//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: point of Budhism...  (Read 9897 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline kiman

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 348
  • Reputasi: 13
  • Gender: Female
  • HUM !
point of Budhism...
« on: 21 September 2008, 06:41:49 PM »
menurut temen2, apa sih inti ajaran agama Budha?
U CAN GET DHARMA WITHOUT MONEY

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: point of Budhism...
« Reply #1 on: 21 September 2008, 06:50:08 PM »
Inti dari seluruh ajaran Sang Buddha adalah
Empat Kebenaran Mulia
(cattari ariya sacca)
Dengan mengerti Empat Kebenaran Mulia, dapat dikatakan seseorang telah mengerti agama Buddha.

Ketika Buddha menjelaskan Empat Kebenaran Mulia, beliau mula-mula menguraikannya satu per satu,
Empat Kebenaran Mulia ini yaitu:

I. Kebenaran Mulia tentang Dukkha (dukkha ariya sacca)
Hidup dalam bentuk dan kondisi apapun adalah Dukkha (penderitaan),
- Lahir, sakit, tua dan mati adalah Dukkha.
- Berhubungan dengan yang tidak kita sukai adalah Dukkha.
- Ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi adalah Dukkha.
- Tidak mendapatkan yang kita inginkan juga merupakan Dukkha.
- Masih memiliki Lima khanda adalah Dukkha.

Dukkha dapat juga dibagi menjadi:
  • - dukkha-dukkha,
    ialah penderitaan yang nyata, yang benar dirasakan sebagai penderitaan tubuh dan bathin, misalnya sakit kepala, sakit gigi, susah hati dll.
  • - viparinäma-dukkha
    merupakan fakta bahwa semua perasaan senang dan bahagia --berdasarkan sifat ketidak-kekalan-- di dalamnya mengandung benih-benih kekecewaan, kekesalan dll.
  • sankhärä-dukkha
      lima khanda adalah penderitaan ; selama masih ada lima khanda tak mungkin terbebas dari sakit fisik.


II. Asal Mula Dukkha (dukkha samudaya ariya sacca)
Sumber dari penderitaan adalah tanhä, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya.
Semakin diumbar semakin keras ia mencengkeram.

Orang yang pasrah kepada tanhä sama saja dengan orang minum air asin untuk menghilangkan rasa hausnya.
Rasa haus itu bukannya hilang, bahkan menjadi bertambah, karena air asin itu yang mengandung garam.

Demikianlah, semakin orang pasrah kepada tanhä semakin keras tanhä itu mencengkeramnya.

Dikenal tiga macam tanhä, yaitu :
  • 1.     Kämatanhä : kehausan akan kesenangan indriya, ialah kehausan akan :
    • a. bentuk-bentuk (indah)
    • b. suara-suara (merdu)
    • c. wangi-wangian
    • d. rasa-rasa (nikmat)
    • e. sentuhan-sentuhan (lembut)
    • f. bentuk-bentuk pikiran
  • 2.     Bhavatanhä : kehausan untuk lahir kembali sebagai manusia berdasarkan kepercayaan tentang adanya "atma (roh) yang kekal dan terpisah" (attavada)
  • 3.     Vibhavatanhä : kehausan untuk memusnahkan diri, berdasarkan kepercayaan, bahwa setelah mati tamatlah riwayat tiap-tiap manusia (ucchedaväda).

III. Lenyapnya Dukkha (dukkha nirodha ariya sacca)
Kalau tanhä dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan yang bahagia sekali,
Sang Buddha dengan jelas dan tegas mengajar kita, bahwa kita dapat bebas dari penderitaan dan mencapai kebebasan dan kebahagiaan Nibbana.

Istilah Nibbana secara harfiah berarti ‘padam’,
serta mengacu ke pemadaman api keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin.

IV. Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha (dukkha nirodha gamini patipada)
Jalan-nya adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga)
Disebut ‘Mulia’ karena bila dilaksanakan, maka akan menuntun seseorang ke kehidupan yang mulia;
Disebut ‘Berunsur Delapan’, karena terdiri dari Delapan Unsur,
Disebut ‘Jalan’, karena seperti jalan pada umumnya, akan menuntun seseorang dari satu tempat ke tempat lain, dengan hal ini dari Samsara ke Nibbana.

