Ketika anda telah menjadi mahir pada lima latihan kemahiran ini pada
jhāna pertama, anda dapat mencoba melanjutkan ke
jhāna kedua. Untuk melakukan ini anda perlu masuk pada
jhāna pertama, keluar dari
jhāna pertama dan merenungi kekurangan pada
jhāna pertama dan merenungkan keuntungan yang terdapat pada
jhāna kedua.
Anda sebaiknya mempertimbangkan bahwa
jhāna pertama tersebut dekat dengan lima halangan batin. Anda sebaiknya juga mempertimbangkan bahwa faktor
jhāna dari
vitakka dan
vicāra pada
jhāna pertama adalah kasar, dan membandingkan dengan
jhāna kedua yang lebih tenang tanpa adanya
vitakka dan
vicara. Jadi, dengan menghilangkan dua faktor
jhāna ini (
vitakka dan
vicāra), yang sekarang ada hanyalah kegiuran, perasaan bahagia dan kemanunggalan, anda sebaiknyanya kembali berkonsentrasi pada
paṭibhāga-nimitta. Pada kondisi anda akan dapat mencapai
jhāna kedua, dengan memiliki tiga faktor kegiuran, kebahagiaan dan kemanunggalan.
Kemudian anda sebaiknya berlatih lima kemahiran dari
jhāna kedua, dan pada saat anda berhasil dan ingin mengembangkan
jhāna ketiga, anda sebaiknya merenungkan kekurangan pada
jhāna kedua, dan keuntungan pada
jhāna ketiga. Pada
jhāna kedua dekat dengan
jhāna pertama, dan
jhāna ketiga lebih tenang dibandingkan dengan
jhāna kedua. Anda sebaiknya juga mempertimbangkan bahwa faktor
jhāna pada kegiuran pada
jhāna kedua adalah kasar, dan tanpa adanya kegiuran pada
jhāna ketiga membuat
jhāna ketiga lebih tenang. Dengan merenungkan demikian, setelah bangkit dari jhāna kedua, anda sebaiknya mengembangkan kemauan untuk mencapai
jhāna ketiga, dan kembali berkonsentrasi pada
paṭibhāga-nimitta. Dengan cara demikian anda akan dapat mencapai
jhāna ketiga, dengan memiliki 2 faktor, yaitu: kebahagiaan dan kemanunggalan.
Kemudian anda sebaiknya berlatih lima kemahiran dari
jhāna ketiga, dan ketika anda berhasil dan ingin mengembangkan
jhāna keempat anda sebaiknya merenungkan pada kelemahan
jhāna ketiga dan keuntungan pada
jhāna keempat. Anda sebaiknya mempertimbangkan bahwa faktor
jhāna dari kebahagiaan dari
jhāna ketiga adalah kasar dan pada
jhāna keempat lebih tenang, tanpa adanya kebahagiaan. Dengan merenungkan demikian, setelah bangkit dari
jhāna ketiga, anda sebaiknya mengembangkan kemauan untuk mencapai
jhāna keempat, dan lagi berkonsentrasilah pada
paṭibhāga-nimitta. Dengan cara ini anda akan dapat mencapai
jhāna keempat, dengan memiliki keseimbangan batin dan kemanunggalan pikiran. Anda sebaiknya kemudian berlatih lima kemahiran dari
jhāna keempat.
Dengan pencapaian
jhāna keempat maka nafas akan berhenti total. Ini adalah langkah lengkap pada tahap keempat pengembangan dalam perhatian-pada-nafas (
Ānāpānasati):
4. “Menenangkan nafas, saya akan menarik nafas masuk”, dengan demikian dia melatih dirinya, dan, “Menenangkan nafas keluar, saya akan menghembuskan nafas keluar”, dengan demikian dia melatih dirinya.”
Tahap ini dimulai sesaat sebelum
nimitta muncul dan konsentrasi yang dikembangkan pada
jhāna keempat, nafas menjadi berangsur-angsur menjadi tenang dan lembut sampai pada berhentinya nafas pada
jhāna keempat.
Ketika seorang yogi telah mencapai
jhāna keempat dengan menggunakan perhatian terhadap nafas, dan telah mengembangkan lima kemahiran, maka cahaya yang dihasilkan oleh konsentrasi adalah terang, gemerlap dan memancar ke segala arah, dia dapat, jika dia menghendaki, meneruskan untuk mengembangkan meditasi
Vipassanā. Di lain pihak, yogi dapat melanjutkan pengembangan meditasi
Samatha.
1 gambaran dari seorang yogi; hasil dari pikiran, yang bergantung pada persepsi dan tingkat konsentrasi.
- parikamma-nimitta: tanda persiapan dalam meditasi.
- uggaha-nimitta: tanda tergapai, sebuah gambaran batin yang sama dengan dari objek meditasi.
- paṭibhāga-nimitta: pengelihatan murni dan jelas dari nimitta-tergapai, tampak tak berubah dan terkonsentrasi.
2 Formasi-formasi mental termasuk kesadaran dan faktor-faktor batin.
Mohon jangan dikomentari ...