//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: apa artinya cuplikan sutrahati ini  (Read 11314 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« Reply #30 on: 23 January 2015, 05:26:39 PM »
Saya tdk pernah bilang "lebih tidak murni". Tolong jangan menambah kata2/embel2 lain supaya orang lain yg baca tdk bingung. Yg saya katakan dari awal adalah murni vs menyimpang (tidak murni).
Luar biasa. Berarti sesederhana hitam-putih, murni-menyimpang yah. Mantap.


Quote
Mengenai pertanyaan anda, atas dasar apa sutta utama lebih benar dibanding yg lain, jawabnya simple saja: karena ditemukan ketidak-konsistenan di yg lain (dlm hal ini yg sudah saya sebut dr awal yaitu kitab komentar) terhadap sutta utama, dan sutta utama adalah yg paling dekat dgn kata2 sang Buddha.
Saya bertanya tentang literatur antar aliran, misalnya Agama Sutra disandingkan dengan Nikaya Pali. Apa yang membuat anda menetapkan "sutta utama" sebagai yang paling dekat dengan kata-kata Buddha?


Quote
Saya tanya kpd anda kitab komentar mengomentari apa, anda tdk menjawab. Tentu saja mengomentari sutta utama sbg sumbernya. Nah sekarang saya balik bertanya ke anda, apakah komentator bisa lebih benar dari nara sumber? Kalau ya, apa alasannya, kalau bisa beri contohnya lebih bagus lagi.
Cukup lucu bagi saya tampaknya anda menganggap "sutta utama" adalah omongan Buddha sedangkan komentar adalah "omongan orang lain yang mengomentari sutta utama", sementara pada kenyataannya baik "sutta utama" dan "komentar" adalah warisan secara oral para bhikkhu di saat yang bersamaan dari sumber yang sama. Bedanya semua yang merupakan khotbah (Buddha ataupun siswa Buddha) dimasukkan ke sutta, dan yang merupakan penjelasan latar belakang dimasukkan ke dalam komentar. Juga sebagian "sutta utama" dan sebagian "komentar" merupakan tambahan belakangan. Tapi baiklah, ini keluar dari topik dan tidak saya bahas.


Quote
Saya tahu, saya berdiskusi dgn sang spesialis ngeyel. Dan lebih tepatnya dia ngeyel bukan diskusi. Diskusi harusnya membawa materi objektif, bukan penyerangan karakter lawan bicara dgn berprasangka buruk. Saya sudah bawa materi objektif (aliran burma mentok2nya equanitmity) tp dia tdk mampu menanggapi secara objektif. Mengutip sutta pun cuma utk jadi senjata tanpa mengevaluasi diri sendiri dulu.
Bukankah kalau anda juga mengevaluasi diri sendiri, seharusnya tidak terpancing dengan 'kengeyelan' orang lain? Mengapa tampaknya anda gusar dengan kata-katanya? Tapi itu hanya masukan saja yang boleh diabaikan sepenuhnya. Saya tidak ingin membahas konflik antar pribadi kalian.


Quote
Keadaan batinnya kelihatan, penuh prasangka buruk terhdp orang lain. Pencapaiannya, bikin pertanyaan saja error.
Oh, saya pikir anda pengikut "sutta utama" yang mengajarkan tidak cepat menilai orang. Menarik juga anda bisa menasihati tentang asumsi orang lain terhadap "Komet" namun tidak anda terapkan sendiri.
:D


Quote
Saya bukan singa, mana bisa mengaum. Anda ini hanya karena ada sedikit kalimat saya yg di luar ekspektasi lalu anda langsung bereaksi dgn prasangka buruk, pakai bilang kehilangan keberanian lah, berlagak pilon lah. Jangan2 anda tdk jauh berbeda dgn sinichi kudo. Tapi karena baru sekali, saya tdk sebut anda ngeyel. Saya kan sudah bilang di atas, kalau mau tau dasarnya lanjutkanlah di topik saya yg lain karena lebih cocok tempatnya. Itu saya sudah melanjutkan topik tsb dgn membuat pertanyaan.
Oh, jadi pertanyaan "apakah komentator bisa lebih benar dari nara sumber?" adalah jawaban dari masalah menentukan "murni" dan "tidak murni" toh. :))

Anda benar. Benar-benar tidak sesuai ekspektasi. Tapi bagaimanapun juga, terima kasih sudah menjawab.



