//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [ASK] TAMRAPARNIYA  (Read 34567 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #15 on: 12 December 2013, 09:57:02 AM »
^^ Dengan ancaman dan kuasa anda sebagai global moderator DC, kiranya gw sudah tidak perlu lagi meneruskan.   
Wah, saya cuma ajak diskusi dengan sopan dan pakai referensi, kenapa merasa terancam? Kecuali anda merasa diri seorang sektarian fanatik yang tidak sopan, dan bicara seenaknya, seharusnya tidak perlu merasa terancam.


Quote
Tanggapan gw yg terakhir :

Apa ada yg salah dengan Komentar?  Visuddhimagga?  Sejarah Sektarian?
Apakah sebelumnya tidak ada komentar2 dan penjelasan yang lebih detail seperti yg ada di kitab komentar?  Sutta thok, Vinaya thok?  Dan bhikkhu2 Thera hanya menghafal buta dhamma-vinaya tanpa tahu seperti apa perinciannya?
Oh, jadi mengatakan sesuatu muncul duluan dan belakangan berarti menyatakan "salah/benar" yah? ;D

Entahlah apa isi kepala anda, kalau saya sih tidak merasa begitu.


Quote
Betapa kering dan hambarnya agama Buddha tanpa adanya komentar dan kitab yg katanya ditulis belakangan.
1.  Dari mana umat Buddha menjelaskan 31 alam kehidupan secara terperinci tanpa Abhidhamma?
2.  Usia alam2 surga (dewa) dari mana anda tahu?  Oh komentar Jataka, oh Abhidhamma. :whistle:
3.  Dari mana menjelaskan Mayadevi lahir ke mana setelah meninggal ?
4.  Dari mana umat Buddha menjelaskan riwayat 25 Sammasambuddha tanpa Buddhavamsa?
     Sepertinya gw pernah lihat nama anda dan om Indra (RIP) :( di buku itu (RAPB) ::)
5.  Dari mana menjelaskan penyebaran Theravada yg dibawa Anak Raja Asoka tanpa kitab sejarah semacam Dipavamsa? 
      Menurut sutta dan sejarah India mana yg bisa menjelaskan?
6. dst....
Q: Darimana taunya Buddha sebelum Buddha?
A: Buddhavamsa lah!
Q: Mana ada Amitabha dalam Buddhavamsa?
A: Amitabha mah ajaran SESAT!!
---
Q: Berapa jumlah alam?
A: Pasti 31, Abhidhamma udah menyatakannya.
Q: Tapi menurut Abhidharma aliran X ada 33
A: Yah Abhidharma laen mah SESAT, nambah-nambahin 2 alam!!
---
Q: Banyak bener perbedaan yah, jadi aliran yang mendekati Sangha Awal yang mana yah?
A: Udah jelas Dipavamsa bilang 17 aliran lain sesat, yang asli yah cuma satu.
Q: Tapi Sariputrapariprccha bilang semua aliran OK, beda pendekatan aja
A: Yah Sariputrapariprccha mah SESAT!!
---

 :whistle:


Quote
Itu baru sebagian kecil sejarah dan cerita Buddhis, dan nampaknya mulai ada tanda2 pemikiran ala Wahabi di buddhis yang anti segala macam "kitab kuning." :-?   Menarik untuk melihat bagaimana Khainyn Kutho menjawab dan menulis soal apapun di dc TANPA PERNAH menggunakan isi kitab komentar, ataupun Abhidhamma.  Semoga anda konsisten dan tidak mencla-mencle dengan keapriorian anda itu.
Saya sangat sering menggunakan komentar untuk membahas sutta & latar belakangnya (misalnya penjelasan perbedaan indriya Sariputta & Mahamoggallana dari komentar MN; atau kisah kepiting raksasa yang diinjak Bodhisatta waktu terlahir sebagai gajah dan akhirnya dibuat genderang dan kemudian dibuat perumpamaan berdasar genderang tersebut, itu diambil dari komentar Dhammapada, komentar Jataka, SN dan komentar SN). Dalam pembahasan kappa atau Buddha masa depan, saya juga menggunakan Buddhavamsa & Anagatavamsa. Untuk mengulas definisi istilah-istilah sulit, saya juga kadang menggunakan Abhidhamma.

