//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN  (Read 92756 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #90 on: 30 December 2008, 04:45:05 PM »
Orang-orang yang menganut kepercayaan pada sosok Tuhan adalah orang-orang yang melekat pada Tautologisme. Paham ini adalah paham yang mengeluarkan argumen yang kurang mendasar, dan mengambil suatu konklusi secara melompat seenaknya.

Satu contoh klasik : "Bagaimana dunia ini bisa ada?"
-> Karena diciptakan Tuhan... (end of case)

Offline Pitu Kecil

  • Sebelumnya Lotharguard
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.344
  • Reputasi: 217
  • Gender: Male
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #91 on: 30 December 2008, 07:43:39 PM »
Seorang anak pulang dari sekolah minggu.....

Pa,,,pa....

Tau engak... semua itu ciptaan TUHAN....

Nah kalau BUKAN CIPTAAN TUHAN... papa ngak ada....
saya juga ngak ada...

Ohhh ya....  (padahal... malam2 papa/mama yg buatin ELU tuhhhh)


Logikanya.....
1. Menjawab pertanyaan tsb dlm ujian Biology,
anak tsb bakal LULUS atau GALAL...?
2. Mau BUKTI....cara membuat manusia.....(Ryu.. pls help)

Pakai LOGIKA ya... bukan pakai TUHAN!
ada apa neh manggil2 gw :))
bantu jelaskan loh ^-^
Smile Forever :)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #92 on: 30 December 2008, 08:09:04 PM »
Seorang anak pulang dari sekolah minggu.....

Pa,,,pa....

Tau engak... semua itu ciptaan TUHAN....

Nah kalau BUKAN CIPTAAN TUHAN... papa ngak ada....
saya juga ngak ada...

Ohhh ya....  (padahal... malam2 papa/mama yg buatin ELU tuhhhh)


Logikanya.....
1. Menjawab pertanyaan tsb dlm ujian Biology,
anak tsb bakal LULUS atau GALAL...?
2. Mau BUKTI....cara membuat manusia.....(Ryu.. pls help)

Pakai LOGIKA ya... bukan pakai TUHAN!
ada apa neh manggil2 gw :))
bantu jelaskan loh ^-^
cara bikin anak? Gampang.... Yang penting bikinnya jangan pakai sarung =))

baidewei dah beres nih debatnya :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Pitu Kecil

  • Sebelumnya Lotharguard
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.344
  • Reputasi: 217
  • Gender: Male
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #93 on: 30 December 2008, 08:16:18 PM »
^Atas
Sarung apa (pura-pura bego mode on) :whistle:
Smile Forever :)

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #94 on: 30 December 2008, 08:17:47 PM »
[at] Upasaka

:)) Tull.. Nah itu dia! Cocok dg teori 'God of the gaps', setiap celah ketidaktahuan manusia menghadapi misteri jagat raya ini selalu diacu ke Tuhan.
Karena takut terbongkar kedoknya pula, banyak oknum2 yg mencoba menghalang2in upaya dari orang2 yg mencoba mencari jawaban melalui sains dll dg berbagai cara mulai dr fitnah, merajam dgn batu, memenggal kepala, membuntungi anggota badan, memenjarakan seumur hidup, inkuisisi, pembakaran, dan berbagai bentuk penyiksaan lainnya. [Quote dr Bertrand Russell "Dari semua agama besar di dunia, saya lebih menyukai Buddhisme, terutama pada bentuk awalnya, karena mengandung paling sedikit unsur penyiksaan."] Bandingkan dengan agama lain
Alasan mereka melakukan hal tsb? Karena ketakutan akan satu hari semua misteri di dunia terjawab dan guess what?
Tidak ada tuhan di balik batu!! (antitesis dari 'Ada Tuhan di balik batu') ^-^

I love this quote from Epicurus terlepas dari Tuhan itu ada atau tidak ;)
Apakah Tuhan mau menghentikan kejahatan tetapi tidak mampu? Berarti Dia tidak maha kuasa
Apakah Tuhan mampu menghentikan kejahatan tetapi tidak mau? Berarti Dia pendengki
Apakah Tuhan mampu dan mau menghentikan kejahatan? Lantas darimana datangnya kejahatan?
Apakah Tuhan tidak mampu dan tidak mau menghentikan kejahatan? Maka mengapa memanggil-Nya Tuhan?