Quote
Apa gunanya memakai variabel2 tanpa menetapkan masing2 variabel mewakili apa, lalu membolak-balik seenaknya begitu tanpa menghiraukan konteks dan sesuatu yg diwakili oleh masing2 variabel tsb. Katakanlah:
X = upacara-samadhi
A = kitab komentar
B = nikaya utama
Pertanyaan anda menjadi: Jika upacara-samadhi ditemukan di kitab komentar, namun tidak ada di nikaya utama, lalu saya serta merta menyimpulkan kitab komentar menambahkan upacara-samadhi, dan tidak mungkin nikaya utama yang mengurangi upacara-samadhi?
Sekarang, mana yg lebih dulu ada, nikaya utama atau kitab komentar? Kitab komentar ada/muncul belakangan dan upacara-samadhi ditemukan disitu. Bagaimana bisa yg duluan ada mengurangi sesuatu yg ada/muncul belakangan? Itu kan tidak masuk akal. Saya menjabarkan ini supaya anda (dan mungkin yg lain) membiasakan berpikir. [dgn pakai otak, kalau kata Ahok]
Mungkin anda harus mulai menyerapi kata-kata Ahok untuk diterapkan pada diri sendiri, janganlah melulu ditujukan ke orang lain. Nampaknya literatur Buddhis yang anda ketahui hanya "Sutta utama" dan "komentar" yah? Maaf, saya tidak tertarik membahas jika hanya itu yang anda ketahui.


Quote
Pertanyaan yg mustinya ditanya awal2 malah ditanya belakangan. Kalau anda simak dari awal sudah cukup jelas, "murni" = nikaya/sutta utama, "tidak murni" = menyimpang = kitab komentar.
- "meditasi" berasal dari bhs inggris meditation, bukan bahasa pali.
- meditasi samatha dan meditasi vipassana, secara literal mungkin tdk ada, tapi secara bukan literal itu ada.
- dasa paramita, ini tdk penting ada/tdknya karena tdk berkaitan langsung dgn jalan dan tujuan, cuma pengetahuan umum saja, hapalan yg anak SD juga tahu.
- pindapata pakai kontainer, juga tdk penting karena yg penting bisa buat makan. lagipula sang Buddha pernah bilang aturan vinaya yg kecil2 boleh diabaikan.
- larangan minum sambil berdiri, juga sangat tdk penting.
Yg tdk penting tdk perlu dibawa2/diungkit2. Ampun deh.
:)) Ini lebih menjelaskan lagi tentang anda. Tadinya saya pikir anda seorang peneliti yang berwawasan dan mendukung kekritisan terhadap guru-guru aliran tertentu (apakah Myanmar, Thai, Srilanka ataupun lainnya), ternyata hanya seorang fundamentalis "Sutta Utama". 

Baiklah, saya pamit dulu yah.

Offline kardus

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 24
  • Reputasi: -1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« Reply #31 on: 25 January 2015, 09:56:19 AM »
Saya bertanya tentang literatur antar aliran, misalnya Agama Sutra disandingkan dengan Nikaya Pali. Apa yang membuat anda menetapkan "sutta utama" sebagai yang paling dekat dengan kata-kata Buddha?
Awal postingan saya adalah mengomentari aliran burma - menyandingkan sutta/nikaya utama dgn kitab komentar visuddhimagga. Namun sekarang anda melebar membawa2 Agama Sutra yg selevel dgn sutta/nikaya utama (Nikaya Pali). Dari awal saya membandingkan yg tdk selevel, lalu anda membandingkan yg selevel - yg hampir sama, sutta utama juga cuma beda bahasa. Agak tdk nyambung tapi tdk apa2, tetap saya ladeni.
"The āgamas have been compared to the Pali Canon's nikayas by contemporary scholars in an attempt to identify possible changes and root phrasings." [en.wikipedia.org/wiki/Āgama_(Buddhism)#History]
Sutta utama telah dijadikan sbg acuan perbandingan. Itu menandakan sutta utama lebih autentik.

