//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Vimutti Magga (Jalan Kebebasan)  (Read 4065 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Vimutti Magga (Jalan Kebebasan)
« on: 26 September 2008, 09:44:57 AM »
Jalan Kebebasan (Vimutti Magga)

Kebebasan artinya lima jenis kebebasan:
  • kebebasan penindasan (Vikkhambana-vimutti)
    adalah penindasan nafsu melalui latihan meditasi pertama (Pathamajjhàna)
  • kebebasan bagian-bagian (Tadanga-vimutti)
    adalah kebebasan dari pandangan-pandangan melalui praktik konsentrasi yang berperan dalam penembusan (Nibbedhabhàgiya-samàdhi).
  • kebebasan pelenyapan (Samuccheda-vimutti)
    adalah hancurnya belenggu-belenggu melalui praktik jalan spiritual (Lokuttara-magga)
  • kebebasan ketenangan (Pañippassaddha-vimuti)
        adalah (harus dipahami) sebagai bathin yang berbahagia dari seseorang yang mendapatkan buah.
  • kebebasan pembebasan (Nissaraña-vimutti)
        adalah padamnya unsur-unsur kehidupan (Anupàdisesanibbàna) tanpa sisa


Untuk alasan apakah Jalan Kebebasan diajarkan?
Ada seorang yang baik.
Ia bagaikan seorang buta yang mengembara ke tempat jauh tanpa penuntun

Karena walaupun ia ingin memperoleh kebebasan, ia tidak mendengarkan ajaran kebebasan.
Karena ia tidak mengenali kebebasan dan karena ia mengenali kebebasan secara keliru.
Karena ia dikepung oleh begitu banyak penderitaan, maka ia tidak dapat memperoleh kebebasan.

Walaupun ia ingin memperoleh kebebasan, ia tidak memiliki peralatannya.
Untuk memperoleh kebebasan, diperlukan peralatan.

Sang Buddha bersabda:
Ada makhluk-makhluk yang tertutup hanya oleh sedikit debu.
Mereka akan jatuh jika mereka tidak mendengarkan Kebenaran.

S. I, 105-6: Santi sattà apparajakkha jàtikà assavaõatà dhammassa parihàyanti.

Sang Buddha juga bersabda:
O para bhikkhu,
Melalui dua penyebab seseorang dapat memperoleh Pengertian Benar.

Apakah dua itu?
Mendengar dari orang lain adalah yang pertama.
Kecerdasan adalah yang kedua. 

Oleh karena itu aku membabarkan kebebasan.

A. I, 87: Dve’me bikkhave paccayà sammàdiññhiyà uppàdàya. Katame dve? Parato ca ghoso yoniso ca manasikàro.


Aku membabarkan kebebasan kepada mereka yang tidak menerima kebebasan,
untuk membangkitkan perasaan melepaskan dalam diri mereka.

Ini bagaikan seorang pengembara yang pergi ke tempat jauh dengan diiringi oleh seorang penuntun yang baik.

Tiga Latihan
Jika seseorang menerima Jalan Kebebasan ini, ia memenuhi tiga kelompok (Khandhà). 
Apakah tiga ini?
kelompok moralitas (Sïlakkhandha),
    Yaitu Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar dan sejenisnya. Atau kelompok moralitas adalah kelompok kebajikan dari berbagai moralitas.

kelompok konsentrasi (Samàdhikkhandha.) dan
    Yaitu Usaha Benar, Perhatian Benar, Konsentrasi Benar dan sejenisnya. Atau (kelompok konsentrasi adalah) kelompok kebajikan dari berbagai bentuk konsentrasi.

kelompok kebijaksanaan (Paññakkhandha.).
    Yaitu Pengertian Benar, Pikiran Benar dan sejenisnya. Atau (kelompok kebijaksanaan adalah) kelompok kebajikan dari berbagai jenis kebijaksanaan. Demikianlah tiga kelompok ini menjadi lengkap.


(Source: Vimutti-Magga)



Mohon maaf, kalau di-lock...
Rencananya akan dimasukin sedikit demi sedikit...

Untuk Diskusi, saya persilahkan menuju...
[Vimutti-Magga]

« Last Edit: 26 September 2008, 09:58:20 AM by Kemenyan »

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Vimutti Magga (Jalan Kebebasan)
« Reply #1 on: 29 September 2008, 09:56:39 AM »
Bab II
Sïla (Moralitas)

Apakah moralitas?
Moralitas kehendak Cetanà Sïla
    Yaitu tekad: “Aku tidak akan melakukan kejahatan, karena, jika aku melakukan kejahatan, aku akan menderita karenanya”.

Moralitas penghindaran Veramanï Sïla
    Yaitu menjauhi situasi-situasi kejahatan.

