//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tanya Jawab Seputar Buddhisme  (Read 4059 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hengki

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 741
  • Reputasi: 49
Tanya Jawab Seputar Buddhisme
« on: 28 June 2008, 02:47:58 PM »
TANYA JAWAB SEPUTAR BUDDHISME
Dikutip dan diterjemahkan dari buku Fo Hsueh Wen Ta Lei Pien (Kumpulan Tanya Jawab Buddhisme) asuhan Alm. Master Upasaka Li Ping Nan.

T : Tanya
J : Jawab

T : Saya dengar kita harus vegetarian untuk membaca Sutra Intan. Benarkah ini?
J :Tujuan pembacaan Sutra adalah pemurnian pikiran, ucapan, dan tindakan tubuh. Tidak vegetarian bukan berarti tidak boleh membaca Sutra, hanya saja kurang hormat serta buah kebajikannya agak berkurang.

T : Bagaimana penjelasan mimpi dalam Buddhisme? Apakah mimpi itu merupakan petunjuk mengenai keberuntungan dan kesialan, atau ada arti lain?
J : Mimpi merupakan fenomena ilusi dari pikiran atau buah karma. Kadang kala merupakan petunjuk keberuntungan dan kesialan.

T : Apakah ilmu meramal nasib ada hubungannya dengan Buddhisme? Ataukah merupakan ilmu gaib?
J : Bermata pencaharian dengan meramal nasib dalam Buddhisme disebut sebagai mata pencaharian sesat. Empat macam siswa Buddha tidak seharusnya melakukan hal semacam itu karena bertolak belakang dengan Dharma yang benar.

T : Sebelum makan, selain Beranjali dan menghormat, apalagi yang harus divisualisasikan oleh umat Buddha?
J : Tri Ratna (Buddha, Dharma, Sangha) meliputi seluruh alam semesta, makhluk hidup yang tak terhingga tersebar di seluruh alam, inilah yang harus kita visualisasikan, inilah persembahan dana makanan kita.

T : Membaca Sutra dengan tanpa memahami maknanya, adakah manfaatnya?
J : Baik membaca ataupun memahami makna Sutra, keduanya memiliki manfaat. Memahami Sutra akan mengembangkan kebijaksanaan, sedangkan membaca Sutra akan meningkatkan konsentrasi..

T : Apakah benih ke Buddhaan semut yang bertubuh kecil adalah sama dengan makhluk hidup yang lain? Atau lebih sedikit?
J : Air dalam sebuah gayung dengan air dalam sebuah kolam memiliki sifat basah yang sama. Tak ada sedikitpun perbedaannya. Perbedaannya hanya terletak pada volumenya.

T : Bila kita mampu menghadapi segala hal dengan sempurna, apakah ini tergolong pandai atau bijaksana?
J : Dalam Dharma duniawi, pandai dan bijaksana itu tidak ada bedanya. Bila dipaksa untuk mengatakannya, bijaksana adalah hakekat dasar, sedang pandai adalah aktivitas yang terlihat.

T : Kebenaran yang terkandung dalam 84.000 pintu Dharma yang dibabarkan oleh Buddha itu sebenarnya hanya satu atau banyak?
J : Ibaratnya tubuh manusia, bagian atas disebut kepala, tetapi kepala itu sendiri masih terbagi menjadi mata, telinga, hidung, mulut dan sebagainya. Bagian tengah adalah badan yang terbagi menjadi dada, punggung dan sebagainya. Empat bagian terbagi menjadi tangan, kaki, jari, telapak dan sebagainya. Bagian dalam terbagi menjadi hati, paru-paru, dan sebagainya. Apakah ini adalah satu atau banyak? Kebenaran 84.000 pintu Dharma adalah demikian juga.

T : Apa maksud lima mata Buddha : mata jasmani, mata dewa, mata kebijaksanaan, mata Dharma, dan mata Buddha?
J : Mata jasmani tidak dapat menembus halangan, mata dewa dapat melihat dengan tanpa hambatan dalam segala kondisi, baik jauh, dekat, terang ataupun gelap. Keduanya merupakan organ mata. Dapat mengamati dan memahami hakekat kekosongan adalah mata kebijaksanaan, dapat memahami hakekat alam semesta adalah mata Dharma. Keduanya ini merupakan pemahaman dengan menggunakan kebijaksanaan. Mata Buddha adalah meliputi kesemuanya, tak ada yang tak mampu dilakukan.

T : Apakah Buddha Sakyamuni saat ini masih membabarkan Dharma? Di mana?
J : Alam semesta ini senantiasa membabarkan Dharma. Tubuh Dharma Buddha senantiasa membabarkan Dharma. Orang bijaksana mengetahui hal ini. Sedang mengenai tubuh Buddha yang berkondisi hanya bisa dijumpai oleh mereka yang berjodoh.

