//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila  (Read 133692 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #75 on: 24 November 2010, 11:00:36 AM »
DEMON (IBLIS)


Apakah Iblis itu ada? Baiklah, cerita ini juga mengenai seorang wanita Buddhis. Wanita ini sangat taat pada aturan-moralitas (sila-sila) yang dia ucapkan. Dia juga seorang yang aktif dalam kegiatan Buddhis. Dalam kehidupan pribadinya, dia termasuk seorang sukses dalam bisnis sehingga banyak yang iri padanya. Mungkin karena iri, salah satu orang yang dikenalnya mempunyai maksud yang tidak baik padanya.

Wanita itu tidak mengetahui kalau ada yang berniat buruk kepadanya. Tetapi dia bisa merasakan kalau ada sesuatu yang terus mengikutinya dan berusaha mengganggunya. Dia merasa tidak nyaman. Kebetulan hari itu hari Minggu dan seperti biasanya dia pergi ke wihara. Begitu di wihara, dia merasa nyaman kembali. Ibu itu juga sempat mencari bhikkhu di wihara tersebut untuk menceritakan tentang rasa ketidaknyamanan yang dialaminya akhir-akhir ini. Bhikkhu itu segera tahu kalau ada sesuatu yang tidak wajar sedang terjadi, lalu beliau membawa beberapa murid-muridnya mengikuti wanita tersebut ke rumahnya.

Segera saja, setelah memasuki rumahnya bhikkhu itu mengetahui bahwa ada iblis di rumah wanita itu. Setelah membacakan paritta, bhikkhu itu menyuruh iblis tersebut untuk mewujudkan rupanya. Bhikkhu ini bertanya: "Mengapa anda ingin melukai wanita ini? Apakah sebelumnya dia pernah melukaimu dengan acara apapun? "
Iblis itu berkata: "Saya disuruh oleh seseorang untuk membunuhnya, saya sudah berusaha dengan berbagai cara untuk masuk ke tubuhnya tetapi gagal. Saya sedang menunggu kelemahannya."

Bhikkhu itu berkata: "Wanita ini tidak dapat kamu lukai karena dia dilindungi oleh sila (peraturan-peraturan tentang perilaku dan moral) yang telah diperbuatnya. Kembalilah kamu ke alam yang seharusnya kamu berada."

Iblis itu berkata lagi: "Tidak, saya tidak bisa kembali dengan kegagalan. Kalau saya gagal dengan tugas saya, itu sama saja dengan kematian saya."

Bhikkhu itu dengan kasih sayang berkata: "Bertobatlah Iblis. Saya akan membacakan paritta untukmu sehingga dapat membantumu terlahir kembali di alam yang seharusnya kamu berada. Pergilah dengan ikhlas."
Dengan cerita ini, apakah saya telah menjawab pertanyaanmu tentang Iblis? Saya harap demikian. Semua cerita yang saya ceritakan itu berdasarkan pengalaman nyata yang saya dengar ataupun saya alami.



Sekarang, seperti yang saya ceritakan sebelumnya diawal khotbah. Di dunia ini ada satu hantu yang benar-benar mengerikan, bukan hanya bisa membunuh diri kita sendiri, tetapi juga bisa membunuh orang lain. Tahukah kalian hantu apakah itu?

Hantu itu namanya "Hantu Botol". Dia tersimpan dalam botol. Sekali kamu bertemu botol itu dan membuka botol itu, hantu itu segera keluar dan ada pula dari mereka yang dapat mengakibatkan perut kamu semakin lama semakin bulat dan besar.

Ini sebuah cerita yang diceritakan oleh seorang lelaki. Seperti biasanya lelaki ini suka pergi ke pub untuk minum-minum setelah pulang kerja bersama dengan teman-temannya. Pada suatu malam, dalam perjalanan pulang ke rumah, ada pemeriksaan lalu lintas di jalan yang akan dilaluinya. Dia melihat semua kendaraan berjalan dengan lambat dan segera ia mengetahui bahwasannya di depan pasti ada pemeriksaan. Dia bermaksud untuk berputar balik mencari jalan lain karena dia tahu pasti bahwa dirinya tidak akan lulus dari pemeriksaan, kadar alkohol di tubuhnya pasti masih sangat tinggi. Tetapi begitu menoleh ke belakang, sudah banyak mobil berantrian di belakangnya. Dia berpikir ”Ah, pasrahlah saya untuk menerima denda”. Begitu sampai gilirannya, terdengar suara BUMP! (benturan) besar di depan. Polisi pemeriksa itu berkata: "Ada kecelakaan di depan, kita harus pergi memeriksanya. Anggap saja Anda sedang beruntung, langsung saja jalan!"

Lelaki itu kegirangan karena dia pikir, “Wah, saya benar-benar beruntung kali ini”. Dengan gembira sekali dia mengendarai mobil pulang dan langsung tidur.

