//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: tradisi pai cheng bu  (Read 52511 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
tradisi pai cheng bu
« on: 27 August 2011, 10:56:28 AM »
mohon bimbingan dari para senior.

saya seorang ayah, sekarang anak saya sudah genap berusia 1 tahun 1 bulan

menurut tradisi tionghoa, mama dan papa saya mengajarkan saya yang punya momongan untuk "pai cheng bu" pada setiap bulan tepat pada tanggal kelahiran anak saya.
menurut kepercayaan, "cheng bu" adalah pelindung, pembimbing yang menjaga bagi bayi kita. mungkin di dunia barat istilah "cheng bu" di namakan "ibu peri" (mohon koreksi bila salah)

jadi dimana pada tanggal kelahiran anak saya, maka saya akan "pai cheng bu"
tempat :
di kamar, tepatnya di kasur tempat biasa anak saya tidur.

1 lampu minyak (katanya ada yang pake lilin juga, tapi saya pake lampu minyak)
1 mangkuk nasi + telur
belasan lembar kimcoa + 3 batang hio
1 hiolo
1 kaleng tempat pembakaran kimcoa.

ucapannya kira2 gini :
cheng bu, ini hari 8 gwe 27, anak ini (nama anak saya) sudah berusia 1 tahun 1 bulan. sekarang ini anak semakin nakal, suka memanjat kursi, meja atau sesuatu yang tinggi. engkau harus lebih memperhatikan dan menjaga kala kami lengah.  jangan sampai ini anak jatuh dan terluka.
juga engkau harus jaga supaya ini anak bobo dengan nyenyak pada malam, dan bermain dengan gembira pada siang.
ini ada sedikit nasi, makan lah. juga ada sedikit kimcoa untuk engkau.

setelah itu bakar kimcoa, setelah kimcoa padam simpan nasi, lampu minyak dan hiolo.

dan sampai hari ini saya meyakininya, dan mempraktikkannya tanpa alpa.

sebagai informasi, dalam pai cheng bu kita tidak boleh meminta "po pi", lebih tepatnya kita menyuruh bukan memohon. konon katanya cheng bu adalah bertugas menjaga anak, jadi kita tidak memohon tapi mengingatkan. seperti ucapan saya diatas yang mengingatkan bahwa anak ini sudah pandai memanjat kursi, meja dan lainnya yang cukup berbahaya, jadi kita kudu ngingatkan pada cheng bu supaya lebih fokus buat jaga anaknya. anaknya? ya dalam pengertian disini anak kita juga adalah anaknya cheng bu. so kita tidak boleh memohon hanya mengingatkan.

mungkin bagi sebagian orang ini terdengar lucu, tapi jika anda tionghoa yang hidup di sekitar Provinsi Riau tentu sudah tidak asing lagi dengan ini. saya tidak tau kebiasaan atau kepercayaan atau tradisi ini ditempat lain apakah ada atau tidak?

pertanyaannya. bagaimanakah pandangan Buddhisme mengenai PAI CHENG BU ?
apakah dari para DC-ers pernah atau mengetahui mengenai tradisi ini? mohon sharenya.
lanjut, apa dengan tetap menjalankan tradisi pai cheng bu saya melenceng dari ajaran Buddha?

sekali lagi mohon bimbingan dari para senior
 _/\_ _/\_ _/\_ _/\_

Offline Sunce™

  • Sebelumnya: Nanda
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.350
  • Reputasi: 66
  • Gender: Male
  • Nibbana adalah yang Tertinggi
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #1 on: 27 August 2011, 11:17:05 AM »
tidak ada dalam ajaran buddha hal itu, lebih baik mengandalkan diri sendiri dengan berbuat baik daripada makhluk lain yang tidak kelihatan.

kalo melenceng, mungkin lebih tepat anda tidak sedang menjalankan ajaran buddha, tapi ajaran turun temurun.


Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #2 on: 27 August 2011, 11:32:19 AM »
tidak ada dalam ajaran buddha hal itu, lebih baik mengandalkan diri sendiri dengan berbuat baik daripada makhluk lain yang tidak kelihatan.

kalo melenceng, mungkin lebih tepat anda tidak sedang menjalankan ajaran buddha, tapi ajaran turun temurun.

terima kasih atas jawabannya.

jadi kesimpulannya itu adalah tradisi ajaran turun temurun dari leluhur, dan karena bukan bagian dari ajaran Buddha makanya tidak bisa disebut melenceng.
tapi jika itu dilakukan oleh saya yang juga berusaha menjalankan ajaran Buddha, apa saya masih bisa disebut sebagai murid dari guru besar Sidarta Gautama?

Offline Sunce™

  • Sebelumnya: Nanda
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.350
  • Reputasi: 66
  • Gender: Male
  • Nibbana adalah yang Tertinggi
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #3 on: 27 August 2011, 11:40:05 AM »
kalo sudah mengucapkan tisarana berati sudah menjadi upasaka.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #4 on: 27 August 2011, 11:48:13 AM »
itu melenceng dari ajaran Buddha, ajaran Buddha dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan mengajarkan pandangan benar, dan yg anda lakukan itu adalah praktik pandangan salah bahwa ada sosok pelindung yg melindungi anak anda.

Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #5 on: 27 August 2011, 11:56:43 AM »
kalau kata kakao yang dari Tridharma, gpp lakukan aja selama itu masih tidak memberatkan kamu, karena yang sayang itu nanti tradisinya hilang dengan sendiri kl tdk diteruskan,..lama-lama akan menjadi Budhhist yang exstreem,..melarang, tidak boleh, dan sebagainya, umat Buddha adalah umat pembelajar, sebagaimana tujuan anda, kalau itu bermanfaat, walaupun kecil, atau bisa membuat anggota keluarga berkumpul, lakukanlah, tapi liat makna setiap upacara itu, Nabi Khong Hu Cu berkata :"bukan mahal dan meriahnya yang didilihat, namun makna yang terkandung didalamnya, makna upacara dan tradisinya yang disayangkan !" ketika itu Nabi ditanya tentang boleh tidaknya kita melakukan suatu upacara tertentu. ;D
mungkin kakao kurang dalem memahami, tapi berusaha untuk menjawab
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #6 on: 27 August 2011, 12:09:58 PM »
kalau kata kakao yang dari Tridharma, gpp lakukan aja selama itu masih tidak memberatkan kamu, karena yang sayang itu nanti tradisinya hilang dengan sendiri kl tdk diteruskan,..lama-lama akan menjadi Budhhist yang exstreem,..melarang, tidak boleh, dan sebagainya, umat Buddha adalah umat pembelajar, sebagaimana tujuan anda, kalau itu bermanfaat, walaupun kecil, atau bisa membuat anggota keluarga berkumpul, lakukanlah, tapi liat makna setiap upacara itu, Nabi Khong Hu Cu berkata :"bukan mahal dan meriahnya yang didilihat, namun makna yang terkandung didalamnya, makna upacara dan tradisinya yang disayangkan !" ketika itu Nabi ditanya tentang boleh tidaknya kita melakukan suatu upacara tertentu. ;D
mungkin kakao kurang dalem memahami, tapi berusaha untuk menjawab

awalnya juga saya tidak ngerti apa2, saya menjalankannya juga karena di sarankan oleh para senior dalam keluarga termasuk papa dan mama.
tapi setelah menjalankannya saya jadi tentram lho... mungkin cuman sugesti bahwa dengan begitu anak saya juga dilindungi oleh sesuatu yang laen selain saya dan istri sebagai orang tua.
lagian dalam asumsi saya mungkin Chengbu disini berasal dari alam lain, mungkin karena jodoh atau karma baik saya bisa dibantu oleh sesuatu dari alam lain.
apa pengertian saya yang begini adalah salah?

mohon bimbingan  _/\_ _/\_ _/\_

Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #7 on: 27 August 2011, 12:34:00 PM »
awalnya juga saya tidak ngerti apa2, saya menjalankannya juga karena di sarankan oleh para senior dalam keluarga termasuk papa dan mama.
tapi setelah menjalankannya saya jadi tentram lho... mungkin cuman sugesti bahwa dengan begitu anak saya juga dilindungi oleh sesuatu yang laen selain saya dan istri sebagai orang tua.
lagian dalam asumsi saya mungkin Chengbu disini berasal dari alam lain, mungkin karena jodoh atau karma baik saya bisa dibantu oleh sesuatu dari alam lain.
apa pengertian saya yang begini adalah salah?

mohon bimbingan  _/\_ _/\_ _/\_
nggak nggak ada yang salah, Buddha mengetahui adanya 31 alam kehidupan dan kadang masih bersinggungan dengan alam manusia, jadi kalau anda melihat sisi Buddhisme, bukan tidak mungkin adanya makhluk alam lain yang ikut membantu menjaga anak anda, bisa saja leluhur atau sebagainya, kalau anda sdh tentram melakukan itu, ya teruskan saja, dan yakini, karena kekuatan keyakinan anda itu akan menimbulkan Kamma anda dan kamma leluhur2 anda untuk selalu bisa menjaga anda dan keluarga anda, juga apakah jika anda menentang papa dan mama anda anda pasti akan menerima kekecewaankan? ada pepatah dan nasehat dari orang tua terdahulu "melakukan kebaikan apapun kalau nggak "Hom mia"(melakukan bakti termasuk mendengarkan perkataannya) sama Orang tua nggak akan munggah(mencapai tujuan) karena kakao cina benteng taunya pepatah cina benteng ;D anda termasuk orang yang membahagikan orangtua ;D
yang salah itu kalau kita menyembahyangi, terus,memohon orang lain celaka, trus adanya tumbal makhluk lain, itu baru dikatakan salah pandangan, kl cuma semacam sugesti dan kepercayaan, itu tidak salah, kalau nggak percaya, tanyalah orang2tua dulu atau ahli2 hong sui, karena memang mereka khusus melakukan itu, tapi kl anak2 muda jaman sekarang jarang sekali yang tau tradisi-tradisi yang ada, kadang demi ringkasnya sering di skip, misalnya persembahyangan saja, kl adat tionghoa itu ada bandeng, ayam, dll, itu sebenarnya hanyalah simbol dan penuh makna, jadi orang sdh tau yng meninggal siapa? orang tua atau anak muda, jd nggak perlu tanya2 lagi, bukannya diganti dengan fred chicken yang lebih praktis dll,.waduh salah kaprah
udah ah,.wwkkwkkwk kayak engkong2 kakao menjelaskannya terlalu kolot, ;D :whistle:
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline Pikochan_chan

  • Sebelumnya: Good Listener
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 232
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
  • Welcome at Jungle
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #8 on: 27 August 2011, 12:56:16 PM »
nggak nggak ada yang salah, Buddha mengetahui adanya 31 alam kehidupan dan kadang masih bersinggungan dengan alam manusia, jadi kalau anda melihat sisi Buddhisme, bukan tidak mungkin adanya makhluk alam lain yang ikut membantu menjaga anak anda, bisa saja leluhur atau sebagainya, kalau anda sdh tentram melakukan itu, ya teruskan saja, dan yakini, karena kekuatan keyakinan anda itu akan menimbulkan Kamma anda dan kamma leluhur2 anda untuk selalu bisa menjaga anda dan keluarga anda, juga apakah jika anda menentang papa dan mama anda anda pasti akan menerima kekecewaankan? ada pepatah dan nasehat dari orang tua terdahulu "melakukan kebaikan apapun kalau nggak "Hom mia"(melakukan bakti termasuk mendengarkan perkataannya) sama Orang tua nggak akan munggah(mencapai tujuan) karena kakao cina benteng taunya pepatah cina benteng ;D anda termasuk orang yang membahagikan orangtua ;D
yang salah itu kalau kita menyembahyangi, terus,memohon orang lain celaka, trus adanya tumbal makhluk lain, itu baru dikatakan salah pandangan, kl cuma semacam sugesti dan kepercayaan, itu tidak salah, kalau nggak percaya, tanyalah orang2tua dulu atau ahli2 hong sui, karena memang mereka khusus melakukan itu, tapi kl anak2 muda jaman sekarang jarang sekali yang tau tradisi-tradisi yang ada, kadang demi ringkasnya sering di skip, misalnya persembahyangan saja, kl adat tionghoa itu ada bandeng, ayam, dll, itu sebenarnya hanyalah simbol dan penuh makna, jadi orang sdh tau yng meninggal siapa? orang tua atau anak muda, jd nggak perlu tanya2 lagi, bukannya diganti dengan fred chicken yang lebih praktis dll,.waduh salah kaprah
udah ah,.wwkkwkkwk kayak engkong2 kakao menjelaskannya terlalu kolot, ;D :whistle:

Betul….betul….betul anjuran Shifu Cacao ;)
:) Selama Koko Rico merasa bahwa tradisi pai cheng bu member sugesti yg positif & tdk merugikan makhluk lain, lakukanlah sebagai tradisi dalam Keluarga Koko Rico…..(tp jgn sampai meninmbulkan kemelekatan yg blind ;) )
:) Selain itu ada baiknnya jika Koko melakukan pelimpahan jasa atas nama Putra Koko(hny saran) dgn mekakukan kebajikan yg buah kamma baiknya dilimpahkan kpd Anak Koko Rico ;)
:) Dengan melakukan hal tersebut, sdh sewajarnnya jika Makhluk lain akan membantu melindungi Putra Koko (Ex: Para Dewa)
:) Semoga berkenaan & bermanfaat
;) Siyuegen Shifu Cacao & Koko Rico

_/\_ SSBS


Offline Dhammapada

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 142
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
  • Semangat Dalam Dhamma
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #9 on: 27 August 2011, 10:20:36 PM »
menurut saya , tidak salah , dlm buddhis tdk ad dikatakan setelah kt mengikuti buddhis kt membuang semua tradis-tradisi kt. namun kt boleh menjalankan tradisi-tradisi kt yg baik.dlm buddhis ad namnya alam dewa, dan dalam banyak cerita buddhis dewa juga dapat membantu manusia :), namun kt ttp ingat hukum karma, apa yg kt perbuat baik tentu hasilnya baik.
“Jikalau Tuhan adalah penyebab dari semua yang terjadi, apalah gunanya usaha keras/pengorbanan manusia?”

[Asvaghosa, Buddha-carita 9, 53]

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #10 on: 27 August 2011, 10:23:59 PM »
'umat tetangga' juga sama asal tidak merugikan pihak ke 3. Semua tidak masalah

yang bermasalah adalah anda2 menjalankan praktek pandangan salah terus menerus.
kalau pandangan salah terus dilakoni.
kapan maju akan pandangan benar ?
sekarang ini ajaran Buddha Gotama masih eksis lho, kapan lagi kalau tidak sekarang praktek 'benar'
 _/\_

arigato
« Last Edit: 27 August 2011, 10:31:55 PM by sukuhong »

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #11 on: 27 August 2011, 10:30:56 PM »
salah ucap jadi 'pai tu bo' (sembahyang babi betina)  =)) =)) =))

Offline JackDaniel

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 824
  • Reputasi: 24
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #12 on: 27 August 2011, 11:09:31 PM »
kalo bagi ane sih ga masalah kalo ikut tradisi, secara ane sih lebih ke pandangan Theravada tp ane sih keturunan tionghoa,
dan saya juga menghormati tradisi yg di temurunkan leluhur saya. karena saya pkir sayang sekali kalo tradisi2 yg di jalankan leluhur saya sampai orang tua saya lenyap begitu saja. jd ya tetap jalankan aja, asal jgn merugikan org lain :)
"Karena pandangan yang salah orang bodoh menghina ajaran mulia, orang suci dan orang bijak. Ia akan menerima akibatnya yang buruk, seperti rumput kastha yang berbuah hanya untuk menghancurkan dirinya sendiri".

DHAMMAPADA, syair 164

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #13 on: 27 August 2011, 11:13:55 PM »
Kalau pertanyaannya adalah apakah melenceng dari ajaran Buddha, saya pribadi mengatakan ya.

Sang Buddha jelas menyampaikan dalam Tipitaka:
“Semua mahluk hidup mempunyai kamma sebagai milik mereka, mewarisi kammanya sendiri, lahir dari kammanya sendiri, berhubungan dengan kammanya sendiri, dilindungi oleh kammanya sendiri. Kamma itulah yang membedakan makhluk hidup dalam keadaan rendah atau tinggi." (Majjhima Nikaya 135)

Dan maaf bagi mereka penghayat tradisi ini, dengan mengucapkan kalimat pada tradisi pai cheng bu seperti tersebut di atas:
“cheng bu, ini hari 8 gwe 27, anak ini (nama anak saya)……”

Maka seseorang akan cenderung menyalahkan pihak lain atas apa yang terjadi pada dirinya / si anak. Saat si anak jatuh dari tempat tidur, orang tua akan cenderung menyalahkan “ibu peri” karena dianggap lalai. Padahal orang tuanya sendiri yang lupa untuk menutup pagar tempat tidur bayinya. Hal ini tidaklah mendidik bagi orang tua itu sendiri karena berusaha menghindar dari tanggung jawab dan menurunkan kewaspadaan.

Perilaku menyalahkan pihak lain yang dilakukan orang tua cepat atau lambat akan ditiru oleh anaknya khususnya ketika sudah beranjak balita. Salah satu contoh kasus adalah saat si anak tersandung kaki kursi dan menangis, orang tua menyalahkan kursi dengan memukul kursi tersebut. Ini adalah pendidikan yang buruk bagi anak-anak yang kelak nantinya mereka tidak mau menerima kesalahan yang telah mereka perbuat, justru cenderung menyalahkan orang lain atas perbuatan salah yang mereka lakukan.

Jika ditanya apakah boleh melakukan tradisi tersebut? Tidak ada larangan maupun anjuran dalam ajaran Buddha mengenai tradisi tersebut. Tapi sebagai Buddhis yang dikatakan sebagai umat yang pembelajar maka perlu menelaah kemanfaatan tradisi tersebut bukan hanya sekedar makna yang terkandung di dalamnya. Jika dikira tidak bermanfaat dan perlu ditinggalkan , ya tinggalkan, dan kita tidaklah akan menjadi orang yang ekstrem saat meninggalkan sesuatu yang memang tidak bermanfaat.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #14 on: 28 August 2011, 09:23:47 AM »
Kalau pertanyaannya adalah apakah melenceng dari ajaran Buddha, saya pribadi mengatakan ya.

Sang Buddha jelas menyampaikan dalam Tipitaka:
“Semua mahluk hidup mempunyai kamma sebagai milik mereka, mewarisi kammanya sendiri, lahir dari kammanya sendiri, berhubungan dengan kammanya sendiri, dilindungi oleh kammanya sendiri. Kamma itulah yang membedakan makhluk hidup dalam keadaan rendah atau tinggi." (Majjhima Nikaya 135)

Dan maaf bagi mereka penghayat tradisi ini, dengan mengucapkan kalimat pada tradisi pai cheng bu seperti tersebut di atas:
“cheng bu, ini hari 8 gwe 27, anak ini (nama anak saya)……”

Maka seseorang akan cenderung menyalahkan pihak lain atas apa yang terjadi pada dirinya / si anak. Saat si anak jatuh dari tempat tidur, orang tua akan cenderung menyalahkan “ibu peri” karena dianggap lalai. Padahal orang tuanya sendiri yang lupa untuk menutup pagar tempat tidur bayinya. Hal ini tidaklah mendidik bagi orang tua itu sendiri karena berusaha menghindar dari tanggung jawab dan menurunkan kewaspadaan.

Perilaku menyalahkan pihak lain yang dilakukan orang tua cepat atau lambat akan ditiru oleh anaknya khususnya ketika sudah beranjak balita. Salah satu contoh kasus adalah saat si anak tersandung kaki kursi dan menangis, orang tua menyalahkan kursi dengan memukul kursi tersebut. Ini adalah pendidikan yang buruk bagi anak-anak yang kelak nantinya mereka tidak mau menerima kesalahan yang telah mereka perbuat, justru cenderung menyalahkan orang lain atas perbuatan salah yang mereka lakukan.