Moralitas tidak melanggar Avïtikkama Sïla
    (Di sini) seorang mulia memotong cacat secara jasmani dan ucapan.
    Arti dari memotong adalah ‘menghindari’.
    Semua aktivitas baik adalah moralitas


Semua aktivitas baik adalah moralitas.
Dikatakan dalam Abhidhamma sebagai berikut:
kehancuran nafsu-indria dengan meninggalkan keduniawian (adalah moralitas)

Moralitas ini dapat melenyapkan kejahatan. Yaitu,
‘moralitas kehendak’, ‘moralitas mengendalikan ’, dan ‘moralitas menghindari’.


01. Menghancurkan kebencian dengan tidak membenci, menghancurkan kekakuan dan ketumpulan dengan persepsi kecemerlangan, menghancurkan kekacauan dan kekhawatiran dengan ketidak-kacauan, menghancurkan keragu-raguan dengan kebulatan tekad, menghancurkan kebodohan dengan pengetahuan, menghancurkan ketidak-puasan dengan kegembiraan, menghancurkan lima rintangan dengan meditasi pertama
02. Menghancurkan permulaan dan berlangsungnya pikiran dengan meditasi kedua,
03. Menghancurkan kegembiraan dengan meditasi ketiga,
04. Menghancurkan kebahagiaan dengan meditasi keempat
05. Menghancurkan (persepsi) dari persepsi bentuk hingga (persepsi) reaksi-indria dan persepsi yang beraneka-ragam dengan konsentrasi ruang tanpa batas,
06. Menghancurkan persepsi ruang tanpa batas dengan konsentrasi kesadaran tanpa batas
07. Menghancurkan persepsi kesadaran tanpa batas dengan konsentrasi kekosongan
09. Menghancurkan (persepsi) kekosongan dengan konsentrasi bukan-persepsi dan bukan bukan-persepsi
10. Menghancurkan persepsi kekekalan dengan pandangan ketidak-kekalan,
11. Menghancurkan persepsi kebahagiaan dengan pandangan penderitaan,
12. Menghancurkan persepsi aku dengan pandangan tanpa-aku
13. Menghancurkan persepsi kesucian dengan pandangan ketidak-sucian
14. Menghancurkan persepsi kemelekatan dengan pandangan penderitaan,
15. Menghancurkan persepsi nafsu dengan pandangan tanpa-noda,
16. Menghancurkan kemunculan dengan pelenyapan,
17. Menghancurkan kepadatan dengan pandangan meluruhkan,
18. Menghancurkan pertemuan dengan pandangan perpisahan,
19. Menghancurkan kekekalan dengan pandangan perubahan,
20. Menghancurkan gambaran dengan pandangan tanpa-gambaran,
21. Menghancurkan keinginan dengan pandangan ketidak-inginan,
22. Menghancurkan keterikatan dengan pandangan kekosongan,
23. Menghancurkan kemelekatan dan kepercayaan (terhadap inti?) dengan pandangan kebijaksanaan yang lebih tinggi,
24. Menghancurkan keterikatan terhadap kebodohan dengan pengetahuan dan melihat segala sesuatu sebagaimana adanya,
25. Menghancurkan keterikatan terhadap tempat tinggal  dengan pandangan penderitaan,
26. Menghancurkan bukan-perenungan dengan pandangan perenungan,
27. Menghancurkan keterikatan terhadap belenggu dengan pandangan membalikkan (kebodohan),
28. Menghancurkan keterikatan terhadap kekotoran pandangan dengan jalan Pemasuk-Arus,
29. Menghancurkan kekotoran-kekotoran kasar dengan jalan Yang-Kembali-Sekali,
30. Menghancurkan kekotoran-kekotoran halus dengan jalan Yang-Tidak-Kembali,
31. Menghancurkan semua kekotoran dengan jalan Yang Suci”


Semua ini disebut ‘moralitas tidak melanggar’, ‘moralitas kehendak’, ‘moralitas mengendalikan’ dan ‘moralitas menghindari’.
Semua ini disebut moralitas.



Karakteristik Utama Moralitas
‘Apakah karakteristik utama dari moralitas’?;
melenyapkan ketidak-muliaan dengan kemuliaan.

  Apakah yang disebut ‘ketidak-muliaan’?
  Yaitu pelanggaran moralitas. Ada tiga jenis pelanggaran moralitas:
    pelanggaran moralitas yang berhubungan dengan Sangha para bhikkhu ;
    pelanggaran moralitas yang berhubungan dengan barang-barang kebutuhan ;
    pelanggaran moralitas yang berhubungan dengan indria .
   