Keesokan paginya, dia terbangun oleh sirene mobil polisi. Kemudian terdengar bel pintunya berbunyi. Dia langsung berpikir, “Saya tidak melanggar peraturan kemarin, kenapa polisi itu datang ke rumah saya? Ah, sekarang alkohol saya pasti sudah menurun, kalaupun mau ditest sekarang saya tidak perlu takut”. Dia segera bangun membuka pintu. Begitu melihat polisi kemarin, dia berkata, "Halo Pak, ada yang bisa saya bantu?”

Polisi itu menjawab: "Ya, tolong bantu kami membuka pintu garasimu." Begitu dibuka, lelaki itu terperanjat melihat mobil yang ada di garasi bukanlah mobilnya, melainkan mobil polisi kemarin.

Sekarang dia bukan hanya menerima hukuman karena mabuk saja, tetapi juga hukuman karena mencuri.
Kalau Anda atau teman Anda suka minum minuman keras, segeralah nasihati mereka untuk menghentikan kebiasaan buruknya ini.

Alkohol tidak hanya merusak kesehatan, tetapi juga banyak menghancurkan kehidupanmu, keluargamu, bahkan banyak kecelakaan lalulintas yang terbunuh akibat alkohol.

Inilah yang saya maksudkan dengan HANTU yang MENGERIKAN!







semoga bermanfaat


salam metta
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline ciputras

  • Teman
  • **
  • Posts: 60
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #76 on: 24 November 2010, 11:57:01 AM »
Bukan dari India.

Yang dibantu dewa itu adalah murid Ajahn Mun. Alkisah dia sering ke Myanmar melalui hutan dari Thailand. Dan saat di Myanmar, pasukan jepang masuk , sampai ke hutan2 juga . Dan penduduk Myanmar menyuruh Ajahn itu balik ke Thailand karena perang dan dianjurkan lewat jalur Hutan yang aman. Nah ketika di hutan menuju pulang itulah dia tidak mendapat makanan. Dan seorang dewa yang memberikan dia makanan. Dan ketika ditanya jarinya menunjuk ke atas.

Kalo tidak salah ingat, namanya Ajahn Chob. cmiiw.
Buddha said to his followers:
"cetanaham bhikkhave kammam vadami" - "The intention, monks, is what I maintain to be the action."
Ajahn Lee : "An evil intention blemishes virtue. A good intention helps keep it pure."

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #77 on: 24 November 2010, 12:44:06 PM »
Beyond The Living: Gods, Ghost and Demons
Beyond The Living: Gods, Ghost and Demons

(Oleh: Bhikkhu Ajahn Brahmavamso)
________________________________________

...
...
Kebetulan waktu itu merupakan bulan tujuh menurut penanggalan bulan. Banyak orang Singapura yang masih melakukan sembahyang besar-besaran untuk "hantu" dalam merayakan “Pho-To”

Karena ditanya mengenai hal itu, Ajahn Brahm menjelaskan bahwa sebenarnya sembahyang "Pho-To" ini asal usulnya juga berasal dari Ajaran Sang Buddha, hanya saja ajaran itu telah direformasi.

Cerita mengenai hal itu terdapat dalam Sutta agama Buddha. Konon di masa kehidupan Sang Buddha, ada seorang raja di India yang bermimpi buruk dimana dia didatangi makhluk-makhluk halus yang menderita dan memohon-mohon padanya dengan sedih dan iba sekali.

Raja ini sangat gelisah setelah bangun dari mimpi itu sehingga dia mengunjungi Sang Buddha memohon petunjuk Beliau. Sang Buddha dengan kekuatan bathinnya mengetahui hal ini, Beliau berkata kepada raja itu bahwa mereka itu adalah orang-orang yang dihukum mati oleh raja ataupun raja-raja sebelumnya. Karena mereka mati dengan penasaran, sehingga mereka menjadi gentayangan, tidak mau "let go" dari dunia ini.

Sang Buddha menyarankan agar raja yang bijaksana itu berdana kepada orang-orang yang pantas menerima dananya. Keesokan harinya raja membagi-bagi makanan dan pakaian kepada semua rakyatnya. Semua rakyatnya sangat gembira, bersyukur dan berdoa semoga Raja berbahagia. Sejak itu Raja tersebut tidak pernah bermimpi buruk lagi.


Cukup menarik mengetahui bahwa pelintiran ini dilakukan oleh ajahn brahm, mungkin sudah menjadi ciri khasnya. menurut Kanon makhluk2 peta yang mengganggu itu adalah sanak saudara dan kerabat Raja Bimbisara, bukan korban hukuman raja. mati penasaran? apa maksudnya? tidak mau "let go"? apakah ajahn brahm ini seorang buddhist atau bukan?