Lucu sekali melihat anda menganggap saya seorang anti-komentar/literatur belakangan/Abhidhamma hanya karena saya menyatakan itu muncul belakangan. Saya tidak anti literatur manapun dari aliran manapun. Tapi kalau memang mau bahas, harus objektif dan netral, sesuai dengan konteks. Yang belakangan muncul akan saya katakan muncul belakangan.


Quote
Kutipan Wikipedia:
According to traditional Sri Lankan chronicles (such as the Dipavamsa), Buddhism was introduced into Sri Lanka in the 4th century BCE by Venerable Mahinda, the son of Indian Emperor Ashoka, during the reign of Sri Lanka's King Devanampiya Tissa. During this time, a sapling of the Bodhi Tree was brought to Sri Lanka and the first monasteries and Buddhist monuments were established. Among these, the Isurumuni-vihaara and the Vessagiri-vihaara remain important centers of worship. He is also credited with the construction of the Pathamaka-cetiya, the Jambukola-vihaara and the Hatthaalhaka-vihaara, and the refectory. The Pali Canon, having previously been preserved as an oral tradition, was first committed to writing in Sri Lanka around 30 BCE.

Sri Lanka has the longest continuous history of Buddhism of any Buddhist nation, with the Sangha having existed in a largely unbroken lineage since its introduction in the 4th century (BCE).

Dhammakaya, secara tradisi tidak terputus, ditahbiskan secara sah oleh bhikkhu tradisi Theravada, bisa dirunut silsilahnya. Berarti Dhammakaya itu murni Theravada, ajarannya persis tidak berubah, tidak ada penambahan atau pengurangan. Mengapakah? Karena tradisinya tidak terputus.

;D


Quote
Gw bicara present, anda bicara past.  Jaka sembung bawa golok....
Jaka Sembung berbaju ungu...

Spoiler: ShowHide
Dari dulu sampai sekarang, aliran Buddhis ada BUKAN karena perbedaan tempat berkembang. Baik Theravada, Mahayana, dan Vajrayana/Tantrayana, berkembang di daratan India. Dan sampai sekarangpun aliran lain sebetulnya masih ada (seperti Mulasarvastivada), hanya saja Buddhis di negara ini yang tidak tahu apa-apa selain 3 aliran tersebut.

Nyambung, dungu!



Quote
Last, terima kasih atas lemparan BRP anda.  Senang mengetahui dan menyaksikan bagaimana gaya diskusi anda di DC.
Kemarin saya hanya sekali klik ke seseorang, itupun GRP. Tapi sepertinya anda girang kalau diberi BRP, jadi saya kabulkan hari ini. Terima kasih kembali.


Offline Chandra Rasmi

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.466
  • Reputasi: 85
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #16 on: 12 December 2013, 05:26:41 PM »
[at] Chandra Rasmi:

Beberapa penjelasan tentang aliran-aliran Buddhisme awal bisa dibaca di link yang saya berikan pada Reply #1 di atas

thanks linknya bro, hanya saja yg di link itu, saya agak bingung bacanya, karena susunannya menurut saya tidak beraturan. makanya saya nanya lagi. hehehe..

Offline Chandra Rasmi

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.466
  • Reputasi: 85
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #17 on: 12 December 2013, 05:49:25 PM »
[at] Kainyn Kutho

apa perbedaan aliran sthaviravada dan mahasanghika?


Quote
Sthaviravāda
      Pudgalavāda ('Personalist') (c. 280 BCE)
            Vatsīputrīya (during Aśoka) later name: Saṃmitīya
            Dharmottarīya
            Bhadrayānīya
            Sannāgarika
      Vibhajjavāda (prior to 240 BCE; during Aśoka)
            Theravāda (c. 240 BCE)
            Mahīśāsaka (after 232 BCE)
                Dharmaguptaka (after 232 BCE)
      Sarvāstivāda (c. 237 BCE)
            Kāśyapīya (after 232 BCE)
            Sautrāntika (between 50 BCE and c. 100 CE)
            Mūlasarvāstivāda (3rd and 4th centuries)
            Vaibhāṣika

Quote
Sekelompok orang dari Sthaviravada memisahkan diri membentuk Vibhajyavada, kemudian sebagian Vibhajyavada pergi ke Sri Lanka. Di Sri Lanka, berkembang menjadi 3 aliran utama di vihara berbeda: Abhayagirivihara, Mahavihara, dan Jetavanavihara. Jadi mana mungkin keduanya identik?

jadi setiap turunan kelompok tersebut, mempunyai ajaran2 yang berbeda? mengapa?




