//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD  (Read 242725 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #600 on: 30 August 2008, 09:18:59 PM »
Top 10 Topics (by Replies)     
   
Junk Mania       3113
Joke campuran       1207
Aliran Maitreya       946
MMD [pool]       806
SINGLE BUDDHIS       752
Abhidhamma & vipassana       696
MMD (Meditasi Mengenal Diri)       679
Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula       615
Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD       598
Pacar Beda Agama       563

very2 hot topic.... :))
dalam 2 hari masuk top ten DC, mesti masukin rekor nih...!!1 =D> =D> =D>
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #601 on: 30 August 2008, 09:21:38 PM »
para netter sekalian,

Saya setuju dengan pak Hudoyo, bila kita berargumentasi tidak akan ada habis-habisnya. Saya melihat ini hanya membuang energi, seseorang yang memiliki pandangan, entah salah entah benar umumnya akan selalu mempertahankan pandangannya hingga akhir hayatnya.

Untuk baiknya seperti yang sudah saya katakan dari postingan terdahulu, saya akan mengurangi kegiatan masuk ke dalam forum seperti ini.

Saya telah mengutarakan pandangan bahwa meditasi pak Hudoyo, berbeda dengan yang lain.

Intinya adalah demikian, yakinkah anda semua Sang Buddha Maha Tahu, master terbesar meditasi? jika anda yakin coba renungkan baik-baik, dan katakan di forum ini,

BILA MEMANG SEMUA SUTTA YANG ADA DI TIPITAKA TIDAK PERLU, BUAT APA BELIAU MENGAJARKAN SELURUH SUTTA TERSEBUT? BUAT APA BELIAU MENGAJARKAN PANCA BALA, MENGAJARKAN TUJUH BHOJANGA, MENGAJARKAN EMPAT USAHA BENAR, MENGAJARKAN EMPAT LANDASAN KEKUATAN, MENGAJARKAN JALAN ARIYA BERUNSUR DELAPAN, DLL?

BUKANKAH LEBIH BAIK MENGAJARKAN HANYA BAHIYA SUTTA DAN MALUNKYAPUTTA SUTTA SAJA? BUKANKAH INI BERARTI PAK HUDOYO SEOLAH-OLAH LEBIH HEBAT LAGI DARIPADA SANG BUDDHA, KARENA SEOLAH-OLAH SANG BUDDHA BANYAK MENGAJARKAN HAL-HAL YANG TIDAK PERLU..!

coba renungkan baik-baik....

Pak Hudoyo masih belum menjawab pertanyaan saya, pak Hudoyo mem posting demikian,

Quote
Wah, Rekan Bond, apakah Anda tidak membaca teliti pikiran puthujjana yang selalu muncul: "etam mama, eso hamasmi, eso me atta" ("ini milikku, ini aku, ini atta-ku") dalam ratusan sutta? ... Jelas sekali kok, Sang Buddha selalu berkata dalam batin puthujjana selalu ada pikiran 'ini diri/atta-ku'. ..

Dalam Mulapariyaya-sutta, ketika Sang Buddha menjelaskan proses terjadinya pikiran, sebagai berikut:
(1) mula-mula ada persepsi murni (sa~njanati);
(2) lalu ada konseptualisai (ma~n~nati) di mana terjadi pengenalan, pelabelan dsb;
(3) muncul aku: "berpikir di dalam obyek";
(4) aku terpisah dari obyek: "berpikir dari obyek";
(5) aku berhubungan dengan obyek: "berpikir obyek untukku";
(6) aku "bersenang hati dengan obyek".
Munculnya subyek (aku, diri, atta) ini muncul mulai langkah #3 sampai dengan #6.
Mulapariyaya-sutta ini lebih menjelaskan proses terjadinya pikiran yang menciptakan diri/aku/atta.

Pahamkah?

