani Banyak Buddha!

Sang Pemenang Yang Sangat Berbakat menyabdakan kata-kata ini, dan Sang Bodhisattva Mahasattva, Sang Raja Yang Kuat, Yang Maha Mulia Avalokitesvara merasa gembira. Dia dengan jelas memuji sabda Yang Maha Mulia, Sang Pemenang Yang Sangat Berbakat.

13
Sutta Kendaraan Agung Pangkalan Tathagata Yang Tak Terbayangkan


Demikianlah Telah Ku dengar. Pada satu waktu, Sang Buddha mencapai Samyak-Sambodhi di bawah Pohon Bodhi, Negeri Magadha. Nama Pohon Bodhi itu adalah Ahsipah, akarnya sangat dalam di bawah tanah, batangnya tinggi, lurus dan tidak punya simpul, seperti kayu cendana. Setiap saat Burung yang terbang mendekat, burung itu harus kembali, karena tidak dapat terbang di atas Pohon Bodhi. Pohon Bodhi itu memiliki kulit yang halus dan mengkilat, dengan macam-macam warna yang terjalin, mirip kain tebal merah muda. Pohon Bodhi itu bercabang dan mahkotanya sangat Lebat dan Hijau. Di sekitar Pohon Bodhi, terdapat banyak bunga indah dan cantik yang bermekaran dan memancarkan wewangian. Mereka jauh lebih indah dari semua bunga-bunga kecuali Bunga Kovidars dan Parijatas. Di sekitar Pohon Bodhi, terdapat juga banyak pohon-pohon yang lebih pendek. Pohon Bodhi ini, Sang Raja Pohon, sangatlah Indah dan menawan. Ia seperti gunung Sumeru, yang merupakan raja dari semua gunung. Ia sangat tinggi yang bahkan orang yang berada di luar satu yojana dapat melihatnya. Wewangiannya mengalir di seluruh tempat dan Lingkaran Cahayanya menyinari semua tempat. Orang yang melihat Pohon Bodhi itu dari jarak yang jauh pada malam hari akan menduga bahwa itu adalah sekelompok besar nyala api. Tempat di bawah Pohon Bodhi tampak megah, indah, luas, dan rata, seperti taman kebahagiaan, dengan rimbunan rumput yang wangi. Ia seperti leher dari Raja merak, indah dan wangi, orang-orang tidak akan bosan untuk melihatnya. Di tempat seperti itu, maka Sang Tathagata duduk pada tempat-Nya dengan Sempurna, dengan banyak makhluk di sekeliling-Nya, seperti bulan yang dikelilingi oleh banyak bintang. Pada saat itu, datang dari berbagai penjuru lain, Para Buddha sebanyak atom dari sepuluh Alam Buddha. Untuk membuat Bodhi-manda (tempat pencerahan) dari Vairocana lebih Mulia, Para Buddha muncul sebagai Bodhisattva-Bodhisattva dan bergabung dengan Persamuan (Perkumpulan) itu.

Nama-nama Para pemimpin Mereka adalah: Avalokitesvara Bodhisattva, Manjusri Bodhisattva, Ksitigarbha Bodhisattva, Akasagarbha Bodhisattva, Vajragarbha Bodhisattva, Vimalakirti Bodhisattva, Bodhisattva cahaya kuat budi luhur, Bodhisattva Penghancur semua gerhana , Ratna Pani Bodhisattva, Mahamati Bodhisattva, Samantabhadra Bodhisattva, dan seterusnya. Selain itu, ratusan miliar Para Bodhisattva muncul sebagai Sravaka dan datang untuk bergabung dalam Pesamuan. Nama-nama para pemimpin mereka adalah: Shariputra, Maha Maudgalyayana, Subhuti, Rahula, Ajnata-Kaundinya, Maha-Kasyapa, Upali, Aniruddha, Revata, Ananda, Devadatta, Upandanda, dan seterusnya. Mereka semuanya telah melaksanakan Enam-Paramita dalam waktu yang lama, dan sudah sangat dekat dengan Pencapaian ke Bodhi menjadi Buddha. Untuk memberikan penerangan kepada makhluk hidup, mereka muncul sebagai Sravaka di dunia yang kotor ini. Ada juga banyak sekali Bhikshuni yang dipimpin oleh Maha-Prajapati. Mereka semua telah mencapai Jasa Kebajikan dan Kebijaksanaan Besar, untuk meringankan penderitaan makhluk hidup yang rendah, mereka muncul sebagai perempuan. Hadir juga tidak terhitung Para Sakra Devanam Indra, Brahma, Dharmapala Deva, Deva, Naga, Yaksa, Gandharva, Asura, Garuda, Kinnara, Mahoraga, manusia dan makhluk bukan manusia. Mereka semua adalah Para Bodhisattva Agung, tidak satupun dari mereka yang bersifat duniawi. Pada saat itu, Sang Bhagavan, yang sedang duduk di bawah Pohon Bodhi, tampak Maha Mulia, Murni, Sangat Halus dan indah, seperti Mutiara Pengabul Keinginan di bawah Pohon Citta. Dengan Kesadaran Benar yang Tenang, Dia seperti Gunung Sumeru. Untuk membuat semua Bodhisattva dan makhluk hidup mengerti tentang Kekuatan Sang Buddha Yang Perkasa, Suci, Mendalam Rahasia Dhyana, Dia memasuki samadhi yang bernama "Pangkalan Tathagata Yang Tak Terbayangkan".

