//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?  (Read 123542 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Acarya Dewa

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 6
  • Reputasi: 0
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #105 on: 12 October 2008, 09:35:19 AM »
Awalnya saya tertarik join ke forum ini… karena ada info / berita tidak benar tentang Falun Dafa / Falun Gong di forum ini, dimana info / beritanya hanya sepihak???? Jadi saya sebagai pengikut Falun Dafa berkewajiban memberikan info yang benar tentang Falun Dafa yang saya pahami.

Teman-teman semua di forum ini terima kasih… terutama bung moderator… terima kasih banyak karena saya telah di kasi kesempatan menyampai kebenaran Falun Dafa secara singkat di forum ini…!

Apa yang saya sampaikan adalah kebenaran tentang Falun Dafa / Falun Gong yang saya pahami. Saya masih sedang belajar mendalami Falun Dafa secara terus menerus… saya tidak mengaku-ngaku diri sudah sempurna…saya pun masih sedang belajar… masih banyak kekurangan… demikian juga dengan Guru Saya Li Hongzhi… selama saya mempelajarinya tidak pernah menemukan… mengaku-ngaku ini dan itu ! Guru saya Li Hongzhi hanya mengajarkan sebuah prinsif kebenaran Fa.

Di setiap forum diskusi pasti ada Pro dan kontra itu adalah wajar… yang terpenting di sini saya telah menyampaikan kebenaran dari sisi Falun Dafa, bahwa Falun Dafa itu adalah ajaran yang sangat baik.

Anda menganggap Falun Dafa baik maupun tidak…???? saya tidak masalah… karena di Indonesia ini setiap orang bebas menentukan pilihannya.

Saya yakin disini masih banyak orang-orang baik yang memiliki belas kasih, kebijaksanaan dan pikiran yang jernih yang bisa mengenali mana yang baik dan mana yang sesat.

Terima kasih semuanya…..

Falun Dafa Hao…

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #106 on: 12 October 2008, 09:58:47 AM »
Sdr. Acarya Dewa menulis: "Dari mana anda mengutip kata-kata Guru Li Hongzhi diatas ? dari buku Zhuan Falun atau dari ceramah ? halaman berapa? ceramah mana? Tolong mengutipnya yang jelas donk… kutipan di atas ngak benar deh… sepertinya di edit di tambah-tambah?Huh? Anda ini terlalu banyak mengada-ada deh? Contohnya seperti kutipan di atas? Ngak benar seperti itu?Huh?
Setelah saya baca… banyak kutipan-kutipan yang tidak benar?Huh? Wah kacau nih?Huh? Ngak benar…!!!  Yah…Sudalah… males deh jadinya….!"



Coba cek di web ini: http://www.falundafa.or.id/d_buku.htm

Kalau saya salah, tolong tunjukkan bagian mana yang di edit atau ditambah-tambah dan bagaimana seharusnya yang benar  :)

Kutipan di atas berasal dari Buku Zhuan falun (buku tersebut berisi ceramah Li Hongzhi) dan sebagian lagi berasal dari buku Falun Gong. Keduanya ditulis dengan nama Li Hongzhi. Kalau butuh kutipan yang jelas akan kuberikan yang versi cetaknya. Tunggu bentar ya, nggak sulit koq menelusuri kembali  ;D

Kalau tidak sedang pura-pura nggak paham, tampaknya sdr. Acarya Dewa termasuk yang tidak rajin baca tulisan dan ceramah Li Honzhi deh  :))
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #107 on: 12 October 2008, 10:32:40 AM »
"Sebagian orang beranggapan, rugi jadi orang baik. Dari perspektif orang biasa dia dirugikan, sebaliknya dia telah memperoleh benda yang tidak mungkin didapatkan manusia biasa, itu adalah “De” – subtansi putih, itu adalah benda yang ekstrem berharga. Tidak ada De tidak akan ada Gong, itu adalah kebenaran absolut. Mengapa banyak orang berlatih Gong namun tidak tumbuh Gong? Karena mereka tidak mengkultivasikan De. Banyak orang juga berbicara prinsip De, juga mensyaratkan De, tetapi tidak mengajarkan prinsip sejati yang mentransformasikan De menjadi Gong, tergantung pada individu untuk Wu (menyadari) Telah ditulis 10.000 jilid kitab dalam Tripitaka, Dharma yang diajarkan lebih dari 40 tahun dalam masa hidup Sakyamuni, semua berbicara pada satu De ini. Kitab kultivasi Tiongkok kuno semua juga berbicara pada satu De. Lima ribu kata “Tao Te Ching” yang ditulis Lao Zi juga berbicara pada satu De, namun sebagian orang memang tidak Wu." (Li Hongzhi, Falun Gong)"

