//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)  (Read 26016 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #30 on: 14 January 2009, 10:38:39 AM »
Di Tiongkok ada dua golongan yang berhubungan dengan Buddhisme.
1. Agama Buddha Tiongkok berdasarkan ajaran asli dari India
2. Sinkretisme antara Taoisme dan Buddhisme

1.Agama Buddha Tiongkok yg berdasarkan ajaran Buddha asli dari India sebenarnya mengkoleksi hampir seluruh kitab suci dari berbagai aliran. Tidak semata-mata Mahayana saja lho. Sejarah perpecahan agama Buddha di India yg berlangsung ratusan tahun sudah menjadi hal yang klasik, hingga pada masa masa awal masehi tentu sudah mencapai titik jenuh. Sebagai kaum yg mencari kebenaran, bangsa Tiongkok tentu tidak mau terjebak dalam dikotomi ini. Mereka menerim semua kitab dari berbagai golongan (termasuk Theravada), dan mengkajinya secara komprehensif. Filsafat Mahayana hanyalah salah satu kajian yang paling disukai karena kebetulan lebih cocok dengan latar belakang filsafat bangsa Tiongkok. Namun perlu dicatat disini, tidak berarti kitab2 non mahayana diabaikan. Jadi pada intinya Mahayana Tiongkok adalah non sektarian, cuma saja karena mereka lebih orientasi ke jalur altruis, maka filosofi mahayanis menjadi lebih berkembang.

Kesimpulannya, Sekolah Mahayana belajar ajaran Theravada adalah hal yang sangat wajar, karena Mahayana mengambil jalur tengah. Kedua, dalam konteks jalan mahayana, kitab2 Theravada adalah ajaran yg wajib karena itu adalah fondasi juga. Mana boleh mereka mengabaikannya, karena itu adalah ajaran guru mereka Buddha Sakyamuni. Mereka cukup luwes dan flexibel. Theravada yg antipati pada golongan lain yg mempelajari kitab mereka
mencerminkan sikap eksklusivme, kaku dan perasaan takut. Syukurlah para sesepuh Theravada tidak begitu, sayang para umatnya yg terlalu berlebihan.


2. Sinkretisme antara Taoisme dan Buddhisme
Taoisme banyak menyerap atribut Buddhisme, bahkan menganggap Buddha sebagai salah satu bagian dari dewa dalam ranah Taoisme. Bahkan Banyak kitab Taois yg memiliki kitab sendiri tentang Buddha. Ini adalah fakta sejarah yang tidak terhindarkan.
Taoisme lebih banyak menyebar dan bergerak di golongan rakyat jelata, sedangkan Buddhisme lebih banyak berkembang di sektor institusi dan dihormati oleh skolar dan disokong oleh kerajaan.  Alhasil Buddhisme ala Taois bercampur baur dan bagi kalangan masyarakat ini menjadi hal yang diakui membingungkan.

Jadi wajar saja bila terdapat kitab2 yg sebenarnya sudah merupakan hasil karya sendiri yg bukan dari terjemahan asli. Sutra Bakti dalam kasus ini pun pernah dikritik oleh para sesepuh Mahayana, namun mereka jauh lebih arif, mereka tidak minta dibakar atau dihukum orangnya, tapi yang namanya guru spiritual ya mereka memberi nasihat, bimbingan dan penjelasan. Semua kitab kadang memang tidak serta merta bisa membuat orang paham. Itu wajar, makanya mengapa ada kitab penjelasan seperti atthakata, tika , dsb.


Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #31 on: 14 January 2009, 02:08:08 PM »
Hanya saja yang dituliskan itu Fuo Suo dalam arti kata Buddha Membabarkan, dan ditambah Lu Se Wo Wen, bukankah menjadi tidak benar lagi meskipun isi mengandung kebajikan karena sebenarnya bukan Fuo Suo harusnya belajar arif seperti Atthakata yang tidak sengaja menuliskan ini dibabarkan Buddha tapi disarikan dari Sutta oleh Ariya.
Kalau bisa menuliskan seperti itu maka muncullah banyak aliran fake yang bisa mengklaim dirinya sebagai aliran Buddha seperti yang baru-baru ini Buddhisme Essene(Isayana), TBSN, Maitreya dan segala campur sari lainnya.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #32 on: 14 January 2009, 02:24:57 PM »
 [at]  Tesla
Boleh tau sutta Tipitaka Pali yg berisi cerita kurang lebih begini? :)

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #33 on: 15 January 2009, 11:04:54 AM »
Hanya saja yang dituliskan itu Fuo Suo dalam arti kata Buddha Membabarkan, dan ditambah Lu Se Wo Wen, bukankah menjadi tidak benar lagi meskipun isi mengandung kebajikan karena sebenarnya bukan Fuo Suo harusnya belajar arif seperti Atthakata yang tidak sengaja menuliskan ini dibabarkan Buddha tapi disarikan dari Sutta oleh Ariya.
Kalau bisa menuliskan seperti itu maka muncullah banyak aliran fake yang bisa mengklaim dirinya sebagai aliran Buddha seperti yang baru-baru ini Buddhisme Essene(Isayana), TBSN, Maitreya dan segala campur sari lainnya.

Sifat Dharma selalu murni tidak terkontaminasi, seperti teratai yang tidak dikotori oleh lumpur.
Orang yang sengaja memalsukan isi sutra tentu yang salah adalah orangnya bukan dharmanya.
Namun Buddha menasihati kita utk menimbang kebenaran sutra dalam 4 sandaran:
1. Bersandar pada dharma, jangan bersandar pada individu
2. Bersandar pada kebijaksanaan, jangan bersandar pada kesadaran konvensional
3. Bersandar pada makna, jangan bersandar pada kata-kata
4. Bersandar pada makna yang hakiki, jangan bersandar pada makna yang tidak hakiki

Dunia ini memang banyak kepalsuan. Bukan hanya Sutra palsu saja.
Jadi alangkah baik bila kita lebih menekankan 4 sandaran yg diwejangkan Buddha. Dengan demikian maka seorang penjahat sekalipun jika mulutnya melontarkan satu kalimat bajik, maka itu pun dapat mencerahkan orang yang bersandar pada makna hakiki, tidak pada individunya.

 

 

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #34 on: 15 January 2009, 12:04:22 PM »
[at]  Tesla
Boleh tau sutta Tipitaka Pali yg berisi cerita kurang lebih begini? :)

mettacittena
_/\_

waduh... kasih saya waktu :P
saya udah lama tak baca sutta

kurang lebih isinya:

walau kita menggendong bokap & nyokap keliling dunia dg punggung kita, jasa mereka belum terbalas
walau kita kasih seluruh emas, permata & platinum di dunia jg masih ga cukup

hanya dg mengenalkan mereka dhamma lah...



ada yg bisa bantu ga?
kalau tak salah dalam bagian sutta berpasangan...
sutta berpasangan itu di mana yah?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #35 on: 16 January 2009, 03:20:08 PM »
thanks to morpheus,

ini yg versi theravada:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8407.0;topicseen
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #36 on: 17 January 2009, 09:14:21 PM »
Versi asli dalam koleksi Mahayana Tiongkok :
3. 佛說父母恩難報經 Fo Shuo Fu Mu En Nan Bao Jing
No.0684, kategori: Kumpulan Sutra.
Penerjemah: AnShiKao, masa dinasti Han

Sutra Hyang Buddha Mewejangkan Sulitnya Membalas Jasa Orang Tua
(佛說父母恩難報經 Fo Shuo Fu Mu En Nan Bao Jing)
Penerjemah sanskerta ke bahasa Tiongkok : Master Tripitaka AnShigao , Masa Dinasti Han Timur.

Demikianlah yang aku dengar.

Pada suatu ketika, Hyang Bhagava berdiam di Kota Sravasti, Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Pada saat itu, Hyang Bhagava berkata kepada para bhiksu, “Orang tua dari anak memiliki jasa yang besar. Mereka menyusui, merawat dan mendidik anak setiap saat hingga tumbuh besar. Sedangkan bila seorang anak memikul ayahnya dipundak kiri dan memikul ibunya dipundak kanan selama ribuan tahun, walau orang tua nya membuang kotoran di atas pundaknya, sang anak tetap tidak merasa marah. Meskipun [sang anak telah berbuat demikian], jasa baik orang tua tetap tidak cukup terbalaskan."