  Apakah ‘pelanggaran moralitas yang berhubungan dengan Sangha’?
    Yaitu hilangnya keyakinan terhadap Sang Tathàgata karena tinggi hati dan ketidak-sopanan .
   
  Apakah ‘pelanggaran moralitas yang berhubungan dengan barang-barang kebutuhan’?
    ketika kehidupan seseorang lebih mementingkan kegiatan menghias diri, ia menjadi kehilangan kepuasan.
   
  Apakah ‘pelanggaran moralitas yang berhubungan dengan indria’?
    kehilangan perhatian bijaksana karena tidak menutup enam pintu indria.
 
Tiga ini merupakan ‘ketidak-muliaan’. Ini disebut ‘karakteristik utama dari moralitas’.

Apakah ‘fungsi’, ‘manisfestasi’ dan ‘penyebab langsung’ dari moralitas?
Kegembiraan mulia adalah ‘fungsi’nya.
Tidak menyesal adalah ‘manifestasi’nya.
Tiga perbuatan baik adalah ‘penyebab langsung’nya.
Juga,
  kebahagiaan mulia adalah ‘fungsi’nya.
  Tidak menyesal adalah ‘manifestasi’nya.
  Melindungi semua indria adalah ‘penyebab langsung’nya.

Apakah ‘manfaat’ dari moralitas?
  Tidak menyesal adalah manfaat dari moralitas.
  Hal ini sesuai dengan kata-kata Sang Buddha kepada (Yang Mulia) Ânanda: Tidak menyesal adalah manfaat dan keuntungan dari moralitas. 
  Juga,
    moralitas disebut kegembiraan mulia, yang tertinggi dari semua kasta, harta pusaka , dan yang mulia.
   
Ini adalah landasan para Buddha. Ini adalah mandi tanpa air. Ini adalah menaburi dengan keharuman . Ini adalah bayangan yang menyertai bentuk nyata. Ini adalah memakai pakaian yang harus dipakai. Ini adalah kasta suci. Ini adalah latihan yang tanpa bandingan. Ini adalah jalan kesejahteraan.

Jika seseorang mempraktekkan moralitas, berkat moralitas itu, ia akan menjadi tidak takut, memuliakan teman-temannya dan disayangi oleh orang-orang suci. Ini adalah perhiasan  yang baik. Ini mengatur semua perbuatan. Ini adalah tempat bagi jasa. Ini adalah ladang bagi persembahan. Ini adalah tanah untuk tumbuh dalam pergaulan mulia.

(Ia yang melatih moralitas) akan teguh dalam semua kebaikan. Ia akan memenuhi kesucian aspirasi. Bahkan dalam menghadapi kematian ia akan menguasai diri sendiri . Dengan menyempurnakan kebebasan penindasan ia akan mengalami kebahagiaan dalam keterampilan (?).

Demikianlah banyak manfaat dari moralitas.



Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Vimutti Magga (Jalan Kebebasan)
« Reply #2 on: 29 September 2008, 09:57:35 AM »
Bab.VI
Memahami Perilaku

(maap, banyak bab yg gw skip)

Empat belas jenis individu

Ada empat belas jenis individu yang bersesuaian dengan empat belas jenis perilaku:
  Individu yang berjalan dalam nafsu,
  Individu yang berjalan dalam kebencian,
  Individu yang berjalan dalam kedunguan,
  Individu yang berjalan dalam keyakinan,
  Individu yang berjalan dalam kecerdasan,
  Individu yang berjalan dalam ketelitian,
  Individu yang berjalan dalam nafsu-kebencian,
  Individu yang berjalan dalam nafsu-kedunguan,
  Individu yang berjalan dalam kebencian-kedunguan,
  Individu yang berjalan dalam nafsu-kebencian-kedunguan ,
  Individu yang berjalan dalam keyakinan-kecerdasan,
  Individu yang berjalan dalam keyakinan-ketelitian,
  Individu yang berjalan dalam kecerdasan-ketelitian,
  Individu yang berjalan dalam keyakinan-kecerdasan-ketelitian

Empat belas jenis individu ini dapat diringkas menjadi tujuh jenis, dengan menggabungkan
  berjalan dalam nafsu dan berjalan dalam keyakinan menjadi satu,
  berjalan dalam kebencian dan berjalan dalam kecerdasan menjadi satu,
  berjalan dalam kedunguan dan berjalan dalam ketelitian menjadi satu,
  berjalan dalam nafsu-kebencian dan berjalan dalam keyakinan-kecerdasan menjadi satu,
  berjalan dalam nafsu-kedunguan dan berjalan dalam keyakinan-ketelitian menjadi satu,
  berjalan dalam kebencian-kedunguan dan berjalan dalam kecerdasan-ketelitian menjadi satu,
  berjalan dalam nafsu-kebencian-kedunguan dan berjalan dalam keyakinan-kecerdasan-ketelitian menjadi satu .