Quote
Cerita kedua adalah mengenai salah seorang murid utama Sang Buddha yang bernama Mogallana. Ibu Mogallana meninggal dunia dan sebagai anak yang berbakti Mogallana ingin mengetahui keadaan ibunya, karena beliau tahu bahwa ibunya bukan seorang penganut Buddha pada masa hidupnya, ibunya suka mencaci maki dan marah-marah pada siapapun termasuk pada Sang Buddha dan pengikutnya. Karena waktu itu Mogallana sudah mencapai kesucian dan mempunyai kekuatan menembus ruang dan alam, dia berhasil menemukan ibunya yang terlahir di alam setan kelaparan. Dia merasa kasihan sekali kepada ibunya, sedangkan ibunya tidak dapat mengenalinya.

Melihat ibunya yang sedang kelaparan, dia segera memberi makanan yang memang sudah disediakan untuk ibunya. Tetapi begitu ibunya makan, makanan itu langsung menjadi bara api di kerongkongannya. Ibunya menjerit-jerit kesakitan dan melihat itu Mogallana memberi ibunya minuman tetapi sama juga karena minuman itu juga menjadi bara api begitu masuk ke mulut ibunya.

Mogallana dengan segera upaya menolong ibunya tetapi tidak berhasil. Akhirnya dia pergi mencari Sang Buddha untuk memohon petunjuknya. Sang Buddha juga mengetahui kejadian itu dan Beliau menyarankan Mogallana agar secepatnya dapat berdana makan kepada orang suci agung atas nama ibunya.

Pada waktu kehidupan Sang Buddha, tentu saja tidak sukar mencari orang suci atau Arahat. Mogallana secepat mungkin mengumpulkan bhikkhu-bhikkhu lain yang juga teman-temannya dan berdana makanan kepada mereka sesuai dengan saran Sang Buddha. Setelah itu pesamuan bhikkhu-bhikkhu itu bersama-sama memanjatkan paritta untuk melimpahkan jasa kebajikan yang dilakukan Mogallana kepada ibunya yang berada di alam kelaparan. Karena itu ibunya terbebas dari alam kelaparan dan dilahirkan kembali di alam Surga Tusita.


seperti juga kisah2 lain spt misalnya Sang Bodhisatta tersadarkan oleh sekelompok pengamen, yang mana kisah ini tidak terdapat dalam Kanon, demikian puka kisah Moggallana yg ini juga tidak terdapat dalam Kanon. wondering ... dari mana ajahn ini mengambil kisah ini?


Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #78 on: 24 November 2010, 03:45:11 PM »
Kalo tidak salah ingat, namanya Ajahn Chob. cmiiw.

Sepertinya iya Ajahn Chob. ;D

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #79 on: 05 December 2010, 08:56:39 PM »
Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah notes di FB..
Semoga bisa membantu teman2 di treat ini, Attha Sila Support Group...

Judul : Sila Itu Logika
Oleh: Yang Mulia Bhikkhu Uttamo Thera

"Daripada Hidup 100 Tahun Tetapi Malas,
Lebih Baik Hidup Sehari Tetapi Giat Dan Penuh Semangat"

     Telah menjadi satu anggapan umum bahwa kualitas lebih penting daripada kuantitas, mutu lebih diutamakan daripada jumlah. Ungkapan ini sebetulnya tidak sepenuhnya benar. Antara mutu dan jumlah mempunyai satu keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan dan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Mengapa demikian? Meskipun jumlah umat Buddha banyak tetapi tidak bermutu, ini tidak akan membawa banyak manfaat dan kemajuan bagi agama Buddha. Begitu juga sebaliknya, walaupun bermutu tetapi orangnya sedikit juga percuma saja. Jadi yang paling baik adalah kuantitas bertambah seiring dengan meningkatnya kualitas.

      Di tengah-tengah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, agama Buddha mulai menampakkan dirinya. Orang mulai menaruh perhatian kepada agama Buddha baik secara diam-diam maupun secara terbuka. Di beberapa negara Eropa, orang mulai tertarik untuk mempelajari agama Buddha. Kalau kita bertanya: "Kenapa Anda tertarik pada agama Buddha?" Biasanya mereka akan menjawab: "Agama Buddha ini masuk akal, tidak memaksa dan tidak selalu harus percaya terhadap segala sesuatu tetapi harus dibuktikan terlebih dahulu." Semangat pembuktian, semangat untuk memikirkan dan merenungkan akan keterkaitan satu dengan yang lain bahwa segala sesuatu itu pasti ada sebabnya, sesungguhnya adalah sama dengan cara berpikir ilmiah dan cara kita berpikir dalam kehidupan sehari-hari. Agama Buddha menggunakan jalur ini dalam membuktikan satu asumsi/argumentasi sehingga agama Buddha sering dikatakan sebagai agama yang mirip dengan ilmu pengetahuan. Anggapan ini memang tidak bisa disalahkan karena cara berpikir dan cara pembuktian di dalam agama Buddha memang persis seperti kalau kita membuktikan ilmu pasti. Dalam agama Buddha tidak ada ajaran yang harus langsung diterima begitu saja tanpa boleh dipertanyakan. Misalnya: kenapa kalau sembahyang menggunakan hio, lilin dan bunga, atau kenapa duduknya di lantai? Ini bukan berarti umat Buddha tidak mampu membeli kursi tetapi semua itu ada alasannya, ada aturan mainnya.