Jika ditanya apakah boleh melakukan tradisi tersebut? Tidak ada larangan maupun anjuran dalam ajaran Buddha mengenai tradisi tersebut. Tapi sebagai Buddhis yang dikatakan sebagai umat yang pembelajar maka perlu menelaah kemanfaatan tradisi tersebut bukan hanya sekedar makna yang terkandung di dalamnya. Jika dikira tidak bermanfaat dan perlu ditinggalkan , ya tinggalkan, dan kita tidaklah akan menjadi orang yang ekstrem saat meninggalkan sesuatu yang memang tidak bermanfaat.


saya kira penjelasan sdr Kelana cukup bagus  :jempol:
jadi bagi yang sudah baca harusnya mengerti
kalau tidak mengerti ya udah lanjut terus namanya juga 'moha'

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #15 on: 28 August 2011, 09:27:52 AM »
kalo bagi ane sih ga masalah kalo ikut tradisi, secara ane sih lebih ke pandangan Theravada tp ane sih keturunan tionghoa,
dan saya juga menghormati tradisi yg di temurunkan leluhur saya. karena saya pkir sayang sekali kalo tradisi2 yg di jalankan leluhur saya sampai orang tua saya lenyap begitu saja. jd ya tetap jalankan aja, asal jgn merugikan org lain :)

semoga anda bisa mengerti sesudah baca tulisan sdr Kelana
jangan bodoh batin nya

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #16 on: 28 August 2011, 01:13:12 PM »
lebih baik bila di bacakan "Kariniya metta sutta" dah, ingat kan asal muasal kariniya metta sutta karena ada dewi pohon yang  sedih karena anak nya di lukai manusia.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #17 on: 01 September 2011, 09:05:52 AM »
wow....

terima kasih sekali atas tanggapan para senior DC, dengan begini saya semakin mengerti.

jadi sekarang saya mengambil kesimpulan bahwa tradisi tersebut gak apa2 kalau tetap dijalankan, tapi juga tidak apa2 kalau ditinggalkan. asal kita rujuk ke segi positifnya aja.

menurut saya tradisi ini akan susah dihilangkan, begini, bagi kami disini keharusan menjalankan tradisi ini adalah hal yang wajib.
jika tidak andaikan terjadi sesuatu pada anak (sakit, jatuh, rewel, dll), maka kita sebagai orang tua yang akan disalahkan karena tidak mau mendengarkan saran dari orang tua. dan hanya dengan menjalankan secara patuh pada tradisi ini lah yang akan membuat orang tua kita (kakek dan nenek dari si anak) senior2 dalam keluarga akan merasa nyaman dan lebih tentram.

walau sekarang saya ketahui bahwa tidak ada manfaatnya tradisi ini dijalankan maksud saya bahwa saya yakin tidak ada sosok apapun yang akan melindungi anak kita atau kita sendiri selain dari karma diri sendiri, tapi namun jika dengan menjalankannya saya bisa membuat kedua orang tua saya dan senior2 dalam keluarga menjadi nyaman dan tentram, well kenapa tidak. menurut saya itu cukup positif.

bayangkan akan betapa kawatirnya papa mama saya jika saya meninggalkan tradisi pai cheng bu ini, pasti papa dan mama akan sedih dan berkawatir tiap hari memikirkan cucunya. karena menurut kapercayaan mereka yang sudah mendarah daging, Cheng Bu mutlak ada dan merupakan sosok penjaga anak kecil. so bagi mereka tradisi ini juga mutlak harus ada.

ini ada cerita, pada suatu waktu anak saya kebetulan sangat rewel. saya tidak tahu kenapa. mungkin sakit perut atau apa atau tidak nyaman akan sesuatu. nah waktu saya kabari ke nenek dan kakeknya, mereka langsung memvonis "kamu gak pai cheng bu ya?"

so saya putuskan akan tetap menjalankannya. apakah begitu lebih baik?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #18 on: 01 September 2011, 09:26:18 AM »
wow....

terima kasih sekali atas tanggapan para senior DC, dengan begini saya semakin mengerti.

jadi sekarang saya mengambil kesimpulan bahwa tradisi tersebut gak apa2 kalau tetap dijalankan, tapi juga tidak apa2 kalau ditinggalkan. asal kita rujuk ke segi positifnya aja.

menurut saya tradisi ini akan susah dihilangkan, begini, bagi kami disini keharusan menjalankan tradisi ini adalah hal yang wajib.
jika tidak andaikan terjadi sesuatu pada anak (sakit, jatuh, rewel, dll), maka kita sebagai orang tua yang akan disalahkan karena tidak mau mendengarkan saran dari orang tua. dan hanya dengan menjalankan secara patuh pada tradisi ini lah yang akan membuat orang tua kita (kakek dan nenek dari si anak) senior2 dalam keluarga akan merasa nyaman dan lebih tentram.

walau sekarang saya ketahui bahwa tidak ada manfaatnya tradisi ini dijalankan maksud saya bahwa saya yakin tidak ada sosok apapun yang akan melindungi anak kita atau kita sendiri selain dari karma diri sendiri, tapi namun jika dengan menjalankannya saya bisa membuat kedua orang tua saya dan senior2 dalam keluarga menjadi nyaman dan tentram, well kenapa tidak. menurut saya itu cukup positif.

bayangkan akan betapa kawatirnya papa mama saya jika saya meninggalkan tradisi pai cheng bu ini, pasti papa dan mama akan sedih dan berkawatir tiap hari memikirkan cucunya. karena menurut kapercayaan mereka yang sudah mendarah daging, Cheng Bu mutlak ada dan merupakan sosok penjaga anak kecil. so bagi mereka tradisi ini juga mutlak harus ada.

ini ada cerita, pada suatu waktu anak saya kebetulan sangat rewel. saya tidak tahu kenapa. mungkin sakit perut atau apa atau tidak nyaman akan sesuatu. nah waktu saya kabari ke nenek dan kakeknya, mereka langsung memvonis "kamu gak pai cheng bu ya?"

so saya putuskan akan tetap menjalankannya. apakah begitu lebih baik?

jika itu adalah demi orang tua, tentu saja hal itu boleh anda lakukan, yang penting anda sendiri sudah memahami bahwa tindakan itu hanya sekedar untuk menenangkan orang tua anda, bukan untuk perlindungan anak anda. minimal anda sudah memiliki pandangan benar di sini.

tapi ada hal lain lagi yang bisa anda lakukan yang bermanfaat sangat besar bagi orang tua anda, yaitu dengan berusaha meluruskan pandangan orang tua anda. memperkenalkan Dhamma kepada orang tua anda, sampai mereka berkeyakinan pada Tiratana, menjalankan Pancasila Buddhis, dan sebagainya. hal ini mungkin akan menjadi tugas yg sangat berat bagi anda. tapi ini adalah wujud bakti yang sangat besar jasanya bagi anda dan juga bermanfaat besar bagi orang tua anda. apalagi jika anda membandingkan dengan bakti versi anda dengan cara mengikuti nasehat2 yang berasal dari pandangan keliru orang tua anda, manakah yang lebih baik?

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #19 on: 01 September 2011, 11:12:22 AM »
jika itu adalah demi orang tua, tentu saja hal itu boleh anda lakukan, yang penting anda sendiri sudah memahami bahwa tindakan itu hanya sekedar untuk menenangkan orang tua anda, bukan untuk perlindungan anak anda. minimal anda sudah memiliki pandangan benar di sini.

tapi ada hal lain lagi yang bisa anda lakukan yang bermanfaat sangat besar bagi orang tua anda, yaitu dengan berusaha meluruskan pandangan orang tua anda. memperkenalkan Dhamma kepada orang tua anda, sampai mereka berkeyakinan pada Tiratana, menjalankan Pancasila Buddhis, dan sebagainya. hal ini mungkin akan menjadi tugas yg sangat berat bagi anda. tapi ini adalah wujud bakti yang sangat besar jasanya bagi anda dan juga bermanfaat besar bagi orang tua anda. apalagi jika anda membandingkan dengan bakti versi anda dengan cara mengikuti nasehat2 yang berasal dari pandangan keliru orang tua anda, manakah yang lebih baik?

benar yang ini saya juga sangat setuju. tapi tingkat kesulitannya sangat tinggi.

begini, dalam pandangan masyarakat tionghoa di daerah saya berasal sangat lah menitik beratkan bahwa para senior, orang tua dan para tetua selalu benar dalam pandangan mengenai kepercayaan. mereka dianggap lebih berpengalaman, lebih kenyang asam garam, omongannya dalam kasus tertentu hampir bagai perintah dalam militer.
jangan banyak tanya, jangan protes, cukup laksanakan dengan taat. dengan pengertian hal tersebut adalah untuk kebaikan para juniornya. baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
nah kata-kata dari para junior hanya berlaku untuk IPTEK saja, misal kasih tau cara pake handphone, kasih saran cara pake kulkas yang bener, kasih saran perawatan dan penggunaan kompor gas, dll
tapi jika mengenai hal yang berhubungan dengan kepercayaan, NO..!!!!!! kata2 junior yang mencoba mengenalkan dharma ato vihara ke para senior, orang tua dan tetua bisa dianggap keterlaluan dan jumawa.

gimana ya saya menjelaskannya, tapi kira2 begini:

"saya lebih kenyang asam garam, sebelum kamu lahir saya sudah tau makna kehidupan. jadi tolong jangan ajari saya mengenai bagaimana saya harus menjalankan kehidupan ini, dharma? apa itu? ajaran sang buddha? kamu mo jadi biksu ya? hidup itu yang penting kamu percaya pada para dewa , mohon rezeki, jangan lakukan kejahatan, mencuri, berkelahi, bla bla... menghormati/berbakti pada orang tua, menghormati leluhur, bla bla... niscaya kamu akan menjalani kehidupan yang baik"

"anak kecil jangan banyak omong, kamu anggap kamu lebih pintar ya? jangan mentang2 kamu sudah besar sekarang berbalik ngajarin saya mengenai ini itu. ingat waktu kamu belum bisa apa2 semua kami yang ajarin kamu"

"anak durhaka!!! dharma? sang buddha? sekalian aja kamu jadi hwesio (bikhu), ciak chai (vege), gak pegang Hio, nanti kalau saya mati kamu jangan datang sembahyang. sekalian kamu jangan sembahyang leluhur"

gitu lho susahnya.
dan jangan anggap saya ngarang cerita atas ucapan-ucapan diatas. ini realita didaerah saya.
di sini ada pengertian yang salah, bilamana ada anak yang rajin ke Vihara dan ngomongin mengenai dharma ato minimal sejarah hiduo sidharta gautama maka orang tuanya akan bersusah hati dan kadang sampe marah. karena ada pendapat miring, ntar klo tiap hari ke Vihara bisa2 itu anak jadi fanatik dan akan meninggalkan keluarga.
gak pegang hio, alias gak sembahyang leluhur lagi, menjadi seorang vegetarian yang sangat fanatik, bla bla bla...

makanya disini kami sebagai orang yang belajar dharma justru gak pernah menceritakan dharma pada orang tua.
ironis ya? padahal jika bisa mengenalkan dharma pada orang tua itu akan sangat baik sekali.
kejadian ini tidak hanya tejadi pada saya saja, hampir semua teman2 mengalami kesulitan dan bahkan tidak bisa sama sekali mengenalkan dharma pada orang tuanya sendiri.

nah tradisi turun temurun dari para leluhur yang kuat dan yang mendarah daging sukar sekali bila ditembus dengan omongan dari luar pelaku tradisi itu sendiri.

Offline Pikochan_chan

  • Sebelumnya: Good Listener
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 232
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
  • Welcome at Jungle
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #20 on: 01 September 2011, 11:55:12 AM »
benar yang ini saya juga sangat setuju. tapi tingkat kesulitannya sangat tinggi.

begini, dalam pandangan masyarakat tionghoa di daerah saya berasal sangat lah menitik beratkan bahwa para senior, orang tua dan para tetua selalu benar dalam pandangan mengenai kepercayaan. mereka dianggap lebih berpengalaman, lebih kenyang asam garam, omongannya dalam kasus tertentu hampir bagai perintah dalam militer.
jangan banyak tanya, jangan protes, cukup laksanakan dengan taat. dengan pengertian hal tersebut adalah untuk kebaikan para juniornya. baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
nah kata-kata dari para junior hanya berlaku untuk IPTEK saja, misal kasih tau cara pake handphone, kasih saran cara pake kulkas yang bener, kasih saran perawatan dan penggunaan kompor gas, dll
tapi jika mengenai hal yang berhubungan dengan kepercayaan, NO..!!!!!! kata2 junior yang mencoba mengenalkan dharma ato vihara ke para senior, orang tua dan tetua bisa dianggap keterlaluan dan jumawa.

gimana ya saya menjelaskannya, tapi kira2 begini:

"saya lebih kenyang asam garam, sebelum kamu lahir saya sudah tau makna kehidupan. jadi tolong jangan ajari saya mengenai bagaimana saya harus menjalankan kehidupan ini, dharma? apa itu? ajaran sang buddha? kamu mo jadi biksu ya? hidup itu yang penting kamu percaya pada para dewa , mohon rezeki, jangan lakukan kejahatan, mencuri, berkelahi, bla bla... menghormati/berbakti pada orang tua, menghormati leluhur, bla bla... niscaya kamu akan menjalani kehidupan yang baik"

"anak kecil jangan banyak omong, kamu anggap kamu lebih pintar ya? jangan mentang2 kamu sudah besar sekarang berbalik ngajarin saya mengenai ini itu. ingat waktu kamu belum bisa apa2 semua kami yang ajarin kamu"

"anak durhaka!!! dharma? sang buddha? sekalian aja kamu jadi hwesio (bikhu), ciak chai (vege), gak pegang Hio, nanti kalau saya mati kamu jangan datang sembahyang. sekalian kamu jangan sembahyang leluhur"

gitu lho susahnya.
dan jangan anggap saya ngarang cerita atas ucapan-ucapan diatas. ini realita didaerah saya.
di sini ada pengertian yang salah, bilamana ada anak yang rajin ke Vihara dan ngomongin mengenai dharma ato minimal sejarah hiduo sidharta gautama maka orang tuanya akan bersusah hati dan kadang sampe marah. karena ada pendapat miring, ntar klo tiap hari ke Vihara bisa2 itu anak jadi fanatik dan akan meninggalkan keluarga.
gak pegang hio, alias gak sembahyang leluhur lagi, menjadi seorang vegetarian yang sangat fanatik, bla bla bla...

makanya disini kami sebagai orang yang belajar dharma justru gak pernah menceritakan dharma pada orang tua.
ironis ya? padahal jika bisa mengenalkan dharma pada orang tua itu akan sangat baik sekali.
kejadian ini tidak hanya tejadi pada saya saja, hampir semua teman2 mengalami kesulitan dan bahkan tidak bisa sama sekali mengenalkan dharma pada orang tuanya sendiri.

nah tradisi turun temurun dari para leluhur yang kuat dan yang mendarah daging sukar sekali bila ditembus dengan omongan dari luar pelaku tradisi itu sendiri.

 :) Tunjukanlah melalui Perbuatan Kebajikan Koko Rico secara langsung dan berharaplah agar PapaMama Koko dpt menyadari Pandangan Benar ttg tradisi tersebut(perbuatan langsung cenderung lbh mempengaruhi hati sanubari seseorang daripada sekedar anjuran/nasihat lisan)

 _/\_ Lakukan secara berulang-ulang bagaikan gergaji, sdh sepatutnnya dgn melakukan hal tersebut PaMa Koko dpt meneladani sikap Koko Rico ttg pandangan benar (Namun Koko hny sebatas mempengaruhi, perubahan ttp tergantung pd diri PaMa KoRico)

 :) Berbakti kpd Papa Mama selama Mereka masih hidup jauh lbh bijaksana daripada menyembahyangi Mereka ketika sdh tiada

Intinnya utk menyadarkan seseorang, senantiasalah berlandaskan welas asih & harapan yg baik trhdp Orang tersebut agar dpt berubah menjadi lbh baik (bkn paksaan/kemarahan)

 _/\_ Semoga berkenan & ttplah semangat berjuang utk menyadarkan(pandangan bnr) trhdp Mama Papa Koko Rico....

 _/\_ SSBS
« Last Edit: 01 September 2011, 11:59:25 AM by Pikochan_chan »

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #21 on: 01 September 2011, 02:19:28 PM »
Bro. Rico, klo boleh tau para junior pergi ke vihara namana? Karena tradisi Buddhism apapun juga tetap mengajarkan berbakti pada leluhur, entah lewat Pattidana (Theravada) atau Ullambana (Mahayana) yang erat kaitannya dengan tradisi Tiongkok. Lagipula kenapa vegetarian pun disalahkan? Setahuku umat kelenteng juga banyak yang vegetarian? Hmmm...

Mengikuti tradisi demikian sbeneranya tidka maslaah, asal kita tahu mana yang benar sesuai Dharma. Karena kalau kita tahu, toh tradisi semacam itu paling hanya akan bertahan selama satu generasi. Generasi kita karena sudah tahu otomatis akan berhenti. Tapi kalau mau mengenalkan Dharma bisa banyak cara kok.

Chuanggong atau Chuangmu adalah dewa dewi Taoisme yang dipercaya masyarakat Hokkian mampu memberikan pasangan anak dan mampu menjaga anak. Waktu saya bayi juga pernah diadain sembahyangin kayak gini sama makco-ku...hahaha...

Dalam Sutra Dharani Perlindungan Anak dikatakan bahwa percuma seseorang memohon pada dewa Bintang Utara atau 28 konstelasi untuk menyembuhkan bayi yang sakit, karena yang bsia menyembuhkan hanyalah Buddha. Buddha dalam sutra itu juga mengajarkan bahwa siapapun yang bisa melafal Dharani dalam sutra tersebut maka para Raja Dewa, raja Naga, Raja Yaksha dan lain-lain akan melindungi bayi-nya. Dalam pandangan awam, bukankah lebih hebat dari yang hanya dua dewa saja (Chuangong Chuangmu) menjadi seluruh raja-raja dewata turut melindungi?

Dalam Mahayana Buddhisme, dewi pelindung anak dan penjaga anak bukanlah Chuangmu tetapi dewi Hariti (Gui Zi Mu) yang ada dalam Saddharmapundarika Sutra. Selain itu pelindung anak lainnya adalah Avalokitesvara atau Guanyin (Koyasu Kannon, Zimu Guanyin, Songzi Guanyin). Kalau misalnya ada kesempatan, bisalah mulai jelaskan bahwa sembahyang lebih baik diarahkan pada Avalokitesvara, tidak lagi Chuangmu. Itu kalau anda mau mengenalkan Buddhisme pelan-pelan. Avalokitesvara adalah wakil dari Sangha siswa sang Bhagava. Dan di kalangan masyarakat kelenteng Tionghoa tidak ada yang kesulitan memuja Guanyin.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #22 on: 01 September 2011, 04:24:24 PM »
Bro. Rico, klo boleh tau para junior pergi ke vihara namana? Karena tradisi Buddhism apapun juga tetap mengajarkan berbakti pada leluhur, entah lewat Pattidana (Theravada) atau Ullambana (Mahayana) yang erat kaitannya dengan tradisi Tiongkok. Lagipula kenapa vegetarian pun disalahkan? Setahuku umat kelenteng juga banyak yang vegetarian? Hmmm...

Mengikuti tradisi demikian sbeneranya tidka maslaah, asal kita tahu mana yang benar sesuai Dharma. Karena kalau kita tahu, toh tradisi semacam itu paling hanya akan bertahan selama satu generasi. Generasi kita karena sudah tahu otomatis akan berhenti. Tapi kalau mau mengenalkan Dharma bisa banyak cara kok.

Chuanggong atau Chuangmu adalah dewa dewi Taoisme yang dipercaya masyarakat Hokkian mampu memberikan pasangan anak dan mampu menjaga anak. Waktu saya bayi juga pernah diadain sembahyangin kayak gini sama makco-ku...hahaha...

Dalam Sutra Dharani Perlindungan Anak dikatakan bahwa percuma seseorang memohon pada dewa Bintang Utara atau 28 konstelasi untuk menyembuhkan bayi yang sakit, karena yang bsia menyembuhkan hanyalah Buddha. Buddha dalam sutra itu juga mengajarkan bahwa siapapun yang bisa melafal Dharani dalam sutra tersebut maka para Raja Dewa, raja Naga, Raja Yaksha dan lain-lain akan melindungi bayi-nya. Dalam pandangan awam, bukankah lebih hebat dari yang hanya dua dewa saja (Chuangong Chuangmu) menjadi seluruh raja-raja dewata turut melindungi?

Dalam Mahayana Buddhisme, dewi pelindung anak dan penjaga anak bukanlah Chuangmu tetapi dewi Hariti (Gui Zi Mu) yang ada dalam Saddharmapundarika Sutra. Selain itu pelindung anak lainnya adalah Avalokitesvara atau Guanyin (Koyasu Kannon, Zimu Guanyin, Songzi Guanyin). Kalau misalnya ada kesempatan, bisalah mulai jelaskan bahwa sembahyang lebih baik diarahkan pada Avalokitesvara, tidak lagi Chuangmu. Itu kalau anda mau mengenalkan Buddhisme pelan-pelan. Avalokitesvara adalah wakil dari Sangha siswa sang Bhagava. Dan di kalangan masyarakat kelenteng Tionghoa tidak ada yang kesulitan memuja Guanyin.

 _/\_
The Siddha Wanderer


vihara mana aja bro, baik yang beraliran mahayana ato yang maitreya (didaerah saya yang paling terkenal cuman 2 aliran ini)
(kesampingkan dulu topik hangat di forum ini bahwa aliran maitreya = sesat, karena kita bukan membahas itu)

mengajarkan bakti kepada orang tua memang benar... bahkan santer dibicarakan.

tapi ini bukan saya mengatakan bahwa vihara tidak mengajarkan bakti kepada orang tua. tapi pengertian salah para elder tentang ajaran sang buddha. menurut mereka menaati ajaran sang buddha punya potensi bakalan berakhir menjadi seorang bhikku. dan pada beberapa kalau tidak mau dikatakan banyak kasus, para pembelajar dharma malah jadi sombong sewaktu berhadapan dengan orang tuanya. secara salah cara, waktu dan kondisi mengatakan tradisi ini itu (yang saya maksud tradisi warisan leluhur) adalah salah, dan sia2 dilaksanakan karena tidak akan membawa kita pada pencapaian lenyapnya dukha, tidak mengandung kebenaran apapun. dan harus mengikuti ajaran sang buddha baru benar.
hal ini tentu akan membuat para elder menjadi tersinggung, lha wong yang dicela adalah ajaran leluhur dari ratusan keturunan yang masih dijaga sampe hari ini. dan yang sudah mendarah daging. lama2 hal ini memupuk rasa tidak senang akan hal-hal berbau vihara.

saya ingat waktu saya pertama aktif di vihara, malah mama dan papa saya merasa terancam. awalnya saya tidak mengerti, kenapa ketika saya mempelajari ajaran yang benar malah saya tidak didukung.?
mereka berkata " jangan sering ke Vihara, ntar kamu malah jadi vegetarian malah ntar jadi bhiku dan meninggalkan keluarga kamu, bahkan ntar juga dirumah kamu tidak dipasang altar leluhur"

karena sedih melihat orang tua saya begitu, saya putuskan untuk tidak sering2 ke vihara. tapi saya belajar dharma dari buku, artikel, dll
jujur saya belum pernah membaca atau mempelajari ajaran dharma dari sutta atau sutra secara keseluruhan. hanya sepenggal2 yang dimuat dalam buku2 dan artikel.
bahkan saya juga tidak mempraktikan meditasi, karena gak ngerti.

intinya sekarang saya mengenal ajaran budha gak jauh2 dari kurikulum sekolah saja.

ceritanya gini, saya dulu adalah pengikut aliran maitreya. saya sangat rajin, ya saya berani berkata saya sangat rajin karena memang saya selalu hadir tiap ada upacara kebaktian. bahkan saya ikut KDMI (Kelas Dharma Maitreya Indonesia) dan sempat menjadi senior dikelas. (menjadi senior di kelas ini terhitung hebat lhooo, apalagi waktu itu saya masih SMA) juga kelas lainnya dengan tujuan untuk menjadi kader-kader pengembang aliran maitreya.
dalam aliran maitreya, vegetarian adalah menjadi topik yang selalu hangat. saran bervegetarian sangat santer terdengar sepanjang waktu di vihara maitreya.
kami semua dikasih kaset2 dari para penceramah handal di aliran maitreya, dengan harapan lebih memahami ajaran maitreya.
nah ketika saya bawa pulang kaset tersebut dan putar ulang dirumah, suasana hati para elder dirumah sudah menjadi tidak enak. bahkan sinis.

sebenarnya banyak hal lainnya yang saya gak tau menulisnya seperti apa, tapi intinya hal-hal berbau vihara, budha, dharma, dan lainnya adalah hal yang menjadi momok mengancam bagi para elder dirumah.
saya mengerti rasa ancaman bagi mereka, tapi saya tidak bisa menguraikan pada anda bagaimana.
gimana ya? (duh ngerti gak sih? mohon ngerti ya... ya... ya....!!!!??)


oh ya, sekarang saya bukan lagi pengikut aliran maitreya. bukan karena baca2 di forum DC ato di pengaruhi oleh teman ato orang laen. cuman saya merasa tidak nyaman pada ajaran-ajaran dan banyak pengertian2 juga tata cara di maitreya.
semakin saya mendalami ajaran ini, saya kok makin merasa jauh dari ajaran suhu sidharta.


tanya bro :
Dalam Sutra Dharani Perlindungan Anak dikatakan bahwa percuma seseorang memohon pada dewa Bintang Utara atau 28 konstelasi untuk menyembuhkan bayi yang sakit, karena yang bsia menyembuhkan hanyalah Buddha. Buddha dalam sutra itu juga mengajarkan bahwa siapapun yang bisa melafal Dharani dalam sutra tersebut maka para Raja Dewa, raja Naga, Raja Yaksha dan lain-lain akan melindungi bayi-nya. Dalam pandangan awam, bukankah lebih hebat dari yang hanya dua dewa saja (Chuangong Chuangmu) menjadi seluruh raja-raja dewata turut melindungi?

yang ini bener bro?

