//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD  (Read 242682 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Setuju dibentuk board "Buddhisme Modern" (1)
« Reply #645 on: 31 August 2008, 08:08:12 AM »
Utk mencegah perdebatan karena dasar pandangan yg berbeda, akan dilakukan:
1. pembuatan board buddhisme moderen
2. pemindahan mmd ke dalam sana
3. pemindahan semua postingan di board meditasi yg ada ke board tradisi masing2x
4. penghapusan board meditasi.

dengan demikian masing2x bisa tidak saling mengganggu dan tetap produktif masing2x tidak menghabiskan waktu berbedat.

- Setuju dengan pembuatan board "Buddhisme Modern".
- Setuju MMD[pool] dipindahkan dari "Buddhisme & Ajaran Lain" ke "Buddhisme Modern".
- Setuju pula thread "MMD" di board "Meditasi" dipindahkan ke "Buddhisme Modern" -- mohon status 'sticky thread'-nya tetap dipertahankan (sebagai bagian dari statusquo) ... ooops, ternyata thread 'MMD' sudah dipindahkan pula ke "Buddhisme & Ajaran Lain" ... TOLONG SEGERA DIPINDAHKAN DARI SITU!

Nah, sekarang, bagaimana dengan statement Dewan Moderator bahwa "MMD bukan Buddhisme"?

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 31 August 2008, 08:22:33 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Setuju dibentuk board "Buddhisme Modern" (2)
« Reply #646 on: 31 August 2008, 08:20:48 AM »
saya rasa membuka board buddhisme modern juga tidak menyelesaikan masalah MMD tersebut. Karena apakah mau dimasukkan kedalam board tersebut. Walaupun bukan eksklusif bahwa MMD itu "miliknya" pak hudoyo, tetapi secara de facto seharusnya memang MMD itu layak untuk "dibela" oleh pak hudoyo sendiri (soalnya kalau bukan pak hudoyo yang membela, siapa lagi).

Saya mau, kok... Lihat saran saya di atas.

Dalam board "Buddhisme Modern" ini bisa dibuat misalnya:
- thread ajaran Stephen Batchelor;
- ajaran YM Buddhadasa Mahathera yang dianggap "mengganggu" bagi Theravada ortodoks;
- ajaran YM Nanavira Thera yang dianggap "mengganggu" bagi Theravada ortodoks;

Thread-thread yang ada berikut ini juga bisa dipindahkan ke sana agar tidak "mengganggu" umat Theravada ortodoks:
- "Abhidhamma & vipassana"
- "Membaca sutta secara kritis"
- "Hati-hati membaca Anattalakkhana-sutta"
- dsb

Di masa depan masih banyak sutta yang akan saya bahas secara kritis. ... Dengan adanya board "Buddhisme Modern" apa yang akan saya tulis tidak dirasakan "mengganggu" lagi oleh umat Theravada ortodoks. Kalau tidak mau merasa "terganggu" ya jangan masuk ke board "Buddhisme Modern".

Tetapi saya yakin board itu akan menjadi bestseller di kalangan pembaca DC yang serius.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 31 August 2008, 08:24:43 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #647 on: 31 August 2008, 08:46:10 AM »
Saudara Sumedho yang baik,
Saya rasa meditasi MMD tidak cocok bila diletakkan di Buddhisme modern, lebih cocok Buddhisme "non mainstream", karena bila dibilang Buddhisme modern berarti bila ada pandangan sesuai Tipitaka dan berseberangan dengan MMD berarti tidak modern (kuno) demikiankah? berarti dengan demikian pandangan yang sejalan dengan Tipitaka adalah kuno, apakah demikian?
Sukhi Hotu,
fabian

Saya tidak setuju dengan istilah 'Buddhisme mainstream' sebagai identitas ... istilah itu tidak pernah bisa didefinisikan. ...
Apalagi istilah "Buddhisme nonmainstream" ... baru kali ini saya dengar ... Jelas ini eufimisme belaka dari "Buddhisme minoritas" ... Jelas harus ditolak.

