//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Takdir versus non-takdir  (Read 10973 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Takdir versus non-takdir
« Reply #15 on: 27 July 2007, 10:36:40 AM »
Ha ?
Jadi bingung..
Saya karena kurang literatur jadi merujuk ke second literatur
yaitu kumpulan 100 tanya jawab dengan B.Uttamo yang lebih user-friendly  ^-^
Apa karena saya dalam mata 5 watt membacanya  :))

Tapi dalam web yang diberikan Sdr. Kelana memang benar..
Thanks 4 the correction

« Last Edit: 27 July 2007, 10:40:28 AM by Hedi Kasmanto »
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Takdir versus non-takdir
« Reply #16 on: 27 July 2007, 10:52:55 AM »
Bagi yang ingin mendownload link web yang diberikan Sdr. Kelana
telah disiapkan dalam versi PDF-nya.
Silakan didownload :


[attachment deleted by admin]
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Takdir versus non-takdir
« Reply #17 on: 28 July 2007, 08:58:25 AM »
Tetapi kalau dari kacamata Buddhis, kita sudah tau tidak ada. Alasannya, kalau ada, percuma dong segala usaha selama hidup, pahala yg dikumpulkan dsb, toh semua telah ditentukan oleh "sutradara" dan "penulis skenario". Kita hanya memainkan peran yg ceritanya "DIRAHASIAKAN". Sebenarnya agak susah diterima akal sehat (logika) rata-rata manusia.

Kita ibarat hanyalah obeng yg dipakai oleh penguasa. Kita tidak berhak memilih dan ingin seperti apa. Itulah takdir yg kejam dan tidak berperasaan... Tapi anehnya lagi, mengapa statement ini di gugat ???


kalo baca postingan diatas gw teringat pertunjukan boneka pupet, manusia ibarat boneka pupet yg diatur dan digerak2kan oleh tuhan, apa pun yg ia alami adalah skenario/alur cerita [yg merupakan keputusan mutlak] dr sang pemain boneka... jd perbuatan baik dan buruk pun itu sudah menjadi skenario dr sang sutradara/pemain boneka, trus apa gunanya kehidupan jika "Ini bukan hidup saya sendiri" ngapain nuntut Hak Asasi ?

waktu kul dulu sempat jg seh ikut team buat robot [KRI] kita dibagi menjadi 3 team, mekanik [bertugas membuat fisik/tubuh robot], elektrik [bertugas membuat jeroan/otak/ingatan secara fisik dr robot] dan software [bertugas membuat alur kerja/gerak dr robot yg disimpan di otak/ingatan robot], gw kebetulan dpt bagian yg ke-3, gw buat alur logikanya sesuai planning [ada rencana nih] yg kita inginkan, kemudian dituangkan kedalam bahasa coding [bahasa mesin] sehingga robot dapat bergerak [hidup, krn ada data yg di loading dr otak/ingatannya] sesuai dengan keinginan kita...

disitu gw melihat, gw yg mengatur robot itu, robot mau doing something gw tau, setelah A, robot itu mau melakukan apa [next step nya]... gw tau dimana kelebihan dan kekurangan [error] robot itu, gw yg kendalikan robot... gw pikir apa bs robot itu bergerak sesuai dengan keinginan dia sendiri [free will] ? bisa, gw tambahkan sensor [kemampuan tuk deteksi] n kemampuan untuk menganalisa data yg dia peroleh untuk melakukan next step dengan sendiri, toh gw jg tau, jika robot ini deteksi A, robot itu bakal lakukan apa... krn dah diatur semua... gw ciptakan robot untuk permainan [alur kehidupan] yg telah gw planning [rencana] kan sebelumnya untuk kesenangan gw

robot tersebut pasrah terhadap diri nya, apa pun yg gw inginkan, apa pun yg gw perintahkan [skenario gw]... ia akan mematuhinya, jika ia tidak mematuhi gw cap dia error. so apa pun perbuatan yg dilakukan si robot tak ada artinya krn itu semua bersumber dr gw, dia tidak bs menentukan bahkan memilih keluar dr jalur kita... kira2 ini lah yg menurut gw takdir

sedangkan Karma/Kamma [non-takdir] beda banget gw bukan dan tidak menjadi robot, tp gw hidup dan apa pun yg gw lakukan adalah akibat dr sebab yg gw lakukan, siapa yg ngatur ? ga ada tuh... it's my life [inget lagu bon jovi] ga ada yg berhak ngatur terhadap apa yg gw lakukan selain diri gw sendiri [keputusan ada ditangan kita sendiri] dan konsekuensi dr apa yg gw lakukan akan siap menanti [tanggung jawab terhadap apa yg kita lakukan]

nah sekarang kita milih jd apa nih ? robot seperti contoh pertama atau milih jd manusia contoh kedua ? dr jawaban yg kita pilih, maka kita bakal tau apa beda takdir n Kamma/Karma [non-takdir]
« Last Edit: 28 July 2007, 09:02:46 AM by dhanuttono »