Seorang anak sepatutnya mengajarkan praktik cinta kasih kepada orang tua,  bila orang tua tidak memiliki keyakinan pada ajaran [dharma], hendaknya mengajarkannya hingga memiliki keyakinan pada ajaran [dharma], agar mereka memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka tidak memiliki sila, hendaknya mengajarkan praktik sila, agar memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka tidak pernah mendengar [dharma], hendaknya mengusahakan mereka mendengarkan [dharma], agar memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka memiliki watak serakah, hendaknya mengajarkan praktik dana, hingga mereka dapat berdana dengan sukacita, agar memperoleh kedamaian. Hendaknya mengajarkan mereka agar dapat memiliki keyakinan bahwa Tathagata telah mencapai Pencerahan sempurna, Sang Sugata, Yang telah sempurna tindak tanduknya, Pengenal segenap alam, Yang tiada bandingannya, Guru para dewa dan manusia, Yang tercerahkan, Yang maha mulia. Agar mereka memperoleh kedamaian. Hendaknya mengajarkan mereka memiliki keyakinan pada sangha suci. Dharma memiliki makna yang dalam dan halus, dengan mempraktikkannya maka pada kehidupan sekarang akan memperoleh buahnya, yang mana para bijak memahami dan menembus makna tentang praktik ini. Demikianlah Sangha suci dari Sang Tathagata yang mana tindak tanduk mereka telah suci, batin mereka lurus, hidup dalam keharmonisan, mereka telah berhasil dalam dharma, berhasil dalam sila, berhasil dalam samadhi, berhasil dalam prajna, berhasil dalam pembebasan, berhasil dalam pengetahuan pembebasan, berhasil dalam kebijaksanaan, demikianlah mereka disebut Sangha suci, yang terdiri atas 4 pasang makhluk  8 jenis makhluk ariya dalam Sangha suci Sang Tathagata yang maha mulia. Dengan memberi hormat pada perkumpulan demikian merupakan ladang kebajikan yang tiada bandingannya di dunia ini.

Ada dua jenis anak dalam diri seorang bhiksu, yakni anak kandung dan anak adopsi, demikianlah ada dua jenis anak dalam diri para bhiksu. Oleh karena itu, oh para bhiksu, hendaknya belajar seperti anak kandung dan anak adopsi yang dapat mengeluarkan cita rasa dharma dari mulut mereka. Demikianlah oh para bhiksu hendaknya belajar seperti itu.

Setelah para bhiksu mendengarkan wejangan Hyang Buddha, mereka merasa bergembira dan mempraktikkannya.


Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #37 on: 18 January 2009, 12:32:18 AM »
nice bro chingik ^^

anumodana _/\_
appamadena sampadetha

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #38 on: 31 January 2009, 01:33:41 AM »
Thx to bro hutan, yag secara kebetulan membahas mengenai pengorbanan seorang ibu kepada anak...Ditambah juga dengan kejadian yg baru saja terjadi dgn gw....
Gw baru bisa memahami dengan sungguh2, bahwa betapa dalamnya makna membalas budi kepada orang tua dengan memperkenalkan dhamma...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #39 on: 31 January 2009, 01:55:15 AM »
Betull ..... bro Edward, membalas budi terbaik kepada orang tua kita adalah memperkenalkan dhamma

ada sutta (rada lupa)  ;D .... seandainya kita mengendong dibahu kiri papa dan di bahu kanan mama
selama 100 tahun, itu saja tak cukup utk membalas jasa baik orang tua kita

Dari forum ini dan membaca sutta2, gw menyadari betapa dulu gw tidak memperlakukan orang tua dengan baik, walaupun gw bukan anak yg kurang ajar, tetapi sedikit cuek dengan kondisi orang tua  :'(

tapi sekarang dan seterusnya ...... gw sudah mulai mengerti apa yg sebaiknya dilakukan dan memperlakukan orang tua dengan baik .....  ;D

Moga2-moga .... gw akan selalu menjadi anak yg slalu berbakti ... sekarang ... selanjut dan selanjutnya  _/\_

( hehehe ... gw lom membaca abis ini artikel, ternyata mengendong orang tua di bahu kanan dan kiri udah dibahas, ...jadi malu ) Thanks ...Chingik
« Last Edit: 31 January 2009, 01:58:13 AM by Virya »
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #40 on: 31 January 2009, 03:51:54 PM »
Nambah ya.....