Tiba-tiba, masing-masing 32 Tanda-Tanda Besar dari Sang Bhagavan mengungkapkan Alam-Alam Buddha Yang Tak Terbatas dan Para Buddha dari sepuluh penjuru, seperti cermin terang yang mencerminkan berbagai warna. Selain itu, masing-masing dari 80 Tanda Tanda tambahan dari Sang Bhagavan mengungkapkan praktek Bodhisattva-Nya di masa lalu. Dari Sang Raja Pancaran hingga inkarnasi terakhir di tempat Dipamkara Budha, semua kesulitan dan praktek berat, sejarah bahwa Ia sepenuhnya menyumbangkan semua kepala, mata, badan, kulit, daging, lengan, kaki, isteri, pembantu, dan martabat Raja, istana, dan seterusnya. Samadhi ini memiliki Kekuatan Besar Yang Kuat, semua Buddha selalu berada dalam samadhi ini ketika Mereka sedang makan, sedang berjalan, sedang mengajar Dharma, dan bahkan di Nirvana. Mengapa? Karena semua Buddha mengandalkan Samadhi ini untuk mencapai Kekuatan Suci, Besar, Perkasa, Yang Tak ada batasnya, sejauh untuk mewujudkan dan membuktikan Kehampaan Alami Dari Sifat Semua Dharma, sehingga Mereka dapat menjelmakan berbagai hal yang tak terjangkau di seluruh alam Budha sepuluh penjuru dunia. Misalnya, seseorang melihat berbagai hal dalam mimpinya, namun ketika ia bangun, segala sesuatu yang dilihat di mimpinya hilang. Demikian juga, bagi orang duniawi, karena mimpi-mimpi dari ketidaktahuannya, mereka keliru dengan berpikir bahwa segala sesuatu adalah satu kesatuan; Sementara itu, semua Buddha akan terbangun dan tidak berpegang teguh kepada apa pun, sehingga mereka dapat secara bebas menunjukkan Kegiatan Budha (Budha-karya) Yang Tak Terhingga dalam satu pemikiran kecil, untuk keuntungan semua makhluk hidup dan membuat mereka berhasil, untuk membantu mereka memahami tak terbatas Hal yang susah di mengerti dan Gerbang Kebebasan Yang Menakjubkan.


Pada saat itu, Bodhisattva Gudang Kebajikan, yang belum mencapai kesempurnaan dari praktek Bodhi, bertanya kepada Samantabhadra Bodhisattva: "Apa Nama Samadhi yang di masuki Sang Tathagata tadi? Bagaimana ia bebas menampilkan berbagai kegiatan-Budha di seluruh dunia dari sepuluh penjuru untuk menyelamatkan makhluk hidup?"

Kemudian Samantabhadra Bodhisattva berkata kepada Bodhisattva Gudang Kebajikan: "Dengar dengan hati-hati dan saya akan memberitahukan kepada Anda."

Pada saat itu, semua Bodhisattva melihat Mereka dengan rasa ingin tahu dan penuh hormat, serta bersama-sama memuliakan dengan satu suara: "Sungguh sebuah pertanyaan yang sangat baik! Sungguh mendalam, lembut dan indah! Yang Maha Suci Samantabhadra, Yang Maha Tahu Semuanya, akan segera mengabarkannya sekarang."

Dengan segera, bumi berguncang dalam enam cara yang berbeda, langit menurunkan hujan bunga-bunga yang sangat indah, semua makhluk hidup yang menderita banyak penderitaan dan kesukaran menjadi lega untuk sementara waktu.