Saya setuju dengan dikotomi "Buddhisme klasik" dan "Buddhisme modern". Dalam "Buddhisme klasik" ada "Theravada", "Mahayana" dan "Vajrayana" ("Mahayana" dan "Vajrayana" bisa digabung menjadi "Mahayana" saja, kalau membernya di DC ini sedikit). Semua istilah ini tidak ada yang bersifat melecehkan (pejorative).

Salam,
hudoyo

Offline Semit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 172
  • Reputasi: 30
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #648 on: 31 August 2008, 08:56:49 AM »

OK ... Rekan Sumedho mengundang saya untuk masuk ke forum DC ini ... Sekarang kalian beramai-ramai memutuskan "MMD bukan Buddhisme" ... Saya tidak terima diperlakukan sebagai sampah di forum ini. ... Dengan ini saya menyatakan ABSEN dari forum ini.

Teman-teman Buddhis di forum ini yang ingin mendalami ajaran Sang Guru bersama saya silakan berlangganan forum Kaskus: HOME / LOEKELOE / Forum Supranatural / Spiritual : Riwayat Agung Para Buddha -- http:///showthread.php?t=878014
Saya akan menulis di sana.

Salam,
hudoyo

Barangkali lupa

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #649 on: 31 August 2008, 08:58:19 AM »
Nah, sekarang, bagaimana dengan statement Dewan Moderator bahwa "MMD bukan Buddhisme"?

Salam,
hudoyo
saya pribadi, tesla, mohon maaf atas kejadian demikian...

mengenai pernyataan tsb "MMD BUKAN BUDDHISME", sebenarnya yg benar dalam konfrensi adalah "MMD BUKAN MENCANGKUP BUDDHISME SAJA". namun isu terakhir pada waktu itu adalah adanya sekelompok member yg terganggu, maka option waktu itu (membuatkan board khusus dg nama MMD) kami coret, karena dinilai akan mengakibatkan member2 tadi semakin terganggu...

mengenai keputusan pemindahan thread berdasarkan anggapan bahwa "MMD BUKAN MENCANGKUP (AGAMA) BUDDHISME SAJA", sebenarnya memang tidak relevan. hal ini terjadi karena masalah komunikasi yg ada...

bow ^:)^
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #650 on: 31 August 2008, 10:19:39 AM »
Nah, sekarang, bagaimana dengan statement Dewan Moderator bahwa "MMD bukan Buddhisme"?

Salam,
hudoyo
saya pribadi, tesla, mohon maaf atas kejadian demikian...

mengenai pernyataan tsb "MMD BUKAN BUDDHISME", sebenarnya yg benar dalam konfrensi adalah "MMD BUKAN MENCANGKUP BUDDHISME SAJA". namun isu terakhir pada waktu itu adalah adanya sekelompok member yg terganggu, maka option waktu itu (membuatkan board khusus dg nama MMD) kami coret, karena dinilai akan mengakibatkan member2 tadi semakin terganggu...

mengenai keputusan pemindahan thread berdasarkan anggapan bahwa "MMD BUKAN MENCANGKUP (AGAMA) BUDDHISME SAJA", sebenarnya memang tidak relevan. hal ini terjadi karena masalah komunikasi yg ada...

bow ^:)^

Terima kasih banyak atas ungkapan pribadi Rekan Tesla. ... :)  Jika kontroversi ini bisa berakhir dengan baik, saya pun harus banyak minta maaf kepada semua teman di DC ini yang pernah tersinggung oleh kata-kata saya, baik langsung atau pun tidak langsung.