Mengapakah seorang yang berjalan dalam nafsu digabungkan menjadi satu dengan seorang yang berjalan dalam keyakinan?
Dalam diri seorang yang penuh nafsu, ketika ia melakukan kebajikan, keyakinan adalah kuat, karena kualitas ini mendekati nafsu. dan lagi, nafsu dan keyakinan adalah mirip dalam tiga ciri: keterikatan, mencari kebaikan, tidak bosan.

Di sini ‘nafsu’ berarti cenderung bernafsu.
‘Keyakinan’ berarti cenderung pada kebaikan.

‘Nafsu’ berarti mencari apa yang baik menurut nafsu.
‘Keyakinan’ berarti mencari apa yang baik menurut moralitas.

Sifat dari ‘nafsu’ adalah tidak meninggalkan apa yang buruk.
Sifat dari ‘keyakinan’ adalah tidak meninggalkan apa yang baik.

Oleh karena itu seorang yang berjalan dalam ‘nafsu’ menjadi satu dengan seorang yang berjalan dalam ‘keyakinan’.


Mengapakah seorang yang berjalan dalam kebencian menjadi satu dengan seorang yang berjalan dalam kecerdasan?
Dalam diri seorang yang penuh kebencian, ketika ia berbuat baik, kecerdasan adalah kuat, karena kualitas ini mendekati kebencian. dan lagi, kebencian dan kecerdasan adalah mirip dalam tiga ciri: tidak-terikat, mencari kejahatan, bosan.

Seperti halnya seorang yang penuh kebencian tidak memegang erat-erat (apa yang baik),
  demikian pula orang yang cerdas tidak memegang erat-erat (apa yang jahat).
Seperti halnya orang yang penuh kebencian diserahkan kepada pencari-kesalahan,
  demikian pula orang yang cerdas diserahkan kepada pencari-kesalahan perbuatan jahat.
Seperti halnya seorang yang penuh kebencian menolak orang lain,
  demikian pula seorang yang cerdas menolak bentuk-bentuk.
 
Oleh karena itu, berjalan dalam kebencian menjadi satu dengan berjalan dalam kecerdasan. Keduanya mirip.


Mengapakah seorang yang berjalan dalam kedunguan menjadi satu dengan seorang yang berjalan dalam ketelitian?
Dalam diri seorang yang dungu yang berusaha untuk memunculkan kondisi baik, keragu-raguan meningkat, karena kualitas ini mendekati kedunguan dan karena keberpisahan dari keyakinan dan kebijaksanaan. dan lagi, kedunguan dan ketelitian adalah mirip dalam dua ciri: ketidak-stabilan dan pergerakan.

Seperti halnya kedunguan tidak damai karena terganggu,
  demikian pula ketelitian tidak damai karena berbagai kecenderungan berbagai pikiran yang tidak saling berhubungan.
Seperti halnya kedunguan bergerak, tidak mengetahui harus pergi kemana,
  demikian pula ketelitian bergerak karena kesembronoan.
 
Oleh karena itu berjalan dalam kedunguan menjadi satu dengan berjalan dalam ketelitian. Keduanya sama.
Yang lainnya harus dipahami dengan cara yang sama.

Demikianlah empat belas jenis ini diringkas menjadi tujuh.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Vimutti Magga (Jalan Kebebasan)
« Reply #3 on: 29 September 2008, 09:58:31 AM »
Di antara tujuh ini, individu yang manakah yang cepat berlatih dan yang manakah yang lamban berlatih?
Yang berjalan dalam nafsu adalah yang cepat berlatih, karena ia mudah diarahkan, kuat dalam keyakinan dan karena sedikit kedunguan dan ketelitian dalam dirinya.

Yang berjalan dalam kebencian adalah cepat berlatih, karena ia mudah diarahkan, kuat dalam kecerdasan dan karena sedikit kedunguan dan ketelitian dalam dirinya.

Yang berjalan dalam kedunguan adalah lamban berlatih, ia sulit diarahkan karena kedunguan dan ketelitian dan karena sedikit keyakinan dan kecerdasan dalam dirinya.

Yang berjalan dalam nafsu-kebencian adalah yang cepat berlatih, karena ia mudah diarahkan, kuat dalam keyakinan dan kecerdasan dan karena sedikit kedunguan dan ketelitian dalam dirinya.

Yang berjalan dalam nafsu-kedunguan adalah lamban berlatih, ia sulit diarahkan karena tidak percaya dan karena kuatnya kedunguan dan ketelitian  dalam dirinya.