Samantabhadra Bodhisattva kemudian berkata: "Putra Budha, samadhi ini bernama Pangkalan Tathagata Yang Tak Terbayangkan, yaitu, Bodhi Semua Buddha, karena semua Buddha selalu mengandalkan dan tinggal di dalamnya. Sejak Sang Bhagavan telah diberikan Penetapan Menjadi Buddha Yang Akan Datang oleh Dipamkara Budha, Ia telah selalu berada dalam samadhi ini. Dia selalu tidak berbuat sesuatupun, dan pada saat yang sama, Dia secara alami mempertunjukkan Kegiatan-Kegiatan Buddha Yang Tidak Terbatas sebagai tanggapan terhadap semua makhluk hidup. "

"Katakanlah, dalam satu-ujung rambut di dalam alam semesta, terdapat Dunia-Dunia Buddha sebanyak atom-atom dari semua Dunia Buddha. Di dalam dunia-dunia ini, Sang Bhagavan mungkin lahir di Surga Tushita; mungkin muncul dengan turun dari Surga itu dan memasuki rahim Ibu-Nya; Mungkin muncul sebagai yang baru lahir, Yang telah mengambil Tujuh langkah dan berkata bahwa 'Saya telah bebas dari kelahiran dan kematian'; Mungkin muncul dengan berada di dalam Istana, mungkin muncul dengan meninggalkan rumah atau berlatih kesucian; Mungkin muncul dengan menundukkan iblis, atau mencapai Kebangkitan Yang Benar, atau memutar Roda Dharma Yang Indah; Mungkin tinggal di dunia selama kalpa-kalpa yang tidak terhingga, Menyelamatkan semua makhluk hidup dan membuat mereka bebas dari penderitaan; mungkin muncul seperti di dalam Nirvana; mungkin mengungkapkan bahwa semua kalpa berada dalam satu kshana, atau satu Kshana mencakup semua kalpa, kalpa-kalpa dan kshana-kshana tidak meningkat atau menurun, sehingga semua makhluk hidup belum terbebas. Dari kshana ke kshana, dan secara umum di seluruh dunia, Sang Bhagavan terus melakukan berbagai Kegiatan Buddha dan tidak pernah beristirahat, namun pada kenyataannya, Ia tidak berbuat sesuatupun. "

"Seperti halnya, bahwa di dalam satu-ujung rambut dalam alam semesta, terdapat dunia-dunia yang tak terbatas. Dalam dunia itu, setiap titik pemikiran yang sangat kecil dari Bhagavan secara menyeluruh mengungkap berbagai Keagungan dan Prinsip semua Buddha, dan sementara itu, Dia tidak berbuat sesuatupun. Demikian pula, di dalam semua ujung rambut yang tersebar di seluruh alam semesta, ada dunia-dunia yang tidak terbatas. Untuk atom-atom dari dunia itu, setiap atom berisi dunia yang lebih banyak daripada atom-atom dari semua Alam Buddha. Dalam satu kshana, dalam seluruh di dunia itu, berbagai kagungan dan Kegiatan Para Buddha semua yang secara alami dan menyeluruh terungkapkan. Sebagai contoh, mungkin akan lahir di surga, mungkin dalam Nirvana, Mungkin telah membebaskan tak terhitung Asamkhyeya makhluk hidup. Dalam sedemikian rupa, pikiran yang sangat kecil sekali kepada masa depan yang tidak ada akhirnya, Sang Bhagavan secara tetap melakukan Perbuatan Budha untuk manfaat semua makhluk hidup, tidak pernah beristirahat, bahkan di ujung berakhirnya alam semesta, dan pada masa yang paling akhir dari dunia semua makhluk hidup. Sementara itu, Alam Buddha tidak berkurang, atom tidak meningkat. Mengapa? karena semua dharma adalah tidak nyata, seperti api yang tidak stabil. "


"Misalnya, di dalam Pesamuan ini, Para Bodhisattva-Bodhisattva Agung sebanyak atom dari Sepuluh Alam Buddha, tinggal bersama di daerah ini dari 12 yojana di negara Magadha, tetapi tidak bertekanan satu sama lain. Demikian pula, setiap atom-atom itu berisi Alam Buddha Yang Tak Terbatas. Alam-Alam Buddha itu, beberapa ada yang naik, beberapa ada yang ke bawah, beberapa ada yang saling berhadapan, beberapa ada yang saling membelakangi, beberapa ada yang berdampingan, beberapa ada yang saling meresap dalam sekali, namun tidak menghambat satu sama lain."