Bakti kepada orang tua juga ada dalam kitab Divyavadana (abad 2-3 M), bagian Purna Avadana. Perlu diketahui Divyadana ini ditemukan versi Sansekertanya di Nepal, dan berasal dari sekte Sarvastivada. Divyavadana ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa.

Bhiksu An Shigao yang menterjemahkan Foshuo Fumu Ennan Baojing juga dalah Bhiksu Sarvastivada. Oleh karena itu apabila asal muasal Sutra Bakti Seorang Anak mau ditelusuri lebih jauh lagi, maka asalnya bukan Theravada, tetapi Sarvastivada.

Berikut kutipan dari Purnaavadana bagian Maudgalyayana dan ibunya:

Kemudian Arya Mahamaudgalyayana berpikir, “Di waktu yang lalu Sang Buddha berkata, ‘Bhiksu, ibu dan ayah dari seorang anak tentu adalah pelaku tugas yang berat. Mereka mengasuh dan merawat anak, mereka membesarkannya, memberinya susu dan orang tua adalah pembimbing anaknya dalam [memperkenalkan] berbagai macam keindahan dari Jambudvipa ini. Meskipun seorang anak melayani ibunya dengan setengah kekuatannya dan setengah satunya untuk melayani ayahnya selama 100 tahun penuh; meskipun ia memberikan pada mereka semua perhiasan, permata, lazuardi, ibu permata, koral, perak, emas, jamrud, batu mata harimau, batu delima dan cangkang kerang yang spiralnya berputar kea rah kanan [yang ditemukan] di bumi yang besar ini; meskipun ia membuat kedua orang tuanya berada dalam kekuasaan agung dan tahta kerajaan – bahkan setelah melakukan hal-hal sebanyak itu, anak tersebut belum dapat membalas kebaikan yang sangat besar yang diberikan oleh ibu dan ayahnya.

“Namun seorang anak yang yang mengenalkan kebajikan keyakinan [pada Dharma] pada ibu dan ayahnya yang belum berkeyakinan; anak yang menginspirasi kedua orang tua mereka dengan keyakinan, membimbing mereka dalam keyakinan dan  meneguhkan mereka dalam keyakinan; anak yang mengenalkan kebajikan berdana pada ibu dan ayahnya yang tamak dan pencemburu; anak yang mengenalkan kebajikan Dharma pada ibu dan ayahnya yang tidak memiliki pemahaman; anak yang menginspirasi kedua orang tuanya dengan kualitas-kualitas ini, membimbing mereka dalam kualitas-kualitas ini dan meneguhkan mereka di dalamnya – anak yang melakukan hal-hal ini pada ibu dan ayahnya telah membalas budi baik yang telah dilakukan oleh ibu dan ayahnya”.

"Namun aku tidak pernah menunjukkan pelayanan seperti itu pada ibuku! Sekiranya sekarang aku memusatkan pikiranku pada alam amnakah ibuku terlahir kembali.” Dan dalam memusatkan pikirannya, Maudgalyayana melihat ibunya telah terlahir kembali di alam bernama Maricika. Ia berpikir, “Siapa yang akan memberinya bimbingan Dharma?” Maka ia melihat bahwa bimbingan tersebut akan dilakukan oleh Sang Buddha. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Kita di dunia ini sangat jauh dengan alam di mana ibuku terlahirkan. Sekiranya sekarang aku memberitahu Sang Buddha tentang persoalan ini.” Dan maka ia berbicara seperti ini pada Sang Buddha: “Bhagava, pada waktu yang lalu Sang Buddha berkata, ‘Bhiksu, ibu dan ayah dari seorang anak tentu adalah pelaku tindakan yang berat!’ Ibuku telah terlahir di Alam Maricika dan ia akan mendapatkan bimbingan Dharma dari Sang Buddha. Maka dari itu, Sang Bhagava sebaiknya membimbingnya. Mohon tunjukkanlah welas asih-Mu!”