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #23 on: 01 September 2011, 07:16:56 PM »
 [at] bro. rico

Hahahah... tentu saya ngerti karena ncim saya juga begitu... denger vihara atau Buddha aja udah berpikiran negatif dan mencela... tapi yah dikit" sy coba pendekatan seperti nih mau cetak buku Guanyin, mau ikut dana atau tidak?

Kalau mnrt saya sih, lebih baik anda jangan berhenti ke vihara, karena di vihara anda bisa belajar banyak dan mendapat banyak manfaat yang tidak anda dapatkan hanay dengan baca buku Dharma saja. Namun jangan bawa" nama Buddha di rumah, pendekatan bisa lewat para Bodhisattva Buddhis yang diyakini orang tua anda, paling mudah setahu saya adalah Guanyin dan Dizangwang (Ksitigarbha).  Apalagi bawa kaset segala lebih baik dihindari. Tunjukkan kalau anda benar-benar tulus mau mendlaami ajaran Buddha dan sikap anda pun berubah dengan lebih baik ketika mendalami Dharma. Nanti orang tua akan melihat sendiir bukti nyata ajaran Buddha.

Tradisi tetap anda ikuti saja, tetapi coba arahkan ke objek pemujaan yang sejati yaitu Triratna Buddha Dharma Sangha, kalau Shakyamuni Buddha nggak mau ya Guanyin, mayoritas pasti mau. Baru dari sana anda bisa step further lagi. Tapi yang paling penting adalah perubahan sifat dan sikap anda karena Dharma Sang Buddha. Jangan lupa meminta bantuan dari para Buddha Bodhisattva kalau anda merasa tidak sanggup. Kalau anda mau, anda bisa mengutarakan kesaksian ajaran Dharma dalam hidup anda pada ortu. Saya yakin apabila anda sungguh-sungguh percaya pada Dharma, mukjizat yang dihasilkan dari karma baik pasti akan muncul, karena saya juga mengalaminya.

Quote
yang ini bener bro?

Buddha mengatakan demikian. :)

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #24 on: 01 September 2011, 07:54:06 PM »
sopir-nya lihai ...  _/\_

[at] bro. rico

Hahahah... tentu saya ngerti karena ncim saya juga begitu... denger vihara atau Buddha aja udah berpikiran negatif dan mencela... tapi yah dikit" sy coba pendekatan seperti nih mau cetak buku Guanyin, mau ikut dana atau tidak?

Kalau mnrt saya sih, lebih baik anda jangan berhenti ke vihara, karena di vihara anda bisa belajar banyak dan mendapat banyak manfaat yang tidak anda dapatkan hanay dengan baca buku Dharma saja. Namun jangan bawa" nama Buddha di rumah, pendekatan bisa lewat para Bodhisattva Buddhis yang diyakini orang tua anda, paling mudah setahu saya adalah Guanyin dan Dizangwang (Ksitigarbha).  Apalagi bawa kaset segala lebih baik dihindari. Tunjukkan kalau anda benar-benar tulus mau mendlaami ajaran Buddha dan sikap anda pun berubah dengan lebih baik ketika mendalami Dharma. Nanti orang tua akan melihat sendiir bukti nyata ajaran Buddha.

Tradisi tetap anda ikuti saja, tetapi coba arahkan ke objek pemujaan yang sejati yaitu Triratna Buddha Dharma Sangha, kalau Shakyamuni Buddha nggak mau ya Guanyin, mayoritas pasti mau. Baru dari sana anda bisa step further lagi. Tapi yang paling penting adalah perubahan sifat dan sikap anda karena Dharma Sang Buddha. Jangan lupa meminta bantuan dari para Buddha Bodhisattva kalau anda merasa tidak sanggup. Kalau anda mau, anda bisa mengutarakan kesaksian ajaran Dharma dalam hidup anda pada ortu. Saya yakin apabila anda sungguh-sungguh percaya pada Dharma, mukjizat yang dihasilkan dari karma baik pasti akan muncul, karena saya juga mengalaminya.

Buddha mengatakan demikian. :)

 _/\_
The Siddha Wanderer
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Janindra d' Sihamuni

  • Sebelumnya: phrajonathan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 567
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • Buddho,Dhammo,Sangho Pathithito Mayham
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #25 on: 01 September 2011, 09:19:56 PM »
pai cheng bu tu mungkin kira2 sama dengan tradisi di India dulu,yang bawa sesajen di bawah pohon buat para deva pohon (rukkhamula devata),tapi  yang ini buat si "ibu peri" yang jaga anak...CMIIW :whistle: :whistle:

tradisi pai cheng bu kan ga ada hubungannya dengan ajaran Buddha,tetapi tradisi leluhur yang harus dijalankan....so far it's oke :jempol:

tradisi chinese emang ciamikk smua... ;D ;D ;D

musti dibedakan tuh,mana tradisi chinese,yang mana ajaran Buddha,sekarang ajaran Buddha ma tradisi chinese udah diulek2 jadi gado2  ^:)^ ^:)^
ampe imlek pun bagi kebanyakan orang tu hari raya buddhis.... _/\_ _/\_
bocah gitar!!! ;D ;D ;D 

Offline Janindra d' Sihamuni

  • Sebelumnya: phrajonathan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 567
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • Buddho,Dhammo,Sangho Pathithito Mayham
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #26 on: 01 September 2011, 09:22:45 PM »
tambahan 1 lagi..hati2 loh kalo bakar kimcoa,apalagi di kasur...ntar cheng bu nya dapat bonus kimcoa + spring bed satu..hehehe just kidding maksudnya hati2 kalo bakar kimcoa di kasur,ntar kasurnya terbakar...gak brmaksud ngejek cheng bu ya.... ^:)^ ^:)^ ^:)^

maaf kalo kata2 nya keterlaluan  _/\_
bocah gitar!!! ;D ;D ;D 

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #27 on: 02 September 2011, 08:36:49 AM »
sep sep...

makin banyak masukan yang berbobot untuk saya.
pada semua senior, tengkiu yooo...

bener juga kudu hati2 bakar kimcoa, ntar chengbu dapet bonus kasur + sprei juga hwa ha ha ha ....

 _/\_

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #28 on: 02 September 2011, 08:49:47 AM »
[at] bro. rico

Hahahah... tentu saya ngerti karena ncim saya juga begitu... denger vihara atau Buddha aja udah berpikiran negatif dan mencela... tapi yah dikit" sy coba pendekatan seperti nih mau cetak buku Guanyin, mau ikut dana atau tidak?

Kalau mnrt saya sih, lebih baik anda jangan berhenti ke vihara, karena di vihara anda bisa belajar banyak dan mendapat banyak manfaat yang tidak anda dapatkan hanay dengan baca buku Dharma saja. Namun jangan bawa" nama Buddha di rumah, pendekatan bisa lewat para Bodhisattva Buddhis yang diyakini orang tua anda, paling mudah setahu saya adalah Guanyin dan Dizangwang (Ksitigarbha).  Apalagi bawa kaset segala lebih baik dihindari. Tunjukkan kalau anda benar-benar tulus mau mendlaami ajaran Buddha dan sikap anda pun berubah dengan lebih baik ketika mendalami Dharma. Nanti orang tua akan melihat sendiir bukti nyata ajaran Buddha.

Tradisi tetap anda ikuti saja, tetapi coba arahkan ke objek pemujaan yang sejati yaitu Triratna Buddha Dharma Sangha, kalau Shakyamuni Buddha nggak mau ya Guanyin, mayoritas pasti mau. Baru dari sana anda bisa step further lagi. Tapi yang paling penting adalah perubahan sifat dan sikap anda karena Dharma Sang Buddha. Jangan lupa meminta bantuan dari para Buddha Bodhisattva kalau anda merasa tidak sanggup. Kalau anda mau, anda bisa mengutarakan kesaksian ajaran Dharma dalam hidup anda pada ortu. Saya yakin apabila anda sungguh-sungguh percaya pada Dharma, mukjizat yang dihasilkan dari karma baik pasti akan muncul, karena saya juga mengalaminya.

Buddha mengatakan demikian. :)

 _/\_
The Siddha Wanderer

klo dewi guanyin sih dirumah memang ada, di altar di dudukan di samping TuaPekKong.
so ini udah dari dulu ada..

bahkan klo mo cerita lebih panjang lagi, kami dikampung punya kelenteng pribadi. warisan dari kakek, sekarang papa gw yang jadi pengurusnya.
tiap ce it cap go banyak warga desa yang datang.

so di dalam rumah ada Tua Pek Kong, Guanyin + sin cu pai Leluhur

nah dikelenteng ada (saya urutkan aja) ada Datok kong, Dewi Guanyin, dewa Kwankong, dewa Thai Sing Ya, ada Tua Pek Kong juga, trus ada Djelai Put Co (gw gak tau populernya apa ato nama lainnya) plus 1 lagi patung dewa Cau Tse Kong

nah para senior ngerti kan latar belakang keluarga saya.
itulah yang saya sebut sangat sulit mengenalkan dharma pada keluarga.

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #29 on: 02 September 2011, 09:28:22 AM »
seperti memberikan racun arsenik kepada orang yang ingin kita racuni. berilah dengan dosis rendah tapi mempunyai efek jangka panjang yang lebih efektif, yaitu kematian !!!(http://id.wikipedia.org/wiki/Keracunan_arsenik).
jika dosis yang diberikan secara berlebihan akan menyebabkan sakit akut yang mendadak dan berakhir pada kematian akhibat-nya adanya kecurigaan  >:D >:D >:D.

begitu pula berilah Dhamma sedikit demi sedikit sehingga tidak memberikan hasilnya secara langsung tetapi memberi efek mengikuti dalam jangka panjang.
jika diberikan secara langsung akan memberi efek "Blok" (tidak suka, benci, antipati, dipojokan dll) kepada orang yang menerimanya dengan pertimbangan sang penerima belum (siap) membuang isi gelasnya dan masi tercampur aduk dengan konsep lama yang sudah tertanam jauh di alam bawah sadar-nya.

yang paling mudah, mulailah dengan 5 sila dengan pengertian menjalankan dan penghayatannya.

pengalaman pribadi: dulu mau fan seng burung gereja, pas imlek. kami membeli sebanyak uang yang ada tapi setelah dirumah di-frotes oleh orang tua.
mereka bilang sperti ini: kalau mau fang seng burung gereja itu sebanyak umur-mu bukan dilebih2kan ato dikurangi2. ada mitos ini itu (kami lupa hehehehehe... )
tapi berpikir secara nalar: mau menolong mahluk lain, knapa harus dibatasi? semakin banyak yang bisa kita fang seng bukan kah itu menyebabkan kebahagiaan yang lebih lebih dan lebih untuk  mahluk lain ?

tapi saya tidak membuat argumen sperti itu dihadapan ortu tapi itulah Dhamma, memberikan kebahagiaan mahluk lain lebih banyak lagi lagi dan lagi.




semoga membantu

klo dewi guanyin sih dirumah memang ada, di altar di dudukan di samping TuaPekKong.
so ini udah dari dulu ada..

bahkan klo mo cerita lebih panjang lagi, kami dikampung punya kelenteng pribadi. warisan dari kakek, sekarang papa gw yang jadi pengurusnya.
tiap ce it cap go banyak warga desa yang datang.

so di dalam rumah ada Tua Pek Kong, Guanyin + sin cu pai Leluhur

nah dikelenteng ada (saya urutkan aja) ada Datok kong, Dewi Guanyin, dewa Kwankong, dewa Thai Sing Ya, ada Tua Pek Kong juga, trus ada Djelai Put Co (gw gak tau populernya apa ato nama lainnya) plus 1 lagi patung dewa Cau Tse Kong

nah para senior ngerti kan latar belakang keluarga saya.
itulah yang saya sebut sangat sulit mengenalkan dharma pada keluarga.
« Last Edit: 02 September 2011, 09:30:15 AM by Mas Tidar »
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #30 on: 03 September 2011, 08:00:41 AM »
Quote
klo dewi guanyin sih dirumah memang ada, di altar di dudukan di samping TuaPekKong.
so ini udah dari dulu ada..

bahkan klo mo cerita lebih panjang lagi, kami dikampung punya kelenteng pribadi. warisan dari kakek, sekarang papa gw yang jadi pengurusnya.
tiap ce it cap go banyak warga desa yang datang.

so di dalam rumah ada Tua Pek Kong, Guanyin + sin cu pai Leluhur

nah dikelenteng ada (saya urutkan aja) ada Datok kong, Dewi Guanyin, dewa Kwankong, dewa Thai Sing Ya, ada Tua Pek Kong juga, trus ada Djelai Put Co (gw gak tau populernya apa ato nama lainnya) plus 1 lagi patung dewa Cau Tse Kong

nah para senior ngerti kan latar belakang keluarga saya.
itulah yang saya sebut sangat sulit mengenalkan dharma pada keluarga.

Wah, bagus sekali! Punya altar Avalokitesvara di rumah sudah bagus, sekarang tinggal bagaimana anda mengarahkannya...hahah

Kalau saya lihat ya, di keleteng warisan kakek anda malah ada banyak dewata Buddhisnya, sebut saja:
1. Guanyin (Avalokitesvara)
2. Guangong (Sangharama Bodhisattva)
3. Rulai Fozhu (Sakyamuni or Maitreya)
4. Zushi Gong (bhiksu Chan, Qingshui Zushi)]

Anw Datuk tu dewa apa ya? Fude Zhenshen?

Kalau boleh tau, apakah kelenteng tersebut diwariskan secara keluarga? Apakah anak-anak dari pengurus kelenteng sekarang sudah pada pergi ke vihara mendalami ajaran Buddha? kalau iya, mungkin memang ada ketakutan bahwa anda sebagai penerus tidak mewarisi tradisi dan kelenteng keluarga. Kalau boleh tau nama kelentengnya apa bro?

Tapi seandainya harus diwarisi begitu, tidak masalah, karena justru sebagai generasi penerus anda berkesempatan mengembangkan unsur Buddhis yang ada dalam kelenteng tersebut dan menyebarkan Buddha Dharma di sana.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #31 on: 05 September 2011, 05:02:37 PM »
lebih baik bila di bacakan "Kariniya metta sutta" dah, ingat kan asal muasal kariniya metta sutta karena ada dewi pohon yang  sedih karena anak nya di lukai manusia.

ujung-ujung-nya kamma juga donk... kalau orang yang kamma-nya memang mau di ganggu oleh makhluk halus / yakkha atau sejenisnya ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #32 on: 05 September 2011, 05:59:50 PM »
melaksanakan tradisi itu mesti dengan pengertian yang benar..jadi kalo bro rico mengerti bahwa itu hanya sebagai tradisi, ya lakuin saja..saya tidak bilang bhwa ini adalah tradisi yang tidak bermanfaat..mungkin saja ada makhluk yang menjaga bayi tsb setelah diberikan offering..ini jg namanya buah kamma baik bukan? hehehe
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #33 on: 06 September 2011, 12:48:59 PM »
Pengertian benar = ritual tidak akan membawa pada "pembebasan" / nibbana...

Sekarang kita tidak bicara dalam konteks yang bisa membawa pada "pembebasan" / nibbana, bagaimana dengan ritual / persembahan atau sejenisnya untuk memohon perlindungan ? sama-kah dengan kasus kisah pembacaan karaniya metta sutta oleh para bhikkhu yang diganggu oleh makhluk "halus" ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #34 on: 06 September 2011, 08:43:47 PM »
Pengertian benar = ritual tidak akan membawa pada "pembebasan" / nibbana...

Sekarang kita tidak bicara dalam konteks yang bisa membawa pada "pembebasan" / nibbana, bagaimana dengan ritual / persembahan atau sejenisnya untuk memohon perlindungan ? sama-kah dengan kasus kisah pembacaan karaniya metta sutta oleh para bhikkhu yang diganggu oleh makhluk "halus" ?

pernah baca Karaniya Metta Sutta? adakah "mohon perlindungan" di dalamnya? kisah yg melatarbelakangi paritta ini mengatakan justru makhluk "halus" itu yg terganggu oleh para bhikkhu, dan paritta ini berguna sebagai tanda "hopeng" dari para bhikkhu vs makhluk "halus"

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #35 on: 06 September 2011, 08:57:27 PM »
melaksanakan tradisi itu mesti dengan pengertian yang benar..jadi kalo bro rico mengerti bahwa itu hanya sebagai tradisi, ya lakuin saja..saya tidak bilang bhwa ini adalah tradisi yang tidak bermanfaat..mungkin saja ada makhluk yang menjaga bayi tsb setelah diberikan offering..ini jg namanya buah kamma baik bukan? hehehe

memang tradisi demikian tidak perlu dipertahankan
karena tidak membawa manfaat utk mencapai Nibbana.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #36 on: 06 September 2011, 09:01:14 PM »
memang tradisi demikian tidak perlu dipertahankan
karena tidak membawa manfaat utk mencapai Nibbana.

Bagaimana dengan tradisi sungkeman kepada orang tua, apa perlu dipertahankan karena tidak membawa manfaat untuk mencapai Nibbana?

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #37 on: 06 September 2011, 09:04:59 PM »
Bagaimana dengan tradisi sungkeman kepada orang tua, apa perlu dipertahankan karena tidak membawa manfaat untuk mencapai Nibbana?

tetapi apakah benar hal ini tidak bermanfaat?... saya rasa beda loh antara sungkeman dengan orang tua dengan pai cheng bu...
jelas2 sungkeman itu ada objeck orang tua yg terlihat jelas dan orang tua pun akan senang.. tetapi pai cheng bu ini kan ga jelas apa yg disembah kan?...

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #38 on: 06 September 2011, 09:07:14 PM »
tetapi apakah benar hal ini tidak bermanfaat?... saya rasa beda loh antara sungkeman dengan orang tua dengan pai cheng bu...
jelas2 sungkeman itu ada objeck orang tua yg terlihat jelas dan orang tua pun akan senang.. tetapi pai cheng bu ini kan ga jelas apa yg disembah kan?...

Good point Bro William :)

Tetapi tadi ada yang berpendapat tradisi lebih baik ditinggal karena tidak memberikan manfaat untuk pencapaian Nibbana. Nah pertanyaan saya, berarti semua kebiasaan yang tidak bermanfaat untuk pencapaian Nibbana harus ditinggalkan-kah? (termasuk kebiasaan sungkeman)
« Last Edit: 06 September 2011, 09:08:45 PM by Mr. Wei »

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #39 on: 06 September 2011, 09:10:54 PM »
Bagaimana dengan tradisi sungkeman kepada orang tua, apa perlu dipertahankan karena tidak membawa manfaat untuk mencapai Nibbana?

apakah hubungan tradisi paicengbu dengan tradisi sungkem orang tua  :o?
kok jadi melenceng jauh  ???
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #40 on: 06 September 2011, 09:13:34 PM »
apakah hubungan tradisi paicengbu dengan tradisi sungkem orang tua  :o?
kok jadi melenceng jauh  ???

Sebenarnya saya sudah tahu maksud dari post anda itu, saya sengaja bikin melenceng dan oot, hanya ingin tau gimana respons anda saat diputar2 sedikiiiiiiit sekali :)

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #41 on: 06 September 2011, 09:15:31 PM »
tetapi apakah benar hal ini tidak bermanfaat?... saya rasa beda loh antara sungkeman dengan orang tua dengan pai cheng bu...
jelas2 sungkeman itu ada objeck orang tua yg terlihat jelas dan orang tua pun akan senang.. tetapi pai cheng bu ini kan ga jelas apa yg disembah kan?...

jelas bro Wiliam, paicengbu objeknya tempat tidur dan makanan yang dipersembahkan, selesai upacara bisa makan wuenak.  =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #42 on: 06 September 2011, 09:16:48 PM »
Sebenarnya saya sudah tahu maksud dari post anda itu, saya sengaja bikin melenceng dan oot, hanya ingin tau gimana respons anda saat diputar2 sedikiiiiiiit sekali :)

masak iya   ???
semoga bukan bingung  ^-^
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #43 on: 06 September 2011, 09:17:48 PM »
ooooo
semoga bukan bingung  ^-^

Harapan anda benar, bukan bingung.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #44 on: 06 September 2011, 09:20:17 PM »
Harapan anda benar, bukan bingung.

sadhu  _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #45 on: 06 September 2011, 09:22:26 PM »
kalau tradisi kek gini mah ga masalah, nanti juga pasti ada sutra dari buda mengenai ginian, apa sih yang ga ada di sutra buda.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #46 on: 06 September 2011, 09:24:34 PM »
sadhu  _/\_

Tumben gak ketawa dan muter2 lagi.

NB: kabur dulu sebelum ditimpuk TS dan rekan2 lain karen OOT.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #47 on: 06 September 2011, 09:30:34 PM »
Tumben gak ketawa dan muter2 lagi.