(Sumber: Li Hongzhi, Falun Gong, Bab III, hal. 56. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2000)



"I.6. Qigong Aliran Buddha dan Agama Buddha

Sekali kita membicarkan Qigong aliran Buddha, banyak orang akan terasosiasi pada sebuah masalah: Aliran Buddha adalah berkultivasi Buddha, lalu terpikir pada urusan agama Buddha. Di sini saya dengan serius menjelaskan, Falun Gong adalah Qigong aliran Buddha, adalah Dafa ortodoks, tidak ada relevansi dengan agama Buddha. Qigong aliran Buddha adalah Qigong aliran Buddha, agama Buddha adalah agama Buddha, walaupun tujuan Xiulian adalah sama, tetapi tidak mengikuti jalan yang sama, bukan aliran Fa yang sama, punya ketentuan yang berbeda. Di sini saya menyebut sebuah istilah “Buddha”, dalam mengajar Gong tingkat tinggi dikemudian hari masih akan menyebut-Nya, perkataan itu sendiri tidak punya corak takhayul. Sebagian orang begitu mendengar “Buddha” benar-benar bukan main, anda dikatakan sedang berpropaganda takhayul, bukan demikian. “Buddha” berasal dari bahasa Sansekerta, dibawa ke Tiongkok dari India, transliterasi dalam bahasa Tionghoa adalah “Fo Tuo” (Buddha) dua huruf, orang telah mempersingkat huruf “Tuo”, dan hanaya menyebut “Fo”, diterjemahkan dalam bahasa Tionghoa berarti “Sang Sadar”, orang yang telah sadar (lihat kamus “Cihai”).

I.6.1. Qigong Aliran Buddha

Dewasa ini Qigong aliran Buddha yang dipublikasikan ada dua macam. Salah satu adalah yang memisah dari agama Buddha, perkembangannya dalam ribuan tahun telah menghasilkan banyak biksu tinggi, dalam proses Xiulian mereka, ketika kultivasi mencapai tingkat sangat tinggi, maka akan ada guru di atas yang memberi mereka beberapa pelajaran, sehingga memperoleh ajaran sejati dari tingkat lebih tinggi. Kesemuanya ini dahulu kala selalu diwariskan secara tunggal dalam agama Buddha, ketika biksu tinggi hampir meninggal baru diwariskan pada seorang pengikut, dikultivasikan mengikuti teori agama Buddha, secara menyeluruh meningkat naik. Qigong semacam ini, kelihatannya erat berhubungan dengan agama Buddha. Kemudian biksu diusir ke luar biara, misalnya pada masa “revolusi besar kebudayaan”, kesemua metode Gong ini lalu beredar di kalangan rakyat, sehingga berkembang luas di kalangan rakyat.

Satu macam lainnya juga adalah Qigong aliran Buddha, Qigong aliran Buddha semacam ini secara historis belum pernah masuk ke dalam agama Buddha, senantiasa berkultivasi diam-diam di kalangan rakyat atau dalam pegunungan yang jauh terpencil. Metode Gong semacam ini selalu punya kekhasan sendiri, ia punya ketentuan memilih seorang pengikut yang baik, benar-benar orang bijak dengan De besar yang mampu Xiulian menuju ke tingkat tinggi. Orang semacam ini baru dilahirkan seorang setelah sekian tahun. Metode Gong ini tidak boleh dipublikasikan secara terbuka, mensyaratkan Xinxing (watak; kualitas moral) sangat tinggi, tumbuh Gong juga luar biasa cepat, metode Gong ini sangat jarang sekali. Aliran Tao juga sama, sesama Gong aliran Tao ada faksi: Kunlun, Ermei, Wudang dan lain-lain. Setiap faksi masih punya aliran Fa yang berbeda, setiap aliran metode Gong punya perbedaan sangat jauh, semuanya tidak boleh dilatih campur-aduk"

(Sumber: Li Hongzhi, Falun Gong, Bab I, hal. 21-23. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2000)