Tentang persepsi "MMD BUKAN MENCANGKUP BUDDHISME SAJA" itu pun masih bisa didiskusikan ... karena kebenaran yang diwakili oleh MMD bersifat universal ... demikian pula ajaran Sang Buddha bersifat universal kalau doktrin-doktrin yang bersifat unik bisa dikesampingkan ... seperti juga ajaran Krishnamurti bersifat universal ... Bila ini dipahami sedalam-dalamnya, bagaimana mungkin bisa muncul kesimpulan seperti di atas? ... Tetapi, sayang, karena saya ... yang ajaran saya menjadi sasaran rapat Dewan Moderator itu  ... tidak diikutsertakan sebagai pembela (pleidooi), maka terjadilah kesimpulan tersebut yang saya nilai absurd ... yang malah dalam pengumuman Sumedho berubah menjadi lebih runyam lagi ("MMD dikategorikan bukan Buddhisme sesuai mahzab besar") sehingga saya nilai malah merupakan pelecehan terhadap MMD. ... Inilah yang harus diselesaikan sekarang, sebelum statusquo bisa diubah. Terima kasih.

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 31 August 2008, 10:42:39 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #651 on: 31 August 2008, 10:39:07 AM »
Untuk bahan renungan kita semua,
Keadaan kita sekarang ini sebenarnya hanya mengulang apa yang telah terjadi berabad-abad yang lalu, Mahayana menganggap lebih modern dari Theravada, disini terjadi distorsi seolah-olah bila seseorang mengikuti secara patuh petunjuk gurunya (Sang Buddha), dikatakan kuno, ortodox, mau menang sendiri, fanatik dll
Sebaliknya bila meragukan ajaran gurunya sendiri (Sang Buddha)  dikatakan modern, jiwa besar, open minded dsbnya.

Saya rasa kesan seperti itu tidak perlu terjadi. Mahayana tidak pernah merasa dirinya "lebih modern" daripada Theravada, karena keduanya berkembang pada zaman yang sama. Mahayana hanya mengklaim bahwa pandangan mereka merupakan "koreksi", setidak-tidaknya "alternatif", bagi pandangan Theravada.

Quote
Sebenarnya setelah seorang pendiri suatu ajaran/agama telah meninggal apakah yang harus kita jadikan landasan? pendapat manakah yang dianggap sebagai otoritas tertinggi?
apakah pendapat berbagai komentator? atau kitab suci?

Ya, tergantung sudut pandang masing-masing tentunya. Kitab suci Theravada dan kitab suci Mahayana (Mahasanghika) berkembang berdampingan, diturunkan dari mulut ke mulut, dan dituliskan pada waktu yang hampir bersamaan. Kedua tradisi itu bersumber dari perpisahan yang terjadi lama sekali sebelumnya, sekitar 100-200 tahun setelah zaman Sang Buddha.

Quote
Ada kerangka berpikir yang aneh, seolah-olah bila pendapat Sang Buddha tidak bisa dibuktikan (karena kemampuan kita belum sampai disana) bahwa pernyataan kitab suci itu tidak benar dan kita mulai mendewa-dewakan orang yang meragukan hal tersebut dan menyorakinya sebagai orang yang logis dan benar.
sehingga orang yang mengikuti secara tulus kelihatan seperti orang dogmatis, dianggap sempit pikirannya.

Di sini Rekan Fabian memakai beberapa istilah yang kurang layak bagi sebuah tulisan yang intelektual. ... Saya rasa itu tidak perlu terjadi ... bila diskusi ini berlangsung dengan kepala dingin ...

Kecenderungan kedua kelompok manusia ini sudah menjadi ciri psikologis yang berbeda, dan yang terdapat dalam semua agama/kepercayaan yang ada di dunia ini. ... Ada sebagian penganut yang bersifat "yakin/percaya, saddha", menganut tanpa reserve apa yang tertulis dalam kitab suci ... Sebagian penganut lagi bersifat "kritis-intelektual, panna" ... mengembangkan pemahaman-pemahaman yang kadang-kadang terdengar heterodoks. ... Saya rasa, tidak ada yang lebih baik dan lebih buruk di antara kedua kelompok ini.