Sang Buddha berkata, “Maudgalyayana, dengan kekuatan abhijna siapakah kita akan berkelana menuju dunia itu?
“Dengan abhijnaku, Sang Bhagava.” Maka Sang Buddha dan Arya Mahamaudgalyayana menginjakkan kaki mereka di puncak Gunung Sumeru, pergi, dan dalam tujuh hari sampai du dunia Maricika.
Seorang gadis bernama Bhadrakanya melihat Arya Mahamaudgalyayana datang dari kejauhan dan, melihatnya sekali lagi, ia dengan gembira lari menuju Maudgalyayana, berkata, ‘Ah! Setelah waktu yang lama aku melihat putraku lagi!”

Setelah itu, sekumpulan besar orang memberitahu: “Tuan-tuan, orang ini adalah seorang bhiksu yang telah berumur sedangkan wanita ini masihlah gadis muda! Bagaimana bisa ia adalah ibunya?”
Jawab Arya Mahamaudgalyayana, “Tuan-tuan, elemen-elemen tubuhku berasal darinya. Maka perempuan muda ini adalah ibuku.”

Kemudian Sang Buddha, mengetahui watak Bhadrakanya yang berasal dari jejak karma lampau, karakternya dan sifatnya, memberikan wejangan Dharma menjelaskan tentang Empat kebenaran Mulia sedemikian rupa, mendengarnya, Bhadrakanya, bagaikan halilintar  pemahaman menghancurkan dua puluh empat puncak gunung pandangan salah tentang ‘aku’ (atman), mencapai tingkatan Srotapanna.

Merealisasikan Dharma, Bhadrakanya menyerukan tiga kali ungkapan kegembiraan ini: “Pertolonganmu yang penuh welas asih telah kau lakukan untukku, Bhante, tidak pernah dilakukan oleh ibuku maupun ayahku, tidak juga oleh para dewa dan para leluhurku, oleh pendeta atau petapa. Samudra darah dan tangisan telah mongering! Pegunungan kerangka telah dutaklukkan! Gerbang penderitaan telah dengan cepat tertutup! Aku telah melampai mereka yang paling sempurna di antara dewa-dewa dan amnesia!” Dan Bhadrakanya kemudian mendeklamasikan syair ini:


Melalui kekuatan spiritualmu, maka tertutuplah jalan menuju kelahiran-kelahiran rendah, sangat menakutkan, sangat penuh dengan karma buruk dan kejahatan;
Terbukalah bagiku jalan menuju Surga; telah kudapatkan jalan menuju Nirvana, penuh dengan kebajikan.
Melalui perlindunganku padamu, hari ini aku telah mencapai kebebasan dari karma buruk, memperoleh kesempurnaan, pandangan sepenuhnya terang.
Dan telah mencapai tujuan yang diinginkan yang dicapai oleh para Buddha – aku telah menyebrang ke pantai seberang dari samudra penderitaan.

O engkau yang di dunia ini dihormati oleh para dewa, manusia dan iblis, yang terbebas dari lahir, tua, sakit dan mati. Ia yang sangat jarang muncul bahkan di ribuan kelahiran – O Suciwan, melihatmu hari ini telah membuahkan buah yang agung!


“Aku telah melampaui [roda kehidupan dan kematian], Bhante, aku telah pergi ke pantai seberang! Aku, diriku ini, pergi berlindung pada Buddha, Dharma dan Sangha. Mohon terimalah aku sebagai upasika mulai hari ini sampai selama aku hidup – aku, makhluk hidup yang telah pergi berlindung dan mempunyai keyakinan yang kuat. Semoga Sang Buddha, bersama-sama dengan Mahamaudgalyayana Yang Suci, sekarang setuju untuk menerima dana dariku.” Sang Buddha mengindikasikan persetujuannya terhadap permintaan Bhadrakanya dengan tetap diam.