Salam,
hudoyo


(sudah mulai tahu caranya quote)  kaciman deh...  :)

mohon ditanggapi pertanyaan saya mengenai hal ini pak,

bapak mengatakan ada poin ke 3,4 dan 5, muncul aku berada di dalam objek, tolong jelaskan kepada teman-teman netter bagaimana bahasa palinya untuk poin ke 3? adakah dikatakan "muncul aku" disana?

setahu saya menurut pengalaman meditasi, berpikir di dalam objek bukan berarti muncul aku, tetapi berpikir dalam objek adalah masuk kedalam objek pikiran. sehingga perhatian terlibat di dalam objek dan beranggapan bahwa ia adalah bagian dari objek.

mohon dijelaskan poin ke 3.

demikian juga poin ke 4, aku terpisah dari objek: "berpikir dari objek", setahu saya tak ada kata "aku terpisah dari objek" disana.

ke 5, saya tidak melihat bahwa di mula Pariyaya sutta ada pernyataan "aku berhubungan dengan obyek: "berpikir obyek untukku"

yang ke enam aku "bersenang hati dengan obyek". Lagi lagi tak ada kata aku disana, yang ada adalah kata ia bersenang hati dengan objek (he delights in..., bukan I delights in )

sedangkan yang saya baca dari Mulapariyaya sutta adalah demikian:

The Blessed One said: "There is the case, monks, where an uninstructed run-of-the-mill person — who has no regard for noble ones, is not well-versed or disciplined in their Dhamma; who has no regard for men of integrity, is not well-versed or disciplined in their Dhamma — perceives earth as earth. Perceiving earth as earth, he conceives [things] about earth, he conceives [things] in earth, he conceives [things] coming out of earth, ' he delights in earth. Why is that? Because he has not comprehended it, I tell you.

Pak Hudoyo bersikeras mengatakan,

Quote
"Sang Buddha selalu mengajarkan dalam batin puthujjana selalu ada pikiran 'ini dirri/atta-ku' " .

Saya kurang jelas coba sebutkan ada dimana, pernyataan ini pak?

atau saya yang salah baca...?

pernyataan pak Hudoyo bahwa seorang puthujana memiliki atta dalam dirinya, kecuali telah mencapai Arahat berarti apa yang saya katakan ternyata benar, berikut saya kutip dari postingan pak Hudoyo,

Quote
"Orang yang merasa mempunyai 'pandangan benar' pun tetap mempunyai diri/atta dalam batinnya selama ia belum menjadi arahat."

lalu pak Hudoyo mengutip dari Bahiya sutta demikian,

Quote
Saya berlatih vipassana menurut ajaran Sang Buddha kepada Bahiya, maka timbul pengalaman dalam batin saya akan kebenaran ucapan Sang Buddha bahwa dalam batin puthujjana selalu ada pikiran 'ini diri/atta-ku', sedangkan ketika pikiran berhenti, tidak ada lagi 'ini diri/atta-ku'. Ternyata vipassana adalah mengenali pikiran, termasuk pikiran yang merasa memahami bahwa "atta tidak ada" -- kalau pikiran yang menciptakan 'ini diri/atta-ku' lenyap, barulah tidak ada lagi pikiran 'ini diri/atta-kku'.

Kapankah pak Hudoyo pernah mendengar ada guru meditasi Vipassana manapun yang mengatakan bahwa pada waktu bermeditasi orang memahami bahwa atta ada atau atta tidak ada?

sekali lagi pak Hudoyo menganggap pikiran menciptakan atta, ini di kutip darimana pak?

setahu saya dalam Bahiya sutta dikatakan demikian,

Quote
"Then, Bahiya, you should train yourself thus: In reference to the seen, there will be only the seen. In reference to the heard, only the heard. In reference to the sensed, only the sensed. In reference to the cognized, only the cognized. That is how you should train yourself. When for you there will be only the seen in reference to the seen, only the heard in reference to the heard, only the sensed in reference to the sensed, only the cognized in reference to the cognized, then, Bahiya, there is no you in terms of that. When there is no you in terms of that, there is no you there. When there is no you there, you are neither here nor yonder nor between the two. This, just this, is the end of stress."

terakhir dari postingan reply #399, pak Hudoyo menerjemahkan demikian:

Quote
"Jika engkau dapat melakukan itu, maka ... [ENGKAU TIDAK ADA] ... Inilah, hanya inilah, akhir dukkha."
[/size][/b][/color]

coba perhatikan Sang buddha tidak mengatakan "jika engkau dapat melakukan itu maka...", yang benar adalah, kamu tidak ada sehubungan dengan itu.... (there is no you in terms of that)

pak Hudoyo beranggapan bahwa atta menjadi hancur setelah pencapaian Arahat?