NB: kabur dulu sebelum ditimpuk TS dan rekan2 lain karen OOT.

masak bro Wei bingung harus ditertawai !
apakah bro wei sering mentertawai jika ketemu orang bingung  ???
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #48 on: 06 September 2011, 09:33:00 PM »
masak bro Wei bingung harus ditertawai !
apakah bro wei sering mentertawai jika ketemu orang bingung  ???


Hihihi, jurus mutar2nya dikeluarin lagi.

Btw, udah di thread sebelah aja kita lanjut OOTnya. Jangan di sini.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #49 on: 06 September 2011, 09:40:30 PM »
tanya bro :
Dalam Sutra Dharani Perlindungan Anak dikatakan bahwa percuma seseorang memohon pada dewa Bintang Utara atau 28 konstelasi untuk menyembuhkan bayi yang sakit, karena yang bsia menyembuhkan hanyalah Buddha. Buddha dalam sutra itu juga mengajarkan bahwa siapapun yang bisa melafal Dharani dalam sutra tersebut maka para Raja Dewa, raja Naga, Raja Yaksha dan lain-lain akan melindungi bayi-nya. Dalam pandangan awam, bukankah lebih hebat dari yang hanya dua dewa saja (Chuangong Chuangmu) menjadi seluruh raja-raja dewata turut melindungi?

yang ini bener bro?

Sampai saat ini saya belum menemukan pernyataan dalam “sutra” tersebut yang menyatakan bahwa percuma seseorang memohon pada dewa Bintang Utara atau 28 konstelasi untuk menyembuhkan bayi. Mungkin Sdr. Gandalf bisa menunjukkan dibagian mana hal itu tertulis.

GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #50 on: 06 September 2011, 09:41:31 PM »
melaksanakan tradisi itu mesti dengan pengertian yang benar..jadi kalo bro rico mengerti bahwa itu hanya sebagai tradisi, ya lakuin saja..saya tidak bilang bhwa ini adalah tradisi yang tidak bermanfaat..mungkin saja ada makhluk yang menjaga bayi tsb setelah diberikan offering..ini jg namanya buah kamma baik bukan? hehehe

Jika kita berbicara di area kemungkinan, maka akan ada kemungkinan:
mungkin saja sudah ada makhluk halus yang menjaga bayi tersebut sejak lahir karena karma baik, jadi buat apa melakukan pai cheng bu lagi?
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #51 on: 06 September 2011, 09:45:14 PM »
Sampai saat ini saya belum menemukan pernyataan dalam “sutra” tersebut yang menyatakan bahwa percuma seseorang memohon pada dewa Bintang Utara atau 28 konstelasi untuk menyembuhkan bayi. Mungkin Sdr. Gandalf bisa menunjukkan dibagian mana hal itu tertulis.


“Semua rakyat yg tinggal di negeriku semuanya bergantung kepadaku. Mereka sudah seperti anakku sendiri, jika saya tdk menolong dan membantu mereka untuk menyelesaikan masalah yg mereka hadapi maka saya tdk cocok lagi disebut sbg seorang raja.”
Maka itu beliau dgn segera mengumpulkan para menteri penasehat istana untuk mendiskusikan hal tsb. Di antara mereka ada 6 menteri penasehat. Mereka memiliki julukan sbg berikut: yg pertama disebut dpt melihat bentuk atau rupa, yg kedua bernama mengetahui melalui suara, yg ketiga disebut kaki wangi, yg keempat disebut si pandai berbicara, yg kelima disebut ikuti keadaan, yg keenam disebut mudah tercemar. Mereka serentak dgn sopan memberitahu kepada raja dgn berkata: “Ketika seorang bayi lahir, keluarganya harus membuat sebuah altar persembahan kepada para dewa dalam formasi 7 bintang dan 28 konstelasi perbintangan untuk meminta berkah panjang umur untuk sang bayi. Upacara ini dpt mencegah para bayi agar tdk mati muda, semoga maharaja sudi mengumumkan cara ini kepada semua rakyat di negeri ini.”
Pada saat itu ada seorang menteri penasehat istana yg bijaksana dan berpengetahuan luas, istana yg bijaksana dan berpengetahuan luas, beliau telah banyak akar kebajikan dari para Buddha dan telah mengumpulkan banyak akar kebajikan dari kehidupannya yg lampau. Beliau bernama Dhyana Prajna. Beliau maju ke depan dan memberitahukan Maha Raja dgn berkata, “Maha Raja, cara yg diajarkan oleh keenam menteri penasehat ini tidak akan mampu membebaskan seseorang dari penderitaan mati muda. Penderitaan yg bersifat alam ini serta cara untuk melenyapkannya, hanya dapat dijelaskan oleh seorang Buddha. Buddha ini bernama Siddharta Gautama. Beliau juga disebut Pangeran Siddharta. Pangeran sb telah mencapai penerangan sempurna tanpa melalui bimbingan dari seorang guru. Beliau mengetahui kebenaran dari hukum alam. Sekarang Beliau berada di Gunung Grdhrakuta, dan sedang mengajarkan Sutra Usia Panjang, Cara Untuk Memusnahkan Karma Buruk. Saya berharap agar Maha Raja bersedia dgn segera menuju tempat tsb untuk mendengarkan ajaran-Nya. Jika seseorang dpt mendengar satu bait saja dari Sutra ini dgn sepenuh hati, semua karma buruk yg pernah dilakukan olehnya dari ratusan hingga ribuan kalpa dari kehidupannya yg silam akan musnah. Dan semua anak kecil yg mendengar Sutra ini jg akan mendapat berkah dari mendengar Sutra suci dan secara alamiah mereka akan memperoleh umur yg panjang.”
Raja Prasenajit berkata, “Saya pernah mendengar keenam guru mengatakan tentang seorang pertapa yg bernama Gautama, Sang Gautama belajar dari para guru agama hanya dlm waktu yg singkat dan pengetahuannya sgt dangkal. Beliau masih muda dan tanpa keberhasilan apapun. Menurut ajaran kitab suci dari keenam guru ini perwujudan dari setan adalah anak muda yg bermarga Gautama. Apabila ada umat yg memujanya maka mereka akan kehilangan arah untuk menuju jalan kebenaran.”
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #52 on: 06 September 2011, 09:50:29 PM »
baru baca dan baru tau juga ada ya Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa.
dahsyat sekali sutra2 mahayana ckckckck
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #53 on: 06 September 2011, 09:54:33 PM »
“Semua rakyat yg tinggal di negeriku semuanya bergantung kepadaku. Mereka sudah seperti anakku sendiri, jika saya tdk menolong dan membantu mereka untuk menyelesaikan masalah yg mereka hadapi maka saya tdk cocok lagi disebut sbg seorang raja.”
Maka itu beliau dgn segera mengumpulkan para menteri penasehat istana untuk mendiskusikan hal tsb. Di antara mereka ada 6 menteri penasehat. Mereka memiliki julukan sbg berikut: yg pertama disebut dpt melihat bentuk atau rupa, yg kedua bernama mengetahui melalui suara, yg ketiga disebut kaki wangi, yg keempat disebut si pandai berbicara, yg kelima disebut ikuti keadaan, yg keenam disebut mudah tercemar. Mereka serentak dgn sopan memberitahu kepada raja dgn berkata: “Ketika seorang bayi lahir, keluarganya harus membuat sebuah altar persembahan kepada para dewa dalam formasi 7 bintang dan 28 konstelasi perbintangan untuk meminta berkah panjang umur untuk sang bayi. Upacara ini dpt mencegah para bayi agar tdk mati muda, semoga maharaja sudi mengumumkan cara ini kepada semua rakyat di negeri ini.......”

Pantas saya tidak menemukan, ternyata - kata kuncinya: formasi 7 bintang dan 28 konstelasi bukan dewa Bintang Utara

Thanks Mr. Ryu
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #54 on: 07 September 2011, 01:03:26 AM »
baru baca dan baru tau juga ada ya Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa.
dahsyat sekali sutra2 mahayana ckckckck
sama dasyatnya seperti ajahn di bawah ini. berminat beli jimat?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #55 on: 07 September 2011, 07:08:16 AM »
sama dasyatnya seperti ajahn di bawah ini. berminat beli jimat?

aih, lagi2 begini, kalau tera ada yang jelek, maka maha juga kalau jelek ga apa2, aihhhhh =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #56 on: 07 September 2011, 09:09:05 AM »
aih, lagi2 begini, kalau tera ada yang jelek, maka maha juga kalau jelek ga apa2, aihhhhh =))
penyeimbang informasi yg berat sebelah :)
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #57 on: 07 September 2011, 09:18:23 AM »
penyeimbang informasi yg berat sebelah :)

wow praktek demikian, memang tidak benar  :)
kalau ada biku praktek salah ya tetap salah tidak bisa dibenarkan dan harus ditinggalkan biku tsb  :))

tetapi kalau di aliran M jika ada biksu praktek salah tetapi bisa dibenarkan dengan alasan Upaya Kausalya  :))
« Last Edit: 07 September 2011, 09:20:16 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #58 on: 07 September 2011, 09:22:50 AM »
baru baca dan baru tau juga ada ya Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa.
dahsyat sekali sutra2 mahayana ckckckck

sebenarnya tidak layak disebut sutra.
tapi karena demi ..........
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #59 on: 07 September 2011, 09:26:11 AM »
Hihihi, jurus mutar2nya dikeluarin lagi.

Btw, udah di thread sebelah aja kita lanjut OOTnya. Jangan di sini.

lho bukannya bro wei yang mengeluarkan jurus
muter, coba liat atau lupa atau mungkin bingung lagi

Sebenarnya saya sudah tahu maksud dari post anda itu, saya sengaja bikin melenceng dan oot, hanya ingin tau gimana respons anda saat diputar2 sedikiiiiiiit sekali :)

untuk mengingatkan supaya jangan bingung aja

Bagaimana dengan tradisi sungkeman kepada orang tua, apa perlu dipertahankan karena tidak membawa manfaat untuk mencapai Nibbana?

tradisi paicengbu tidak ada hubungan dengan tradisi sungkem kepada orang tua

utk sungkem tidak harus dijadikan tradisi, tapi memang perlu dan wajib serta kapan saja.
dan kenali orang tua utk praktek Buddha Dhamma  :jempol:
« Last Edit: 07 September 2011, 09:32:24 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #60 on: 07 September 2011, 09:28:59 AM »
wow...
sori, ini TS baru bisa nongol...  ^:)^

baru saya tinggalin beberapa hari, udah banyak post yang bertebaran nih...  :-? :-?

banyak yang OOT juga hmmmmmm  :o

but, tengkiu para senior mau memberikan tanggapan.
saya jadi bingung menjawab 1 per 1

hakikatnya menurut rangkuman saya dari banyak komentar yang ada, bahwa tradisi ini cukup layak di pertahankan.
anggap lah tiada bermanfaat bagi menjalankan dhamma dan seperti beberapa post tidak akan membawa kita pada pembebasan, tapi adalah perbuatan bijak untuk melestarikan budaya dan tradisi turun temurun nenek moyang.

lagian logikanya gini, saat kita mempunyai seorang anak. apa lagi anak pertama, berjuta rasanya lhoooo...
terus terang rasa cemas dalam perlindungan pada anak menjadi point yang cukup penting disini.
awalnya jika anak rewel ato bahkan sakit hal tersebut akan membuat orang tua menjadi panik, saya tidak tau yang lain tapi saya panik.
dalam kepanikan mungkin saja saya akan memutuskan mengambil tindakan terburu2 tanpa mempertimbangkan efek lanjutannya. nah dengan adanya tradisi ini ternyata cukup bermanfaat juga membuat saya tenang. dan dapat berpikir rasional. saya jadi mempunyai waktu untuk menganalisa secara kritis atas kondisi anak.
rewel, kenapa ya?
cek popok, basah gak?
cek bedong, terlalu ketat gak?
cek tali pusar, apa terluka?
cek suhu tubuh bayi, apa panas? sakitkah?
cek asupan susu, apa sudah pas? (kadang susu formula yang salah penyajian akan membuat perut bayi tidak nyaman)
cek suhu ruangan, terlalu dingin kah? terlalu panas kah?
cek kondisi psikologi bayi, rewel karena merasa tidak aman kah? (bayi cendrung merasa tidak aman, takut, dan gelisah makanya tangan bayi akan selalu terkepal. kehadiran orang tua dengan sentuhan, suara, dan rasa kasih sayang akan membuat bayi nyaman dan aman - CMIIW)
dan lainnya....

nah dengan tenang saya bisa mempelajari kondisi bayi saya, kenapa?
karena saya merasa nyaman, tidak dibebani rasa  takut dan bersalah dan gelisah karena tidak mengamalkan saran orang tua.
tidak secara signifikan, namun cukup membantu.

intinya rasa nyaman telah melakukan sesuatu kewajiban yang lazim, yang berefek pada ketenangan hati.
disebut kewajiban, ya karena disini melakukan Pai Cheng Bu dalam pandangan masyarakat luas (masy tionghoa, tentunya) sudah merupakan hal yang wajib hukumnya. seorang ayah, ibu atau para elder sudah secara turun temurun dibebankan kewajiban ini. jika tidak melaksanakan akan dianggap lalai terhadap anak.
ini serius lhoooo... (yang tentu merupakan pandangan masyarakat disini)

begitu menurut saya.

 _/\_ _/\_ _/\_
« Last Edit: 07 September 2011, 09:35:45 AM by Rico Tsiau »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #61 on: 07 September 2011, 09:38:59 AM »
penyeimbang informasi yg berat sebelah :)
kalau mau menyeimbangkan, sebaiknya dicarikan sutta yang sebanding dengan sutra tersebut, bukannya oknumnya.
sudah jelas dalam mahayana, buda yang mengajarkan penebusan dosa, silahkan anda berikan penyeimbang dengan memberikan sutta yang sejenis.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #62 on: 07 September 2011, 09:39:55 AM »
wow...
sori, ini TS baru bisa nongol...  ^:)^

baru saya tinggalin beberapa hari, udah banyak post yang bertebaran nih...  :-? :-?

banyak yang OOT juga hmmmmmm  :o

but, tengkiu para senior mau memberikan tanggapan.
saya jadi bingung menjawab 1 per 1

hakikatnya menurut rangkuman saya dari banyak komentar yang ada, bahwa tradisi ini cukup layak di pertahankan.
anggap lah tiada bermanfaat bagi menjalankan dhamma dan seperti beberapa post tidak akan membawa kita pada pembebasan, tapi adalah perbuatan bijak untuk melestarikan budaya dan tradisi turun temurun nenek moyang.

lagian logikanya gini, saat kita mempunyai seorang anak. apa lagi anak pertama, berjuta rasanya lhoooo...
terus terang rasa cemas dalam perlindungan pada anak menjadi point yang cukup penting disini.
awalnya jika anak rewel ato bahkan sakit hal tersebut akan membuat orang tua menjadi panik, saya tidak tau yang lain tapi saya panik.
dalam kepanikan mungkin saja saya akan memutuskan mengambil tindakan terburu2 tanpa mempertimbangkan efek lanjutannya. nah dengan adanya tradisi ini ternyata cukup bermanfaat juga membuat saya tenang. dan dapat berpikir rasional. saya jadi mempunyai waktu untuk menganalisa secara kritis atas kondisi anak.
rewel, kenapa ya?
cek popok, basah gak?
cek bedong, terlalu ketat gak?
cek tali pusar, apa terluka?
cek suhu tubuh bayi, apa panas? sakitkah?
cek asupan susu, apa sudah pas? (kadang susu formula yang salah penyajian akan membuat perut bayi tidak nyaman)
cek suhu ruangan, terlalu dingin kah? terlalu panas kah?
cek kondisi psikologi bayi, rewel karena merasa tidak aman kah? (bayi cendrung merasa tidak aman, takut, dan gelisah makanya tangan bayi akan selalu terkepal. kehadiran orang tua dengan sentuhan, suara, dan rasa kasih sayang akan membuat bayi nyaman dan aman - CMIIW)
dan lainnya....

nah dengan tenang saya bisa mempelajari kondisi bayi saya, kenapa?
karena saya merasa nyaman, tidak dibebani rasa  takut dan bersalah dan gelisah karena tidak mengamalkan saran orang tua.
tidak secara signifikan, namun cukup membantu.

begitu menurut saya.

 _/\_ _/\_ _/\_


 _/\_

Turut berbahagia, saya memandangnya sebagai tindakan terbaik yang didasari dengan kebijaksanaan diri anda.

Semoga semua turut berbahagia.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #63 on: 07 September 2011, 09:51:41 AM »
wow praktek demikian, memang tidak benar  :)
kalau ada biku praktek salah ya tetap salah tidak bisa dibenarkan dan harus ditinggalkan biku tsb  :))

tetapi kalau di aliran M jika ada biksu praktek salah tetapi bisa dibenarkan dengan alasan Upaya Kausalya  :))
ada contoh mahayanis yg membenarkan praktek salah dengan alasan upaya kausalya di sini?
setahu saya mahayanis di sini justru memberikan pengertian yg benar dan mengecam praktek yg salah.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #64 on: 07 September 2011, 09:54:25 AM »
kalau mau menyeimbangkan, sebaiknya dicarikan sutta yang sebanding dengan sutra tersebut, bukannya oknumnya.
sudah jelas dalam mahayana, buda yang mengajarkan penebusan dosa, silahkan anda berikan penyeimbang dengan memberikan sutta yang sejenis.
entah kemana anda sewaktu om gandalf menjelaskan yg anda klaim sebagai "penebusan dosa" itu.
saya menilai anda tidak punya itikad baik untuk mengerti doktrin mahayana itu.
silakan kalo ada yg mau puter ulang rekaman penjelasannya.
sepertinya mahayanis di sini udah kecapean menjelaskan hal yg sama berulang2.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #65 on: 07 September 2011, 10:00:24 AM »
entah kemana anda sewaktu om gandalf menjelaskan yg anda klaim sebagai "penebusan dosa" itu.
saya menilai anda tidak punya itikad baik untuk mengerti doktrin mahayana itu.
silakan kalo ada yg mau puter ulang rekaman penjelasannya.
sepertinya mahayanis di sini udah kecapean menjelaskan hal yg sama berulang2.

entah kemana anda selama ini, karena jawabannya selalu belum memuaskan aye, silahkan kalau anda mau puter ulang pembelaan yang baru, sepertinya aye belum cape mendengar penjelasan yang memusingkan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #66 on: 07 September 2011, 10:06:06 AM »
entah kemana anda selama ini, karena jawabannya selalu belum memuaskan aye, silahkan kalau anda mau puter ulang pembelaan yang baru, sepertinya aye belum cape mendengar penjelasan yang memusingkan.
itulah anehnya. yg lain kok mengerti setelah mendengar penjelasan itu.
mungkin kesalahan pada pesawat televisinya, bukan pada stasiunnya...

dan lagi emangnya ada kewajiban mahayanis untuk terus menjelaskan bikin les privat kepada anda sampe anda puas?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #67 on: 07 September 2011, 10:11:21 AM »
itulah anehnya. yg lain kok mengerti setelah mendengar penjelasan itu.
mungkin kesalahan pada pesawat televisinya, bukan pada stasiunnya...

dan lagi emangnya ada kewajiban mahayanis untuk terus menjelaskan bikin les privat kepada anda sampe anda puas?


yang lain, siapa yang mengerti ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #68 on: 07 September 2011, 10:13:05 AM »
itulah anehnya. yg lain kok mengerti setelah mendengar penjelasan itu.
mungkin kesalahan pada pesawat televisinya, bukan pada stasiunnya...

dan lagi emangnya ada kewajiban mahayanis untuk terus menjelaskan bikin les privat kepada anda sampe anda puas?

mungkin anda saja yang mengerti deh, memang tidak ada kewajiban kok, silahkan saja tidak mau menjawab juga.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #69 on: 07 September 2011, 10:18:48 AM »
yang lain, siapa yang mengerti ?
lho, kan banyak yg ngasih thank you dan bilang ngerti.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #70 on: 07 September 2011, 10:20:26 AM »
lho, kan banyak yg ngasih thank you dan bilang ngerti.

lah aye ngasih juga thanks, tapi aye kaga ngerti kok ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #71 on: 07 September 2011, 10:38:36 AM »
itulah anehnya. yg lain kok mengerti setelah mendengar penjelasan itu.
mungkin kesalahan pada pesawat televisinya, bukan pada stasiunnya...

dan lagi emangnya ada kewajiban mahayanis untuk terus menjelaskan bikin les privat kepada anda sampe anda puas?

Tidak ada keanehan dalam hal ini.


Rekan Morpheus, sangat sulit ditemui orang yang mengerti akan suatu hal yang baik.
Juga sangat sulit ditemui orang yang mampu menjelaskan akan suatu hal yang baik.
Dan lebih sulit lagi ditemui orang yang mampu mengerti dan mampu menjelaskan akan suatu hal yang baik.

Sangat mulia niat anda berusaha menjelaskan akan suatu hal yang baik, namun bila hal tersebut belum dapat dipahami oleh orang lain, hendaknya menghindarkan diri untuk mempermasalahkan hal ini kepada sang penerima.

Barangkali kekuatan pemancar tersebut mampu menjangkau area yang dekat, namun untuk menjangkau yang di luar negeri, masih sulit diterima.

Dalam pandangan saya, hal ini dapat dijadikan sebagai sebuah kesempatan untuk meng-upgrade perangkat dan teknologi yang dimiliki oleh stasiun pemancar tersebut.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #72 on: 07 September 2011, 10:52:06 AM »
Barangkali kekuatan pemancar tersebut mampu menjangkau area yang dekat, namun untuk menjangkau yang di luar negeri, masih sulit diterima.