"Misalnya, orang dalam mimpinya melihat banyak hal di tempat yang sama, karena mereka tidak nyata, mereka tidak menghalangi satu sama lain. Demikian juga, seluruh alam semesta ditunjukkan oleh hati(Alaya). Makhluk hidup dapat melihat kalpa api, atau api itu membakar segalanya; mungkin melihat dunia ini dibuat oleh angin, mungkin melihat sesuatu yang bersih atau kotor, mungkin melihat dunia tanpa Buddha. Masing-masing dari mereka melihat pemandangan yang berbeda, semua ini disebabkan oleh karma dari hati mereka sendiri. "

"Misalnya, karena didorong oleh rasa lapar dan haus, Hantu Kelaparan pergi ke Sungai Gangga. Ketika mereka tiba, beberapa dari mereka mungkin melihat air, beberapa dari mereka mungkin melihat bahwa sungai itu dipenuhi dengan debu, keadaan penuh dengan nanah, darah, kotoran, dan hal kotor lainnya. "

14
Sutra Mahayana / Mahayana Arya Sarva Tathagata Nama Dharani Sutram
« on: 16 February 2009, 04:20:03 PM »
Mahayana Arya Sarva Tathagata Nama Dharani Sutram

Kendaraan Agung Yang Maha Suci Sutra Dharani Nama Seluruh
Tathagata

佛說一切如來名號陀羅尼經
Foshuoyiqierulaiminghaotuoluonijing


Sang Buddha bersabda Tentang Sutra Dharani Nama Seluruh Tathagata

如 是 我 聞。 一 時 佛 在 摩 伽 陀 國 法 野 大 菩 提
RU SHI WO WEN YI SHI FO ZAI MO QIE TUO GUO FA YE DA PU TI
道 場。 初 成 正 覺。
DAO CHANG CHU CHENG ZHENG JUE

Demikianlah yang telah kudengar, suatu ketika Buddha sedang berdiam di Kerajaan
Magadha, yakni di tempat pernyataan Penerangan Agung nan Sempurna.

與 諸 菩 薩 摩 訶 薩 眾 八 萬 人 俱。 復 有 八 萬

YU ZHU PU SA MO HE SA ZHONG BA WAN REN JU FU YOU BA WAN
四 千 大 梵 天 子 亦 在 道 場。 悉 皆 圍 繞 瞻 仰
SI QIAN DA FAN TIAN ZI YI ZAI DAO CHANG XI JIE WEI RAO ZHAN YANG
世 尊。
SHI ZUN

Para Bodhisattva Mahasattva berjumlah 80.000 orang beserta 84.000 putera dewa Mahabrahma
menghadiri persamuan Dharma tersebut. Semuanya mengelilingi dan menghaturkan hormat pada
Yang Dijunjungi Dunia (Buddha).

爾 時 會 中 有 菩 薩 摩 訶 薩 名 觀 自 在。

ER SHI HUI ZHONG YOU PU SA MO HE SA MING GUAN ZI ZAI

Di tengah-tengah persamuan Dharma itu terdapat seorang Bodhisattva Mahasattva yang bernama
Avalokitesvara

從 座 而 起 偏 袒 右 肩。 右 膝 著 地 合 掌 向
CONG ZUO ER QI PIAN TAN YOU JIAN YOU XI ZHUO DI HE ZHANG XIANG
佛。 而 白 佛 言 世 尊。 有 一 切 如 來 名 號 陀 羅
FO ER BAI FO YAN SHI ZUN YOU YI QIE RU LAI MING HAO TUO LUO
尼。
NI

Ia bangkit berdiri dengan membiarkan bahu kanan-Nya terbuka (sebagai tanda penghormatan -
penerjemah), menyembah dengan lutut kanan menyentuh tanah, lalu merangkapkan tangan
menyembah Sang Buddha. Berkatalah Ia pada Yang Dijunjungi Dunia, "Terdapat dharani yang disebut
Nama Seluruh Tathagata.

彼 一 切 如 來 名 號 陀 羅 尼。 乃 是 莊 嚴 劫

BI YI QIE RU LAI MING HAO TUO LUO NI NAI SHI ZHUANG YAN JIE
賢 劫 星 宿 劫 中。 諸 佛 如 來 已 說 當 說。
XIAN JIE XING SU JIE ZHONG ZHU FO RU LAI YI SHUO DANG SHUO

Dharani ini merupakan ikrar bajik nan teguh, gemilang, dan bertahan selamanya, yang pernah
diucapkan oleh semua Tathagata.