           ########################### KESIMPULAN   #############################

pak Hudoyo berpandangan bahwa,

1. "ada atta, kita selalu berbuat apapun berdasarkan atta, dan atta menjadi hancur pada pencapaian Arahat" jadi "anatta hanya tercapai setelah pencapaian Arahat" kalau putuhujana hingga Anagami masih memiliki atta. (saya tidak mau membantah ini karena hanya menjadi berlarut-larut, walaupun saya tahu "sakkaya ditthi / pandangan salah bahwa ada aku atau atta". lenyap pada pencapaian Sotapatti magga, saya hanya menerima ini sebagai perbedaan pandangan).

2. didalam meditasi MMD kita harus selalu menyadari gerak gerik "atta". dengan demikian nanti atta akan hancur (penghancuran atta melalui Vipassana), secara tidak langsung maksud pak Hudoyo adalah: meditasi Vipassana pada akhirnya adalah menghancurkan atta (mohon dikoreksi bila salah)

ini adalah kesimpulan saya berdasarkan pandangan pak Hudoyo yang diklaim berdasarkan Bahiya sutta dan Malunkyaputta sutta.


Sedangkan pandangan saya sendiri adalah demikian,

1. Dalam meditasi vipassana setiap meditator selalu ikut terseret kedalam objek panca indera yang berkaitan dengan nama dan rupa (batin dan jasmani), meditator sering melekat di dalam objek sehingga timbul pandangan salah ini adalah milikku atau ini aku (perhatikan: pandangan salah "ini aku" tidak sama dengan "ada aku")

2. Pandangan salah mengenai aku, akan lenyap dengan sendirinya pada pencapaian Sotapatti Magga (pengalaman Nibbana pertama kalinya). perhatikan saya tidak memakai kata "hancur", tetapi saya memakai kata "lenyap". Karena atta adalah pandangan keliru, dengan kata lain baik puthujana maupun Arahat tidak memiliki atta, hanya pandangan keliru yang menganggap bahwa atta ada.

Saya kira demikian kesimpulan posisi pandangan masing-masing agar tidak berlarut-larut, yang hanya membuang energi (bila salah kesimpulan ini tolong dikoreksi), terima kasih.

sukhi hotu

fabian



« Last Edit: 30 August 2008, 09:49:28 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #602 on: 30 August 2008, 09:24:17 PM »
Sebenernya dimana pun gak ada masalah kok, :)) yang terpenting niatnya itu lah. Apakah thread dipindahkan akan membuat MMD terancam hilang dari peredaran? :) , soal keadilan atau apapun itu juga relatif, darimana mau ambil sudut pandangnya.
dah ah, aye hari ini jadi munapik nich, seperti bukan aye yang sebenernya nich :)) kakakakak

Kalau MMD diletakkan dalam keranjang sampah "Buddhisme & ajaran lain" bersama-sama dengan kultus-kultus seperti Suma Chinghai, Maitreya, dsb seperti sekarang, itu yang saya protes keras.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #603 on: 30 August 2008, 09:28:02 PM »
Quote
author = fabian c
BILA MEMANG SEMUA SUTTA YANG ADA DI TIPITAKA TIDAK PERLU, BUAT APA BELIAU MENGAJARKAN SELURUH SUTTA TERSEBUT? BUAT APA BELIAU MENGAJARKAN PANCA BALA, MENGAJARKAN TUJUH BHOJANGA, MENGAJARKAN EMPAT USAHA BENAR, MENGAJARKAN EMPAT LANDASAN KEKUATAN, MENGAJARKAN JALAN ARIYA BERUNSUR DELAPAN, DLL?

BUKANKAH LEBIH BAIK MENGAJARKAN HANYA BAHIYA SUTTA DAN MALUNKYAPUTTA SUTTA SAJA? BUKANKAH INI BERARTI PAK HUDOYO LEBIH HEBAT LAGI DARIPADA SANG BUDDHA, KARENA SANG BUDDHA BANYAK MENGAJARKAN HAL-HAL YANG TIDAK PERLU..!

coba renungkan baik-baik....

Buddha mengajarkan banyak cara....
yg cocok utk seseorang belum tentu cocok utk yg lain...............

spt sipenyapu yg "bodoh".... hanya diajarkan ucapan.... "rajin2 menyapu supaya hati bersih"....

BAHIYA SUTTA sangat cocok utk Bp Hudoyo.....
sedangkan buat saya masih ngak ngerti apa-apa..................