Delapan Jalan Utama (Jalan Mulia Berunsur Delapan) yang akan membawa kita ke Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha, yaitu :
Wisdom (Paññā)
  • 1.    Pengertian Benar (sammä-ditthi) Right view
  • 2.    Pikiran Benar (sammä-sankappa) Right intention

Sila    
  • 3.    Ucapan Benar (sammä-väcä) Right speech
  • 4.    Perbuatan Benar (sammä-kammanta) Right action
  • 5.    Pencaharian Benar (sammä-ajiva) Right livelihood

Samädhi    
  • 6.    Daya-upaya Benar (sammä-väyäma) Right effort
  • 7.    Perhatian Benar (sammä-sati) Right mindfulness
  • 8.    Konsentrasi Benar (sammä-samädhi) Right concentration
« Last Edit: 21 September 2008, 06:57:39 PM by Kemenyan »

Offline Pitu Kecil

  • Sebelumnya Lotharguard
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.344
  • Reputasi: 217
  • Gender: Male
Re: point of Budhism...
« Reply #2 on: 21 September 2008, 07:44:33 PM »
_/\_ Thanks Bro Kemeyan :) :lotus:
Smile Forever :)

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: point of Budhism...
« Reply #3 on: 21 September 2008, 11:49:49 PM »
EHIPASSIKO ......

Kata ehipassiko berasal dari kata ehipassika yang terdiri dari 3 suku kata yaitu ehi, passa dan ika. Secara harafiah ”ehipassika” berarti datang dan lihat. Ehipassikadhamma merupakan sebuah undangan kepada siapa saja untuk datang, melihat serta membuktikan sendiri kebenaran yang ada dalam Dhamma.
Istilah ehipassiko ini tercantum dalam Dhammanussati (Perenungan Terhadap Dhamma) yang berisi tentang sifat-sifat Dhamma.

Guru Buddha mengajarkan untuk menerapkan sikap ehipassiko di dalam menerima ajaranNya. Guru Buddha mengajarkan untuk ”datang dan buktikan” ajaranNya, bukan ”datang dan percaya”. Ajaran mengenai ehipassiko ini adalah salah satu ajaran yang penting dan yang membedakan ajaran Buddha dengan ajaran lainnya.
Salah satu sikap dari Guru Buddha yang mengajarkan ehipassiko dan memberikan kebebasan berpikir dalam menerima suatu ajaran terdapat dalam perbincangan antara Guru Buddha dengan suku Kalama berikut ini:

"Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, `Petapa itu adalah guru kami. `Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, `Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan`, maka sudah selayaknya kalian menerimanya.” (Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65)

Sikap awal untuk tidak percaya begitu saja dengan mempertanyakan apakah suatu ajaran itu adalah bermanfaat atau tidak, tercela atau tidak tecela; dipuji oleh para bijaksana atau tidak, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan atau tidak, adalah suatu sikap yang akan menepis kepercayaan yang membuta terhadap suatu ajaran. Dengan memiliki sikap ini maka nantinya seseorang diharapkan dapat memiliki keyakinan yang berdasarkan pada kebenaran.

Ajaran ehipassiko yang diajarkan oleh Guru Buddha juga harus diterapkan secara bijaksana. Meskipun ehipassiko berarti ”datang dan buktikan” bukanlah berarti selamanya seseorang menjadikan dirinya objek percobaan. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, bukan berarti orang tersebut harus terlebih dulu menggunakan narkoba tersebut. Sikap ini adalah sikap yang salah dalam menerapkan ajaran ehipassiko. Untuk membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, seseorang cukup melihat orang lain yang menjadi korban karena menggunakan narkoba. Melihat dan menyaksikan sendiri orang lain mengalami penderitaan karena penggunaan narkoba, itu pun suatu pengalaman, suatu pembuktian.


Disusun oleh: Bhagavant.com    _/\_
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline fran

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 312
  • Reputasi: 8
  • Omitofo
Re: point of Budhism...
« Reply #4 on: 22 September 2008, 10:00:42 AM »
Perbanyaklah Kebajikan..
Kurangi Kejahatan..
Sucikan Hati dan Pikiran..


Apa yg bisa saya "lepaskan" jika saya memilih agama Buddha ?

Offline marcelyne

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 228
  • Reputasi: 15
  • i'm marcelyne
Re: point of Budhism...
« Reply #5 on: 22 September 2008, 10:26:42 AM »
melepas..
Namaste..