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Takdir versus non-takdir
« Reply #18 on: 01 August 2007, 05:58:12 PM »
hm.. ngomong-ngomong free will (lanjutan dari thread sebelah)... apakah free will itu benar-benar free tanpa tercampur unsur-unsur karma, misalnya:
- lahir di suatu keluarga, mendapat didikan tertentu dari keluarga
- lingkungan sekolahan
- bakat alamiah dari lahir, hobi, kecerdasan
- pergaulan selama hidup
- dlll.....

sebenarnya apakah free will itu benar-benar free will???


Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Takdir versus non-takdir
« Reply #19 on: 01 August 2007, 06:14:42 PM »
Menurut saya, freewill itu seperti orang yg berada didalam kendaraan yang sedang berjalan.

Dia bisa mengerem, terus mengebut, belok, atau menubruk. Terkadang kendaraan sudah terlalu kencang hingga sulit dikendalikan dan bisa kecelakaan, terkadang kendaraan lambat sehingga mudah. Bisa juga lampu mati, atau bahkan mendapat dengan sound system fantastis.

Seperti itulah kendaraan (baca: kelahiran) dengan kondisi2xnya (buah kamma/vipaka).

Yang penting kita kendalikan dengan baik dengan penuh perhatian.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Takdir versus non-takdir
« Reply #20 on: 01 August 2007, 06:43:51 PM »
hm.. ngomong-ngomong free will (lanjutan dari thread sebelah)... apakah free will itu benar-benar free tanpa tercampur unsur-unsur karma, misalnya:
- lahir di suatu keluarga, mendapat didikan tertentu dari keluarga
- lingkungan sekolahan
- bakat alamiah dari lahir, hobi, kecerdasan
- pergaulan selama hidup
- dlll.....

sebenarnya apakah free will itu benar-benar free will???


Kita harus bisa membedakan antara kehendak bebas (free will) dengan perwujudan kehendak. Tidak ada yang bisa menghalangi kita untuk berkehendak. Misalnya kita berkehendak menjitak kepala Pak SBY, siapa yang bisa menghalangi kita untuk berkehendak seperti itu? Tidak ada, karena itu baru ada dalam pikiran kita. Tetapi ketika kehendak kita itu ingin kita wujudkan, ya siap-siap saja ditangkap paspampres.

Contoh lain, kita berkehendak menjadi kaya. Siapa yang bisa mebnghalangi kita berkehendak menjadi kaya? Tidak ada. Tapi ketika kita ingin mewujudkan kehendak itu, kita tidak memiliki sesuatu yang bisa membuat kita menjadi kaya, misalnya bekerja keras, maka perwujudan kehendak menjadi terbatasi.

Jadi perwujudan kehendaklah yang terbatasi, bukan kehendak itu sendiri.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Takdir versus non-takdir
« Reply #21 on: 02 August 2007, 06:32:00 PM »
 tidak semua orang mendapatkan kebebasan kehendak / free will , misalkan seseorang beragama K. mungkinkah dia memikirikan tentang hukum karma? reinkarnasi? tentu tidak...  pemikiran seorang beragama K. tentu bukan hukum karma, pikiran orang tersebut terbatas dan terpatok pada mr Y. atau mr T....  apakah ini termasuk free will?

hm.. ngomong-ngomong free will (lanjutan dari thread sebelah)... apakah free will itu benar-benar free tanpa tercampur unsur-unsur karma, misalnya:
- lahir di suatu keluarga, mendapat didikan tertentu dari keluarga
- lingkungan sekolahan
- bakat alamiah dari lahir, hobi, kecerdasan
- pergaulan selama hidup
- dlll.....

sebenarnya apakah free will itu benar-benar free will???


Kita harus bisa membedakan antara kehendak bebas (free will) dengan perwujudan kehendak. Tidak ada yang bisa menghalangi kita untuk berkehendak. Misalnya kita berkehendak menjitak kepala Pak SBY, siapa yang bisa menghalangi kita untuk berkehendak seperti itu? Tidak ada, karena itu baru ada dalam pikiran kita. Tetapi ketika kehendak kita itu ingin kita wujudkan, ya siap-siap saja ditangkap paspampres.