Quote
author = fabian c
BUKANKAH INI BERARTI PAK HUDOYO LEBIH HEBAT LAGI DARIPADA SANG BUDDHA, KARENA SANG BUDDHA BANYAK MENGAJARKAN HAL-HAL YANG TIDAK PERLU..!
Apakah anda yg mengatakan pak Hudoyo lebih hebat dari Sang Buddha????

Setau saya pak Hudoyo ngak berani deh mengatakan lebih hebat dari Sang Buddha!...
« Last Edit: 30 August 2008, 09:35:27 PM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Tokoh pembaharu Buddhisme di Barat
« Reply #604 on: 30 August 2008, 09:35:35 PM »
Ada yg tau sejenis MMD kalau dalam perpustakaan itu ikut di klasifikasi yg mana?
thanks!

Carilah di internet tulisan-tulisan STEPHEN BATCHELOR, terutama:
"The Faith to Doubt" ("Keyakinan untuk mempertanyakan")
"Buddhism Without Belief" ("Buddhisme Tanpa Doktrin")

Kalau terjemahan buku-buku itu ada yang memuat di DC pasti akan lebih banyak lagi orang-orang Buddhis ortodoks kebakaran jenggot. Sayang saya belum punya waktu untuk menerjemahkan buku-bukunya.

Stephen Batchelor adalah tokoh pembaharu Buddhisme di Barat:
http://www.stephenbatchelor.org/index.html

Salam,
hudoyo

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #605 on: 30 August 2008, 09:54:47 PM »


Mengenai pandangan siapapun yang akan dimuat entah pandangan Lu Shen Yen atau pandangan Suma Chinghai itu adalah kebijaksanaan moderator.

Menurut saya menilai suatu ajaran kita harus berlandaskan kitab sucinya, jangan berlandaskan pendapat orang manapun, apalagi pendapat orang yang senada dengan kita.

sukhi hotu
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #606 on: 30 August 2008, 10:00:32 PM »
Utk mencegah perdebatan karena dasar pandangan yg berbeda, akan dilakukan:
1. pembuatan board buddhisme moderen
2. pemindahan mmd ke dalam sana
3. pemindahan semua postingan di board meditasi yg ada ke board tradisi masing2x
4. penghapusan board meditasi.

dengan demikian masing2x bisa tidak saling mengganggu dan tetap produktif masing2x tidak menghabiskan waktu berbedat.
There is no place like 127.0.0.1

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #607 on: 30 August 2008, 10:03:33 PM »
Sekarang ini, keputusan untuk "menempatkan" MMD dan hal yang berbau MMD ke board "Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain" telah dilakukan...

Mungkin kita berikan kesempatan kepada pak hudoyo (mewakili MMD), untuk menyampaikan nota "pembelaan" atau semacam "hak jawab" kepada para moderator. Diharapkan kepada member lainnya (diluar moderator yang ikut conference semalam) untuk tidak memberikan pandangan dahulu. Kalau bisa hak jawab tersebut bisa disampaikan secara terbuka dan bisa diikuti oleh semua member.

« Last Edit: 30 August 2008, 10:07:51 PM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #608 on: 30 August 2008, 10:07:29 PM »
Utk mencegah perdebatan karena dasar pandangan yg berbeda, akan dilakukan:
1. pembuatan board buddhisme moderen
2. pemindahan mmd ke dalam sana
3. pemindahan semua postingan di board meditasi yg ada ke board tradisi masing2x
4. penghapusan board meditasi.

dengan demikian masing2x bisa tidak saling mengganggu dan tetap produktif masing2x tidak menghabiskan waktu berbedat.

saya rasa membuka board buddhisme modern juga tidak menyelesaikan masalah MMD tersebut. Karena apakah mau dimasukkan kedalam board tersebut. Walaupun bukan eksklusif bahwa MMD itu "miliknya" pak hudoyo, tetapi secara de facto seharusnya memang MMD itu layak untuk "dibela" oleh pak hudoyo sendiri (soalnya kalau bukan pak hudoyo yang membela, siapa lagi).

Jadi MUNGKIN SARAN SAYA, lakukan proses hak jawab pak hudoyo berupa TANYA JAWAB antara pak hudoyo (mewakili MMD) dengan mungkin beberapa moderator (atau member yang terlibat conference semalam). Mungkin kalau tidak dalam kapasitas, boleh diundang member lain (atas permintaan moderator) untuk menjadi staf ahli.
« Last Edit: 30 August 2008, 10:09:58 PM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #609 on: 30 August 2008, 10:17:18 PM »
terima kasih atas sarannya. Akan tetapi saya akan "take action" dahulu utk meredam keadaan.