Offline Jayadharo Anton

  • Sebelumnya: Balaviro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.300
  • Reputasi: 19
  • Gender: Male
  • Namatthu Buddhassa
Re: point of Budhism...
« Reply #6 on: 22 September 2008, 11:58:09 AM »
Inti ajaran agama Buddha= Sabbapapassa akaranam, kusalassupasampada, sacittapariyodapanam,etam buddhana sasanam.( tak berbuat segala keburukan,mengembangkan kebajikan,menyucikan pikiran sendiri,ini adalah ajaran para Buddha)
"Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar,kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga,kepercayaan adalah saudara paling baik,nibbana adalah kebahagiaan tertinggi" [DHAMMAPADA:204]

Offline ilalang

  • Teman
  • **
  • Posts: 50
  • Reputasi: 1
Re: point of Budhism...
« Reply #7 on: 22 September 2008, 12:13:11 PM »
Ehipassika cattari ariya sacca...
(undangan untuk datang, melihat dan membuktikan sendiri kebenaran dari Empat Kesunyataan Mulia)

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: point of Budhism...
« Reply #8 on: 22 September 2008, 12:34:03 PM »
Inti ajaran agama Buddha= Sabbapapassa akaranam, kusalassupasampada, sacittapariyodapanam,etam buddhana sasanam.( tak berbuat segala keburukan,mengembangkan kebajikan,menyucikan pikiran sendiri,ini adalah ajaran para Buddha)

Mirip signature saya yah
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline ilalang

  • Teman
  • **
  • Posts: 50
  • Reputasi: 1
Re: point of Budhism...
« Reply #9 on: 22 September 2008, 12:41:15 PM »
Ehipassika cattari ariya sacca
(undangan untuk datang, melihat dan membuktikan sendiri kebenaran dari Empat Kebenaran Mulia)
-------------

Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada saya,

Sahabat (S): "Anda tahu perkataan Marx bahwa 'agama adalah candu bagi masyarakat' berlaku untuk semua agama dan kepercayaan.

Ilalang (I): "Oh, really?"

S: "Ya seperti candu--agama menjadi pelarian dari bagi manusia dalam menghadapi masalah eksistensinya. Agama mendorong orang untuk mencari penjelasan ke dalam 'kekuasaan Tuhan' dan membuat manusia terlena dalam kemalasan".

I: "Wow, ngomong-ngomong apakah Anda pernah mendalami agama2 itu?"

S: "My friend, saya tidak perlu mencoba narkoba dulu untuk bisa menasehati orang agar tidak terperangkap narkoba".

I: "OK... Bagaimana dengan agama Buddha? Anda tahu, tidak ada Tuhan dalam agama Buddha sebagaimana anda pahami dalam agama Monoteistik"

S: "Well, baiklah apa sih inti ajaran agama Budha?"

Lalu saya jelaskan tentang 'hukum karma' dan ajaran 'tumimbal lahir'.

S: "Itu sama saja dengan penganut agama-agama monoteistik yang mencari penjelasan ke dalam 'kekuasaan Tuhan'. Penjelasan di luar institusi manusiawi seperti itu hanya membuat terlena, malas, dan menghalangi Anda untuk menghadapi kehidupan secara langsung".

Lalu saya jelaskan Empat Kebenaran Mulia

S: "Untuk poin 1 dan 2, no question, itu FAKTA.
Untuk poin 3, jika anda menyatakan tentang "Nibbana", "padam", atau apapun istilahnya sebagai keadaan yang bahagia sekali, kembali lagi Anda menjelaskan keadaan diluar manusia, yang bisa mengalihkan perhatian dari masalah eksistensial. Menghalangi Anda untuk melihat FAKTA yg anda sebut 'dukkha' itu secara aktual.

"Tentang poin 4, sebelumnya saya ingin bertanya. Apakah praktik Jalan Mulia beruas Delapan dipahami sebagai (1) pengembangan yang simultan, ke delapan item itu dipraktikan secara PARAREL atau (2) sebagai pengembangan SERIAL dari tahapan2, dimana kultivasi dari suatu tahap akan membawa praktisi maju ke awal tahap berikutnya?

"Karena jika Anda melihat jalan itu sebagai metode bertahap untuk mencapai apa yang pada poin 3 Anda sebut sebagai 'keadaan yang bahagia sekali', itu sama saja dengan janji surga yang memisahkan Anda dari kondisi aktual. Umat Buddha akan dengan mudah terlena dengan tahapan-tahapan yang dirasakan sudah diperoleh, atau sebaliknya merasa terlalu jauh bahkan untuk mulai mempraktikkan "jalan"... Meditasi bukanlah sesuatu yang terpisah dari kehidupan bukan?