_/\_
« Last Edit: 30 December 2008, 08:32:53 PM by xuvie »
appamadena sampadetha

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #95 on: 30 December 2008, 09:03:35 PM »
Ada sebuah quote juga yg menarik
Quote
Don’t pray in my school, and I won’t think in your church

unknown
There is no place like 127.0.0.1

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #96 on: 30 December 2008, 09:05:29 PM »

Dititik ini kita akan masuk dalam dua kontradiksi:
Kontradiksi #1 tuhan adalah mahakuasa tapi dia tidak mahabaik, sebab dia tahu bahwa ada sengsara dan derita namun dia tak melakukan apapun untuk meniadakannya. Hingga derita dan sengsara tetap ada di dunia.
Kontradiksi #2 tuhan adalah mahabaik tapi dia tidak mahakuasa, sebab dia tahu bahwa ada derita dan sengsara dan berkehendak menghentikannya sebab dia mahabaik, namun dia tak mampu melakukan apa-apa sebab dia tidak mahakuasa. Hingga derita dan sengsara tetap ada di dunia.
Dua paradoks ini akan membawa kita pada satu paradoks puncak:

BAGAIMANA MUNGKIN TUHAN YANG MAHA SEMPURNA MENGADAKAN DUNIA YANG TAK SEMPURNA? BAGAIMANA MUNGKIN SESUATU YANG SEMPURNA MENGADAKAN SESUATU YANG CELA? BUKANKAH MENGADAKAN SESUATU YANG CELA ITU MELANGGAR HAKIKAT KESEMPURNAANNYA SENDIRI DAN MEMPERLIHATKAN BAHWA WALAU DENGAN ATRIBUT KEMAHA-SEMPURNAANNYA SEBENARNYA DIA TAK SEMPURNA??


Sebenarnya dalam theisme, yang penting adalah bahwa tuhan itu mahakuasa, atau lebih tepatnya tuhan selalu sinonim dengan kuasa. Baik atau jahat-nya tuhan ditentukan semata-mata pada kekuasaan itu. Baik ataupun jahat muncul karena adanya kuasa yang menentukan mana yang baik dan mana yang jahat. Jadi baik dan jahat muncul dari suatu standar yang dianggap berada di atas segala-galanya dan harus berkuasa. Dalam theisme suatu sosok tuhan dianggap baik bukan karena ia memiliki sifat moral tertentu, sebaliknya tuhan yang berkuasa otomatis selalu dianggap sebagai "baik" seperti apapun karakternya.  Misalnya, banyak gambaran tuhan sebagai pemarah dan menghukum orang-orang yang berpaling darinya bahkan dengan kematian mengerikan, namun tindakan itu tetap dianggap sebagai tuhan yang "mahabaik". Oleh karena itu "kuasa" menjadi sentral tema utama dalam mitos tentang tuhan, bukan moralitas.

Banyak hal yang dianggap sebagai tuhan meski tidak baik, tetapi tidak ada sesuatu yang akan dianggap sebagai tuhan jika tidak memiliki kekuasaan.

Ketika seorang theis memperdebatkan mana tuhan yang paling "benar" atau "baik" sebenarnya mereka sedang membicarakan mana tuhan yang paling berkuasa. Bahkan sebenarnya arti kata "tuhan" tidak memiliki makna apapun dibaliknya selain dari pada "kekuasaan." Tidak peduli seperti apa wujudnya, asalnya, bentuknya, jumlahnya, namanya ataupun ajaran, jika ia adalah yang "mahakuasa" atau memiliki kekuasaan paling mutlak di jagadraya maka ia disebut sebagai "tuhan." Pemujaan pada monotheisme atau tuhan yang tunggal semata-mata timbul karena keyakinan bahwa kuasa yang tersentral atau tunggal adalah kekusaan yang paling tinggi.

Oleh karena itu, tuhan adalah bentuk obsesi yang paling tinggi dari manusia akan kekuasaan yang mutlak dan absolut. Orang-orang yang memujanya atau mengatasnamakan dirinya atas tuhan semata-mata berharap dapat ikut menikmati kekuasaan yang diatribusikan pada tuhan. Dengan mengafiliasikan dirinya dengan tuhan, seseorang tiba-tiba merasa berhak ikut menentukan mana yang baik atau jahat, meski secara rendah hati mereka akan buru-buru mengatakan bahwa mereka hanya menyuarakan apa yang menjadi kehendak tuhan. Di balik moralitas kaum theisme hanya ada yang namanya kuasa semata dan bagaimana mengelola kekuasaan yang abstrak itu ke dalam dunia kongkrit, untuk tujuan yang lebih duniawi: eksploitasi manusia yang satu terhadap yang lain!

Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #97 on: 30 December 2008, 09:13:31 PM »
Lanjutan...

Kalau kita bertanya-tanya lagi, darimana sebenarnya "kekuasaan" itu berasal, jelas yang memiliki akan hasrat kekuasaan adalah manusia. Sedang tuhan semata-mata adalah "boneka berhala" yang dimainkan layaknya wayang demi mewujudkan kekuasaan itu.

Kekuasaan atas apa? Tidak lain untuk manusia lain yang dianggap tidak berkuasa!

untuk siapa? Untuk siapapun dalam masyarakat yang sedang berkuasa!
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #98 on: 30 December 2008, 09:38:05 PM »
Setelah pembicaraan tentang perbedaan antara dewa dan "gods", kita sampai pada yang diajarkan oleh Sang Buddha tentang konsep "penciptaan" alam-semesta oleh suatu "maha-dewa" atau makhluk tertentu. Keberadaan makhluk seperti itu dibantah oleh Sang Buddha, sebab menurut Beliau, pemahaman seperti itu adalah tidak masuk akal, tanpa pembuktian yang mendukungnya. Ada beberapa argumentasi yang mencoba membuktikan adanya "maha-dewa" pencipta, namun Buddha Dhamma malah membuktikan bahwa tidak satupun argumentasi itu memuaskan. Argumentasi pertama mengatakan seperti ini: "Segala sesuatu mempunyai kausa (sebab), oleh karenanya selayaknya ada kausa pertama, dan bahwa kausa pertama itulah "maha-dewa" itu. Ada beberapa alasan penolakan pada argumentasi ini. Pertama, ialah bahwa argumentasi diatas justru bertolak belakang dengan pernyataan/argumentasi itu sendiri. Oleh karena, segala sesuatu mempunyai kausa, maka kausa pertama seharusnya mempunyai kausa juga. Kedua, tidak ada alasan yang masuk akal, bahwa segala sesuatu harus mempunyai satu kausa tunggal. Semua benda pada dasarnya terbentuk dari beberapa kausa, dengan demikian adalah sangat makul kalau dikatakan bahwa sesuatu hal memiliki sepuluh, ratusan atau bahkan ribuan kausa. Ketiga, walau ada kausa pertama yang tunggal, namun tidak terbukti bahwa itu adalah suatu "maha-dewa". Banyak kemungkinan untuk itu. Lalu ke-empat, adalah secara makul tidak mungkin ada kausa pertama atau asal dari alam-semesta. Suatu permulaan, adalah suatu kejadian, dan sama halnya dengan kejadian-kejadian pada umumnya, permulaan adalah suatu perlangsungan, yang tentunya pasti mengambil masa atau waktu untuk perlangsungannya. Waktu terdiri atas lampau, sekarang dan akan datang. Oleh karenanya pada setiap kejadian yang berlangsung, ada waktu sebelum terjadi (waktu lampau), waktu ketika terjadi (sekarang) dan waktu sesudah terjadi (waktu akan datang). Sebelum dari apa yang disebut "penciptaan oleh maha-dewa", dengan sendirinya tidak ada waktu (karena segala sesuatu belum ada). Lalu, jelas tidaklah mungkin bahwa sesuatu "tanpa-waktu" menghasilkan waktu, sama tidak mungkinnya gelap menghasilkan terang, atau kering dapat menimbulkan basah.

  13.      Argumentasi lain, mengenai keberadaan "maha-dewa" tersebut, adalah sebagai berikut: dikatakan "Segala sesuatu secara alami mempunyai tujuan dan aturan. Tidak terjadi secara kebetulan, namun dirancang. Apabila alam adalah rancangan, maka harus ada perancang, lalu perancang itu seharusnya "maha-dewa" tersebut". Ada beberapa alasan penolakan pada argumentasi diatas. Pertama, walau misalnya diakui bahwa alam ini dirancang, namun tidak terbukti bahwa perancangnya adalah "maha-dewa" tersebut, juga tidak terbukti bahwa perancangnya adalah tunggal. Pada kenyataannya, alam demikian rumit serta kompleks, wajar bila memerlukan banyak perancang. Jadi, bila segala sesuatu dirancang, maka perlu ada beberapa "pencipta". Kedua, walau misalnya alam ini dirancang, maka ternyata tampak aspek kekejaman dalam rancangannya. Sebagai contoh, kuman tuberkulosa dirancang untuk menggerogoti paru-paru manusia. Mulut belut laut dirancang untuk mencengkram tubuh ikan mangsanya untuk kemudian pelan-pelan dimakan hidup-hidup penuh rasa sakit. Kuman kusta dirancang untuk menggerogoti daging manusia sehingga anggota badan rusak. Dengan demikian, walau, misalnya alam dirancang, kenyataan bahwa justru banyak rancangan menyebabkan penderitaan menyimpulkan bahwa Yang-Esa yang maha-pengasih tidak pernah menciptakannya sedemikian rupa. Ke-tiga, walau misalnya alam ini dirancang, banyak dari rancangan itu justru salah. Bila "maha-dewa sempurna" itu merancang, maka ciptaannya seharusnya sempurna pula. Kenyataannya hujan memang mengairi persawahan, tapi kadang-kadang hujan tidak datang, menyebabkan berjuta orang meninggal karena kelaparan, atau hujan terlampau banyak, menyebabkan ribuan orang kehilangan rumahnya atau hidupnya karena banjir. Setiap tahun jutaan bayi dilahirkan cacat mental atau badaniah yang sangat mengerikan. Produksi sel tubuh, kadang-kadang salah, menyebabkan tumor dan kanker. Kenyataan, bahwa perancangan alam tidaklah sempurna meng-indikasikan bahwa "maha-dewa", pencipta yang seharusnya sempurna bukanlah perancangnya.

  14.      Agama Buddha juga masih memiliki beberapa argumentasi kuat untuk menganggap "maha-dewa" itu, tidaklah maha-tahu, maha-kuasa serta maha-pengasih. Argumentasi pertama adalah, apabila "maha-dewa" itu maha-tahu, maka "maha-dewa" itu pasti mengetahui semua masa lalu, mengetahui semua masa sekarang dan mengetahui semua masa yang akan datang. Dengan demikian seharusnya "maha-dewa" itu pasti mengetahui pilihan yang dijatuhkan seseorang, pikiran yang dipunyai seseorang, tindakan yang akan dilakukan seseorang, jauh sebelum dilaksanakan oleh orang itu. Jadi, dengan demikian setiap manusia seharusnya hanya dapat bertindak sesuai apa yang telah "maha-dewa" ramalkan sebelumnya; seluruh kehidupan setiap orang telah dipastikan dan telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian, berdasar pada pemahaman "maha-dewa maha-tahu" itu tidak mungkin lagi ada kebebasan keinginan lagi; lalu bila tidak ada kebebasan keinginan, seseorang tidak seharusnya bertanggung jawab pada setiap tindakannya, pula ide untuk berbuat kebajikan dan menghindari kejahatan, tidak berarti lagi.
      Sehubungan dengan itu, argumentasi lain, adalah sebagai berikut:
      Bila "maha-dewa" adalah pencipta dan pengendali segalanya, maka tiada gunanya manusia berbuat apapun, sebab manusia bagaikan wayang-kulit dari kehendak "maha-dewa" sebagai dalangnya, dan dengan sendirinya "maha-dewa" itulah penanggung jawab dari semua tindakan manusia yang tidak terpuji. Sang Buddha menyatakan argumentasi-nya sebagai berikut:

      Ada beberapa pertapa dan kaum Brahmana yang percaya dan mengajarkan, bahwa apapun yang dialami manusia, menyenangkan, menyakitkan atau netral, semuanya disebabkan oleh keinginan "maha-dewa". Saya menemui dan bertanya pada mereka, apakah benar mereka mengajarkan demikian, mereka ternyata mengiyakan, lalu saya berkata: "Apabila demikian, tuan yang terhormat, mereka yang membunuh, mencuri dan berzina pula atas kehendak "maha-dewa" tersebut. Mereka harus berbohong, berfitnah dan berkata kasar serta bergunjing, disebabkan karena kemauan-nya. Mereka harus menjadi serakah, pembenci dan berpandangan salah karena kemauan "maha-dewa" tersebut". Mereka menyandarkan semuanya sebagai keputusan "sang maha-dewa" akan kehilangan gairah keinginan dan daya-upaya untuk berbuat ini atau tidak berbuat itu.5

      Pujangga Buddhis, Santideva, menyatakan dengan sederhana: "Bila "maha-dewa" lah penyebab semua kejadian, lalu apa gunanya manusia berusaha sekuat tenaga?"6.

  15.      Argumentasi lain mengenai konsep "maha-dewa", sebagai berikut: keberadaan kejahatan dan penderitaan didunia adalah bukti bahwa "maha-dewa" yang maha-kasih, maha-kuasa tidaklah ada, sebab bila ada tentunya "maha-dewa" sedemikian itu bisa menghentikan segala kejahatan, bencana dan penderitaan. Seorang manusia sederhana sekalipun akan berbuat apa saja agar terbebas dari sakit, kelaparan dan ketakutan apabila mereka berdaya untuk itu; lalu mengapa "maha-dewa" yang lebih sempurna dan maha-kuasa itu tidak bertindak? Ada pula pendapat yang mengatakan, bahwa penderitaan adalah hukuman "maha-dewa" bagi yang berbuat kejahatan. Tapi bukankah orang yang baik juga ditimpa bencana, sakit, kematian mendadak, sebaliknya penjahat juga ada yang sukses, sehat dan bahagia. Lalu, apa pula yang mengatakan bahwa semua penderitaan manusia disebabkan oleh dosa. Walau manusia memang harus bertanggung jawab dalam bentuk penderitaan, namun tetap mereka tidak dapat dipersalahkan untuk beberapa macam penderitaan seperti kanker, gempa bumi, paceklik, kekeringan dan juga terlahir cacat. Satu lagi, juga ada pendapat bahwa kejahatan dan penderitaan disebabkan oleh para iblis. Tetap, tak dapat diterangkan mengapa "maha-dewa pengasih" tidak dapat menyelamatkan orang-orang tak berdosa. Mengapa "maha-dewa pengasih" membiarkan penderitaan terjadi? Oleh karenanya, adanya penderitaan yang mengerikan dan tanpa tujuan itu merupakan bukti tidak adanya "maha-dewa maha-pengasih" tersebut.

      Sang Buddha bersabda:

      Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan;
      Mengapa "maha-dewa" itu tidak menciptakan secara baik?
      Bila kekuatannya demikian tak terbatas,
      Mengapa tangannya begitu jarang memberkati,
      Mengapa dia tidak memberi kebahagiaan semata?
      Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela.
      Mengapa memenangkan kepalsuan, sedangkan kebenaran dan keadilan gagal.
      Saya menganggap, "maha-dewa" adalah ketak-adilan.
      Yang membuat dunia yang diatur keliru.7

  16.      Ada pendapat yang mengatakan bahwa hanyalah kepercayaan pada "maha-dewa yang bercirikan sifat seperti diatas" yang dapat menjamin kebahagiaan serta membuat hidup berarti atau hanya dengan keyakinan seperti itu kita dapat mengatasi masalah kita sendiri. Namun, jutaan manusia yang juga berbahagia, produktif dan bermoral dalam hidupnya tanpa harus menyandang konsep tentang adanya "maha-dewa" berciri sedemikian. Mereka juga berhasil mengatasi kecacatan, ketidak-mampuan dan kekerasan hidup melalui kekuatan dan ketetapan hati mereka sendiri, tanpa bersandar pada kekuasaan "maha-dewa" tersebut. Apabila manusia bermoral, bahagia dan berkasih-sayang pada sesamanya serta mempunyai tujuan hidup, maka kepercayaan sedemikian diatas kiranya tidaklah diperlukan. Namun, adalah penting diketahui bahwa untuk orang tertentu kepercayaan pada bentuk-bentuk atau ciri-ciri "maha-dewa" sedemikian diatas adalah berarti dan penting untuk hidupnya. Oleh karenanya, walau tidak menganut paham sedemikian bagi dirinya sendiri, seorang umat Buddha hendaknya tetap menghormati mereka yang berkeyakinan seperti itu.

   
Dasar Pandangan Agama Buddha : oleh Venerable S. Dhammika
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #99 on: 30 December 2008, 09:41:11 PM »
 [at]  sobat-dharma

Sudut pandang yg menarik.

Tuhan = alat untuk menegaskan kekuasaan (ketamakan) manusia.

Banyak contoh kasus, pemberhalaan terhadap sosok imajinatif ini telah dimanfaatkan sejak dulu oleh segelintir orang untuk mengendalikan masyarakat yg 'percaya' (sy kok tiba2 teringat dengan suatu syair: berbahagialah orang yg percaya.... hmmm, pinter juga nih yg bikin slogan ini ;D).

Nggak usah jauh2 meneropong ke zaman bahula. Di zaman sekarang masih dapat kita lihat, orang2 yg 'percaya' dapat dengan mudahnya di setir oleh sekelompok elite penguasa dengan mengatas-namakan tuhan.
Bahkan senam2 supaya sehat juga mesti di 'meeting' in dulu boleh pa nggak :))

Jadi, berdasarkan perspektif ini, maka defenisi tuhan dapat diperluas lagi:

tuhan = alat / senjata.
tuhan = undang-undang.
tuhan = bamper / tameng.
tuhan = puppet / boneka.
tuhan = kontrol
tuhan = kekuasaan

----

wah pembahasannya udah meluas yah... tapi kupikir masih relevan dengan topik.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #100 on: 30 December 2008, 09:49:07 PM »

      Sang Buddha bersabda:

      Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan;
      Mengapa "maha-dewa" itu tidak menciptakan secara baik?
      Bila kekuatannya demikian tak terbatas,
      Mengapa tangannya begitu jarang memberkati,
      Mengapa dia tidak memberi kebahagiaan semata?
      Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela.
      Mengapa memenangkan kepalsuan, sedangkan kebenaran dan keadilan gagal.
      Saya menganggap, "maha-dewa" adalah ketak-adilan.
      Yang membuat dunia yang diatur keliru.7

 

Anumodana, Bro Ryu atas artikel ini.

Karena 'Maha-dewa' sinonim dengan 'tuhan', maka saya coba pertegas kalimat berikut:

-----

Sang Buddha bersabda:

      Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan;
      Mengapa "tuhan" itu tidak menciptakan secara baik?
      Bila kekuatannya demikian tak terbatas,
      Mengapa tangannya begitu jarang memberkati,
      Mengapa dia tidak memberi kebahagiaan semata?
      Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela.
      Mengapa memenangkan kepalsuan, sedangkan kebenaran dan keadilan gagal.
      Saya menganggap, "tuhan" adalah ketak-adilan.
      Yang membuat dunia yang diatur keliru.7

------

Jelas, dengan kutipan syair ini, dapat kita tarik kesimpulan bahwa Sang Buddha tidak pernah menerima kepercayaan akan adanya tuhan pencipta, pengatur dan maha kuasa.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #101 on: 30 December 2008, 10:50:01 PM »
Argumen Penutup Ketiadaan Tuhan yang benar-benar membunuh tuhan personal yang maha segalanya adalah bukti real (bukan lagi bukti argumentatif) keberadaan keburukan dan kejahatan yang ada di dunia. Sedangkan argumen lainnya masih ada yang bisa disanggah.

Mari kita simak argumen:

Quote
3. Berputar atau daur.(A disebabkan B, B disebabkan C, C disebabkan A.)

Nah, kemungkinan ke-3 adalah mustahil. Mengapa? Karena berdasarkan kaidah "Setiap Sebab tentu lebih sempurna daripada akibatnya", maka kemungkinan ketiga adalah mustahil adanya. Yakni mustahil C disebabkan oleh A, padahal A tidak lebih sempurna daripada C, sehingga tidaklah mungkin mengakibatkan C.


Yakinkah kita akan kebenaran dari kalimat yang dibold di atas? Ternyata fakta mengatakan hal yang lain. Tidak selamanya sebab lebih sempurna daripada akibatnya. Ambil contoh minuman kopi-susu yang merupakan akibat dari pencampuran antara kopi dan susu. Apakah kopi-susu lebih sempurna atau tidak dibanding dengan minuman berupa susu murni atau kopi murni? Bagi sebagian orang kopi susu adalah minuman yang sempurna karena gabungan dari kedua bahan yang berbeda yang tentunya memiliki rasa yang lebih dari kedua bahan awal.

Lagi, pernah dengar buah Nangkadak? Baru-baru ini diresmikan oleh Taman Buah Mekarsari buah Nangkadak yang merupakan varietas buah terbaru merupakan hasil/akibat dari perkawinan nangka (betina) dan cempedak (jantan). Hasilnya merupakan buah yang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki kedua induknya. Jadi akibat justru bisa lebih sempurna dari penyebabnya.

Lagi, Hujan (A) disebabkan dari uap air pada awan (B), uap air pada awan (B) disebabkan dari air di laut dan daratan (C), air di laut dan daratan (C) disebabkan dari hujan (A). Nah, ini terbukti bahwa C bisa disebabkan oleh A.

Jadi argumen yang katanya berasal dari Aristoteles ini nampaknya perlu dipertanyakan.


Quote
Tidak berujung ( A disebabkan B, B disebabkan C, C disebabkan D, D disebabkan E, dst.--- tak berujung)

Beralih kepada kemungkinan ke-1, itupun mustahil. Mengapa? karena bila rantai sebab-akibat ini tidak berujung, artinya semua yang ada ialah akibat. Bila semuanya adalah akibat, bagaimana mungkin ia bisa terwujud..??

Mustahil?? Tidak juga. Pertama bagaimana mungkin penulis bisa menuliskan rangkaian A disebabkan B, B disebabkan C, C disebabkan D, D disebabkan E, dst jika semuanya adalah akibat? Jika semuanya akibat maka tidak akan ada rangkaian seperti itu. Tetapi karena tanpa disadari oleh Penulis, ia sudah memberikan peran pada masing-masing huruf sebagai akibat dan juga sebagai sebab sehingga terjadilah rangkaian tersebut. Jadi Inti sebenarnya adalah setiap akibat bisa menjadi sebuah sebab, dan sebuah sebab bisa menjadi akibat, inilah yang memungkinkan rangkaian yang tak berujung. Ini yang tidak terlihat oleh si Penulis yang hanya melihat mundur dan lupa untuk melihat maju.


Quote
2. Berujung pada sebab yang tidak lagi disebabkan (A disebabkan B, B disebabkan C, C disebabkan D, D disebabkan X, X tidak lagi disebabkan oleh apapun --- berujung pada X sebagai sebab awal)

Kemungkinan 1 dan 3 adalah fakta, jadi kemungkinan 2 ini meskipun terlihat logis, tapi hanyalah suatu kemungkinan yang disebabkan oleh miskinnya daya pikir akibat dari tidak memikirkan adanya kemungkinan lain (1 & 3) yang lebih logis dan real.

Quote
Mukjizat adalah salah satu ciri khas dalam kisah keagamaan. Mukjizat adalah tema sentral yang menunjukkan Tuhan yang aktif. Turut ambil bagian dan berperan serta dalam pergulatan hidup hambanya. Tapi Argumen Prima Causa tidak memberi ruang bagi Tuhan yang bermukjizat. Kenapa?

Urutan logikanya seperti ini:
1. bahwa tuhan maha berkehendak
2. bahwa tuhan mahakuasa
3. maka tuhan bermukjizat
4. bahwa semesta adalah ada
5. terdapat pola dimana semesta bekerja secara teratur dalam suatu kausalitas
6. maka semesta didasarkan pada hukum dan keteraturan alam

Anggaplah kalau kita berandai-andai bahwa tuhan membuat salah satu rasulnya terbang seperti superman wussss….

Maka kita akan masuk kedalam alur logika kenapa mukjizat itu adalah tidak logis, karena:
1. TUHAN, kalau memang ada, tidak hanya menciptakan eksistensi ALAM SEMESTA, tapi juga MEKANISME yang menjalankannya

2. Mekanisme itu terdiri atas hukum alam (misal: gravitasi, orbit planet, manusia bernafas dengan oksigen, dll.)……


Jika benar tuhan itu ada seperti kata theistis, dan adanya urutan logika seperti di atas, maka bisa memberi ruang bagi Tuhan yang bermukjizat, tuhan bisa membuat salah satu rasulnya terbang seperti superman wussss….Bagaimana caranya? Mudah, tinggal buat saja mekanisme yang khusus dimana rasul pilihannya bisa terbang tanpa merusak mekanisme semesta lainnya. Karena tuhan mahakuasa dan bisa berkehendak maka ia bisa berkuasa atas SEBAB KEDUA dan SETERUSNYA. Mudah dan logis.


Jadi dalam MAJOR ARGUMENT #1 TO KILL THE PERSONAL GOD, PROBLEMATIKA A PRIMA CAUSA belum bisa membunuh tuhan personal, paling tidak hanya membuatnya pingsan. Sedangkan PROBLEMATIKA B ANTARA BAIK DAN JAHAT, inilah yang menghujam tuhan personal dan membuatnya mati.


Mengenai TO KILL THE IMPERSONAL GOD, kita bahas lain waktu. Ok sampai tahun depan ;D _/\_
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #102 on: 31 December 2008, 12:34:47 AM »
Kelana:
 _/\_ Thanks atas ulasan counternya

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #103 on: 01 January 2009, 02:33:23 PM »
[at] Bro Kemenyan

Saya akan coba menanggapi postingan Anda...  :)

Quote from: Kemenyan
Dititik ini kita akan masuk dalam dua kontradiksi:
Kontradiksi #1 tuhan adalah mahakuasa tapi dia tidak mahabaik, sebab dia tahu bahwa ada sengsara dan derita namun dia tak melakukan apapun untuk meniadakannya. Hingga derita dan sengsara tetap ada di dunia.
Kontradiksi #2 tuhan adalah mahabaik tapi dia tidak mahakuasa, sebab dia tahu bahwa ada derita dan sengsara dan berkehendak menghentikannya sebab dia mahabaik, namun dia tak mampu melakukan apa-apa sebab dia tidak mahakuasa. Hingga derita dan sengsara tetap ada di dunia.
Dua paradoks ini akan membawa kita pada satu paradoks puncak:

BAGAIMANA MUNGKIN TUHAN YANG MAHA SEMPURNA MENGADAKAN DUNIA YANG TAK SEMPURNA? BAGAIMANA MUNGKIN SESUATU YANG SEMPURNA MENGADAKAN SESUATU YANG CELA? BUKANKAH MENGADAKAN SESUATU YANG CELA ITU MELANGGAR HAKIKAT KESEMPURNAANNYA SENDIRI DAN MEMPERLIHATKAN BAHWA WALAU DENGAN ATRIBUT KEMAHA-SEMPURNAANNYA SEBENARNYA DIA TAK SEMPURNA??

Seperti yang sudah disinggung oleh Bro Kelana, sebab tidaklah selalu lebih sempurna daripada akibat. Artinya sebab pertama (Tuhan) pun secara logika seharusnya tidak bisa diasumsikan sebagai Maha Sempurna. Berangkat dari pemahaman ini, maka dapat ditarik 1 poin kotrakdiksi yang lain, yaitu :

"Mungkin Tuhan adalah Maha Kuasa dan Maha Baik, namun mungkin bukan Maha Tahu."

Quote from: Kemenyan
Sekarang kita akan membawa pertanyaan ini kedalam ranah teologis.
1. JIKA TUHAN TAK BERPRIBADI DAN BERKEHENDAK LALU BAGAIMANA CARANYA DIA MENGADAKAN SEMESTA ALAM? SEBAB BUKANKAH SEBELUM MENCIPTA TUHAN HARUS BERENCANA, DAN SEBELUM BERENCANA TUHAN HARUS BERKEHENDAK, SERTA UNTUK BERKEHENDAK TUHAN HARUS BERPRIBADI? MOHON PENCERAHANNYA!
2. APA BEDANYA TUHAN TAK BERPRIBADI DAN BERKEHENDAK DENGAN BATU? BUKANKAH BATU JUGA TAK BERKEHENDAK DAN BERPRIBADI?
3. JIKA TUHAN TAK BERPRIBADI LALU BAGAIMANA KITA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PILIHAN PRIBADI KITA? ADAKAH DOSA DAN PAHALA? ADAKAH SURGA DAN NERAKA? ADAKAH KEPUTUSAN ILAHI YANG MAHAADIL DAN MAHA BENAR? UNTUK APA KITA BERTANGGUNG JAWAB PADA SESUATU YANG TIDAK ADA SANGKUT PAUT DENGAN KITA?
4. MAKA APA BEDANYA TUHAN YANG PASIF DAN INAKTIF DENGAN TIADA TUHAN? APA BEDANYA TUHAN YANG HANYA MELIHAT SAJA TANPA ADA CAMPUR TANGAN DALAM RELASI DENGAN SEGALA EKSISTENSI CIPTAANNYA DENGAN TUHAN YANG TAK ADA?

Saya akan membiarkan pertanyaan itu tak terjawab sebagai bentuk tantangan. Dititik ini kita telah membunuh tuhan yang impersonal dan personal. Kita telah membunuh tuhan, apapun jenis dan bentuknya. Kita telah menunjukkan bahwa tuhan tidak mungkin ada.

1) Jika Tuhan sudah disepakati sebagai sebab pertama, maka kita tidak bisa menguraikan terciptanya Alam Semesta karena rencana awal-Nya dan kehendak awal-Nya. Kepribadian Tuhan tersorot sebagai personal yang tak berawal. Jika kembali ditinjau dari sudut logika, maka sudah seharusnya Tuhan itu tidak memiliki rencana dan kehendak selamanya, karena semuanya sudah melebur dalam intensitas yang kita sebut dalam frase 'sebab pertama'. Jika dikonklusikan lebih lanjut, maka sebab pertama ini pun bukanlah berupa Personal, namun berupa kondisi. Sekilas memang benar kita sudah membunuh Tuhan dalam bentuk personal...
2) Seperti yang sudah dijelaskan di poin 1, perbedaan antara Tuhan dan batu adalah karekteristik statusnya.
3) Jika Tuhan sudah disepakati sebagai sebab pertama, maka seluruh keputusan dan pilihan pribadi kita hanyalah berupa efek yang ditimbulkannya. Kita hanya memiliki option pilihan terbatas, karena semua yang bisa kita pilih dan putuskan adalah akibat dari sebab-sebab sebelumnya, yang ditarik muasalnya akan bermula dari sebab pertama. Jika demikian, maka setiap pilihan pribadi kita sudah tergambar jelas di pola skenario Tuhan. Dan setiap option pilihan akan menghasilkan akibat selanjutnya yang kembali terbagi dalam berbagai option pilihan lagi. Terkesan memang benar adanya bahwa Tuhan adalah "The Watchmaker" atau "Tiada Tuhan"...
4) Perbedaannya yang paling mendasar adalah pada sifat komprehensivitas-Nya. Tuhan yang pasif dan inaktif adalah Tuhan yang berkehendak awal, dan ini menunjukkan kontradiksinya sendiri bahwa Tuhan pun berawal dari kehendak. Sedangkan Tiada Tuhan adalah 'sosok' detonator yang berwujud keadaan, dan dari keadaan inilah maka efek-efeknya timbul dan berasimilasi dalam berbagai option pilihan yang tersaji di kehidupan semua makhluk...

Quote from: Kemenyan
Jadi skeptisme macam apa yang dapat kita rengkuh untuk menalar tuhan? Inilah inti dari major argument ketiga kita. Apa yang dapat kita adopsi dari asas dalam ilmu hukum. Praduga tak bersalah atau presumption of innocence. Asas ini menyatakan bahwa ketika belum dapat dibuktikan bahwa seseorang bersalah atau tidak bersalah maka satu-satunya posisi yang boleh kita ambil adalah bahwa si orang adalah tidak bersalah, hingga dia tidak boleh dihukum dan ditindak seakan dia bersalah.

Demikian pula dalam menalar tuhan:
SELAMA KEBERADAAN TUHAN TAK DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA ADA ATAU TIDAK ADA MAKA SATU-SATUNYA POSISI YANG DAPAT KITA AMBIL ADALAH PRADUGA TIADA (PRESUMPTION OF ATHEISM) yaitu,
JADI, SELAMA TIDAK ADA SATUPUN YANG DAPAT MEMBUKTIKAN BAHWA TUHAN TIDAK ADA DAN TIDAK PULA ADA SATUPUN YANG DAPAT MEMBUKTIKAN BAHWA TUHAN ADA, MAKA SATU-SATUNYA POSISI YANG DAPAT KITA AMBIL DAN MASUK AKAL ADALAH POSISI BAHWA TUHAN TIDAK ADA. HINGGA DIBUKTIKAN SEBALIKNYA.

Kalau kita menerapkan Asas Praduga Tak Bersalah pada ketidakberadaan Tuhan, maka dapat disimpulkan pula seperti ini :

SELAMA KETIDAKBERADAAN TUHAN TAK DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA TIDAK ADA ATAU ADA, MAKA SATU-SATUNYA POSISI YANG DAPAT KITA AMBIL ADALAH PRADUGA ADA (PRESUMPTION OF THEISM) yaitu:
JADI SELAMA TIDAK ADA SATUPUN YANG DAPAT MEMBUKTIKAN BAHWA TUHAN ADA DAN TIDAK PULA ADA SATUPUN YANG DAPAT MEMBUKTIKAN BAHWA TUHAN TIDAK ADA, MAKA SATU-SATUNYA POSISI YANG DAPAT KITA AMBIL DAN MASUK AKAL ADALAH POSISI BAHWA TUHAN ADA. HINGGA DIBUKTIKAN SEBALIKNYA.


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: ARGUMEN PENUTUP KETIADAAN TUHAN
« Reply #104 on: 01 January 2009, 05:08:59 PM »
Dan kalau benar ADA yang namanya TUHAN seperti kata umumnya. Nampaknya DIA itu tipe nya senang dipuji, senang dijilat, arogan dll :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))