我 今 承 佛 威 力。 亦 為 利 益 安 樂 諸 眾 生

WO JIN CHENG FO WEI LI YI WEI LI YI AN LE ZHU ZHONG SHENG
故 樂 欲 宣 說。 唯 願 世 尊 加 哀 覆 護。
GU LE YU XUAN SHUO WEI YUAN SHI ZUN JIA AI FU HU

Aku kini memohon Bhagava Buddha agar sudi berbelas kasih serta bersedia memaklumkan Dharani itu kembali
demi kebajikan dan kedamaian semua makhluk."

爾 時 世 尊 讚 觀 自 在 菩 薩 摩 訶 薩 言。 善 哉
ER SHI SHI ZUN ZAN GUAN ZI ZAI PU SA MO HE SA YAN SHAN ZAI
善 哉 觀 自 在。 汝 能 為 利 益 一 切 眾 生 發
SHAN ZAI GUAN ZI ZAI RU NENG WEI LI YI YI QIE ZHONG SHENG FA
大 悲 心。 如 意 宣 說。 時 觀 自 在 菩 薩 蒙 佛
DA BEI XIN RU YI XUAN SHUO SHI GUAN ZI ZAI PU SA MENG FO
許 已。
XU YI

Yang Dijunjungi Dunia menjawab Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara," Bagus sekali! Bagus Sekali! Wahai
Avalokitesvara! Dengan hati yang diliputi belas kasih engkau berniat melimpahkan kebajikan bagi
semua makhluk. Silakan membabarkan Dharma itu." Dengan demikian Bodhisattva Avalokitesvara
mendapat restu Buddha untuk membabarkan Dharma tersebut.

復 白 佛 言 世 尊。 若 人 欲 誦 彼 陀 羅 尼。 先 當

FU BAI FO YAN SHI ZUN RUO REN YU SONG BI TUO LUO NI XIAN DANG
至 誠 誦 諸 佛 如 來 名 號
ZHI CHENG SONG ZHU FO RU LAI MING HAO

Bodhisattva Avalokitesvara melanjutkan kembali perkataannya di hadapan Buddha, "Yang Dijunjungi
Dunia, bila ada orang yang hendak melafalkan dharani ini, hendaknya terlebih dahulu melafalkan
nama-nama Tathagata sebagai berikut:

所 謂 寶 師 子 自 在 如 來 寶 雲 如 來。 寶 莊 嚴
SUO WEI BAO SHI ZI ZI ZAI RU LAI BAO YUN RU LAI BAO ZHUANG YAN
藏 如 來 師 子 大 雲 如 來。 雲 師 子 如 來 須 彌
CANG RU LAI SHI ZI DA YUN RU LAI YUN SHI ZI RU LAI XU MI
如 來。 師 子 吼 如 來 師 子 利 如 來。 梵 音 如 來
RU LAI SHI ZI HOU RU LAI SHI ZI LI RU LAI FAN YIN RU LAI
善 愛 如 來。 蓮 華 上 如 來 燃 燈 如 來。 蓮 華
SHAN AI RU LAI LIAN HUA SHANG RU LAI RAN DENG RU LAI LIAN HUA
生 如 來 遜 那 囉 如 來。 持 花 如 來 持 寶 如
SHENG RU LAI XUN NA LUO RU LAI CHI HUA RU LAI CHI BAO RU
來。 法 生 如 來 日 光 如 來。 日 照 如 來 月 光
LAI FA SHENG RU LAI RI GUANG RU LAI RI ZHAO RU LAI YUE GUANG
如 來。 無 量 藏 如 來 無 量 莊 嚴 藏 如 來。
RU LAI WU LIANG CANG RU LAI WU LIANG ZHUANG YAN CANG RU LAI
無 量 光 如 來 蓮 華 藏 如 來。 天 妙 音 如 來 拘
WU LIANG GUANG RU LAI LIAN HUA CANG RU LAI TIAN MIAO YIN RU LAI JU
枳 羅 音 如 來。
ZHI LUO YIN RU LAI
如 是 等 諸 佛 如 來 名 號。 若 人 得 聞 為 他 宣
RU SHI DENG ZHU FO RU LAI MING HAO RUO REN DE WEN WEI TA XUAN
說。 是 人 六 十 千 劫 不 聞 惡 趣 之 名。 何 況
SHUO SHI REN LIU SHI QIAN JIE BU WEN E QU ZHI MING HE KUANG
墮 於 阿 鼻 地 獄。
DUO YU A BI DI YU

Demikianlah nama para Tathagata tersebut. Apabila ada orang yang berkesempatan mendengar-Nya,
maka orang itu tidak pernah mendengarkan perkataan jahat lagi selama 60.000 kalpa. Ia tak akan
terjatuh ke dalam Neraka Avici.