Saya tidak tahu bagaimana Anda melihat poin 1 dan 2, tapi secara aktual membutuhkan keberanian luar biasa untuk menyelidiki sendiri, berhadapan dengan batin sendiri, setidaknya mengakui kepada diri sendiri bahwa dirinya penuh keserakahan, kebencian, irihati, harapan, kekecewaan, posesif, dsb ini. Pada dewasa ini, tidak banyak orang mempunyai keberanian untuk seperti itu. Mereka lebih senang mengandalkan sesuatu di luar dirinya untuk menjawab semua permasalahan eksistensinya, guru, kitab suci, Tuhan".

I: "Saya rasa Anda berbicara tentang Ehipassiko..."

 _/\_

Offline dh14n

  • Teman
  • **
  • Posts: 51
  • Reputasi: 3
Re: point of Budhism...
« Reply #10 on: 25 September 2008, 01:11:03 AM »
mungkin melepas ya...
kalau pendapat pribadi saya sih semua agama maunya kebahagiaan, tapi ygn membedakan mereka mencari kebahagiaan dengan mengejar, kalau agama buddha dengan melepas.
(kalau salah maklum, umat awam sih..)


Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: point of Budhism...
« Reply #11 on: 25 September 2008, 10:30:46 AM »
mungkin melepas ya...
kalau pendapat pribadi saya sih semua agama maunya kebahagiaan, tapi ygn membedakan mereka mencari kebahagiaan dengan mengejar, kalau agama buddha dengan melepas.
(kalau salah maklum, umat awam sih..)

dear dian (sori kalo salah nama)

Boleh dijelaskan melepas yang anda maksud?
apakah kita bahagia dengan melepas kebahagiaan gitu???

sori soalnya ga jelas  ???

Offline dh14n

  • Teman
  • **
  • Posts: 51
  • Reputasi: 3
Re: point of Budhism...
« Reply #12 on: 29 September 2008, 10:53:33 PM »
Yup, Gak salah koq nulisnya..
Mungkin lebih jelas kalau dikatakan melepas keinginan  ya.. 
Mungkin begini ya.. semua orang gak ada yang mau menderita, seperti kita pun mau kebahagiaan. Tapi sebenarnya kebahagiaan dan penderitaan itu sumbernya sama, dan sumber itu keinginan. Kebahagiaan di ujung yg satu dan penderitaan di ujung yang lain. 
Misal kita bergembira dengan mendapatkan sesuatu yg kita kehendaki, seperti: kekayaan, wibawa, kekuasaan, pujian atau yg lain2, sebenarnya pikiran kita tidak tenang. Karena suatu saat kita akan kehilangan objek kebahagiaan tersebut dan kita menjadi menderita karena kehilangan objek kebahagiaan itu. Ini karakteristik kehidupan, perubahan terus menerus..  jadi yg perlu dilepas sebenarnya keinginan kita. Nah, kalau di lain mereka berbahagia ketika keinginannya terpenuhi (entah materi, kekuasaan, pujian atau bisa juga surga), tetapi di Buddha kita berbahagia kalau kita bisa melepas keinginan kita. Atau kalau lebih tepat melatih pikiran kita.  Maka itu beda dengan yg lain, dalam agama Buddha surga bukan tujuan akhir, tapi Nibbana. Sedangkan nibbana itu suatu kondisi yang bukan merupakan kebahagiaan atau ketidakbahagiaan/penderitaan, nibbana itu melampaui keduanya.. Begitu sih menurut saya, masih belajar juga jadi maklum kalau belum tepat..
Tapi mungkin disini harus dibedakan kebahagiaan nya mereka dengan kebahagiaan umat Buddha (NIbbana).. 

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: point of Budhism...
« Reply #13 on: 30 September 2008, 11:25:40 AM »
dear dian,

kalo melepas, berarti ada yang dilepas dong?
kalo ada yang dilepas, bukankah itu berarti ATTA karena ada yang memilikinya

sementara buddhism justru mengajarkan ANATTA..... bahwa segala sesuatu itu hanyalah proses yang berkelanjutan

mohon penjelasan karena makin membingungkan  :-[

Offline dh14n

  • Teman
  • **
  • Posts: 51
  • Reputasi: 3
Re: point of Budhism...
« Reply #14 on: 01 October 2008, 01:15:22 AM »
Memang annata tapi karena kita belum merealisasikan ajaran mengenai annata kita masih menganggap gabungan nama dan rupa ini sebagai aku.. menganggap keinginan ini adalah keinginan saya… padahal ‘saya’ itu sendiri sebenarnya tidak ada…

Kalau menurut saudara markosprawira yang tepat itu bagaimana? makasih penjelasannya...

 

anything