Jika pak hud merasa perlu, silahkan diadakan. tapi sepertinya perlu pada office hour karena kebanyakan hanya online pada jam kerja.

Jika memang merasa tidak cocok, nanti akan dibicarakan lagi.
There is no place like 127.0.0.1

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #610 on: 30 August 2008, 10:22:03 PM »
Pak Hudoyo yang baik,

ini memang fabian pak  :), bapak mengatakan ada poin ke 3,4 dan 5, muncul aku berada di dalam objek, tolong jelaskan kepada teman-teman netter bagaimana bahasa palinya untuk poin ke 3? adakah dikatakan "muncul aku" disana?

setahu saya menurut pengalaman meditasi, berpikir di dalam objek bukan berarti muncul aku, tetapi berpikir dalam objek adalah masuk kedalam objek pikiran. sehingga perhatian terlibat di dalam objek dan beranggapan bahwa ia adalah bagian dari objek.

mohon dijelaskan poin ke 3.

demikian juga poin ke 4, aku terpisah dari objek: "berpikir dari objek", setahu saya tak ada kata "aku terpisah dari objek" disana.

ke 5, saya tidak melihat bahwa di mula Pariyaya sutta ada pernyataan "aku berhubungan dengan obyek: "berpikir obyek untukku"

yang ke enam aku "bersenang hati dengan obyek". Lagi lagi tak ada kata aku disana, yang ada adalah kata ia bersenang hati dengan objek (he delights in... )

Untuk jelasnya bagi teman-teman netter, baiklah saya copy paste-kan dari access to insight mengenai Mulapariyaya sutta mengenai acuan pak Hudoyo ini:

The Blessed One said: "There is the case, monks, where an uninstructed run-of-the-mill person — who has no regard for noble ones, is not well-versed or disciplined in their Dhamma; who has no regard for men of integrity, is not well-versed or disciplined in their Dhamma — perceives earth as earth. Perceiving earth as earth, he conceives [things] about earth, he conceives [things] in earth, he conceives [things] coming out of earth, ' he delights in earth. Why is that? Because he has not comprehended it, I tell you.

jadi jelas disini Sang Buddha mengatakan  earth (tanah) atau boleh juga diartikan sebagai objek yang kita perhatikan. Coba katakan adakah Sang Buddha mengatakan aku disitu? mengenai aku muncul dan sebagainya?

Pengertian yang benar adalah ia menganggap tanah (objek sebagai milikku / he conceives earth as 'mine'), dan (ia menyukai tanah / he delights in earth).

Sekali lagi pak Hudoyo berusaha mencampur adukkan ajaran Sang Buddha dengan ajaran JK dengan menambh-nambahkan sendiri pemikiran pak Hudoyo.

terima kasih

sukhi hotu

fabian.

Rekan Fabian,

Terjemahan Thanissaro:
(1) perceives earth as earth.
(2) he conceives [things] about earth,
(3) he conceives [things] in earth,
(4) he conceives [things] coming out of earth,
(5) he conceives earth as 'mine,'
(6) he delights in earth.

Terjemahan dengan penambahan "things" ini tidak dapat dipahami (incomprehensible). ... Apalagi kalau obyek 'earth' digantikan dengan obyek-obyek lain yang disebut di sutta itu, sampai 'nibbana'.

Terjemahan lain dari www.metta.lk lebih lagi incomprehensible:
(1) perceives earth,
(2) thinking it's earth,
(3) becomes earth,
(5) thinks it is mine,
(6) delights.

Demikianlah banyak terjemahan harafiah dari Mulapariyaya-sutta yang tidak bisa dipahami. ...

Ada satu uraian yang bisa dipahami, dari R.G. de S. Wettimuny & YM Nanavira Thera -- lihat buku: "The Buddha's Teaching and the Ambiguity of Experience". ... Di bawah ini saya terjemahkan bagi rekan-rekan di sini bagian dari Bab IV "Struktur-Akar dari Pengalaman Refleksif Puthujjana":

"Di dalam Mulapariyaya-sutta Sang Buddha mengungkapkan struktur-akar dari pengalaman refleksif(*) dari puthujjana, sekha dan arahat berturut-turut, di mana struktur ini muncul dari pengalaman-seketika (immediate experience) yang mereka peroleh dari setiap persepsi. ...