"Jadi, apa sebenarnya "Fa Buddha" itu? Apakah agama? Apakah filsafat? Semua ini hanya merupakan pengertian dari "para akademisi agama Buddha yang telah dipermodern". Mereka hanya mempelajari teori, menganggapnya sebagai kategori bahan filsafat untuk studi kritik dan sebagai apa yang disebut riset. Sesungguhnya "Fa Buddha" tidak hanya sedikit seperti yang ada pada kitab suci, itu hanya merupakan "Fa Buddha" pada tingkat permulaan. "Fa Buddha" secara jelas dan gamblang memperlihatkan segala misteri, mulai dari partikel, molekul sampai alam semesta, dari yang lebih kecil sampai yang lebih besar, meliputi segala-galanya, tidak ada yang tertinggal. Dia adalah karakter alam semesta "Zhen-Shan-Ren" yang diuraikan secara berbeda pada tingkat yang berbeda, yang disebut "Dao" oleh aliran Dao, dan disebut "Fa" oleh aliran Buddha."


(Sumber: Li Hongzhi, Zhuan Falun, Bab Lunyu (Kata Ulasan), hal.vii Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2000)




"Saya juga masih akan menekankan suatu masalah, bahwa Xiulian kami adalah perlu mengajar Gong dan mengajar Fa. Ada biksu dari beberapa kuil, terutama dari aliran Zen, mungkin punya beberapa pendapat. Begitu mendengar pelajaran Fa, dia lalu tidak suka mendengarkan. Apa sebabnya? Aliran Zen berpendirian bahwa Fa tidak boleh dibicarakan. Sekali Fa dibicarakan, ia sudah bukan Fa lagi, tidak ada Fa yang boleh dibicarakan, hanya boleh dimengerti dengan diam, sehingga sampai kini aliran Zen tidak mengajar Fa apa pun. Apa yang diajarkan Boddhidarma dari aliran Zen, adalah berdasarkan sebuah pernyataan Sakyamuni. Sakyamuni berkata, "Tidak ada Dharma yang definitif." Berdasarkan ucapan Sakyamuni ini dia mendirikan aliran Zen. Kami katakan aliran ini bagai menyusup ke ujung tanduk lembu. Mengapa disebut menyusup ke ujung tanduk lembu? Ketika Boddhidarma mulai menyusup ke dalam, masih terasa agak luas, saat pemimpin generasi kedua menyusup sudah terasa tidak terlalu luas, saat pemimpin generasi ketiga juga masih terasa cukup, saat pemimpin generasi keempat sudah terasa sangat sempit, buat pemimpin generasi kelima pada dasarnya sudah tidak dapat menyusup lagi, giliran Huineng--selaku pemimpin generasi keenam--sudah sampai di ujung, sudah tidak dapat masuk lagi. Sekarang bila anda ingin belajar Fa pada aliran Zen, jangan anda bertanya, bila anda bertanya padanya, balasannya adalah sebuah tongkat yang mendarat di kepala anda, ini disebut "hardikan tongkat." Artinya anda jangan bertanya, harus mencari pemahaman sendiri. Anda berkata, "Saya belajar kemari justru karena tidak tahu apa-apa, paham tentang apa, kok malah anda memukul saya?" Ini mengindikasikan ujung tanduk lembu sudah disusupi sampai ke ujung, sudah tidak ada yang dapat dibicarakan lagi. Boddhidarma juga sudah mengatakan  hanya dapat diturunkan sampai enam generasi, selanjutnya sudah tidak berlaku lagi. Ratusan tahun telah lewat, namun sekarang masih ada yang berpegang teguh pada prinsip Zen. "

(Sumber: Li Hongzhi, Zhuan Falun, Ceramah 1, hal.10-11 Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2000)