Contoh lain, kita berkehendak menjadi kaya. Siapa yang bisa mebnghalangi kita berkehendak menjadi kaya? Tidak ada. Tapi ketika kita ingin mewujudkan kehendak itu, kita tidak memiliki sesuatu yang bisa membuat kita menjadi kaya, misalnya bekerja keras, maka perwujudan kehendak menjadi terbatasi.

Jadi perwujudan kehendaklah yang terbatasi, bukan kehendak itu sendiri.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Takdir versus non-takdir
« Reply #22 on: 02 August 2007, 07:15:20 PM »
tidak semua orang mendapatkan kebebasan kehendak / free will , misalkan seseorang beragama K. mungkinkah dia memikirikan tentang hukum karma? reinkarnasi? tentu tidak...  pemikiran seorang beragama K. tentu bukan hukum karma, pikiran orang tersebut terbatas dan terpatok pada mr Y. atau mr T....  apakah ini termasuk free will?


Sdr. Dhamakara, yang anda katakan adalah pemikiran/pola pikir bukan kehendak bebas.

Sebenarnya mereka juga memiliki kehendak bebas. Dengan menerima doktrin tertentu, itu adalah wujud dari keberadaan kehendak bebas, karena kehendak mereka sendiri, keputusan mereka sendiri untuk menerima atau tidak suatu doktrin. Dan ternyata mereka berkehendak untuk menerima doktrin tersebut. Dan karena mereka menggunakan doktrin yang telah ia kehendaki sendiri untuk diterima, dan jika doktrin tersebut kebetulan adalah doktrin yang berisi membatasi pemikiran manusia, maka pemikirannya menjadi berkesan terbatas.

Jika benar-benar tidak ada kekendak bebas pada manusia, maka seseorang tidak bisa menentukan apapun, termasuk tidak bisa mengubah pola pikirnya dan tidak bisa mengubah agamanya. Tapi faktanya bahwa seseorang yang beragama K dengan dokrinnya yang demikian rupa, tetapi berkehendak untuk bebas dari doktrin tersebut, maka ia bisa mengubah pola pikirnya dan mengubah agamanya.

Jadi seseorang sendiri yang memutuskan untuk menjadikan seperti apa pemikiran/ pola pikir yang ada dalam dirinya. Inilah kehendak bebas.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Muten Roshi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 366
  • Reputasi: 2
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Muten-R%C3%B4shi
Re: Takdir versus non-takdir
« Reply #23 on: 07 August 2007, 04:45:45 PM »
tampaknya kehendak bebas ini pun masih relatif, tidak sepenuhnya bebas memilih dan menentukan, beruntunglah bagi orang-orang yang menyadari adanya kehendak bebas yang tidak diatur oleh Mr. T.... walaupun kehendak bebas yang tidak diatur mr T. ini juga masih relatif, bergantung pada tingkatan intelektual masing-masing individu

tidak semua orang mendapatkan kebebasan kehendak / free will , misalkan seseorang beragama K. mungkinkah dia memikirikan tentang hukum karma? reinkarnasi? tentu tidak...  pemikiran seorang beragama K. tentu bukan hukum karma, pikiran orang tersebut terbatas dan terpatok pada mr Y. atau mr T....  apakah ini termasuk free will?


Sdr. Dhamakara, yang anda katakan adalah pemikiran/pola pikir bukan kehendak bebas.

Sebenarnya mereka juga memiliki kehendak bebas. Dengan menerima doktrin tertentu, itu adalah wujud dari keberadaan kehendak bebas, karena kehendak mereka sendiri, keputusan mereka sendiri untuk menerima atau tidak suatu doktrin. Dan ternyata mereka berkehendak untuk menerima doktrin tersebut. Dan karena mereka menggunakan doktrin yang telah ia kehendaki sendiri untuk diterima, dan jika doktrin tersebut kebetulan adalah doktrin yang berisi membatasi pemikiran manusia, maka pemikirannya menjadi berkesan terbatas.

Jika benar-benar tidak ada kekendak bebas pada manusia, maka seseorang tidak bisa menentukan apapun, termasuk tidak bisa mengubah pola pikirnya dan tidak bisa mengubah agamanya. Tapi faktanya bahwa seseorang yang beragama K dengan dokrinnya yang demikian rupa, tetapi berkehendak untuk bebas dari doktrin tersebut, maka ia bisa mengubah pola pikirnya dan mengubah agamanya.

Jadi seseorang sendiri yang memutuskan untuk menjadikan seperti apa pemikiran/ pola pikir yang ada dalam dirinya. Inilah kehendak bebas.