Buddhisme juga mengenal kesurupan dan cara mengatasinya seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha kepada murid-muridnya berikut kutipan dari buku Riwayat Agung Para Buddha Book 2, Perpustakaan Dhammacitta. Di buku ini dibahas awal mulanya Atanatiya Sutta dan penggunaannya untuk menangani gangguan makhluk halus.
Pada suatu ketika, Bhagavà sedang menetap di vihàra di atas Bukit Gijjhakåña di dekat Ràjagaha. Selama masa itu Dhataraññha, Viråëhaka, Viråpakkha, dan Kuvera, empat raja dewa dari empat penjuru, mengadakan konferensi di Kota Surga âñànàñiya, Alam Kuvera, setelah mereka dengan hati-hati mempersiapkan pertahanan Tàvatiÿsa—alamnya Sakka, raja para dewa—(dari serangan para asurà dari) empat penjuru, dengan mengerahkan kawanan yakkha, gandhabba, kumbhaõóa, dan nàga. Mereka menggubah syair-syair yang disebut âñànàñiya Paritta dengan topik tujuh Buddha (sebelum Buddha Gotama). “Siapa saja yang tidak menghiraukan dan menentang ajaran para Buddha dan kekuasaan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh para Buddha akan dihukum dengan hukuman yang khusus,” mereka menyatakan. Mereka juga menempatkan sejumlah yakkha, gandhabba, kumbhaõóa, dan nàga di empat penjuru sebagai perlindungan mereka. Sekitar tengah malam mereka mendatangi Bhagavà dengan penampilan yang gilang-gemilang, cahaya tubuh mereka membanjiri seluruh Bukit Gijjhakåña. Setelah mendekati Bhagavà dan bersujud kepada Beliau, mereka duduk di tempat yang semestinya.
(Catatan: adalah tidak lazim bagi para dewa, duduk di depan para Buddha, mereka biasanya tetap berdiri. Tetapi di sini mereka duduk, karena penghormatan terhadap âñànàñiya Paritta―Komentar).
Para yakkha yang datang bersama empat raja dewa mengambil sikap yang berbeda-beda di hadapan Bhagavà; beberapa dari mereka bersujud kepada Bhagavà dan duduk di tempat yang semestinya, beberapa lagi saling menyapa dengan Bhagavà dan duduk di tempat yang semestinya; beberapa lagi merangkapkan tangan ke arah Bhagavà dan duduk di tempat yang semestinya; beberapa memperkenalkan nama dan silsilahnya dan duduk di tempat yang semestinya; beberapa hanya duduk berdiam diri.
Dalam kerumunan para dewa itu, Vessavaõõa berkata kepada Bhagavà sebagai berikut:
“Yang Mulia, di antara para yakkha yang memiliki kesaktian tinggi, beberapa memiliki keyakinan terhadap Bhagavà sedangkan beberapa lainnya tidak. Demikian pula halnya dengan para yakkha dengan kesaktian menengah dan para yakkha dengan kesaktian rendah. Yang Mulia, banyak yakkha yang tidak menghormati Bhagavà (mereka tidak menyukai Bhagavà) karena Bhagavà mengajarkan agar menghindari: pembunuhan, pencurian, hubungan seksual yang tidak benar, berbohong, dan meminum minuman keras, sedangkan para yakkha pada umumnya tidak menghindari diri dari: pembunuhan, pencurian, hubungan seksual yang tidak benar, berbohong, dan meminum minuman keras. Bagi para yakkha yang tidak memiliki moralitas Lima Sãla, hal itu adalah haram.”
“Yang Mulia, banyak para bhikkhu siswa Bhagavà yang berdiam di vihàra-vihàra di tempat-tempat yang terpencil. Tempat-tempat terpencil itu adalah tempat kediaman para yakkha yang sakti yang tidak menghormati Bhagavà. Agar mereka lebih percaya diri, sebagai perlindungan bagi para siswa bhikkhu, siswi bhikkhunã, siswa awam Bhagavà, agar mereka semua bebas dari gangguan para yakkha, dan untuk hidup penuh ketenangan dan kedamaian dalam empat posisi tubuh bagi semua orang, sudilah Bhagavà mengajarkan âñànàñiya Paritta kepada para siswa.”
(Di sini, Vessavanna bertindak sebagai juru bicara bagi empat raja dewa karena ia akrab dengan Bhagavà dan juga karena ia memiliki gaya bahasa yang baik.)
1895
Bagaimana âtànàtiya Paritta Diajarkan
Bhagavà menerima usul Vessavanna dengan berdiam diri.
Mengetahui bahwa Bhagavà menyetujui sarannya, Vessavaõõa membacakan âñànàñiya Paritta sebagai berikut:
âñànàñiya Paritta (Pali)1) Vipassissa ca namatthu; cakkhu mantassa sirãmato
Sikhissapi ca namatthu; sabbabhutà nukampino.
(2) Vessabhussa ca namatthu; nhàtakassa tapassino
Namatthu Kakusandhassa; Màrasenà pamaddino.
(3) Koõàgamanassa namatthu; bràhmanassa vusãmato
Kassapassaca namatthu; Vippamuttassa sabbadhi.