Silahkan teman-teman cek kebenarannya...
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #108 on: 12 October 2008, 10:35:58 AM »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #109 on: 12 October 2008, 10:40:17 AM »
Untuk kutipan bagian "Ketentuan dalam Menyebarkan Fa dan Menyebarkan Gong bagi Pengikut Falun Dafa," lihat: Li Hongzhi, Falun Gong, Lampiran 2, hal. 147. Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama, 2000)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

cunda

  • Guest
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #110 on: 12 October 2008, 12:37:26 PM »
Persoalan mereka dibantai, karena mereka mau dikorbankan oleh gurunya (padahal gurunya kabur ke amrik), mana mungkin orang yg sudah mencapai kebuddhaan mau mengorbankan umatnya untuk dibantai.  ---> wah, guruku saat ini juga lari ke LA, amerika juga, gimana donk ?? :)
:o



cunda

  • Guest
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #111 on: 12 October 2008, 12:38:51 PM »
numpang lewat. bukan guru pak hartono aja. guru aku jg lg jalan2 di amrik. mgkn antek-antek amerika jg. :)) :))

back to topic

 :'(

Offline hartono238

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 295
  • Reputasi: 8
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #112 on: 12 October 2008, 09:18:33 PM »
alow, guru cunda, kenapa kaget gitu ? anda kenapa lari ke amerika ??:)

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #113 on: 13 October 2008, 12:17:22 AM »
Rupanya ada yang nggak bisa membedakan antara menetap di Amerika dengan sekadar jalan-jalan. Li Hongzhi tepat setahun sebelum konflik dengan Pemerintah Tiongkok mendapatkan status ijin menetap di Amerika. Ingat: Ijin menetap! Bukan sekadar jalan-jalan. Hal ini yang menyebabkan ia lolos dari penangkapan ketika Falun Gong memberontak. Kebetulan?

Mulainya konflik Falun Gong dengan PKC, dimulai dari artikel yang Prof. He Zuoxiu, seorang ilmuwan Fisika, yang dipublikasikan dalam Education’s Youth Reader magazine di Universitas Tianjin, dengan judul: “I Do Not Agree with Youth Practicing qigong,” dan kemudian mengkritik Falun Gong pada Maret 1999. Sayangnya, artikel tersebut bukannya ditanggapi dengan argumen atau jawaban secara ilmiah juga, melainkan dibalas dengan tekanan melalui demonstrasi massa. Tuntutan massa Falun Gong meluas, mereka menuntut agar pemerintah Tiongkok menghukum Prof He  dan mengakui Falun Gong  sebagai agama. Mereka juga menuduh bahwa di belakang Prof. He  ada pejabat PKC yang menyetir agar Falun Gong dibenci. Sayangnya, hal ini bukan demonstrasi yang pertama. Sebelum 1999, Falun Gong terkenal selalu menggalang massanya untuk menekan pihak yang mengkritiknya.

Karena demontrasi yang semakin meluas tersebut, maka polisi Tiongkok kemudian melakukan penertiban dengan menangkap orang-orang yang terlibat di dalam penggalangan massa. Pemberitaan ini yang kemudian disebarkan oleh media massa sebagai gerakan awal pemerintah Tiongkok menyerang Falun Gong.

Jika kita perhatikan kejadian di atas, agaklah aneh jika sebuah artikel lalu disambut dengan demonstrasi besar-besaran. Apalagi dengan tuntutan agar penulisnya dihukum. Hal ini menunjukkan bahwa Falun Gong justru adalah kelompok yang cenderung otoriter dalam melawan pihak yang mengkritiknya. Seharusnya argumen intelektual cukup dijawab hanya dengan hanya argumen juga, namun Falun Gong memilih kekuatan massa sebagai jalan keluar. Ingat juga bahwa Li Hongzhi selalu mengaku punya 100 juta pengikut, pengakuan ini bertujuan untuk membuat lawan selalu merasa takut dengan jumlah massa yang dimiliki. Sebenarnya dalam hal ini, Falun Gong tidak beda dengan FPI (Front Pembela Islam) ataupun kelompok lain yang dengan dalih keagamaan menekan pihak yang tidak sepaham dengannya,.

Selain itu juga cukup aneh, kelompok ini sempat menuntut pemerintahan Tiongkok mengaukinya sebagai agama resmi, padahal mereka selalu mengaku dirinya bukan agama.
 
Jika kemudian terjadi penangkapan dan pemukulan terhadap demonstrasi, maka bukan lah sesuatu yang luar biasa di Tiongkok. Tindakan ini masih tergolong "lunak" jika dibandingkan dengan perlakuan aparat Tiongkok terhadap aktivis mahasiswa 1989. Selain itu, jika anda perhatikan berita akhir-akhir ini, polisi hampir di setiap negara melakukan penangkapan dan pemukulan terhadap demonstran yang menolak untuk dibubarkan. Dalam standar kepolisian manapun, manajemen kerumunan (crowd management) mengijinkan polisi untuk melakukan "penangkapan" dan "melawan diri" terhadap massa yang membangkang atau melawan ketika diminta untuk bubar.