      Lalu bagaimana cara kita sebagai umat Buddha membedakan antara agama Buddha dengan ilmu pengetahuan?Memang tidak dapat dipungkiri bahwa cara berpikir agama Buddha yang sama dengan ilmu pengetahuan itu sering menimbulkan satu anggapan bahwa "Ilmu pengetahuan sama dengan agama Buddha". Sebagai contoh:

Spoiler: ShowHide
* Menurut ilmu pengetahuan ( matematika )Jika: A=B B=CMaka: A=C*Kalau:
      Pernyataan A      : Ilmu pengetahuan perlu dibuktikan
      Pernyataan B      : Agama Buddha perlu dibuktikan ("ehipasiko")
Berarti kesimpulannya :
      "Ilmu Pengetahuan Sama Dengan Agama Buddha."



Ini adalah satu kesimpulan yang tidak tepat! Bahkan akan menimbulkan kesulitan di kemudian hari. Misalnya kita ditanya: bagaimana terjadinya bumi, itu masih bisa kita jawab; bagaimana terjadinya menanam padi tumbuh padi, itu pun masih bisa diterangkan. Tetapi kalau kita ditanya misalnya: bagaimana rumus matematika yang "ini" bisa betul, kita tidak bisa menjawabnya. Mengapa? Karena memang agama Buddha bukan persis dengan ilmu pengetahuan. Hanya cara pendekatannya saja yang sama. Jadi antara ilmu pengetahuan dan agama Buddha itu mempunyai kapling atau bidang sendiri-sendiri.


      Kapling ilmu pengetahuan adalah urusan material, urusan otak, urusan pengetahuan kita. Yang diselidiki oleh ilmu pengetahuan misalnya bagaimana cara membuat hidup manusia lebih bahagia atau lebih mudah. Umpamanya bagaimana cara membuat rumah yang bagus dan indah dengan biaya yang murah. Atau bagaimana cara me-manajemen perusahaan supaya bisa efisien. Bahkan kalau perlu dilakukan PHK. PHK akan dijalankan walaupun akan muncul korban karenanya. Itu adalah ilmu pengetahuan.

      Lain halnya dengan Buddhisme. Buddhisme justru tidak begitu menekankan pada unsur material/duniawi tetapi lebih cenderung pada unsur batin. Umpamanya: karena cuaca panas maka orang menemukan kipas angin, ini adalah bagian dari ilmu pengetahuan. Tetapi bagaimana supaya batin kita tidak stress menghadapi hawa panas yang luar biasa ini, bagaimana menumbuhkan kebahagiaan itu sendiri; ini adalah kapling agama. Jadi ada perbedaan antara ilmu pengetahuan dan agama Buddha. Kasusnya memang sama yaitu kepanasan tetapi kalau kita lihat dari unsur duniawi, itu adalah ilmu pengetahuan; sedangkan kalau dilihat dari unsur batin kita, bagaimana supaya bisa tenang, ini adalah agama.

      Contoh yang paling dekat adalah para bhikkhu. Di negara Buddhis yaitu Thailand, pada saat musim dingin akan berganti musim panas; suhu udara sangat dingin pada malam hari hingga 10 derajat Celsius. Sebaliknya pada siang harinya, suhu udara berkisar sekitar 35 derajat Celsius. Padahal atap kuti-kuti para bhikkhu terbuat dari seng. Tentu Saudara bisa membayangkan bagaimana panasnya suhu pada siang hari. Tetapi mengapa di kuti-kuti tidak ada kipas angin dan mengapa para bhikkhu tidak mengalami stress pada waktu itu? Karena sesungguhnya dengan pelajaran agama Buddha ini, kita berusaha untuk menyadari bahwa memang demikianlah kenyataan hidup ini. Kita bisa saja berkata: "Wah... panas, ya?" Tetapi kalau kita renungkan baik-baik, sesungguhnya hal tersebut tidak ada manfaatnya. Panas yang kita rasakan tidak akan hilang dengan kita berkata seperti itu ataupun dengan kita mengomel-ngomel. Akhirnya kita terbiasa untuk menerima kenyataan hidup ini, tidak gampang stress.

      Sering ada orang yang bertanya: "Mengapa para bhikkhu bisa tahan untuk tidak memakai kipas angin?" Karena panas dan tidak itu sebetulnya tergantung di dalam diri kita, muncul dari dalam diri kita. Kalau kita sedang gelisah maka suhu badan akan naik. Buktinya apa? Misalnya kalau mau ujian, pukul 07:00 pagi, badan Saudara berkeringat semua. Padahal udara pada pagi hari masih sejuk, kenapa bisa berkeringat? Karena Saudara mengalami stress otak, stress mental! Tetapi kalau ujiannya berjalan dengan lancar meskipun pukul 14:00 siang dan udara sangat panas, semua orang kipas-kipas; Saudara lupa dengan badan Saudara, asyik mengerjakan ujian, tidak berkeringat sedikit pun. Ini karena batin Saudara mengalami ketenangan. Ini adalah suatu bukti!Disinilah sebetulnya Buddhisme, cara mengendalikan dan mengolah batin kita supaya terbebas dari stress.