Quote
Yang saya sebut "sejarah sektarian" di atas, ini adalah salah satu contohnya. Pola pikir yang mayoritas beredar di kalangan Theravada bersumber dari Dipavamsa.

Dipavamsa ini mencatat -tidak tanggung-tanggung- kejadian era Buddha langsung. Diceritakan mengenai sewaktu Buddha mencapai penerangan sempurna, ia melihat Sri Lanka akan menjadi Dhammadipa (pulau dhamma), kemudian menyempatkan diri mampir ke sana membersihkan Yakkha dan Naga jahat agar bisa ditinggali manusia, dan atas permintaan Dewa, meninggalkan Siripada di puncak gunung. Kemudian pada masa mahaparinibbana, Buddha juga melihat pada hari itu juga Vijaya, manusia pertama memulai peradaban di Sri Lanka, maka secara khusus meminta Sakka pergi ke sana melindunginya, dan Sakka menugaskan Deva Uppalavana.

Jauh di depan, ada kisah konsili ke 2 di mana Vajjiputtaka korting vinaya, dikeluarkan dan membentuk Mahasanghika. Kemudian juga mengindikasikan bahwa Moggalliputtatissa adalah "Theravada" dan merumuskan semua kesesatan aliran lain dalam kathavatthu, kitab Abhidhamma ke 4. Kemudian berlanjut tentang tokoh-tokoh yang diutus, salah satunya ke Sri Lanka, yang intinya menekankan pada "kemurnian ajaran" dan "kemurnian silsilah" yang tak terputus sejak jaman Buddha.

Nyaman dengan kisah tersebut? Sepenuhnya sah. Namun jika ingin mengetahui fakta sejarah, anda harus berlapang-dada merelakan kenyamanan tersebut.

Quote
Secara historis, isi Dipavamsa yang bisa dianggap lumayan tepat adalah setelah masa kematian Asoka ke belakang saja.
Untuk masa Asoka, terutama tentang konsili 3, sudah meragukan. Dipavamsa mencatat bahwa ada 18 sekte, 17 sekte "sesat" (karena bersifat memecah-belah bagaikan duri pada pohon) dan hanya 1 sekte yang diakui, tidak bersifat memecah-belah, paling unggul, dan lengkap seperti ajaran Sang Penakluk, tidak lebih dan tidak kurang (yang pastinya kita tahu sekte mana). Namun secara bukti peninggalan sejarah, konsili 3 hanya mengurus para bhikkhu yang memanfaatkan kebhikkhuan untuk mendapatkan kekayaan (sebab Asoka adalah pendukung Buddhisme yang dermawan), yang korup-korup itu sudah dibuat memakai jubah awam, dan sangha kembali "bersih". Tidak ada menyinggung adanya aliran-aliran yang "sesat" vs "asli". Dan kenyataannya, aliran-aliran lain tetap saja berkembang di India, termasuk kemunculan dan penyebaran gerakan Mahayana. Sarvastivada sendiri bahkan sempat menjalankan konsili 4 di Kashmir.

Mundur ke konsili 2, Mahasanghika yang dikenal sebagai koruptor 10 point vinaya itu, ternyata sampai sekarang melestarikan vinayanya yang sama sekali tidak menghilangkan 10 point itu. Dan "ironisnya", dilihat dari penyusunannya, para sarjana Buddhis menilai penyusunan vinaya Mahasanghika adalah format yang paling tua [dengan format seperti Ekottarika Agama] dan tidak/sedikit diubah.
Jadi menyamakan Vajjiputtaka dan Mahasanghika adalah suatu kesalahan, entah sengaja atau tidak.

Mundur lagi ke jaman Buddha, merujuk ke Kanon Pali (dan komentar), tidak ada disinggung tentang ramalan Buddha mengenai dhammadipa ataupun kunjungan yang meninggalkan Siripada tersebut.

