//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??  (Read 9958 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #15 on: 22 December 2008, 04:06:37 PM »
Bila kita memerlukan Kebijaksanaan untuk menyingkirkan Kegelapan Batin, bagaimana cara mencapai Kebijaksanaan.?. Kebijaksanaan, yang merupakan pengetahuan pasti mengenai sifat sejati dari segala sesuatu, tidak bisa dicapai dengan sekedar belajar, ataupun dengan mengumpulkan dan menghimpun sederet Fakta. Namun, menurut Sang Buddha, kebijaksanaan bisa dipupuk.

Aku sangat terbantu pada Ajaran Pandangan Benar (Samma Ditthi) yang di bagi dalam Tiga Kelompok seperti yang aku posting di judul "Kehendak Bebas" sebagai cara yang efektif untuk memupuk "Kebijaksanaan"

Secara buddhism, Kebijaksanaan/panna diperoleh bukan dari logic + perasaan namun :
1. sutta maya panna : kebijaksanaan yg didapat dari membaca sutta/kitab
2. cinta maya panna : kebijaksanaan yg didapat dari mempraktekkan apa yg diajarkan oleh kitab/sutta
3. bhavana maya panna : merenungkan kembali apa yg sudah dipraktekkan.

ketiga panna ini akan saling menguatkan satu dengan yang lainnya sehingga bisa membimbing mencapai panna yg sejati

Perasaan, yg dalam buddhism disebut vedana, semata hanyalah salah satu dari 7 cetasika/faktor mental yg selalu ada dalam setiap citta/kesadaran (Sabbacittasadharana)

Berikut penjelasan singkat mengenai vedana
Quote
Vedana = perasaan. Perasaan merupakan padanan kata yang lebih tepat untuk vedana dibandingkan dengan sensasi seperti yang sering dijumpai.

Seperti halnya kontak, perasaan merupakan sebuah kekayaan penting bagi setiap kesadaran. Perasaan dapat berwujud menyenangkan, tidak menyenangkan dan bukan menyenangkan juga bukan tidak menyenangkan / netral.

Perasaan merupakan faktor batin yang merasakan objek ketika objek itu 'kontak' dengan indera.

semoga bs bermanfaat bagi kita semua

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #16 on: 22 December 2008, 04:12:38 PM »
apa yang dimaksud dengan perasaan?

Coba di renung dulu ; Kedelapan Faktor dari Jalan Ariya, di kelompok mana yang di maksud dengan pertanyaan Anda tentang "Perasaan",

selamat merenung dulu  _/\_

Yg saya tahu mengenai Perasaan adalah bhw ini merupakan cetasika yg selalu ada dalam setiap citta (Sabbacittasadharana)

mohon penjelasan jika ditilik secara jalan mulia berunsur 8

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #17 on: 22 December 2008, 06:08:28 PM »
apa yang dimaksud dengan perasaan?

Coba di renung dulu ; Kedelapan Faktor dari Jalan Ariya, di kelompok mana yang di maksud dengan pertanyaan Anda tentang "Perasaan",

selamat merenung dulu  _/\_

Yg saya tahu mengenai Perasaan adalah bhw ini merupakan cetasika yg selalu ada dalam setiap citta (Sabbacittasadharana)

mohon penjelasan jika ditilik secara jalan mulia berunsur 8

Sobat Markos, hal "Perasaan" dipahami secara Jalan Mulia berunsur 8 adalah dari

Perhatian (Samma Sati).

Perenungan Terhadap Perasaan (Vedananupassana)


Istilah "perasaan" di pakai disini bukan dalam arti emosi(fenomena kompleks yang paling tepat di golongkan ke dalam dasar ketiga dan keempat dari perhatian murni), namun dalam artian yang lebih sempit berupa corak emosional atau "sifat menyenangkan" dari pengalaman.

Ada tiga jenis pengalaman seperti ini, yang menimbulkan TIGA JENIS Utama dari Perasaan ;

1 .Perasaan yang menyenangkan.

2 .Perasaan yang Tidak Menyenangkan.