      Lalu bagaimana cara mengatasi stress? Bagaimana cara mengendalikan pikiran? Caranya sederhana. Saudara bisa menjalankannya dengan melaksanakan "sila". Sila merupakan langkah awal yang paling sederhana karena hanya terdiri dari 5 (lima) sila yaitu: melatih diri untuk tidak membunuh dan menganiaya, tidak mencuri, tidak melanggar kesusilaan, tidak berbohong dan tidak mabuk-mabukkan. Kalau kita ingin mengembangkan latihan yang lebih dalam lagi, maka kita bisa melaksanakan 8 (delapan) sila atau athasila. Tentu kita akan bertanya: "Bagaimanakah hubungan sila dan logika itu?" Untuk itu mari kita tinjau beberapa diantaranya:

      Sila yang pertama adalah tidak melakukan pembunuhan dan penganiayaan. Misalnya Saudara digigit nyamuk.

Spoiler: ShowHide

    * Secara ilmu pengetahuan, Saudara akan berpikir bahwa gigitan nyamuk itu akan menimbulkan penyakit. Darah Saudara diisap, ditukar dengan bibit penyakit si nyamuk sehingga bisa mendatangkan penyakit bahkan mungkin kematian. Karena itu adalah kesimpulan pendek, akhirnya Saudara membunuh nyamuk itu. Itu adalah ilmu pengetahuan.


    * Berbeda halnya dengan Dhamma. Ajaran Sang Buddha berbeda dengan ilmu pengetahuan karena berdasarkan pada moral/batin kita. Perhitungannya tidak sama dengan ilmu pengetahuan walaupun keduanya memerlukan pembuktian. Kalau ilmu pengetahuan membuktikan bahwa masuknya penusuk sang nyamuk ke dalam tubuh kita akan menularkan penyakit sehingga kita bisa sakit maka pembuktian Buddhisme adalah: "Nyamuk menggigit... mengapa nyamuk menggigit saya?" Ini adalah satu pertanyaan yang cukup penting. "O... karena nyamuk membutuhkan makanan. Mengapa membutuhkan makanan harus menggigit saya?" Ini direnungkan terus. "O... karena nyamuk tidak bisa jajan, tidak bisa pergi ke warung sendiri untuk membeli makanan walaupun diberi uang. Kasihan! Kalau saya membutuhkan makanan masih bisa memilih; hari ini nasi goreng, besok saya ingin makan pecel. Tetapi nyamuk tidak bisa. Hari ini makan darah, besok dan seterusnya tetap makan darah. Kalau begitu,,, saya masih lebih bahagia daripada nyamuk." Akhirnya apa? "Ah... biarlah, saya berdana saja." Ini urusannya sudah lain. Disini Dhamma sudah berbicara. Tetapi kadang-kadang bisa muncul pemikiran: "Wah... kalau saya digigit terus oleh nyamuk, saya akan terserang penyakit. Saya tidak mau ekstrim!" Akhirnya bagaimana? "Kalau saya membunuh nyamuk itu, berarti saya melanggar sila tetapi kalau tidak dibunuh, ilmu pengetahuan saya tidak bermanfaat." Bagaimana caranya? Kita menggunakan jalan tengah; ilmu pengetahuan kita jalankan, Dhamma pun kita praktekkan; yaitu dengan cara mengusir nyamuk itu. Tidak dibunuh tetapi juga tidak dibiarkan. Ini adalah jalan tengah dan tidak ekstrim.


      Sila kedua adalah tidak mengambil barang yang tidak diberikan dengan sah. Misalnya Saudara melihat sebuah pulpen.


 
Spoiler: ShowHide
  * Secara ilmu pengetahuan Saudara akan berpikir: "Wah... pulpen saya ketinggalan. Di atas meja ada sebuah pulpen, kebetulan saya juga membutuhkannya." Lalu Saudara mengulurkan tangan untuk mengambil pulpen itu, tetapi Saudara kemudian terpikir: "Menurut hukum, kalau perbuatan saya ini diketahui oleh orang lain, saya mungkin akan dipentungi orang. Alangkah ruginya kalau saya sampai dipentungi gara-gara pulpen seharga Rp 250,-. Wah... ini tidak baik!" Akhirnya Saudara tidak jadi mengambil pulpen itu, untung-ruginya keluar. Ini adalah ilmu pengetahuan.


