Berikut dikutip dari majalah Lumbini (versi ebook juga ada di Perpus Dhammacitta) nomor 1.
Semoga bermanfaat
Tanya Jawab dengan Y.M. Bhikkhu Pannasami
Q: Apakah ada suatu bisnis yang benar-benar murni tidak melanggar sila dalam Agama Buddha?A: Banyak, contohnya kalau ingin berdagang, caranya adalah dengan tidak menipu, maka itu telah termasuk berdagang/ berjualan yang baik dan benar.
Q: Bagaimana caranya menjalankan bisnis/ berdagang sesuatu yang sesuai dengan Agama Buddha dalam kehidupan kita sehari-hari?A: Tidak perlu suatu cara yang sulit, cukup menjalankan bisnis dengan baik, bermanfaat bagi orang banyak, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, serta membantu orang lain.
Q: Apakah ada bisnis yang tidak cocok dengan Agama Buddha?A: Ada juga. Kalau pedagang, berdagang barang-barang/ makhluk hidup, racun, senjata, dan pekerjaan yang melanggar/ tidak sesuai dengan Pancasila Buddhis, yaitu yang melibatkan pembunuhan, pencurian, berzinah (PSK), penipuan dan berdagang zat yang dapat melemahkan kesadaran kita.
Q: Apakah berdagang minuman keras termasuk melanggar sila dalam Agama Buddha?A: Betul. Karena dengan berdagang minuman keras, kita memberi peluang besar bagi orang/ pembeli tersebut menjadi lemah kesadarannya, yang dapat menyebabkan orang tersebut melanggar peraturan, moral, dan norma-norma yang ada.
Q: Bagaimana misalnya, sewaktu kita membeli wortel sebanyak satu kilo di pasar, penjual tersebut mengatakan kalau timbangannya telah pas satu kilo, tetapi waktu ditimbang kembali ternyata kurang beberapa ons lagi. Apa itu termasuk pelanggaran sila?A: Betul. Karena sebagai orang yang jujur dan beriman kita pastilah tidak mendapat sesuatu yang halal dengan menipu orang lain. Orang tersebut membeli barang kita dengan uang yang sesuai dengan harga yang telah kita tentukan, yang mana sudah termasuk uang untuk jasa kita. Oleh karena itu, tidaklah pantas kita mengambil keuntungan yang lebih dengan menipu.
Q: Apakah mencari keuntungan dalam bisnis, termasuk perbuatan yang melanggar Pancasila Buddhis (Penipuan)?A: Tidak. Mencari keuntungan berarti kita "menjual jasa" dan tentunya jasa tersebut pasti dihargai. Contohnya orang yang berdagang sembako, orang tersebut telah berjasa membeli bahan-bahan sembako dari berbagai tempat yang jauh dan memberikan kenyamanan pembeli untuk memperolehnya hanya satu tempat dan toko. "Menjual jasa" disini berarti membantu orang untuk memperoleh sesuatu barang kebutuhan. "Menjual jasa" juga memiliki arti yang sebenarnya, yaitu tukang pangkas, guru, dokter, buruh bangunan, dan lain sebagainya, yang mencari keuntungan atas barang dagangan yang abstrak (jasa pelayanan); kepuasan pelanggan (tukang pangkas), kecerdasan (guru), kesembuhan (dokter), dan lain-lain.
Q: Seberapa besarnya keuntungan yang masih tergolong berdagang yang benar dan baik?A: Tidak ad batasannya. Selama pembeli tersebut ikhlas dan sanggup untuk membayar atas harga yang ditentukan.