時 觀 自 在 菩 薩。 說 是 諸 佛 如 來 名 號 已。

SHI GUAN ZI ZAI PU SA SHUO SHI ZHU FO RU LAI MING HAO YI
即 說 陀 羅 尼 曰。
JI SHUO TUO LUO NI YUE
Setelah menyebutkan Nama-Nama Buddha, Bodhisattva Avalokitesvara melafalkan Dharani-Nya:
怛 寧 也* 他 拶 睹 囉 尸 帝 踰 惹** 那 設 多 薩 賀
DA NING YE TA ZAN DU LUO SHI DI YU RE NA SHE DUO SA HE
*切 身 下 同 = qie shen xia tong
**仁 左 切 下 同 = ren zuo qie xia tong
薩 囉 尼 惹 咤 婆 囉 末 酤 吒 朗 訖 哩 多 馱 囉

SA LUO NI RE ZHAI PO LUO MO GU ZHA LANG QI LI DUO TUO LUO
尼 莎 賀 薩 哩 嚩 怛 他 誐 多 母 哩 底 多 馱 囉
NI SUO HE SA LI FU DA TA E DUO MU LI DI DUO TUO LUO
尼 莎 賀 阿 嚩 路 吉 帝 說 囉 野 莎 賀 薩 哩 嚩 怛
NI SUO HE A FU LU JI DI SHUO LUO YE SUO HE SA LI FU DA
他 誐 都 烏 瑟 膩 沙 馱 囉 尼 莎 賀 薩 哩 嚩 怛 他
TA E DOU WU SE NI SHA TUO LUO NI SUO HE SA LI FU DA TA
誐 多 婆 始 多 達 哩 摩 塞 建 馱 馱 囉 尼 莎 賀
E DUO PO SHI DUO DA LI MO SAI JIAN TUO TUO LUO NI SUO HE
薩 哩 嚩 怛 他 誐 多 婆 始 多 颯 缽 多 馱 囉 尼 莎
SA LI FU DA TA E DUO PO SHI DUO SA BO DUO TUO LUO NI SUO
賀 缽 訥 摩 阿 婆 儞 哥 野 莎 賀 阿 瑟 吒 摩 賀 跋
HE BO NA MO A PO NI GE YE SUO HE A SE ZHA MO HE BA
野 馱 囉 尼 莎 賀 稅 多 嚩 蘭 拏 野 莎 賀 薩 哩
YE TUO LUO NI SUO HE SHUI DUO FU LAN NA YE SUO HE SA LI
嚩 怛 他 誐 多 那 摩 馱 囉 尼 莎 賀 阿 尸 帝 缽 訥
FU DA TA E DUO NA MO TUO LUO NI SUO HE A SHI DI BO NA
摩 設 儞 哥 野 怛 他 誐 多 馱 囉 尼 莎 賀 缽 訥
MO SHE NI GE YE DA TA E DUO TUO LUO NI SUO HE BO NA
摩 賀 悉 多 野 莎 賀 薩 哩 嚩 滿 怛 囉 馱 囉 尼
MO HE XI DUO YE SUO HE SA LI FU MAN DA LUO TUO LUO NI
莎 賀
SUO HE

Arya Sarva Tathagata Nama Dharani
Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Samghaya, Tadyatha, Caturasiti Yojana
sata-sahasrani Jata-bhara-makuta Alam-krta Dharani Svaha. Sarva Tathagata
Murtita Dharani Svaha. Avalokitesvaraya Svaha. Sarva Tathagatosnisa Dharani
Svaha. Sarva Tathagata Bhasita Dharma Skandha Dharani Svaha. Sarva Tathagata
Bhasita Sapta Dharani Svaha. Padma Abhanikaya Svaha. Asta Maha Paya Dharani
Svaha. Sveta- varnaya Svaha. Sarva Tathagata Nama Dharani Svaha. Asiti
Padmasanikaya Tathagata Dharani Svaha. Padma-hastaya Svaha. Sarva Mantra
Dharani Svaha.