Sumber : Majalah Sinar Dharma, Edisi 06 : Ashada 2548 BE/2004
Berbuat Baik dan Melatih Diri sebaiknya dilakukan sedari muda. Jangan menunggu sudah bungkuk, pikun, mata rabun, jalan pakai tongkat baru mau Berbuat Baik dan Melatih Diri

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Tanya Jawab Seputar Buddhisme
« Reply #1 on: 28 June 2008, 04:15:33 PM »
 :jempol: nice artikle...
Ca ada beberapa yg rada kaga "masuk" sih...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline hengki

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 741
  • Reputasi: 49
Re: Tanya Jawab Seputar Buddhisme
« Reply #2 on: 29 June 2008, 06:20:51 PM »
T : Saat kelahiran, Buddha Sakyamuni berkata, “Di alam dewa ataupun alam manusia, hanya Akulah yang termulia.” Aku di sini menunjuk pada benih ke Buddhaan atau aku secara awam?
J : Menunjuk pada benih keBuddhaan. Tetapi karena diucapkan dari mulut Bhagava, maka keduanya juga benar. Karena itu, jangan terlalu membedakan.

T : Semua makhluk hidup memiliki benih keBuddhaan. Apakah benih keBuddhaan ini memiliki perbedaan dalam ukuran ataupun bentuknya? Bila tidak ada perbedaan, bagaimana bentuknya itu?
J : Adakah anda memiliki pikiran? Bila tidak memiliki pikiran, mengapa anda yang berada di dalam rumah dan merenung dengan mata terpejam bisa mengetahui adanya bulan dan bintang di angkasa, serta mengetahui pula keadaan tanah kelahiran yang berada jauh di Tiongkok? Bila memiliki pikiran, tolong dijelaskan apakah berbentuk besar, kecil, kotak atau bulat? Benih keBuddhaan adalah hakekat pikiran, sedang pikiran adalah aktivitas benih keBuddhaan yang tercemari kekotoran batin. Bila aktivitasnya saja tidak dapat dilukiskan, coba renungkan sendiri mengenai hakekat dasarnya!

T : Segala Dharma adalah sederajat, tetapi mengapa Bodhisattva Samantabhadra (Pu Xian Pu Sha) mengatakan : dari segala macam dana, dana Dharma adalah yang tertinggi?
J : Segala Dharma adalah sederajat, ini dipandang dari sudut hakekat dasar, sedang dana Dharma adalah yang tertinggi dilihat dari fenomena bentuk.

T : Tidak mencari guru pembimbing dan tidak menerima Sila, bila suatu ketika memperoleh Pencerahan, dapatkah menjadi Buddha?
J : Demikian halnya Pratyeka Buddha. Tetapi harus diketahui, Pencerahan yang diperoleh pada kehidupan ini merupakah buah pelatihan diri dari banyak kehidupan yang sebelumnya. Sangat sulit menemukan seorang Pratyeka Buddha dalam ratusan juta orang jaman sekarang. Buddha memiliki perbedaan, ada yang tidak membimbing makhluk lain, ada yang mencapai Penerangan Sempurna. Demikian pula Pencerahan itu. Pencerahan memiliki perbedaan besar, kecil serta tingkatan yang berbeda, bukan sesuatu yang mudah!

T : Saya merasakan bahwa kehidupan saat ini hanyalah merupakan satu bagian kecil dalam kehidupan berkondisi yang tak berawal dan tak berakhir. Saat tubuh ini terbentuk, tak dapat dikatakan sebagai hidup, sedang saat tubuh ini musnah juga tak dapat dikatakan mati. Benarkah ini?
J : Benar seperti itu. Seorang Guru Chan mengatakan : “Dahulunya tidak terlahirkan, saat ini juga tidak musnah, awan tersingkir langit menjadi luas, langit cerah bulan cemerlang.” Maknanya sama dengan yang anda katakana. Tetapi kondisi kehidupan yang kecil ini dalam kenyataannya memiliki perbedaan awam dan suci. Bagi orang suci, kehidupan ini dijalani dengan tidak melekat sesuai tekad mulia mereka. Sedang orang awam terseret oleh karma/perbuatan mereka. Yang satu bebas, yang lainnya terikat. Kita adalah orang awam yang harus berusaha membebaskan diri dari ikatan belenggu untuk mencapai kebebasan.