Kemudian, setelah memastikan bahwa Sang Buddha dan Arya Mahamaudgalyayana telah duduk dengan nyaman, dengan kedua tangannya sendiri Bhadrakanya melayani dan memuaskan mereka dengan makanan-makanan bersih yang paling lezat, baik keras maupun lembut. Ketika ia melihat Sang Buddha telah seselsai makan, telah mencuci tangannya dan telah menaruh mangkuk dana di sisinya, Bhadrakanya mengambil kursi dan duduk di hadapan Sang Buddha untuk mendengarkan Dharma. Sang Buddha kemudian membabartkan Dharma padanya. Arya Mahamaudgalyayana mendapatkan kembali mangkuk dana Sang Buddha [ yang telah dicuci] dan mengembalikannya pada sang Buddha. Kemudian Sang Buddha berkata, “Maudgalyayana, ayo kita pergi.”


 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 31 January 2009, 03:54:10 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline kutubuku

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 2
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #41 on: 03 March 2012, 04:32:12 PM »
 Yg penting adalah menerapkan apa yg menjadi isi sutra itu ( berbakti pada orang tua ) daripada memperdebatkan hal sepele ( tulang, fotokopy, dll ) :P

Offline Choa

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 412
  • Reputasi: -12
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #42 on: 23 March 2012, 12:37:24 PM »
dan tambahan..

di sutra itu sang Buddha bersujud pada tulang??...<--sama ortu sendiri yg masih idup ajah beliau gk berani bersujud..lol...apalage sama tulang?..-_-"

dan juga..

tentang tulang cewe itu hitam dan tulang cowo itu putih...<--emankne beneran gitu?..oh! I dun think so..-_-"..gk make sense abis..no?

"menghormat sama gundukan tulang" ada di sutta
bukan "bersujud", silahkan seaching di sutta

Offline Pudji

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 0
  • Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #43 on: 25 December 2012, 09:45:30 AM »
Kemungkinan :
Jangan lupa, Buddha bisa melihat masa depan. di saat Buddha berkotbah, mungkin sudah melihat ke depan bakal ada yang mencetak, menyebarkan, oleh karena itu  menjelaskannya.
Di avici ? itu jelmaan. ada yang berdosa maka ada jelmaannya yg datang. gak ada yang berdosa, jelmaan hilang.
Segala sesuatu berasal dari pikiran, atau gelombang pikiran yang terbentuk baik sengaja atau tidak, yang berawal dari karma perbuatan.
Kalimat yang sama dengan Maitreya ? Gak heran... karena Maitreya sebelumnya juga murid Buddha Gautama kan?

Intinya, semua yang mengajarkan kabaikan atau kebajikan dianjurkan. Soal palsu atau tidak banyak yang sudah tidak dapat dibuktikan...

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [FAKE SUTRA ALERT] SUTRA BHAKTI (FILIAL PEITY SUTRA)
« Reply #44 on: 26 December 2012, 08:40:16 AM »
Kemungkinan :
Jangan lupa, Buddha bisa melihat masa depan. di saat Buddha berkotbah, mungkin sudah melihat ke depan bakal ada yang mencetak, menyebarkan, oleh karena itu  menjelaskannya.
Di avici ? itu jelmaan. ada yang berdosa maka ada jelmaannya yg datang. gak ada yang berdosa, jelmaan hilang.
Segala sesuatu berasal dari pikiran, atau gelombang pikiran yang terbentuk baik sengaja atau tidak, yang berawal dari karma perbuatan.
Kalimat yang sama dengan Maitreya ? Gak heran... karena Maitreya sebelumnya juga murid Buddha Gautama kan?

Intinya, semua yang mengajarkan kabaikan atau kebajikan dianjurkan. Soal palsu atau tidak banyak yang sudah tidak dapat dibuktikan...
Wah, kok tanggung2 lihat ke masa depannya? Harusnya sekalian suruh nge-faks, spamming lewat e-mail, copy-paste di dunia maya, dan lain-lain. Payah yah Buddhanya?

 

anything