Singkatnya, kemudian pengikut Falun Gong mulai mengorganisasi massa di mana-mana untuk mengkritik pemerintah Tiongkok, dibantu dengan pemberitaan media massa di luar negeri (terutama milik Amerika dan Eropa Barat). Akibatnya pada bulan Juli 1999, Pemerintah Tiongkok sebagai kelompok sekte yang dilarang. Sejak itu, anggota Falun Gong yang memaksa untuk mempertahankan eksistensi kelompok tersebut mulai ditangkapi.

Lantas bagaimana kaitan semua kejadian ini dengan keberadaan Li Hongzhi di Amerika?

Bukanlah kebetulan jika pengikut Falun Gong tiba-tiba begitu bernyali menekan pemerintahan Tiongkok untuk mengikuti kemauan merekan. Semua orang tahu bahwa pemerintah Tiongkok tidak segan-segan menghajar demonstrasi massa yang dilakukan untuk merubah kebijakan publik, bagaimana mungkin Li Hongzhi dan pengikutnya tidak paham soal itu? Siapa tidak tahu kalau di Tiongkok setiap gerakan massa dengan metode apa pun, jika ditujukan untuk merubah kebijakan pemerintahan akan dianggap sebagai perlawanan politik? Siapa yang tidak tahu kalau pada 1989, mahasiswa Tiongkok banyak yang tewas untuk aksi perlawanan serupa? Siapa juga yang tidak tahu kalau setiap perlawanan dengan massa selalu ditumpas dengan kekuatan militer ataupun polisi oleh pemerintahan Tiongkok? Tapi kenapa Falun Gong begitu nekat? Pertanyaan soal kenekatan Falun Gong ini yang menyebabkan saya bertanya-tanya siapa beking yang ada di belakang kelompok ini?


Untuk berani melakukan perlawanan terhadap sebuah pemerintah yang sedang jaya-jayanya dengan didukung oleh militer yang kuat, seseorang butuh keyakinan dirinya disokong oleh kekuatan lain. Kepergian Li Hongzhi untuk menetap di Amerika tepat setahun sebelum konflik terjadi menjawab siapa beking di belakang Falun Gong, sekaligus menimbulkan asumsi bahwa gerakan Falun Gong di Tiongkok sudah direncanakan jauh hari sebelumnya. Alasan bahwa gerakan massa yang dilakukan hanya untuk memprotes tulisan Prof. He sebenarnya berlebihan dan tidak masuk akal. Untuk apa Falun Gong menyerahkan pengikutnya ke pentungan polisi Tiongkok hanya untuk memprotes sebuah artikel di majalah mahasiswa? Tidak cukupkah dengan hanya menjawabnya dengan artikel lain? Tidak cukup kah Falun Gong membuktikan kepada warga Tiongkok bahwa artikel yang ditulis oleh prof. He adalah salah dengan kegiatan yang positif? Bertentangan dengan banyaknya kemungkinan untuk menjawab artikel tersebut secara damai, Falun Gong/Falun Dafa memilih jalan pengerahan massa sebagai solusi. Bukankah ini aneh? Oleh karena itu, gerakan Falun Gong memang terkesan seolah-olah memancing tindakan represif dari pemerintahan Tiongkok.

Dengan kata lain, tindakan represif dari aparat tiongkok tersebut yang memang ditunggu-tunggu oleh Falun Gong. Bukankah dengan pemberitaan media asing tentang tindakan represif tersebut, Falun Gong mulai dikenal oleh dunia. Tiba-tiba saja Falun Gong menjadi simbol perlawanan terhadap pelanggaran HAM di Tiongkok. Lalu adakah kerugian Falun Gong akibat kejadian tersebut? Kita lihat beberapa fakta ini:

Pertama: Saat kejadian itu Li Hongzhi sudah menetap di AS yang merupakan negara pelindung utama Falun gong, sehingga Guru Besar mereka terhindar dari penangkapan. Jika Li Hongzhi kebetulan saat itu ada di Tiongkok, gerakan perlawan Falun Gong tidak akan menyisakan cerita seperti saat ini. Berkat Li Hongzhi yang 'kebetulan' selamat karena sudah menetap di Amerika maka Falun Gong terjamin tetap lestari. Mengapa Li Hongzhi demikian penting untuk diselamatkan? Ajaran Falun Gong/Falun Dafa memposisikan Li Hongzhi sebagai sosok sentral yang tak tergantikan. Setiap ajaran harus berdasarkan kata-kata Li Hongzhi dan tergantung pada kekuasaannya. Dalam Falun Gong ada pandangan bahwa meskipun kultivasi dilakukan oleh individu, namun perkembangan energi gong di dalam diri terjadi hanya berkat Li Hongzhi. Karena itu, entah apa yang akan dilakukan pengikutnya jika Li Hongzhi tertangkap atau terbunuh di Tiongkok.  Jadi sebagai langkah awal, mereka menyelamatkan Li Hongzhi dari Tiongkok terlebih dahulu sebelum aksi perlawanan dimulai. Dalam hal ini, tempat yang paling aman adalah negara yang jelas-jelas menjadi saingan dari Tiongkok dan akan melindungi mereka jika terjadi bentrokan, yaitu Amerika Serikat. 

Kedua: Falun Gong memang seolah-olah kehilangan akar massa di Tiongkok akibat kejadian tersebut, mungkin fakta ini sebagian besar benar. Namun, sebagai gantinya Falun Gong dengan cepat berkembang di seluruh dunia. Sasaran Falun Gong yang utama adalah warga Tionghoa keturunan. Siapapun tahu, di seluruh dunia warga Tionghoa keturunan menyebar di mana-mana. Umumnya, warga tionghoa keturunan yang ada di luar Tiongkok adalah warga yang kaya raya berkat perdagangan yang ditekuni turun-temurun. Karena itu, warga tionghoa keturunan akan menjadi penyokong dana tambahan dan basis perekrutan pendukung untuk tetap mempertahankan eksistensi Falun Gong. Selain itu, dengan penyebaran ke berbagai negara, Falun Gong berusaha mengepung pemerintahan Tiongkok di mana-mana.


Ketiga: Dengan terus menerus memposisikan diri sebagai "korban" dengan menjadikan dirinya oposisi dari pemerintah Tiongkok yang memang kurang menghargai HAM (seperti menurut AS dan sekutunya), Falun Gong berusaha meyakinkan mereka sebagai pihak yang benar. Mereka berusaha terus mempermainkan persepsi bahwa karena Falun Gong diserang oleh "kelompok yang jahat", maka dengan otomatisnya mereka adalah "baik".

Untuk mempermudah pemahaman dalam taktik in saya akan membuat sebuah analogi: Misalnya Si A dikenal sebagai orang jahat. Suatu hari Si A diketahui memukul Si B. Apakah hal ini berarti bahwa Si B otomatis adalah orang baik? Jika Si B kemudian koar-koar ke tetangganya bahwa karena dia dipukul oleh Si A yang dikenal sebagai orang jahat, dan kemudian mengumumkan dirinya sebagai orang baik, apakah logika ini bisa diterima? Jika logika ini diterima, maka setiap orang yang dipukul si A akan menjadi orang baik.

Dengan memperlakukan Pemerintah Cina layaknya Si A yang jahat, maka Falun Gong berusaha meyakinkan pada publik dunia bahwa dirinya, seperti halnya si B, adalah pihak yang baik dan benar. Kemungkinan lain bahwa baik Si A maupun Si B sama-sama adalah orang jahat diabaikan; atau dalam hal ini kemungkinan bahwa baik Falun Gong maupun PKC sama-sama adalah pihak yang otoriter dan sewenang-wenang diabaikan.  Kemungkinan lain misalnya, si A kemudian membela diri sebagai pihak yang benar dan Si B dianggap sebagai pihak yang salah hanya dianggap sebagai propaganda satu pihak. Lucunya lagi, cara si B meyakinkan dirinya sebagai pihak baik kepada publik tidak dianggap sebagai propaganda oleh dirinya. 