---(*)pengalaman refleksif = pengalaman perenungan

Sesungguhnya, Sutta ini mencakup segala obyek persepsi yang mungkin, entah konkrit --seperti tanah, air ... dsb-- entah abstrak (keesaan, keanekaan dsb). Tetapi struktur-akar dari pengalaman itu selalu sama, apa pun yang dipersepsikannya.

Sang Buddha mengajarkan di dalam sutta ini, ketika puthujjana mempunyai pengalaman-seketika akan tanah (atau kepadatan), misalnya, maka struktur-akar dari pengalamannya terwujud sebagai berikut:

"Para bhikkhu ... puthujjana (1) melihat tanah sebagai tanah. Dengan melihat tanah sebagai tanah, (2) ia mengkonsepkan tanah, (3) ia mengkonsepkan di dalam tanah, (4) ia mengkonsepkan dari tanah, (5) ia mengkonsepkan 'tanah untukku', (6) ia bersenang hati dengan tanah."

Nah, #2 sampai #6 di atas mewakili kelima tahap yang progresif dalam KEEKSPLISITAN dari struktur-akar pengalaman refleksif yang bersangkutan, yang menjadi ciri dari pengalaman refleksif mendasar dari puthujjana. Tahap yang mengikuti selalu lebih eksplisit daripada tahap sebelumnya; dengan kata lain, tahap itu lebih mudah terlihat atau diketahui daripada tahap sebelumnya.

Seperti dikatakan [dalam bab] sebelumnya, pengalaman refleksif ini merupakan bangunan (superstructure) yang terbentuk di atas pengalaman-seketika. Pengalaman-seketika, yang tidak disebutkan dalam Sutta itu ialah puthujjana melihat/mempersepsikan 'obyek'. Dan seperti sebuah bangunan dibangun setelah pondasinya dibangun lebih dulu, begitu pula pengalaman refleksif yang berkaitan dengan pengetahuan dan pendeskripsian timbul setelah persepsi. [...]

***

Tahap #1 menunjukkan sekadar kesadaran (awareness) akan adanya persepsi, di mana persepsi itu dikenali sebagai persepsi akan 'obyek' semata-mata.

Selanjutnya tetrad tahap #2-#5 menggambarkan struktur-akar dari fenomena yang disebut 'APROPRIASI' (PENGAMBILAN, PERAUPAN), persepsi 'BERADA DALAM PENGENDALIAN (SUBJECTION)'; fenomena INILAH yang menjadi ciri dari pengalaman refleksif puthujjana. Ini berarti bahwa sifat paling mendasar dari pengalaman refleksif puthujjana adalah suatu 'apropriasi', di mana pengalaman-seketika diraup dan dikendalikan; dan di dalam langkah #2 - #5, suatu tetrad pengkonsepsian, terdapat empat tahap keeksplisitan dari struktur-akar peraupan ini. Tahap-tahap ini tidak boleh dilihat sebagai urutan yang di situ satu tahap muncul setelah tahap yang sebelumnya berakhir. Yang diuraikan di sini adalah sebuah struktur tunggal yang bertahap, yang semuanya terlibat pada saat kini. Namun, tidak perlu dikatakan, bahwa beberapa di antara tahap-tahap itu, karena bersifat implisit, sangat sukar terlihat. Tetapi kita selalu bisa mencoba.

***

Pada tahap #2 --"dengan melihat obyek sebagai obyek, ia mengkonsepkan obyek"-- 'apropriasi' itu begitu halus, sehingga hampir-hampir tidak lebih dari TERSIRAT dalam katakerja 'mengkonsepkan' (ma~n~nati).

'Mengkonsepkan' (ma~n~nanaa) mengandung arti mengkonsepkan KESUBYEKTIFAN. Dan ungkapan "dengan melihat obyek sebagai obyek, ia mengkonsepkan obyek" menunjukkan bahwa, ketika puthujjana telah melihat obyek sebagai obyek, batinnya MEMPUNYAI POTENSI untuk mengendalikan atau meraup obyek yang terlihat dalam pengalaman-seketika. Lebih tepat dikatakan, ketika ia sadar bahwa ia melihat obyek, ia juga mempunyai potensi dengan rasa-keakuan (maana) 'aku', dan bersama itu dengan hubungan bahwa obyek--yang terlihat dalam pengalaman-seketika--ADALAH YANG MENJADI PERHATIAN 'aku'. (Obyek yang terlihat dalam pengalaman-seketika itu disebut 'NAMA-RUPA', lihat Bab 6.)