爾 時 觀 自 在 菩 薩。 說 是 陀 羅 尼 已。 復 白 佛
ER SHI GUAN ZI ZAI PU SA SHUO SHI TUO LUO NI YI FU BAI FO
言 世 尊。 此 一 切 如 來 名 號 陀 羅 尼。 若 有 善
YAN SHI ZUN CI YI QIE RU LAI MING HAO TUO LUO NI RUO YOU SHAN
男 子 善 女 人。 受 持 讀 誦 思 惟 記 念。 為 他 人
NAN ZI SHAN NÜ REN SHOU CHI DU SONG SI WEI JI NIAN WEI TA REN
說。 是 人 所 有 五 無 間 業 悉 得 消 除。
SHUO SHI REN SUO YOU WU WU JIAN YE XI DE XIAO CHU

Setelah selesai melafalkan Dharani-Nya, Bodhisattva Avalokitesvara lalu berkata pada Bhagava Buddha, "Yang
Dijunjungi Dunia, demikianlah Dharani Nama Seluruh Tathagata. Apabila ada putera dan
puteri berbudi yang menerima, mempertahankan, membaca, melafalkan, merenungkan makna, serta
menghafalkan-Nya; maka orang itu dapat dikatakan telah menghapus lima kejahatan besar yang pernah
dilakukannya.

命 終 之 後 生 天 為 王。 壽 八 十 四 百 千 俱
MING ZHONG ZHI HOU SHENG TIAN WEI WANG SHOU BA SHI SI BAI QIAN JU
胝 劫 數。 然 後 得 轉 輪 王 位 壽 六 十 中 劫。
ZHI JIE SHU RAN HOU DE ZHUAN LUN WANG WEI SHOU LIU SHI ZHONG JIE
過 是 劫 已 當 得 成 佛。 名 曰 蓮 華 藏 如 來
GUO SHI JIE YI DANG DE CHENG FO MING YUE LIAN HUA CANG RU LAI
應 供 正 等 正 覺。
YING GONG ZHENG DENG ZHENG JUE

Setelah wafat akan terlahir kembali sebagai dewa atau raja, yang usianya dapat mencapai 8.400000
tahun. Lalu akan terlahir sebagai raja Cakravartin yang usianya mencapai 60 kalpa menengah.
Kemudian, ia akan memiliki kesempatan untuk berjumpa dengan seorang Buddha bernama
Perbendaharaan Teratai Tathagata Arahat Samyaksambuddha."

爾 時 世 尊 說 是 經 已。 八 萬 菩 薩 摩 訶 薩 眾。

ER SHI SHI ZUN SHUO SHI JING YI BA WAN PU SA MO HE SA ZHONG
及 八 萬 四 千 大 梵 天 子。 聞 佛 所 說 皆 大 歡
JI BA WAN SI QIAN DA FAN TIAN ZI WEN FO SUO SHUO JIE DA HUAN
喜 信 受 奉 行。
XI XIN SHOU FENG XING

Yang Dijunjungi Dunia telah selesai membabarkan Sutra ini. Delapan puluh ribu bodhisattva mahasattva
beserta 84.000 putera dewa Mahabrahma yang mendengarkan-Nya, dengan gembira meyakini,
menerima, dan melaksanakan-Nya.

佛 說 一 切 如 來 名 號 陀 羅 尼 經
FO SHUO YI QIE RU LAI MING HAO TUO LUO NI JING

Sutra Dharani Nama Seluruh Tathagata yang Disabdakan Buddha.

15
Sutra Mahayana / Mahayana Arya Amoghapasa Hrdaya Sutram
« on: 16 February 2009, 04:13:24 PM »
Mahayana Arya Amoghapasa Hrdaya Sutram

Mantra Puncak Teratai Dari Hyang Arya Amoghapasa
Om Padmo Ushnisha Vimale Hum Phat

Demikianlah yang telah kudengar. Suatu kali Sang Buddha sedang berdiam di puncak Gunung Potalaka yang dihiasi dengan pohon-pohon permata, di istana Arya Avalokiteshvara bersama-sama dengan 1.800 Bhikshu Sangha.Hadir juga lebih dari 1 biliun Bodhisattva dan para dewa dari tempat kediaman murni. Ia membabarkan Dharma bagi Mereka Semua.

Kemudian Bodhisattva Avalokiteshvara bangkit dari tempat duduk-Nya dan berjalan menuju Sang Buddha. Berlutut di atas tanah dengan bahu kanan-Nya terbuka, lalu merangkapkan tangan, berkatalah Ia, "O Yang Dijunjungi Dunia! Aku memiliki sebuah Dharani yang disebut dengan Amoghapasa Hrdaya yang Aku terima dari Tathagata Lokendraraja pada masa 91 kalpa yang lalu di Dunia Loka-avalokana.

