easter-japanese

1

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha di Gunung Puncak Hering. Pada saat itu Raja Ajātasattu Vedehiputta dari Magadha hendak memerangi para Vajji. Ia berkata sebagai berikut: “Betapa pun kuat dan perkasanya para Vajji ini, aku akan memusnahkan mereka, menghancurkan mereka, membawakan bencana pada mereka.”

Kemudian Raja Ajātasattu berkata kepada perdana menterinya, Brahmana Vassakāra: “Pergilah, Brahmana, temuilah Sang Bhagavā dan bersujudlah atas namaku dengan kepalamu di kaki Beliau. Tanyakan apakah Beliau sehat dan bugar, tangkas dan kuat, dan merasa nyaman. Katakan: ‘Bhante, Raja Ajātasattu Vedehiputta dari Magadha bersujud kepada Sang Bhagavā dengan kepalanya di kakiMu. Ia menanyakan apakah Engkau sehat dan bugar, tangkas dan kuat, dan merasa nyaman.’ Kemudian katakan sebagai berikut: ‘Bhante, Raja Ajātasattu hendak memerangi para Vajji. Ia berkata sebagai berikut: “Betapa pun kuat dan perkasanya para Vajji ini, aku akan memusnahkan mereka, menghancurkan mereka, membawakan bencana pada [18] mereka.”’ Dengarkanlah dengan seksama bagaimana Sang Bhagavā menjawabmu dan laporkan kepadaku, karena Sang Tathāgata tidak berbohong.”

“Baik, Baginda,” Brahmana Vassakāra menjawab. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan pergi menemui Sang Bhagavā. Ia saling bertukar sapa dengan Sang Bhagavā, dan ketika mereka telah mengakhiri ramah tamah itu, ia duduk di satu sisi dan berkata:

“Guru Gotama, Raja Ajātasattu Vedehiputta dari Magadha bersujud kepada Sang Bhagavā dengan kepalanya di kakiMu. Ia menanyakan apakah Engkau sehat dan bugar, tangkas dan kuat, dan merasa nyaman. Guru Gotama, Raja Ajātasattu hendak memerangi para Vajji. Ia berkata sebagai berikut: ‘Betapa pun kuat dan perkasanya para Vajji ini, aku akan memusnahkan mereka, menghancurkan mereka, membawakan bencana pada mereka.’”

Pada saat itu Yang Mulia Ānanda sedang berdiri di belakang Sang Bhagavā mengipasi Beliau. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Ānanda:

(1) “Ānanda, pernahkah engkau mendengar apakah para Vajji sering berkumpul dan sering mengadakan pertemuan?”

“Aku mendengar, Bhante, bahwa mereka melakukan demikian.”

“Ānanda, selama para Vajji sering berkumpul dan sering mengadakan pertemuan, maka hanya pertumbuhan yang menanti mereka, bukan kemunduran.

(2) “Pernahkah engkau mendengar, Ānanda, apakah para Vajji berkumpul dengan rukun, bubar dengan rukun, dan melakukan urusan-urusan Vajji dengan rukun?”

“Aku mendengar, Bhante, bahwa mereka melakukan demikian.”

“Ānanda, selama para Vajji berkumpul dengan rukun, [19] bubar dengan rukun, dan melakukan urusan-urusan Vajji dengan rukun, maka hanya pertumbuhan yang menanti mereka, bukan kemunduran.

(3) “Pernahkah engkau mendengar, Ānanda, apakah para Vajji tidak menetapkan apa pun yang belum ditetapkan atau meniadakan apa yang telah ditetapkan melainkan menjalankan dan mengikuti prinsip-prinsip kuno Vajji seperti yang telah ditetapkan?”

“Aku mendengar, Bhante, bahwa mereka melakukan demikian.”

“Ānanda, selama para Vajji tidak menetapkan apa pun yang belum ditetapkan atau meniadakan apa yang telah ditetapkan melainkan menjalankan dan mengikuti prinsip-prinsip kuno Vajji seperti yang telah ditetapkan, maka hanya pertumbuhan yang menanti mereka, bukan kemunduran.

(4) “Pernahkah engkau mendengar, Ānanda, apakah para Vajji menghormati, menghargai, menjunjung, dan memuliakan para sesepuh Vajji dan berpendapat bahwa mereka seharusnya dipatuhi?”