    * Sedangkan perenungan secara Dhamma adalah: "Saya ingin mengambil pulpen yang bukan milik saya. Seandainya ini adalah pulpen saya lalu diambil orang, apa yang terjadi? Saya pasti jengkel. Kalau demikian, pemilik pulpen ini mungkin akan jengkel juga apabila pulpennya hilang." Akhirnya Saudara tidak jadi mengambilnya. Jadi perenungan Buddhisme tidak sama dengan perenungan ilmu pengetahuan. Kalau kita tidak mau milik kita diambil oleh orang lain, hendaknya kita juga jangan mengambil milik orang lain.

      Begitu juga dengan sila kelima, yaitu tidak mabuk-mabukkan.


   
Spoiler: ShowHide
* Menurut ilmu pengetahuan, mabuk-mabukkan itu dapat merusak otak dan ginjal karena alkohol dalam kadar yang tinggi tidak dapat dicerna/diterima oleh alat pencernaan sehingga lambat laun dapat mengakibatkan kematian. Ini adalah perenungan ilmu pengetahuan.


    * Sedangkan perenungan Buddhisme: "Kalau Saya minum-minuman keras berarti kesadaran saya akan hilang. Dengan kehilangan kesadaran berarti konsentrasi pun ikut terganggu, sehingga bisa muncul tindakan-tindakan yang dapat melanggar sila-sila yang lain. Saya akan mudah marah bahkan mungkin berkelahi. Kalau begitu... saya tidak mau minum-minuman keras." Ini adalah perenungan Buddhisme.

      Sila keenam adalah tidak makan setelah pukul 12:00 siang.


 
Spoiler: ShowHide
  * Secara ilmu pengetahuan Saudara akan berpikir: "Kalau Saya hanya makan sekali sehari berarti Saya menjalankan sila plus penghematan. Biaya makan dapat Saya gunakan untuk keperluan-keperluan yang lain, misalnya untuk nonton, jalan-jalan dan lain-lain." Ini menurut ilmu pengetahuan.


    * Berbeda halnya dengan Dhamma. Sebagai umat Buddha yang meyakini Hukum Kelahiran Kembali, sebetulnya kita sudah mengalami kelahiran berjuta-juta kali. Begitu pula halnya dengan kelaparan. Dengan mengendalikan keinginan makan yang telah muncul sejak berjuta-juta tahun yang telah lampau; secara tidak langsung hal tersebut merupakan latihan untuk mengendalikan emosi, melatih kesabaran dan mempertajam perenungan. Kalau kita mampu mengendalikan keinginan (nafsu) makan yang telah muncul sejak berjuta-juta tahun yang lampau, kita bisa menahan diri untuk tidak marah. Dengan cara itu kita bisa menghadapi segala sesuatunya dengan tenang dan tidak emosi. Walaupun cara menahan makan ini merupakan suatu cara sederhana, tetapi cara ini ada kaitannya dengan kesabaran. Ini adalah perenungan Buddhisme.

      Demikian pula halnya dengan sila ketujuh. Misalnya: tidak menggunakan wangi-wangian.


   
Spoiler: ShowHide
 * Secara ilmu pengetahuan, tidak menggunakan wangi-wangian itu mungkin hanya karena kita belajar hidup sederhana/belajar "ngirit".    * Tetapi secara Dhamma, sesungguhnya hal tersebut melatih kita untuk berusaha melihat kenyataan bagaimana keadaan kita seandainya tanpa itu semua? Karena latihan sila itu berarti kita belajar seandainya barangnya ada (seperti wangi-wangian, perhiasan, dll.) tetapi kita tidak menggunakan, bagaimana perasaan kita? Sehingga apabila pada suatu ketika betul-betul tidak ada, kita tetap bisa tenang. Misalnya suatu ketika Saudara sedang ujian. Kalau Saudara biasa memuaskan nafsu, apa saja yang diinginkan selalu Saudara turuti maka apabila saat ujian, isi pulpen Saudara habis, apa yang terjadi? Saudara bisa ngomel-ngomel dan pulpennya dibanting sehingga semua peserta yang ada di ruang ujian bisa geger semua. Tetapi kalau Saudara sudah biasa mengendalikan diri; pulpen Saudara habis isinya, mungkin cuma Saudara pandang sebentar lalu dengan tenang Saudara bisa meminjam pada teman Saudara. Seandainya teman Saudara itu tidak mau meminjamkan pulpennya, Saudara juga tidak akan ngomel-ngomel. Mungkin Saudara akan meminjam lagi dari teman yang lain. Tetap tenang dan tidak marah-marah.