Yang berjalan dalam kebencian-kedunguan adalah lamban berlatih, ia sulit diarahkan kurang cerdas dan karena kuatnya kedunguan dan ketelitian  dalam dirinya.

Yang berjalan dalam kualitas-kualitas berukuran sama (nafsu-kebencian-kedunguan atau keyakinan-kecerdasan-ketelitian) adalah lamban berlatih sulit diarahkan, tidak berdiam dalam kecerdasan dan karena kuatnya kedunguan dan ketelitian  dalam dirinya.



Sekarang, tujuh individu ini dapat dikelompokkan menjadi tiga menurut kekotoran dasar mereka. Yaitu:
  Yang berjalan dalam nafsu,
  yang berjalan dalam kebencian dan
  yang berjalan dalam kedunguan.


Apakah penyebab dari tiga jenis perilaku ini?
    Perbuatan yang dilakukan di masa lampau adalah penyebab perilaku.
     
    • Seseorang yang mengumpulkan banyak perbuatan baik, dalam kehidupan-kehidupan lampau, melalui cara-cara yang baik, menjadi yang berjalan dalam nafsu, dan juga seseorang yang meninggal dunia dari sebuah istana surgawi terlahir kembali di sini.
    • Seseorang yang (dalam kehidupan-kehidupan lampau) melakukan perbuatan-perbuatan bagai seorang musuh yaitu membunuh, memenggal dan menangkap, menjadi orang yang berjalan dalam kebencian, dan juga seseorang yang meninggal dunia dari alam neraka atau alam-naga terlahir kembali di sini.
    • Seseorang yang (dalam kehidupan-kehidupan lampau) telah dengan bebas meminum minuman keras dan tidak pernah (belajar dan berdiskusi) menjadi yang berjalan dalam kedunguan, dan juga seseorang yang meninggal dunia dari alam binatang terlahir kembali di sini.

      Unsur-unsur adalah penyebab perilaku.
       
      • Karena meningkatnya dua unsur seseorang menjadi yang berjalan dalam kedunguan. Yaitu unsur perluasan dan unsur perekat.
      • Karena meningkatnya dua unsur seseorang menjadi yang berjalan dalam kebencian. Yaitu unsur pergerakan dan unsur panas.
      • Karena semua unsur yang seimbang, seseorang menjadi yang berjalan dalam nafsu.

        Cairan tubuh utama  adalah penyebab perilaku.
         
        • Seseorang yang memiliki dahak yang berlebihan menjadi seorang yang berjalan dalam nafsu.
        • Seseorang yang memiliki cairan empedu yang berlebihan menjadi seorang yang berjalan dalam kebencian, dan
        • seseorang yang memiliki angin berlebihan menjadi seorang yang berjalan dalam kedunguan.
« Last Edit: 29 September 2008, 10:01:11 AM by Kemenyan »

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Vimutti Magga (Jalan Kebebasan)
« Reply #4 on: 29 September 2008, 10:01:52 AM »
Bagaimanakah mengenali bahwa
  orang ini adalah yang berjalan dalam nafsu,
  orang itu adalah yang berjalan dalam kebencian dan
  orang lain lagi berjalan dalam kedunguan? 


    Dapat dikenali dari tujuh aspek perilaku, yaitu melalui
    (cara memandang) obyek-obyek,
    melalui kekotoran,
    melalui (gaya) berjalan,
    melalui (cara) memakai jubah,
    melalui (gaya) makan,
    melalui pekerjaan dan
    melalui (gaya) tidur

    • Seseorang yang berjalan dalam nafsu memandang sebuah obyek seolah-olah belum pernah melihatnya sebelumnya. Ia tidak melihat cacatnya, dan tidak merenungkannya. Ia tidak mempedulikan kebajikan bahkan sekecil apapun juga (dari obyek tersebut). Ia tidak mampu membebaskan dirinya dari keinginan atas obyek tersebut. Bahkan setelah ia merenungkan ia tidak mampu mengubah caranya. Terhadap obyek-obyek indria lainnya ia juga bersikap sama.

      Ada lima kekotoran pada orang yang berjalan dalam nafsu. Yaitu, keiri-hatian, keangkuhan, kelicikan, ketidak-jujuran, senang menikmati kenikmatan-indria. Inilah lima itu.

      Gaya berjalan yang normal dari orang yang berjalan dalam nafsu adalah sebagai berikut: mengangkat kakinya, ia berjalan cepat, dengan irama langkah yang sama. Ia mengangkat kakinya dengan rata dan tidak menjatuhkannya. Dalam berjalan, ia mengangkat kakinya dengan anggun.