(4) Angirasassa namatthu; sakyaputtassa sirãmato
Yo imam dhammam desesi; sabbadukkhàpanådanam.
(5) Ye cà pi nibbutà loke; yathàbhåtam Vipassisum.
Te janà apisunàtha; mahantà vãtasàradà.
(6) Hitam devamanussànam; yam namassanti Gotamam
Vijjàcaraõasampannam; mahantam vãta sàradam.
(7) Yato uggacchati såriyo; àdicco maõóalã Mahà
Yassa cuggacchamànassa; saÿvarãpi nirujjhati
Yassa suggate såriye; divasoti pavuccati.
(
Rahadopi tattha gambhãro; samuddo saritodako
Evaÿ taÿ tattha jànanti; samuddo saritodako.
(9) Ito sà purimà disà; iti nam àcikkhatã jano
Yam disam abhipàleti; Mahàrajà yasassi so.
(10) Gandhabbànaÿ adhipati; dhataraññhoti nàmasso
Ramatã naccagãtehi; gandhabbehi purakkhato.
(11) Puttàpi tassa bahavo; ekanàmàti me sutaÿ
Asãti dasa eko ca; Indanàmà mahabbalà.
(12) Te càpi buddham disvàna; buddham àdiccabandhunam
Dåratova namassanti; mahantam vãtasàradam.
(13) Namo te purisà janna; namote purisuttama
Kusalena samekkhasi; amanussàpi taÿ vandanti
Sutam netam; abhinhaso tasmà evam vademase.
(14) Jinam vandatha Gotamam; jinam vandàma Gotamam
Vijjàcaraõasampannam; buddham vandàma Gotamam.
(15) Yena petà pavuccanti; pisunà piññhimamsikà
Pànàtipàtino luddà; corà nekatikà janà.
(16) Ito sà dakkhinà disà
Iti nam àcikkhatã jano
Yam disam abhipàleti
Mahàràjà yasassi so.
(17) Kumbhandànam adhipati; Virulho iti nàmaso.
Ramatã niccagãtehi; kumbhandehi purakkhato.
(18) Puttàpi tassa bahavo; ekanàmàti me sutaÿ
Asãti dasa eko ca; Indanàmà mahabbalà.
(19) Te cà pi Buddhaÿ disvàna; Buddhaÿ àdiccabandhunam
Dåratova namassanti; mahantam vãtasàradam.
(20) Namo te purisàjanna; namo te purisuttama
Kusalena samekkhasi; amanussàpi tam vandanti
Sutamnetam abhiõhaso; tasamà evam vademase.
(21) Jinam vandatha Gotamam jinam vandàma Gotamam
Vijjàcaranasampannam; Buddham vandàma Gotamam.
(22) Yattha coggacchati såriyo; àdicco mandali Mahà
Yassa coggacchamànassa; divasopi nirujjhati.
Yassa coggatesåriye; saÿvarãti pavuccati.
(23) Rahadopi tatha gambhãro; samuddo saritodako
Evam tam tattha jànanti; samuddo saritodako.
(24) Ito sà pacchimà disà; iti naÿ àcikkhatã jano
Yam disam abhipàleti; Mahàràjà yasassi so.
(25) Nàgànanca adhipati; Viråpakkho ti nàmaso
Ramatã naccagãtehi; Nàgeheva purakkhato.
(26) Puttàpi tassa bahavo; ekanàmàti me sutaÿ
Asãti dasa eko ca; indanàmà mahabbalà.
(27) Te càpi buddhaÿ disvàna; Buddhaÿ àdiccabandhunaÿ
Dåratova namassanti; mahantaÿ vãtasàradaÿ.
(28) Namo te purisàja¤¤a; namo te purisuttama
Kusalena samekkhasi; amanussàpi taÿ vandanti
Sutaÿ netaÿ abhiõhaso; tasmà evaÿ vademase.
(29) Jinam vandatha Gotamam; jinam vandàma Gotama
Vijjàcaranasampannam; Buddham vandàma Gotamam.
(30) Yena uttarakuruvho; Mahàneru sudassano
Manussà tattha jàyanti; amamà apariggahà.
(31) Nate bãjam pavapanti; napi nãyanti naïgalà
Akaññhapàkimam sàlim; paribhunjanti mànusà.
(32) Akanam athusam suddham; sugandham tandulapphalam
Tuõóikãre pacitvàna; tato bhu¤janti bhojanaÿ.
(33) Gàviÿ ekakhuraÿ katvà; anuyanti disodisaÿ
Pasuÿ ekakhuraÿ katvà; anuyanti disodisaÿ
1898
Riwayat Agung Para Buddha
(34) Itthim và vàhanam katvà; anuyanti diso disam
Purisam vàhanam katvà; anuyanti diso disam.
(35) Kumàrimvàhanamkatvà; anuyanti diso disam
KuMàram vàhanam katvà; anuyanti diso disam.
(36) Te yàne abhiruhitvà
Sabbà disà anupariyàyanti
Pacàrà tassa ràjino
(37) Hatthiyànam assayànam; dibbam yànam upaññhitam
Pàsàdà sivikà ceva; Mahàràjassa yasassino.