3 . Perasaan Netral.

Perasaan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi obyek perenungan karena perasaanlah yang biasanya memicu tercetusnya "kotoran batin" yang tadinya tersembunyi. Perasaan itu mungkin tidak kita sadari secara jelas, namun perasaan tersebut secara halus memelihara dan mendorong kecenderungan terhadap sifat-sifat buruk.

Karena itu, saat perasaan yang menyenangkan muncul, kita akan dipengaruhi oleh kotoran batin berupa keserakahan, kita lalu akan melekat padanya. Saat perasaan tidak mnyenangkan muncul, kita menanggapinya dengan ketidaksenangan, ketidaksukaan, dan ketakutan, yang semuanya merupakan aspek dari kebencian, Dan saat perasaan Netral muncul, kita biasanya tidak menyadarinya, atau membiarkannya membius kita sehingga kita merasakan ketenangan yang Maya "yang merupakan keadaan pikiran yang di sebabkan oleh kebodohan batin"

Brur, Markos, sampai di sini dulu melihat "Perasaan" ditilik secara Jalan Mulia beunsur 8, karena ada yang harus saya kerjakan sesudah posting ini.

Salam

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #18 on: 22 December 2008, 06:21:06 PM »
Sobat Markos, hal "Perasaan" dipahami secara Jalan Mulia berunsur 8 adalah dari

Perhatian (Samma Sati).

Perenungan Terhadap Perasaan (Vedananupassana)


Istilah "perasaan" di pakai disini bukan dalam arti emosi(fenomena kompleks yang paling tepat di golongkan ke dalam dasar ketiga dan keempat dari perhatian murni), namun dalam artian yang lebih sempit berupa corak emosional atau "sifat menyenangkan" dari pengalaman.

Ada tiga jenis pengalaman seperti ini, yang menimbulkan TIGA JENIS Utama dari Perasaan ;

1 .Perasaan yang menyenangkan.

2 .Perasaan yang Tidak Menyenangkan.

3 . Perasaan Netral.

Perasaan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi obyek perenungan karena perasaanlah yang biasanya memicu tercetusnya "kotoran batin" yang tadinya tersembunyi. Perasaan itu mungkin tidak kita sadari secara jelas, namun perasaan tersebut secara halus memelihara dan mendorong kecenderungan terhadap sifat-sifat buruk.

Karena itu, saat perasaan yang menyenangkan muncul, kita akan dipengaruhi oleh kotoran batin berupa keserakahan, kita lalu akan melekat padanya. Saat perasaan tidak mnyenangkan muncul, kita menanggapinya dengan ketidaksenangan, ketidaksukaan, dan ketakutan, yang semuanya merupakan aspek dari kebencian, Dan saat perasaan Netral muncul, kita biasanya tidak menyadarinya, atau membiarkannya membius kita sehingga kita merasakan ketenangan yang Maya "yang merupakan keadaan pikiran yang di sebabkan oleh kebodohan batin"

Brur, Markos, sampai di sini dulu melihat "Perasaan" ditilik secara Jalan Mulia beunsur 8, karena ada yang harus saya kerjakan sesudah posting ini.

Salam

Disini jelas terlihat bhw itu adalah Menyadari (SATI) perasaan2 yg timbul (biasa disebut gejolak batin)

Tapi Menyadari disini, bukanlah logika

Dengan demikian, berarti bhw perasaan + logika tidak akan membuat jadi panna

Namun pelaksanaan jalan utama berunsur 8 secara keseluruhanlah yg menyelaraskan kita dalam pencapaian nibbana


Offline 7 Tails

  • Sebelumnya RAIN
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 864
  • Reputasi: 24
  • Gender: Male
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #19 on: 23 December 2008, 08:49:18 AM »
kalau vedana adalah perasaan

kalau ada rasa gatal adalah vedana, kalau digaruk = melekat sama vedana ;D

kalau ada orang gila yang gak bergerak sama sekali selama berjam2 apa dia bisa menghindar dari vedana

kalau uda bisa tinggal latih logika, jadinya bijaksana ;D

:hammer:
korban keganasan

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #20 on: 23 December 2008, 10:35:02 AM »
Vedana dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Sukha
2. dukkha

3. Menyenangkan
4. Tidak menyenangkan
5. Netral

no. 1 dan 2, terjadi di rupa/fisik kita sedangkan no 3 - 5, terjadi di level batin

jadi kalo ada digigit nyamuk dan bengkak, itu adalah dukkha
tidak menyenangkannya ada di batin kita, yg membuat kita "menggaruknya"
tapi wkt digaruk, muncul juga sensasi menyenangkan (nikmat garukannya)
kebnykan digaruk, jadi lecet -> ini adalah dukkha lagi
masuk ke batin, jadi tidak menyenangkan
dst........dst........

demikianlah proses yg terjadi terus menerus di fisik dan batin kita

Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: Benarkah logika + perasaan = kebijaksanaan??
« Reply #21 on: 23 December 2008, 04:15:36 PM »
Tambahan lagi sifat 'perasaan"

Perenungan terhadap “perasaan” (Vedananupassana)


Perasaan muncul karena adanya peristiwa mental yang di sebut ‘kontak” (phasa). Kontak tersebut menandai “munculnya pada saat yang bersamaan” kesadaran terhadap obyek tersebut melalui indra. Kontak merupakan factor yang memungkinkan kesadaran “menyentuh” objek tersebut yang lalu akan tampak oleh pikiran melalui indra tersebut.

Karena itulah terdapat Enam jenis kontak yang dibedakan menurut ke Enam indra ;

1 .Kontak Mata.
2 .Kontak Telinga .
3 .Kontak Hidung.
4 .Kontak Lidah.
5 .Kontak Tubuh.
6 .Kontak Pikiran.

Dan ke Enam jenis PERASAAN yang di bedakan menurut kontak yang menyebabkan PERASAAN tersebut.

Perasaan merupakan sesuatu yang sangat penting sebagai Obyek perenungan karena PERASAAN lah yang biasanya memicu tercetusnya kotoran batin yang tadinya Teresembunyi. Perasaan dan kotoran batin tidaklah selalu harus berhubungan. Perasaan yang menyenangkan tidak selalu harus menimbulkan keserakahan , perasaan yang tidak menyenangkan tidak selalu harus menimbulkan Kebencian, dan perasaan Netral tidak selalu harus menimulkan Kebodohan Batin. Hubungan antara keduanya dapat diputuskan, dan cara utama untuk melakukannya adalah dengan Perhatian Murni.

Perasaan akan mengerakkan kotoran batin hanya bila perasaan itu tidak diperhatikan, dan bila perasaan itu dinikmati, alih-alih diamati. Dengan mengubah perasaan menjadi Objek Pengamatan, perhatian murni akan meredakan perasaan agar tidak memancing tanggapan yang buruk.Kemudian alih-alih berhubungan dengan perasaan sebagaimana biasanya melalui kemelekatan, penolakan, atau kelesuan, kita berhubungan dengan perasaan tersebut melalui perenungan dengan mengunakan  perasaan itu sebagai batu loncatan untuk memahami sifat dari pengalaman kita.

Pada tahap – tahap awal, perenungan terhadap perasaan meliputi perhatian terhadap munculnya perasaan dengan mengamati sifat-sifat khasnya ; menyenangkan, tidak menyenangkan, ataupun netral. Perasaan tersebut kita amati tanpa mengidentifikasi diri kita dengannya, yaitu tanpa menganggap perasaan itu sebagai “aku”, “milikku”, atau sesuatu yang sedang terjadi “padaku”. Kita menjaga kesadaran kita dengan perhatian semata ; kita memperhatikan setiap perasaan yang muncul dan menganggapnya sebagai perasaan semata-mata, yaitu peristiwa mental semata yang tidak memiliki rujukan subjektif apapun, tanpa penunjuk kepada sang ego. Tugas kita semata – mata mengawasi sifat dari perasaan tersebut, yaitu apakah perasaan itu bersifat menyenangkan, tidak menyenangkan, ataupun Netral