      Dengan melaksanakan sila akhirnya kita bisa menerima kenyataan bahwa apa yang kita siapkan dan rencanakan itu tidak selalu berhasil, kadang-kadang kita bisa mengalami kegagalan. Disini ilmu pengetahuan tidak bisa menjawab yang demikian ilmu pengetahuan tidak bisa memberikan ketenangan batin. Ilmu pengetahuan tidak bisa memberikan kebahagiaan sejati. Ilmu pengetahuan hanya bisa memberikan kebahagiaan semu/pembantu kebahagiaan saja. Seperti kasus kipas angin tersebut di atas; walaupun ada kipas angin tetap tidak akan mengatasi kepanasan itu sendiri, hanya memindahkan sementara saja. Kalau kipas anginnya dihentikan, kita akan kepanasan lagi. Lain halnya dengan Dhamma yang memberikan rasa tenang dari dalam batin kita. Secara Dhamma kita akan berpikir: "kenapa harus mengeluh kepanasan? Kenapa kita harus menambah penderitaan dengan "stress"? Kalau kita sudah bisa merenungkan demikian maka ketenangan yang muncul dari dalam batin kita akan mampu mengatasi rasa panas itu.

      Inilah latihan-latihan yang perlu kita jalankan setiap hari sebagai umat Buddha. Kita harus berusaha untuk melatih sila; 5 (lima) sila setiap hari dan 8 (delapan) sila setiap hari uposatha, dengan tujuan supaya kita bisa memperoleh kebahagiaan di dalam diri kita. Karena ajaran Sang Buddha itu adalah untuk memberikan kebahagiaan di dalam batin. Sedangkan dari ilmu pengetahuan, Saudara hanya memperoleh kebahagiaan yang bersifat badaniah. Dengan ilmu pengetahuan yang Saudara miliki dan dengan agama yang Saudara hayati, Saudara akan memperoleh jalan tengah. Contohnya seperti yang digigit nyamuk tersebut di atas. Saudara akan bisa melihat jalan tengah, tidak dibunuh tetapi juga tidak dibiarkan, melainkan dengan cara diusir.

      Kalau Saudara melatih sila setiap saat, maka batin Saudara akan semakin maju dan berkembang dalam ajaran Sang Buddha. Akhirnya seperti yang dikatakan oleh Sang Buddha di dalam salah satu syairnya bahwa hidup 1000 tahun itu tidak ada manfaatnya kalau kita hanya bermalas-malasan saja, kalau kita tidak mau belajar Dhamma dan hanya mengembangkan keserakahan, kebencian dan kegelapan batin. Akan lebih bermanfaat kalau kita hidup walaupun sehari tetapi dengan giat mengembangkan batin, melatih sila dan bermeditasi hingga tercapai kebijaksanaan. Itulah yang akan membuahkan kebahagiaan. Oleh karena itu, marilah kita belajar mengenal batin kita dengan melaksanakan sila; Pancasila sebagai dasar dan 8 (delapan) sila untuk pengembangan yang lebih lanjut sehingga akhirnya kita akan memperoleh kebahagiaan lahir dan batin.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Balhamoth

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 128
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • semoga semua makhluk hidup bahagia
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #80 on: 13 December 2010, 06:27:02 PM »
halo rekan2 sekalian...

gw mau nanya nih.. bingung sekaligus gak tau...

nah katanya untuk praktek athasila bagi umat awam bisa di hari uposatha... di bulan gelap dan bulan terang setengah bulan gelap dan terang...

Pertanyaannya..

Hari uposatha itu apakah sama dengan bulan gelap dan terang?
nah kalo gelap terang kan tanggal 1 dan 15..  yang setengah gelap n terangnya itu cara nyari nya gmn yah? ato ada patokan pasti nya?

thanks alot..^^v

Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun
Yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata
Tapi ukuran sejati di bawah mentari
Adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini
Untuk orang lain - Ruth Smiller

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #81 on: 13 December 2010, 09:47:25 PM »

Offline Balhamoth

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 128
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • semoga semua makhluk hidup bahagia
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #82 on: 13 December 2010, 10:36:53 PM »
 :o :o :o

comel!!! kaw baik sekali.. sip dah!! makasih yaaahh :)) :)) :)) :)) :))
Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun
Yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata
Tapi ukuran sejati di bawah mentari
Adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini
Untuk orang lain - Ruth Smiller

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #83 on: 17 December 2010, 08:13:53 AM »
selama ini dicoba atthasila jadwal inverted. Jadi biasa 4 hari uposatha sebulan dibalik menjadi hanya 4 hari yg tidak atthasila.

Turun 4 kg kurang dari sebulan... kenapa orang bilang diet itu susah yah :P
There is no place like 127.0.0.1

Offline Balhamoth

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 128
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • semoga semua makhluk hidup bahagia
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #84 on: 17 December 2010, 09:09:23 AM »
 :o

sebulan hampir 26x... oh my... [at] . [at]
Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun
Yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata
Tapi ukuran sejati di bawah mentari
Adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini
Untuk orang lain - Ruth Smiller

Offline EVO

  • Sebelumnya Metta
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.369
  • Reputasi: 60
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #85 on: 17 December 2010, 11:23:04 AM »
selama ini dicoba atthasila jadwal inverted. Jadi biasa 4 hari uposatha sebulan dibalik menjadi hanya 4 hari yg tidak atthasila.

Turun 4 kg kurang dari sebulan... kenapa orang bilang diet itu susah yah :P
jika tubuh tetap sehat teruskan mo
jangan di paksakan...
jika mampu tiap hari ;D mo...

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #86 on: 17 December 2010, 10:25:57 PM »
selama ini dicoba atthasila jadwal inverted. Jadi biasa 4 hari uposatha sebulan dibalik menjadi hanya 4 hari yg tidak atthasila.

Turun 4 kg kurang dari sebulan... kenapa orang bilang diet itu susah yah :P

diet memang ngak susah om (makan sehari sekali), cuma mempertahankannya yang sulit ;D.

saya dulu pernah turun 10 kilo dalam 3 bulan, tapi setelah itu dalam 2 minggu naik lagi 5 kilo :)) :'( :'(.

tapi untung sekarang sudah stabil, dan terlebih sekarang ada yang memberikan semangat menjalankan atthasila, sehingga semuanya jadi lebih lancar ;D.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #87 on: 18 December 2010, 04:04:24 PM »
selama ini dicoba atthasila jadwal inverted. Jadi biasa 4 hari uposatha sebulan dibalik menjadi hanya 4 hari yg tidak atthasila.

Turun 4 kg kurang dari sebulan... kenapa orang bilang diet itu susah yah :P

wow, kita melakukan hal yang sama. Tp saya baru 5 hari (libur atthasila-nya hari sabtu). Sekedar sharing, sy ingin melakukan hal ini karena kalo di kantor, sy sering banget main internet apalagi kalo kerjaannya membingungkan ato rada stres, langsung main. Akhirnya kerjaan jadi kurang bagus. Dan kalo sedang main, sy deg-degan, takut ketahuan bos. Kalo stres, saya juga sering lari ke makanan (pulang kantor, langsung khilaf kalo liat makanan enak).

Tapi makin lama makin merasa bersalah, seolah lari dan lari terus, selalu mencari pelampiasan. Lalu karena terlalu banyak baca (tentang keuntungan terlahir sebagai manusia, tentang berharganya waktu, dan bla bla bla), akhirnya rasa bersalah ini membuat sy makin kacau karena merasa bahwa saya berkutat di satu ekstrem. Selain itu, terasa banyak input gak guna dari FB dan sy merasa "reaktif" saat terus otomatis mencari pelarian, pikiran juga masih sering negatif.

Akhirnya sy coba stop main internet sama sekali. Awalnya sy coba untuk main internetnya hanya di jam istirahat saja, tapi ternyata setelah main, akan keblablasan (Misalnya ketika posting di DC, sy akan penasaran tentang reply utk postingan sy.) Akhirnya sy tau bahwa "lebih mudah untuk tidak memulai, daripada berusaha berhenti setelah memulai". Dan ternyata saya bisa. Yang agak berat adalah tentang makan. Berhubung nafsu makan saya cukup besar ketika stres, sy kewalahan karena gak tau harus "lari" kemana. Tapi ternyata karena sy berhasil mengatasi satu tantangan (tentang internet), ada kepercayaan diri untuk mengatasi tantangan lainnya. Ternyata sy bisa juga.

Sy jadi ingat cerita ajahn chah yang ini:

K E R B A U

Buddha benar-benar mengajarkan kebenaran. Jika anda merenungkannya, tidak ada yang bisa anda pertentangkan dengan Beliau. Akan tetapi, kita, manusia, bagaikan kerbau. Jika keempat kakinya tidak diikat, ia tidak akan membiarkan orang-orang memberikan obat kepadanya. Jika kakinya telah terikat dan tidak berdaya - Aha! - itulah saatnya, jika anda inginkan, anda bisa memulai dan memberinya obat. Ia tidak akan bisa melawan untuk melepaskan diri. Pada saat-saat seperti ini, ia akan menyerah.

Kita juga demikian. Hanya pada saat kita telah terikat total dalam penderitaanlah, kita bisa melepaskan ilusi-ilusi kita. Jika kita masih bisa berjuang untuk melepaskan diri, kita tidak akan menyerah dengan mudah.


Sy gak tau tentang jalan tengah, tapi ketika satu jalan terasa gak tepat, kita masih punya kebebasan untuk memilih jalan yang lain. Jalan lain yang kita ambil belum pasti benar 100% tapi menjalani jalan ini (misalnya ber-atthasila) gak akan terasa terlalu berat kalo kita tau "apa yang salah" dari jalan yang lama.
« Last Edit: 18 December 2010, 04:08:34 PM by Mayvise »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #88 on: 28 December 2010, 07:04:38 PM »
liburan yg kacau....  5 hari atthasila bolong berturut2
There is no place like 127.0.0.1

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #89 on: 28 December 2010, 09:16:39 PM »
liburan yg kacau....  5 hari atthasila bolong berturut2

masih ada hari esok ko medho...  ;D
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."