Quote
Lantas bagaimana bila kita menemukan hal yang meragukan? kan Sang Buddha sudah katakan cocokkan dengan dhamma dan Vinaya. Dhamma dan Vinaya yang mana? Dhamma dan Vinaya menurut orang-orang tertentu, atau Dhamma dan Vinaya menurut Tipitaka?

Ya, tegantung termasuk kelompok mana Anda: kelompok 'saddha' atau kelompok 'panna' seperti saya uraikan di atas.

Quote
Yang lebih aneh lagi kadang orang yang memakai sutta yang berkenaan dengan pembuktian ini untuk mengecek ulang, bila sesuai dengan Tipitaka (Dhamma dan Vinaya) dikatakan mencari pembenaran dengan mengutip kitab-kitab suci, padahal orang itu sendiri mengutip sutta mengenai pembuktian ini untuk mencari pembenaran bagi dirinya sendiri padahal berdasarkan logikanya sendiri (seolah-olah para bhikkhu yang menyusun Tipitaka adalah orang orang yang tidak mengerti Dhamma - vinaya).

Sekali lagi, ini mencerminkan perbedaan psikologis di antara kelompok 'saddha' dan kelompok 'panna' tersebut di atas.

Dalam hal kitab suci Buddhis, perbedaan ini semakin menonjol disebabkan dua hal:

(1) Ada gap selama beberapa ratus tahun antara saat kitab suci sekte-sekte dituliskan dan masa hidup Sang Guru.

(2) Ada berbagai kitab suci yang berkembang secara independen satu dari yang lain karena perpecahan intelektual yang terjadi hampir sejak awal para bhikkhu ditinggalkan oleh Sang Guru ... perpecahan intelektual ini berlarut beratus tahun sehingga menghasilkan kitab-kitab suci yang sangat berbeda pendekatannya terhadap Dhamma/Kebenaran yang satu.

Quote
Seolah olah orang yang mencocokkan dengan kitab suci adalah orang yang dicocok hidungnya atau orang-orang dogmatis. Oleh karena itu Sang Buddha sudah tepat meramalkan hal ini,

Staying at Savatthi. "Monks, there once was a time when the Dasarahas had a large drum called 'Summoner.' Whenever Summoner was split, the Dasarahas inserted another peg in it, until the time came when Summoner's original wooden body had disappeared and only a conglomeration of pegs remained. 1
"In the same way, in the course of the future there will be monks who won't listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. They won't lend ear, won't set their hearts on knowing them, won't regard these teachings as worth grasping or mastering. But they will listen when discourses that are literary works — the works of poets, elegant in sound, elegant in rhetoric, the work of outsiders, words of disciples — are recited. They will lend ear and set their hearts on knowing them. They will regard these teachings as worth grasping & mastering.
"In this way the disappearance of the discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — will come about.

"Thus you should train yourselves: 'We will listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. We will lend ear, will set our hearts on knowing them, will regard these teachings as worth grasping & mastering.' That's how you should train yourselves."
(Samyutta Nikaya XX.7 Ani Sutta)

Mari kita renungkan dalam-dalam apa yang dikontraskan oleh Sang Buddha dalam kutipan ini:

(1) "kata-kata Sang Tathagata -- yang dalam, dalam maknanya, transenden, berkaitan dengan sunyata" 
("suttantaa tathaagatabhaasitaa, gambhiiraa, gambhiratthaa, lokuttaraa, su~n~natapa.tisa.myuttaa")


(2) "khotbah-khotbah yang merupakan karya sastra, karya penyair, anggun terdengar, anggun dalam retorika, karya orang luar, karya para siswa"
("suttantaa kavikataa kaaveyyaa cittakkharaa cittabya~njanaa baahirakaa saavakabhaasitaa")


Nah, Rekan Fabian secara simplistik menggunakan sutta ini untuk membuat dikotomi secara fisikal: semua yang tercantum dalam Tipitaka termasuk golongan (1), dan semua uraian modern termasuk golongan (2). ... Di sini jelas sekali secara fisik, mana yang harus dipilih. ... Dengan kriteria seperti itu orang tidak perlu berpikir panjang, tidak perlu berpikir kritis, tinggal menelan saja apa yang disajikan dalam Tipitaka.