Jika Anda rajin mempelajari kelompok ini, akan ditemukan bahwa sebenarnya mereka tidak berbeda dengan PKC itu sendiri, terutama PKC di masa Mao Zedong. Apa saja kesamaan antara Falun Gong dengan PKC masa Mao Zedong, berikut ini ada beberapa poin:

a) Baik PKC maupun Falun Gong sama-sama memuja satu sosok individu yang dianggap seperti dewa. Kalau PKC memuja Mao Zedong, Falun Gong memuja Li Hongzhi. Kedua pihak memperlakukan kata-kata dan foto "dewa" mereka layaknya  kebenaran tak terbantahkan. Falun Gong maupun PKC sama-sama membungkam pertanyaan kritis dari pengikutnya mengenai pemimpin mereka dan tidak mengijinkan adanya "pemahaman pribadi" dalam menfasirkan ajaran "dewa" mereka.

b) PKC maupun Falun Gong sama-sama menjadi terkenal sejak mereka ditumpas dengan cara yang keras. PKC menjadi terkenal sejak dibantai di Shanghai pada tahun 1926 dan sisanya akhirnya melarikan diri ke gunung-gunung (kejadian ini dikenal sebagai Long March), Falun Gong terkenal dengan penangkapan dan pemukulan mereka pada tahun 1999 dan sisanya melarikan diri ke luar negeri, bergabung dengan Guru dan pengikutnya yang terlebih dahulu keluar.  Dari gunung-gunung di Barat Laut, PKC kemudian membangun basis perlawanan terhadap Kuomintang (partai lawan); sedangkan Falun Gong terus melawan dari luar negeri mengepung Tiongkok. Jika Mao Zedong menggunakan strategi "desa mengepung kota" untuk mengurung Kuomintang, Falun Gong menggukanakan strategi "global mengepun negara" untuk mengurung Tiongkok. Prinsipnya sama cuma skala penerapannya berbeda.

c) PKC menerapkan disiplin yang ketat pada kader-kader dan militer yang bekerja untuknya dengan tujuan menarik simpati massa. Misalnya, mereka dilarang menerima hadiah dari massa rakyat atau melakukan tindakan kriminal di desa-desa tempat mereka menetap sementara. Hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Falun Gong yang menetapkan disiplin ketat pada pengikutnya yang akan menyebarkan ajaran mereka.

d) PKC masa Mao menarik massa ke dalam kegiatan mereka dengan melibatkan warga desa dengan diskusi-diskusi atau rapat yang diadakan untuk membahas masalah mereka. Keterlibatan bersifat sukarela dan inklusif; artinya mereka boleh meninggalkan rapat jika tidak setuju atau tidak cocok dengannya. Falun Gong melakukan trik yang sama dengan latihan Gong mereka yang dikatakan sukarela dan terbuka untuk siapa saja yang dikatakan tidak memaksa pesertanya untuk menetap ataupun untuk bergabung.

Kedua cara ini, yang digunakan PKC dan Falun Gong pada hakikatnya adalah cara yang sama; yaitu cara untuk memperkenalkan "sisi positif" partai atau kelompok kepada massa luas dengan tujuan agar siapapun yang sempat mampir akan mempromosikan hal tersebut kepada masyarakat luas tentang kebaikan kelompknya. Cara ini juga efektif merangkul massa simpatisan lepas secara besar-besaran. Semakin banyak yang terlihat ikut berlatih bersama Falun Gong akan semakin membuktikan banyaknya dukungan pada kelompok tersebut, tidak peduli yang datang hanya ikut-ikutan ataupun massa pendukung yang sebenarnya. Mereka semua kemudian diklaim oleh Falun Gong sebagai "pengikut". Jika menggunakan cara ini, tidak heran Li Hongzhi mengkali pengikut Fakun Gong sebanyak 100 juta, karena setiap orang yang sempat datang ke pusat latihan dan ikut mencoba metode ini akan dianggap sebagai "pengikut".

Di luar massa mengambang tersebut, ada kelompok yang lebih militan. Dalam PKC adalah kader partai yang terdidik secara ideologis dengan Komunisme dan Maois, sedangkan dalam Falun Gong adalah kelompok yang bukan hanya mempraktikkan Gong atau sekedar ikut-ikutan latihan, tapi juga menyatakan diri sebagai pengikut Li Hongzhi dan rajin mendidik dirinya dengan kata-kata sang guru.