Quote
Boleh menambahkan ga bro ? Setahu saya penulisan Dipavamsa 200 thn lebih awal dari Mahavamsa yang baru ditulis sekitar abad 4M, jadi Dipavamsa memang yang lebih bisa dipercaya, namun sayangnya kurang mendapat tempat hanya karena ditulis oleh kaum Bhikkhuni, sehingga seperti dikecilkan posisi nya, pdhal kenyataannya justru merekalah yang lebih awal telah mencatat sejarah Buddhism.

Sedangkan Pencatatan tsb diawali dengan Kunjungan pertama sang Buddha sekitar 8 bulan setelah pencapaian keBuddhaan nya, yaitu ke Nagadipa (pulau kecil sekali di utara Sri Lanka, pulau tsb berada diantara India dan Sri Lanka), dst hingga kunjungan 2 Mahiyangana, kunjungan 3 (Siripada, Kalaniya/Kelaniya), dan ramalan sang Buddha kelak Sri Lanka menjadi pulau yang bertugas menjaga keaslian Dhamma (maka dari itu mereka selalu bersikeras bahwa merekalah yang menjaga keaslian ajaran Dhamma ^:)^ )

Catatan Dipavamsa menyebutkan kedatangan Thera Mahinda yang merupakan anak kandung raja Asoka untuk membawa ajaran Sang Buddha ke Sri Lanka dan mengembangkan disana, juga dapat dicocokan di Prasasti Asoka yang juga menyebutkan mengirim Thera Mahinda ke Lanka Dipa, jadi catatan ini cocok padahal jaman dulu blm ada sms ato BBM untuk saling mencocokkan satu sama lain.


wuahh... sy baru tau ada byk kisah menarik. hhahha... dari dulu tuh waktu sekolah, buku yang dipegang cuma satu, riwayat hidup buddha gotama. tapi kayaknya ndak ada crita spy yang anda-anda paparkan diatas. trus drmn anda-anda sekalian menilai ada yang cocok dan ada yang tidak cocok?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #18 on: 13 December 2013, 10:47:50 AM »
[at] Kainyn Kutho

apa perbedaan aliran sthaviravada dan mahasanghika?
Mengenai penyebab perpecahan, tidak ada yang tahu hal apa yang menyebabkan mereka berbeda jalan. Mengenai vinaya, pihak Sthaviravada mengatakan Mahasanghika mau memangkas vinaya, sedangkan pihak Mahasanghika mengatakan Sthaviravada mau menyisipkan vinaya baru. Tapi kalau dilihat dari Pratimoksha-nya, tidak juga ada perbedaan berarti dalam peraturan-peraturan mayor, paling beda soal minor (yang saya ingat ukuran kain untuk luka dan sejenisnya). IMO, sepertinya pembeda mereka bukan dari vinaya.

Dari segi ajaran, Mahasanghika juga menggunakan sistem matika dharma (=metode seperti di abhidharma) dan juga menyusun abhidharmanya sendiri, tapi tidak mengotorisasinya sebagai "sabda" Buddha ataupun doktrin inti. Bagi mereka dharma bukanlah sesuatu yang bisa "diukur/dijelaskan" secara definitif oleh bahasa yang adalah kebenaran konvensional (samvrti dharma) semata.

Sthaviravada di lain pihak, mengotorisasi sistem matika itu sebagai doktrin inti, di samping vinaya & sutra. Salah satu pecahan Sthaviravada, Sarvastivada, memiliki Abhidharma yang masih lengkap terlestari. Ketujuh buku ini mereka kategorikan sebagai sastra, karya siswa Buddha (baik siswa langsung seperti Sariputra, Mahakausthila, Mahamaudgalyayana, Purna Maitriyaniputra; maupun siswa tidak langsung di masa belakangan seperti Vasumitra, Devasarman, dan Katyayaniputra), kontras dengan Abhidhamma Mahavihara yang kita kenal sekarang, yang diklaim sebagai ajaran langsung Buddha di Tavatimsa.