(38) Tassa ca nagarà ahu
Antalikkhe sumàpità
âñànàñà kusinàñà parakusinàñà
Nàñasuriyà parakusiñanàtà
(39) Uttarena kasivanto
Janoghamaparena ca
Navanavutiyo ambaraambaravatiyo
âëaka mandà nàma ràjadhànã.
Kuverassa kho pana Màrisa màhàràjassa visàõànàma ràjadhànã
tasmà Kuvero Mahàràjà; Vessavaõoti pavuccati.
(40) Paccesanto pakàsenti
Tatolà tattalà tatotalà
Ojasi tejasi tatojasã
Såro ràjà ariññho nemi.
(41) Rahadopi tattha dharaõã nàma
Yato meghà pavassanti
Vassà yato patàyanti
Sabhàpi tattha Sàlavatã nàma.
(42) Yattha yakkhà payirupàsanti; tattha niccaphalà rukkhà.
Nànà dijagaõà yutà; mayårako¤càbhirudà
Kokilàdãhi vagguhi
(43) Jãvanjãvakasaddettha; atho oññhavacittakà
Kukkuñakà kuëãraka; vane pokkharasàtakà.
(44) Sukasàëikasaddettha; daõóamàõavakàni ca
sobhati sabbakàlaÿ sà; kuveranaëinã sadà.
(45) Ito sà uttarà disà; iti naÿ àcikkhatã jano
Yaÿ disaÿ abhipàleti; Mahàràjà yasassi so.
(46) Yakkhàna¤ca adhipati; kuvero iti nàmaso
Ramatã naccagãtehi; yakkheheva purakkhato.
(47) Puttàpi tassa bahavo; ekanàmàti me sutaÿ
Asãti dasa eko ca; indanàmà mahabbalà.
(48) Te càpi Buddhaÿ disvàna; Buddhaÿ àdiccabandhunam
Dåratova namassanti; mahantam vãtasàradam.
(49) Namo te purisàja¤¤a; namo te purisuttama
Kusalena samekkhasi; amanussàpi taÿ vandanti
Sutaÿ netaÿ abhiõhaso; tasmà evaÿ vademase.
(50) Jinam vandatha Gotamam; jinam vandàma Gotamam
Vijjàcaraõasampannam; Buddham vandàma Gotamam.
Kemudian Vessavanna berkata, “Yang Mulia, itulah âtànàtiya Paritta yang dapat digunakan sebagai perlindungan bagi para siswa bhikkhu, siswi bhikkhunã, siswa awam Bhagavà, agar mereka semua bebas dari gangguan para yakkha, dan untuk hidup penuh ketenangan dan kedamaian dalam empat posisi tubuh bagi semua orang. Yang Mulia, jika ada yakkha, atau gandhabba, atau kumbhaõóa, atau nàga yang berniat mengganggu para siswa bhikkhu atau bhikkhunã atau siswa awam yang telah memelajari paritta ini dengan baik, yakkha itu tidak akan mendapat penghormatan di dalam wilayah kekuasaanku (kekuasaan dalam mengizinkan dan tidak mengizinkan
adanya penghormatan itu). “Yang Mulia, yakkha itu juga tidak diperbolehkan memiliki istana sendiri juga tidak diperbolehkan untuk menjadi penghuni tetap di Kota âëakamandà.” Setelah mengatakan kepada Bhagavà, sanksi-sanksi yang akan diterima oleh para yakkha yang tidak patuh, dan seterusnya, Vessavaõõa melanjutkan kata-katanya dengan mengatakan bahwa terdapat orang-orang yang tidak mematuhi kekuasaan raja, demikian pula terdapat yakkha-yakkha yang tidak mematuhi kekuasaan empat raja dewa; dan kepada para yakkha yang mengganggu empat kelompok siswa Buddha (bhikkhu, bhikkhunã, siswa awam laki-laki dan siswa awam perempuan), tiga puluh delapan jenderal dewa seperti Inda, Soma, Varuõa akan dipanggil untuk melaporkan dan menjelaskan secara terperinci. Setelah itu Vessavaõõa mengucapkan selamat berpisah kepada Bhagavà dengan berkata, “Yang Mulia, kami masih memiliki banyak urusan; kami harus pergi sekarang.”
Bhagavà berkata, “Empat Raja Dewa, kalian mengetahui waktunya untuk pergi. (Kalian boleh pergi jika kalian suka.)”
Kemudian empat raja dewa itu bangkit dari duduknya, bersujud kepada Bhagavà dan menghilang. Para yakkha yang datang bersama empat raja dewa itu berpisah dengan Bhagavà dalam berbagai cara seperti saat kedatangan mereka. Beberapa yakkha bersujud kepada Bhagavà dan menghilang; beberapa lainnya saling mengucapkan kata-kata perpisahan dengan Bhagavà dan menghilang; beberapa lainnya lagi merangkapkan tangan ke arah Bhagavà dan menghilang; beberapa lainnya lagi langsung menghilang tanpa mengatakan apa-apa.