Kegunaan khusus dari Dharani ini adalah untuk memurnikan karma buruk yang timbul sebagai akibat menganiaya para Bhikshu Sangha Yang Agung, Pratyeka Buddha, Bodhisattva, dan Buddha, dimana perbuatan
ini akan menyebabkan seseorang terjatuh ke Neraka Avici.

Pemurnian itu akan menjadi manjur bila seseorang setelah mengakui kesalahan-kesalahannya mengikuti Uposadha Vrata dari Amoghapasa dan menjalankan kedelapan Sila serta melafalkan dharani ini berkali-
kali. Mereka yang membaca dharani ini tujuh kali dengan benar pada tanggal 8 penanggalan candrasengkala akan dianugerahi oleh dua puluh kualitas bajik berikut ini:

1. Ia akan terbebas dari segala jenis penyakit.
2. Bahkan meskipun penyakit itu disebabkan oleh karma, maka ia akan lenyap dengan segera.
3. Ia akan menjadi terkenal dan disukai semua orang.
4. Tubuhnya akan menjadi rahasiah.
5. Ia akan memperoleh banyak harta kekayaan.
6. Harta kekayaannya tidak akan diambil oleh pencuri.
7. Tidak dapat dirusak oleh api.
8. Tidak dapat dirusak oleh air.
9. Tidak dapat disita oleh raja atau pemerintah.
10. Segenap tindak tanduknya akan menjadi sempurna.
11. Bebas dari lima ketakutan pada air dengan teriakan terus-menerus diri sendiri.
12. Melenyapkan segenap gangguan.
13. Kepribadiannya tak akan tercela.
14. Terbebas dari ketakutan terhadap dakini.
15. Kesusahan tak akan bertambah.
16. Tidak mati oleh karena senjata, api, atau air.
17. Para dewa akan melindunginya.
18. Ia akan memiliki cinta kasih dan belas kasih.
19. Kegembiraan.
20. Ketenagan hati dimanapun dia akan dilahirkan.

Disamping itu, dia juga akan menerima delapan kualitas berikut ini:

1. Saat meninggal akan diterima oleh Yang Arya Avalokiteshvara dalam wujud seorang bhikshu.
2. Akan meninggalkan dengan tenang.
3. Tangan dan kakinya tidak akan gemetaran, ia tak akan memiliki pandangan salah.
4. Tubuhnya tak akan menghasilkan kekotoran dan air kencing.
5. Tiada gangguan dari udara.
6. Ia akan diberkahi dengan kesadaran dan kewaspadaan.
7. Ingatannya tak akan melemah.
8. Tak akan meninggal dengan wajah menghadap ke bawah.
9. Tidak akan meninggal karena kemalangan berat.
10. Akan terlahir di manapun ia ingin untuk dilahirkan dan,
11. Akan selalu berhubungan dengan para kalyana mitra.

Seseorang hendaknya melafalkan tiga kali dan menghindarkan diri dari makanan-makanan yang tidak baik seperti daging, minuman keras, bawang merah serta bawang putih. Seseorang hendaknya melakukan yang terbaik untuk menyebar luaskan Dharani ini seluas mungkin. Seseorang hendaknya membebaskan diri dari kekikiran dan iri hati. Ia akan menjadi seorang Bodhisattva apabila melimpahkan jasa pahala dari pelafalan Dharani ini demi semua makhluk.

O, Bhagava! Izinkanlah Aku mewariskan DharaniNya di hadapan Sang Tathagata serta kumpulan Sangha yang terdiri dari Bhikshu, Bhikshuni, Upasaka, Upasika, demi kebaikan semua makhluk. Lalu Sang
Buddha berkata demikian, "Wahai, Makhluk Suci! Inilah waktumu untuk menyebarkan Amoghapasa Dharani. Aku sangat menghargai tindakan ini. Silakan lafalkan. Ini akan menyenangkan semua Bodhisattva dari
ketiga kurun waktu.

Lalu Bodhisattva Avalokiteshvara mengembangkan belas kasih-Nya bagi semua makhluk dan melafalkan Amoghapasa Hrdaya Dharani sebagai berikut:
Om amogha-padma-pasa krodhakarsaya praveshaya maha-pashupati-yama- varuna kuvera brahma-vesa-dhara padma-kula-samayan hum hum.

Mantra Agung yang hanya dengan melihat saja langsung menghapus seratus ribu kalpa dari karma buruk, maka ucapkanlah

Om Hanu Phasa Bhara Heye Svaha

Pages: [1] 2 3 4