Saya pribadi tidak mau berpikir begitu simplistik. ... Pertama, saya yakin tidak semua yang tercantum dalam Tipitaka berasal dari Sang Buddha ... ada bagian-bagian yang disisipkan ke dalam Tipitaka oleh para Tipitaka-dhara, bukan dengan tujuan jelek, melainkan dengan tujuan baik, yakni mengagungkan ajaran Sang Guru, tetapi di belakang hari menimbulkan tandatanya bagi orang-orang yang teliti dan kritis.

Kedua, tidak semua karya-karya modern hanya sekadar berisi "karya sastra, anggun terdengar, anggun dalam retorika" semata-mata. ... Ada karya-karya modern yang justru mencoba menggali kembali kata-kata Tathagata yang "dalam, transenden, berkaitan dengan sunyata" dari dalam timbunan kitab suci. ... Karya-karya bhikkhu-bhikkhu panutan seperti YM Buddhadasa Mahathera, YM Nanavira Thera patut disimak dengan seksama, dan tidak begitu saja secara kategorikal digolongkan dalam kategori #2 di atas.

Nah, kalau Rekan Fabian menyediakan 'kriteria fisik' ("Tipitaka atau bukan") untuk menskrin apakah suatu karya termasuk golongan #1 atau #2, sehingga orang tidak perlu berpikir panjang lagi, ... bagi saya pribadi masalah ini tidak sesederhana itu ... Justru dengan adanya tumpang tindih antara materi golongan #1 dan materi golongan #2 baik di dalam Tipitaka maupun dalam karya-karya modern, maka saya menyadari tanggung jawab yang terletak di pundak saya untuk selalu mencermati dan menapis setiap materi yang saya baca, entah dari Tipitaka klasik entah dari karya modern, untuk bisa memilah antara kedua golongan materi di atas. ... Dan Sang Guru telah membekali kita, para siswanya, dengan alat yang ampuh untuk melaksanakan tanggung jawab ini, yakni: Kalama-sutta.

Quote
Haruskah kita mengecek suatu kebenaran berlandaskan Dhamma - Vinaya (kitab suci Tipitaka) atau berlandaskan pendapat seseorang seperti Bhikkhu Buddhadasa atau Stephen Bachelor atau siapapun?
bagaimana bila pandangan orang tersebut berbeda dengan Dhamma-Vinaya, yang manakah yang perlu kita ikuti? Apakah orang-orang itu lebih hebat daripada Bhikkhu-bhikkhu yang lampau?

Dengan secara eksplisit menyebut-nyebut kedua tokoh Buddhisme modern itu, Rekan Fabian cuma menampilkan pandangan yang simplistik tentang mana yang ajaran Sang Buddha dan mana yang bukan ... Menurut saya pribadi, justru dalam karya-karya yang heterodoks dari YM Buddhadasa Mahathera terkandung makna yang dalam, yang saya yakin merupakan ajaran asli yang diajarkan oleh Sang Guru ... begitu pula dalam karya-karya YM Nanavira Thera. ... Sedangkan karya Stephen Batchelor saya nilai senafas dengan semangat kritis dan menyelidik yang dimaksud Sang Buddha di dalam Kalama-sutta.