Kata Pali 'maana', yang diterjemahkan menjadi 'rasa-keakuan', harus dipahami sebagai paduan antara 'konsep' dan 'kebanggaan'. Itu tidak begitu kering seperti 'konsep', dalam arti kata 'konsep' tidak membawa nuansa kesubyektifan (seperti istilah 'rasa-keakuan'); tetapi, di lain pihak, tidak sekasar 'kebanggaan'.

***

Dalam tahap #3 --"ia mengkonsepkan di dalam obyek"-- obyek itu DILIPUTI rasa-keakuan (konsep) 'aku'. Dengan terliputi ini, 'aku' bukan lagi sekadar konsep; ia menjadi konsep yang MEMPUNYAI ACUAN. Itu berarti, 'aku' bukan lagi sekadar ide, sekadar konsep, atau sekadar nama seperti dianggap oleh mereka yang memandang enteng ajaran Sang Buddha; melainkan itu adalah sebuah konsep (rasa-keakuan) yang mengacu pada sesuatu yang konkrit, dan sesuatu yang konkrit ITULAH 'aku'.

Mungkin contoh berikut dapat membantu untuk memahami apa yang dimaksud: saya melihat (mempersepsikan) seonggok benda di depan saya SEBAGAI onggok TERTENTU (dengan warna, bentuk tertentu dsb) dan bukan sebagai sesuatu yang lain -- (tahap #1); sekarang, selagi persepsi itu masih ada, saya mengkonsepkan 'kursi' -- (tahap #2); lalu menerapkan konsep itu pada onggok benda yang terlihat dalam pengalaman-seketika tadi -- (tahap #3). Pada tahap ini dari kesadaran akan onggok benda tadi, konsep 'kursi' tertambat pada kesadaran itu--menyadarinya SEBAGAI 'kursi'. Secara itu pula, pada tahap ini dari kesadaran akan obyek, rasa keakuan (konsep) 'aku' tertambat pada kesadaran itu--menyadarinya SEBAGAI 'aku'.  Itulah sebabnya dikatakan "di dalam obyek"; dan ini benar-benar berarti menjadi satu, tak terpisahkan, dari pengalaman kesadaran (akan obyek) pada tahap atau tingkatan kesadaran ini.

Seperti akan dijelaskan nanti, tahap #3 ini adalah tahap yang sangat penting. Tetapi tahap ini tidak gampang terlihat.

***

Tahap #4 --"ia mengkonsepkan dari obyek"--adalah tahap di mana timbul PEMUNCULAN bahwa 'aku' adalah sesuatu yang TERPISAH dari obyek. Ini menunjukkan bahwa di tahap ini perhatian lebih ditujukan pada 'aku'.

***

Pada tahap #5 --"ia mengkonsepkan 'obyek untuk aku' "-- perpisahan itu sudah eksplisit. Dan hubungan yang terlihat antara 'aku' yang terlihat terpisah dengan obyek adalah bahwa obyek itu UNTUK 'aku'.

Dengan cara inilah, bagi puthujjana, apabila terjadi suatu pengalaman-seketika, pengalaman itu hadir secara EKSPLISIT di dalam pengalaman refleksifnya sebagai UNTUK AKU (Pali: 'me').

Pengalaman puthujjana itu bukan hanya tentang adanya sebuah obyek. Di dalam pengalamannya terdapat baik sebuah obyek yang hadir maupun sebuah SUBYEK YANG TAMPAK ADA, YANG KEPADANYA obyek itu hadir.

Jadi, ada sebuah obyek, dan TAMPAKNYA ada sebuah subyek--'aku'. Lebih jauh lagi, hubungan di antara keduanya ialah bahwa obyek MENJADI PERHATIAN subyek, atau MENJADI MILIK subyek. Subyek MENJADI TUAN dari obyek. Atau, obyek itu DIRAUP. Sehingga, pengalamannya adalah: "Obyek untuk aku", atau "Obyek milikku". ... Ini bukan berarti bahwa itulah pengalaman seutuhnya atau seluruhnya. Itu hanya berarti bahwa itu adalah bagian yang ESENSIAL atau PALING MENDASAR dari pengalaman itu. Kita dapat pula menyebutnya sebagai 'AKAR' (muula) dari pengalaman itu, dan yang dengan bertumpu padanya tegaklah faktor-faktor dominan lain dari pengalaman itu.