Quote from: K.K.
Cukup lucu bagi saya tampaknya anda menganggap "sutta utama" adalah omongan Buddha sedangkan komentar adalah "omongan orang lain yang mengomentari sutta utama", sementara pada kenyataannya baik "sutta utama" dan "komentar" adalah warisan secara oral para bhikkhu di saat yang bersamaan dari sumber yang sama. Bedanya semua yang merupakan khotbah (Buddha ataupun siswa Buddha) dimasukkan ke sutta, dan yang merupakan penjelasan latar belakang dimasukkan ke dalam komentar. Juga sebagian "sutta utama" dan sebagian "komentar" merupakan tambahan belakangan. Tapi baiklah, ini keluar dari topik dan tidak saya bahas.
Pada kenyataannya anda telah memutarbalikkan fakta. Kitab Visuddhimagga sbg contoh kitab komentar, ditulis sekitar 430 masehi, sedangkan sutta utama ada jauh sebelum itu (sekitar 100 sebelum masehi). Anda seenaknya saja mengatakan terjadi di saat yg bersamaan.
Sebelumnya saya sudah pernah mengatakan sutta utama = 4 nikaya utama. Khuddaka Nikaya adalah penambahan belakangan. "yang merupakan penjelasan latar belakang dimasukkan ke dalam komentar" itu maksudnya yg mana perlu dikemukakan contohnya, supaya tdk ada yg menganggap anda sembarangan bicara.

Quote from: K.K.
Bukankah kalau anda juga mengevaluasi diri sendiri, seharusnya tidak terpancing dengan 'kengeyelan' orang lain? Mengapa tampaknya anda gusar dengan kata-katanya? Tapi itu hanya masukan saja yang boleh diabaikan sepenuhnya. Saya tidak ingin membahas konflik antar pribadi kalian.
Saya bukan terpancing tapi mengekspos 'kengeyelan'nya sehingga kelihatan dia cuma bisa cuap2 saja tanpa ada materi objektif, logika pun error. Yah hitung2 buat hiburan juga.

Quote from: K.K.
Oh, saya pikir anda pengikut "sutta utama" yang mengajarkan tidak cepat menilai orang. Menarik juga anda bisa menasihati tentang asumsi orang lain terhadap "Komet" namun tidak anda terapkan sendiri.
Oh, saya bukan menilai orang melainkan cuma menulis apa yg terlihat/terjadi. Memang terlihat jelas kan prasangka buruknya dari kata2nya yg bersifat penyerangan karakter.

Quote from: K.K.
Oh, jadi pertanyaan "apakah komentator bisa lebih benar dari nara sumber?" adalah jawaban dari masalah menentukan "murni" dan "tidak murni" toh. :))
Oh, jangan tertawa dulu, anda salah tangkap. Coba baca lagi reply #23. Pertanyaan yg saya maksud bukan itu tetapi pertanyaan yg saya ajukan terakhir dlm topik subforum theravada berjudul pengertian nibbana. Dari sana nanti bisa sampai ke dasarnya kenapa tdk murni (menyimpang).

Quote from: K.K.
Mungkin anda harus mulai menyerapi kata-kata Ahok untuk diterapkan pada diri sendiri, janganlah melulu ditujukan ke orang lain. Nampaknya literatur Buddhis yang anda ketahui hanya "Sutta utama" dan "komentar" yah? Maaf, saya tidak tertarik membahas jika hanya itu yang anda ketahui.
Kata-kata Ahok hanya keluar kalau logika pengeyel sampai membuat saya tdk habis pikir, kok bisa tdk dipikir dulu, gitu loh.
Anda malah telah ngawur mengatakan sutta utama dan komentar adalah warisan secara oral para bhikkhu di saat yg bersamaan. Secara fakta historis jelas ngawur. Berarti anda justru tdk tahu literatur budhis mengenai sutta utama dan komentar.
Padahal kalau anda cermati, ambil contoh komentaror sepak bola. Setelah terjadi gol barulah dia berkomentar (golnya cantik, dieksekusi dgn mulus, karena kesalahan antisipasi, dsb), mana bisa terjadi pada saat yg bersamaan.

Quote from: K.K.
:)) Ini lebih menjelaskan lagi tentang anda. Tadinya saya pikir anda seorang peneliti yang berwawasan dan mendukung kekritisan terhadap guru-guru aliran tertentu (apakah Myanmar, Thai, Srilanka ataupun lainnya), ternyata hanya seorang fundamentalis "Sutta Utama". 
Ya silahkan kalau anda mendukung guru2 aliran tertentu, tdk ada yg melarang anda, sepenuhnya hak dan pilihan anda. Kalau menurut anda saya adalah fundamentalis atau pro "sutta utama", so what gitu loh!
Guru ini mengatakan begini, guru itu mengatakan begitu, silahkan anda ikuti/percaya saja. Guru yg anda dukung mengajarkan tujuan berlabel nibbana, tapi arahnya ternyata ke laut anda pun ke laut saja. Sudah tenggelam di laut pun anda tdk akan menyadarinya.
Lebih cocok anda masuk agama kr****n saja, karena tdk perlu berpikir, tdk perlu mempertanyakan ajaran, tdk perlu kros-cek, tdk perlu memeriksa ajaran. Mudah, anda cukup percaya saja, cukup iya saja - iya tuhan, iya bapa di surga, iya pak pendeta. Kalau Buddha Dhamma sulit, perlu berpikir, perlu menyelidiki ajaran, perlu menganalisa ajaran, perlu memeriksa ajaran, tdk mudah.

Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« Reply #32 on: 01 February 2015, 06:14:08 PM »
IHA SARIPUTRA RUPAM SUNYATA
SUNYATAIVA RUPAM
RUPANNA PRITHAG SUNYATA
SUNYATAYA NA PRITHAG RUPAM
YA RUPAM SA SUNYATA
YA SUNYATA TAD RUPAM
EVAM EVA VEDANA SAJNA SAMSKHARA VIJNANA

Wahai Sariputra, jasmani (rupa) itu tak lain adalah kosong,
Dan kekosongan itu tak lain dari rupa;
Rupa persisnya adalah kekosongan,
Dan kekosongan persisnya adalah rupa;
Demikian pula dengan perasaan (vedana), pencerapan (sajna), bentuk pikiran (samskhara), dan kesadaran (vijnana).

IHA SARIPUTRA SARVADHARMA SUNYATA LAKSHANA
ANUTPANNA ANIRUDHA
AMALA NA AVIMALA
NONA NA PARIPURNAH

Wahai Sariputra, semua dharma ditandai dengan kekosongan;
Tidak lahir tidak juga musnah,
Tidak murni tidak juga tercemar,
Tidak bertambah tidak juga berkurang.

Sumber: Prajna Paramita Sutra

gandalf bisa menjelaskan arti cuplikan diatas.


Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« Reply #33 on: 07 February 2015, 05:33:49 AM »
Semuanya menunggu gandalf elder, untuk diskusi sama sama
Mengenai cuplikan sutra hati ini.
Sekalian diskusi beberapa sutra yg lain.


Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« Reply #34 on: 16 February 2015, 10:49:02 PM »
rupa adalah sunyata

jika sakayaditti1 kendur
apa persoalannya jika rupa bukan sunyata.

Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« Reply #35 on: 16 March 2015, 02:39:51 AM »

Wahai Sariputra, sajna(pencerapan) itu tak lain adalah kosong,
Dan kekosongan itu tak lain dari pencerapan;
pencerapan persisnya adalah kekosongan,
Dan kekosongan persisnya adalah pencerapan

Wahai Sariputra, semua dharma ditandai dengan kekosongan;
Tidak lahir tidak juga musnah,
Tidak murni tidak juga tercemar,
Tidak bertambah tidak juga berkurang.

Sumber: Prajna Paramita Sutra


at closed eyes

daripada menggunakan perumpamaan lingkaran putih dan hitam
bagaimana jika dengan cermin air
melihat bayangan sendiri di air yg tenang.

gambarnya jelas, dan itulah apa yg disebut bayangan pencerapan apa adanya.

airnya mesti tenang.


Offline kumara2

  • Warning: Betet detected!
  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 42
  • Reputasi: -2
Re: apa artinya cuplikan sutrahati ini
« Reply #36 on: 26 November 2015, 08:15:32 PM »
IHA SARIPUTRA RUPAM SUNYATA
SUNYATAIVA RUPAM
RUPANNA PRITHAG SUNYATA
SUNYATAYA NA PRITHAG RUPAM
YA RUPAM SA SUNYATA
YA SUNYATA TAD RUPAM
EVAM EVA VEDANA SAJNA SAMSKHARA VIJNANA

Wahai Sariputra, jasmani (rupa) itu tak lain adalah kosong,
Dan kekosongan itu tak lain dari rupa;
Rupa persisnya adalah kekosongan,
Dan kekosongan persisnya adalah rupa;
Demikian pula dengan perasaan (vedana), pencerapan (sajna), bentuk pikiran (samskhara), dan kesadaran (vijnana).

IHA SARIPUTRA SARVADHARMA SUNYATA LAKSHANA
ANUTPANNA ANIRUDHA
AMALA NA AVIMALA
NONA NA PARIPURNAH

Wahai Sariputra, semua dharma ditandai dengan kekosongan;
Tidak lahir tidak juga musnah,
Tidak murni tidak juga tercemar,
Tidak bertambah tidak juga berkurang.

Sumber: Prajna Paramita Sutra

1.Apa yg timbul dipikiran adalah seperti air mengalir.
2.kemudian baca ulang sutra diatas.
selama belum bisa pasal1, jangan mengartikannya dengan langsung. Pasti bingung.