easter-japanese

“Para bhikkhu, dengan memiliki tiga faktor, seorang penjaga toko segera mencapai kekayaan besar dan berlimpah. Apakah tiga ini? Di sini, seorang penjaga toko memiliki mata yang tajam, bertanggung jawab, dan memiliki penyokong.

(1) “Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang penjaga toko memiliki mata yang tajam? Di sini, seorang penjaga toko mengetahui suatu barang: ‘Jika barang ini dibeli dengan harga ini dan dijual dengan harga itu, maka barang ini memerlukan modal sebesar ini dan menghasilkan keuntungan sebesar itu.’ Demikianlah seorang penjaga toko memiliki mata yang tajam.

(2) “Dan bagaimanakah seorang penjaga toko bertanggung jawab? Di sini, seorang penjaga toko terampil dalam membeli dan menjual barang-barang. Demikianlah seorang penjaga toko bertanggung jawab.

(3) “Dan bagaimanakah seorang penjaga toko memiliki penyokong? [117] Di sini, para perumah tangga dan para putra perumah tangga yang kaya, dengan kekayaan berlimpah mengenalinya sebagai berikut: ‘Penjaga toko yang baik ini memiliki mata yang tajam dan bertanggung jawab; ia mampu menyokong istri dan anak-anaknya dan dari waktu ke waktu juga membayar kepada kami.’ Maka mereka menyimpan kekayaan mereka padanya, dengan berkata: ‘Setelah memperoleh kekayaan dengan ini, sahabat penjaga toko, sokonglah istri dan anak-anakmu dan dari waktu ke waktu juga membayar kepada kami.’ Demikianlah seorang penjaga toko memiliki penyokong.

“Dengan memiliki ketiga faktor ini, seorang penjaga toko segera mencapai kekayaan besar dan berlimpah.

“Demikian pula, para bhikkhu, dengan memiliki tiga kualitas, seorang bhikkhu segera mencapai kualitas-kualitas bermanfaat yang besar dan berlimpah. Apakah tiga ini? Di sini, seorang bhikkhu memiliki mata yang tajam, bertanggung jawab, dan memiliki penyokong.

(1) “Dan bagaimanakah, seorang bhikkhu memiliki mata yang tajam? Di sini, seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya: ‘Ini adalah penderitaan’ … ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’ Demikianlah seorang bhikkhu memiliki mata yang tajam.

(2) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu bertanggung jawab? Di sini, seorang bhikkhu membangkitkan kegigihan untuk meninggalkan kualitas-kualitas tidak bermanfaat dan memperoleh kualitas-kualitas bermanfaat; ia kuat, kokoh dalam usaha, tidak melalaikan tugas melatih kualitas-kualitas bermanfaat. Demikianlah seorang bhikkhu bertanggung jawab.

(3) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu memiliki penyokong? Di sini, dari waktu ke waktu seorang bhikkhu mendatangi para bhikkhu yang terpelajar, pewaris warisan pusaka, ahli-ahli Dhamma, ahli-ahli disiplin, ahli-ahli kerangka,1 dan mempertanyakan: ‘Bagaimanakah ini, Bhante? Apakah makna dari hal ini?’ Kemudian para mulia itu mengungkapkan kepadanya apa yang belum terungkap, menjelaskan apa yang samar-samar, dan menghalau kebingungan tentang berbagai hal membingungkan. Demikianlah seorang bhikkhu memiliki penyokong. [118]

“Dengan memiliki ketiga kualitas ini, seorang bhikkhu segera mencapai kualitas-kualitas bermanfaat yang besar dan berlimpah.”


Catatan Kaki
  1. Mātikādharā. Mp mengemas kata ini sebagai “ahli dalam kedua kerangka” (dvemātikādharā), yang diidentifikasikan oleh Mp-ṭ sebagai mātikā bhikkhu dan bhikkhunī (Pātimokkha bagi bhikkhu dan bhikkhunī) atau mātikā dari Vinaya dan Abhidhamma. Mātikā adalah daftar prinsip dan praktik yang secara sistematis menggambarkan Dhamma. Mātikādharā disebutkan satu kali dalam DN, dua kali dalam MN (dalam satu sutta), tidak ada sama sekali dalam SN, dan dua belas kali dalam AN, yang menyiratkan bahwa sutta-sutta yang merujuknya relatif belakangan, atau setidaknya telah dimodifikasi untuk mengakomodasinya. Tentang sifat dan peranannya, baca Warder 1980: 218-24. ↩︎