Namun kalau dibilang pembedanya hanya karena otorisasi Abhidharma, sepertinya tidak juga, sebab turunan dari Sarvastivada juga ada yang tidak mengotorisasinya. Jadi sebetulnya memang rumit. Tidak bisa ditentukan secara sederhana.


Quote
jadi setiap turunan kelompok tersebut, mempunyai ajaran2 yang berbeda? mengapa?
Kalau dalam masa Sangha Buddha, ketika ada permasalahan baru, tinggal dibawa ke hadapan Buddha, maka diselesaikan langsung. Setelah Buddha parinirvana, masih ada siswa-siswa langsung yang terkenal dan memang dipuji oleh Buddha. Apa yang mereka putuskan akan dipatuhi oleh para siswa lainnya. Namun seiring waktu, para siswa yang dihormati itu juga meninggal/parinirvana. Ketika terjadi perbedaan pendapat, karena tidak ada satu otoritas yang menentukan, maka bisa terjadi perbedaan penafsiran yang membawa pada perbedaan aplikasi ajaran dalam kehidupan itu sendiri. Makin jauh ke belakang, tentu penafsirannya juga jadi lebih berbeda lagi, akhirnya muncullah cabang-cabang aliran ini.

Dan perlu diketahui satu hal yang menyejukkan pada masa sekte awal adalah walaupun mereka bisa saling berdebat sengit masalah ajaran, mereka tidak saling menunjuk sesat atau bahkan menunggangi kekuatan politik untuk menekan kelompok lain. Karena iklim yang kondusif untuk bebas berpendapat dan berdebat ini maka kelompok-kelompok baru juga bisa muncul dan berkembang dengan pendapatnya sendiri sampai akhirnya menjadi sekte baru.


Quote
wuahh... sy baru tau ada byk kisah menarik. hhahha... dari dulu tuh waktu sekolah, buku yang dipegang cuma satu, riwayat hidup buddha gotama. tapi kayaknya ndak ada crita spy yang anda-anda paparkan diatas. trus drmn anda-anda sekalian menilai ada yang cocok dan ada yang tidak cocok?

Di sini pembahasannya lebih pada sejarah apa adanya saja. Untuk mana ajaran cocok dan tidak cocok, sepenuhnya subjektif masing-masing orang. Tapi ada baiknya walau sudah cocok dengan satu sekte, lihatlah sekte lain dari sudut netral untuk dibandingkan, jangan berpikiran sempit melihat semua eksklusif sektenya sendiri.
Saya sendiri melihat semua doktrin sektarian awal, masing-masing punya landasan yang sangat masuk akal, bukan asal cuap-cuap.

« Last Edit: 13 December 2013, 10:52:03 AM by Kainyn_Kutho »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #19 on: 13 December 2013, 11:51:06 AM »
 [at] KK:

Maaf, kalo boleh OOT sejenak, mau nanya, menurut om KK, apa manfaatnya kita mempelajari sejarah perpecahan Buddhisme awal dan pembentukan sekte2 ini atau secara umum studi tentang Buddhisme awal ini apa sih manfaatnya bagi kemajuan spiritual? Apakah bisa membawa pada akhir dukkha seperti yang diamanatkan Sang Buddha?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #20 on: 13 December 2013, 01:59:34 PM »
[at] KK:

Maaf, kalo boleh OOT sejenak, mau nanya, menurut om KK, apa manfaatnya kita mempelajari sejarah perpecahan Buddhisme awal dan pembentukan sekte2 ini atau secara umum studi tentang Buddhisme awal ini apa sih manfaatnya bagi kemajuan spiritual? Apakah bisa membawa pada akhir dukkha seperti yang diamanatkan Sang Buddha?
Begitu kita omong akhir duhkha/dukkha, "nirvana/nibbana" saja, sebetulnya persepsi dan konsep tiap orang sudah berbeda. Berbagai aliran juga berbeda-beda definisinya. Jadi kalau ditanyakan, "apakah belajar aliran X bisa membawa pada Nirvana versi aliran Y?", jawabnya pasti ga bisa.

Tujuan membahas aliran-aliran awal ini, IMO adalah memperluas wawasan, mendapatkan hal-hal yang mungkin saja selama ini tidak ditemukan dalam sekte yang kita pelajari.