Sang Buddha mengajarkan bahwa kedua pengkonsepan 'aku' dan 'milikku' ini merupakan KECENDERUNGAN LATEN (anusaya). Keduanya dinamakan 'aha.nkaara-mama.nkaara-maanaanusaya' yang dapat diterjemahkan sebagai "kecenderungan laten pada rasa keakuan yang membentuk-'aku' dan membentuk-'milikku' " Itu berarti bahwa TIDAK ADA UPAYA DISENGAJA yang dilakukan untuk mengkonsepkan 'aku' dan 'milikku'. Tetapi sekalipun itu tanpa dikehendaki, tidak disengaja, namun--dalam arti kata yang ketat--termasuk kehendak (intentional). Dalam bahasa sehari-hari--tetapi dengan pembatasan tertentu--kita dapat mengacunya sebagai reaksi 'bawah sadar' puthujjana--artinya, puthujjana bereaksi terhadap berbagai hal secara ini TANPA DISENGAJA, dan tanpa SADAR bahwa ia bereaksi seperti itu (kecuali ia sudah diberitahu). Lebih jauh lagi, menggarap sesuatu (yakni pengalaman-seketika) sebagai 'aku' dan 'milikku' sama artinya dengan MEMBUAT sebuah 'aku' dan sebuah 'milikku'. Itu membuat-'aku' (aha.nkaara) dan membuat-'milikku' (maama.nkaara). Dengan kata lain, di situ terbuat 'aku' dan 'milikku'.

<bersambung di Kaskus> 

Teman-teman pemeditasi vipassana yang ingin memahami munculnya pikiran dan aku menurut ajaran Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta ini, silakan membaca lanjutan terjemahan ini di Kaskus. Semua yang dikatakan di sini akan terlihat jelas pada waktu Anda mengalami berhentinya pikiran dan aku.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 30 August 2008, 10:25:35 PM by hudoyo »

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #611 on: 30 August 2008, 10:23:43 PM »
terima kasih atas sarannya. Akan tetapi saya akan "take action" dahulu utk meredam keadaan.

Jika pak hud merasa perlu, silahkan diadakan. tapi sepertinya perlu pada office hour karena kebanyakan hanya online pada jam kerja.

Jika memang merasa tidak cocok, nanti akan dibicarakan lagi.

dijadwalkan... jadi semacam Conference terbuka... atau semacam "hearing" dalam istilah peradilan.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #612 on: 30 August 2008, 10:25:40 PM »
Quote
Kalau terjemahan buku-buku itu ada yang memuat di DC pasti akan lebih banyak lagi orang-orang Buddhis ortodoks kebakaran jenggot. Sayang saya belum punya waktu untuk menerjemahkan buku-bukunya.

Keyakinan buta gak lebih bagus dari ketidakyakinan buta. Saya kira jalan tengah bukan buta sama sekali.

Tapi komentar seperti di atas bagi saya menunjukkan kualitas praktik yang dilakukan. Dan saya sering melihat komentar seperti di atas dilontarkan. Murid-murid ngantuk kalau dikhotbahkan Sutta yang panjang, gila kalau percaya hal-hal tertentu, kalau terdesak dengan mudah bilang melekat, dan lain sebagainya. (silahkan lihat history tulisan pak hudoyo). Seperti orang yang menunjukkan kalau tujuan memakai baju tidak perduli dengan gaya baju, tapi nyatanya favorit dengan gaya baju tertentu dan sering sekali memelekatkankan orang yang memakai gaya baju tertentu. Cuma hal ini baru jelas ketika muncul masalah yang menguji kualitas yang mengaku tanpa jenis baju.

Saya punya pandangan, yang lain punya pandangan. Ini hak masing-masing, tapi bawa-bawa baju kemelekatan (yang tidak diketahui), bawa-bawa baju praktik, bawa-bawa kebakaran jenggot, sama sekali tidak berdasar.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #613 on: 30 August 2008, 10:26:18 PM »
Wah, reputasi aye turun 1 nih ;D. wakakakaka.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« Reply #614 on: 30 August 2008, 10:29:02 PM »
Wah, reputasi aye turun 1 nih ;D. wakakakaka.
tabahlah nak..  :)
ingat Upekkha..
 _/\_


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

 

anything