Bab.VI
Memahami Perilaku
(maap, banyak bab yg gw skip)
Empat belas jenis individu
Ada empat belas jenis individu yang bersesuaian dengan empat belas jenis perilaku:
Individu yang berjalan dalam nafsu,
Individu yang berjalan dalam kebencian,
Individu yang berjalan dalam kedunguan,
Individu yang berjalan dalam keyakinan,
Individu yang berjalan dalam kecerdasan,
Individu yang berjalan dalam ketelitian,
Individu yang berjalan dalam nafsu-kebencian,
Individu yang berjalan dalam nafsu-kedunguan,
Individu yang berjalan dalam kebencian-kedunguan,
Individu yang berjalan dalam nafsu-kebencian-kedunguan ,
Individu yang berjalan dalam keyakinan-kecerdasan,
Individu yang berjalan dalam keyakinan-ketelitian,
Individu yang berjalan dalam kecerdasan-ketelitian,
Individu yang berjalan dalam keyakinan-kecerdasan-ketelitian
Empat belas jenis individu ini dapat diringkas menjadi tujuh jenis, dengan menggabungkan
berjalan dalam nafsu dan berjalan dalam keyakinan menjadi satu,
berjalan dalam kebencian dan berjalan dalam kecerdasan menjadi satu,
berjalan dalam kedunguan dan berjalan dalam ketelitian menjadi satu,
berjalan dalam nafsu-kebencian dan berjalan dalam keyakinan-kecerdasan menjadi satu,
berjalan dalam nafsu-kedunguan dan berjalan dalam keyakinan-ketelitian menjadi satu,
berjalan dalam kebencian-kedunguan dan berjalan dalam kecerdasan-ketelitian menjadi satu,
berjalan dalam nafsu-kebencian-kedunguan dan berjalan dalam keyakinan-kecerdasan-ketelitian menjadi satu .
Mengapakah seorang yang berjalan dalam nafsu digabungkan menjadi satu dengan seorang yang berjalan dalam keyakinan?Dalam diri seorang yang penuh nafsu, ketika ia melakukan kebajikan, keyakinan adalah kuat, karena kualitas ini mendekati nafsu. dan lagi, nafsu dan keyakinan adalah mirip dalam tiga ciri: keterikatan, mencari kebaikan, tidak bosan.
Di sini ‘nafsu’ berarti cenderung bernafsu.
‘Keyakinan’ berarti cenderung pada kebaikan.
‘Nafsu’ berarti mencari apa yang baik menurut nafsu.
‘Keyakinan’ berarti mencari apa yang baik menurut moralitas.
Sifat dari ‘nafsu’ adalah tidak meninggalkan apa yang buruk.
Sifat dari ‘keyakinan’ adalah tidak meninggalkan apa yang baik.
Oleh karena itu seorang yang berjalan dalam ‘nafsu’ menjadi satu dengan seorang yang berjalan dalam ‘keyakinan’.
Mengapakah seorang yang berjalan dalam kebencian menjadi satu dengan seorang yang berjalan dalam kecerdasan?Dalam diri seorang yang penuh kebencian, ketika ia berbuat baik, kecerdasan adalah kuat, karena kualitas ini mendekati kebencian. dan lagi, kebencian dan kecerdasan adalah mirip dalam tiga ciri: tidak-terikat, mencari kejahatan, bosan.
Seperti halnya seorang yang penuh kebencian tidak memegang erat-erat (apa yang baik),
demikian pula orang yang cerdas tidak memegang erat-erat (apa yang jahat).
Seperti halnya orang yang penuh kebencian diserahkan kepada pencari-kesalahan,
demikian pula orang yang cerdas diserahkan kepada pencari-kesalahan perbuatan jahat.
Seperti halnya seorang yang penuh kebencian menolak orang lain,
demikian pula seorang yang cerdas menolak bentuk-bentuk.
Oleh karena itu, berjalan dalam kebencian menjadi satu dengan berjalan dalam kecerdasan. Keduanya mirip.
Mengapakah seorang yang berjalan dalam kedunguan menjadi satu dengan seorang yang berjalan dalam ketelitian?Dalam diri seorang yang dungu yang berusaha untuk memunculkan kondisi baik, keragu-raguan meningkat, karena kualitas ini mendekati kedunguan dan karena keberpisahan dari keyakinan dan kebijaksanaan. dan lagi, kedunguan dan ketelitian adalah mirip dalam dua ciri: ketidak-stabilan dan pergerakan.
Seperti halnya kedunguan tidak damai karena terganggu,
demikian pula ketelitian tidak damai karena berbagai kecenderungan berbagai pikiran yang tidak saling berhubungan.
Seperti halnya kedunguan bergerak, tidak mengetahui harus pergi kemana,
demikian pula ketelitian bergerak karena kesembronoan.
Oleh karena itu berjalan dalam kedunguan menjadi satu dengan berjalan dalam ketelitian. Keduanya sama.
Yang lainnya harus dipahami dengan cara yang sama.
Demikianlah empat belas jenis ini diringkas menjadi tujuh.