T : Buddha Sakyamuni mengapa memperkenalkan kelahiran di alam Sukhavati? Guru Sakyamuni sendiri menciptakan alam apa? Guru Sakyamuni mengapa tidak menciptakan alam sendiri?
J : Alam semesta ini tidak terbatas, semua merupakan perwujudan buah karma makhluk hidup. Jadi kenapa Guru Sakyamuni harus menciptakan alam sendiri sedang alam yang ada sudah tak terhitung banyaknya? Sedang alam ciptaan Buddha Amitabha tak lain merupakan perwujudan welas asih terhadap karma makhluk hidup serta penderitaan dalam dunia, karena itu diciptakannya alam Sukhavati untuk membimbing makhluk hidup dari alam lain. Mereka yang terlahir di alam itu adalah yang takkan terlahir di alam itu. Jadi semua ini tetap tak terlepas dari karma makhluk hidup itu sendiri. Guru Sakyamuni pernah memijakkan kaki di atas tanah dan dunia ini segera berubah menjadi sangat megah, tetapi hal ini tak bertahan lama karena adanya hambatan karma makhluk hidup. Dari sini dapat diketahui bahwa kemurnian dan kekotoran alam kehidupan itu terletak pada pikiran semua makhluk itu sendiri. Katakanlah Guru Sakyamuni mencitakan banyak tanah suci/murni, tetapi bagi makhkuk hidup yang berbuat jahat, alam itu tetap merupakan alam yang kotor. Hal ini sama seperti halnya air yang akan tampak berbeda dalam pandangan Dewa, manusia, setan ataupun naga.
Berbuat Baik dan Melatih Diri sebaiknya dilakukan sedari muda. Jangan menunggu sudah bungkuk, pikun, mata rabun, jalan pakai tongkat baru mau Berbuat Baik dan Melatih Diri

Offline hengki

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 741
  • Reputasi: 49
Re: Tanya Jawab Seputar Buddhisme
« Reply #3 on: 30 June 2008, 08:55:18 PM »
T : Tiga alam adalah menunjuk pada alam nafsu, alam rupa dan alam tanpa rupa. Alam rupa itu menunjuk pada jenis makhluk hidup yang bagaimana?
J : Alam nafsu tercemari oleh nafsu laki-laki dan wanita serta memerlukan makanan dan minuman. Alam rupa masih melekat pada bentuk2 yang megah. Alam tanpa rupa tak memiliki lagi nafsu dan rupa.

T : Agama Buddha tidak menganjurkan pembakaran uang kertas, tetapi masyarakat Taiwan melakukannya saat ada orang yang meninggal. Mereka mengundang bhiksu ke rumah dan mendirikan Altar beserta Rupang Buddha, membaca Sutra, mengucapkan penyesalan, membuka jalan serta membuat kotak uang, mobil dan 2 pelayan wanita. Kotak uang terisi penuh uang kertas dan semuanya itu dibakar bersama-sama. Dikatakan bahwa ada Po Kung yang akan memandu orang yang meninggal melewati jembatan yang terbuat dari emas, perak, dan sebagainya. Di bawah jembatan ditempatkan sebuah kuali tembaga. Mereka menyuruh anak dan keluarga orang yang meninggal untuk memasukkan uang dollar Taiwan ke dalam kuali dengan maksud semakin banyak uang yang dimasukkan maka kesialan akan terhapuskan dan Po Kung akan memandu orang yang meninggal melewati jembatan itu. Bila tidak memasukkan uang maka orang yang meninggal takkan dapat melalui jembatan itu. Apakah dalam Sutra Buddhis ada menjelaskan itu semua?
J : Ini adalah kepercayaan takhyul masyarakat setempat yang kemudian dimanfaatkan pihak tertentu untuk memperoleh keuntungan materi. Meski yang melakukan semua itu mengenakan jubah kuning tetapi bukanlah anggota Sangha. Jangan salah paham. Semua yang anda katakan itu tidak ada hubungannya dengan Sutra Buddhis.

T : Saya sangat tertarik mempelajari kitab-kitab Buddha, makin lama makin tamak ingin membaca lebih banyak, apakah ini melanggar Sila ketamakan?
J : Melekat pada enam obyek duniawi disebut sebagai tamak. Rajin mempelajari Sutra Buddha adalah usaha yang tekun. Ini bukan tergolong dalam batasan Sila, bagaimana mungkin dikatakan melanggar Sila?

T : Saya memiliki beberapa Rupang Buddha yang sudah lama. Saya tidak dapat memberikannya kepada orang lain, tetapi bila harus dipertahankan, harus sampai kapan. Tak tahu apa yang harus saya lakukan?

J : Anda menempatkan dan menghormati Rupang Buddha, sudah seharusnya penghormatan terhadap Tri Ratna dilakukan seumur hidup. Sekarang anda memiliki pikiran untuk membuangnya, entah karena alasan apa? Bila kita tinggal di rumah kontrak atau sebagai anggota militer yang selalu berpindah tugas, maka Rupang itu untuk sementara bisa dititipkan di Vihara.

T : Berzinah adalah satu hal yang sangat memalukan. Dalam masyarakat sekarang ada kebebasan saling mencintai antara pria dan wanita, apakah ini tergolong berzinah? Bolehkah itu?

J : Suami istri hidup bersama, ini merupakan salah satu bentuk moralitas yang kita sebut hubungan pria dan wanita yang tidak melanggar susila, pun tidak melanggar Dharma. Hubungan di luar suami istri barulah disebut sebagai zinah yang dilarang baik secara hukum Negara ataupun susila.
Berbuat Baik dan Melatih Diri sebaiknya dilakukan sedari muda. Jangan menunggu sudah bungkuk, pikun, mata rabun, jalan pakai tongkat baru mau Berbuat Baik dan Melatih Diri