Quote
perhatikan sutta berikut (saya kopi paste dari postingan teman-teman sendiri)
4.8. ‘Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagava sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru”, maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin. Jika kata-katanya, saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini”, dan kata-katanya itu harus ditolak. Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.”
coba anda baca dengan jelas jika pendapat seorang bhikkhu mengatakan sesuatu, apakah Sang Buddha mengatakan cocokkan dengan Dhamma-vinaya atau cocokkan dengan logika bhikkhu terkenal atau logika anda?
mari kita renungkan terima kasih
Sukhi Hotu.
fabian

Tentang kutipan dari Mahaparinibbana-sutta ini telah saya bahas dalam Reply #628 (hal.42)

Salam,
hudoyo

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #652 on: 31 August 2008, 11:15:34 AM »
Quote
'ATTA' BUKAN HANYA SEKADAR "PANDANGAN SALAH", MELAINKAN SUATU KESADARAN YANG SANGAT DALAM DI DALAM BATIN PUTHUJJANA, yang berasal jauh di bawah sadar (anusaya). ... Oleh karena itu, sangat sukar menghancurkan/melenyapkan 'atta' itu.

Inilah salah satu kesalahan terbesar para bhikkhu penghafal ajaran Sang Guru (tipitaka-dhara) yang sudah berlarut-larut selama 2000 tahun, sehingga umat Buddha mempunyai kesan bahwa 'atta' HANYA sekadar "pandangan salah" (miccha-ditthi). ... Contohnya: Rekan Fabian, praktisi vipassana Mahasi Sayadaw yang sudah sangat senior. ... Kesalahpahaman ini begitu mendalam sehingga ia tidak bisa melihat hakikat akunya sendiri.

Kesalahan para bhikkhu Tipitaka-dhara itu telah diluruskan kembali oleh pencerahan J. Krishnamurti pada abad ke-20 M.


ahh... terima kasih pak Hudoyo... saya sudah tercerahkan... jujur saja, selama meditasi sekian lama dengan mengikuti metode Mahasi Sayadaw saya memang tak pernah melihat aku, saya kira tak ada lagi yang perlu saya komentari disini... cukup sampai disini. Saya harus membersihkan batin yang sudah tercerahkan ini...
terima kasih,

sukhi hotu

fabian

« Last Edit: 31 August 2008, 11:28:22 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #653 on: 31 August 2008, 11:57:28 AM »
ya saya menyadarinya pak itu lah yang namanya manusia hidup pak, sumber penderitaan itu dari diri sendiri tapi ada faktor external juga pak jangan lupakan itu, ketika ber vipassana dalam kesehari2an apakah yang di dapat dalam melihat apa adanya? Apakah ada perubahan yang besar/perbedaan orang yang bervipassana dengan yang tidak?

Kalau Anda mau menjalankan vipassana, jangan pikirkan pertanyaan-pertanyaan itu ... alih-alih sadari saya batin Anda, setiap kali pikiran dan si aku muncul, dari saat ke saat. Itu saja cukup ... Kalau Anda berpikir-pikir, berarti Anda tidak ber-vipassana. .. Vipassana Anda macet.

Justru disini bedanya, MMD tidak mempunyai barometer tertentu yg dapat dijadikan acuan suatu keberhasilan meditasi, kecuali hanya 'sadar' dan itupun 'hanya dalam sesi meditasi', ketika keluar sesi meditasi, sikap batin dan tingkah laku meditator MMD kembali seperti biasa.

Sedangkan vipassana tradisionil menekankan pada 'pengikisan avijja'. HAsil yg didapat selama sesi meditasi tidak akan hilang setelah sesi berakhir. Kekotoran batin yg berhasil dikikis selama sesi meditasi -meskipun sedikit- akan tetap begitu adanya biarpun sesi meditasi berakhir, sehingga seorang meditator vipassana dapat dilihat kemajuannya dari tingkah lakunya yg semakin tenang, terkontrol dan kebijaksanaan yg bertambah.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #654 on: 31 August 2008, 12:00:37 PM »
maaf yah pak ini bukan mau menyerang pribadi, cuma mau bertanya, ketika bapak tahu thread MMD dipindahkan apakah yang terjadi dengan Aku nya bapak?