Lingkaran yang lebih dalam, adalah para pengikut atau kader partai yang sempat bertatap muka dengan Li Hongzhi atau Mao Zedong. Konon, yang saya dengar, sebenarnya tidak banyak anggota Falun gong yang sempat bertatap muka secara langsung dengan guru mereka, hanya minoritas kecil yang "cukup beruntung" bertemu langsung dengan Li Hongzhi. Begitu juga dengan PKC, pada masa bergerilya hanya minoritas anggota partai yang sempat bertatap muka dengan Mao Zedong.

Kelompok yang terakhir, tentunya adalah Li Hongzhi sendiri dan segelintir orang yang menjadi penentu kebijakan. Sepoerti halnya dalam era PKC Mao Zedong, ada kelompok the big five yang menjadi penyokongnya.

(Bersambung...)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #114 on: 13 October 2008, 12:40:21 AM »
e) Baik Falun Gong maupun PKC selalu histeris dengan pengkritiknya. Kalau PKC menuduh pengkritiknya sebagai kontra-revolusioner dan kapitalis, Falun Gong menyerang pengkritiknya sebagai setan atau proganda PKC.  Semua yang tidak sepaham dengan mereka akan ditekan dengan kekuatan massa. Baik PKC maupun pengikut Falun Gong tidak diajarkan bagaimana berargumen dengan logis dan rasional untuk menjawab kritikan dari luar, mereka hanya menggunakan cara berusaha membungkam lawannya dengan menyebutnya sebagai fitnah, propaganda, kekejian dan sebagainya ketimbang menjawab argumen yang ada secara rasional dan substansial sesuai persoalan. 

Baik PKC maupun Falun Gong selalu menanamkan sikap paranoid pada pengikutnya. Setiap ketidaksetujuan dan ketidaksepakatan dengan mudah dianggap sebagai ancaman. Hal ini dilakukan karena kebiasaan mereka untuk mematikan kemampuan bernalar pengikutnya, sehingga mereka tidak mampu menjadi argumentatif saat membela diri terhadap pengkritiknya. Karena tidak mampu bersikap asertif dan rasional, maka yang berkembang adalah kebiasaan mencurigai motif lawan. Misalnya: PKC akan menuduh pengkritiknya sebagai kontra-revolusioner, sedangkan Falun Gong membela diri dengan menyebut pengkritiknya adalah propaganda PKC.

Hal ini menyebabkan pengikut Falun Gong sibuk melihat musuhnya ada di mana-mana, membela diri dari kritikan, merasa dirinya ditindas terus menerus; yang bersamaan dengan itu mereka lupa untuk menguji kebenaran dogma yang mereka anut. Dalam hal ini, setiap kritikan (apakah rasional atau tidak, berdasarkan fakta atau tidak, benar atau salah) di lihat semata-mata sebagai ujian bagi iman mereka akan "kebenaran" Falun Gong.  Isi atau subtansi kritik diabaikan, sehingga akhirnya yang muncul hanya pandangan bahwa "pihak lawan" bersembunyi di baliknya. 
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Mr. Bagus

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 349
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
  • Sedang Apa
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #115 on: 13 October 2008, 06:52:36 AM »
sepertinya sobat-dharma adalah antek2 PKC, atau orang yang dicuci otaknya oleh PKC !!!
:x Persepsi yang saya dapat dari pengalaman saya sendiri sebagai orang buta tidak bisa dibandingkan dengan orang yang melihat dengan terang. >:)<

Offline Mr. Bagus

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 349
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
  • Sedang Apa
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #116 on: 13 October 2008, 06:54:24 AM »
namun itu bukan pendapat/pikiran saya  :))  ^:)^

cuman seperti itulah praktisi/anggota Falun Gong akan berpikir terhadap anda. Dan kemungkinan sodara akan didemo massa  ^-^
:x Persepsi yang saya dapat dari pengalaman saya sendiri sebagai orang buta tidak bisa dibandingkan dengan orang yang melihat dengan terang. >:)<

cunda

  • Guest
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #117 on: 17 October 2008, 01:04:36 PM »
alow, guru cunda, kenapa kaget gitu ? anda kenapa lari ke amerika ??:)


aku gak lari kog, jalan aja udh gak sanggup

hehehehehe

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #118 on: 17 October 2008, 01:24:35 PM »

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Fa Lun Gong, sebuah praktek kultivasi atau kult?
« Reply #119 on: 17 October 2008, 01:33:41 PM »
:ngomel:
 :backtotopic:
« Last Edit: 17 October 2008, 01:36:58 PM by karuna_murti »
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days