Contohnya saya dulu melihat kehidupan di alam-alam menurut Theravada, berdasarkan kelipatan umurnya biasanya tiap naik satu tingkat dikali 2 atau 4, tapi kenapa dari Subhakinha (Jhana 3 tertinggi) ke Jhana 4 (Vehaphala/Asannasatta) lompatnya jauh sekali langsung kelipatan 8 dari 64 MK langsung 500 MK. Di "Mahayana" ternyata ada tambahan lagi, namun masuk ke Suddhavasa (di atas Akanittha), jadi tidak menjawab. Belakangan saya baru tahu ternyata di Sarvastivada mencatat ada Anabhraka & Punyaprasava di Jhana 4 dengan umur 125 & 250 MK. Klop dengan yang saya cari. Walaupun tetap saja yang mana yang benar tidak tahu, tapi menimal menambah khazanah pengetahuan.

Selain itu, dengan membandingkan berbagai aliran, kita bisa melihat bagaimana kesamaan dan perbedaan antar aliran, melihat latar belakang pembentukannya, sehingga bisa mendapatkan gambaran kira-kira Ajaran Buddha dan Sangha Awal, sebelum diinterpretasikan secara berbeda (oleh para siswa belakangan) dan terpecah menjadi aneka aliran.

Contoh praktisnya sekarang ini dalam Theravada ada 2 "kubu" yang menekankan "harus samatha (sampai jhana 4)" dan "tidak perlu samatha, langsung vipassana". Ini juga bisa dirunut ke belakang asal-mulanya tafsirnya, apa yang dikatakan aliran lain, apa yang dikatakan doktrin awal tentang hal tersebut, sehingga kita tidak bingung mengenai apa yang harus dilatih.


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #21 on: 13 December 2013, 02:33:06 PM »
 [at] Kai... Jika kata-nya sthaviravada dan Theravada itu berbeda... dimana-kah perbedaannya ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #22 on: 13 December 2013, 02:35:28 PM »

Contoh praktisnya sekarang ini dalam Theravada ada 2 "kubu" yang menekankan "harus samatha (sampai jhana 4)" dan "tidak perlu samatha, langsung vipassana". Ini juga bisa dirunut ke belakang asal-mulanya tafsirnya, apa yang dikatakan aliran lain, apa yang dikatakan doktrin awal tentang hal tersebut, sehingga kita tidak bingung mengenai apa yang harus dilatih.


malah ada 4 cara kalau merujuk ke Yuganadha Sutta...

-------------------------------

Anguttara Nikaya 4.170
Yuganaddha Sutta
Berpasangan

Pada suatu waktu YM Ānanda sedang tinggal di Kosambi, di Vihara di Taman Ghosita. Disana beliau berbicara pada para bhikkhu, "Teman-teman!"

"Ya, teman," jawab para bhikkhu.

YM Ananda berkata: "Teman-teman, siapapun — bhikkhu atau bhikkhuni — menyatakan pencapaian Arahant-nya didepan hadapanku, mereka semua melalui satu dari empat jalan. Apakah empat itu?

(1) "Ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan. Seiring dia mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

(2) "Kemudian ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang. Seiring dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

(3) "Kemudian ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan ketenangan bersama-sama dengan pandangan terang. Seiring dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

(4) "Kemudian ada kasus dimana pikiran seorang bhikkhu yang kegelisahan tentang Dhamma [Komentar: kekotoran pandangan] terkendali dengan baik. Ada suatu waktu dimana pikirannya menjadi seimbang didalam, tenang, dan menjadi terpusat & terkonsentrasi. Didalam dirinya sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

"Siapapun — bhikkhu atau bhikkhuni — menyatakan pencapaian Arahant-nya dihadapanku, mereka semua melakukannya melalui salah satu dari empat jalan ini.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #23 on: 13 December 2013, 02:48:47 PM »
[at] Kai... Jika kata-nya sthaviravada dan Theravada itu berbeda... dimana-kah perbedaannya ?
Sudah saya singgung sebelumnya:

Gambaran kasarnya adalah Theravada (yang sekarang) = Sthaviravada + Abhidhamma + Komentar + Visuddhimagga + tradisi setempat + sejarah sektarian. 


malah ada 4 cara kalau merujuk ke Yuganadha Sutta...