“Aku mendengar, Bhante, bahwa mereka melakukan demikian.”

“Ānanda, selama para Vajji menghormati, menghargai, menjunjung, dan memuliakan para sesepuh Vajji dan berpendapat bahwa mereka seharusnya dipatuhi, maka hanya pertumbuhan yang menanti mereka, bukan kemunduran.

(5) “Pernahkah engkau mendengar, Ānanda, apakah para Vajji tidak menculik perempuan-perempuan dan anak-anak gadis dari keluarga mereka dan memaksa mereka untuk hidup bersama?”

“Aku mendengar, Bhante, bahwa mereka tidak melakukan demikian.”

“Ānanda, selama para Vajji tidak menculik perempuan-perempuan dan anak-anak gadis dari keluarga mereka dan memaksa mereka untuk hidup bersama, maka hanya pertumbuhan yang menanti mereka, bukan kemunduran.

(6) “Pernahkah engkau mendengar, Ānanda, apakah para Vajji menghormati, menghargai, menjunjung, dan memuliakan altar-altar tradisi, baik yang berada di dalam [kota] maupun di luar kota, dan tidak mengabaikan pengorbanan baik seperti yang dipersembahkan kepada altar-altar itu di masa lalu?”

“Aku mendengar, Bhante, bahwa mereka melakukan demikian.”

“Ānanda, selama para Vajji [20] menghormati, menghargai, menjunjung, dan memuliakan altar-altar tradisi, baik yang berada di dalam [kota] maupun di luar kota, dan tidak mengabaikan pengorbanan baik seperti yang dipersembahkan dan dilakukan kepada altar-altar itu di masa lalu, maka hanya pertumbuhan yang menanti mereka, bukan kemunduran.

(7) “Pernahkah engkau mendengar, Ānanda, apakah para Vajji memberikan perlindungan baik, naungan baik, dan penjagaan baik kepada para Arahant, [dengan niat]: ‘Bagaimanakah agar para Arahant yang belum datang ke sini dapat datang ke negeri kami, dan bagaimanakah agar para Arahant itu yang telah datang dapat berdiam dengan nyaman di sini?’”

“Aku mendengar, Bhante, bahwa mereka melakukan demikian.”

“Ānanda, selama para Vajji memberikan perlindungan baik, naungan baik, dan penjagaan baik kepada para Arahant, [dengan niat]: ‘Bagaimanakah agar para Arahant yang belum datang ke sini dapat datang ke negeri kami, dan bagaimanakah agar para Arahant itu yang telah datang dapat berdiam dengan nyaman di sini?’ maka hanya pertumbuhan yang menanti mereka, bukan kemunduran.”

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Brahmana Vassakāra, perdana menteri Magadha: “Pada suatu ketika, Brahmana, Aku sedang menetap di Vesālī di altar Sārandada. Di sana Aku mengajarkan ketujuh prinsip ketidak-munduran ini kepada para Vajji. Selama ketujuh prinsip ketidak-munduran ini berlanjut di antara para Vajji, dan para Vajji terlihat [kokoh] di dalamnya, maka hanya pertumbuhan yang menanti mereka, bukan kemunduran.”

Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Vassakāra berkata sebagai berikut kepada Sang Bhagavā: “Jika, Guru Gotama, para Vajji menjalankan bahkan hanya satu dari prinsip-prinsip ketidak-munduran ini, maka hanya pertumbuhan yang menanti mereka, bukan kemunduran. Apalagi jika mereka menjalankan seluruh tujuh itu? Raja Ajātasattu Vedehiputta dari Magadha, Guru Gotama, tidak mungkin menaklukkan para Vajji melalui perang, kecuali [21] melalui muslihat atau perselisihan internal. Dan sekarang, Guru Gotama, kami harus pergi. Kami sibuk dan banyak yang harus dilakukan.”

“Silakan engkau pergi, Brahmana.”

Kemudian Brahmana Vassakāra, perdana menteri Magadha, setelah merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā, ia bangkit dari duduknya dan pergi.


Catatan Kaki
  1. Bagian selanjutnya juga terdapat pada DN 16.1.1-5, II 72-76. ↩︎