      Cara yang wajar dalam memakai jubah oleh ia yang berjalan dalam nafsu adalah sebagai berikut: jubahnya tidak lusuh dan tidak longgar. Jubahnya tidak terlalu turun dan menutupi dengan baik, dikenakan dengan rapi, dan dalam berbagai sudut, terlihat indah.

      Orang yang berjalan dalam nafsu memakan makanan yang lezat, berair, manis.
      ketika seorang yang berjalan dalam nafsu, makan, ia makan dalam jumlah yang sedang, menyuapkan (ke mulut) dalam suapan yang secukupnya dan menikmati rasanya lambat-lambat. Meskipun tidak terlalu lezat, ia sangat menikmatinya.

      Seorang yang berjalan dalam nafsu memegang sapunya dengan rata , dan menyapu tanpa tergesa-gesa. Tanpa menebarkan debu, ia menyapu dengan bersih.
      Seseorang yang mencuci, mencelup, menjahit, dan melakukan segalanya tanpa membiarkan pikirannya mengembara, adalah orang yang berjalan dalam nafsu.


      .
    • Seseorang yang berjalan dalam kebencian memandang sebuah obyek sebagai berikut: ia tidak melihat lama pada sebuah obyek, seolah-olah ia bosan. Ketika ia terpengaruh oleh cairan-cairan tubuh, ia sering bertengkar dengan orang lain. Bahkan dengan hal-hal yang sangat baik ia juga tidak gembira. Dengan demikian ia menolak segalanya. Gaya hidupnya ditentukan oleh cairan-cairan tubuh. Terhadap obyek-obyek indria lainnya ia juga bersikap sama.

      Ada lima kekotoran pada orang yang berjalan dalam kebencian. Yaitu, kemarahan, pendendam, kemunafikan, kekikiran, kebencian. Inilah lima itu.

      Gaya berjalan normal dari orang yang berjalan dalam kebencian adalah sebagai berikut: ia mengangkat kakinya dengan sentakan dan menurunkan kakinya dengan sentakan. Kedua kakinya saling bergesekan pada saat menurunkan kakinya, seperti sedang menggali tanah.

      Cara yang wajar dalam memakai jubah oleh ia yang berjalan dalam kebencian adalah sebagai berikut: ia mengenakan jubahnya dengan tergesa-gesa. Jubahnya terlalu tinggi, dan tidak menutupi dengan sempurna, dikenakan dengan tidak rapi, dan dalam berbagai sudut, terlihat tidak indah.

      Orang yang berjalan dalam kebencian memakan makanan yang asam.
      ketika seorang yang berjalan dalam kebencian, makan, ia mengambil suapan-suapan besar, tidak dalam jumlah yang secukupnya. Jika makanan itu tidak lezat, ia tidak senang.

      Seorang yang berjalan dalam kebencian tergesa-gesa mengambil sapu dan menyapu, dengan cepat, dari satu sisi ke sisi lainnya, menebarkan debu di kedua sisi dan membuat suara kasar. Ia menyapu dengan bersih tetapi tidak merata.
      Orang yang berjalan dalam kebencian melakukan segalanya dengan tidak merata, tetapi ia tidak membiarkan pikirannya mengembara.




      .
    • Seseorang yang berjalan dalam kedunguan memandang sebuah obyek sebagai berikut: ia percaya pada orang lain sehubungan dengan kebaikan dan keburukan (dari segala hal). Ia menganggap tidak berharga apa yang orang lain juga menganggap tidak berharga. Ia memuji apa yang dipuji orang lain, karena ia sendiri tidak mengetahui. Terhadap obyek-obyek indria lainnya ia juga bersikap sama.

      Ada lima kekotoran pada orang yang berjalan dalam kedunguan. Yaitu, kekakuan, kelalaian, keragu-raguan, kekhawatiran, kedunguan. Inilah lima itu.

      Gaya berjalan normal dari orang yang berjalan dalam kedunguan adalah sebagai berikut: ia mengangkat dan menurunkan kakinya dengan cara menyeret. Kedua kakinya saling bergesekan.

      Cara yang wajar dalam memakai jubah oleh ia yang berjalan dalam kedunguan adalah sebagai berikut: ia mengenakan jubahnya dengan lambat. Jubahnya tidak menutupi dengan sempurna, dikenakan dengan tidak rapi, dan dalam berbagai sudut, terlihat tidak indah.

      Orang yang berjalan dalam kedunguan memakan segalanya.
      ketika seorang yang berjalan dalam kedunguan, makan, ia mengambil suapan-suapan kecil, tidak dalam jumlah yang secukupnya. Ia mengotori mulutnya dengan makanan. Sebagian makanan itu masuk ke dalam mulutnya dan sebagian lagi jatuh kembali ke mangkuknya. Ia makan tanpa perhatian.

      Seorang yang berjalan dalam kedunguan mengambil sapu dengan lambat. Meskipun ia mendatangi segala penjuru, bagian-bagian tertentu tidak tersapu dengan baik dan tidak merata.
      Orang yang berjalan dalam kedunguan, selalu terganggu pikirannya. Ia melakukan banyak hal, tetapi tidak ada yang berhasil.



    Bagaimanakah mengenali ‘melalui (cara) tidur’?
    Orang yang berjalan dalam nafsu mempersiapkan tempat tidurnya dengan santai dan dalam urutan yang benar. Ia berbaring dengan anggun dan menarik tangan dan kakinya hingga tertutup. Saat terbangun di tengah malam, ia bangkit dengan segera dan menjawab tanpa merasa enggan.

    Orang yang berjalan dalam kebencian tergesa-gesa dan berbaring di tempat apapun yang ia dapatkan. Ia mengerutkan keningnya dalam tidurnya. Saat terbangun di tengah malam, ia bangkit dengan segera dan menjawab sambil marah-marah.

    Orang yang berjalan dalam kedunguan tidak mempersiapkan tempat tidurnya dengan baik. Dalam tidurnya, tangan dan kakinya tidak tertutup, dan hanya tubuhnya yang tertutup. Saat terbangun di tengah malam, ia menggerutu dan menjawab lama kemudian. Demikianlah mengenali ‘melalui (cara) tidur’.


Dalam cara bagaimanakah dan dengan pikiran bagaimanakah seseorang harus mengenakan jubah, meminta, duduk, tidur dan bagaimanakah lingkungan tempat tinggalnya?

Orang yang berjalan dalam nafsu seharusnya mengenakan jubahnya dengan cara yang sederhana, dan jubahnya tidak terlalu turun. Ia seharusnya tidak mengenakan jubah yang terlalu cerah. Demikianlah ia seharusnya mengenakan jubahnya.

Orang yang berjalan dalam kebencian seharusnya mengenakan jubahnya dengan teliti, bersih dan dengan jubah berwarna cerah. Jubahnya harus lebih turun dan rapi. Demikianlah ia seharusnya mengenakan jubahnya.

Orang yang berjalan dalam kedunguan seharusnya mengenakan jubah apapun yang ia peroleh.

Orang yang berjalan dalam nafsu  seharusnya meminta dengan rendah hati, seharusnya tidak meminta makanan yang bersih dan lezat. Ia seharusnya meminta sedikit.

Orang yang berjalan dalam kebencian boleh meminta makanan yang bersih, lezat dan berair, dan sebanyak yang ia inginkan.

Orang yang berjalan dalam kedunguan harus puas dengan apa yang ia dapatkan.

Orang yang berjalan dalam nafsu seharusnya tidur dan duduk di bawah keteduhan pohon, di tepi sungai, dalam hutan yang sunyi, atau dalam rumah altar yang setengah dibangun atau di tempat-tempat yang tidak ada tempat tidurnya. Demikianlah ia seharusnya tidur dan duduk.

Orang yang berjalan dalam kebencian seharusnya tidur dan duduk di bawah keteduhan pohon, di tepi sungai, di tempat yang bertingkat, di dalam rumah altar yang telah selesai dibangun atau di tempat-tempat yang tersedia tempat tidur dan selimut.

Orang yang berjalan dalam kedunguan seharusnya tidur di dekat gurunya, bersandar kepadanya.

Lingkungan tempat tinggal dari seorang yang berjalan dalam nafsu haruslah lingkungan yang sederhana makanan dan minumannya. Sewaktu ia masuk ke desa untuk mengumpulkan dana makanan, ia seharusnya, menghadap matahari, pergi ke wilayah yang paling miskin. Ke tempat demikianlah ia seharusnya pergi.

Lingkungan tempat tinggal dari seorang yang berjalan dalam kebencian haruslah lingkungan yang tersedia nasi, air, daging dan minuman yang lengkap. Sewaktu ia masuk ke desa untuk mengumpulkan dana makanan, ia seharusnya, tidak menghadap matahari, dan seharusnya pergi ke wilayah yang banyak terdapat orang-orang yang berkeyakinan. Ke tempat demikianlah ia seharusnya pergi.

Orang yang berjalan dalam kedunguan seharusnya menerima apa yang ia dapatkan.

Orang yang berjalan dalam nafsu seharusnya mengambil postur berdiri atau berjalan mondar-mandir;
orang yang berjalan dalam kebencian seharusnya mengambil postur duduk atau berbaring ;
orang yang berjalan dalam kedunguan seharusnya mengambil postur berjalan.


Di sini, terdapat berbagai ajaran.
Orang yang penuh nafsu memperoleh keyakinan melalui obyek-obyek yang menyenangkan.
Orang yang penuh kebencian memperoleh keyakinan melalui keterlibatan dengan hal-hal yang menyenangkan.
Orang yang dungu memperoleh (keyakinan) melalui tanpa-penyelidikan.

Orang yang penuh nafsu adalah bagaikan pelayan.
Orang yang penuh kebencian adalah bagaikan majikan.
Orang yang dungu adalah bagaikan racun.

Orang yang penuh nafsu sedikit terpengaruh oleh cairan-cairan tubuh.
  Ia tidak melenyapkan kekotoran.
Orang yang penuh kebencian sangat terpengaruh oleh cairan-cairan tubuh,
  dan tidak membiarkan dirinya dinodai oleh kekotoran-kekotoran.
Orang yang penuh kebencian sangat terpengaruh oleh cairan-cairan tubuh.
  Ia tidak melenyapkan kekotoran.

Orang yang berjalan dalam nafsu sangat berperasaan
Orang yang berjalan dalam kebencian suka bertengkar
Orang yang berjalan dalam kedunguan bersifat lengah.[/list]
« Last Edit: 29 September 2008, 10:05:25 AM by Kemenyan »

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Vimutti Magga (Jalan Kebebasan)
« Reply #5 on: 29 September 2008, 10:03:34 AM »
Bab VII. Memahami Subyek Meditasi
Sekarang, sang guru kepada siapa seseorang bergantung, setelah mengamati perilaku seseorang, mengajarkan satu dari tiga puluh delapan subyek meditasi. Dan kemudian, ia mengajarkan satu atau dua subyek meditasi yang bersesuaian.

Apakah tiga puluh delapan subyek meditasi?
sepuluh kasiña
   tanah, air, api, angin, hijau-kebiruan, kuning, merah, putih, ruang, kesadaran ;

sepuluh persepsi pembusukan, yaitu,
   persepsi pembengkakan,
   persepsi kerusakan warna,
   persepsi bernanah,
   persepsi terpecah,
   persepsi tercabik,
   persepsi berserakan,
   persepsi terpotong dan tercerai-berai,
   persepsi ternoda darah,
   persepsi berulat dan
   persepsi tulang-belulang ;

sepuluh perenungan, yaitu,
   Perenungan Sang Buddha,
   Perenungan Dhamma,
   Perenungan Sangha,
   Perenungan moralitas,
   Perenungan Kedermawanan,
   Perenungan Dewata,
   perenungan kematian,
   perhatian pada jasmani,
   perhatian pada pernafasan,
   perenungan kedamaian; 

empat pikiran tidak terbatas:
   cinta kasih,
   belas kasihan,
   kegembiraan atas kebahagiaan orang lain,
   keseimbangan ;

menentukan unsur-unsur ;
persepsi kejijikan makanan ;
alam kekosongan,
alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi .


Ini adalah tiga puluh delapan subyek meditasi.
Kualitas-kualitas yang berbeda-beda dari tiga puluh delapan subyek meditasi ini dapat dikenali (1) melalui meditasi, (2) melalui perenungan, (3) melalui peningkatan, (4) melalui penyebab, (5) melalui obyek, (6) melalui keistimewaan, (7) melalui alam, (8) melalui penangkapan, (9) melalui individu.

Bagaimanakah, ‘melalui meditasi’?
sepuluh subyek meditasi untuk mencapai meditasi-pendahuluan, yaitu:
Dengan pengecualian perhatian pada pernafasan dan perhatian pada jasmani, delapan perenungan lainnya, menentukan empat unsur dan persepsi kejijikan makanan disebut sepuluh (obyek) meditasi-pendahuluan.

sebelas subyek meditasi untuk mencapai meditasi pertama, yaitu:
Sepuluh persepsi kejijikan dan perenungan terhadap jasmani menghasilkan meditasi pertama.

tiga subyek meditasi untuk mencapai tiga tingkat meditasi.
cinta kasih, belas kasihan dan kegembiraan apresiatif.

Dan lagi,
satu subyek meditasi untuk mencapai empat tingkat meditasi, yaitu: Keseimbangan;

sembilan subyek meditasi untuk mencapai empat tingkat dan lima tingkat meditasi, yaitu:
Dengan pengecualian kasiña-ruang dan kasiña-kesadaran, delapan kasiña lainnya dan perhatian pada pernafasan.

Dan lagi,
empat subyek meditasi untuk mencapai empat tingkat meditasi tanpa bentuk, yaitu:
Kasiña-ruang, kasiña-kesadaran, alam kekosongan, alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi
« Last Edit: 29 September 2008, 10:06:45 AM by Kemenyan »