Ryu,

Kan sudah berkali-kali saya katakan, begitu muncul pikiran maka si aku muncul juga.
Nah, ketika saya membaca moderator DC mendeklarasikan "MMD bukan Buddhisme" ... berarti ada pikiran kan ... jadi ada aku ... yang bisa marah, bisa menulis, menjawab dsb.
Tapi, ketika kesadaran terhadap gerak-gerik pikiran ini muncul ... maka pikiran diam, si aku juga diam ... tidak ada marah lagi, malah tidak ingat apa itu MMD ...
Jadi, tergantung: ada pikiran nggak ...

Inilah bedanya Pak, seorang mentor vipassana yg berhasil seharusnya EGO / AKU nya sudah terkikis dan akan kelihatan jelas berbeda sikapnya dibanding orang2 kebanyakan. Bukannya malah tambah parah sikapnya dibanding orang yg tidak bervipassana.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #655 on: 31 August 2008, 12:04:54 PM »
Rekan Hok Ben,

Anda benar kalau saya hanya mementingkan pembebasan & kenyamanan batin saya sendiri.
Tetapi saya pun harus memikirkan image MMD ... Menurut Anda, bagaimana image MMD kalau gurunya saja berdiam diri saja mendengar orang mengklaim "MMD bukan Buddhisme". ... Kalau Anda jadi saya, apa yang Anda lakukan?

Pak Hudoyo,
Jika AKU / EGO Bapak bergolak hanya karena MMD disentil diforum ini, berarti EGO / AKU  Bapak tiada bedanya dengan kita-kita yg tidak menjalankan MMD.

Jadi, apa gunanya MMD selama bertahun2 itu Pak?

Seharusnya dalam vipassana yg benar, dukkha (kemarahan, kemelekatan) sudah terkikis secara permanen

::


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #656 on: 31 August 2008, 12:09:20 PM »
Sama dengan Ryu, Anda berpikir simplistik. ... Kalau seandainya Anda dicap "bajingan", apa Anda tidak bergeming? ...

~ Ketika disentil, kita tidak bergeming, artinya meditasi kita menunjukkan kemajuan (hasil).
~ Kalau kita masih bergeming, artinya meditasi yg telah kita praktikkan sekian tahun: gagal atau salah

Quote
Di pihak lain, apakah Anda pernah bicara dengan orang-orang yang mendiskreditkan saya seperti Anda bicara kepada saya sekarang?...
Melihatkah Anda, bahwa Anda sebetulnya tidak netral, tetapi berpihak? ...
Bisa dipahami kok, Anda gak pernah berada pada posisi seperti saya.

Dalam penilaian saya pribadi, ini namanya kemelekatan yg sangat kuat terhadap MMD.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #657 on: 31 August 2008, 12:14:41 PM »
Enak aja ... mengangkat diri sendiri sebagai "penguji" ...
Saya gak pernah melihat apa pun yang ada di depan saya sebagai ini-itu ... semuanya saya lewati dengan santai ...

Sy melihat kontroversi antara 'pernyataan' Bapak diatas dan 'kenyataan' yg terjadi

Quote
Saya tidak pernah mempertimbangkan matang-matang reaksi batin saya ... semuanya berjalan spontan ... kalau saya harus mempertimbangkan ini-itu, alangkah beratnya hidup di dunia ... dan saya menjadi orang munafik dan artifisial, tidak otentik ... itu yang saya jauhi. ... Pahamkah Anda?

Saya berbeda pendapat soal ini. Pemikiran diatas tsb menurut sy adalah 'pandangan salah'

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #658 on: 31 August 2008, 12:16:59 PM »
Terkadang sebuah Kebenaran juga perlu di perjuangkan dengan cara yang benar pula. _/\_

Setuju Bro Felix:

~ Niat baik
~ Dilakukan dengan cara yang benar
~ Apapun hasilnya akan disikapi dengan bijaksana

Ketiga reaksi batin ini (Sebelum, saat dan sesudah) disebut: Satisampajanna

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #659 on: 31 August 2008, 12:22:23 PM »
Betul, jadi pengen tau batasan Munafik itu kek gimana? Apa para pemuka agama mereka semua munafik?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))