Dalam pandangan saya, hal ini dapat dijadikan sebagai sebuah kesempatan untuk meng-upgrade perangkat dan teknologi yang dimiliki oleh stasiun pemancar tersebut.
thanks. pada beberapa kasus memang benar seperti itu, om.

ada juga kasus gelas yg terlalu penuh, sehingga gak ada ruang untuk penjelasan baru bisa masuk.
mungkin kalo gelasnya dijungkirbalikkan, maka akan tercipta ruang untuk sesuatu yg baru.

yg juga perlu diingat di sini, pembaca thread tidak hanya satu orang. biarlah yg satu tidak bisa mengerti, namun disinformasi di dunia maya ini bisa menyebar dengan cepat & luas. disinformasi ini harus diimbangi dengan informasi yg benar dan berimbang.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #73 on: 07 September 2011, 10:57:04 AM »
thanks. pada beberapa kasus memang benar seperti itu, om.

ada juga kasus gelas yg terlalu penuh, sehingga gak ada ruang untuk penjelasan baru bisa masuk.
mungkin kalo gelasnya dijungkirbalikkan, maka akan tercipta ruang untuk sesuatu yg baru.

yg juga perlu diingat di sini, pembaca thread tidak hanya satu orang. biarlah yg satu tidak bisa mengerti, namun disinformasi di dunia maya ini bisa menyebar dengan cepat & luas. disinformasi ini harus diimbangi dengan informasi yg benar dan berimbang.


dan tidak-lah "haram" donk kalau memang di forum ini di-dengungkan terus menerus perbedaan konsep secara prinsipil antara T dan M...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #74 on: 07 September 2011, 11:13:38 AM »
Haha benar sekali.

 ;D Memang hanya gelas yang kosong yang dapat menampung yang baru.
Saudaraku, ingatkah anda bagaimana cara untuk mengosongkan sebuah gelas? Anda harus membuang air di dalamnya terlebih dahulu kan?

Nah sekarang bila kita menggunakan perumpamaan gelas. Mengapa anda perlu membuang air tersebut? Mengapa anda perlu mengosongkan gelas tersebut?

Bukankah kita telah belajar untuk tidak menyia-nyiakan dan berpuas diri pada apa yang kita miliki? Begitu banyak ajaran dari para bijak yang mengajarkan hal ini tetapi mengapa kita perlu mengosongkan gelas yang berisi air tersebut?


Cobalah anda isi sebuah gelas berisi air dan telaah lagi, kapan anda perlu mengosongkan gelas tersebut?
A. Pada saat haus.
B. Pada saat isi di dalamnya kotor.

Batin juga haus! batin ini pun membutuhkan cairan spiritual agar dahaga terpuaskan. Setelah meminum secangkir gelas, maka anda telah memuaskan dahaga anda. Dan terkadang, setelah melihat gelas tersebut kosong, anda perlu mengisinya dengan yang baru karena dahaga tersebut belumlah terpuaskan. Mungkin hal tersebut dapat memuaskan untuk sementara waktu, mungkn pula seterusnya. Tergantung bagaimana pola seseorang dalam menjaga dirinya ^^


Ada lagi kasus lainnya, ketika menyadari ternyata airnya kotor, barulah seseorang mau mengosongkan gelasnya.
aih... ada mayat lalat sedang berbaring tenang di gelas ini. Sabbe Sankhara Anicca.. 
Buang airnya, isi lagi dengan air yang baru.. Kecuali anda mau meminum air tersebut.
Apa yang mengotori batin ini? tidak lain LDM. Kembali ke LDM. Lagi-lagi LDM.


Bila anda telah mampu memuaskan dahaga anda ataupun telah menyadari kotornya air di dalam gelas tersebut. Hal tersebut adalah baik. Namun, untuk memuaskan dahaga orang lain ataupun yang belum menyadari kotornya air tersebut, hal ini tidak dapat dipaksakan begitu saja Brakkkk kamu harus minum..


barangkali ia belum haus....
barangkali ia tidak mempermasalahkan kotornya air tersebut


Semoga berkenan..

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #75 on: 07 September 2011, 11:16:04 AM »
thanks. pada beberapa kasus memang benar seperti itu, om.

ada juga kasus gelas yg terlalu penuh, sehingga gak ada ruang untuk penjelasan baru bisa masuk.
mungkin kalo gelasnya dijungkirbalikkan, maka akan tercipta ruang untuk sesuatu yg baru.

yg juga perlu diingat di sini, pembaca thread tidak hanya satu orang. biarlah yg satu tidak bisa mengerti, namun disinformasi di dunia maya ini bisa menyebar dengan cepat & luas. disinformasi ini harus diimbangi dengan informasi yg benar dan berimbang.

menurut kamus om, penyeimbang informasi yang benar dan seimbang yaitu........ ?

apakah seperti memberikan gambar biku aliran tera yang memberikan jimat2?

apakah seperti memberikan manfaat metta yang katanya bisa membuat kebal dari api?

itukah yang dimaksud penyeimbang informasi?

mantap deh kalau gitu, jadi kalau ada tai di sini, eh tau ga loh di sebelah juga ada tai, jangan liat tainya ambil telurnya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #76 on: 07 September 2011, 11:22:33 AM »
wow...
sori, ini TS baru bisa nongol...  ^:)^

baru saya tinggalin beberapa hari, udah banyak post yang bertebaran nih...  :-? :-?

banyak yang OOT juga hmmmmmm  :o

but, tengkiu para senior mau memberikan tanggapan.
saya jadi bingung menjawab 1 per 1

hakikatnya menurut rangkuman saya dari banyak komentar yang ada, bahwa tradisi ini cukup layak di pertahankan.
anggap lah tiada bermanfaat bagi menjalankan dhamma dan seperti beberapa post tidak akan membawa kita pada pembebasan, tapi adalah perbuatan bijak untuk melestarikan budaya dan tradisi turun temurun nenek moyang.

lagian logikanya gini, saat kita mempunyai seorang anak. apa lagi anak pertama, berjuta rasanya lhoooo...
terus terang rasa cemas dalam perlindungan pada anak menjadi point yang cukup penting disini.
awalnya jika anak rewel ato bahkan sakit hal tersebut akan membuat orang tua menjadi panik, saya tidak tau yang lain tapi saya panik.
dalam kepanikan mungkin saja saya akan memutuskan mengambil tindakan terburu2 tanpa mempertimbangkan efek lanjutannya. nah dengan adanya tradisi ini ternyata cukup bermanfaat juga membuat saya tenang. dan dapat berpikir rasional. saya jadi mempunyai waktu untuk menganalisa secara kritis atas kondisi anak.
rewel, kenapa ya?
cek popok, basah gak?
cek bedong, terlalu ketat gak?
cek tali pusar, apa terluka?
cek suhu tubuh bayi, apa panas? sakitkah?
cek asupan susu, apa sudah pas? (kadang susu formula yang salah penyajian akan membuat perut bayi tidak nyaman)
cek suhu ruangan, terlalu dingin kah? terlalu panas kah?
cek kondisi psikologi bayi, rewel karena merasa tidak aman kah? (bayi cendrung merasa tidak aman, takut, dan gelisah makanya tangan bayi akan selalu terkepal. kehadiran orang tua dengan sentuhan, suara, dan rasa kasih sayang akan membuat bayi nyaman dan aman - CMIIW)
dan lainnya....

nah dengan tenang saya bisa mempelajari kondisi bayi saya, kenapa?
karena saya merasa nyaman, tidak dibebani rasa  takut dan bersalah dan gelisah karena tidak mengamalkan saran orang tua.
tidak secara signifikan, namun cukup membantu.

intinya rasa nyaman telah melakukan sesuatu kewajiban yang lazim, yang berefek pada ketenangan hati.
disebut kewajiban, ya karena disini melakukan Pai Cheng Bu dalam pandangan masyarakat luas (masy tionghoa, tentunya) sudah merupakan hal yang wajib hukumnya. seorang ayah, ibu atau para elder sudah secara turun temurun dibebankan kewajiban ini. jika tidak melaksanakan akan dianggap lalai terhadap anak.
ini serius lhoooo... (yang tentu merupakan pandangan masyarakat disini)

begitu menurut saya.

 _/\_ _/\_ _/\_

Jika itu sudah menjadi keputusan anda, Sdr. Rico, maka tidak ada yang bisa menahannya. Namun anda pun perlu berusaha bisa menerima resiko / dampak apapun yang akan muncul, apakah baik maupun buruk. Dengan mau menerima resiko (terutama yang buruk) dari apa yang ia lakukan, maka seseorang telah meredam sebuah penderitaan hidupnya.

Saya juga memahami pengalaman Sdr. Rico dengan masalah anak, namun sepemahaman saya itu hanyalah masalah psikologi semata, dimana sebenarnya ada cara lain dimana kita bisa menjadi lebih tenang dalam menghadapi masalah anak. Cara Buddhis-nya adalah bermeditasi.

Terakhir, bagi saya pribadi, saya tidak akan melestarikan suatu tradisi yang nantinya justru memberikan warisan berupa rasa cemas dan takut bagi generasi saya berikutnya. Mungkin terdengar tidak bijak karena tidak melestarikan budaya dan tradisi nenek-moyang, tapi saya lebih memikirkan pembentukan mental yang lebih baik pada generasi berikut yang bebas dari rasa cemas dan takut tak berdasar agar nantinya dapat melihat, memahami sesuatu dengan jernih. Jadi, jika saya harus menjalankan tradisi tersebut, maka biarkanlah saya yang menjalaninya sebagai yang terakhir.

evam
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #77 on: 07 September 2011, 11:40:00 AM »
Jika kita berbicara di area kemungkinan, maka akan ada kemungkinan:
mungkin saja sudah ada makhluk halus yang menjaga bayi tersebut sejak lahir karena karma baik, jadi buat apa melakukan pai cheng bu lagi?

mungkin saja...who knows?
jadi kita tidak boleh menjudge sesuatu itu baik atau nggak sebelum kita bener2 mengetahui apakah tradisi tersebut membawa manfaat atau tidak.
jangan karena melakukan offering terhdap "sesuatu" trus dijudge yang aneh2..kan belum tentu sesuai dengan pemikiran/logika anda..

yang penting sekarang di sini butuh pemahaman yang bener terlebih dahulu..bahwa kegiatan semcam ini sebaiknya jangan dijadikan sebagai "sandaran" atau kemelekatan baru,
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #78 on: 07 September 2011, 01:27:27 PM »
mungkin saja...who knows?
Benar, who knows. Dengan pemikiran awal adanya kemungkinan itu maka tidak perlu lagi pai cheng bu, cukup menunggu karma baik. Jadi, kenapa tidak kemungkinan ini saja yang dikedepankan sebelum melakukan dan melanjutkan tradisi tersebut, daripada mengedepankan kemungkinan ada atau tidaknya makhluk halus pada saat melakukannya?

Quote
jadi kita tidak boleh menjudge sesuatu itu baik atau nggak sebelum kita bener2 mengetahui apakah tradisi tersebut membawa manfaat atau tidak.
jangan karena melakukan offering terhdap "sesuatu" trus dijudge yang aneh2..kan belum tentu sesuai dengan pemikiran/logika anda..

yang penting sekarang di sini butuh pemahaman yang bener terlebih dahulu..bahwa kegiatan semcam ini sebaiknya jangan dijadikan sebagai "sandaran" atau kemelekatan baru,
Saya rasa “nasihat” ini hanya berlaku bagi mereka yang hanya melakukan penilaian baik – buruk semata, bukan untuk mereka yang telah memaparkan dampak yang akan dihasilkan.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #79 on: 07 September 2011, 01:41:38 PM »
barangkali ia belum haus....
barangkali ia tidak mempermasalahkan kotornya air tersebut
betul, mungkin dia belum haus.
seperti yg saya tulis sebelumnya, kebanyakan reply saya tujukan untuk pembaca lain juga.

menurut kamus om, penyeimbang informasi yang benar dan seimbang yaitu........ ?

apakah seperti memberikan gambar biku aliran tera yang memberikan jimat2?

apakah seperti memberikan manfaat metta yang katanya bisa membuat kebal dari api?

itukah yang dimaksud penyeimbang informasi?
betul.
setiap orang mempunyai cara belajar yg berbeda2. ada yg langsung bisa menerima penjelasan yg abstrak, ada yg harus dicontohkan.

ada juga orang mentertawakan tai nempel di muka orang lain.
setelah disadarkan ada tai di mukanya sendiri, dia mungkin mau bercermin.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #80 on: 07 September 2011, 01:46:46 PM »
seperti yg saya tulis sebelumnya, kebanyakan reply saya tujukan untuk pembaca lain juga.

Intisari dari kata-kata yang diucapkan dengan baik adalah pemahaman.

Intisari belajar dan memahami adalah konsentrasi.

Kebijaksanaan dan pengetahuan orang yang terburu-buru dan sembrono tidak akan bertambah




Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #81 on: 07 September 2011, 01:49:13 PM »
betul, mungkin dia belum haus.
seperti yg saya tulis sebelumnya, kebanyakan reply saya tujukan untuk pembaca lain juga.
betul.
setiap orang mempunyai cara belajar yg berbeda2. ada yg langsung bisa menerima penjelasan yg abstrak, ada yg harus dicontohkan.

ada juga orang mentertawakan tai nempel di muka orang lain.
setelah disadarkan ada tai di mukanya sendiri, dia mungkin mau bercermin.

hehehehe ....

ini sama seperti anak kecil ngomong, "temenku nyolong mainan, jadi kenapa saya gak boleh nyolong permen?".
salah dibalas dengan salah, tidak menjadikan sang pembalas benar. tetap aja dua2nya salah.

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #82 on: 07 September 2011, 01:57:55 PM »
tentu pembaca yg cerdas bisa membedakan analogi cermin dan analogi anak kecil di atas.

si anak kecil melakukan hal yg jelek karena... yg lain juga melakukan kejelekan.
orang tadi disadarkan mukanya juga kotor dengan motivasi ...?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #83 on: 07 September 2011, 02:02:23 PM »
Benar, who knows. Dengan pemikiran awal adanya kemungkinan itu maka tidak perlu lagi pai cheng bu, cukup menunggu karma baik. Jadi, kenapa tidak kemungkinan ini saja yang dikedepankan sebelum melakukan dan melanjutkan tradisi tersebut, daripada mengedepankan kemungkinan ada atau tidaknya makhluk halus pada saat melakukannya?
Saya rasa “nasihat” ini hanya berlaku bagi mereka yang hanya melakukan penilaian baik – buruk semata, bukan untuk mereka yang telah memaparkan dampak yang akan dihasilkan.

kamma baik itu bth kondisi yang tepat supaya bisa berbuah..jadi tidak serta merta hanya berpangku tangan.. :)
kalo boleh tau apa dampak yang ditimbulkan dr tradisi ini?
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #84 on: 07 September 2011, 02:07:43 PM »
tentu pembaca yg cerdas bisa membedakan analogi cermin dan analogi anak kecil di atas.

si anak kecil melakukan hal yg jelek karena... yg lain juga melakukan kejelekan.


bisa iya bisa tidak
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #85 on: 07 September 2011, 02:14:07 PM »
kalau mau menyeimbangkan, sebaiknya dicarikan sutta yang sebanding dengan sutra tersebut, bukannya oknumnya.
sudah jelas dalam mahayana, buda yang mengajarkan penebusan dosa, silahkan anda berikan penyeimbang dengan memberikan sutta yang sejenis.

dapat tantangan nih kaum Mahayanis, atau pahlawan Mahayanis !!
ditunggu jawabannya.

tapi kayaknya cuma dapat 'kaset pemutar'   ^-^
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #86 on: 07 September 2011, 02:21:50 PM »
soal penebusan dosa, itu adalah disinformasi yg disebarkan orang yg tidak (mau?) mengerti.
tidak perlu penyeimbang. obat disinformasi ini adalah informasi yg benar, yg sudah dipostingkan berulang2 di thread2 yg sesuai...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #87 on: 07 September 2011, 02:35:27 PM »
soal penebusan dosa, itu adalah disinformasi yg disebarkan orang yg tidak (mau?) mengerti.
tidak perlu penyeimbang. obat disinformasi ini adalah informasi yg benar, yg sudah dipostingkan berulang2 di thread2 yg sesuai...

"penebusan dosa" itu didapatkan dengan PENAFSIRAN yang sangat rumit dan berat atau secara tersurat terdapat di dalam kitab M ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #88 on: 07 September 2011, 02:37:11 PM »
Jika itu sudah menjadi keputusan anda, Sdr. Rico, maka tidak ada yang bisa menahannya. Namun anda pun perlu berusaha bisa menerima resiko / dampak apapun yang akan muncul, apakah baik maupun buruk. Dengan mau menerima resiko (terutama yang buruk) dari apa yang ia lakukan, maka seseorang telah meredam sebuah penderitaan hidupnya.

Saya juga memahami pengalaman Sdr. Rico dengan masalah anak, namun sepemahaman saya itu hanyalah masalah psikologi semata, dimana sebenarnya ada cara lain dimana kita bisa menjadi lebih tenang dalam menghadapi masalah anak. Cara Buddhis-nya adalah bermeditasi.

Terakhir, bagi saya pribadi, saya tidak akan melestarikan suatu tradisi yang nantinya justru memberikan warisan berupa rasa cemas dan takut bagi generasi saya berikutnya. Mungkin terdengar tidak bijak karena tidak melestarikan budaya dan tradisi nenek-moyang, tapi saya lebih memikirkan pembentukan mental yang lebih baik pada generasi berikut yang bebas dari rasa cemas dan takut tak berdasar agar nantinya dapat melihat, memahami sesuatu dengan jernih. Jadi, jika saya harus menjalankan tradisi tersebut, maka biarkanlah saya yang menjalaninya sebagai yang terakhir.

evam
Jika anda meresap dharma, budaya hanyalah budaya, tradisi hanyalah tradisi. Apa yang menjadi rasa cemas dan ketakutan anda merupakan kotoran batin anda sendiri.
Dari statement anda, sepertinya dharma yang anda pelajari tidak memberi manfaat bagi batin anda atau batin anda tidak mampu meresap dharma.
Jika hanya melihat tinta diatas kertas, maka tinta yang diserap bukan dharma. Sibuk pada hal luar lupa pada batin sendiri. Seharusnya yang anda perhatikan rasa cemas dan ketakutan anda dan bukan pada budaya atau tradisi.
Cari sumber cemas dan ketakutan anda sendiri yaitu pada batin anda sendiri. Karena sumber cemas dan ketakutan berada disitu bukan pada hal luar . Atasi cemas dan takut itu pada sumber nya bukan pada hal luar.

« Last Edit: 07 September 2011, 02:41:12 PM by djoe »

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #89 on: 07 September 2011, 02:47:11 PM »
Jika itu sudah menjadi keputusan anda, Sdr. Rico, maka tidak ada yang bisa menahannya. Namun anda pun perlu berusaha bisa menerima resiko / dampak apapun yang akan muncul, apakah baik maupun buruk. Dengan mau menerima resiko (terutama yang buruk) dari apa yang ia lakukan, maka seseorang telah meredam sebuah penderitaan hidupnya.

Saya juga memahami pengalaman Sdr. Rico dengan masalah anak, namun sepemahaman saya itu hanyalah masalah psikologi semata, dimana sebenarnya ada cara lain dimana kita bisa menjadi lebih tenang dalam menghadapi masalah anak. Cara Buddhis-nya adalah bermeditasi.

Terakhir, bagi saya pribadi, saya tidak akan melestarikan suatu tradisi yang nantinya justru memberikan warisan berupa rasa cemas dan takut bagi generasi saya berikutnya. Mungkin terdengar tidak bijak karena tidak melestarikan budaya dan tradisi nenek-moyang, tapi saya lebih memikirkan pembentukan mental yang lebih baik pada generasi berikut yang bebas dari rasa cemas dan takut tak berdasar agar nantinya dapat melihat, memahami sesuatu dengan jernih. Jadi, jika saya harus menjalankan tradisi tersebut, maka biarkanlah saya yang menjalaninya sebagai yang terakhir.

evam
Ajaran Buddha bukan tentang merubah orang lain atau agama orang lain tetapi merubah diri sendiri. Jika anda sibuk pada dunia luar, maka penderitaanlah yang anda rasakan. Sibuk mencela. Manusia cenderung menyalahkan dunia luar sebagai sumber kegagalannya, ketidak bahagiannya. Jika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendaknya, maka rasa kecewa yang akan diperolehnya. Jika ia tidak memahami bahwa itu adalah kenyataan bahwa segala sesuatu memang tidak tetap dan tidap pasti, maka penderitaan yang akan dirasakannya.

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #90 on: 07 September 2011, 02:48:38 PM »
lho bukannya bro wei yang mengeluarkan jurus
muter, coba liat atau lupa atau mungkin bingung lagi

untuk mengingatkan supaya jangan bingung aja

tradisi paicengbu tidak ada hubungan dengan tradisi sungkem kepada orang tua

utk sungkem tidak harus dijadikan tradisi, tapi memang perlu dan wajib serta kapan saja.
dan kenali orang tua utk praktek Buddha Dhamma  :jempol:

Hihihi, suka banget ya anda kalau bisa hina2 orang lain.

Ya sudahlah, terserah anda. Putar terus saja.

Yang waras ngalah :)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #91 on: 07 September 2011, 02:54:01 PM »
Ajaran Buddha bukan tentang merubah orang lain atau agama orang lain tetapi merubah diri sendiri. Jika anda sibuk pada dunia luar, maka penderitaanlah yang anda rasakan. Sibuk mencela. Manusia cenderung menyalahkan dunia luar sebagai sumber kegagalannya, ketidak bahagiannya. Jika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendaknya, maka rasa kecewa yang akan diperolehnya. Jika ia tidak memahami bahwa itu adalah kenyataan bahwa segala sesuatu memang tidak tetap dan tidap pasti, maka penderitaan yang akan dirasakannya.
buda yang mana nih? kalau menurut pandangan om jo, itu seperti pandangan terawada, bukannya mahayana lho.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #92 on: 07 September 2011, 02:55:29 PM »
Jika anda meresap dharma, budaya hanyalah budaya, tradisi hanyalah tradisi. Apa yang menjadi rasa cemas dan ketakutan anda merupakan kotoran batin anda sendiri.
Dari statement anda, sepertinya dharma yang anda pelajari tidak memberi manfaat bagi batin anda atau batin anda tidak mampu meresap dharma.
Jika hanya melihat tinta diatas kertas, maka tinta yang diserap bukan dharma. Sibuk pada hal luar lupa pada batin sendiri. Seharusnya yang anda perhatikan rasa cemas dan ketakutan anda dan bukan pada budaya atau tradisi.
Cari sumber cemas dan ketakutan anda sendiri yaitu pada batin anda sendiri. Karena sumber cemas dan ketakutan berada disitu bukan pada hal luar . Atasi cemas dan takut itu pada sumber nya bukan pada hal luar.

master djoe sedemikian benar-nya... harus konsisten lo kalau pertolongan pihak luar tidak ada kaitannya dengan kekotoran bathin... termasuk juga pencapaian pencerahan/kesempurnaan/nibbana dan sejenisnya...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #93 on: 07 September 2011, 02:56:15 PM »
buda yang mana nih? kalau menurut pandangan om jo, itu seperti pandangan terawada, bukannya mahayana lho.
Adakah dharma yang bernama terawada atau mahayana?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #94 on: 07 September 2011, 02:56:18 PM »
di sutra perlindungan anak di akhir katanya :
Sang Buddha berkata kepada Bodhisattva Manjushri bahwa “Sutra Usia Panjang Pemusnahan Dosa” dan Hukum Sebab-Musabab yg terdiri dari 12 mata rantai lingkaran dari kelahiran dan kematian yg dikhotbahkan saat ini adalah sama spt yg telah diajarkan oleh para Buddha di masa yg lampau. Jika ada umat manusia yg bersedia menerima, menjunjung tinggi, menjalankan dan menyebarkan demi untuk kebahagiaan dan keberuntungan makhluk hidup, maka beliau akan memperoleh usia yg panjang pada kehidupan yg skr dan akan hidup melebihi 120 tahun.
Pada saat beliau meninggal, sewaktu rohnya keluar dari jasmaninya dan menyentuh udara beliau tdk akan merasa sakit yg bagaikan disayat pisau. Beliau tdk akan mengalami penderitaan apapun karena beliau telah memiliki tubuh yg abadi seperti seorang Buddha yg selamanya tdk akan pernah rusak. Tubuh yg spt inni benar2 bersih dan suci dan pikirannya juga tdk akan tergoyahkan. Di manapun beliau berada akan trs dilindungi oleh para Bodhisattva.

mantap khan? ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #95 on: 07 September 2011, 03:06:40 PM »
hehe...

sepertinya thread ini telah pecah menjadi 2 topic berbeda.

tapi saya tetap pada topik semula.

ya... saran para senior saya ambil sesuai dengan kondisi saya saja.

sekarang menurut saya,
menjalankan tradisi PaiChengBu adalah murni sebuah tindakan spontan atas tradisi itu sendiri, kenapa harus ada karma jelek disini? betul tidak?

percaya bahwa hal tersebut akan membawa berkah, rezeki dan perlindungan mungkin bodoh.

namun meyakini itu sebagai tindakan positif adalah hal lain lagi. betul tidak?

walau akibatnya saya akan mewarisi tradisi yang katakanlah tidak bermanfaat pada keturunan saya, itu masalah lain lagi. apa yang kelak terjadi tidaklah pasti. bisa saja anak saya jadi pemeluk isl*m atau kr*sten atau bahkan atheist.
yang penting tugas saya sebagai orang tua akan memberikan pemahaman yang benar pada anak cucu, membimbing mereka pada dhamma. sekali lagi soal warisan tradisi ini saya pandang sebagai hal positif saja.

nah semua kembali pada pemahaman dhamma kita sendiri. saya mungkin cetek, tapi saya mau belajar. sekarang saya belajar.... dan terima kasih sekali atas masukannya. saya belajar lebih banyak pada sesi topic ini, dari pada saya bongkar sana sini, obok2 mbah suhu google yang hasilnya nol.

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #96 on: 07 September 2011, 03:15:33 PM »

ya... saran para senior saya ambil sesuai dengan kondisi saya saja.

sekarang menurut saya,
menjalankan tradisi PaiChengBu adalah murni sebuah tindakan spontan atas tradisi itu sendiri, kenapa harus ada karma jelek disini? betul tidak?

percaya bahwa hal tersebut akan membawa berkah, rezeki dan perlindungan mungkin bodoh.

namun meyakini itu sebagai tindakan positif adalah hal lain lagi. betul tidak?

walau akibatnya saya akan mewarisi tradisi yang katakanlah tidak bermanfaat pada keturunan saya, itu masalah lain lagi. apa yang kelak terjadi tidaklah pasti. bisa saja anak saya jadi pemeluk isl*m atau kr*sten atau bahkan atheist.
yang penting tugas saya sebagai orang tua akan memberikan pemahaman yang benar pada anak cucu, membimbing mereka pada dhamma. sekali lagi soal warisan tradisi ini saya pandang sebagai hal positif saja.

nah semua kembali pada pemahaman dhamma kita sendiri. saya mungkin cetek, tapi saya mau belajar. sekarang saya belajar.... dan terima kasih sekali atas masukannya. saya belajar lebih banyak pada sesi topic ini, dari pada saya bongkar sana sini, obok2 mbah suhu google yang hasilnya nol.

Untuk itu lah saya salut pada kebijaksanaan anda memilih yang sesuai untuk anda dalam kondisi anda ^^

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #97 on: 07 September 2011, 03:16:13 PM »
kamma baik itu bth kondisi yang tepat supaya bisa berbuah..jadi tidak serta merta hanya berpangku tangan.. :)
kalo boleh tau apa dampak yang ditimbulkan dr tradisi ini?

Tentu saja saya sependapat bahwa kamma baik itu butuh kondisi yang tepat supaya bisa berbuah, namun bukankah ada cara lain dalam membentuk kondisi tersebut? Bagi yang mempelajari Buddhisme, bukankah ada cara menciptakan konsisi sehingga kamma baik itu berbuah? Kecuali kita yakin bahwa apa yang diajarkan dalam Buddhisme tidak membentuk kondisi yang membuat kamma baik untuk berbuah sehingga kita perlu mencari cara lain.

Mengenai dampak sudah saya sampaikan di awal.

GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #98 on: 07 September 2011, 03:17:15 PM »
Jika anda meresap dharma, budaya hanyalah budaya, tradisi hanyalah tradisi. Apa yang menjadi rasa cemas dan ketakutan anda merupakan kotoran batin anda sendiri.
Dari statement anda, sepertinya dharma yang anda pelajari tidak memberi manfaat bagi batin anda atau batin anda tidak mampu meresap dharma.
Jika hanya melihat tinta diatas kertas, maka tinta yang diserap bukan dharma. Sibuk pada hal luar lupa pada batin sendiri. Seharusnya yang anda perhatikan rasa cemas dan ketakutan anda dan bukan pada budaya atau tradisi.
Cari sumber cemas dan ketakutan anda sendiri yaitu pada batin anda sendiri. Karena sumber cemas dan ketakutan berada disitu bukan pada hal luar . Atasi cemas dan takut itu pada sumber nya bukan pada hal luar.



Saya rasa saya tidak perlu menanggapi lebih lanjut perkataan anda ini

evam
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #99 on: 07 September 2011, 03:19:20 PM »
Tentu saja saya sependapat bahwa kamma baik itu butuh kondisi yang tepat supaya bisa berbuah, namun bukankah ada cara lain dalam membentuk kondisi tersebut? Bagi yang mempelajari Buddhisme, bukankah ada cara menciptakan konsisi sehingga kamma baik itu berbuah? Kecuali kita yakin bahwa apa yang diajarkan dalam Buddhisme tidak membentuk kondisi yang membuat kamma baik untuk berbuah sehingga kita perlu mencari cara lain.

Mengenai dampak sudah saya sampaikan di awal.



apakah meminta pertolongan "makhluk lain" bukan suatu tindakan yang mengkondisikan? (jika memang benar ada makhluk yang datang)
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #100 on: 07 September 2011, 03:20:06 PM »
Adakah dharma yang bernama terawada atau mahayana?
ya tentu saja ada, karena itulah maka adanya perpecahan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #101 on: 07 September 2011, 03:23:20 PM »
hehe...

sepertinya thread ini telah pecah menjadi 2 topic berbeda.

tapi saya tetap pada topik semula.

ya... saran para senior saya ambil sesuai dengan kondisi saya saja.

sekarang menurut saya,
menjalankan tradisi PaiChengBu adalah murni sebuah tindakan spontan atas tradisi itu sendiri, kenapa harus ada karma jelek disini? betul tidak?

percaya bahwa hal tersebut akan membawa berkah, rezeki dan perlindungan mungkin bodoh.

namun meyakini itu sebagai tindakan positif adalah hal lain lagi. betul tidak?

walau akibatnya saya akan mewarisi tradisi yang katakanlah tidak bermanfaat pada keturunan saya, itu masalah lain lagi. apa yang kelak terjadi tidaklah pasti. bisa saja anak saya jadi pemeluk isl*m atau kr*sten atau bahkan atheist.
yang penting tugas saya sebagai orang tua akan memberikan pemahaman yang benar pada anak cucu, membimbing mereka pada dhamma. sekali lagi soal warisan tradisi ini saya pandang sebagai hal positif saja.

nah semua kembali pada pemahaman dhamma kita sendiri. saya mungkin cetek, tapi saya mau belajar. sekarang saya belajar.... dan terima kasih sekali atas masukannya. saya belajar lebih banyak pada sesi topic ini, dari pada saya bongkar sana sini, obok2 mbah suhu google yang hasilnya nol.

Menurut saya anda punya kebijaksanaan walau pengetahuan dharma anda cetek. Kebijaksanaan anda itulah dharma sesungguhnya. Dharma sesungguhnya tidak diperoleh dari tinta diatas kertas.
Sayangnya sebagian orang yang belajar dharma tidak mengerti hal ini dan hanya meresap tinta tersebut. Akibatnya hanya kotoran batin yang bertambah tetapi kebijaksanaan makin cetek. Bahkan ada yang membedakan dharma terawada dan dharma mahayana

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #102 on: 07 September 2011, 03:31:32 PM »
Menurut saya anda punya kebijaksanaan walau pengetahuan dharma anda cetek. Kebijaksanaan anda itulah dharma sesungguhnya. Dharma sesungguhnya tidak diperoleh dari tinta diatas kertas.
Sayangnya sebagian orang yang belajar dharma tidak mengerti hal ini dan hanya meresap tinta tersebut. Akibatnya hanya kotoran batin yang bertambah tetapi kebijaksanaan makin cetek. Bahkan ada yang membedakan dharma terawada dan dharma mahayana
a kebijaksanaan anda sungguh sangat besar master djoe, maka silahkan berikan kebijaksanaan yang maha besar pada kami si tinta di atas kertas.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #103 on: 07 September 2011, 03:33:52 PM »
a kebijaksanaan anda sungguh sangat besar master djoe, maka silahkan berikan kebijaksanaan yang maha besar pada kami si tinta di atas kertas.

_/\_

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #104 on: 07 September 2011, 03:52:46 PM »
udah toh... jangan pada berantem.

ini kan cuman topic ringan yang TS angkat karena keragu-raguan TS.
kok malah berkembang menjadi perdebatan benar salah dalam dangkal.

TS pernah dengar, dharma itu cuman "itu ke itu" aja kok (walau bukan segampang ato sesederhana ngucapin "itu ke itu" doank)... apapun alirannya, siapun yang jadi buddhanya, sama saja dharmanya gak pake ver 1.2 ato ver 3.5Beta ato apa gituuu...
bukan kata TS lhoooo TSnya belum sampe pada pemahaman begitu.

so mohon berikan kesempatan pada TS yang junior ini untuk belajar dharma lebih baik. seperti yang TS sampaikan pada post sebelumnya. pengetahuan dharma TS hanya terbatas pada kurikulum sekolah. kasian kan?

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #105 on: 07 September 2011, 03:54:42 PM »
Good point Bro William :)

Tetapi tadi ada yang berpendapat tradisi lebih baik ditinggal karena tidak memberikan manfaat untuk pencapaian Nibbana. Nah pertanyaan saya, berarti semua kebiasaan yang tidak bermanfaat untuk pencapaian Nibbana harus ditinggalkan-kah? (termasuk kebiasaan sungkeman)

saya rasa utk sungkeman mgkn bisa utk melatih mengurangi ego krn setidkanya mau berlutut di depan ortu..nah ini kan emang ada sisi baikinya utk perkembangan bathin.. saya rasa selama masih puthujana ya kita tidak akan bisa terlepas dari hal ginian.. kecuali sudah arya mgkn bisa meninggalkan ini semua.... semua ini tergantung pada pribadi masing2 apakah bermanfaat baginya atao tidak....kadang orang lain cuma bisa nilai dari luar saja...

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #106 on: 07 September 2011, 03:55:30 PM »
iya nih kasihan...threadnya jd "kotor"
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #107 on: 07 September 2011, 04:40:08 PM »
Adakah dharma yang bernama terawada atau mahayana?

menurut anda, dharma itu yang bagaimana ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #108 on: 07 September 2011, 05:30:46 PM »
hehe...

sepertinya thread ini telah pecah menjadi 2 topic berbeda.

tapi saya tetap pada topik semula.

ya... saran para senior saya ambil sesuai dengan kondisi saya saja.

sekarang menurut saya,
menjalankan tradisi PaiChengBu adalah murni sebuah tindakan spontan atas tradisi itu sendiri, kenapa harus ada karma jelek disini? betul tidak?

percaya bahwa hal tersebut akan membawa berkah, rezeki dan perlindungan mungkin bodoh.

namun meyakini itu sebagai tindakan positif adalah hal lain lagi. betul tidak?

walau akibatnya saya akan mewarisi tradisi yang katakanlah tidak bermanfaat pada keturunan saya, itu masalah lain lagi. apa yang kelak terjadi tidaklah pasti. bisa saja anak saya jadi pemeluk isl*m atau kr*sten atau bahkan atheist.
yang penting tugas saya sebagai orang tua akan memberikan pemahaman yang benar pada anak cucu, membimbing mereka pada dhamma. sekali lagi soal warisan tradisi ini saya pandang sebagai hal positif saja.

nah semua kembali pada pemahaman dhamma kita sendiri. saya mungkin cetek, tapi saya mau belajar. sekarang saya belajar.... dan terima kasih sekali atas masukannya. saya belajar lebih banyak pada sesi topic ini, dari pada saya bongkar sana sini, obok2 mbah suhu google yang hasilnya nol.

Menurut saya,
Hanya pikiran bersekutu dengan dosa (kebencian), loba (keserakahan), dan moha (kebodohan batin)  maka tindakan akan dikatakan perbuatan buruk.

Jika suatu tradisi hanya mewariskan hal yang tidak bermanfaat kepada generasi berikut mungkin akan mudah ditinggalkan, namun jika juga berdampak  menggerogoti kualitas mental?

Sungguh ironis, kadang kita ingin memberikan pandangan benar kepada anak kita, namun justru kita menjejelnya juga dengan suatu hal yang membebani mental mereka.

Terus terang, saya melihat topik ini berdasarkan pada kekhawatiran TS pada menjalankan tradisi orang tua, apakah nanti kalau tidak diikuti akan berakibat buruk atau tidak, serta “kutukan-kutukan” orang tua menyelimuti tradisi tesebut. Semua inilah yang saya sebut sebagai warisan. Saya tidak tahu apakah anda juga akan memaki dan mengutuk anak anda sebagai anak durhaka jika anak anda tidak melakuan tradisi yang sama.

Sekali lagi, tidak ada yang bisa melarang anda melakukan tradisi.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #109 on: 07 September 2011, 05:32:01 PM »
apakah meminta pertolongan "makhluk lain" bukan suatu tindakan yang mengkondisikan? (jika memang benar ada makhluk yang datang)

Kembali kepada konteks kemungkinan dan jika, Sdr. No Pain No Gain.
Apakah meminta pertolongan "makhluk lain" (saya artikan secara awam sebagai makhuk halus) bukan suatu tindakan yang mengkondisikan?

Bisa ya bisa juga tidak. Tapi apakah kita yakin hal itu akan menciptakan kondisi berbuahnya karma baik, atau justru sebaliknya? Yakinkah kita yang datang adalah makhluk yang berhati tulus? Seperti pepatah, dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati who knows? Makhluk yang kasat mata saja dapat menusuk dari belakang maka tidak menutup kemungkinan terjadi pada makhluk yang tidak kasat mata.

Apakah kita yakin makhluk tersebut tidak terus-menerus meminta seserahan dan akan bertindak negatif saat kita lupa memberikannya? Dengan demikian apakah ini disebut mengkondisikan karma baik yang muncul atau karma buruk yang muncul?

Dan balik lagi kepada pertanyaan yang menggelitik saya:
mungkin saja sudah ada makhluk halus yang menjaga bayi tersebut sejak lahir karena karma baik. Oleh karena itu kenapa tidak kemungkinan ini saja yang dikedepankan sebelum melakukan dan melanjutkan tradisi tersebut, daripada mengedepankan kemungkinan ada atau tidaknya makhluk halus pada saat melakukannya?


GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #110 on: 07 September 2011, 05:45:02 PM »
Menurut saya,
Hanya pikiran bersekutu dengan dosa (kebencian), loba (keserakahan), dan moha (kebodohan batin)  maka tindakan akan dikatakan perbuatan buruk.

Jika suatu tradisi hanya mewariskan hal yang tidak bermanfaat kepada generasi berikut mungkin akan mudah ditinggalkan, namun jika juga berdampak  menggerogoti kualitas mental?

Sungguh ironis, kadang kita ingin memberikan pandangan benar kepada anak kita, namun justru kita menjejelnya juga dengan suatu hal yang membebani mental mereka.

Terus terang, saya melihat topik ini berdasarkan pada kekhawatiran TS pada menjalankan tradisi orang tua, apakah nanti kalau tidak diikuti akan berakibat buruk atau tidak, serta “kutukan-kutukan” orang tua menyelimuti tradisi tesebut. Semua inilah yang saya sebut sebagai warisan. Saya tidak tahu apakah anda juga akan memaki dan mengutuk anak anda sebagai anak durhaka jika anak anda tidak melakuan tradisi yang sama.

Sekali lagi, tidak ada yang bisa melarang anda melakukan tradisi.

mau tanya om, kalau soal tradisi, dalam budis pun ada juga tradisi, dan kemungkinan tradisi itu punjuga bisa bersekutu dengan LDM, bagaimana menurut om?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #111 on: 07 September 2011, 05:52:12 PM »
Kembali kepada konteks kemungkinan dan jika, Sdr. No Pain No Gain.
Apakah meminta pertolongan "makhluk lain" (saya artikan secara awam sebagai makhuk halus) bukan suatu tindakan yang mengkondisikan?

Bisa ya bisa juga tidak. Tapi apakah kita yakin hal itu akan menciptakan kondisi berbuahnya karma baik, atau justru sebaliknya? Yakinkah kita yang datang adalah makhluk yang berhati tulus? Seperti pepatah, dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati who knows? Makhluk yang kasat mata saja dapat menusuk dari belakang maka tidak menutup kemungkinan terjadi pada makhluk yang tidak kasat mata.

Apakah kita yakin makhluk tersebut tidak terus-menerus meminta seserahan dan akan bertindak negatif saat kita lupa memberikannya? Dengan demikian apakah ini disebut mengkondisikan karma baik yang muncul atau karma buruk yang muncul?

Dan balik lagi kepada pertanyaan yang menggelitik saya:
mungkin saja sudah ada makhluk halus yang menjaga bayi tersebut sejak lahir karena karma baik. Oleh karena itu kenapa tidak kemungkinan ini saja yang dikedepankan sebelum melakukan dan melanjutkan tradisi tersebut, daripada mengedepankan kemungkinan ada atau tidaknya makhluk halus pada saat melakukannya?



mungkin pandangannya tidak mau ambil resiko, sama seperti katanya mending percaya tuhan khan tidak rugi kalau tidak ada tidak masalah, kalau ada ya yang rugi yang tidak percaya, cari amannya, padahal kalau mau ambil aja semua kepercayaan di dunia biar aman sekalian =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #112 on: 07 September 2011, 06:08:32 PM »
mau tanya om, kalau soal tradisi, dalam budis pun ada juga tradisi, dan kemungkinan tradisi itu punjuga bisa bersekutu dengan LDM, bagaimana menurut om?

Jika memang ada, maka perlu dikaji ulang, Sdr. Ryu. Ini menurut pendapat saya
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #113 on: 07 September 2011, 06:51:36 PM »
Ajaran Buddha bukan tentang merubah orang lain atau agama orang lain tetapi merubah diri sendiri. Jika anda sibuk pada dunia luar, maka penderitaanlah yang anda rasakan. Sibuk mencela. Manusia cenderung menyalahkan dunia luar sebagai sumber kegagalannya, ketidak bahagiannya. Jika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendaknya, maka rasa kecewa yang akan diperolehnya. Jika ia tidak memahami bahwa itu adalah kenyataan bahwa segala sesuatu memang tidak tetap dan tidap pasti, maka penderitaan yang akan dirasakannya.

teori tinta diatas kertas  :P
master cu sudah ubah diri sendiri ?
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #114 on: 07 September 2011, 09:10:41 PM »
Jika memang ada, maka perlu dikaji ulang, Sdr. Ryu. Ini menurut pendapat saya
dalam budis apakah diajarkan tradisi seperti mendoakan anak, mendoakan orang tua, meminta berkah, minta keselamatan dll?

kalau ada, tradisi itu kemudian menjadi sarana pengembangan LDM, apakah yang salah si tradisinya itu atau si orang yang tidak mengerti makna tradisinya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #115 on: 07 September 2011, 09:31:53 PM »
udah toh... jangan pada berantem.

ini kan cuman topic ringan yang TS angkat karena keragu-raguan TS.
kok malah berkembang menjadi perdebatan benar salah dalam dangkal.

TS pernah dengar, dharma itu cuman "itu ke itu" aja kok (walau bukan segampang ato sesederhana ngucapin "itu ke itu" doank)... apapun alirannya, siapun yang jadi buddhanya, sama saja dharmanya gak pake ver 1.2 ato ver 3.5Beta ato apa gituuu...
bukan kata TS lhoooo TSnya belum sampe pada pemahaman begitu.

so mohon berikan kesempatan pada TS yang junior ini untuk belajar dharma lebih baik. seperti yang TS sampaikan pada post sebelumnya. pengetahuan dharma TS hanya terbatas pada kurikulum sekolah. kasian kan?

nah wa ajarin satu lagi karena anak nya sudah satu tahun ( dah bisa jalan belum yahh dan sudah bisa mangil papa mama nya?) bentar lagi kathina di bawa saja ke acara kathina (vihara)  bimbing untuk melakukan dana atau sangha dana terserah yang mana yang gampang di lakukan oleh anak kecil.

atau adakan pesta ulangtahun dan mengundang bhikku atau bhikuni dari sangha terdekat dan memberikan dana oleh sang anak agar berbuah kamma baik di kemudian hari.

Hanya usul kalau bisa ajak kakek dan nenek nya juga untuk melakukan sanghadana ketika hari kathina tiba, karena bagaimana pun usia orang tua sudah ada berumur, entah di daerah saudara rico viharanya/kelenteng nya mengadakan acara kathina tidak.

di coba coba saja untuk mengusulkan  karena ada warisan kelenteng untuk mengadakan acara kathina di kelenteng tersebut juga untuk mengundang para bhiku sangha. ( hmm mesti ada anggota sangha bermasa wassa di kelenteng tersebut minimal 5 yahh)

harus sadar ketika mengusulkan hal seperti ini keorang yang tradisi nya berbeda jangan kecewa bila di tolak, harus di ingat pula ketika mengusulkan hal ini hendaknya lah di cari waktu atau tempo yang tepat dan tidak boleh terburu buru mengemukakan nya.

jadi harus ada persiapan persipapan ( baik yang besar maupun yang kecil) ketika hendak mengusulkan hal seperti ini seperti orang yang memasang perangkap harus di siapkan celah juga untuk mundur bila gagal.

tentu saja tidak harus tahun ini juga.

Wah, bagus sekali! Punya altar Avalokitesvara di rumah sudah bagus, sekarang tinggal bagaimana anda mengarahkannya...hahah

Kalau saya lihat ya, di keleteng warisan kakek anda malah ada banyak dewata Buddhisnya, sebut saja:
1. Guanyin (Avalokitesvara)
2. Guangong (Sangharama Bodhisattva)
3. Rulai Fozhu (Sakyamuni or Maitreya)
4. Zushi Gong (bhiksu Chan, Qingshui Zushi)]

Anw Datuk tu dewa apa ya? Fude Zhenshen?

Kalau boleh tau, apakah kelenteng tersebut diwariskan secara keluarga? Apakah anak-anak dari pengurus kelenteng sekarang sudah pada pergi ke vihara mendalami ajaran Buddha? kalau iya, mungkin memang ada ketakutan bahwa anda sebagai penerus tidak mewarisi tradisi dan kelenteng keluarga. Kalau boleh tau nama kelentengnya apa bro?

Tapi seandainya harus diwarisi begitu, tidak masalah, karena justru sebagai generasi penerus anda berkesempatan mengembangkan unsur Buddhis yang ada dalam kelenteng tersebut dan menyebarkan Buddha Dharma di sana.

 _/\_
The Siddha Wanderer

soalnya ada Buddha Sakyamuni tuh di kelenteng (beneran sakyamuni atau maitreya sihh?), jadi sayang loh kalau tidak di adakan acara kathina
« Last Edit: 07 September 2011, 09:49:59 PM by daimond »

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #116 on: 08 September 2011, 05:06:31 AM »
dalam budis apakah diajarkan tradisi seperti mendoakan anak, mendoakan orang tua, meminta berkah, minta keselamatan dll?

kalau ada, tradisi itu kemudian menjadi sarana pengembangan LDM, apakah yang salah si tradisinya itu atau si orang yang tidak mengerti makna tradisinya?

Sepanjang pengetahuan saya, Sdr. Ryu, dalam ajaran Buddha tidak ada doa seperti pengertian agama lain yang memohon sesuatu. Kalau sekedar berharap ya ada, seperti: semoga semua makhluk berbahagia, semoga para dewa dan naga melindungi pembabaran Dhamma…(dalam Ettavata), dll. Bahkan dalam mantra-mantra pada literatur Buddhis yang berisi dari mengenai memperpanjang usia sampai masalah penyakit wasir pun tidak ada yang isinya memohon, yang ada hanya disuruh baca mantranya, dan sepengetahuan saya isi dari beberapa mantra yang pernah saya lihat hanya berupa pujian tidak ada kata memohon.

Sayangnya karena kita hidup di dunia yang mayoritas menganut pemahaman doa sebagai sebuah permohonan, maka disadari maupun tidak hal ini ikut mengondisikan pola pikir sebagian dari kita mulai sejak kecil, sehingga muncullah kebiasaan/tradisi campuran seperti memohon sesuatu dengan menggunakan bacaan/literatur Buddhis. Inilah yang rawan. Di sini dapat kita lihat bahwa sedikit banyak lingkungan mempengaruhi pembentukan pola pikir seseorang, meskipun pola pikir tersebut dapat ditata ulang.

Jadi sepertinya tidak ada yang bisa dikatakan sebagai tradisi Buddhis yang berkaitan dengan doa permohonan.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #117 on: 08 September 2011, 07:16:48 AM »
Sepanjang pengetahuan saya, Sdr. Ryu, dalam ajaran Buddha tidak ada doa seperti pengertian agama lain yang memohon sesuatu. Kalau sekedar berharap ya ada, seperti: semoga semua makhluk berbahagia, semoga para dewa dan naga melindungi pembabaran Dhamma…(dalam Ettavata), dll. Bahkan dalam mantra-mantra pada literatur Buddhis yang berisi dari mengenai memperpanjang usia sampai masalah penyakit wasir pun tidak ada yang isinya memohon, yang ada hanya disuruh baca mantranya, dan sepengetahuan saya isi dari beberapa mantra yang pernah saya lihat hanya berupa pujian tidak ada kata memohon.

Sayangnya karena kita hidup di dunia yang mayoritas menganut pemahaman doa sebagai sebuah permohonan, maka disadari maupun tidak hal ini ikut mengondisikan pola pikir sebagian dari kita mulai sejak kecil, sehingga muncullah kebiasaan/tradisi campuran seperti memohon sesuatu dengan menggunakan bacaan/literatur Buddhis. Inilah yang rawan. Di sini dapat kita lihat bahwa sedikit banyak lingkungan mempengaruhi pembentukan pola pikir seseorang, meskipun pola pikir tersebut dapat ditata ulang.

Jadi sepertinya tidak ada yang bisa dikatakan sebagai tradisi Buddhis yang berkaitan dengan doa permohonan.

dalam tradisi budhis khan ada tradisi cetak buku dan menyalin sutra agar mendapat manfaatnya, tradisi itu berhubungan dengan LDM kah?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #118 on: 08 September 2011, 08:32:21 AM »
dalam tradisi budhis khan ada tradisi cetak buku dan menyalin sutra agar mendapat manfaatnya, tradisi itu berhubungan dengan LDM kah?

Sangat berhubungan.

Bisa mengurangi kadar LDM..
Bisa juga menambah kadar LDM..

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #119 on: 08 September 2011, 08:50:36 AM »
Sangat berhubungan.

Bisa mengurangi kadar LDM..
Bisa juga menambah kadar LDM..
jadi apa bedanya tradisi pai cheng bu ini dengan mencetak buku sutra.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #120 on: 08 September 2011, 09:24:22 AM »
jadi apa bedanya tradisi pai cheng bu ini dengan mencetak buku sutra.

Metode dan tujuan

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #121 on: 08 September 2011, 09:31:48 AM »
Menurut saya,
Hanya pikiran bersekutu dengan dosa (kebencian), loba (keserakahan), dan moha (kebodohan batin)  maka tindakan akan dikatakan perbuatan buruk.

Jika suatu tradisi hanya mewariskan hal yang tidak bermanfaat kepada generasi berikut mungkin akan mudah ditinggalkan, namun jika juga berdampak  menggerogoti kualitas mental?

Sungguh ironis, kadang kita ingin memberikan pandangan benar kepada anak kita, namun justru kita menjejelnya juga dengan suatu hal yang membebani mental mereka.

Terus terang, saya melihat topik ini berdasarkan pada kekhawatiran TS pada menjalankan tradisi orang tua, apakah nanti kalau tidak diikuti akan berakibat buruk atau tidak, serta “kutukan-kutukan” orang tua menyelimuti tradisi tesebut. Semua inilah yang saya sebut sebagai warisan. Saya tidak tahu apakah anda juga akan memaki dan mengutuk anak anda sebagai anak durhaka jika anak anda tidak melakuan tradisi yang sama.

Sekali lagi, tidak ada yang bisa melarang anda melakukan tradisi.

hampir dipastikan tiada konteks Loba dan Dosa pada tradisi ini. ini pemahaman saya pribadi.

Moha mungkin.

nah menjadi moha kalau kita tidak memahami atau memahami dan melakukan dengan tujuan pemahaman itu sendiri.
tradisi ini bertujuan meminta perlindungan pada ibu peri untuk melindungi anak. padahal hal tersebut sedikit rancu dengan meminta permohonan pada makhluk lain. toh karma kita lah yang akhirnya menentukan kondisi kita.
tapi menurut saya kalau kita melaksanakannya dengan maksud mempertahankan keunikan tradisi itu sendiri, dan juga akan mendapat ketenangan batin rasanya tidaklah salah dijalankan.
sekali lagi kita harus memahami bahwa saya melakukan bukan karena akan mendapat perlindungan, saya melakukan hanya alasan sebab lain yang tidak berhubungan dengan mencari perlindungan.

betul pada awal saya ragu, makanya saya buka topik ini dengan harapan mendapat jawaban yang tepat. banyak sekali ragam komentar dan masukan, beberapa saling bertentangan malah.
ada yang bilang sebaiknya ditinggalkan
ada yang bilang tidak apa-apa dilanjutkan

saya ambil jalan tengah, makanya saya kembali pada penilaian tradisi itu sendiri.
1. tujuan tradisi
tradisi ini bertujuan untuk meminta perlindungan Cheng Bu untuk melindungi, menjaga, membimbing anak kita yang masih kecil. dalam pemahaman bahwa setiap orang tua ada kalanya akan lalai dalam menjaga anak, maka timbul tradisi kepercayaan meminta perlindungan dari sesuatu yang lain yang menurut kepercayaan kuno sangatlah nyata keberadaan dia yang akan kita minta perlindungannya.
dalam hal ini saya tidak menemukan sesuatu yang negatif pada tujuan pelaksanaanya. kecuali pandangan yang salah.
nah kalau kita tetap melakukan dengan pandangan yang benar, bahwa tidak bakal ada sesuatu mahluk lain yang akan melindungi anak kita. rasanya hal tersebut tidak lah salah.
LAKUKAN TRADISI KARENA TRADISI ITU SENDIRI
simpel, tiada kaitan LDM disini.
2. warisan
entah kapan mulainya tradisi ini, tapi setahu saya nenek moyang saya sudah melakukannya dari dahulu kala. diwariskan turun temurun. ayah pada anak, anak pada anaknya lagi dan seterusnya entah kapan tradisi ini akan hilang.
dengan alasan kebudayaan dan tradisilah menjadikan salah satu tonggak peradaban manusia maka mempertahankan tradisi ini menjadi sebuah hal yang menurut saya cukup layak.
apakah saya akan mewariskan pada anak saya sesuatu yang tidak bermanfaat? itu hal lain lagi.
menurut saya seorang anak akan cendrung mengikuti atau mencontoh orang tuanya apa lagi pada hal-hal yang tidak dimengerti, dengan anggapan bahwa tindakan orang tuanya tidak salah jadi apa salahnya diikuti? nah dulu kita sering dihadapkan pada kondisi kalau kita bertanya kenapa? para orang tua selalu berkata jangan membangkang lakukan saja. hal tersebut salah, tugas kita sebagai orang tua harus memberikan pandangan dan pemahaman yang benar dan baik pada anak.
jadi jika saya ternyata mewariskan pada anak saya tradisi ini, maka saya akan memberi tahukan pada mereka pandangan dan pemahaman yang benar pada anak-anak saya. boleh di ikuti boleh di tinggalkan.

so what? tidak ada yang salah toh pada tradisi ini?

hal tersebutlah yang menghapus keraguan saya pada tradisi ini dan mungkin juga pada tradisi tradisi yang lainnya diluar topik ini.

namun pemahaman saya mungkin saja salah, dan mungkin justru saya dikuasai oleh MOHA yang parah.
untuk itu walau saya tegas pada pernyataan saya diatas, saya sangat wellcome pada masukan.
saya akan sangat senang jika ada yang bisa meyakinkan saya benar
saya juga akan sangat senang jika ada yang bisa meyakinkan saya salah
saya belajar
untuk itu saya sangat haus akan masukan untuk memperbaiki diri.

 _/\_ _/\_

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #122 on: 08 September 2011, 09:59:09 AM »
hampir dipastikan tiada konteks Loba dan Dosa pada tradisi ini. ini pemahaman saya pribadi.

Moha mungkin.

nah menjadi moha kalau kita tidak memahami atau memahami dan melakukan dengan tujuan pemahaman itu sendiri.
tradisi ini bertujuan meminta perlindungan pada ibu peri untuk melindungi anak. padahal hal tersebut sedikit rancu dengan meminta permohonan pada makhluk lain. toh karma kita lah yang akhirnya menentukan kondisi kita.
tapi menurut saya kalau kita melaksanakannya dengan maksud mempertahankan keunikan tradisi itu sendiri, dan juga akan mendapat ketenangan batin rasanya tidaklah salah dijalankan.
sekali lagi kita harus memahami bahwa saya melakukan bukan karena akan mendapat perlindungan, saya melakukan hanya alasan sebab lain yang tidak berhubungan dengan mencari perlindungan.

betul pada awal saya ragu, makanya saya buka topik ini dengan harapan mendapat jawaban yang tepat. banyak sekali ragam komentar dan masukan, beberapa saling bertentangan malah.
ada yang bilang sebaiknya ditinggalkan
ada yang bilang tidak apa-apa dilanjutkan

saya ambil jalan tengah, makanya saya kembali pada penilaian tradisi itu sendiri.
1. tujuan tradisi
tradisi ini bertujuan untuk meminta perlindungan Cheng Bu untuk melindungi, menjaga, membimbing anak kita yang masih kecil. dalam pemahaman bahwa setiap orang tua ada kalanya akan lalai dalam menjaga anak, maka timbul tradisi kepercayaan meminta perlindungan dari sesuatu yang lain yang menurut kepercayaan kuno sangatlah nyata keberadaan dia yang akan kita minta perlindungannya.
dalam hal ini saya tidak menemukan sesuatu yang negatif pada tujuan pelaksanaanya. kecuali pandangan yang salah.
nah kalau kita tetap melakukan dengan pandangan yang benar, bahwa tidak bakal ada sesuatu mahluk lain yang akan melindungi anak kita. rasanya hal tersebut tidak lah salah.
LAKUKAN TRADISI KARENA TRADISI ITU SENDIRI
simpel, tiada kaitan LDM disini.
2. warisan
entah kapan mulainya tradisi ini, tapi setahu saya nenek moyang saya sudah melakukannya dari dahulu kala. diwariskan turun temurun. ayah pada anak, anak pada anaknya lagi dan seterusnya entah kapan tradisi ini akan hilang.
dengan alasan kebudayaan dan tradisilah menjadikan salah satu tonggak peradaban manusia maka mempertahankan tradisi ini menjadi sebuah hal yang menurut saya cukup layak.
apakah saya akan mewariskan pada anak saya sesuatu yang tidak bermanfaat? itu hal lain lagi.
menurut saya seorang anak akan cendrung mengikuti atau mencontoh orang tuanya apa lagi pada hal-hal yang tidak dimengerti, dengan anggapan bahwa tindakan orang tuanya tidak salah jadi apa salahnya diikuti? nah dulu kita sering dihadapkan pada kondisi kalau kita bertanya kenapa? para orang tua selalu berkata jangan membangkang lakukan saja. hal tersebut salah, tugas kita sebagai orang tua harus memberikan pandangan dan pemahaman yang benar dan baik pada anak.
jadi jika saya ternyata mewariskan pada anak saya tradisi ini, maka saya akan memberi tahukan pada mereka pandangan dan pemahaman yang benar pada anak-anak saya. boleh di ikuti boleh di tinggalkan.

so what? tidak ada yang salah toh pada tradisi ini?

hal tersebutlah yang menghapus keraguan saya pada tradisi ini dan mungkin juga pada tradisi tradisi yang lainnya diluar topik ini.

namun pemahaman saya mungkin saja salah, dan mungkin justru saya dikuasai oleh MOHA yang parah.
untuk itu walau saya tegas pada pernyataan saya diatas, saya sangat wellcome pada masukan.
saya akan sangat senang jika ada yang bisa meyakinkan saya benar
saya juga akan sangat senang jika ada yang bisa meyakinkan saya salah
saya belajar
untuk itu saya sangat haus akan masukan untuk memperbaiki diri.

 _/\_ _/\_

Sedikit out of topic...
Saya jadi teringat obrolan saya dengan teman saya dulu.

Pada saat pembicaraan mengenai metode meditasi samatha dan vipassana, ia mengatakan pada saya, lebih baik tidak usah meditasi samatha. Lakukan saja vipassana, ini adalah cara tercepat menuju nibbana.

Saya tanyakan kenapa kamu bisa bilang begitu? Ia menjawab dan menjelaskan maksud dan tujuan dari metode vipassana.

Oh benar juga.. tidak ada yang salah dalam penjelasannya.. pikir saya pada saat itu.
Maka teman ku ini bilang lagi, kalau kita meditasi samatha, inilah dampak2 yang dapat terjadi ( sambil ia menjelaskan kelebihannya antara kedua metode itu )

Sebentar... Saya potong dulu.. 
Kamu melakukan metode vipassana karena kamu BERHASIL melihat manfaatnya kan?
Saya bukan seorang Bhante yang dapat menjelaskan hal meditasi dengan gamblang, ini bukan bidang saya, namun saya dapat menjelaskan hal ini kepada anda.

Ada yang melihat manfaat dari Samatha, maka itu ia menjalankan meditasi tersebut.
Ada yang melihat manfaat dari Vipassana, maka itu ia menjalankan meditasi tersebut.
Ada pula yang menyadari manfaat dari keduanya, maka ia menjalankan Meditasi.

Dalam meditasi, anda tidak bisa menekan tombol menu untuk memilih metode mana yang berjalan dalam meditasi anda.
Dalam meditasi, anda tidak bisa memesan menu yang anda inginkan lalu muncul apa yang anda pesan.

Jangan karena anda berhasil melihat manfaat dari vipassana maka anda katakan bahwa samatha tidak berguna.

Mungkin manfaat dan tujuannya yang belum anda pahami maknanya?



Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #123 on: 08 September 2011, 10:28:52 AM »
Sedikit out of topic...
Saya jadi teringat obrolan saya dengan teman saya dulu.

Pada saat pembicaraan mengenai metode meditasi samatha dan vipassana, ia mengatakan pada saya, lebih baik tidak usah meditasi samatha. Lakukan saja vipassana, ini adalah cara tercepat menuju nibbana.

Saya tanyakan kenapa kamu bisa bilang begitu? Ia menjawab dan menjelaskan maksud dan tujuan dari metode vipassana.

Oh benar juga.. tidak ada yang salah dalam penjelasannya.. pikir saya pada saat itu.
Maka teman ku ini bilang lagi, kalau kita meditasi samatha, inilah dampak2 yang dapat terjadi ( sambil ia menjelaskan kelebihannya antara kedua metode itu )

Sebentar... Saya potong dulu.. 
Kamu melakukan metode vipassana karena kamu BERHASIL melihat manfaatnya kan?
Saya bukan seorang Bhante yang dapat menjelaskan hal meditasi dengan gamblang, ini bukan bidang saya, namun saya dapat menjelaskan hal ini kepada anda.

Ada yang melihat manfaat dari Samatha, maka itu ia menjalankan meditasi tersebut.
Ada yang melihat manfaat dari Vipassana, maka itu ia menjalankan meditasi tersebut.
Ada pula yang menyadari manfaat dari keduanya, maka ia menjalankan Meditasi.

Dalam meditasi, anda tidak bisa menekan tombol menu untuk memilih metode mana yang berjalan dalam meditasi anda.
Dalam meditasi, anda tidak bisa memesan menu yang anda inginkan lalu muncul apa yang anda pesan.

Jangan karena anda berhasil melihat manfaat dari vipassana maka anda katakan bahwa samatha tidak berguna.

Mungkin manfaat dan tujuannya yang belum anda pahami maknanya?

terima kasih..

satu lagi yang saya pelajari hari ini.

melihat adanya manfaat maka menjalankannya.

dan seperti uraian saya diatas, walau kabur tapi saya masih melihat manfaat tradisi ini walau mungkin orang lain tidak melihat seperti yang saya lihat.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #124 on: 08 September 2011, 12:09:21 PM »
dalam tradisi budhis khan ada tradisi cetak buku dan menyalin sutra agar mendapat manfaatnya, tradisi itu berhubungan dengan LDM kah?

Pertama, saya tidak yakin cetak buku agama adalah tradisi khas Buddhis, karena agama lain juga melakukannya, meskipun ya ada dalam literatur yang disebut sutra.
Tradisi adalah perbuatan atau tindakan yang menjadi kebiasaan. Dan perbuatan selalu diawali dengan niat. Niat inilah yang berhubungan dengan dosa, lobha, dan moha. Jika di awali dengan niat yang bersekutu dengan LDM dan diteruskan, maka akan menjadi kebiasaan/tradisi yang tentunya tidak baik. Dan tentu saja cara dalam melakukan perbuatan juga membentuk sifat dari perbuatan itu sendiri, baik atau buruk.

Apa sih esensi awal terbentuknya tradisi cetak buku agama ini? Apa sih tujuan/niat awal dari melakukan cetak buku agama/sutra? Inilah yang perlu dikaji. Saat ini saya tidak pada posisi mengkajinya karena cakupannya cukup luas, Sdr. Ryu. Jadi harap maklum.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #125 on: 08 September 2011, 12:12:49 PM »
hampir dipastikan tiada konteks Loba dan Dosa pada tradisi ini. ini pemahaman saya pribadi.

Moha mungkin.

nah menjadi moha kalau kita tidak memahami atau memahami dan melakukan dengan tujuan pemahaman itu sendiri.
tradisi ini bertujuan meminta perlindungan pada ibu peri untuk melindungi anak. padahal hal tersebut sedikit rancu dengan meminta permohonan pada makhluk lain. toh karma kita lah yang akhirnya menentukan kondisi kita.
tapi menurut saya kalau kita melaksanakannya dengan maksud mempertahankan keunikan tradisi itu sendiri, dan juga akan mendapat ketenangan batin rasanya tidaklah salah dijalankan.
sekali lagi kita harus memahami bahwa saya melakukan bukan karena akan mendapat perlindungan, saya melakukan hanya alasan sebab lain yang tidak berhubungan dengan mencari perlindungan.

betul pada awal saya ragu, makanya saya buka topik ini dengan harapan mendapat jawaban yang tepat. banyak sekali ragam komentar dan masukan, beberapa saling bertentangan malah.
ada yang bilang sebaiknya ditinggalkan
ada yang bilang tidak apa-apa dilanjutkan

saya ambil jalan tengah, makanya saya kembali pada penilaian tradisi itu sendiri.
1. tujuan tradisi
tradisi ini bertujuan untuk meminta perlindungan Cheng Bu untuk melindungi, menjaga, membimbing anak kita yang masih kecil. dalam pemahaman bahwa setiap orang tua ada kalanya akan lalai dalam menjaga anak, maka timbul tradisi kepercayaan meminta perlindungan dari sesuatu yang lain yang menurut kepercayaan kuno sangatlah nyata keberadaan dia yang akan kita minta perlindungannya.
dalam hal ini saya tidak menemukan sesuatu yang negatif pada tujuan pelaksanaanya. kecuali pandangan yang salah.
nah kalau kita tetap melakukan dengan pandangan yang benar, bahwa tidak bakal ada sesuatu mahluk lain yang akan melindungi anak kita. rasanya hal tersebut tidak lah salah.
LAKUKAN TRADISI KARENA TRADISI ITU SENDIRI
simpel, tiada kaitan LDM disini.
2. warisan
entah kapan mulainya tradisi ini, tapi setahu saya nenek moyang saya sudah melakukannya dari dahulu kala. diwariskan turun temurun. ayah pada anak, anak pada anaknya lagi dan seterusnya entah kapan tradisi ini akan hilang.
dengan alasan kebudayaan dan tradisilah menjadikan salah satu tonggak peradaban manusia maka mempertahankan tradisi ini menjadi sebuah hal yang menurut saya cukup layak.
apakah saya akan mewariskan pada anak saya sesuatu yang tidak bermanfaat? itu hal lain lagi.
menurut saya seorang anak akan cendrung mengikuti atau mencontoh orang tuanya apa lagi pada hal-hal yang tidak dimengerti, dengan anggapan bahwa tindakan orang tuanya tidak salah jadi apa salahnya diikuti? nah dulu kita sering dihadapkan pada kondisi kalau kita bertanya kenapa? para orang tua selalu berkata jangan membangkang lakukan saja. hal tersebut salah, tugas kita sebagai orang tua harus memberikan pandangan dan pemahaman yang benar dan baik pada anak.
jadi jika saya ternyata mewariskan pada anak saya tradisi ini, maka saya akan memberi tahukan pada mereka pandangan dan pemahaman yang benar pada anak-anak saya. boleh di ikuti boleh di tinggalkan.

so what? tidak ada yang salah toh pada tradisi ini?

hal tersebutlah yang menghapus keraguan saya pada tradisi ini dan mungkin juga pada tradisi tradisi yang lainnya diluar topik ini.

namun pemahaman saya mungkin saja salah, dan mungkin justru saya dikuasai oleh MOHA yang parah.
untuk itu walau saya tegas pada pernyataan saya diatas, saya sangat wellcome pada masukan.
saya akan sangat senang jika ada yang bisa meyakinkan saya benar
saya juga akan sangat senang jika ada yang bisa meyakinkan saya salah
saya belajar
untuk itu saya sangat haus akan masukan untuk memperbaiki diri.

 _/\_ _/\_

Sebuah perbuatan buruk bisa diawali dengan dosa saja, lobha saja, moha saja, atau rangkaian dua di antaranya, ataupun rangkaian ketiganya. Jadi saat moha muncul pada pikiran meskipun sendiri maka bisa dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak baik. Bahkan dari apa yang pernah saya dengar (cmiiw), moha adalah kekotoran batin yang paling sulit dibanding dengan lobha dan dosa, karena dalam moha seseorang tidak lagi bisa melihat dan menilai baik sebagai baik dan buruk sebagai buruk, kadang menjadi seseorang yang keras kepala.

Sebagai orang awam yang senior-senior di DC menyebutnya sebagai puthujjana, kadang kala kita tidak menyadari bahwa kita sedang membenci/tidak menyukai sesuatu dengan menutupinya dengan melakukan perbuatan yang kelihatannya tidak membenci. Salah satu kasusnya dapat terjadi pada euthanasia. Seseorang memutuskan melakukan eutanasia kepada kerabatnya yang koma berbulan-bulan karena merasa kasihan, tidak tega kerabatnya menderita sakit terus. Sepertinya ini adalah perbuatan baik dimana membantu orang lain agar tidak menderita lagi. Padahal dibalik itu semua ada rasa benci, ketidaksukaan terhadap kondisi yang terjadi pada kerabatnya. Ia tidak suka kerabatnya menahan sakit, ia tidak suka melihat kerabatnya diinfus, bahkan tidak suka dengan bayaran tagihan rumah sakit yang membengkak.

Kita tidak suka anak kita nanti jatuh, kita tidak suka nanti anak kita sakit, tidak suka anak kita menangis pada malam hari, dst, bahkan tidak suka dimarahi orang tua dan dianggap anak durhaka. Berusaha menutupi ketidaksukaan ini kita melakukan perbuatan yang dianggap dapat melindungi anak dari jatuh, sakit dan menangis, dan dapat menghindar dari omelan orang tua, dalam hal ini kita melakukan tradisi pai cheng bu.

Jika bukan berlandaskan pada rasa tidak suka anak kita nanti jatuh, sakit dan menangis serta omelan orang tua, lalu apa dasarnya melakukan pai cheng bu? Apakah untuk mendapatkan pengakuan/penghargaan karena telah melakukan pelestarian budaya? Ini ujung-ujungnya adalah lobha, kehausan akan penghargaan dan kehormatan.

Inilah dosa, lobha dan moha yang terselubung, yang sebagai puthujjana kadang kala kita tidak melihatnya. Hanya para Arya saja yang telah bebas dari LDM. Untuk pembahasan LDM lebih mendalam saya persilahkan untuk menanyakannya pada senior-senior.

Demikian Sdr. Rico. Dan saya rasa sudah cukup saya menyampaikan pendapat saya mengenai tradisi pai cheng bu yang dikaitkan dengan Buddhisme sesuai dengan yang ditanyakan TS pada awal topik.

evam
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #126 on: 08 September 2011, 01:18:41 PM »
terima kasih..

satu lagi yang saya pelajari hari ini.

melihat adanya manfaat maka menjalankannya.

dan seperti uraian saya diatas, walau kabur tapi saya masih melihat manfaat tradisi ini walau mungkin orang lain tidak melihat seperti yang saya lihat.
terkadang manusia mencari zona aman untuk dirinya, mencari pemecahan masalah dengan mencari pembenaran2 yang sesuai dengan keinginannya.

itu saja dari saya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #127 on: 08 September 2011, 01:28:03 PM »
Pertama, saya tidak yakin cetak buku agama adalah tradisi khas Buddhis, karena agama lain juga melakukannya, meskipun ya ada dalam literatur yang disebut sutra.
Tradisi adalah perbuatan atau tindakan yang menjadi kebiasaan. Dan perbuatan selalu diawali dengan niat. Niat inilah yang berhubungan dengan dosa, lobha, dan moha. Jika di awali dengan niat yang bersekutu dengan LDM dan diteruskan, maka akan menjadi kebiasaan/tradisi yang tentunya tidak baik. Dan tentu saja cara dalam melakukan perbuatan juga membentuk sifat dari perbuatan itu sendiri, baik atau buruk.

Apa sih esensi awal terbentuknya tradisi cetak buku agama ini? Apa sih tujuan/niat awal dari melakukan cetak buku agama/sutra? Inilah yang perlu dikaji. Saat ini saya tidak pada posisi mengkajinya karena cakupannya cukup luas, Sdr. Ryu. Jadi harap maklum.

ok thanks,

satu lagi om, apakah ada tradisi yg menghindari ldm dlm budis dan ajaran lain?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #128 on: 08 September 2011, 02:26:32 PM »
Tradisi Pai Cheng Bu vs Atanatiya Paritta (Atanatiya Sutta) ???
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #129 on: 08 September 2011, 03:01:41 PM »
Sebuah perbuatan buruk bisa diawali dengan dosa saja, lobha saja, moha saja, atau rangkaian dua di antaranya, ataupun rangkaian ketiganya. Jadi saat moha muncul pada pikiran meskipun sendiri maka bisa dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak baik. Bahkan dari apa yang pernah saya dengar (cmiiw), moha adalah kekotoran batin yang paling sulit dibanding dengan lobha dan dosa, karena dalam moha seseorang tidak lagi bisa melihat dan menilai baik sebagai baik dan buruk sebagai buruk, kadang menjadi seseorang yang keras kepala.

Sebagai orang awam yang senior-senior di DC menyebutnya sebagai puthujjana, kadang kala kita tidak menyadari bahwa kita sedang membenci/tidak menyukai sesuatu dengan menutupinya dengan melakukan perbuatan yang kelihatannya tidak membenci. Salah satu kasusnya dapat terjadi pada euthanasia. Seseorang memutuskan melakukan eutanasia kepada kerabatnya yang koma berbulan-bulan karena merasa kasihan, tidak tega kerabatnya menderita sakit terus. Sepertinya ini adalah perbuatan baik dimana membantu orang lain agar tidak menderita lagi. Padahal dibalik itu semua ada rasa benci, ketidaksukaan terhadap kondisi yang terjadi pada kerabatnya. Ia tidak suka kerabatnya menahan sakit, ia tidak suka melihat kerabatnya diinfus, bahkan tidak suka dengan bayaran tagihan rumah sakit yang membengkak.

Kita tidak suka anak kita nanti jatuh, kita tidak suka nanti anak kita sakit, tidak suka anak kita menangis pada malam hari, dst, bahkan tidak suka dimarahi orang tua dan dianggap anak durhaka. Berusaha menutupi ketidaksukaan ini kita melakukan perbuatan yang dianggap dapat melindungi anak dari jatuh, sakit dan menangis, dan dapat menghindar dari omelan orang tua, dalam hal ini kita melakukan tradisi pai cheng bu.

Jika bukan berlandaskan pada rasa tidak suka anak kita nanti jatuh, sakit dan menangis serta omelan orang tua, lalu apa dasarnya melakukan pai cheng bu? Apakah untuk mendapatkan pengakuan/penghargaan karena telah melakukan pelestarian budaya? Ini ujung-ujungnya adalah lobha, kehausan akan penghargaan dan kehormatan.

Inilah dosa, lobha dan moha yang terselubung, yang sebagai puthujjana kadang kala kita tidak melihatnya. Hanya para Arya saja yang telah bebas dari LDM. Untuk pembahasan LDM lebih mendalam saya persilahkan untuk menanyakannya pada senior-senior.

Demikian Sdr. Rico. Dan saya rasa sudah cukup saya menyampaikan pendapat saya mengenai tradisi pai cheng bu yang dikaitkan dengan Buddhisme sesuai dengan yang ditanyakan TS pada awal topik.

evam

sangat mendalam sekali pelajaran ini. saya sampe harus membaca berulang-ulang untuk dapat menangkap intisarinya.

terima kasih.

atas uraian senior Kelana, saya tidak dan atau belum bisa memberi komentar sikap pada tradisi ini.
sementara saya tarik semua ucapan saya diatas, saya akan merenungkannya kembali.
sepertinya saya sangat tertarik pada uraian Senior Kelana

boleh saya tau, di DC ini siapa yang menurut Senior Kelana yang mempunyai pemahaman yang lebih mendalam.
saya berencana Open Topic LDM ini pada sub Forum Diskusi Umum

atau apakah kita bahas disini saja, dan maukah anda memberikan pemahaman yang lebih detil tentang LDM?
seperti apa yang mendasari LDM ini, apa yang menkondisikan, dan lainnya
mohon bimbingan dari Senior

 _/\_ _/\_

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #130 on: 08 September 2011, 03:03:47 PM »
terkadang manusia mencari zona aman untuk dirinya, mencari pemecahan masalah dengan mencari pembenaran2 yang sesuai dengan keinginannya.

itu saja dari saya.

seperti yang saya bilang, mungkin saya terserang penyakit parah yang bernama Moha.

mohon bimbingannya.
 
_/\_ _/\_

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #131 on: 08 September 2011, 03:11:08 PM »
seperti yang saya bilang, mungkin saya terserang penyakit parah yang bernama Moha.

mohon bimbingannya.
 
_/\_ _/\_

Kalau menurut saya, tradisi pai cheng bu tidak termasuk dalam belenggu Sakkayaditthi (pandangan bahwa ritual bisa membawa pada pembebasan / nibbana)...

sedangkan kalau micchaditthi (pandangan salah) itu, pedoman saya adalah 62 pandangan salah di dalam brahmajala sutta (Digha Nikaya).

CMIIW...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #132 on: 08 September 2011, 03:44:22 PM »
seperti yang saya bilang, mungkin saya terserang penyakit parah yang bernama Moha.

mohon bimbingannya.
 
_/\_ _/\_
dasarnya, cari tahu, sudah tahu berguna atau tidak, lakukan menurut yang anda nyaman anda lakukan.

tahu salah dilakukan juga
tahu salah tidak dilakukan
tahu benar tidak dilakukan
tahu benar langsung melaksanakan

soal nyaman atau tidak itu anda sendiri yang merasakannya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #133 on: 08 September 2011, 04:06:47 PM »
dasarnya, cari tahu, sudah tahu berguna atau tidak, lakukan menurut yang anda nyaman anda lakukan.

tahu salah dilakukan juga
tahu salah tidak dilakukan
tahu benar tidak dilakukan
tahu benar langsung melaksanakan

soal nyaman atau tidak itu anda sendiri yang merasakannya.

jika tahu salah, namun tetap melakukannya?
itukah Moha sesungguhnya?
atau tahu benar tapi tidak dilakukan.
kadar moha mana yang lebih berat?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #134 on: 08 September 2011, 04:40:34 PM »
jika tahu salah, namun tetap melakukannya?
itukah Moha sesungguhnya?
atau tahu benar tapi tidak dilakukan.
kadar moha mana yang lebih berat?
diri sendiri yang melakukannya, maka akibatnya diri sendiri juga yang menanggungnya.

mengenai LDM, ada jalan yang menambah LDM, ada jalan untuk mengurangi LDM, tinggal anda laksanakan saja yang menurut anda baik.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #135 on: 08 September 2011, 04:57:14 PM »
diri sendiri yang melakukannya, maka akibatnya diri sendiri juga yang menanggungnya.

mengenai LDM, ada jalan yang menambah LDM, ada jalan untuk mengurangi LDM, tinggal anda laksanakan saja yang menurut anda baik.

terima kasih.

mohon jabarkan cakupan pembahasan Moha
saya tertarik pada topik ini.
 _/\_

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #136 on: 08 September 2011, 05:07:12 PM »
terima kasih.

mohon jabarkan cakupan pembahasan Moha
saya tertarik pada topik ini.
 _/\_
ya sebaiknya bikin saja thread baru.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #137 on: 08 September 2011, 05:17:00 PM »
ya sebaiknya bikin saja thread baru.

sekarang tidak sempat, mungkin besok pagi saya bikin thread nya.
jangan lupa mampir ya....

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #138 on: 09 September 2011, 06:32:45 AM »
Kalau menurut saya, tradisi pai cheng bu tidak termasuk dalam belenggu Sakkayaditthi (pandangan bahwa ritual bisa membawa pada pembebasan / nibbana)...

sedangkan kalau micchaditthi (pandangan salah) itu, pedoman saya adalah 62 pandangan salah di dalam brahmajala sutta (Digha Nikaya).

CMIIW...

jadi LDM tergolong dimana ?
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #139 on: 09 September 2011, 10:56:52 AM »
jadi LDM tergolong dimana ?


mohon mampir disini ya http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21124.0
kita bahas LDM secara tersendiri.

Offline hasta2

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 16
  • Reputasi: -2
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #140 on: 12 April 2016, 09:29:57 AM »
mohon bimbingan dari para senior.

saya seorang ayah, sekarang anak saya sudah genap berusia 1 tahun 1 bulan

menurut tradisi tionghoa, mama dan papa saya mengajarkan saya yang punya momongan untuk "pai cheng bu" pada setiap bulan tepat pada tanggal kelahiran anak saya.
menurut kepercayaan, "cheng bu" adalah pelindung, pembimbing yang menjaga bagi bayi kita. mungkin di dunia barat istilah "cheng bu" di namakan "ibu peri" (mohon koreksi bila salah)

jadi dimana pada tanggal kelahiran anak saya, maka saya akan "pai cheng bu"
tempat :
di kamar, tepatnya di kasur tempat biasa anak saya tidur.

1 lampu minyak (katanya ada yang pake lilin juga, tapi saya pake lampu minyak)
1 mangkuk nasi + telur
belasan lembar kimcoa + 3 batang hio
1 hiolo
1 kaleng tempat pembakaran kimcoa.

ucapannya kira2 gini :
cheng bu, ini hari 8 gwe 27, anak ini (nama anak saya) sudah berusia 1 tahun 1 bulan. sekarang ini anak semakin nakal, suka memanjat kursi, meja atau sesuatu yang tinggi. engkau harus lebih memperhatikan dan menjaga kala kami lengah.  jangan sampai ini anak jatuh dan terluka.
juga engkau harus jaga supaya ini anak bobo dengan nyenyak pada malam, dan bermain dengan gembira pada siang.
ini ada sedikit nasi, makan lah. juga ada sedikit kimcoa untuk engkau.

setelah itu bakar kimcoa, setelah kimcoa padam simpan nasi, lampu minyak dan hiolo.

dan sampai hari ini saya meyakininya, dan mempraktikkannya tanpa alpa.

sebagai informasi, dalam pai cheng bu kita tidak boleh meminta "po pi", lebih tepatnya kita menyuruh bukan memohon. konon katanya cheng bu adalah bertugas menjaga anak, jadi kita tidak memohon tapi mengingatkan. seperti ucapan saya diatas yang mengingatkan bahwa anak ini sudah pandai memanjat kursi, meja dan lainnya yang cukup berbahaya, jadi kita kudu ngingatkan pada cheng bu supaya lebih fokus buat jaga anaknya. anaknya? ya dalam pengertian disini anak kita juga adalah anaknya cheng bu. so kita tidak boleh memohon hanya mengingatkan.

mungkin bagi sebagian orang ini terdengar lucu, tapi jika anda tionghoa yang hidup di sekitar Provinsi Riau tentu sudah tidak asing lagi dengan ini. saya tidak tau kebiasaan atau kepercayaan atau tradisi ini ditempat lain apakah ada atau tidak?

pertanyaannya. bagaimanakah pandangan Buddhisme mengenai PAI CHENG BU ?
apakah dari para DC-ers pernah atau mengetahui mengenai tradisi ini? mohon sharenya.
lanjut, apa dengan tetap menjalankan tradisi pai cheng bu saya melenceng dari ajaran Buddha?

sekali lagi mohon bimbingan dari para senior
 _/\_ _/\_ _/\_ _/\_

mesti dilihat dulu, apakah 'peri' itu benar ada atau tidak.
yg dimaksud peri, tentu dewata wanita yg kebajikan dan
kemampuannya diatas manusia biasa.
ciri anak yg memiliki pendamping

   lahir tanpa sakit, sedikit kotoran
   menangis panjang, diam pun panjang
   suka tertawa, gembira
   ketika dewasa, ia menyadari spt ini
        1. ada yg memberitahu begini dan begitu
        2. mimpi yg menjadi kenyataan
        3. sering terhindar dari bahaya.nyaris kena.

krn itu dewata, tinggi rendah usianya, sesuai dgn
kebajikan sang anak di kehidupan sebelumnya.
krn itu mesti hati hati bicara.belum tentu ia 'peri
yg seperti fi film
spy tdk kurang ajar, manusia merendahlah sesuai derajatnya.

tanda kebajikan orang tua tidak kuat bersanding dgn kebajikan
anak salahsatunya sang ibu meninggal dunia setelah melahirkan.
ini hukum perbuatan, walaupun sang ibu lahir di surga,
jika ia bertemu dgn sang anak, ia yg mesti anjali danturun dari
kursi teratainya.

ini contoh karma kelompok, yg bersifat temporer dalam arti
per kasus, tdk terjadi pada setiap keluarga.
« Last Edit: 12 April 2016, 09:39:24 AM by hasta2 »

Offline hasta2

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 16
  • Reputasi: -2
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #141 on: 12 April 2016, 11:27:34 AM »
apa hubungannya dgn theravada.
ada pada penghormatan, budhi carita,
sila, tdk terikat kpd orang tua.

anak yg demikian mudah belajar theravada,
cerewet dgn kebaktian dan upacara, sedikit diskusi,
banyak membaca dan sedikit menerjemahkan.

jika  bertemu pak biksu, ia cenderung diam, menghindar.
tapi jika diajar samadi, mudah diarahkan, tidak suka vipasana,
sukanya samatha plus jhana 1 2 3.

sifat yg lain cenderung otoriter. Krn itu sifatnya
sering tdk serius jika diajak serius.

jika meminta sila, biasanya ditolak pak biksu,
krn dalam kehidupannya, 5 sila sdh otomatis.

orang tuanya jika tdk menjaga prilaku, kelak akan malu
didepan anaknya.
tidak menyukai saddha caritta.daripada sradha lebih baik sila.
jika ia membaca kisah sidharta dibawah pohon, ia tdk ragu uji
coba, apa benar manusia bisa tahan makan 1 butir nasi sehari
tanpa ragu, tdk menyesal jika masuk ugd krn radang usus.

ia tdk suka dgn teori yg berlebihan
     misalnya tdk akan meninggalkan niraya sblm
     semua penghuninya ke surga.
     semoga semua mahluk happy

bagi dia, tidak mungkin, shg disebut budhi caritta.bukan saddha carita.












« Last Edit: 12 April 2016, 11:51:31 AM by hasta2 »

Offline hasta2

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 16
  • Reputasi: -2
Re: tradisi pai cheng bu
« Reply #142 on: 12 April 2016, 07:29:40 PM »
doble post
« Last Edit: 12 April 2016, 07:34:05 PM by hasta2 »

 

anything