-------------------------------

Anguttara Nikaya 4.170
Yuganaddha Sutta
Berpasangan

Pada suatu waktu YM Ānanda sedang tinggal di Kosambi, di Vihara di Taman Ghosita. Disana beliau berbicara pada para bhikkhu, "Teman-teman!"

"Ya, teman," jawab para bhikkhu.

YM Ananda berkata: "Teman-teman, siapapun — bhikkhu atau bhikkhuni — menyatakan pencapaian Arahant-nya didepan hadapanku, mereka semua melalui satu dari empat jalan. Apakah empat itu?

(1) "Ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan. Seiring dia mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

(2) "Kemudian ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang. Seiring dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

(3) "Kemudian ada kasus dimana seorang bhikkhu telah mengembangkan ketenangan bersama-sama dengan pandangan terang. Seiring dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

(4) "Kemudian ada kasus dimana pikiran seorang bhikkhu yang kegelisahan tentang Dhamma [Komentar: kekotoran pandangan] terkendali dengan baik. Ada suatu waktu dimana pikirannya menjadi seimbang didalam, tenang, dan menjadi terpusat & terkonsentrasi. Didalam dirinya sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.

"Siapapun — bhikkhu atau bhikkhuni — menyatakan pencapaian Arahant-nya dihadapanku, mereka semua melakukannya melalui salah satu dari empat jalan ini.
;D
Bagaimana bang dilbert mengartikan sutta tersebut sehubungan dengan pendapat praktisi sekarang?

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #24 on: 13 December 2013, 03:17:09 PM »
Begitu kita omong akhir duhkha/dukkha, "nirvana/nibbana" saja, sebetulnya persepsi dan konsep tiap orang sudah berbeda. Berbagai aliran juga berbeda-beda definisinya. Jadi kalau ditanyakan, "apakah belajar aliran X bisa membawa pada Nirvana versi aliran Y?", jawabnya pasti ga bisa.

IMO. studi Buddhisme awal juga merupakan berbagai penafsiran terhadap teks-teks yang lebih tua yang dianggap pra-sektarian, apakah bisa menjamin membawa menuju Nibbana?

Quote
Tujuan membahas aliran-aliran awal ini, IMO adalah memperluas wawasan, mendapatkan hal-hal yang mungkin saja selama ini tidak ditemukan dalam sekte yang kita pelajari.

Contohnya saya dulu melihat kehidupan di alam-alam menurut Theravada, berdasarkan kelipatan umurnya biasanya tiap naik satu tingkat dikali 2 atau 4, tapi kenapa dari Subhakinha (Jhana 3 tertinggi) ke Jhana 4 (Vehaphala/Asannasatta) lompatnya jauh sekali langsung kelipatan 8 dari 64 MK langsung 500 MK. Di "Mahayana" ternyata ada tambahan lagi, namun masuk ke Suddhavasa (di atas Akanittha), jadi tidak menjawab. Belakangan saya baru tahu ternyata di Sarvastivada mencatat ada Anabhraka & Punyaprasava di Jhana 4 dengan umur 125 & 250 MK. Klop dengan yang saya cari. Walaupun tetap saja yang mana yang benar tidak tahu, tapi menimal menambah khazanah pengetahuan.

Selain itu, dengan membandingkan berbagai aliran, kita bisa melihat bagaimana kesamaan dan perbedaan antar aliran, melihat latar belakang pembentukannya, sehingga bisa mendapatkan gambaran kira-kira Ajaran Buddha dan Sangha Awal, sebelum diinterpretasikan secara berbeda (oleh para siswa belakangan) dan terpecah menjadi aneka aliran.

Contoh praktisnya sekarang ini dalam Theravada ada 2 "kubu" yang menekankan "harus samatha (sampai jhana 4)" dan "tidak perlu samatha, langsung vipassana". Ini juga bisa dirunut ke belakang asal-mulanya tafsirnya, apa yang dikatakan aliran lain, apa yang dikatakan doktrin awal tentang hal tersebut, sehingga kita tidak bingung mengenai apa yang harus dilatih.



Kalo menambah pengetahuan, saya setuju, tetapi apakah ada manfaat praktis dari pengetahuan seperti ini? Dengan kata lain, apakah pengetahuan tentang Buddhisme awal bisa mendukung praktek sebagai seorang Buddhis?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #25 on: 13 December 2013, 03:43:15 PM »
IMO. studi Buddhisme awal juga merupakan berbagai penafsiran terhadap teks-teks yang lebih tua yang dianggap pra-sektarian, apakah bisa menjamin membawa menuju Nibbana?
Benar. Semua yang kita tangkap/persepsi, toh juga pada gilirannya ditafsirkan oleh pikiran sendiri yang potensi bias.
Di sini tujuannya adalah meminimalisasi bias. Pendeknya, daripada menafsirkan tafsiran dari tafsiran dari tafsiran dari tafsiran, lebih baik menafsirkan tafsiran.


Quote
Kalo menambah pengetahuan, saya setuju, tetapi apakah ada manfaat praktis dari pengetahuan seperti ini? Dengan kata lain, apakah pengetahuan tentang Buddhisme awal bisa mendukung praktek sebagai seorang Buddhis?
Tentu pengetahuan teori Buddhisme Awal bisa sangat mendukung praktek sebagai seorang Buddhis "yang memiliki pandangan sesuai Buddhisme Awal".


Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #26 on: 13 December 2013, 04:31:33 PM »
Benar. Semua yang kita tangkap/persepsi, toh juga pada gilirannya ditafsirkan oleh pikiran sendiri yang potensi bias.
Di sini tujuannya adalah meminimalisasi bias. Pendeknya, daripada menafsirkan tafsiran dari tafsiran dari tafsiran dari tafsiran, lebih baik menafsirkan tafsiran.

Bagaimana caranya meminimalkan bias dalam studi Buddhisme awal? Mengingat "Semua yang kita tangkap/persepsi, toh juga pada gilirannya ditafsirkan oleh pikiran sendiri yang potensi bias"

Quote
Tentu pengetahuan teori Buddhisme Awal bisa sangat mendukung praktek sebagai seorang Buddhis "yang memiliki pandangan sesuai Buddhisme Awal".

Maaf, bisa dalam bentuk contoh yang konkrit?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #27 on: 13 December 2013, 05:43:49 PM »
Bagaimana caranya meminimalkan bias dalam studi Buddhisme awal? Mengingat "Semua yang kita tangkap/persepsi, toh juga pada gilirannya ditafsirkan oleh pikiran sendiri yang potensi bias"
Misalkan ada satu sumber lagi bicara didengarkan 10 orang, A, B, C, ... , J. Setiap orang menceritakannya kepada orang lain, A ke A1, B ke B1, ... , J ke J1. Kemudian diceritakan lagi ke orang lain, dan diceritakan lagi sampai kita dapat A10, B10, C10, ... , J10, yang masing-masing ngomongnya sangat jauh berbeda. Lalu bagaimana mengetahui apa yang dikatakan si sumber? Pilih salah satu dari 10 orang terakhir itu dan mengimaninya? Sah-sah saja.

Namun kalau saya pribadi akan mencoba melihat dan membandingkan semua rantai (A, B, C, ... , J) dan semua perubahan (1, 2, 3, ... 10), membandingkannya. Pada akhirnya, hasil yang didapat pun belum tentu persis seperti yang dikatakan si sumber, namun setidaknya bisa menilai lebih akurat.


Quote
Maaf, bisa dalam bentuk contoh yang konkrit?
Saya pikir salah satu contoh manfaatnya adalah sebagai sarana menilai diri: "apakah selama ini saya memiliki saddha yang bermanfaat, ataukah sekadar sikap fanatik membuta?"


Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #28 on: 13 December 2013, 05:59:21 PM »
 [at] KK: Ok, thx.... ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: [ASK] TAMRAPARNIYA
« Reply #29 on: 13 December 2013, 06:28:03 PM »
Sudah saya singgung sebelumnya:

;D
Bagaimana bang dilbert mengartikan (yuganadha) sutta tersebut sehubungan dengan pendapat praktisi sekarang?


mungkin beberapa praktisi belum pernah membaca Yuganadha sutta, jadi merasa yang dijalani-nya adalah yang PALING BENAR, yang lain SALAH. hehehehe
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan