//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta  (Read 22485 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta dari Samyutta Nikaya/Anguttara Nikaya
Rohitassa Sutta
(SN, II:26; AN, IV:45)

Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di dekat Savatthi di vihara Jetavana milik Anathapindika. Kemudian Rohitassa, seorang devaputta, pada tengah malam, dengan cahaya cemerlang yang menerangi seluruh Jetavana, mendatangi Sang Bhagava. Sesampainya, setelah bersujud kepada Sang Bhagava, ia berdiri pada satu sisi. Ketika ia berdiri di sana, ia berkata kepada Sang Bhagava: “Apakah mungkin, Yang Mulia, dengan berjelajah, dapat mengetahui atau melihat atau mencapai akhir dunia di mana seseorang tidak lahir, tua, mati, meninggal atau tidak muncul kembali?”

“Aku katakan padamu, sahabat, bahwa tidak mungkin dengan berjelajah dapat mengetahui atau mencapai akhir dunia di mana seseorang tidak lahir, tua, mati, meninggal dunia, atau tidak muncul kembali.”

“Mengagumkan, Yang Mulia, dan menakjubkan, betapa baiknya apa yang dikatakan oleh Sang Bhagava: ‘Aku katakan padamu, sahabat, bahwa tidak mungkin dengan berjelajah dapat mengetahui atau melihat atau mencapai akhir dunia di mana seseorang tidak lahir, tua, mati, meninggal dunia, atau tidak muncul kembali.’ Dulu saya adalah seorang pertapa bernama Rohitassa, seorang murid Bhoja, seorang yang dapat berjalan di angkasa dengan kekuatan batinnya. Kecepatanku secepat seorang pemanah yang kuat, terlatih dengan baik, dengan tangan mahir, seorang pemanah handal yang mahir, yang menembakkan sebuah panah ringan melalui bayangan pohon palem. Langkahku membentang sejauh lautan timur dari arah barat. Bagiku, diberkahi dengan kecepatan demikian, langkah yang demikian, muncul keinginan: ‘Aku akan menjelajahi sampai ke akhir dunia.’ Aku dengan panjang usia seratus tahun menghabiskan seratus tahun berjelajah kecuali waktu yang dihabiskan untuk makan, minum, mengunyah dan mencicipi [makanan], buang air, dan tidur untuk menghilangkan kelelahan, namun tanpa mencapai akhir dunia aku meninggal dunia sepanjang jalan. Maka adalah mengagumkan, Yang Mulia, dan menakjubkan, betapa baiknya apa yang dikatakan oleh Sang Bhagava: ‘Aku katakan padamu, sahabat, bahwa tidak mungkin dengan berjelajah dapat mengetahui atau melihat atau mencapai akhir dunia di mana seseorang tidak lahir, tua, mati, meninggal dunia, atau tidak muncul kembali’.”

[Kemudian Sang Bhagava menjawab:] “Aku katakan padamu, sahabat, bahwa tidak mungkin dengan berjelajah dapat mengetahui atau melihat atau mencapai akhir dunia di mana seseorang tidak lahir, tua, mati, meninggal dunia, atau tidak muncul kembali. Namun pada saat yang sama, Aku katakan padamu bahwa tidak ada akhir dari penderitaan tanpa mencapai akhir dunia. Tetapi hanya dalam tubuh yang berukuran satu depa ini, dengan persepsi dan daya pikir, Aku menyatakan bahwa terdapat dunia, awal mula dunia, lenyapnya dunia, dan jalan menuju lenyapnya dunia.”

“Namun akhir dunia bukan dicapai dengan berjelajah.
Dan bukan tanpa mencapai akhir dunia terdapat pembebasan dari penderitaan.
Demikianlah, sesungguhnya seorang bijaksana, seorang yang ahli berkenaan dengan dunia, seorang yang mengetahui akhir dunia,
Setelah memenuhi kehidupan suci, tenang, mengetahui akhir dunia,
Tidak menginginkan dunia ini atau pun yang lainnya.”
« Last Edit: 11 September 2013, 06:32:04 AM by ariyakumara »
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #1 on: 30 May 2010, 04:07:54 PM »
Penjelasan Rohitassa Sutta

Makna Dunia

Dalam Rohitassa Sutta, kata “dunia” (loka) digunakan untuk menunjuk pada dua pengertian: dunia fisik dan dunia bentukan (formation world). Rohitassa menanyakan kepada Sang Buddha sebuah pertanyaan berkenaan dengan dunia fisik (cakkavala loka), namun Sang Buddha menjawabnya dengan menunjuk pada dunia bentukan (sankhara loka).

Menurut komentar, kata “dunia” (loka) yang digunakan dalam teks Buddhis memiliki tiga makna: sankhara loka (dunia bentukan), satta loka (dunia makhluk hidup), dan okasa loka (dunia ruang).

Patisambhida Magga mendefinisikan dunia bentukan (sankhara loka) sebagai: “Satu dunia: semua makhluk ditunjang oleh makanan.” Di sini terdapat 4 jenis makanan yang menunjang kelangsungan semua makhluk seperti yang dikatakan dalam Sammaditthi Sutta sbb: “Ada 4 jenis makanan yang menunjang kehidupan (cattaro ahara) untuk memelihara dan menunjang kelangsungan hidup makhluk-makhluk. Apakah keempat hal itu? Keempat hal itu adalah makanan jasmani (kabalinkarahara), kesan (phassa), kehendak pikiran (manosancetana), dan kesadaran (vinnana)”

Makanan jasmani menunjang kehidupan jasmani atau fisik kita. Kesan timbul ketika pancaindera berhubungan dengan objeknya (mata dengan objek bentuk, telinga dengan objek suara, hidung dengan objek bebauan, lidah dengan objek rasa, dan tubuh atau kulit dengan objek sentuhan) dan indera pikiran berhubungan dengan objek ide, gagasan, dan objek pikiran lainnya (dhammayatana). Kesan ini menunjang timbulnya perasaan (vedana) apakah yang menyenangkan, tidak menyenangkan, maupun netral (lihat Paticcasamuppada: phassa paccaya vedana). Kehendak pikiran merupakan “makanan” yang menyebabkan kelahiran kembali semua makhluk sesuai dengan perbuatannya (kamma). Kesadaran merupakan basis yang menimbulkan fungsi mental (nama) dan fisik (rupa) dengan dikondisikan oleh kamma. Ia merupakan “makanan” bagi nama rupa yang baru terbentuk setelah kelahiran kembali. Keempat jenis makanan inilah yang menunjang kelangsungan kehidupan semua makhluk.

Dengan demikian sankhara loka merupakan dunia mental atau psikologis semua makhluk yang berkelana dalam lingkaran kelahiran kembali (samsara). Ia merupakan dunia internal kita yang ditunjang oleh keempat jenis makanan di atas dan bergantung pada berbagai kondisi sebab akibat yang saling bergantungan (Paticcasamuppada). Ia juga tunduk pada tiga karakteristik umum dari semua fenomena (Tilakkhana: anicca, dukkha, dan anatta). Dengan kata lain, sankhara loka merupakan lima kelompok kehidupan (pancakkhanda) yang membentuk sistem fisik dan psikologis semua makhluk.

Dunia makhluk hidup (satta loka) menunjuk pada tiga jenis kelahiran (bhava) yang berhubungan dengan tiga alam kehidupan (tiloka), yaitu
1. Kamabhava: kelahiran di alam nafsu (kamaloka) yang meliputi kelahiran sebagai makhluk neraka, asura, setan kelaparan, binatang, manusia, dan makhluk surgawi atau dewa yang masih diliputi nafsu indera.
2. Rupabhava: kelahiran di alam berbentuk (rupabhava) yang meliputi kelahiran sebagai makhluk brahma yang berbentuk (rupabrahma).
3. Arupabhava: kelahiran di alam tidak berbentuk (arupabhava) yang meliputi kelahiran sebagai makhluk brahma yang tidak berbentuk (arupabrahma).

Dunia ruang (okasa loka) merupakan dunia tempat kediaman para makhluk hidup. Dengan kata lain, dunia ini adalah dimensi ruang dari dunia makhluk hidup di atas. Dunia inilah yang dijelaskan dalam Ananda Vagga, Anguttara Nikaya:

“Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Didalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu gunung Sineru, seribu Jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavidehana, empat ribu maha samudera, empat ribu maha raja, seribu Catummaharajika, seribu Tavatimsa, seribu Yamma, seribu Tusita, seribu Nimmanarati,seribu Parinimmitavassavati, dan seribu alam Brahma. Inilah Ananda, yang dianamakan seribu tata surya kecil (Sahasi culanika lokadhatu). Ananda, seribu kali Sahasi culanika lokadhatu dinamakan Dvisahassa majjhimanika lokadhatu; Ananda, seribu kali Dvisahassa majjhimanika lokadhatu dinamakan Tisahassi Mahasahassi lokadhatu; Ananda, bilamana Sang Tathagata mau, maka ia dapat memperdengarkan suaraNya sampai terdengar di Tisahassi Mahasahassi lokadhatu ataupun melebihi itu lagi.”

Dengan demikian, dalam sutta ini Rohitassa menanyakan kepada Sang Buddha mengenai akhir dunia fisik, yaitu dunia ruang beserta para makhluknya (cakkavala loka). Hal ini dapat disamakan dengan para ilmuwan masa kini yang mencari ujung dunia atau batas akhir dari alam semesta ini. Namun Sang Buddha menjawab pertanyaan tersebut dengan menunjuk pada akhir dunia bentukan atau dunia internal semua makhluk. Sang Buddha tidak menjawab dalam konteks akhir dunia fisik bukan karena Beliau tidak mengetahui tentang akhir dunia fisik (sebab Beliau adalah pengenal segenap alam/lokavidu), melainkan karena hal-hal demikian tidak membawa seseorang pada akhir dukkha dan pembebasan batin (Nibbana). Alih-alih Sang Buddha menunjukkan akhir dunia internal karena hal ini dapat membawa pada akhir dukkha, yang merupakan tujuan tertinggi dalam Buddha Dhamma.

Oleh sebab itu, sangat jarang Buddha membicarakan tentang dunia fisik atau makrokosmos; namun Beliau lebih sering mengajarkan tentang dunia internal atau mikrokosmos, dunia pengalaman mental setiap makhluk. Di antara pertanyaan-pertanyaan yang tidak dijawab oleh Sang Buddha (dasaavyakatapanha) dalam Culamalunkyaputta Sutta, empat pertanyaan pertama berhubungan dengan dunia fisik atau alam semesta: “Apakah dunia ini kekal”, “Apakah dunia ini tidak kekal", “Apakah dunia ini terbatas?”, “Apakah dunia ini tidak terbatas?”. Ketika Bhikkhu Malunkyaputta menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini, Sang Buddha tidak menjawabnya karena pertanyaan-pertanyaan ini tidak bermanfaat untuk mencapai Nibbana:

“Malunkyaputta, ingatlah apa yang tidak Ku-terangkan adalah tidak diterangkan, apa yang Ku-terangkan adalah diterangkan. Apakah yang tidak Aku terangkan? Itu adalah apakah dunia kekal, dunia tidak kekal, ... dst. Apa yang tidak Aku terangkan ini adalah tidak berhubungan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip yang berhubungan dengan kesejahteraan, itu tidak termasuk dalam prinsip kehidupan suci (brahmacari), itu tidak mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian, pengetahuan langsung (abhinna), penerangan agung (sambodhi), dan Nibbana.

Apakah yang Ku-terangkan? Itu adalah dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha serta jalan melenyapkan dukkha (magga).

Mengapa Aku menerangkannya? Karena itu berhubungan dengan kesejahteraan, termasuk dalam prinsip kehidupan suci, mengarah ke pelenyapan nafsu, pemusnahan, kedamaian, pengetahuan langsung, penerangan agung, dan Nibbana."

Dunia luar adalah dunia fisik di sekitar kita dengan berbagai objek luarnya, namun dunia internal merupakan dunia pengalaman yang dipersepsikan melalui indera. Hal ini akan lebih jelas dengan mengikuti uraian selanjutnya di bawah ini.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #2 on: 30 May 2010, 04:08:43 PM »
Dunia dan Empat Kesunyataan Mulia

Setelah menyatakan bahwa akhir dunia internal tidak dapat dicapai dengan menjelajahi dunia fisik untuk menemukan tempat di mana seseorang tidak lahir, tua, mati, meninggal dunia, atau tidak mengalami kelahiran kembali, Sang Buddha menambahkan:

“Namun pada saat yang sama, Aku katakan padamu bahwa tidak ada akhir dari penderitaan tanpa mencapai akhir dunia. Tetapi hanya dalam tubuh yang berukuran satu depa ini, dengan persepsi dan daya pikir, Aku menyatakan bahwa terdapat dunia, awal mula dunia, lenyapnya dunia, dan jalan menuju lenyapnya dunia.”

Menurut komentar Samyutta Nikaya, dunia yang dimaksud dalam pernyataan di atas berhubungan dengan Empat Kesunyataan Mulia: dunia adalah Kesunyataan Mulia tentang Dukkha, awal dunia adalah Kesunyataan Mulia tentang Asal Mula Dukkha, akhir dunia adalah Kesunyataan Mulia tentang Akhir Dukkha, dan jalan menuju lenyapnya dunia adalah Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menuju Akhir Dukkha. Dengan demikian keempat kebenaran mulia ini bukan ditemukan pada benda-benda eksternal di luar tubuh (pancakkhanda) ini, melainkan kebenaran mulia ini ditemukan dan direalisasikan tepat di sini, pada tubuh ini, di dalam dunia internal kita.

Lebih lanjut, dalam Lokantagamana Sutta (SN, 34:12) ditemukan penjelasan dari Bhikku Ananda atas kalimat jawaban Sang Buddha kepada Rohitassa di atas:

“Sahabat, Sang Bhagava memberikan kalian uraian singkat, tanpa memberikan penjelasan rinci bangkit dari tempat duduk Beliau dan memasuki kediaman-Nya: ‘Para bhikkhu, Aku tidak mengatakan bahwa melihat, mengetahui, dan mencapai akhir dunia dapat dicapai dengan berjelajah, ataupun Aku tidak menyatakan bahwa akhir penderitaan tanpa mencapai akhir dunia’. Dari uraian singkat Sang Bhagava ini, aku mengetahui makna rincinya sebagai berikut:

Sahabat, dengan cara apa pun terdapat persepsi tentang dunia dan penilaian terhadap dunia, inilah dunia dalam ajaran orang-orang mulia (ariya). Sahabat, melalui apakah terdapat persepsi tentang dunia dan penilaian terhadap dunia? Sahabat, melalui mata, seseorang melihat dan terdapat penilaian terhadap dunia. Melalui telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran terdapat persepsi dan penilaian terhadap dunia. Inilah dunia dalam ajaran para ariya.”

Berdasarkan penjelasan Bhikkhu Ananda di atas, kita dapat mengetahui bahwa istilah “dunia” dalam ajaran Buddha berhubungan dengan apa yang disebut “dunia pengalaman (world of experience)”, di mana objek-objek dunia eksternal hanya berlaku sebagai kondisi eksternal untuk pengalaman indera. Di sini dunia diidentifikasi sebagai enam landasan indera (salayatana: mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, pikiran) karena landasan indera ini merupakan kondisi internal untuk pengalaman indera dan menyebabkan timbulnya persepsi akan keberadaan dunia luar. Selama enam landasan indera ini terus ada, dunia luar akan selalu terbentang di hadapan kita sebagai jangkauan objektif dari persepsi dan kesadaran (kognisi) yang timbul dari kontak indera dengan objeknya.

Dengan demikian seseorang tidak dapat mencapai akhir dunia dengan mengadakan perjalanan (gamanena = bepergian), karena ke mana pun seseorang pergi ia pasti membawa serta enam landasan indera, yang diperlukan untuk menyingkapkan dunia yang terbentang di semua sisi. Namun demikian, dengan membalik arah pencarian, maka dimungkinkan untuk mencapai akhir dunia. Karena jika dunia mutlak timbul dari enam landasan indera, maka dengan mengakhiri enam landasan indera tersebut maka dimungkinkan untuk mencapai akhir dunia.

Karena enam landasan indera itu sendiri dikondisikan atau timbul dari serangkaian sebab akibat yang berakar dari ketidaktahuan (avijja) dan keinginan (tanha), maka dengan melenyapkan ketidaktahuan dan keinginan tersebut, timbulnya enam landasan indera dapat dicegah dan pada saat yang sama manifestasi dunia terhenti. Akhir dunia ini tidak dapat dicapai dengan menjelajahi alam semesta, tetapi dicapai dengan mengembangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Pengembangan yang sempurna atas jalan ini akan membawa pada pelenyapan ketidaktahuan dan keinginan. Dengan pelenyapan sebab dukkha ini, tercapailah akhir dukkha dan tidak akan ada dukkha lagi. Dan dengan tidak timbulnya enam landasan indera, maka tidak timbul lagi persepsi akan dunia eksternal. Inilah yang dimaksud dengan dunia, awal dunia, akhir dunia, dan jalan menuju akhir dunia dalam Rohitassa Sutta.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #3 on: 30 May 2010, 04:12:09 PM »
Kesimpulan

Sejak zaman dahulu manusia selalu terkagum-kagum dengan luasnya alam semesta dan berusaha mencari akhir dunia eksternal ini hingga berkembang berbagai pandangan tentang alam semesta. Di zaman modern ini para ilmuwan masih terus mencari jawaban atas pertanyaan ini, dengan meluncurkan berbagai wahana antariksa untuk menemukan akhir alam semesta dan mengembangkan berbagai teori yang cocok dengan hasil pengamatan mereka atas alam semesta ini. Namun demikian, lebih dari 2500 tahun yang lampau, Sang Buddha berdasarkan pengalaman dan pencapaian Beliau di bawah pohon Bodhi menyatakan bahwa akhir dunia tidak dapat dicapai dengan menjelajahi alam semesta ataupun akhir penderitaan bukan tidak dapat dicapai dengan akhir dunia. Ini sebuah pernyataan yang begitu dalam maknanya dan menunjuk pada dunia internal atau dunia pengalaman semua makhluk yang dapat dihentikan melalui penembusan Empat Kesunyataan Mulia dan praktek Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Alam semesta ini selalu berada dalam siklus pembentukan dan kehancuran; satu siklus kehancuran akan diikuti dengan siklus pembentukan yang kemudian mengalami kehancuran lagi, demikianlah seterusnya. Namun kehancuran alam semesta ini hanyalah akhir dunia fisik, bukan akhir dari dunia internal. Selama ketidaktahuan dan keinginan masih membelenggu batin para makhluk, selama itulah dunia internal para makhuk akan terus berlangsung. Hanya dengan melenyapkan akar ketidaktahuan dan keinginan ini, maka akhir dunia yang sebenarnya tercapai. Dengan mencapai akhir dunia yang demikian, seseorang akan mencapai akhir dukkha dan tidak berkelana lagi dalam dunia eksternal yang tiada batas akhirnya ini.

Sumber:

1.   Rohitassa Sutta: To Rohitassa, translated from the Pali by Thanissaro Bhikkhu (http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an04/an04.045.than.html)
2.   Rohitassa Sutta: The Discourse to Rohitassa, translated & annotated by Piya Tan (http://dharmafarer.org/wordpress/wp-content/uploads/2009/12/7.2-Rohitassa-S-s2.26-piya.pdf)
3.   Sutta Pitaka, Samyutta Nikaya Vol. IV Salayatanavaggo, Samyutta 34 Salayatana Samyutta, Chapter 12 LokakamagunaVaggo (http://awake.kiev.ua/dhamma/tipitaka/2Sutta-Pitaka/3Samyutta-Nikaya/Samyutta4/34-Salayatana-Samyutta/12-Lokakamagunavaggo-E.html)
4.   Buddhist Dictionary: Manual of Buddhist Term and Doctrines, by Bhikkhu Nyanatiloka (http://www.buddhanet.net/pdf_file/palidict.pdf)
5.   Dhamma Vibhaga (Penggolongan Dhamma) Jilid II Kelompok Tiga (http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=814&multi=T&hal=0)
6.   Sammaditthi Sutta (http://samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=193)
7.   Ananda Vagga, Anguttara Nikaya dalam http://whitelotuzz.wordpress.com/2008/07/24/ananda-vagga-anguttara-nikaya/
8.   Cullamalunkyaputta Sutta (http://samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=713)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #4 on: 26 July 2012, 09:46:06 PM »

Sadhu Sadhu Sahu  _/\_

Spoiler: ShowHide
Kesimpulan

Sejak zaman dahulu manusia selalu terkagum-kagum dengan luasnya alam semesta dan berusaha mencari akhir dunia eksternal ini hingga berkembang berbagai pandangan tentang alam semesta. Di zaman modern ini para ilmuwan masih terus mencari jawaban atas pertanyaan ini, dengan meluncurkan berbagai wahana antariksa untuk menemukan akhir alam semesta dan mengembangkan berbagai teori yang cocok dengan hasil pengamatan mereka atas alam semesta ini. Namun demikian, lebih dari 2500 tahun yang lampau, Sang Buddha berdasarkan pengalaman dan pencapaian Beliau di bawah pohon Bodhi menyatakan bahwa akhir dunia tidak dapat dicapai dengan menjelajahi alam semesta ataupun akhir penderitaan bukan tidak dapat dicapai dengan akhir dunia. Ini sebuah pernyataan yang begitu dalam maknanya dan menunjuk pada dunia internal atau dunia pengalaman semua makhluk yang dapat dihentikan melalui penembusan Empat Kesunyataan Mulia dan praktek Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Alam semesta ini selalu berada dalam siklus pembentukan dan kehancuran; satu siklus kehancuran akan diikuti dengan siklus pembentukan yang kemudian mengalami kehancuran lagi, demikianlah seterusnya. Namun kehancuran alam semesta ini hanyalah akhir dunia fisik, bukan akhir dari dunia internal. Selama ketidaktahuan dan keinginan masih membelenggu batin para makhluk, selama itulah dunia internal para makhuk akan terus berlangsung. Hanya dengan melenyapkan akar ketidaktahuan dan keinginan ini, maka akhir dunia yang sebenarnya tercapai. Dengan mencapai akhir dunia yang demikian, seseorang akan mencapai akhir dukkha dan tidak berkelana lagi dalam dunia eksternal yang tiada batas akhirnya ini.

Sumber:

1.   Rohitassa Sutta: To Rohitassa, translated from the Pali by Thanissaro Bhikkhu (http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an04/an04.045.than.html)
2.   Rohitassa Sutta: The Discourse to Rohitassa, translated & annotated by Piya Tan (http://dharmafarer.org/wordpress/wp-content/uploads/2009/12/7.2-Rohitassa-S-s2.26-piya.pdf)
3.   Sutta Pitaka, Samyutta Nikaya Vol. IV Salayatanavaggo, Samyutta 34 Salayatana Samyutta, Chapter 12 LokakamagunaVaggo (http://awake.kiev.ua/dhamma/tipitaka/2Sutta-Pitaka/3Samyutta-Nikaya/Samyutta4/34-Salayatana-Samyutta/12-Lokakamagunavaggo-E.html)
4.   Buddhist Dictionary: Manual of Buddhist Term and Doctrines, by Bhikkhu Nyanatiloka (http://www.buddhanet.net/pdf_file/palidict.pdf)
5.   Dhamma Vibhaga (Penggolongan Dhamma) Jilid II Kelompok Tiga (http://samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=814&multi=T&hal=0)
6.   Sammaditthi Sutta (http://samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=193)
7.   Ananda Vagga, Anguttara Nikaya dalam http://whitelotuzz.wordpress.com/2008/07/24/ananda-vagga-anguttara-nikaya/
8.   Cullamalunkyaputta Sutta (http://samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=713)


Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #5 on: 13 August 2013, 03:12:18 PM »
Seandainya semua orang mau membaca sutta ini pasti mereka TDK CEMAS dengan kiamat  ^:)^
I'm an ordinary human only

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #6 on: 13 August 2013, 06:56:26 PM »
Seandainya semua orang mau membaca sutta ini pasti mereka TDK CEMAS dengan kiamat  ^:)^

Ya, Oma, ini adalah salah satu sutta favoritku. Dalam film The X-Files ada ungkapan yang terkenal: "The truth is out there", tetapi sutta ini mengatakan "The truth is in here", yaitu dalam pernyataan Sang Buddha:

"Hanya dalam tubuh yang berukuran satu depa ini, dengan persepsi dan daya pikir, Aku menyatakan bahwa terdapat dunia, awal mula dunia, lenyapnya dunia, dan jalan menuju lenyapnya dunia."
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #7 on: 13 August 2013, 11:37:35 PM »
Ya, Oma, ini adalah salah satu sutta favoritku. Dalam film The X-Files ada ungkapan yang terkenal: "The truth is out there", tetapi sutta ini mengatakan "The truth is in here", yaitu dalam pernyataan Sang Buddha:

"Hanya dalam tubuh yang berukuran satu depa ini, dengan persepsi dan daya pikir, Aku menyatakan bahwa terdapat dunia, awal mula dunia, lenyapnya dunia, dan jalan menuju lenyapnya dunia."
:jempol:
I'm an ordinary human only

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #8 on: 14 August 2013, 12:38:03 PM »

 _/\_ _/\_ _/\_

"Hanya dalam tubuh yang berukuran satu depa ini, dengan persepsi dan daya pikir, Aku menyatakan bahwa terdapat dunia, awal mula dunia, lenyapnya dunia, dan jalan menuju lenyapnya dunia."
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Candra Taruna

  • Teman
  • **
  • Posts: 56
  • Reputasi: -4
  • Gender: Male
  • Nice to be Important But More Important to be Nice
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #9 on: 05 September 2013, 08:31:52 PM »
Jawaban dari Sang Bhagava disini sebenarnya merupakan pencerminan inti dari rangkaian Patticca Samuppada 12
kesadaran di dalam diri suatu mahluk akan membuat bentukan untuk muncul di Alam berikutnya, dengan melenyapkan kegelapan bhatin (avijja) dan disusul dengan lenyapnya semua rangkaian itu, maka lenyap pulalah 'Dunia' itu, disitu yang dikatakan : "Tidak ada Dunia sini, tidak ada Dunia sana, tidak ada pembentukan lagi di berikutnya"

 :)

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #10 on: 05 September 2013, 08:49:47 PM »
Jawaban dari Sang Bhagava disini sebenarnya merupakan pencerminan inti dari rangkaian Patticca Samuppada 12
kesadaran di dalam diri suatu mahluk akan membuat bentukan untuk muncul di Alam berikutnya, dengan melenyapkan kegelapan bhatin (avijja) dan disusul dengan lenyapnya semua rangkaian itu, maka lenyap pulalah 'Dunia' itu, disitu yang dikatakan : "Tidak ada Dunia sini, tidak ada Dunia sana, tidak ada pembentukan lagi di berikutnya"

 :)

Sutta yang mana, bro CT? Bisa dicopas ke sini?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #11 on: 11 September 2013, 01:33:24 AM »
Itu maksudnya Peramal atau Petapa Sakti ya?

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #12 on: 11 September 2013, 06:30:18 AM »
Itu maksudnya Peramal atau Petapa Sakti ya?

Terjemahan dari Bhikkhu Thanisaro di ATI menggunakan kata "seer", sehingga salah translate menjadi "peramal". Seharusnya "pertapa" karena bahasa Pali-nya "isi" (Sanskrit: rsi) yang bermakna seorang pertapa:

Isi [Vedic ṛṣi fr. ṛṣ. -- Voc. ise Sn 1025; pl. npm. isayo, gen. isinaŋ S ii.280 & isīnaŋ S i.192; etc. inst. isibhi Th 1, 1065] -- 1. a holy man, one gifted with special powers of insight & inspiration, an anchoret, a Seer, Sage, Saint, "Master" D i.96 (kaṇho isi ahosi); S i.33, 35, 65, 128, 191, 192, 226 sq., 236 (ācāro isīnaŋ); ii.280 (dhammo isinaŋ dhajo); A ii.24, 51; Vin iv.15 = 22 (˚bhāsito dhammo); It 123; Sn 284, 458, 979, 689, 691, 1008, 1025, 1043, 1044, 1116 (dev˚ divine Seer), 1126, Nd2 149 (isi -- nāmakā ye keci isi -- pabbajjaŋ pabbajitā ājīvikā nigaṇṭhā jaṭilā tāpasā); Dh 281; J i.17 (v.90: isayo n' atthi me samā of Buddha); J v.140 (˚gaṇa), 266, 267 (isi Gotamo); Pv ii.614 (= yama -- niyam' ādīnaŋ esanatthena isayo PvA 98); ii.133 (= jhān' ādīnaŋ guṇānaŋ esanatthena isi PvA 163); iv.73 (= asekkhānaŋ sīlakkhandh' ādīnaŋ esanatthena isiŋ PvA 265); Miln 19 (˚vāta) 248 (˚bhattika); DA i.266 (gen. isino); Sdhp 200, 384. See also mahesi. -- 2. (in brahmanic tradition) the ten (divinely) inspired singers or composers of the Vedic hymns (brāhmaṇānaŋ pubbakā isayo mantānaŋ kattāro pavattāro), whose names are given at Vin i. 245; D i.104, 238; A iii.224, iv.61 as follows: Aṭṭhaka, Vāmaka, Vāmadeva, Vessāmitta, Yamataggi (Yamadaggi), Angirasa, Bhāradvāja, Vāseṭṭha, Kassapa, Bhagu.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Candra Taruna

  • Teman
  • **
  • Posts: 56
  • Reputasi: -4
  • Gender: Male
  • Nice to be Important But More Important to be Nice
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #13 on: 19 September 2013, 06:55:37 PM »
Sutta yang mana, bro CT? Bisa dicopas ke sini?

Langsung aja ke Paticca Samuppada 12
coba akurin dengan Kalimat ini :

"Hanya dalam tubuh yang berukuran satu depa ini, dengan persepsi dan daya pikir, Aku menyatakan bahwa terdapat dunia, awal mula dunia, lenyapnya dunia, dan jalan menuju lenyapnya dunia"

Masa ga' paham?

'Dunia' di kalimat itu bukan pengertian Dunia sebagai Alam Semesta dengan berbagai Galaksi lho......

Kalo ga' paham tanya ama yg bisa paham dech......

 :)

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #14 on: 19 September 2013, 07:18:01 PM »
 [at] CT:
Justru saya bertanya karena tidak paham, tetapi jika anda merasa tidak ingin menjawabnya tidak perlu melemparkan pertanyaan kepada orang lain. Trims.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Afoe286

  • Teman
  • **
  • Posts: 63
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
  • Semoga semua makhluk berbahagia
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #15 on: 20 September 2013, 08:38:24 PM »
Mungkin ini ada hubungannya dg Kevaddha Sutta bro,yaitu dunia(nama rupa) muncul dg munculnya kesadaran.kesadaran dg nama rupa muncul saling bergantungan.tdk bisa muncul sendiri2
Khanti paramam tapo titikkha

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Mencari Akhir Dunia: Sebuah Penjelasan Atas Rohitassa Sutta
« Reply #16 on: 04 October 2013, 12:19:40 PM »
Terjemahan dari Bhikkhu Thanisaro di ATI menggunakan kata "seer", sehingga salah translate menjadi "peramal". Seharusnya "pertapa" karena bahasa Pali-nya "isi" (Sanskrit: rsi) yang bermakna seorang pertapa:

Isi [Vedic ṛṣi fr. ṛṣ. -- Voc. ise Sn 1025; pl. npm. isayo, gen. isinaŋ S ii.280 & isīnaŋ S i.192; etc. inst. isibhi Th 1, 1065] -- 1. a holy man, one gifted with special powers of insight & inspiration, an anchoret, a Seer, Sage, Saint, "Master" D i.96 (kaṇho isi ahosi); S i.33, 35, 65, 128, 191, 192, 226 sq., 236 (ācāro isīnaŋ); ii.280 (dhammo isinaŋ dhajo); A ii.24, 51; Vin iv.15 = 22 (˚bhāsito dhammo); It 123; Sn 284, 458, 979, 689, 691, 1008, 1025, 1043, 1044, 1116 (dev˚ divine Seer), 1126, Nd2 149 (isi -- nāmakā ye keci isi -- pabbajjaŋ pabbajitā ājīvikā nigaṇṭhā jaṭilā tāpasā); Dh 281; J i.17 (v.90: isayo n' atthi me samā of Buddha); J v.140 (˚gaṇa), 266, 267 (isi Gotamo); Pv ii.614 (= yama -- niyam' ādīnaŋ esanatthena isayo PvA 98); ii.133 (= jhān' ādīnaŋ guṇānaŋ esanatthena isi PvA 163); iv.73 (= asekkhānaŋ sīlakkhandh' ādīnaŋ esanatthena isiŋ PvA 265); Miln 19 (˚vāta) 248 (˚bhattika); DA i.266 (gen. isino); Sdhp 200, 384. See also mahesi. -- 2. (in brahmanic tradition) the ten (divinely) inspired singers or composers of the Vedic hymns (brāhmaṇānaŋ pubbakā isayo mantānaŋ kattāro pavattāro), whose names are given at Vin i. 245; D i.104, 238; A iii.224, iv.61 as follows: Aṭṭhaka, Vāmaka, Vāmadeva, Vessāmitta, Yamataggi (Yamadaggi), Angirasa, Bhāradvāja, Vāseṭṭha, Kassapa, Bhagu.

Boleh tahu itu kamus palinya dapat dari mana ya?

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa